Anda di halaman 1dari 9

Prolitera, 1(1): Juli 2018, ISSN 26216795

PROLITERA
Jurnal Penelitian Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
STKIP Santu Paulus Ruteng, e-mail: jurnalproliterapbsi@gmail.com
Available online: http://jurnal.stkipsantupaulus.ac.id/index.php/jpro/

APROPRIASI DAN ADAPTASI DALAM CHICK LIT INDONESIA

Ans. Prawati Yuliantari dan Angela Klaudia Danu


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP Santu Paulus Ruteng
tia.yuliantari@gmail.com dan angelaklaudia037@gmail.com

Abstrak
Chick lit merupakan genre sastra baru yang memperoleh perhatian dari kritikus sastra karena kesuksesannya di
berbagai negara. Salah satu faktor yang mempengaruhi popularitas chick lit adalah apropriasi dan adaptasi
yang dilakukan oleh para penulis genre ini di berbagai negara sehingga terjadi reterritorialisasi dalam bentuk
dan temanya. Apropriasi dan adaptasi yang terdapat dalam chick lit Indonesia merupakan bentuk
reterritorialisasi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lokal dan pangsa yang disasarnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis bentuk-bentuk reteritorialisasi budaya yang ada dalam chick lit Indonesia,
sekaligus melihat representasi lokalitas sebagai penanda perbedaan dengan chick lit yang berasal dari negara
asalnya. Metode yang dipergunakan adalah thick description yang dikemukakan oleh Pontoretto. Dengan
menggunakan metode ini teks dianalisis dan diinterpretasikan secara kontekstual sehingga dapat memberikan
thick meaning pada hasil penelitian. Obyek kajian dalam artikel ini adalah novel Dare to be Urbanista dan The
Bridesmate’s Story. Dari penelitian ini dapat dilihat representasi lokalitas chick lit Indonesia, sekaligus
apropriasi dan adaptasinya sebagai bentuk reterritorialisasi budaya.

Kata kunci: apropriasi, adaptasi, chick lit, Indonesia

Abstract
Chick lit is a new literary genre that gained the attention of literary critics because of its success in various
countries. One of the factors affecting the popularity of chick lit is the appropriation and adaptation done by
the writers of this genre in various countries so that there is reterritorialization in the form and theme. The
appropriation and adaptability contained in Indonesian chick lit is a form of reterritorialization to adapt to
local conditions and their intended share. This study aims to analyze the forms of cultural reteritorialization
that exist in chick lit Indonesia, as well as see the representation of locality as a marker of difference with
chick lit originating from the country of origin. The method used is the thick description proposed by
Pontoretto. By this method, the text analyzed and interpreted contextually to give a thick meaning. The object
of study in this article are two novels, namely Dare to be Urbanista and The Bridesmate's Story. The result of
the research are representation of localities in Indonesian chick lit, as well as its appropriation and
adaptation as a form of cultural reterritorialization.

