Anda di halaman 1dari 465

LAPORAN AKHIR

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS, SATUAN ACARA PENYULUHAN


TENTANG CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) PADA MASYARAKAT DI
DESA RUMPIANG KECAMATAN BERUNTUNG BARU, DESA PAJUKUNGAN
RT.001 KECAMATAN BARABAI, DESA CEMPAKA MULIA BARAT RT.15
KECAMATAN CEMPAGA, KOMPLEK PUSKOPAD RT.50 KECAMATAN
LANDASAN ULIN, DAN DESA BAAMANG TENGAH KECAMATAN BAAMANG

Tanggal 23 Maret-11 April 2020

Oleh:
KELOMPOK F
Nur Wulan Maulida, S.Kep NIM 1930913320001
Jannatu Rahmah, S.Kep NIM 1930913320019
Herma Fathun Ainida, S.Kep NIM 1930913320005
Muhamad Bagus Umaro, S.Kep NIM 1930913310024
Shovi Nurfitriani, S.Kep NIM 1930913320028

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS, SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG
CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) PADA MASYARAKAT DI DESA RUMPIANG
KECAMATAN BERUNTUNG BARU, DESA PAJUKUNGAN RT. 001 KECAMATAN
BARABAI, DESA CEMPAKA MULIA BARAT RT.15 KECAMATAN CEMPAGA,
KOMPLEK PUSKOPAD RT. 50 KECAMATAN LANDASAN ULIN, DAN DESA
BAAMANG TENGAH KECAMATAN BAAMANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 23 Maret-11 April 2020

Oleh:
KELOMPOK F
Nur Wulan Maulida, S.Kep NIM 1930913320001
Jannatu Rahmah, S.Kep NIM 1930913320019
Herma Fathun Ainida, S.Kep NIM 1930913320005
Muhamad Bagus Umaro, S.Kep NIM 1930913310024
Shovi Nurfitriani, S.Kep NIM 1930913320028

Banjarbaru, April 2020


Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., M.NSc.


NIP. 19841112 20170120 9 001
LAPORAN AKHIR
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS, SATUAN ACARA


PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN CORONAVIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19) PADA MASYARAKAT DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEC. BERUNTUNG BARU
DESA RUMPIANG

Tanggal 23 Maret-11 April 2020

Oleh:
HERMA FATHUN AINIDA, S.Kep
NIM. 1930913320005

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS, SATUAN ACARA
PENYULUHAN TENTANG CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEC.
BERUNTUNG BARU
DESA RUMPIANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 23 Maret-11 April 2020

Oleh:
HERMA FATHUN AINIDA, S.Kep
NIM. 1930913320005

Banjarbaru, April 2020


Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., M.NSc.


NIP. 19841112 20170120 9 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest
yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakatyang tinggal di
suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yangsama, area atau lokasi
yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosialyang mempunyai interest yang
sama (Riyadi, 2007).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka
dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan
masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan
antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta
masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsikehidupan
manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. Peningkatan
peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat dalam
berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah
kesehatan. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat terfokus padapeningkatan
kesehatan dalam kelompok masyarakat (Naomi, 2002).
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat dimulai dari
individu, kelompok sampai tingkat RT dan RW. Di Desa Rumpiang Kecamatan
Beruntung Baru Kabupaten Banjar, jumlah kepala keluarga yang terkaji sebanyak
220 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 771 jiwa yang terdiri dari 387 orang
laki-laki dan 382 orang perempuan, kondisi lingkungan di desa Rumpiang tidak
memiliki tempat pembuangan sampah sehingga sebagian warga menumpuknya di sekitar
rumah dan membakarnya sendiri di pekarangan rumah. Selain itu, sebagian dari
masyarakat desa masih menggunakan jamban di sungai untuk buang air
besar/kecil dan menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Kandang
ternak masih terdapat di depan, belakang, ataupun samping rumah mereka.
Berdasarkan hasil observasi terkait masalah Covid-19 yang terjadi
sekarang ini, masyarakat desa Rumpiang sebagian masyarakat sudah mulai
mematuhi peraturan pemerintah untuk tidak melaksanakan kegiatan yang bersifat
kelompok seperti acara yasinan mingguan, acara Isra Mi’raj di sekolah maupun di
masjid, serta kegiatan sekolah diliburkan. Masyarakat di desa ini mayoritas
pekerjaan bertani, jadi setiap hari mereka pergi ke sawah masing-masing untuk
bercocok tanam. Namun, masih ada terlihat warga yang berkelompok (kurang
lebih 4-5 orang buruh) saat bercocok tanam pada 1 lahan sawah. Selain itu, dari
hasil observasi pada pagi dan sore hari warga (bapak-bapak ±5 orang) terlihat
makan dan minum di warung wadai yang ada di desa. Menurut Dinas Kesehatan
Kabupaten Banjar, di Kecamatan Beruntung Baru memiliki 3 ODP.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan
masyarakat serta mampu menanggulangi masalah kesehatan tersebut bersama
masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang terdapat di
masyarakat.
2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktik keperawatan komunitas, mahasiswa mampu:
a. Berkomunikasi secara efektif dengan tokoh masyarakat dan semua lapisan
masyarakat
b. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data kesehatan masyarakat
c. Memotivasi masyarakat dalam upaya mengenali dan mengatasi masalah
kesehatan
d. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat guna
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi
e. Melaksanakan kegiatan bersama masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi
f. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap
masalah keperawatan yang telah ditemukan.
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a) Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat saat pendidikan kepada
masyarakat tentang kesehatan
b) Untuk menimba pengalaman belajar mengenali masalah kesehatan dan
menentukan langkah penyelesaiannya
2. Masyarakat
a) Masyarakat memahami permasalahan kesehatan yang ada
b) Masyarakat mampu menyelesaikan permasalahan yang ada
c) Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan
3. Institusi Pendidikan
a) Merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan Program
Studi Ilmu Keperawatan khususnya di bidang Keperawatan Komunitas
b) Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktik Keperawatan Komunitas selanjutnya
4. Profesi
a) Upaya menyiapkan tenaga perawat profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
b) Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
sehingga profesi mampu mengembangkannya
c) Salah satu eksistensi dan pengembangan Profesi keperawatan
Komunitas
5. Puskesmas
Menjadi salah satu informasi mengenai status kesehatan Warga di wilayah
kerja Beruntung Baru, khususnya warga RT, 01,02,03, 04 Desa Rumpiang
Kecamatan Beruntung Baru serta sebagai upaya kerjasama dalam
membantu terlaksananya program Puskesmas terutama Program
Perawatan Kesehatan Masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Komunitas dan Kesehatan Masyarakat


