Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karakter merupakan nilai fundamental yang tidak dapat dilepaskan
dalam pembentukan kepribadian individu. Karakter yang terbentuk sempurna
dapat mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang berpotensi dalam
mencapai sebuah kemajuan. Itu berarti karakter harus dipahami oleh seluruh
masyarakat utamanya bagi generasi muda saat ini atau yang lebih dikenal
dengan sebutan generasi milenial. Di era globalisasi ini peranan Agama
Hindu sangat dibutuhkan dalam pembentukan karakter generasi Milenial,
peranan agama hindu ini dapat melalui pendidikan agama Hindu yang
terdapat di sekolah maupun di tingkat perguruan tinggi, selain itu juga dapat
melalui bacaan seperti Bhagavad Gita. Dengan adanya pemahaman yang
lebih terhadap agama hindu diharapkan dapat membentuk generasi milenial
menjadi generasi muda yang berkarakter dan penuh dengan kesadaran dalam
melaksanakan ajaran agama. Maka dari itu peranan Agama Hindu sangat
pentung untuk generasi muda saat ini.

1.2. Rumusan Masalah


1.1. Bagaimana bila pengembangan karakter tidak didasari Agama
Hindu?
1.2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pengembangan karakter generasi
milenial?
1.3. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
karakter pada generasi milenial?

1.3. Metode Penulisan


1.1. Sumber dan Jenis Data

1
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan makalah ini berasal
dari artikel ilmiah yang bersumber dari Internet. Jenis data yang
diperoleh variatif, bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
1.2. Pengumpulan Data
Informasi didapat dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan
hasil studi dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan
saling terkait antar satu sama lain dan sesuai dengan topik yang
dibahas.
1.3. Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik
kajian. Kemudian dilakukan penyusunan berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat
argumentatif deskriptif.
1.4. Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapat setelah diragukan kembali pada rumusan Masalah,
tujuan sebaliknya, dan juga pembahasan. Simpulan yang ditarik
mempresentasikan pokok bahasan makalah, dan juga didukung
dengan saran praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.

1.4. Tujuan Penulisan


1.1. Menguraikan dampak bila pengembangan karakter tidak didasari
agama hindu
1.2. Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan
karakter generasi milenial
1.3. Menguraikan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan karakter pada generasi milenial

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penjelasan Judul


Dari judul “Peranan Agama Hindu Dalam Pengembangan Karakter
Generasi Milenial” dapat diambil beberapa kata penting yang memiliki
penjelasannya masing-masing antara lain: Agama Hindu, Pengembangan
Karakter, dan Generasi Milenial. Dengan penjelasannya sebagai berikut:
Agama Hindu disebut sebagai "agama tertua" di dunia yang masih
bertahan hingga kini, dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri
sebagai Sanātana-dharma (Dewanagari: सनातन धर्म), artinya "darma abadi" atau
"jalan abadi" yang melampaui asal mula manusia. Agama ini menyediakan
kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh umatnya tanpa
memandang strata, kasta, atau sekte seperti kejujuran, kesucian, dan
pengendalian diri.
Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-
tanda kebaikan, kebajikan, dan kematangan moral seseorang. Secara
etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang berarti
watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak.
Pengembangan karakter seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah,
nature) dan lingkungan (sosialisasi pendidikan, nurture). Potensi karakter
yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi-potensi tersebut
harus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.
Milenial atau juga dikenal sebagai Generasi Y adalah
kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Tidak ada batas waktu
yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti
biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini
dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran.
Milenial pada umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers dan
Gen-X yang tua. Generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan
penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.

3
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa judul “Peranan
Agama Hindu Dalam Pengembangan Karakter Generasi Milenial” memiliki
pengertian sebagai berikut:
Dalam hal pengembangan karakter seseorang apalagi di era sekarang
ini dimana generasi milenial menomor duakan spritual, sedangkan material
selalu dijadikan sebagai prioritas. Agama Hindu mempunyai peranan yang
sangat penting dalam hal ini. Agama Hindu berperan sebagai pengendali
tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang
berdasarkan emosi. Jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikannya sebagai
pedoman dalam kehidupan seseorang sehari-hari dan sudah ditanamkannya
sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapi
segala keinginan-keinginannya yang timbul. Jadi peranan Agama Hindu
sangat penting untuk mengembangkan karakter generasi milenial.