Keywords: appropriation, adaptation, chick lit, Indonesia

1
Prolitera: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya, 1 (1) 2018, hal. 1 – 9

PENDAHULUAN reteritorialisasi genre sastra asing yang masuk ke


Tahun 1990-an dunia sastra di Indonesia Indonesia. Reteritorialisasi ini dilakukan melalui
menerima kehadiran genre sastra baru, yaitu chick proses apropriasi, adaptasi, dan indigenisasi dalam
lit dari Inggris. Chick lit menggambarkan kehidupan karya sastra. Proses reteritorialisasi dalam chick lit
perempuan di kota besar sehingga mencapai Indonesia, seperti halnya di beberapa negara, dapat
popularitas melebihi genre lainnya. Hal ini terlihat dilihat dalam teks maupun luar teks seperti simbol-
dari jumlah penjualan, menjamurnya pengarang, dan simbol yang ditampilkan pada sampul bukunya.
banyak penerbit yang mengkhususkan lini produksi Berdasarkan paparan di atas, maka muncul
untuk chick lit. Popularitas chick lit dimulai dari beberapa pertanyaan. Misalnya, Mengapa chick lit
penerbitan buku Helen Fielding yang berjudul memperoleh popularitas di Indonesia? Apakah
Bridget Jones’ Diary (1996). Buku tersebut disusul perbedaan dan persamaan antara chick lit yang
dengan serangkaian karya Sophie Kinsela, yaitu berasal dari Indonesia dan negara asalnya?
serial Shophaholic. Kesuksesan karya kedua Bagaimana bentuk apropriasi dan adaptasi yang
pengarang Inggris ini memicu penerbitan karya dilakukan oleh para penulis di Indonesia, dan
sejenis di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Mengapa proses reteritorialisasi dilakukan oleh para
Hongaria, dan Indonesia (Ferriss & Young, 2006). penulis lokal?
Popularitas chick lit menimbulkan Permasalahan-permasalahan di atas dapat
kontroversi, baik di negara asalnya, maupun di dijawab dengan menggunakan konsep James Lull
Amerika yang menjadi awal kemunculan chick lit tentang teritori budaya (Lull, 1995). Konsep ini
lokal. Perdebatan tentang nilai sastra dalam chick lit menjelaskan proses reteritorialisasi yang dilakukan
dan kelayakannya sebagai karya sastra oleh aktor-aktor lokal terhadap produk budaya asing
dipublikasikan pada berbagai artikel di media yang masuk ke suatu negara. Konsep ini akan
massa. Meskipun demikian, pasar tetap menganggap dipakai untuk menjawab proses apropriasi, adaptasi,
genre baru ini potensial untuk menjangkau lebih dan indigenisasi chick lit yang berasal dari Inggris
banyak pembaca dibanding genre lainnya, terutama menjadi “sastra wangi” di Indonesia. Penggunaan
setelah film Bridget Jones’ Diary memperoleh konsep ini didasari pada asumsi bahwa terjadi
kesuksesan yang sama besar dengan versi berbagai penyesuaian antara sastra aslinya dengan
tertulisnya. kondisi lokal sehingga karya-karya chick lit
Penyebaran chick lit ke banyak negara memperoleh popularitas yang sama dengan negara
memunculkan karya dengan setting lokal. Genre ini asalnya. Asumsi kedua, upaya yang dilakukan oleh
di Hongaria disebut szingliregeny, istilah yang para penulis lokal untuk memasukkan unsur-unsur
merupakan derivasi dari kata Singleton, yaitu novel lokal bertujuan menyesuaikan genre yang berasal
untuk perempuan yang belum menikah (single) dari luar agar sesuai dengan selera masyarakat
(Sellei, 2006). Sementara itu, di Indonesia chick lit setempat untuk mempermudah penerimaan karya itu
disebut “sastra wangi” (Ferriss & Young, 2006). Hal oleh para pembaca. Teori representasi identitas oleh
ini berbeda dengan sastra asal yang mengangkat Hall (1996; 2005) dipergunakan untuk menjawab
perempuan kelas menengah, pekerja, dan berkulit kemunculan nilai-nilai, simbol-simbol, dan
putih. Karya-karya sejenis dari berbagai negara persoalan-persoalan lokal yang ada dalam teks
mengalami perubahan sesuai dengan kondisi sosial, novel. Penggunaan teori ini didasarkan pada asumsi
ekonomi, dan politik setempat. bahwa simbol-simbol, nilai-nilai, dan persoalan-
Secara tekstual, lokalitas dalam chick lit tidak persoalan lokal yang ditampilkan merupakan
hanya dalam bahasa yang dipergunakannya, tetapi representasi dari masyarakatnya. Representasi
juga tokoh, alur cerita, simbol-simbol, dan lokalitas ini penting agar karya itu membumi dan
persoalan-persoalan yang diangkatnya. Aspek-aspek mengungkapkan realitas pembaca sebagaimana ciri
itu merepresentasikan realitas kehidupan perempuan khas sebuah chick lit (Ferriss & Young, 2006;
kebanyakan yang berjuang di tengah kondisi sosial, Smith, 2008).
ekonomi, dan politik di seluruh dunia. Sementara Berdasarkan berbagai persoalan dan asumsi di
simbol-simbol lokalitas tidak hanya ditampilkan atas maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
dalam teks, tetapi juga gambar, pilihan desain, dan Pertama, mengungkapkan penyebab popularitas
warna dari sampul bukunya. chick lit di Indonesia. Kedua, menganalisis bentuk
Representasi lokalitas dalam chick lit apropriasi, adaptasi, dan indigenisasi yang dilakukan
Indonesia tidak hanya menampilkan budaya dan oleh para penulis chick lit Indonesia dalam tiga
kondisi sosial ekonomi masyarakatnya, tetapi juga novel yang diangkat sebagai bahan kajian dengan
menjadi bagian dari upaya melakukan melakukan pembandingan terhadap bentuk karya
2
Yuliantari & Danu, Apropriasi dan Adaptasi…

