A. Judul Penelitian
“Warna Lokal dalam Novel Di Bawah Langit yang Sama Karya Helga Rif dan
B. Latar Belakang
suatu daerah yang terdapat dalam karya sastra.Dari segi kata, warna berarti
corak atau ragam, sementara lokal berarti berlaku di suatu daerah atau
tempat.Jadi, dapat diartikan sebagai suatu corak yang khas yang dimiliki suatu
daerah, tidak dimiliki oleh sesuatu di luar warna lokal.Warna lokal akanselalu
berisi tentang hal yang sifatnya kedaerahan, tentang kultur dan keseharian
lokal merupakan hal yang penting, karena dapat menjadi sarana pengetahuan
sejak 1980-an hingga saat ini. Banyak karya sastra yang mengandung unsur
dalam karyanya seperti Korrie Layun Rampan, Ahmad Tohari, Linus Suryadi,
Umar Kayam, hingga Putu Wijaya, dan masih banyak yang lainnya. Daerah-
1
2
sebagai lukisan cermat mengenai latar, dialek, adat istiadat, cara berpakaian,
cara berpikir, cara merasa, dan sebagainya yang khas dari suatu daerah
tertentu yang terdapat dalam cerita. Selain itu, menurut Sastrowardoyo, unsur
warna lokal dilengkapi dengan pakaian, adat istiadat, cara berpikir, lingkungan
menjadi salah satu bukti bahwa masyarakat di sana masih memegang teguh
tradisi yang merupakan warisan budaya hingga saat ini. Beberapa upacara pun
masih sering dilakukan tanpa harus terpengaruh oleh pelancong yang datang
dan masih terjaga hingga saat ini, membuat peneliti semakin ingin mengetahui
karya sastra salah satunya adalah novel.Novel yang dikaji tentu harus novel
jawab kreatif sebagai karya seni yang berunsur estetik dengan menawarkan
masalah kehidupan ini dapat berupa kebiasaan hidup dan sikap hidup dari
4
Warna lokal muncul dalam karya sastra dalam hal ini adalah novel,
dapat terjadi karena lingkungan hidup pengarang atau pun melalui risetnya
sebab seperti yang telah dijelaskan oleh penulis bahwa novel merupakan hasil
mata karya yang fiktif.Meskipun novel adalah cerita rekaan, novel dapat
penelitian tentang warna lokal dalam sastra belum banyak dilakukan oleh
lokalitas dari suatu daerah sebagai latar tempat dan permasalahan dan
kehidupan sosial yang dialami oleh para tokoh dari sebuah karya sastra
5
bersangkutan.
Meskipun penelitian ini terfokus pada warna lokal, penulis tetap tidak
melupakan unsur pembangun lainnya pada novel, seperti unsur intrinsik dan
dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya
Warna lokal yang dominan muncul dalam novel ini dipengaruhi oleh
latar, sehingga menyebabkan unsur intrinsik yang paling dominan atau fokus
utama adalah latar, yang lebih khusus adalah latar sosial-budaya. Latar sosial-
budaya ini adalah kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, agama, pandangan
hidup, cara bersikap, cara berpakaian, bahasa daerah, status sosial, hingga
penamaan .
Selain latar, unsur intrinsik yang membangun karya sastra pun ikut
daerah.
Novel yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah novel Di Bawah
Langit yang Sama yang ditulis oleh Helga Rif. Novel ini memiliki tebal
6
beberapa hal.Pertama, sebuah karya fiksi yang baik adalah apabila dapat
pembaca.Di dalam novel ini pembaca akan menemukan hal tersebut, terkait
dengan kebudayaan Bali. Kedua, novel ini memiliki cerita menarik dan
teguh adat tradisi.Kebiasaan hidup tersebut akan terlihat pada saat prosesi
Ngaben dan tentang pernikahan yang tidak boleh dilakukan secara bebas oleh
Ketiga, novel ini adalah novel pertama Helga Rif yang termasuk novel
dan akhirnya menjadi karya yang memiliki nilai estetika serta mudah
bagian dari pembelajaran sastra di sekolah, dan belum ada penelitian terhadap
novel ini dalam tinjauan warna lokal dengan pendekatan sosiologi sastra.
seorang pria yang berasal dari Bali sehingga membuatnya memahami seluk
beluk Bali meskipun dirinya bukan berasal dari Bali.Sejak tahun 1997 hingga
7
saat ini, Helga Rif sudah menghasilkan 6 novel yang hampir seluruhnya
mengangkat tema percintaan dengan alur cerita yang tidak terlalu rumit.