2.2. Realitas Judul


Generasi Millennials merupakan generasi yang dianggap spesial
karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya (2000-an ke
bawah), dimana karakter generasi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor,
apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi. Mengenai Teknologi
yang semakin canggih seiring berjalannya waktu, membuat para Generasi
Hindu pada masa sekarang atau sering dikenal dengan Jaman Now
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang sangat maju. Realitasnya
Pengaruh perkembangan teknologi membuat para generasi muda hindu lebih
memilih memanfaatkannya untuk sesuatu hal yang tidak baik, seperti bermain
game dan menonton film sampai lupa waktu, bahkan memanfaatkan
teknologi untuk mengakses film porno, selain itu generasi milenial di luar
sana juga mempergunakan kecanggihan teknologi sebagai alat untuk
melakukan penipuan, pencurian, pemerkosaan, terorisme, bahkan
perdagangan organ tubuh. Kondisi inilah yang membuat karakter generasi
milenial di pertanyakan karena dibandingkan memanfaatkan kecanggihan
teknologi untuk memperdalam pemahaman tentang Agama Hindu mereka

4
malah menggunakannya untuk hal yang negatif, sehingga menimbulkan
keprihatinan terhadap pengaruh kemajuan teknologi.
Karakter yang tidak didasari oleh pemahaman Agama Hindu itulah
yang membuat para generasi muda hindu lupa diri untuk menjalankan
dharma, sradha dan bhakti. Selain itu kebanyakan para generasi muda hindu
menjadi Umat Hindu karena kelahirannya, bukan karena kesadaran. Hal ini
membuat menurunnya pemahaman akan Agama Hindu di kalangan generasi
milenialis. Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan
karakter generasi milenial.

2.3. Sumber Sastra yang Terdapat dalam Judul


Kitab Sārasamuccaya merupakan salah satu dari pustaka suci Hindu
yang mengandung nilai-nilai pendidikan yang berimplikasi terhadap karakter.
Kitab Sārasamuccaya merupakan pedoman tingkah laku yang baik dalam
kehidupan manusia, yaitu religi dan etika. Kalau ajaran Bhagavad Gita
menyangkut filsafat maka kitab Sārasamuccaya berisikan ajaran etika. Kitab
Sārasamuccaya penuh dengan nilai pendidikan yang bermutu tinggi,
memahami dan mempelajari nilai tersebut dapat dijadikan sebagai “sasuluh
hidup” untuk kehidupan sehari-hari sehingga mampu meningkatkan aspek
kemanusiaannya, serta mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan
setiap orang.
Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Kitab Sārasamuccaya berperan
untuk membentuk peribadi yang berkarakter sesuai dengan tujuan pendidikan
agama Hindu. Salah satunya adalah nilai suśila (etika). Suśila berasal dari
bahasa Saṅskṛta yang terdiri dari kata su yang berarti baik, dan sila yang
berarti tingkah laku, jadi kata suśila artinya tingkah laku yang baik sesuai
dengan norma-norma yang hidup di masyarakat.
Salah satu penjabaran susila adalah “Etika berkomunikasi dengan
Sesama”. Etika berkomunikasi dengan Sesama dapat diartikan sebagai
Hubungan antara sesama yang harus berlandaskan saling asah, asih, asuh,
yang artinya saling menghargai, mengasihi, dan melindungi. Hubungan antara
keluarga dirumah harus harmonis, dengan masyarakat juga harus harmonis.

5
Hubungan baik ini menciptakan keamanan dan kedamaian lahir batin dan
masyarakat yang aman akan menciptakan tujuan yang tentram dan sejahtera.
Menganalisis tentang hubungan manusia dengan sesama, dalam kitab
Sārasamuccaya diuraikan sebagai berikut:
Na tāta parsya sandadhyat pratikulam yadātmannah, eṣa samkṣepato
dharma kāmādanyat prawartate. Kunang deyanta, hana ya prawṛtti, kupuhara
dening kāya wāk, manah, ndātan panukhe ya ri kita, magawe duhkha puhara
hṛdroga, yatika tan ulahakênanta ring len, haywa tan harimbawā, ika gatinta
mangkana, ya tika sangkṣepaning dharma ngaranya, wyartha kadamêlaning
dharma yan mangkana, līlāntat gawayakêna ya (Sārasamuccaya, sloka 41).
Terjemahan: Adapun yang patut engkau lakukan ialah jika suatu yang
timbul dari perbuatan, katakata dan pikiran yang tidak menyenangkan bagimu
sendiri serta menimbulkan kesusahan dan menyebabkan penyakit, janganlah
diperbuat hal yang demikian itu pada orang lain. Berbuatlah amal selalu
untuk kesejahteraan orang lain berdasarkan cinta kasih. Perbuatanmu yang
demikian itu dharma namanya. Jika menyimpang dari ajaran dharma, lebih
baik janganlah dilakukan