aslinya dengan chick lit Indonesia. Ketiga, istilahnya. Melalui salah satu artikelnya, Chris
penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan Mazza (2006) menyatakan bahwa istilah chick lit
penyebab dilakukannya proses reteritorialisasi oleh dimaksudkan sebagai ejekan bagi karya sastra
para penulis lokal terhadap karya chick lit yang perempuan yang berbicara tentang dunia
berasal dari Inggris. Dengan demikian, pemaknaan perempuan. Hal itu berdasarkan buku kumpulan
terhadap reteritorialisasi chick lit Indonesia dengan cerita pendek Chick-Lit: Postfeminist Fiction (1995)
menampilkan representasi lokalitas ini dilakukan yang berisi tentang perempuan dalam relasinya
secara kontekstual, bukan semata-mata tekstual. dengan sesama perempuan maupun dengan laki-
Orientasi dalam penelitian ini mencakup dua laki.
hal, yakni orientasi teoretis dan orientasi praktis. Kajian lainnya tentang chick lit yang
Orientasi teoretis bertolak dari penelitian berhubungan dengan multikulturalisme di Amerika
sebelumnya, yaitu penelitian tentang sejarah chick adalah tulisan Guerrero (2006). Guerrero membahas
lit yang dilakukan oleh Mazza (2006) dan Wells perubahan orientasi chick lit yang berbicara tentang
(2006), multikulturalisme chick lit di Amerika yang perempuan kulit putih golongan kelas menengah
dilakukan oleh (Guerrero, 2006); kajian tentang pekerja menjadi perempuan kulit hitam dengan
chick lit di berbagai negara (Sellei, 2006), (Noor, berbagai permasalahan yang dihadapinya.
2014), (Dewi, 2011), ekstensi chick lit menjadi Selain berbicara tentang perempuan pekerja
berbagai bentuk literatur untuk perempuan yang masih membujang, chick lit mengalami
(Benstock, 2006; Johnson, 2006; Hewett, 2006; transformasi menjadi berbagai jenis bacaan khusus
Halle, 2006), dan konsumerisme di dalam chick lit perempuan lainnya, seperti bacaan untuk perempuan
(Smith, 2008). Penelitian-penelitian di atas yang telah menikah dan mempunyai keturunan,
mempunyai benang merah berupa popularitas chick disebut mommy lit (Hewett, 2006) dan teen lit, yaitu
lit tidak terpisahkan dari berbagai persoalan yang bacaan khusus remaja perempuan dengan berbagai
dihadapi oleh perempuan kelas menengah di kota- persoalan yang dihadapi (Johnson, 2006). Bahkan
kota besar. Berbagai persoalan yang secara realitas bacaan tentang perempuan pekerja ini juga
dihadapi oleh perempuan kelas menengah di merambah pada status pekerjaan tertentu, seperti
perkotaan menjadikan genre ini sebagai representasi Nanny Lit yang dikritisi oleh Halle (2006). Novel
kehidupan mereka sehingga dianggap mendekati tentang perempuan pekerja ini disebut Underling Lit
kehidupan nyata dibandingkan sebuah fiksi. atau Assistant Lit, yaitu kisah tentang kesulitan dan
Orientasi praktis memperlihatkan bahwa tekanan yang dialami oleh para pekerja dalam
novel-novel chick lit dianggap mewakili kehidupan menghadapi birokrasi di tempat kerjanya. Berbeda
nyata para pembacanya sehingga proses apropriasi dengan Mommy Lit dan Teen Lit, cerita dalam
dan adaptasinya menjadi unsur utama dalam Underling Lit atau Assistant Lit, dianggap
produksinya. Demikian juga proses indigenisasi menghilangkan ciri khas chick lit yang
yang menjadikan novel-novel itu berbeda dari novel membangkitkan semangat dan menghibur bagi
aslinya. Proses-proses itu mendasari terjadinya pembacanya dan berganti dengan keluhan,
reteritorialisasi budaya pada chick lit Indonesia. penderitaan, serta perasaan sebagai kurban yang
Penelitian ini menawarkan orientasi penelitian dinarasikan oleh penceritanya. Sementara
baru sastra populer dengan menggunakan pembahasan tentang chick lit di luar Inggris dan
pendekatan ilmu sosial. Konsep baru ini Amerika dilakukan oleh Sellei (2006), Dewi (2011),
memperluas pembahasan sastra populer tidak hanya dan Noor (2014).
bersifat tekstual tetapi kontekstual karena proses- Salah satu bahan kajian yang menarik
proses aproriasi, adaptasi, dan indigenisasi tidak perhatian para ahli adalah hubungan chick lit dengan
dapat dipisahkan dari konteks budaya lokal dan pola hidup konsumtif yang dilakukan oleh para
selera pembaca di sebuah wilayah. Penggunaan tokohnya. Smith (2008) secara khusus
pendekatan ilmu sosial dalam analisis sastra populer membicarakan tentang konsumerisme dan budaya
juga memungkinkan analisis tentang gejala sosial, kosmopolitan yang dianut oleh para tokoh chick lit.
ekonomi, dan budaya yang melatarbelakangi Kosmopolitan di sini bersifat ambigu, yaitu gaya
munculnya karya-karya populer di sebuah negara. hidup kosmopolitan dan kebiasaan tokoh-tokohnya
Kajian ilmiah tentang chick lit belum banyak untuk mengacu pada berbagai nasehat dan tips gaya
dilakukan oleh para ahli kecuali perdebatan- hidup dari majalah perempuan yang
perdebatan dari para kritikus sastra melalui berbagai direpresentasikan oleh majalah Cosmopolitan.
koran dan majalah. Perdebatan itu kebanyakan Kebiasaan hidup konsumtif yang ditampilkan dalam
tentang posisi chick lit dalam dunia sastra seperti cerita-cerita chick lit juga dibahas oleh Van Slooten
yang dikemukakan oleh Ferriss & Young (2006). (2006).
Dalam kajian ilmiah pertama tentang chick lit ini Sementara itu, konsep-konsep teoretis yang
dibahas sejarah dan awal mula penggunaan dijadikan kerangka acuan dalam proses penelitian
3
Prolitera: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya, 1 (1) 2018, hal. 1 – 9

dan analisis data, yakni konsep reteritorialisasi Penelitian ini dilaksanakan selama satu tahun
budaya (cultural reterritorialization). Konsep ini dengan melakukan studi pustaka terhadap tiga novel
merupakan hasil dari serangkaian proses untuk chick lit Indonesia, yaitu Dare to be Urbanista (Dee
mendefinisikan teritori kultural (cultural territory) Daveenar), dan The Bridesmate’s Story (Irena
yang baru dari sekelompok orang atau bangsa Tjiunata). Ketiga novel ini merupakan terbitan PT.
terhadap budaya luar. Konsep reteritorialisasi ini Gramedia Pustaka Utama. Pemilihan novel dari
sebagian besar dilakukan untuk menganalisis penerbit terkenal didasari asumsi bahwa karya itu
hibriditas budaya atau proses apropriasi musik memiliki kualitas yang baik dan potensial untuk
(Androutsopoulos & Scholz, 2003; Bennett, 2001; dibaca oleh kalangan yang luas.
Bennett, 2004). Pembahasan Lull (1995) sendiri Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
mencontohkan proses indigenisasi berbagai budaya, adalah data primer dan data sekunder. Data
terutama dalam musik rap yang terjadi di beberapa primer lebih diutamakan dibandingkan data
negara termasuk Indonesia. sekunder. Data primer berasal dari sumber primer
Representasi lokalitas banyak dibahas dalam berupa tiga novel chick lit yang dipilih. Data
kajian budaya (cultural studies). Salah satu teori sekunder berupa data yang dikumpulkan melalui
representasi identitas dikemukakan oleh Stuart Hall studi kepustakaan (termasuk penelusuran via
(1996; 2005). Menurut Hall tidak ada pemahaman internet).
tentang identitas di luar budaya dan representasi, Data yang diperoleh lalu dikumpulkan,
sehingga hal itu sering disebut dengan identitas diidentifikasi, diklasifikasikan, dan
kultural. Lebih lanjut, dikatakannya bahwa buku, dikategorisasikan menurut tema yang ditemukan
film, dan lain-lainnya dipahami sebagai representasi peneliti selama proses penelitian. Data primer yang
berupa refleksi atau reproduksi dari dunia nyata “di berasal dari tiga novel chick lit dibaca dan dibuat
luar” mereka (Procter, 2004). katalognya berdasarkan tema-tema yang menjadi
Berdasarkan berbagai kajian di atas dapat bahan kajian dalam penelitian. Data kepustakaan
dilihat bahwa kajian tentang chick lit dari aspek yang berupa buku, jurnal, majalah baik cetak
reteritorialisasi budaya dengan menggunakan maupun online, disusun berdasarkan tema dan
representasi budaya lokal di Indonesia belum pernah disimpan dalam bentuk catatan keras (hard copy)
dilakukan. Proses reteritorialisasi budaya dalam maupun catatan lunak (soft copy) untuk mendukung
chick lit Indonesia merupakan unsur yang analisis data primer.
membedakan karya penulis Indonesia dengan negara Data yang telah dikategorisasi kemudian
asalnya. Perbedaan itu menjadi unsur utama yang dihubungkan untuk melihat keterkaitannya. Proses
mendukung popularitas genre ini dan memberi selanjutnya adalah interpretasi data oleh peneliti
kesempatan munculnya perspektif baru dalam novel untuk menjawab permasalahan yang diajukan
yang menyasar perempuan sebagai pembacanya. dalam pertanyaan penelitian dan mewujudkan
tujuan penelitian. Hasil analisis dideskripsikan
dalam bentuk laporan penelitian, artikel dalam
METODE jurnal ilmiah, dan bahan ajar.
Penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan yang tergolong dalam kategori
penelitian kualitatif dengan metode thick description HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dikemukakan Pontoretto. Proses metode ini Penyebaran chick lit ke Indonesia diawali
menganalisis fenomena dengan melukiskan dan dengan penerjemahan novel-novel yang laris
menginterpretasikan isi teks yang diteliti secara dan terkenal di dunia. Novel chick lit seperti
kontekstual dan menyajikan thick interpretation Bridget Jones’s Diary karangan Helen Fielding,
sehingga dapat memberikan thick meaning pada trilogi Shopaholic oleh Sophie Kinsela, Jemima
hasil penelitian dan menyajikan pemahaman bagi
J, dan Mr. Maybe oleh Jane Green diterbitkan oleh
pembaca. Dengan demikian, karakteristik penelitian
Gramedia (Djundjung, 2004). Kehadiran novel-
ini adalah kajian tentang teks dalam tiga novel yang
novel itu mendapat tanggapan yang positif, bahkan
menjadi obyek penelitian dan simbol-simbol baik
laris di pasaran. Pangsa pasar yang terdiri dari para
berupa lukisan, warna, dan teks yang terdapat pada
perempuan pekerja dan gadis-gadis kalangan
sampulnya. Relasi antara teks dan unsur lainnya
menengah ke atas merespon kehadiran genre baru
dalam novel itu dideskripsikan dan dikaji secara
itu dengan antusias. Reaksi pasar itu membuka
komprehensif dan mendalam sehingga dapat
peluang bagi Gramedia dan penerbit-penerbit
ditemukan makna kontekstualnya.
4
Yuliantari & Danu, Apropriasi dan Adaptasi…