Karya-karyanya yang sudah terbit adalah Gara-gara Irana Jadi Arini (1997),
tetap saja masih terasa kental dengan budaya Bali.Helga Rif mengatakan
bahwa cukup berat bagi dirinya saat menulis novel ini, sehingga ia harus
mencari informasi tentang budaya Bali dan meminta pendapat ahli mengenai
tulisannya ini. Tujuannya adalah agar tulisan yang telah dihasilkannya benar-
dilakukan penelitian terhadap novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga
terhadap novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif oleh Anna Dwi
mengetahui hal ini dengan cara mencari informasi melalui internet, dan tidak
8
Bawah Langit yang Samakarya Helga Rif. Aturan yang terdapat dalam
novel ini adalah menentukan hari baik, upacara matur piuning, upacara
Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif. Terdapat dua intruksi yang
berdasarkan paksaan.
adalah pada kajiannya. Dalam hal ini, penulis akan mengkaji tentang warna
lokal Bali dalam novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif
warna lokal masyarakat Bali karena disesuaikan dengan isi cerita dalam
sekolah yaitu KTSP kelas XII semester 1, pengajaran sastra terdapat dalam
ini pada kurikulum 2013 bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat
Tabel B.1
Kompetensi Dasar dan Indikator
pandangan pengarang
C. Masalah Penelitian
Warna lokal yang muncul dalam novel penting untuk dikaji, terutama
kajian tersebut akan ditemukan ciri khas meskipun melalui novel. Dari
pengkajian tentang warna lokal akan terlihat kekayaan budaya yang dapat
dominan muncul dalam novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif,
11
sehingga membuat peneliti ingin mengkaji tentang warna lokal dalam novel
tersebut.
dalam penelitian ini adalah tentang “Bagaimanakah Warna Lokal dalam Novel
sastra di sekolah?
D. Tujuan Penelitian
sastra di sekolah.
12
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
dalam sastra.
2. Manfaat Praktis
SMA.
Adanya ruang lingkup penelitian ini dibuat agar penelitian menjadi lebih
terarah. Ruang lingkup penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah menganalisis Warna Lokal dalam novel Di Bawah Langit yang Sama
karya Helga Rif. Warna lokal tersebut pun akan dibatasi pada kebiasaan
hidupdan sikap hidup pada masyarakat Bali. Peneliti membatasi pada kedua
Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif serta fenomena yang muncul dalam
berikut.
2. Novel adalah cerita fiksi yang melukiskan suatu peristiwa yang luar biasa
4. Helga Rif adalah penulis novel Di Bawah Langit yang Sama, novel yang
disimpulkan pada bahwa penelitian warna lokal dalam novel Di Bawah Langit
yang Sama karya Helga Rifadalah lukisan cermat mengenai istilah, kata-kata
berpakaian, sistem kekerabatan, struktur sosial, agama, yang khas dari suatu
daerahyang terdapat dalam novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga
warna lokal yang muncul dalam novel Di Bawah Langit yang Sama karya
Helga Rif.
H. Kajian Pustaka
1. Novel
suatu peristiwa yang luar biasa dari kehidupan tokoh cerita, dan peristiwa
nasibnya.
biasa yang terjadi dalam kehidupan manusia, sehingga jalan hidup tokoh
peristiwa luar biasa yang terjadi pada manusia melalui tokoh yang ada
16
hidupnya berubah.
selain itu dapat digunakan sebagai lambang bagi peristiwa yang telah,
merupakan suatu keadaan baik itu berupa tempat, waktu, ataupun keadaan
fakta (cerita) sebab ketiga hal ini yang akan dihadapi dan dapat
sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa dan lain-lain yang melatari
peristiwa. Latar fisik mengacu pada wujud fisikal, yaitu bangunan, daerah,
dan sebagainya.