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan
kepentingan yang sama (Riyadi, 2007).
Perawatan kesehatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat
atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran
serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal
masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut. Oleh
karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial
akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri
sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan
derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, berkelanjutan, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010).
Asuhan keperawatan komunitas adalah lapangan perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan
kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit
dan bahaya yang lebih besar yang ditujukan kepada individu, keluarga yang
mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan ( WHO, 1999).
2. Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan
spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi,
2007).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan
kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary
Health Care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup
sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).
Perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
1) Kemanfaatan. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
2) Kerjasama. Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral
(Riyadi, 2007).
3) Secara langsung. Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji
dan intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan
(Riyadi, 2007).
4) Keadilan. Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. (Mubarak, 2005)
5) Otonomi. Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada. (Mubarak, 2005)
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam
praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat
dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
1) Individu sebagai klien. Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai
kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran
perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan
dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang
kemauan menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).
2) Keluarga sebagai klien. Keluarga merupakan sekelompok individu yang
berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain
baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat
dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis,
rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri
(Riyadi, 2007).
3) Masyarakat sebagai klien.
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tetentu yang bersifat terus-menerus dan terikat oleh suatu identitas
bersama (Riyadi, 2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
perawatan kesehatan masyarakat adalah:
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat,pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan
konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat
spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan
pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model
pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau
pengembangan masyarakat. (Elisabeth, 2007)
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan
sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki
kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitasdan pihak-pihak terkait dengan
masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-
komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya
kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang
dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk
pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan
kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan
kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Elisabeth, 2007).
3. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau
cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih
tindakan terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan (La Ode Jumadi,
1999: 28). Empat komponen paradigma keperawatan yaitu:
a. Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh,
dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta
unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat
perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara
tetap dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu
menyeimbangkan keadaan internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000).
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga,
mampu beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling
berinteraksi, interelasi dan interdependensi (La Ode Jumadi, 1999 :40).
b. Keperawatan
Komponen yang kedua dalam paradigma keperawatan ini adalah
konsep keperawatan. Ada beberapa definisi keperawatan menurut tokoh-
tokoh dibawah ini:
a) Florence Nightingale 1895
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi
paling baik untuk beraktivitas.
b) Faye Abdellah (Twenty one nursing problems,1960)
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kepada individu dan keluarga,
serta masyarakat dengan ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang dimilki seorang perawat untuk membantu
manusia baik dalam keadaan sehat atau sakit sesuai dengan tingkat
kebutuhannya.
c) Virginia Henderson (Fourteen Basic needs, 1960)
Keperawatan adalah suatu fungsi yang unik dari perawat untuk
menolong klien yang sakit atau sehat dalam memberikan pelayanan
kesehatan dengan meningkatkan kemampuan, kekuatan, pengetahuan
dan kemandirian pasien secara rasional, sehingga pasien dapat sembuh
atau meninggal dengan tenang.
c. Kesehatan
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
d. Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada
lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya
dan spiritual. Faktor yang saling mempengaruhi kesehatan dalam
lingkungan yaitu agen (penyebab), hospes (manusia) dan lingkungan.
4. Falsafah Keperawatan Komunitas
Falsafah keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah keperawatan
dirumuskan sebagai berikut:
a) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b) Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada
umumnya.
c) Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
d) Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
e) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
f) Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan
yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan
dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
g) Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus-menerus.
h) Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya,
ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif
dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
5. Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dan sasaran keperawatan komunitas adalah untuk
mencegah dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui:
a) Pelayanan keperawatan langsung (direction care) terhadap individu,
keluarga, kelompok dalam konteks komunitas.
b) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi individu keluarga dan masyarakat.
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan kehidupan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
Menurur effendi (1998) kemampuan yang dimiliki adalah kemampuan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam hal-hal sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapai.
b) Menetapkan masalah kesehatan dan prioritas masalah.
c) Merumuskan sebagai alternative pemecahan masalah kesehatan atau
keperawatan.
d) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
e) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan secara
mandiri.
f) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
g) Menanamkan prilaku hidup sehat melalui upaya pendidikan.
h) Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bagi ibu
dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.
i) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.
Tujuan akhir dalam melakuakan perawatan komunitas adalah
memandirikan masyarakat dalam memelihara kesehatan untuk hidup sehat,
sedangkan sasaran keperawatan adalah individu, keluarga dan kelompok
beresiko tinggi. Keluarga dan penduduk di daerah terisolasi dan daerah yang
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan bumil serta masyarakat baik
sehat maupun sakit.

6. Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan. (Mubarak, 2006)
7. Peran Perawat Komunitas
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya:
a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider). Memberikan asuhan
keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang ada,
merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor).
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu: pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan
perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama
pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi
perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
c. Sebagai Panutan (Role Model). Perawat kesehatan masyarakat harus dapat
memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup
sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Sebagai pembela (Client Advocate). Pembelaan dapat diberikan kepada
individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga,
perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada
dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak
klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-
hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggungjawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai
pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager). Perawat kesehatan masyarakat
diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan
puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Sebagai kolaborator. Peran perawat sebagai kolaborator dapat
dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik
dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya
membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi
atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang
lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting
untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner). Perencanaan
pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di
suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi
kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder). Melaksanakan
monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status
kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan
pengumpulan data.
i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services). Peran
perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan
mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien.
Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima
pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader). Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan
pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa
peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen esensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien
untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider And Researcher). Peran ini termasuk dalam proses pelayanan
asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan
masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian
masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat
komunitas.
8. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
a. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan
segala sesuatunya dimana organism hidup beserta segala keadaan dan
kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung disuga ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organism tersebut
(Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak
positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Efendi,
1998).
Mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan
Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan program nasional yang
bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi. Program Nasional STBM
dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI padaAgustus 2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) adalah menurunkan kejadian diarea melalui intervensi terpadu
dengan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi
ketika suatu komunitas:
1) Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
2) Mencuci tangan pakai sabun.
3) Mengelola air minum dan makanan yang aman.
4) Mengelola sampah dengan benar.
5) Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu
sebagai berikut:
1) Penyediaan air minum.
2) Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran.
3) Pembuangan sampah padat.
4) Pengendalian vector.
5) Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia.
6) Higiene makanan, termasuk hygiene susu.
7) Pengendalian pencemaran udara.
8) Pengendalian radiasi.
9) Kesehatan kerja.
10) Pengendalian kebisingan.
11) Perumahan dan pemukiman.
12) Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara.
13) Perencanaan daerah dan perkotaan.
14) Pencegahan kecelakaan.
15) Rekreasi umum dan pariwisata.
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi
(wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992,
terdapat delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu:
1) Penyehatan air danudara.
2) Pengamanan limbah padat atau sampah.
3) Pengamanan limbah cair.
4) Pengamanan limbah gas.
5) Pengamanan radiasi.
6) Pengamanan kebisingan.
7) Pengamanan vector penyakit.
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca
bencana.
b. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2
unsur pokok, yakni respondan stimulus atau perangsangan. Respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap)
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan
penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan,
2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua
kategori (Wawan, 2010), yaitu:
1) Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar.
2) Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar.
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa
manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya
ada yang disengaja atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan
(Wawan, 2010).
9. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas
Proses keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok
atau masyarakat. Fungsi proses keperawatan komunitas, antara lain:
1) Memberikan pedoman yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui
asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya, sehingga mendapat pelayanan yang
cepat agar mempercepat proses penyembuhan.
5) Dalam penerapan proses keperawatan (nursing proces), terjadi proses
alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap
dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam
menyelesaikan masalah kesehatannya. Proses alih peran tersebut
digambarkan sebagai lingkaran dinamis proses keperawatan

Gambar lingkaran dinamis proses keperawatan

Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas, metode yang digunakan


adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang
keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Tujuan dari
pengkajian keperawatan komunitas ini adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor (baik positif atau negatif) yang mempengaruhi kesehatan
warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan.
Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan
obyektif.
1) Data subyektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data obyektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran.

Sumber data dapat diperoleh dari data primer dan data sekunder.

1) Data primer, adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal
ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan
atau pengkajian.
2) Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang
dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan
pasien atau medical record.
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga
dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial
ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhi (Mubarak, 2005).
Terdapat lima metode pengumpulan data komunitas:
1) Wawancara informan (informant interview), dilakukan
dengan secara langsung mengajukan kepada penduduk
komunitas. Sumber data berasal dari anggota
komunitas atau kelompok agregasi.
2) Pengamatan partisipan (participant observation),
dilakukan dengan mengamati apa yang sedang terjadi
pada lingkungan sosial tertentu kemudian secara
sistematis mencatat pengamatan ini.
3) Analisis sekunder dari data yang ada (secondary
analysis), sumber data yang digunakan adalah analisis
catatan, dokumen dan data lain yang telah
dikumpulkan. Data mungkin sudah ada dalam bentuk
data sensus, catatan historis, diary, catatan pengadilan,
ringkasan penting, studi komunitas sebelumnya
4) Melakukan survey, anggota komunitas atau kelompok
agregasi memberikan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan spesifik baik tertulis maupun lisan yang
didasarkan pada sampel populasi.
5) Windshield survey, kunjungan mengitari komunitas
geopolitik dengan menggunakan pengamatan melalui
kaca mobil (automobile) sebagai cara mengumpulkan
informasi tentang lingkungan komunitas.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan
data meliputi:
1) Data inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
 Tanyakan siapa yang mengetahui sejarah daerah
tersebut.
 Tanyakan kepada toma tentang bagaimana riwayat
berdirinya daerah tersebut, sudah berapa lama.
 Tanyakan tentang wilayah-wilayah yang diyakini
oleh penduduk setempat memiliki nilai mistik.
 Observasi kondisi bangunan yg ada di daerah
tersebut.
b. Values (nilai-nilai yang dianut masyarakat), beliefs
(keyakinan), agama
 Tanyakan tentang nilai-nilai dan keyakinan yg
dianut masyarakat terkait pola kebiasaan.
 Tanyakan tentang norma yg berlaku di masyarakat.
 Identifikasi tentang pola budaya yg banyak
diyakini masyarakat terkait dgn kesehatan.
 Apakah terdapat mesjid, gereja, dll (sarana ibadah)
?
 Apakah keyakinan agamanya homogen ?
c. Data demografi
 Komposisi penduduk; umur dan jenis kelamin
 Tipe keluarga dan Satatus perkawinan
 Ras/suku dan bahasa
 Pekerjaan dan tingkat pendapatan
d. Vital statistic
 Kelahiran
 Kematian (berdasarkan umur dan penyebab
kematian, angka kematian kasar atau CDR)
 Morbiditas
2) Data subsistem komunitas
a. Lingkungan fisik
 Pemeriksaan fisik mrp.kan komponen kritis dlm
pengkajian pasien individual, begitu pula dlm
pengkajian komunitas.
 Kelima indra kita diperlukan untuk pemeriksaan
fisik pasien, begitu pula dalam pemeriksaan tingkat
komunitas.
b. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
 Fasilitas didalam komunitas
 Fasilitas diluar komunitas
c. Ekonomi
 Jenis pekerjaan
 Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
 Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
 Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga,
dan lanjut usia
d. Keamanan dan transportasi
e. Politik dan pemerintahan
 Pemerintah (Rt, Rw, Lurah, Camat, Dst)
 Kelompok pelayanan masyarakat :
- PKK - Karang Taruna
- LKMD - Posyandu
- Panti Werdha - Dll
 Politik (Peran serta Partai Politik dalam pelayanan
kesehatan, Kebijakan pemerintah dalam pelayanan
kesehatan)
f. Sistem komunikasi
 Sarana umum komunikasi
 Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam
komunitas
 Cara penyebaran informasi
g. Pendidikan
 Tingkat atau status pendidikan komunitas
 Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non
formal)
h. Rekreasi
 Dimana anak-anak bermain?
 Bentuk / jenis rekreasi
b) Fasilitas tempat digunakan dalam membantu proses analisis
adalah:
1. Kategorisasi
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat
membantu jika pertama-tama mengkategorikan data. Data
dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Kategori data
pengkajian komunitas meliputi:
a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis
kelamin, dan kelompok etnik dan ras).
b) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan
ukuran lahan tempat tinggal, ruang public, dan jalan).
c) Karakteristik social-ekonomi (kategori pekerjaan,
penghasilan, pendidikan yang dicapai, dan pola
penyewaan atau kepemilikan rumah).
d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik,
pusat pelayanan kesehtan mental, dan sebagainya).
2. Ringkasan
Berupa diagram dan grafik.
3. Pembandingan
Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa
data adalah mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan
kehilangan data. Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan
seperti kesalahan dalam pencatatan, tugas penting adalah
menganalisa secara kritis data dan menyadari potensi
terjadinya kesenjangan dan kehilangan data.
4. Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan
data yang telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah
menarik simpulan logis dari bukti yang ada untuk mengarah
perumusan diagnosa keperawatan komunitas.
c) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun
demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi
sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak,
2005).

d) Prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
6) Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki
kebutuhan menurut Abraham H. Mashlow yaitu:
1) Keadaan yan mengancam kehidupan
2) Keadaan yang mengancam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin
terjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Masalah actual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses Of
Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu problem
(masalah) yang merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari kondisi
normal, etiologi (penyebab dari masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberi arah intervensi keperawatan), sign atau symptom (tanda
dan gejala) (Mubarak, 2005).
Selain data primer, data skunder yang diperoleh melalui
laporan/dokumen yang sudah dibuat di desa/kelurahan puskesmas,
kecamatan, atau dinas kesehatan, musalnya laporan tahunan puskesmas,
monografi desa, profil kesehatan, dsb, juga perlu dikumpulkan dari
komunitas. Setelah dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya
dianalisis, sehingga perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan.
Diagnosis dirumuskan terkait garis pertahanan yang mengalami kondisi
terancam. Ancaman terhadap garis pertahanan fleksibel memunculkan
diagnosis potensial; terhadap garis normal memunculkan diagnosis resik;
dan terhadap garis pertahanan resisten memunculkan diagnosis
actual/gangguan. Analisis data dibuat dalam bentuk matriks.
Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis
diagnosis sebagai berikut.
1) Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/ wellness digunakan bila komunitas mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladapti. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri dari
komponen problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e).
Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:
Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01
desa x kecamatan A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95%
(95%), 80% berat badan balita di atas garis merah KMS, 80%
pendidikan ibu adalah SMA, cakupan posyandu 95%.
2) Diagnosis ancaman ( risiko)
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem (p), etiologi (e) ,
dan symptom/ sign (s).
Contoh diagnose risiko:
Risiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01 desa
x kecamatan A yang berhubungan dengan koping masyarakat yang
tidak efektif ditandai dengan pernah terjadi perkelahian antar- RT,
kegiatan gotonbg royong , dan silaturahmi, rutin rw jarang
dilakukan, penyuluhan kesehatan terkait kesehatan jiwa belum
pernah dilakukan, masyarakat sering berkumpul dengan melakukan
kegiatan yang tidak positif seperti berjudi.
3) Diagnosis actual/ gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/
masalah kesehatandi komunitas, yang didukung oleh beberapa data
maladaptive. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas actual
terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign (s)
Contoh diagnosis actual:
Gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang
berhubungan dengan kurangnya kebiasaan hygiene Personal,
ditandai dengan 92% remaja mengatakan mengalami keputihan
patologis, upaya yang dilakukan remaja dalam mengatasi keputihan
80% didiamkan saja, 92% remaja mengatakan belum pernah
memperoleh informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang
berhubungan dengan tidak adekuatnya penggunaan fasilitas
layanan kesehatan untuk penanggulangan diare, keterbatasan, dan
kualitas sarana pelayanan diare.
c. Perencanaan keperawatan
Merupakan penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien.
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan komunitas
mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak,
2005).

Kriteria perumusan tujuan:


1) Fokus pada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat

Langkah rencana tindakan keperawatan:


1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2) Tetapkan teknik & prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam penyusunan perencanaan
kegiatan : MMD
4) Pertimbangkan fasilitas dan sumber daya masyarakat yang tersedia
5) Tindakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
6) Mengarah pada tujuan
7) Tindakan yang realistik
8) Disusun berurutan
a. Kriteria hasil, digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan
bersifat spesifik. Terdapat 2 macam :
 kriteria verbal : kriteria hasil untuk sebuah kegiatan KIE
 kriteia psikomotor : kriteria hasil untuk sebuah tindakan
seperti pembentukan kader, penggiatan posyandu dll
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas,
Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi
pada keperawatan komunitas adalah :
1) Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)
(Mubarak, 2005).
2) Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).
3) Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005).
4) Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
kompeten (Mubarak, 2005).
5) Memiliki keyakinan
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005).
e. Evaluasi atau Penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif
program. Data evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki
database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari
analisis pengkajian data komunitas.Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah
masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian
yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula. Jenis evaluasi, antara lain:
1) Evaluasi Formatif: mencerminkan pengamatan perawat dan analisa
respon pasien segera setelah dilakukan intervensi, metode yg
digunakan dgn menggunakan “Catatan Perkembangan”
2) Evaluasi sumatif: rekapitulasi dari hasil intervensi keperawatan yang
telah diberikan berupa narasi, seperti resume pasien.
3) Evaluasi Struktur : evaluasi terkait persiapan (contoh: rencana
penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara, undangan
telah disebar)
4) Evaluasi Proses : pelaksanaan (jumlah peserta yang hadir ... Orang,
15 % dari peserta aktif bertanya, penyuluhan dilaksanakan di
tempat.....)
5) Evaluasi hasil : dari tujuan yang ditetapkan (contoh: warga dapat
memahami ISPA).
Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian:
1) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan
2) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan
3) Hasil penelitian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi
Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam
jangka waktu berapa lama?
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga
yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya
peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pemecahan masalah keperawatan melalui proses asuhan keperawatan
komunitas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (PSIK FK ULM) dilaksanakan di Desa
Rumpiang Kecamatan Beruntung Baru di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Baru.
Praktik ini berlangsung selama 3 minggu yaitu mulai tanggal 23 Maret sampai
dengan 11 April 2020.