2.4. Solusi Judul


Peranan agama hindu sangat penting dalam pengembangan karakter
generasi milenial. Agar bisa terhindar dari hal negatif dan bisa
mengembangkan karakter menjadi pribadi yang baik, maka harus dapat
memahami ajaran agama hindu sebagaimana mestinya. Upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan memahami peranan agama hindu dapat lewat
pendidikan agama yang dapat dibagi menjadi dua yaitu pendidikan formal
dan pendidikan non formal. Pendidikan formal tentu saja didapatkan dari
proses pembelajaran agama hindu disekolah sejak dulu. Pendidikan tersebut
pada umumnya hanya bersifat teoritis yang dalam mekanisme
pembelajarannya adalah menyampaikan pesan moral, budi pekerti, tata susila
dan makna makna agama hindu.

Contoh nya :

6
a) Adanya ajaran tat twan asi (aku adalah kau)
b) Adanya ajaran ahimsa (tidak membunuh)
c) Adanya ajaran tri kaya parisudha (berbuat, berbicara dan berpikir
yang baik)
d) Sad ripu (enam musuh dalam diri kita)
e) dan lain lain

Jika pendidikan tersebut belum mampu mengarah kan seseorang untuk


berkarakter yang baik. Maka ada hal lain yang dapat digunakan sebagai
penunjang yaitu pendidikan non formal. Dalam pendidikan ini, keluarga
(orang tua) merupakan media untuk menanamkan ajaran-ajaran agama hindu
pada anaknya sejak dini.

Bila sejak dini anak telah ditanamkan ajaran-ajaran tersebut, pastinya


ketika anak itu dewasa, maka akan muncul karakter yang baik. Kegiatan-
kegiatan yang bersosioreligius harus nya penting juga dalam membentuk
kepribadian setiap orang. Contohnya seperti kegiatan ngayah dipura. Selain
dapat bersosialisasi beradaptasi dengan lingkungan serta dapat meningkat kan
keterampilan dalam membuat sarana upacara (penjor, tipat, banten, canang)
dengan kegiatan-kegiatan positif ini, disamping pembentukan karakter yang
baik, tetapi juga mampu untuk mengisi waktu luang agar tidak terisi oleh
kegiatan negatif. Dengan berbagai hal yang dijelaskan diatas peranan agama
hindu memang penting dalam dalam membentuk kepribadian yang baik dan
mampu mengikis sedikit demi sedikit krisis moral yang terjadi di generasi
milenial saat ini. Karena kembali ketujuan awal pendidikan disamping cerdas
serta intelektual, tapi juga harus membentuk karakter yang positif.

BAB III

7
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan topik permasalhan di atas dapat disimpulkan bahwa
peranan agama Hindu sangatlah penting untuk membentuk maupun
mengembangkan karakter seseorang menjadi lebih baik terutama bagi
generasi milenial maupun yang lain. pengembangan karakter ini sudah
terdapat sejak dulu di dalam kitab Sārasamuccaya yang memuat lengkap
mengenai nilai nilai dalam membentuk, mengembangkan ataupun
menguatkan karakter seseorang. Jadi walaupun zaman semakin maju dan
teknologi semakin canggih kita sebagai umat beragama tidak boleh
melupakan kewajiban kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan dengan
sesama, demi untuk mencapai moksa.

3.2. Saran-Saran
Dalam pembentukan atau pengembangan karakter seseorang
sebaiknya dimulai dari usia dini dan dimulai dari lingkungan terkecil yakni
keluarga. Dan sebaiknya disetiap keluarga memiliki satu buah kitab suci,
yang paling umum adalah kitab suci Bhagavad Gida. Dengan demikian setiap
keluarga dapat memperdalam pengetahuan mengenai agama dan bisa
menjadikan diri sebagai individu yang baik di zaman sekarang ini. dan untuk
generasi milenial ada baiknya untuk memprioritaskan agama sebagai yang
utama ketimbang kebutuhan material sehingga tidak akan menghabiskan
semua waktu hanya untuk teknologi tapi gunakanlah juga untuk sembahyang.
Dengan demikian diharapkan generasi milenial dapat mengembangkan
karakternya menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai