Anda di halaman 1dari 10

Patung Buddha merupakan asimilasi budaya Helenisme dari Bangsa Yunani.

Pada awalnya, di ajaran


agama Buddha tidak ada maksud untuk mendirikan patung. Namun setelah Bangsa Yunani masuk ke
India dengan budaya Helenisme, mereka mulai membentuk image Buddha dalam wujud patung. Karena
terbukanya Jalur Sutra (Silk Road), agama dan image patung Buddha mulai tersebar ke negara-negara
yang dilewatinya (termasuk Asia Tenggara dan China).

Akan tetapi, ketika budaya Buddha berada di masing-masing negara, image Buddha mulai bercampur
dengan budaya lokal dari masing-masing menara. Hal ini dikarenakan pendirian patung bila tidak
dicampur dengan budaya lokal, masyarakat tidak akan tertarik. Patung yang dulu hanya dijadikan
sebagai alat pemujaan oleh golongan atau ajaran tertentu, kini bisa juga menjadi sarana media
berpromosi yang tepat untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat.

Berbicara mengenai patung, di Indonesia memiliki beragam jenis patung. Patung-patung ini biasanya
menyimpan sebuah peninggalan sejarah besar. Salah satunya yaitu Patung Buddha Tidur. Patung
Buddha Tidur dibangun di dalam kompleks Maha Vihara Mojopahit. Di Indonesia, patung Buddha Tidur
hanya terdapat di Mojokerto dan Bogor.

Menurut para pengamat, patung buddha tidur di Mojokerto merupakan patung terbesar di Indonesia.
Patung ini juga menempati urutan ketiga setelah patung sejenis yang berada di Thailand dan Myanmar.

Ciri-Ciri Patung Buddha Tidur di Mojokerto

Merupakan patung yang menggambarkan Buddha Gautama.

Memiliki panjang 22 meter, lebar 6 meter dan tinggi 4,5 meter.

Dibuat menggunakan beton.

Dibuat pada tahun 1993 oleh YM Viryanadi Maha Tera, pengrajin patung asal Trowulan.

Seluruh bagian patung dicat warna kuning keemasan, sedangkan di bagian bawah patung terdapat
relief-relief yang menggambarkan kehidupan Buddha Gautama, hukum karmaphala dan hukum
tumimbal lahir.

Posisi tubuh patung berbaring miring menghadap ke arah selatan dan kepala bersandar di atas bantal
yang disangga menggunakan lengan kanannya.

Di dekat patung, terdapat kolam air yang ditumbuhi tanaman teratai yang menggambarkan laut dimana
abu Sang Budha Gautama larung.

Posisi Patung Buddha Tidur


Patung Buddha Tidur (rupang Buddha) adalah arca yang menggambarkan Buddha Gautama tengah
berbaring menghadap sisi kanan. Sementara kepala patung, bersandar di atas bantal disangga lengan
kanannya. Menurut Bhiksu Nyanadhiro, “Rupang adalah replika atau gambaran dari orang-orang yang di
anggap telah mencapai kesucian, seperti para Buddha dan murid-muridnya. Rupang biasanya diletakkan
di meja sembahyang dan dijadikan sebagai arah untuk membaca kitab suci dalam agama Buddha.
Rupang hanya berfungsi sebagai simbol untuk membantu visualisasi”.

Patung (rupang) Buddha Tidur dibuat dengan posisi berbaring menghadap ke arah selatan, sehingga
penganut agama Buddha menganggap arah selatan adalah arah kiblat. Posisi sleeping atau reclining atau
tidur ini dipercaya merupakan posisi ketika Sang Buddha Gautama meninggalkan dunia memasuki
Nirwana. Menurut kesehatan, posisi tidur menghadap kanan adalah posisi terbaik untuk melindungi
jantung dari posisi tertindih atau tertekan organ lainnya.

Sumber lain menyebutkan hal yang berbeda yakni posisi patung tengah berbaring menghadap sisi kanan
ini karena Sang Buddha Gautama sedang melakukan meditasi. Hal ini juga diperjelas oleh salah satu
karyawan di Maha Vihara Mojopahit, “Dibawah Rupang Sleeping Buddha, terdapat ruangan yang
dimanfaatkan untuk meditasi umat Buddha” (Abadiyah, 2014).