lainnya, seperti Katakita, Elex Media Computindo, globalization and market needs.” (Fung,
dan lain-lainnya untuk menerbitkan novel dari genre Erni, & Yang, 2015, hlm. 486-487).
ini.
Kehadiran para pengarang novel chick lit Jadi proses adaptasi ini demi kepentingan
dari Indonesia pasti membawa dampak terhadap tertentu baik sosial, budaya, maupun politik di satu
genre ini. Salah satu bentuk pengaruh itu adalah sisi, dan permintaan pasar di sisi lainnya. Aspek ini
munculnya chick lit khas Indonesia yang lebih menonjol dibandingkan resistensi lokal
berbeda dari bentuk aslinya. Perbedaan ini terhadap akibat budaya global. Penyesuaian ini
diakibatkan oleh adanya proses apropriasi dan bukan merupakan resistensi, tetapi representasi
identitas budaya dengan menggunakan format
adaptasi yang dilakukan oleh para penulis. budaya asing. Penggunaan format asli ini demi
Menurut Shuker (2001: 11), apropriasi adalah kepentingan pasar dan mengikuti tren sastra dunia,
“…the process of borrowing, reworking, and sehingga tidak mempunyai kaitan dengan
combining from other sources to form new pemertahanan budaya terhadap derasnya arus
cultural forms and spaces…. Jadi, para penulis globalisasi ke Indonesia.
novel Indonesia melakukan proses peminjaman dari Terdapat beberapa penyesuaian genre chick lit
bentuk asli genre chick lit yang berasal dari Barat, lokal terhadap genre Barat. Bentuk adaptasi itu
membuat bentuk-bentuk lokal, dan terdapat pada teks novel maupun sampul luarnya.
mengkombinasikannya dengan bentuk-bentuk novel Adaptasi dalam bentuk teks terdapat pada: Pertama,
Indonesia sehingga tercipta novel chick lit Indonesia karakter perempuan yang menjadi tokoh utama.
berformat sesuai dengan genre aslinya, tetapi Perempuan dalam novel chick lit Indonesia selalu
mempunyai kandungan lokal dalam isinya. Format digambarkan sebagai sosok yang sempurna secara
asli yang terlihat adalah tokoh utamanya seorang fisik. Hal itu selalu diidentikkan dengan wajah
perempuan pekerja yang tinggal di kota cantik, tubuh tinggi dan langsing, serta berkulit
metropolitan, lajang, bekerja pada industri kreatif, terang. Penggambaran tokoh perempuan seperti di
menempuh jalan yang berliku-liku untuk atas, menurut Baykan (2014) setipe dengan novel
menemukan pasangan, dan memiliki teman-teman roman seperti Harlequin, di mana tokohnya tidak
yang membantunya dalam memecahkan berbagai bercacat, cantik, dan penuh kesabaran menunggu
persoalan. Novel chick lit Indonesia secara fisik juga tokoh impiannya. Kondisi ini berkebalikan dari
mirip dengan novel sejenis yang berasal dari Barat, tokoh chick lit Barat yang mengalami banyak
yaitu berwarna cerah seperti permen, menggunakan persoalan akibat kondisi fisiknya, seperti
huruf sambung, dan menggunakan gambar kartun. kegemukan atau berjerawat, dan mengalami
Penceritaan asli yang mengikuti budaya Barat anoreksia akibat kekasih yang memperlakukannya
mendapat koreksi karena kebutuhan pasar lokal. dengan kasar.
Terjadi adaptasi oleh para pengarang chick lit Dalam dua novel Indonesia yang menjadi
Indonesia pada tulisan-tulisan mereka. Menurut bahan kajian dalam penelitian ini, kedua tokoh
Fung, Erni, & Yang (2015) proses adaptasi ini perempuannya menarik secara fisik sehingga para
menjadi bagian dalam budaya di Asia: lelaki tertarik pada mereka. Status mereka yang
masih lajang bukan akibat penolakan laki-laki, tetapi
“Under the dominance of global standar tinggi yang mereka tetapkan untuk memilih
continuity, cultural localization and lawan jenis. Selain itu mereka juga lebih
adaptation become a main part to mengutamakan karir dibanding memilih pasangan.
construct the contemporary Asian Apropriasi dan adaptasi kedua adalah,
popular culture. It describes and perempuan dalam novel DTU dan BS adalah
prescribes how global popular culture is perempuan karir biasa yang bergabung dalam
sebuah perusahaan atau menjadi wiraswasta. Tidak
being transplanted in Asia; it is perhaps
disinggung hubungan dengan sosialita kelas atas
perceived as Americanization or Western seperti yang ditulis dalam BB atau DWP. Kedua
modernization. The popular culture being cerita terakhir mengangkat cerita tentang wanita
transplanted generally retains its original lajang yang memiliki relasi luas dengan para
nature and global content; the forces of sosialita. Relasi tersebut dijalin karena pekerjaan
localization can be comprehended to tokoh utama mengharuskannya mengenal kehidupan
economic and/or political interests, and kaum sosialita demi kepentingan pekerjaan maupun
this cultural adaptation indicates a berkawan dekat dengan mereka. Pemilihan
negotiated outcome between the forces of pekerjaan yang umum dilakukan oleh perempuan
kelas menengah di Indonesia oleh para penulis chick

5
Prolitera: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya, 1 (1) 2018, hal. 1 – 9

lit lokal disebabkan oleh dua hal: pertama, pangsa semua cerita adalah fakta, tetapi novel itu
pasar yang dibidiknya adalah perempuan pekerja merupakan bagian dari kisah keseharian para
kelas menengah yang berusaha mengidentifikasikan urbanis yang tinggal di Jakarta. Sementara BS lebih
diri dengan tokoh dalam novelnya. Kedua, terasa nuansa fiksinya, tetapi penulisnya berusaha
pekerjaan dalam industri kreatif seperti dalam novel menampilkan tokoh perempuan dan temannya yang
chick lit Barat kurang dikenal sehingga salah satu berasal dari golongan menengah ke atas dengan cara
ciri khas novel chick lit, yaitu representasi berbeda, mereka menunjukkan hal itu dengan
kehidupan pembacanya tidak mencapai sasaran menyebutkan nama barang-barang berlabel terkenal
apabila penceritaannya mengambil tema golongan yang dikenakan oleh tokoh-tokohnya.
atas seperti beberapa judul di atas. Dua chick lit dari Indonesia yang menjadi
Adaptasi lainnya menyangkut watak dari obyek kajian dalam penelitian ini menampilkan
perempuan yang menjadi tokoh utama. Perempuan dinamika kerja yang lebih beragam. Fokus
pekerja di Indonesia harus bersaing dengan sasama utamanya adalah relasi dengan teman di kantor dan
perempuan maupun lawan jenisnya. Tidak ada caranya bertahan dalam menghadapi persaingan itu,
diskriminasi pekerjaan berdasarkan gender. Hal ini tetapi berbeda dengan BJD yang memperlihatkan
mengharuskan penulis novel Indonesia kondisi memprihatinkan dalam karir tokohnya,
menyesuaikan diri dengan kondisi lokal. Tokoh dalam chick lit Indonesia persoalan pekerjaan sang
perempuan dalam novel DTU dan BS berprinsip tokoh selalu stabil. Kestabilan ini berguna untuk
kuat dalam mempertahankan pendapat dan berani menunjang gambaran yang ditampilkan untuk tokoh
berargumen melawan pihak yang bertentangan sosok perempuan yang mandiri secara finansial.
dengannya. Sikap ini berbeda dengan perempuan Kemampuan finansial ini penting untuk tetap
dalam novel BB yang menuruti permintaan menempatkannya sebagai golongan menengah ke
pacarnya untuk terbang ke Los Angeles dari tempat atas. Meskipun dalam novel DTU disebutkan
tinggalnya di New York dan menderita anoreksia, perlakuan tidak adil yang diterima oleh tokoh
serta berusaha bunuh diri akibat ditinggalkan perempuannya dalam suatu kali karena gagal
kekasihnya. Para novelis chick lit Indonesia dipromosikan oleh pimpinannya akibat adanya
berusaha mengubah posisi perempuan yang selalu pesaing yang dekat dengan pimpinan itu.
menjadi korban karena kenaifannya menjadi Bahkan dalam beberapa chick lit Indonesia
perempuan mata yang mengerti terhadap tugas dan dinamika dunia kerja menjadi bagian dominan
tanggung-jawabnya serta mampu menyatakan dalam penceritaan selain relasi sosial dan percintaan
pendapat tanpa terkesan kasar dan vulgar. dari tokoh utamanya. Dinamika kerja terutama
Beberapa novel chick lit Indonesia, seperti berbentuk relasi dengan teman-teman sehabis rapat
“Cewe Matre” (CM) dan “Jodoh Monika” (JM) atau setelah jam kerja. Kebiasaan berkumpul
karangan Alberthiene Endah, menceritakan tentang beberapa orang untuk bersama-sama menghabiskan
kehidupan glamour dengan mengemukakan hari ini tidak terdapat dalam novel-novel Barat. Hal
kegemaran tokoh perempuan menggunakan label ini disesuaikan dengan kondisi masyarakat
ternama dari para perancang dunia. Beberapa bagian Indonesia yang gemar ngobrol dan bersosialisasi
novel BS juga menggambarkan keinginan teman dengan lingkungannya.
perempuan sang tokoh untuk memilih baju Pada chick lit Barat, fenomena lainnya yang
pengantin yang sesuai dengan kedudukan sosialnya. diangkat adalah perselingkuhan antara pacar tokoh
Mereka mengunjungi butik perancang gaun utama dengan perempuan tidak dikenal, atau
pengantin ternama, tetapi dalam teks novel itu tidak perselingkuhan antara teman yang secara sengaja
terdapat tulisan tentang label-label terkenal. Novel atau tidak sengaja berpacaran dengan kekasih
DTU beberapa kali menyebut tentang tas berlabel sahabatnya sehingga menyebabkannya tokoh utama
tertentu, tetapi dalam percakapan tokoh dengan patah hati dan mencari kekasih baru. Alur seperti itu
pembaca, digambarkan bahwa pola hidup tokoh terdapat dalam beberapa novel seperti BJD, BB,
perempuannya berhati-hati dan cermat dalam DWP, dan juga Mr. Right (MR). Mereka fokus
mengeluarkan uang. Dia lebih memilih barang menceritakan dinamika asmara antara tokoh utama
berdasarkan fungsinya dan manfaatnya untuk jangka perempuan dengan beberapa lelaki. Hal serupa juga
panjang. terdapat dalam novel Indonesia seperti Jodoh
Adaptasi ini dapat muncul karena chick lit Monika (JM) dan Cewe Matre (CM). Tetapi dalam
yang berjudul DTU bukan sepenuhnya novel hasil CM tokoh utama perempuannya memang sengaja
imajinasi pengarang, tetapi merupakan perjalanan mencari lelaki kaya untuk kepentingan pribadinya,
dan pengalaman hidup tokohnya. Meskipun tidak bukan semata-mata menjadikannya sebagai
6
Yuliantari & Danu, Apropriasi dan Adaptasi…

