PEMBAHASAN
4
Pusat/Jagat Natha dengan nama Pura Jagatnatha Banguntopo, Jogjakarta dan
itu menjadi awal nama pura jagatnatha dan sejarah pembangunanya.
Dulu Pura ini adalah tempat pertapaan dari Hamengku Buwono II yang
kemudian bergelar Ki Banguntapan. Ki Banguntapan ini di yakini sebagai
salah satu titisan dari Sabdopalon. Pura Jagatnatha menjadi wisata unggulan
untuk wisata religi di Yogyakarta.
Pura Jagatnatha Banguntapan kini punya beberapa orang yang ditunjuk
untuk mengelola Pura yang disebut sebagai Penyungsung. Penyungsung
dipilih oleh umat berdasarkan kriteria tertentu yang dianggap mampu. Umat
Jagatnatha sendiri terdiri dari warga Banguntapan dan ada juga yang disebut
“kelompok utara” yaitu orang-orang yang berasal dari Bali yang tinggal di
Yogyakarta. Para Penyungsung ini bekerja dengan sukarela (tanpa dibayar).
Pura Jagatnatha Yogyakarta diempon oleh warga asli Banguntapan
sebanyak 80 kepala keluarga (KK).
Sementara pengempon asal Bali ada ratusan KK, yang berdomisili di
Bantul, Sleman, Kodya Yogyakarta, Wanasari (Gunung Kidul).
5
panggilan hati untuk hidup sebagai seorang pemuka. Pura ini sering digunakan
berdoa oleh banyak umat Hindu disekitar pura. Mengingat ada banyak warga
masyarakat yang beragama Hindu yang tinggal disekitar Pura.
6
Untuk masa jabatan Pengempon dan pengurus Pura adalah 5 tahun. Jadi,
setiap 5 tahun sekali diadakan rapat pergantian pengempon dan pengurus.
Dalam pengelolaan Pura, Pengempon dan pengurus dibantu oleh para seksi-
seksi yaitu seksi keamanan, seksi upacara upakara, dan seksi
yatnya.Pengempon disini bertanggung jawab atas semua hal yang menyangkut
dengan Pura.Seksi keamanan bertugas untuk menjaga Pura saat ada upacara
maupun tidak ada upacara.Seksi upacara upakara bertugas untuk menyiapkan
hal-hal yang dibutuhkan saat upacara.Dan seksi yatnya (pengorbanan)
bertugas untuk menyiapkan sarana peribadahan yang digunakan saat
upacara.Setiap 3 bulan sekali diadakan rapat rutin bagi Pengempon dan
pengurusnya untuk melaporkan pendanaan dan evaluasi kinerja para pengurus.
Rapat tidak hanya dilakukan setiap 3 bulan sekali juga tetapi diadakan jika
dipandang perlu diadakan rapat, seperti menjelang kegiatan Hari Raya dimana
sebelum hari banyak hal yang perlu disiapkan sehingga kegiatan rapat bisa
saja dilakukan secara intensif.
7
b. Bagian tengah Pura, dimana pengunjung tidak boleh memasuki area
tersebut. Area tersebut merupakan area dimana para umat melakukan adat
upacara. Di area ini, terdapat bangunan-bangunan yang memiliki simbol-
simbol keTuhanan umat Hindu.
c. Bagian utama Pura, merupakan tempat yang di sakralkan karena area ini
sebagai kiblat umat Hindu untuk melakukan persembahyangan. Oleh
karena itu, para pengunjung sangat dilarang untuk mengunjungi area
tersebut.
d. Untuk para pengunjung yang datang diluar umat Hindu, tidak dikenakan
biaya masuk Pura. Dan pengunjung yang datang untuk memasuki Pura
diharuskan melepas alas kaki, serta tidak boleh sembarangan mengambil
gambar yang berada didalam Pura. Hanya di area tertentu seperti di area
pintu masuk Pura.
Pura tidak boleh dimasuki oleh pengunjung ataupun umat yang sedang
haid, umat yang salah satu keluarganya meninggal, dan orang gila, serta
berpakaian rapi. Hal ini karenakan Pura merupakan tempat peribadahan
dimana tempat itu harus dijaga kesuciannya. Bila salah satu dari tiganya
memasuki Pura maka harus diadakan upacara pembersihan.
8
c. Dupa secukupnya
d. Bunga / canang sari / kwangen secukupnya