Jalesveva jayamahe

Monumen Jalesveva Jayamahe atau Monjaya adalah sebuah monumen yang terletak di Kota Surabaya,
Jawa Timur. Monumen ini menggambarkan sosok Perwira TNI Angkatan Laut berbusana Pakaian Dinas
Upacara (PDU) lengkap dengan pedang kehormatan yang sedang menerawang ke arah laut, serasa siap
menantang gelombang dan badai di lautan, begitu pula yang ingin di perlihatkan bahwa angkatan laut
Indonesia siap berjaya. Patung tersebut berdiri di atas bangunan dan tingginya mencapai 30,6 meter.
Monumen Jalesveva Jayamahe menggambarkan generasi penerus bangsa yang yakin dan optimis untuk
mencapai cita-cita bangsa Indonesia.

Monumen Jalesveva Jayamahe ini juga sesuai dengan motto angkatan laut Jalesveva Jayamahe yang
berarti, Di Laut Kita Berjaya. Monumen ini dibangun pada tahun 1993 oleh Pemimpin Kepala Staf TNI
Angkatan Laut Maritim Indonesia yang kemudian dilanjutkan dengan Laksamana TNI Muhamad Arifin
dan dirancang oleh I Nyoman Nuarta. Selain sebagai monumen, bangunan ini juga difungsikan sebagai
mercusuar bagi kapal-kapal yang ada di laut sekitar.

Monumen Jalesveva Jayamahe atau yang disingkat Monjaya ialah sebuah monumen sekaligus museum
yang berada di Kota Surabaya, Jawa Timur yang menggambarkan sosok Perwira TNI Angkatan Laut.

Berbusana Pakaian Dinas Upacara (PDU) lengkap dengan pedang kehormatan yang sedang menerawang
ke arah laut, patung yang memiliki tinggi mencapai 30,6 meter ini, seakan sedang menantang
gelombang dan badai di lautan.

Gambaran itulah yang memang ingin diperlihatkan yang sesuai dengan motto angkatan laut Jalesveva
Jayamahe, yaitu Di Laut Kita Berjaya.
Monumen Monjaya menggambarkan generasi penerus bangsa yang yakin dan optimis dalam menggapai
cita-cita bangsa Indonesia.

Monumen ini dibangun oleh Pemimpin Kepala Staf TNI Angkatan Laut Maritim Indonesia pada tahun
1993.

Kemudian dilanjutkan pembangunannya oleh Laksamana TNI Muhamad Arifin dan dirancang oleh I
Nyoman Nuarta.

Selain sebagai monumen, bangunan ini juga berfungsi sebagai mercusuar bagi kapal-kapal yang ada di
laut sekitar.

Sebutan “Jalesveva Jayamahe” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang dapat diartikat sebagai
berikut:

Jales.veva terdiri atas dua bagian, yakni jales.u serta eva.

Jales.u ialah kata yang berasal dari dasar jala (maskulinum) yang berarti air.

Jales.u juga merupakan bentuk pluralis, lokativus dan secara harfiah dapat diartikan sebagai: “di air-air”.

Eva merupakan suatu partikel emfatik serta dapat diterjemahkan dengan kata “-lah”. Jayamahe,
merupakan kata kerja dari (verbum), ji, yang dikonjugasi menurut dari waktu present, persona ketiga
dari pluaralis pada modus indikatif serta secara harfiah dapat diartikan menjadi: “kita berjaya”.

Sehingga, kalimat dari kata tersebut secara harfiah memiliki arti “Di air-airlah kita berjaya!”.

Pada bagian dinding dari bangunan museum terdapat beragam diorama yang mengisahkan sejarah
perjuangan dari pejuang bahari.
Terdapat juga sejumlah miniatur dan model kapal yang dimanfaatkan oleh TNI AL serta beragam benda
bersejarah yang lain.

Di bagian samping patung Perwira TNI juga terdapat sebuah gong yang bernama Gong Kiai tentrem
dengan berat 2.2 ton yang terbuat dari logam kuningan dengan berlapis anti karat.

Patung bunda maria

Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) memiliki daya tarik baru: patung Maria Assumpta setinggi 29,6
meter. Pusat doa tetap Gua Maria Lourdes.

Memasuki kompleks peziarahan Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA), mata kita akan terpukau oleh
sebuah patung yang menjulang ke angkasa. Itulah patung Maria Assumpta, Maria Diangkat ke Surga
yang menyambut setiap peziarah.

Patung Maria Assumpta itu diresmikan Uskup Agung Semarang, Mgr Johannes Pujasumarta, 15 Agustus
2015, bertepatan dengan hari raya St Maria Diangkat ke Surga dan perayaan ulang tahun GMKA ke 61.
Patung yang tingginya 29,6 meter itu akan menjadi ikon dan daya tarik baru bagi setiap peziarah yang
datang ke GMKA. Menurut sekretaris tim pengelola GMKA, F. Satrijanto, ide pembuatan patung Maria
Assumpta lahir dari umat Paroki St Yusuf Ambarawa. Seorang pekerja seni yakni R.A Nugroho Adi
Prabowo dan keluarga ingin memberikan suatu persembahan bagi GMKA.

Hari ulang tahun GMKA yang bertepatan dengan hari raya St Perawan Maria Diangkat ke Surga,
menginspirasi Adi untuk membuat patung Maria Assumpta. Konsep patung itu ingin menggambarkan
Maria yang benar-benar melayang ke angkasa diangkat menuju ke surga.

Pihak GMKA dan Mgr Puja menyambut baik ide Adi dan keluarga. “Ini semua murni persembahan Adi
dan keluarga. Kami, tim pengelola GMKA, hanya mengatur dan berunding soal tempat patung itu
diletakkan dan membantu saat acara peresmian,” kata Satrijanto yang ditemui di Kantor Pelayanan
Pastoral KAS, Jalan Imam Bonjol, Semarang, Jumat, 24/7.

Patung Maria Assumpta yang berpakaian dominan warna putih dan biru langit itu bukanlah tempat doa
baru. Ketua tim pengelola GMKA, R.C. Yunarto Kristantoro menjelaskan, para peziarah tetap berdoa di
patung Maria Lourdes di kompleks GMKA. “Patung Maria Assumpta hanya ikon dan bukan tempat untuk
berdoa. Untuk itu, kami tidak menempatkannya di satu area dengan Patung Maria Lourdes. Fungsi
kedua patung Maria ini jelas berbeda,” kata Yunarto.

Awal Berdiri

GMKA diberkati pada hari raya St Perawan Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 1954, oleh Uskup Agung
Semarang, Mgr Albertus Soegijapranata SJ. Dalam perjalanannya, GMKA melakukan beberapa kali
pengembangan (Lihat Boks: GMKA dari Masa ke Masa).
GMKA yang beralamat di jalan Tentara Pelajar, Kerep, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah ini telah dilengkapi dengan bermacam fasilitas. Saat ini, sudah ada fasilitas doa seperti
Jalan Salib, tempat Perayaan Ekaristi, kapel Adorasi Abadi, pastoran, taman doa, dan gua Maria. Selain
untuk berdoa, ada pula fasilitas seperti ruang rapat dan rekoleksi, gedung serbaguna, rumah kaca,
gazebo, area parkir, ruang istirahat, pujasera, kios devosi dan suvenir. Kompleks peziarahan seluas
kurang lebih lima hektare itu juga memiliki camping ground dan tentu ruang informasi atau sekretariat
GMKA.

Lokasi GMKA cukup strategis, tidak jauh dari jalan raya Semarang-Magelang. GMKA berjarak 900 meter
dari jalan raya. Sebelum memasuki jalan Tentara Pelajar, peziarah akan menemukan gereja Paroki St
Yusuf, Ambarawa, atau yang dikenal dengan sebutan Gereja Ayam Jago.

Kompleks ini memiliki dua bagian yaitu area GMKA dan area parkir. Letak area GMKA dan parkir hanya
berhadaphadapan. Pada area parkir terdapat pujasera yang menjual makanan, kios devosi & souvenir,
dan tempat berdirinya patung Maria Assumpta. Di samping pujasera terdapat lahan untuk parkir sepeda
motor. Sedangkan di belakang patung Maria Assumpta terdapat camping ground, tempat anak sekolah
dan kaum muda berkemah. Rumah kaca disediakan sebagai tempat rapat, rekoleksi, pendalaman iman,
dan pertemuan.