Desa Rumpiang terdiri dari 4 RT, yaitu RT. 01, 02, 03, dan 04. Pengkajian
dilakukan pada RT 01-04 selama 3 hari, pengkajian yang dilakukan meliputi
pengumpulan data dengan menggunakan teknik windshield survey dan observasi.
Berdasarkan hasil pengkajian di RT 01-04 didapatkan total kepala keluarga
seluruhnya sebanyak 220 kepala, dengan jumlah penduduk yaitu 771 orang
yang terdiri dari 387 orang laki-laki dan 382 orang perempuan.

A. Pengkajian
1. Data Inti
a. Riwayat Komunitas
Desa Rumpiang terletak di Kecamatan Beruntung Baru Kabupaten
Banjar Provinsi kalimantan Selatan, dengan jumlah penduduk 771 Jiwa
terdiri dari 287 orang laki-laki dan 382 orang perempuan, dengan jumlah
Kepala Keluarga sebanyak 220 KK. Desa Rumpiang terdiri dari 4 RT dan
yaitu RT 01, RT 02, RT 03, dan RT 04, dimana sebagian besar
wilayahnya merupakan tanah persawahan.
Luas wilayah Kecamatan Beruntung Baru yaitu 61.42 km² dengan
kepadatan penduduk yaitu 224 jiwa/km². Kecamatan Beruntung Baru
memiliki 12 desa/kelurahan yaitu desa Babirik, Handil Purai, Haur
Kuning, Jambu Burung, Jambu Raya, Kampong Baru, Lawahan, Muara
Halayung, Pindahan Baru, Selat Makmur, Tambak Padi, dan Rumpiang.
Desa Rumpiang memiliki luas wilayah yaitu 4 km².
b. Batas Wilayah
Desa Rumpiang berada di wilayah Kecamatan Beruntung Baru. Data batas
wilayah didapatkan google Maps. Adapun batas-batas geografis desa
Rumpiang adalah:
a) Utara: berbatasan dengan desa Sungai Kupang Kecamatan Gambut
b) Selatan: berbatasan dengan desa Jambu Burung Kecamatan Beruntung
Baru
c) Barat: berbatsan dengan desa Pemurus Kecamatan Aluh-Aluh
d) Timur: berbatasan dengan desa Sungai Kupang Kecamatan Gambut

c. Data Demografi
Dari data sekunder di dapatkan jumlah penduduk di desa Rumpiang RT
01-04 pada Februari tahun 2020 dapat dilihat pada table berikut.
No SEBARAN PENDUDUK L P JUMLAH
1. RT 01 115 124 239
2. RT 02 79 71 150
3. RT 03 72 92 164
4. RT 04 123 95 218
JUMLAH 387 382 771
1) Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi Jenis Kelamin (n=771)

Perempuan Laki-laki 387


Laki-laki
382 (49%) (51%)
Perempuan

Berdasarkan diagram diatas jumlah Penduduk yang terdata


dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 387 orang (51%) dan
perempuan sebanyak 382 orang (49%).
2) Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia

Distribusi berdasarkan Usia (n=810)

Anak-Anak 232
(28%) Dewasa

Dewasa 578 Anak-Anak


(71%)

Berdasarkan diagram diatas jumlah penduduk terbanyak pada


pertengahan tahun 2013 di Desa Rumpiang adalah pada usia dewasa
yaitu 578 orang (71%) dan anak-anak yaitu 232 orang (28%).
3) Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
Distribusi Jumlah Penduduk yang terdata pada Februari 2020
berdasarkan Agama yaitu 771 orang (100%) beragama islam.
4) Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku

Distribusi berdasarkan suku


(n=739)
Jawa 1 (1%)