a. Latar Tempat
b. Latar Waktu
waktu yang ada dalam cerita atau lamanya cerita itu terjadi.Waktu
terjadinya konflik yang terdapat dalam cerita, misalnya dini hari, siang
c. Latar Sosial-Budaya
hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap, dan lain sebagainya yang tergolong latar spiritual.Selain itu juga
3. Warna lokal
Sebuah warna lokal yang muncul dalam karya sastra tidak sekedar
muncul dalam hal yang sifatnya tampak oleh mata, tetapi juga dapat
muncul dalam sikap dan cara berpikir dari pelaku cerita tersebut. Dengan
warna lokal tidaklah cukup dinilai dari penggunaan latar suatu daerah
tersebut. Sebuah warna lokal yang muncul juga akan menyebabkan latar
menjadi unsur paling dominan atau bahkan menjadi fokus utama dalam
karya.
lukisan cermat mengenai latar, dialek, adat istiadat, cara berpakaian, cara
berpikir, cara merasa, dan sebagainya yang khas dari suatu daerah tertentu
untuk menjadi bagian dalam suatu cerita. Selain itu, ditambahkan oleh
19
tidak terbatas pada adat istiadat, banyak hal lain yang termasuk di
sosial, agama, hubungan sosial yang khas dari suatu daerah tertentu.
hidup.Warna lokal selalu menjadi suatu realitas sosial budaya suatu daerah
yang ditunjuk secara tak langsung oleh realitas yang dicerminkan dalam
sastra.
a) Kebiasaan Hidup
cara lisan.
2012:33).
tata cara melakukan upacara agama atau adat, struktur sosial, dan lain-
21
dan didokumentasikan.
peneliti adalah kelakuan, tindakan atau hal yang biasa dilakukan oleh
tentang keadaan sekitar termasuk diri sendiri, maupun hal lainnya yang
b) Adat Istiadat
dalam hidup. Semua hal tersebut akan menjadi suatu pedoman yang
c) Keyakinan
(Sulaeman, 2012:126).
d) Pandangan Hidup
23
dikatakan juga sebagai filsafat hidup. Arti filsafat itu sendiri adalah
2011:184).
tingkah laku, cita-cita sikap, dorongan atau tujuan yang akan dicapai.
disebut kekuatan di luar dirinya adalah agama dan Tuhan.Kedua hal ini
menghargai diri sendiri dan orang lain, membantu orang lain, dan
e) Cara Berpikir
f) Sikap Hidup
1. sikap lincah,
2. sikap tenang,
3. sikap halus,
4. sikap berani,
5. sikap arif,
6. sikap rendah hati,
7. dan sikap bangga, dan
8. sikap menghadapi keluarga.
1. sikap kaku,
26
2. sikap gugup,
3. sikap kasar,
4. sikap takut,
5. sikap angkuh, dan
6. sikap rendah diri.
adalah sikap suka bekerja keras, gotong royong, menjaga hak dan
orang lain.
dkk.,2008:130).
dalam diri tidak dapat dipastikan karena disesuaikan dengan tiga hal,
berawal dari kognisi atau pikiran yang ditentukan juga oleh emosi dan
tempat, situasi, masalah) maka itu dapat dikatakan sebagai sikap hidup.
adalah sikap hidup terhadap Tuhan dan sikap yang muncul dalam diri
pasrah.
a. Adat Istiadat
1) Ngaben
sisa pembakaran jasad yang berupa abu di laut atau sungai untuk
menganggap bahwa alam dan tubuh manusia terbentuk oleh zat yang
dengan semarak, tidak ada isak tangis, karena di Bali ada suatu
menuju tempatnya.
pertama adalah sebagai bentuk pelepasan roh atau Sang Atma dari
(Rusyan (2001:216) .
yang cukup lama, minimal 10 hari jika sudah ditentukan hari baik
berbeda, ada yang tiga tahun sekali dan ada yang lima tahun sekali.