pasangan. Alur pergantian teman lelaki dalam novel Kekhasan chick lit Indonesia adalah akhir dari
itu bukan karena kegagalan percintaan tetapi sengaja cerita selalu diisi dengan keberhasilan tokoh
dilakukan. perempuan untuk mengikat hubungan pernikahan
Berbeda dengan novel-novel di atas, DTU dengan kekasihnya. Hal itu menjadi akhir dari cerita
tidak secara eksplisit menunjukkan keinginan tokoh pada novel JM, KJ, BS, dan lain-lain. Bahkan CM
untuk mencari pasangan, tetapi justu membeberkan juga mengindikasikan hal serupa meskipun dikemas
fenomena perselingkuhan yang dilakukan dengan bentuk lain. Sementara DTU tidak
antarteman kerja tokoh utama di kantor atau orang menggunakan akhir cerita seperti itu karena
yang berusaha mendekati tokoh utama tetapi penggunaan metode akhir cerita yang terbuka.
memiliki sudah menikah (suami/istri orang). Penceritaan dengan metode akhir yang bahagia
Sementara dalam BS tidak terjadi diidentikkan dengan pernikahan, sebuah tujuan yang
perselingkuhan tetapi teman tokoh perempuan sudah dibangun sejak awal cerita. Hal ini berbeda
mengalami persoalan dengan pacarnya karena dengan chick lit Barat yang tidak mengidentikkan
mantan pacar kekasihnya selalu berusaha merusak keberhasilan tokoh menemukan pasangan dengan
hubungan itu dan didukung oleh orang tua pernikahan. Pada novel BJD dan BB tidak ada akhir
perempuan sang pacar. Hal itu menjadi jalinan cerita yang mengindikasikan pernikahan. Bahkan dalam
dominan dalam novel. Kehidupan asmara tokoh novel BJD seri berikutnya diketahui bahwa Bridget
utama justru tidak dinamis karena perempuan itu belum menikah dengan Mark Darcy dan menjadi
hanya didekati oleh seorang laki-laki yang tidak kekasih orang lain sebelum kembali bertemu dengan
disukainya sebelum bertemu dengan kekasihnya. teman sekaligus kekasihnya itu. Demikian pula
Sebagai bangunan cerita, novel BS lebih dalam BB, meskipun Moi akhirnya menjalin relasi
memperhatikan hubungan asmara teman perempuan dengan Charlie tetapi tidak dikemukakan bahwa
tokoh utama dibandingkan tokoh utamanya sendiri. mereka membentuk ikatan pernikahan.
Ciri khas novel chick lit Barat lainnya adalah Ciri khas berikutnya adalah keluarga yang
selalu ada lelaki gay yang menjadi teman sekantor memiliki peran dominan. Tipikal chick lit Barat
tokoh utama (Ferriss & Young, 2006). Hal ini tidak menggambarkan peran penting keluarga dalam
merepresantasikan fenomena sosial masyarakat di kisah hidup tokoh utama. Mereka hanya
mana golongan yang memiliki orientasi seksual menghadirkan tokoh ayah dan ibu tanpa
berbeda diidentikkan memiliki kemampuan untuk menceritakan peran penting keluarga dalam
bekerja pada industri kreatif. Sebagai novel yang kehidupan tokoh utama karena di negara-negara
kebanyakan berlatarbelakang pekerjaan dalam Barat setiap anak sudah dilatih hidup mandiri sejak
industri kreatif maka kehadiran tokoh gay menjadi kecil. Sedangkan, penulis chick lit Indonesia
konsekwensi logis dalam cerita chick lit. fenomena mengangkat peran penting keluarga dalam
ini tidak serta-merta dipergunakan oleh para novelis kehidupan tokoh utamanya. Perbedaan tersebut
Indonesia. Mereka lebih mengutamakan untuk terjadi karena proses adaptasi budaya dan tradisi
mengekspose teman sekerja yang heteroseksual. yang melekat di negara Indonesia, bahwa keluarga
Meskipun terdapat teman kerja gay, tetapi posisi mempunyai peran penting dalam kehidupan anak-
mereka sebagai pemanis cerita, bahkan cenderung anaknya. Termasuk dalam menentukan jodoh,
menjadi tokoh menyebalkan dalam novel BS. Tokoh seperti dalam novel BS.
gay dalam DTU dalam sisi lain menjadi orang yang Salah satu adaptasi paling terlihat adalah
menyenangkan dan menjadi hiburan bagi teman- penggunaan bahasa asing dalam novel chick lit
temannya, tetapi di sisi lain penulis tetap berusaha Indonesia. Penggunaan itu dominan dalam berbagai
menunjukkan bahwa tokoh yang mempunyai novel seperti JM, CM, DTU, BS dan lain-lain.
orientasi seksual berbeda itu berusaha untuk Sebagai novel yang berlatarbelakang perempuan
berubah menjadi heteroseksual. muda lulusan perguruan tinggi dan berada di
Format kehadiran teman yang memiliki status golongan kelas menengah penggunaan bahasa asing
sebagai gay dalam kedua novel di atas tidak selalu merupakan representasi kelas dan tingkat
terdapat dalam novel chick lit Indonesia, terutama pendidikan mereka. Seperti yang dikemukakan oleh
yang diperuntukkan bagi remaja (teenlit). Beberapa Bodden (2005), bahasa asing hanya dapat diakses
novel seperti Jodoh Monika dan Cewe Matre tidak oleh golongan menengah ke atas akibat tingkat
menyinggung tokoh gay dalam ceritanya, sebaliknya pendidikan maupun kemampuan finansialnya.
novel Albertiene Endah lainnya, yaitu Kekasih Joe Selain itu ada indikasi bahwa penggunaan bahasa
(KJ) justru menampilkan tokoh utama yang asing oleh tokoh utamanya atau pun tokoh-tokoh
berpacaran dengan perempuan yang memiliki lain pada saat melakukan percakapan merupakan
orientasi seksual berbeda, meskipun akhirnya putus salah satu penanda bahwa orang yang fasih
dengan kekasihnya yang gay. berbahasa asing merupakan sosok yang cerdas dan
berkelas.
7
Prolitera: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya, 1 (1) 2018, hal. 1 – 9