Banjar
Banjar 738
(99%) Jawa

Berdasarkan diagram diatas, jumlah penduduk yang terbanyak


pada pertengahan tahun 2013 adalah bersuku Banjar yaitu sebanyak
738 orang (99%) dan hanya 1 orang (1%) yang bersuku Jawa.
5) Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Distribusi Berdasarkan Pekerjaan


(n=423)
0
16 Tanaman Pangan
6 35
Perkebunan
0
23 Perikanan
0
Peternakan
334 Industri pengolahan
Perdagangan
Jasa
Berdasarkan diagram diatas, pekerjaan penduduk desa
Rumpiang pada pertengahan tahun 2013 terbanyak yaitu bertani
(tanaman pangan) sebanyak 343 orang (81%).
6) Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi berdasarkan tingkat


pendidikan (n=700)
6 4
Tidak/belum tamat SD
132 SD
191
SLTP
SLTA
118
D I/II
239
DIII
Perguruan tinggi/ D IV

Berdasarkan diagram diatas jumlah Penduduk terbanyak yaitu


dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 232 orang (33%).
7) Distribusi Penduduk Berdasarkan Penghasilan Keluarga

Distribusi berdasarkan penghasilan


keluarga (n=248)
6

29 KPS
48
KS I
48
KS II
KS III
117
KS III Plus
Berdasarkan diagram di atas, jumlah penduduk terbanyak pada
pertengahan tahun 2013 yaitu dengan penghasilan keluarga sejahtera II
(KS II) sebanyak 117 orang (47%).
8) Distribusi Penduduk Berdasarkan Menabung keluarga
Distribusi penduduk berdasarkan menabung keluarga tidak
didapatkan pada data sekunder.
d. Vital Statistik
Data sekunder yang di dapatkan dari kecamatan Beruntung Baru dari
bulan Januari-Desember 2013 bahwa angka kelahiran di desa Rumpiang
yaitu 12 orang, dengan data perempuan sebanyak 3 orang dan laki-laki
sebanyak 9 orang. Adapun untuk kasus Covid-19 di kecamatan beruntung
baru memiliki 3 ODP, namun di desa Rumpiang tidak ada.
a) Kondisi Kesehatan Penduduk
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Kecamatan
Beruntung Baru tidak ada data kesehatan penduduk di desa Rumpiang.
b) Data Penyakit

10 Besar penyakit pada puskesmas


Kec. Beruntung Baru (n=6261)
145 ISPA
336
366 Hipertensi
1480
366
Arthritis tidak spesifik
432

Dispepsia
780 1008

Dermatitis
960
288
Diabetes melitus
Berdasarkan diagram diatas, penyakit yang paling sering di alami oleh
masyarakat Kecamatan Beruntung Baru pada tahun 2013 yaitu ISPA
sebanyak 1480 kasus.
c) Data Kesehatan Pasangan Usia Subur

Distribusi pasangan usia subur


(n=421)

172 Ya

248 Tidak

Berdasarkan diagram diatas, didapatkan bahwa sebanyak 172


orang (41%) pasangan usia subur di desa Rumpiang pada tahun 2013.
d) Kontrasepsi

penggunaan alat kontrasepsi


(n=172)

44
Ya

128 Tidak

Berdasarkan diagram diatas, data penduduk yang memakai alat


kontrasepsi pada tahun 2013 yaitu 128 orang (74%) dan yang tidak
memakai yaitu 44 orang (26%).
Jenis alat kontrasepsi yang
digunakan (n=167)
2 0
IUFD
PIL

72 Kondom
91
Suntik
Inflan
Lainnya (MOW)
2

Berdasarkan diagram diatas, pemakaian alat kontrasepsi


terbanyak di desa Rumpiang pada tahun 2013 adalah menggunakan
KB sunrik yaitu 91 (53%).

Data alasan tidak menggunakan KB


(n=44)