2) Upacara Perkawinan
tertentu pula.
a) Upacara Melamar
orang tua dari calon mempelai pria melamar kepada orang tua
b) Persiapan Perkawinan
c) Upacara Perkawinan
depannya.
d) Kawin Lari
e) Kawin Paksa
f) Pakaian Perkawinan
34
Kasta juga sangat sering menuai pro dan kontra, terutama dalam
mati.
tahun 1937 diubah menjadi 3 tahun dan terjadi perubahan lagi yaitu
dikenal adanya perkawinan beda agama. Hal ini terjadi karena sebelum
calon mempelai yang bukan Hindu tidak disucikan terlebih dahulu dan
syarat kasta yang perempuan harus mengikuti yang laki-laki. Jika kasta
perempuan dari kasta yang tinggi, menikah dengan kasta yang lebih
menjadi dua bagian, yaitu kasta istri lebih rendah dari kasta suami dan
kasta istri lebih tinggi dari kasta suami.Pernikahan beda kasta tersebut
a) Kasta istri lebih rendah dari kasta suami. Pernikahan beda kasta
kasta yang lebih tinggi. Secara otomatis kasta sang istri juga akan
sang istri harus rela melayani para ipar dan keluarga suami yang
sudah jarang dilakukan, tapi masih ada beberapa orang yang masih
kedudukan kastanya.
b) Kasta istri tinggi dari kasta suami. Pernikahan beda kasta seperti ini
b. Sistem Kepercayaan
c. Sistem Sosial
Ksatrya, Wesya dan Sudra/ Jaba (Suparta dkk. 2009:123) yang disebut
Catur Wangsa. Selain Sudra atau Jaba, tiga strata lainnya dipandang
sebagai sastra yang lebih tinggi dan disebut sebagai Tri Wangsa.
pemikiran bahwa kasta tidak turun temurun, tetapi kasta berkaitan erat
Brahmana.
masyarakat Bali.
39
memiliki nama depan “Ida Bagus untuk anak laki-laki, Ida Ayu
dengan Jero.
40
masyarakat yang berasal dari kasta ini harus berbicara dengan Sor
Singgih Basa dengan orang yang berasal dari kasta yang lebih
dan Waisya. Dari segi nama warga masyarakat dari kasta Sudra
d. Padewasaan
untuk mencari hari baik dan hari buruk (Setia, 2014:20).Dewasa yang
dapat dikatakan sebagai hari pilihan ini dilakukan dengan memilih hari
yang tepat agar semua jalan atau perbuatan itu menjadi mudah atau
disebut Pedanda.
2). Griya
Griya adalah rumah pendeta Hindu.Lembaga griya memiliki
tidak sekadar tempat tinggal, tetapi pusat seluruh kekuasaan dan pusat
seperti patih dan petinggi lainnya. Saat ini, Puri hanya mampu
4). Banjar
mental.
didasarkan pada konsepsi Tri Hita Karana, yang berarti tiga sebab yang
dengan sifat salih asih (cinta), saling asah (mengingatkan), dan saling asuh
luhur, seperti menolong orang lain berarti juga menolong diri sendiri.
rasa, tolong-menolong, berpikir yang baik, berkata yang baik, dan berbuat
yang baik.
6. Sosiologi Sastra
kata socius artinya teman dan logos artinya ilmu.Secara harfiah artinya
yaitu:
serta studi proses sosial yang melihat bagaimana masyarakat bekerja dan
46
hidup masyarakat pada saat terjadinya peristiwa dalam karya sastra dan
menemukan apa yang tersirat dan sehingga dapat memaknai karya sastra
itu.
7. Pembelajaran Sastra
pembelajaran sastra. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam
a. Kurikulum 2013
47
baik.
terlebih dahulu oleh guru yang mengajar. Siswa tentu akan lebih aktif
dalam bentuk karya mutakhir. Pada aspek berbicara pun para siswa
tidak mengandung unsur SARA.Bahan ajar harus terhindar dari dua hal
tersebut, karena dapat merusak moral para peserta didik dan tidak
siswa. Bahan ajarjuga boleh berasal dari budaya yang berbeda dengan
yang tepat agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Siswa harus
d. Keterbacaan
keterbacaan.
malas dan mungkin frustasi karena tidak mampu mencapai tujuan yang
dan meremehkan karena merasa tidak ada tantangan dan merasa dirinya
sudah tahu.
52
e. Model Pembelajaran
pembelajaran sastra.