Setelah puas melihat dan berfoto-ria di depan patung Maria Assumpta, peziarah tinggal menyeberang
dan memasuki area doa GMKA. Di sinilah pusat dari devosi kepada Bunda Maria Lourdes di GMKA.

Setelah menjadi tempat peziarahan lebih dari setengah abad, GMKA tak pernah sepi pengunjung. Setiap
hari, dari pagi hingga malam, GMKA dibanjiri peziarah. Tak hanya pada bulan Maria seperti Mei dan
Oktober di luar kedua bulan itu peziarah tetap datang tiada henti. Berbagai doa dan harapan didaraskan.
Ada yang pergi ke GMKA mengucap syukur atas terkabulnya permohonan atau ada pula yang datang
hanya sekadar mencari ketenangan batin.

GMKA tidak hanya dikunjungi oleh umat Katolik. Kerapkali terlihat pemeluk agama dan kepercayaan lain
pun datang ke sana. “Tim pengelola GMKA menyambut positif jika ada warga non-Katolik yang
berkunjung. Bahkan yang datang untuk camping, pakai gedung pertemuan, dan lain-lain terbuka bagi
mereka yang non-Katolik. Kami tidak menentukan tarif, semuanya sukarela,” kata Yunarto.

Menurut salah satu pengunjung non-Katolik, Hanif, GMKA sangat bagus. Bersama keluarga dari Salatiga,
Hanif datang mengunjungi GMKA. Awalnya, ia tidak mengetahui tempat apa itu GMKA. Setelah melihat
gambar, Hanif pun penasaran dan memutuskan datang. “Di sini pemandangannya bagus. Ke sini niatnya
hanya rekreasi bersama keluarga, pas juga dengan liburan anak sekolah,” kata Hanif.

Selain pengunjung, para penjual yang menjajakan aneka makanan di pujasura kebanyakan juga warga
non-Katolik. Misalnya, Nunik Handayani, yang sudah 13 tahun berjualan makanan di GMKA. Setelah
pindah ke pujasera selama setahun, Nunik menempati kios no 12. Makanan yang dijajakan antara lain
nasi pecel, nasi soto, dan es campur. “Setiap Sabtu-Minggu dan tanggal merah pasti ramai, penghasilan
bertambah. Dari bejualan di GMKA, saya bisa menyekolahkan anak dan renovasi rumah. Kebijakan dari
tim pengelola juga meringankan, kami tidak perlu membayar sewa tempat. Kami hanya bayar uang
listrik, gas, dan kebersihan,” kata Nunik, yang juga Ketua Paguyuban Pujasera GMKA.

Dewa marungan

Kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovil terletak sekitar 35 Km dari Kota Medan, tepatnya di Desa Padang
Cermin, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, anda juga bisa mendapati patung
Dewa Murugan setinggi 50 kaki atau sekitar 16 meter menjulang ke langit di sisi kiri kuil.

Patung Dewa Murungan terbesar di dunia ada di Batu Cave, Malaysia dengan tinggi 18 meter. Dan
Patung Murugan di Langkat, Sumatera Utara terbesar kedua. Sumatera Utara merupakan salah satu
provinsi yang memiliki tingkat tolensi beragama yang cukup baik di Indonesia. Oleh karena itu, di sini
terdapat banyak objek wisata religi yang terbuka untuk umum bisa dikunjungi wisatawan.

Mulai dari Mesjid Raya, Gereja Velangkani hingga Vihara di Taman Lumbini. Rumah ibadah tersebut
menjadi ikon objek wisata religi Kota Medan yang bisa dikunjungi semua agama dan kalangan. Tiap
lokasi memiliki keunikan dan kelebihannya tersendiri.

Kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovil ini berbeda dengan kuil lainnya karena memiliki patung Murugan
yang dibangun oleh pemahat dari India dan begitu pula arsitekturnya juga orang India.

Patung Murugan dibangun pada tahun 2012 dengan mendatangkan langsung pemahat dan arsitektur
dari India untuk pengerjaannya. Bahkan semua bahannya juga dari luar, bahan yang sama juga
digunakan untuk pembuatan patung di Batu Cave, Malaysia. Bangunannya patung dicat bewarna emas
berkilau sedari jauh sudah tampak.

Dewa Murugan adalah Dewa Hindu yang terkenal di kalangan orang Tamil di negara bagian Tamil Nadu
di India, dan Sri Lanka. Dewa ini juga dikenal dengan berbagai nama, seperti misalnya Kartikeya, Kumara,
Shanmukha, Skanda dan Subramaniam. Dia merupakan Dewa perang dan pelindung negeri Tamil. Dewa
Murugan digambarkan sebagai dewa berparas muda, bersenjata tombak dan mengendarai burung
merak. Oleh karena itu, di dalam komplek kuil ini juga terdapat kandang burung merak dan ada tiga ekor
burung merak yang cantik di dalamnya.
Namun, uniknya setiap orang yang datang kesimi sini tidak orang Tamil, rata-rata orang yang datang
kesimi sini tidak orang Tamil, rata-rata orang Jawa dan Batak. Jamaah yang datang merupakan
pendatang dari luar daerah khususnya Medan. Jadi cukup terbuka untuk umum dari pagi hingga sore,
namun untuk masuk ke dalam kuil hanya hingga pukul 12.00.

Indonesia yang mengakui keberadaan beragam agama merupakan surga tersendiri bagi masyarakatnya
untuk bebas menganut kepercayaan sesuai dengan keyakinan. Beberapa daerah bahkan dikenal
memiliki toleransi beragama yang sangat tinggi, salah satunya di Langkat, Sumatra Utara. Tak hanya di
negara tetangga Malaysia, Patung Dewa Murugan juga ada di Indonesia, tepatnya di pelataran Kuil Shri
Raja Rajeshwari Amman Kovil yang terletak di Jalan Ibadah, Desa Padang Cermin, Kecamatan Selesai,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Kini Indonesia juga memiliki Patung Dewa Murugan dengan tinggi 55 kaki atau sekitar 17 Meter. Patung
ini disebut-sebut tertinggi nomor dua setelah Patung Dewa Murugan yang terkenal di Batu Caves,
Malaysia. Kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovil ini berbeda dengan kuil lainnya karena memiliki patung
Murugan yang dibangun oleh pemahat dari India dan begitu pula arsitekturnya juga orang India dan
material yang didatangkan dari luar negeri. Disini Anda bisa menikmati kemegahan dan keindahan
Patung Dewa Murugan.

Dewa Murugan adalah Dewa Hindu yang terkenal di kalangan orang Tamil di negara bagian Tamil Nadu
di India, dan Sri Lanka. Dewa ini juga dikenal dengan berbagai nama, seperti misalnya Kartikeya, Kumara,
Shanmukha, Skanda dan Subramaniam. Dia merupakan Dewa perang dan pelindung negeri Tamil. Dewa
Murugan digambarkan sebagai dewa berparas muda, bersenjata tombak dan mengendarai burung
merak. Oleh karena itu, di dalam komplek kuil ini juga terdapat kandang burung merak dan ada tiga ekor
burung merak yang cantik di dalamnya.

Jamaah yang datang merupakan pendatang dari luar daerah khususnya Medan. Jadi cukup terbuka
untuk umum dari pagi hingga sore, namun untuk masuk ke dalam kuil hanya hingga pukul 12.00.
Kabarnya bahan pembuatan patung Dewa Murugan di Malaysia juga menggunakan material yang sama
untuk Kuil Shri Raja Rajeswari Amman Kovil. Pada tanggal 28 Oktober 2012 patung ini diresmikan oleh
Dirjen Bimas Hindu Prof. Dr. IBG. Yudha Triguna. Untuk menuju lokasi patung ini berada jaraknya tidak
terlalu jauh, sekitar 35 Km dari kota medan dan 15 Km dari kota Binjai. Lokasi nya sangat mudah
ditemukan, bagi Anda yang pernah berwisata ke Bukit Lawang pasti Anda pernah melewati patung ini
dan tampak dari jalan perlintasan.

Patung christiana martha

Mungkin lebih banyak orang Indonesia yang mengenal RA Kartini ketimbang perempuan pejuang yang
satu ini. Namanya Martha Christina Tiahahu, seorang gadis belia yang tegak berdiri bersama deretan
laskar pejuang yang dipimpin Kapitan Pattimura. Untuk mengenang jasanya dalam upaya merebut
kemerdekaan Republik Indonesia, Pemprov Maluku membangun monumen pahlawan nasional asal
Maluku ini.

Monumen Martha Christina Tiahahu berada di kawasan Karang Panjang, sekitar 10 menit saja dari pusat
kota Ambon. Mengingat lokasi monumen yang berada di ketinggian, dari tempat ini wisatawan bisa
menyaksikan hamparan pemendangan Kota Ambon yang gemerlapan di malam hari. Dari tempat ini
wisatawan bisa menyaksikan hamparan pemendangan Kota Ambon yang gemerlapan di malam hari.
Dari tempat ini pula lautan lepas bisa terlihat dengan jelas.

Menurut sejarahnya, Martha Christina Tiahahu tumbuh dan besar di keluarga pejuang. Bahkan di
usianya yang masih sangat belia, Christina sudah bisa mengangkat tombak dan ikut berperang bersama
ayahnya dan pasukan Pattimura.

Semangat berjuang yang tak pernah padam membuat dirinya harus berurusan dengan jeruji penjara
penjajah Belanda. Bersama ayahnya Christina tertangkap, sang ayah pun dihukum mati yang membuat
mental Christina terguncang. Setelah diasingkan ke Pulau Jawa, Christina menghembuskan nafas
terakhir di usianya yang hampir genap 18 tahun.

Untuk mengenang perjuangannya, pada bagian bawah monumen tertulis sebuah prasasti yang berbunyi,
“Martha C Tiahahu, mutiara Nusa Laut, Pahlawan Nasional RI, yang berjuang untuk mengusir penjajah
Belanda dari Maluku, jatuh pada Januari 2, 1818.”

Monumen Martha Tiahahu menjadi bukti sejarah keberanian wanita maluku dalam membela tanah air
tercinta. Traveler bisa melihat patungnya di Karang Panjang, tak jauh dari Kota Ambon.Patung Martha
Christina Tiahahu terletak di Karang Panjang, daerah bukit yang terlihat jelas dari Kota Ambon. Menuju
Karang Panjang dari Kota Ambon melewati jalan menanjak dan beberapa tikungan tajam, baru tiba di
lokasi Monumen Martha Christina Tiahahu yang bersebelahan dengan Kantor DPRD Maluku.Dari lokasi
Patung Martha Christina Tiahahu kita bisa melihat pemandangan Kota Ambon. Lokasi ini biasa dijadikan
tempat alternatif untuk menikmati suasana santai, terutama para muda-mudi yang ingin menikmati
pemandangan Kota Ambon.Patung Christina ditampilkan membawa tombak. Namun dalam
pertempuran melawan Belanda, legenda mengatakan bahwa dia melemparkan batu ke tentara Belanda
ketika pasukannya kehabisan amunisi.

Karena keberanian besarnya dalam melawan senjata api Belanda hanya dengan batu, masyarakat
Maluku menyebutnya seorang wanita kabaressi (berani). Namanya juga digunakan sebagai jalan di
Karangpanjang.Pada dasar monumen terdapat tulisan 'Martha C. Tijahahu, mutiara Nusa Laut (Pulau),
Pahlawan Nasional RI, yang berjuang untuk mengusir penjajah Belanda dari Maluku, jatuh pada Januari
2, 1818.'Mengunjungi monumen tokoh sejarah akan berkurang nilainya, jika kita tidak mencari tahu
siapa gerangan tokoh bersejarah yang diabadikan dalam monumen tersebut termasuk saat berkunjung
ke Monumen Martha Tiahahu.Martha Christina Tiahahu lahir pada tahun 1800 di suatu desa bernama
Abubu di Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah. Martha kecil terkenal berkemauan keras dan
pemberani. Ia selalu mengikuti ayahnya Paulus Tiahahu, termasuk ikut menghadiri rapat perencanaan
perang. Paulus Tiahahu merupakan salah seorang pemimpin perjuangan rakyat Maluku melawan
Belanda. Setelah dewasa, Martha Christina Tiahahu pun ikut bertempur.Martha Christina Tiahahu dan
ayahnya bersama Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura berhasil menggempur pasukan Belanda
yang bercokol di Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah. Namun, dalam pertempuran sengit di Desa
Ouw-Ullath sebelah Tenggara Pulau Saparua, para pejuang Maluku kalah akibat kekuatan yang tidak
seimbang. Banyak pejuang yang tertangkap, termasuk Paulus Tiahahu yang dihukum mati.Meski
demikian, Martha Christina Tiahahu terus bergerilya bersama para pejuang hingga akhirnya tertangkap
dan diasingkan ke Pulau Jawa. Menjadi tawanan tidak membuatnya melunak terhadap Belanda. Ia tetap
bersikap keras dengan melakukan aksi mogok makan dan jatuh sakit. Martha Christina meninggal dunia
di atas kapal perang Eversten milik Belanda dalam perjalanan ke tempat pengasingan di Jawa. Jasad
beliau dimakamkan di Laut Banda dengan penghormatan militer pada 2 Januari 1818.

Patung bekantan

Sebuah patung bisa menjadi sebuah ikon dari suatu daerah dimana orang-orang pastinya akan
mengingat daerah tersebut ketika melihat foto dari patung ikonik tersebut. Bisa dilihat bagaimana orang
bisa mengingat Singapura dengan Merlion, Brazil dengan patung Yesus raksasanya dan masih banyak
lainnya. Bukan hanya patung, bangunan pun juga menjadi salah satu simbol dari suatu daerah seperti
yang terjadi di Paris dengan menara Eiffel, Sidney Opera House di Australia dan Menara Petronas di
Malaysia.

Indonesia sendiri ternyata juga memiliki banyak patung dan bangunan yang merepresentasikan
daerahnya masing-masing seperti Jakarta dengan Monas, Tugu Jogja di Jogja dan Patung Sura dan Buaya
di Surabaya. Diantara banyak bangunan dan patung ikonik di Indonesia, Banjarmasin mungkin memiliki
keunikan sendiri.

Banjarmasin memillih Bekantan sebagai ikon kota mereka, hal ini pun direalisasikan dengan patung
besar Bekantan yang indah dengan tinggi 6,3 meter. Dalam proses pembuatannya, patung ini menuai
pro dan kontra karena sebagian menganggap patung tersebut seperti berhala sehingga tidak pantas bagi
masyarakat Kalimantan Selatan yang terkenal religious, sebagian lagi mendukung untuk membangun
citra Banjarmasin melalui ikon.

Pembuatan patung ini telah memakan biaya 2,6 Miliar rupiah, menggunakan bahan dari perunggu dan
memilkiki rongga didalam patungnya dan memiliki berat mencapai 7 ton. Pembuatan dan pewarnaan
patung ini dilakukan oleh Studio Patung Suwarto dari Yogyakarta sehingga bentuknya mirip sekali
dengan hewan bekantan asli.

Para pengunjung kota Banjarmasin dapat melihat patung perunggu Bekantan ini di dekat Sungai
Martapura yang mana patung ini pun menghadap Sungai Martapura. Bermandikan dengan pencahayaan
yang mendukung warna patung menjadikan patung ini lebih indah, apalagi ketika air mancur deras
mengucur dari mulut Patung Bekantan ini.

Setelah diresmikan pada 10 Oktober 2015, objek patung yang berada di Jalan Kapten Pierre Tendean,
Banjarmasin ini telah menjadi ikon kota Banjarmasin. Disekitar lokasi patung ini, banyak orang yang
melakukan olah raga jogging dan juga basket karena berdekatan dengan lapangan basket. Pengunjung
yang ingin melakukan foto-foto pun bisa dilakukan secara gratis sehingga banyak pengunjung yang
senang untuk mengabadikan moment di Banjarmasin. Seperti layaknya yang terjadi di Merlion
Singapura, banyak pengunjung yang mencoba foto unik seolah meminum air yang dikeluarkan oleh
patung ini.

Selayaknya ikon patung seperti patung Bekantan ini dilestarikan dan dijaga agar suatu kota dapat diingat
melalui landmark ikon yang ada. Hal ini adalah contoh baik bagaimana suatu daerah dapat mengangkat
daerahnya melalui landmark.

Anda mungkin juga menyukai