Adaptasi berikutnya yang dilakukan oleh dalam cerita roman popular seperti tokoh-tokoh
penulis chick lit Indonesia adalah sudut pandang roman Harlequin. Mereka adalah perempuan
penceritaan yang beragam, baik bentuk orang sempurna dalam fisik dan mempunyai pasangan
pertama, orang ketiga serba tahu, buku harian, yang sesuai dengan penampilan tokoh utamanya.
maupun email. Hal ini berbeda dari pakem yang Keempat, adalah penggunaan bahasa asing
dipakai dalam chick lit, yaitu bentuk orang pertama, dalam kalimat-kalimat percakapan maupun
diary, email (Djundjung, 2004; Baykan, 2014). penceritaan dalam novel chick lit Indonesia.
Proses adaptasi ini terlihat dalam novel-novel chick Kebanyakan novel chick lit Indonesia menggunakan
lit Indonesia, di antaranya BS. Sementara novel istilah-istilah asing meskipun telah ada padanannya
lainnya seperti DTU, JM, dan CM menggunakan dalam bahasa Indonesia. Demikian juga dalam
bentuk penceritaan orang pertama. kalimat percakapan antar tokoh dalam novel itu
Selain adaptasi yang dilakukan dalam teks dan digunakan kalimat campuran antara bahasa
bangunan cerita, apropriasi dan adaptasi juga Indonesia dan bahasa asing, dalam hal ini bahasa
dilakukan dalam sampul novelnya. Sampul-sampul Inggris.
novel itu menyerap unsur-unsur novel aslinya Kelima, gaya penceritaan yang beragam, baik
berupa pemilihan warna permen, adanya ilustrasi dari sudut pandang orang pertama, maupun orang
kartun, dan penggunaan huruf kaligrafi. Apdaptasi ketiga serba tahu, dan format buku harian, maupun
dilakukan sesuai dengan konsep rata-rata sampul e-mail. Konsep chick lit yang menggunakan
novel di Indonesia, yaitu adanya figur laki-laki dan penceritaan orang pertama dengan model buku
perempuan yang menjadi tokoh cerita. Hal itu tidak harian maupun e-mail tidak biasa dalam novel
terdapat dalam novel chick lit Barat yang Indonesia, oleh sebab itu format ini tidak pernah
menonjolkan tulisan kaligrafi tanpa gambar tokoh dipakai. Hal ini karena kebiasaan pembaca
seperti dalam novel BB, maupun yang hanya Indonesia menggunakan format model roman yang
menampilkan tokoh perempuan seperti terlihat selama ini dikenal baik dalam novel terjemahan
dalam novel DTU. maupun novel karangan penulis Indonesia.
Bentuk fisik novel yang terlihat dari
PENUTUP sampulnya. Sampul chick lit Indonesia biasanya
Apropriasi dan adaptasi dalam chick lit berwarna permen dengan komposisi yang beragam.
Indonesia disebabkan oleh faktor penyesuaian Terdapat gambar tokoh perempuan dan laki-laki
budaya antara chick lit Barat dengan kondisi sosial, yang menjadi tokoh cerita. Tulisan yang
politik, dan budaya dalam masyarakat lokal. dipergunakan berbentuk kaligrafi dan pemilihan
Reterritorialisasi itu dilakukan dalam isi yaitu teks warna untuk tulisan biasanya menyesuaikan dengan
yang terdapat dalam tulisan atau jalinan cerita dalam latar belakang sampulnya. Hal ini menyimbolkan
novel, maupun bentuk fisik berupa sampul muka feminitas kelompok yang disasarnya.
dan belakang buku. Berdasarkan hasil pembahasan yang terdapat
Bentuk apropriasi dan adaptasi itu antara lain: pada penelitian ini dapat diketahui bahwa terjadi
pertama, penggunaan tema lokal yang sesuai dengan apropriasi dan adaptasi dalam novel-novel chick lit
kondisi di Indonesia, misalnya relasi dalam di Indonesia. Apropriasi dan adaptasi itu kemudian
pekerjaan, percintaan, atau relasi dengan orang tua dilanjutkan dengan proses reterritorialisasi. Proses
yang kurang harmonis. Tema-tema itu dibumbui ini berguna untuk menyesuaikan antara format genre
dengan konflik dengan kekasih atau rekan sejawat. aslinya dengan kebutuhan pasar dan faktor
Ketiganya saling berkelindan atau berkesesuaian penyesuaian dengan kondisi sosial, politik, dan
satu dengan lainnya. Ketiga tema itu dapat berdiri budaya yang ada di Indonesia.
sendiri maupun saling mengisi.
Selain itu konflik juga terdapat dalam latar
belakang penceritaan dalam novel chick lit DAFTAR PUSTAKA
Indonesia beraneka ragam dari bidang ekonomi dan Baykan, B. (2014). Woman's Reading and Writing
bisnis sampai ke bidang industri kreatif. Hal ini Practices: Exploring Chicklit as A Site of
karena pangsa pasar di Indonesia beragam dan Struggle in Popular Culture and Literature.
kebanyakan belum mengenal industri kreatif. International Conference on Social
Pembaca Indonesia telah terbiasa dengan Sciences and Humanities, (pp. 766-773).
konsep pahlawan perempuan dalam cerita roman Istanbul.
sehingga dalam novel chick lit Indonesia gambaran Bodden, M. (2005). Rap in Indonesian Youth
tokoh perempuannya disesuaikan dengan konsep Music of the 1990s: ‘‘Globalization,’’
8
Yuliantari & Danu, Apropriasi dan Adaptasi…