Model pembelajaran ini sesuai jika digunakan dalam K13 karena model
f. Pendekatan Pembelajaran
53
tujuan pembelajaran membuat siswa lebih aktif untuk mencari tahu dan
g. Metode Pembelajaran
Tujuannya adalah agar pelajaran itu dapat dipahami oleh siswa dengan
baik. Semakin baik metode yang digunakan oleh guru, maka semakin
baik pula pemahaman siswa dan tujuan yang diinginkan pun akan
h. Media Pembelajaran
akan berusaha mencari tahu kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan
laku tersebut harus sesuai dengan tujuan dan isi pembelajaran, karena
Jadi, penilaian tidak hanya dilihat dari hasil kerja, tetapi dari proses
kerja yang dilakukan. Penilaian dalam K13 juga lebih pada penilaian
menjawab.
Tes tertulis ini akan melihat sejauh mana setiap siswa dalam
I. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
kerja yang dilakukan dalam keseluruhan proses penelitian sebagai upaya untuk
adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
Peneliti menggunakan metode ini karena semua data yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah data yang berbentuk kalimat, dan akan terurai dalam
yang terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar bukan dalam bentuk angka.
2. Bentuk Penelitian
3. Pendekatan Penelitian
sastra karena penelitian akan dilakukan dengan menelaah teks dalam karya
sastra sebagai dokumen sosial masyarakat serta menelaah apa yang tersirat di
sosiologi.
a. Sumber Data
teks roman, novel, cerita pendek, puisi, dan drama. Dalam penelitian ini
yang akan dikaji adalah novel sebagai sumber data yang telah menjadi
dokumen yaitu novel yang berjudul Di Bawah Langit yang Sama karya
Helga Rif. Dokumen adalah setiap bahan tertulis maupun film (Guba dan
Jakarta Selatan. Novel ini merupakan novel cetakan pertama pada tahun
2015.Novel ini memiliki sampul berwarna ungu pada bagian bawah dan
59
putih pada bagian atas sampul depan. Sampul tersebut memiliki gambar
dua ekor kupu-kupu yang saling berhadapan pada bagian yang berwarna
b. Data
bahan faktual yang dapat dijadikan sebagai dasar berpikir oleh peneliti
objektif. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
peristiwa dalam teks yang menunjukkan kebiasaan hidup dan sikap hidup
yang berbentuk kata, frasa, dan bahasa yang dikutip dari novel Di Bawah
Langit yang Sama karya Helga Rif. Semua peristiwa dalam teks novel ini
berupa kutipan-kutipan.
Langit yang Sama. Teknik studi dokumenter ini digunakan karena peneliti
akan mendapatkan data dari dokumen tertulis ini dengan mempelajari hal
penelitian.
masalah penelitian.
oleh peneliti berfungsi sebagai alat untuk mencatat hal-hal yang berkaitan
bahwa data tersebut adalah data yang akurat dan benar. Teknik pengujian
61
a. Ketekunan Pengamatan
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
c. Kecukupan Referensi
didapat adalah data yang tepat dan sesuai dengan rumusan masalah
penelitian.
d. Triangulasi
mendalam teori yang ada untuk hasil analisis terhadap data yang
diperoleh sebelumnya.
berikut.
masyarakat Bali.
masyarakat Bali.
Atmadja, Nengah Bawa. 2013. Ajeg Bali: Gerakan, Identitas Kultural, dan
Globalisasi. Yogyakarta:LKiS.
Hardiyanti, Siti. 2013. “Warna Daerah dalam Novel Centhini Karya Sunardian
Wirodono”. Skripsi. Pontianak:FKIP Untan.
Https://mesiusasindo.wordpress.com-Keragaman-Warna-Lokal-dalam-Karya-
Sastra-Nusantara.(Online) diakses pada 20 Februari 2019.
64
65
Satriyani.2017. Warna Lokal Toraja dalam Novel Puya ke Puya Karya Faisal
Oddang (Online.) digilib.unhas.ac.id.diakses pada 4 Februari 2019.
Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
LAMPIRAN 1
SINOPSIS NOVEL
ISBN : 978-979-780-811-2
yang bernama Ubud.Novel ini menceritakan tentang seorang gadis Hindu Bali
berkasta Ksatria bernama Anak Agung Ayu Indira yang merupakan anak sulung
keturunan orang tua dan pendahulunya karena orang tua Indira tidak memiliki
anak laki-laki.
setelah lulus dari Fakultas Ekonomi di Bali. Indira sudah berada di Singapura
selama lima tahun dan baru dua tahun bekerja di dunia fashion. Ia bekerja di
sebuah perusahaan besar dan menjalin hubungan dengan anak sang pemilik
Indira pulang ke Indonesia, meskipun hanya mendapat ijin selama 3-4 hari saja
dari perusahaan. Saat mengetahui hal tersebut, kedua orang tua Indira, terutama
sang Ayah kembali meminta Indira supaya mengikuti seluruh rangkaian upacara
Niangnya yang akan memakan waktu sangat lama. Dengan berat hati Indira
Saat rangkaian upacara untuk Niang berjalan, Gung Is, adik Indira
mengatakan bahwa ia akan menikah dengan kekasihnya yang berasal dari kasta
Brahmana. Melihat hal ini, Indira pun didesak agar segera menikah oleh
keluarganya agar dapat mengurus tempat suci keluarga besar mereka. Menikah
pun tidak boleh dilakukan dengan bebas, ia harus menikah dengan seorang yang
memiliki kasta yang sama atau pihak laki-laki bersedia untuk Nyentana. Akibat
dari aturan tersebutlah akhirnya Indira dijodohkan dengan seorang laki-laki yang
Indira tidak setuju akan perjodohan tersebut karena ia tidak menyukai pria
perjodohan tersebut, namun ia pun tak yakin apakah Max rela meninggalkan
keluarganya.
iamencintai pria lain, Max. Tetapi setelah berbagai pertimbangan dan tanggung
Perjodohan ini akhirnya diketahui oleh Max dan ia sangat marah karena Indira tak
Dalam akhir cerita, Gung Wah yang awalnya memang mencintai Indira
dan menjadi laki-laki yang dijodohkan dengan Indira akhirnya dapat melepaskan
Indira karena ia tidak dapat memaksa Indira yang tidak mencintai dirinya.
Kesempatan itu pun digunakan Max atas bantuan Gung Wah untuk mendapatkan
perusahaan keluarganya dan menjadi warga baru Hindu Bali karena ia masuk
LAMPIRAN II
(RPP)
A. Kompetensi Inti
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
71
3. KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
E. Metode Pembelajaran
F. Media Pembelajaran
1. Media
Lembar penilaian.
LCD Proyektor.
2. Alat/Bahan
Laptop &infocus.
G. Sumber Belajar
3. Lingkungan setempat
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan pertama
Kegiatan Pendahuluan
Orientasi
pembelajaran.
73
Aperpepsi
sebelumnya
akan dilakukan.
Motivasi
d. Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
langkah-langkah pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
kehidupan dalam novel dengan cara melihat (tanpa atau dengan alat),
kepada guru.
harus menanggapi.
didik.
mempresentasikan.
dipelajari
pegangan peserta didik atau pada lembar lerja yang telah disediakan
pelajaran.
3. Kegiatan penutup
dilakukan.
diselesaikan.
yang harus dipelajari pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau
dirumah.
1. Teknik Penilaian
a. Sikap
1) Penilaian Observasi
BS JJ TJ DS
2
78
Catatan:
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
400.
c. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275:4=
68,75
e. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin
dinilai.
2) Penilaian Diri
Catatan:
400
62,50
3.2 Pengetahuan
Skala
No Aspek yang Jumlah Skor Kode
Dinilai 25 50 75 100 Skor Sikap Nilai
1 Intonasi
2 Pelafalan
3 Kelancaran
4 Ekspresi
5 Penampilan
6 Gestur
Penugasan
Tugas Rumah
peserta didik
81
3.3 Keterampilan
Instrumen Penilaian
Tidak
Sangat Kurang
Aspek yang Baik
No Baik Baik Baik
Dinilai (75)
(100) (50) (25)
Kesesuaian respon
1
dengan pertanyaan
Keserasian pemilihan
2
kata
Kesesuaian penggunaan
3
tata bahasa
4 Pelafalan
Cara mencari nilai (N) = Jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi
100 75 50 25