‘‘Outlaw Genres,’’ and Social Protest. Johnson, J. W. (2006). Chick Lit Jr.: More Than
Asian Music: Summer/Fall 2005, 1-26. Glitz and Glamour for Teens . London:
Dewi, N. (2011). Formation of Youth Identity in Routledge.
Indonesian Islamic Chick Lit. Kata Lull, J. (1995). Media, Communication, Culture: A
Volume 13, number 1, June 2011 , 134- Global Approach. Cambridge: Polity .
146. Mazza, C. (2006). Who's Laughing Now? A Short
Djundjung, J. M. (2004). The Construction of History of Chick Lit and the Perversion of
Urban Single Career Woman in Indonesian a Genre . London: Routledge.
Chick Lit, Jodoh Monica. Jurnal Kata Noor, R. (2014). Profil Penerbit Novel Chicklit dan
Volume 6, Number 2, December 2004, Teenlit Indonesia. Humanika Vol. 20 No. 2
124-144. , 84-94.
Ferriss, S., & Young, M. (2006). Introduction. In Procter., J. (2004). Stuart Hall. New York:
S. Ferriss, & M. Young, Chick lit : the new Routledge.
woman's Fiction (pp. 1-17). London: Sellei, N. (2006). Bridget Jones and Hungarian
Routledge. Chick Lit. In S. Ferriss, & M. Young,
Fung, A. Y., Erni, J. N., & Yang, F. (2015). Asian Chick lit : the new woman's Fiction (pp.
Popular Culture Review. In E. Toby 173-188). London: Routledge.
Miller, The Routledge Companion to Shuker, R. (2001). Popular Music: The Key
Global Popular Culture (pp. 481-491). Concepts. New York: Routledge.
London: Routledge. Smith, C. J. (2008). Cosmopolitan Culture and
Guerrero, L. A. (2006). "Sistahs Are Doin' It for Consumerism in Chick Lit. New York:
Themselves": Chick Lit in Blacks and Routledge.
Whites. London: Routledge. Van Slooten, J. L. (2006). Fashionably Indebted:
Halle, E. (2006). Long-Suffering Professional Conspicuous Consumption, Fashion and
Females: The Case of Nanny Lit. London: Roman in Sophie Kinsella's Sophaholic
Routledge. Trilogy. London: Routledge.
Hewett, H. (2006). You Are Not Alone: The Wells, J. (2006). Mothers of Chick Lit? Women
Personal, the Political, and the "New" Writers, Readers, and Literary History.
Mommy Lit. London: Routledge. London: Routledge.

Anda mungkin juga menyukai