3
Hamil
16 Ingin anak
25
Sebab lain

Berdasarkan diagram diatas di dapatkan bahwa alasan


terbanyak tidak menggukan KB di desa Rumpiang tahun 2013 adalah
hamil yaitu 25 orang (57%).
e) Data Kesehatan Ibu Hamil
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Kecamatan
Beruntung Baru tidak ada data kesehatan Ibu hamil di desa Rumpiang.
Beradasarkan hasil wawancara kepada sekretaris desa melalui
media sosial, posyandu ibu hamil di adakan runtin sebulan sekali di
rumah praktik bidan yang ada di desa Rumpiang.
f) Data Kesehatan Balita
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Kecamatan
Beruntung Baru tidak ada data kesehatan balita di desa Rumpiang.
Beradasarkan hasil wawancara kepada sekretaris desa melalui
media sosial, posyandu lansia di adakan runtin sebulan sekali di rumah
praktik bidan yang ada di desa Rumpiang.
g) Data Kesehatan Anak Usia Sekolah
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Kecamatan
Beruntung Baru pada tahun 2013, jumlah murid MIN 5 Banjar yaitu
sebanyak 107 siswa (50 orang laki-laki dan 57 orang perempuan),
MTs. Abnaul Amin sebanyak 58 siswa (31 orang laki-laki dan 27
orang perempuan), MA Abnaul Amin sebanyak 27 siswa (12 orang
laki-laki dan 15 orang perempuan).
Berdasarkan hasil wawancara kepada murid di MTs. Abnaul
Amin, mereka menyebutkan bahwa kurang memahami tentang cara
mencuci tangan yang baik.
h) Data Kesehatan Remaja
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Kecamatan
Beruntung Baru tidak ada data kesehatan remaja di desa Rumpiang.
Berdasarkan hasil obsevasi, banyak remaja yang merokok dan
beberapa remaja meminum obat terlarang.
i) Data Kesehatan Dewasa
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Kecamatan
Beruntung Baru tidak ada data kesehatan dewasa di desa Rumpiang.
Berdasarkan hasil obervasi, masih ada sebagian warga yang
melakukan aktivitas di luar rumah secara berkelompok yaitu seperti
bercocok tanam di sawah dan berkumpul di warung. Selain itu, ada
beberapa orang yang masih bekerja di luar desa (guru) untuk pergi
kesekolah/piket jaga sekolah.
j) Data Kesehatan Lanjut Usia
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Kecamatan
Beruntung Baru tidak ada data kesehatan lansia di desa Rumpiang.
Beradasarkan hasil wawancara kepada sekretaris desa melalui
media sosial, posyandu lansia di adakan runtin sebulan sekali di rumah
praktik bidan yang ada di desa Rumpiang.
k) Data Kesehatan Jiwa
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Kecamatan
Beruntung Baru tidak ada data kesehatan jiwa di desa Rumpiang.

e. Nilai dan Kepercayaan


Mayoritas penduduk warga RT 01-04 di desa Rumpiang yaitu beragama
islam. Berdasarkan data windshield survey dan observasi terdapat tempat
peribadatan di komunitas berupa masjid dan langgar.

2. Data Subsistem Komunitas


a. Lingkungan fisik
1) Kondisi geografis
Hasil windshield survey dan data sekunder yang di dapat dari
kecamatan Beruntung Baru bahwa luas wilayah Kecamatan Beruntung
Baru yaitu 61.42 km² dengan kepadatan penduduk yaitu 224 jiwa/km².
Kecamatan Beruntung Baru memiliki 12 desa/kelurahan yaitu desa
Babirik, Handil Purai, Haur Kuning, Jambu Burung, Jambu Raya,
Kampong Baru, Lawahan, Muara Halayung, Pindahan Baru, Selat
Makmur, Tambak Padi, dan Rumpiang. Desa Rumpiang memiliki
luas wilayah yaitu 4 km².
Desa Rumpiang terletak di Kecamatan Beruntung Baru
Kabupaten Banjar Provinsi kalimantan Selatan, dengan jumlah
penduduk 771 Jiwa terdiri dari 287 orang laki-laki dan 382 orang
perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 220 KK. Desa
Rumpiang terdiri dari 4 RT dan yaitu RT 01, RT 02, RT 03, dan RT
04, dimana sebagian besar wilayahnya merupakan tanah persawahan.
Desa Rumpiang memiliki tanah hitam dan tekstur tanahnya
adalah berlumpur yang sangat cocok untuk dijadikan lahan
persawahan. Sebagian besar desa Rumpiang adalah lahan sawah
sehingga tidak terdapat pencemaran udara. Selain itu tidak terdapat
adanya kebisingan karena jarak dari 1 rumah ke rumah lainnya tidak
berdekatan dan lalu lintas di desa juga sepi. Di desa Rumpiang tidak
terdapat adanya tempat pembuangan sampah umum, sehingga
masyarakat membuang sampah di delakang/depan rumahnya masing-
masing dan kemudian di bakar sendiri.
2) Lingkungan rumah
Hasil windshield survey dan observasi, sebagian besar rumah
di komunitas sudah tertata rapi dan sebagian lagi masih tidak teratur.
Tampak rumah warga masih banyak yang belum permanen, namun
sudah ada beberapa rumah yang sudah permanen.
(a) (b)

(c)

Gambar (a) rumah tidak permanen (b) rumah semi permanen


(c) rumah permanen

Dari hasil observasi yang dilakukan, jenis bangunan tidak


permanen dengan material kayu, berlantai kayu, dan menggunakan
atap seng dan ada juga yang menggunakan atap sirap kayu ulin hanya
beberapa rumah saja yang ditemukan permanen maupun semi
permanen. Kepemilikan rumah yaitu milik sendiri. Hampir seluruh
rumah ditempati warga untuk tempat tinggal. Berdasarkan observasi
seluruh rumah memiliki jendela dan difungsikan. Pencahayaan rumah
sebagian besar sudah cukup baik, penerangan rumah seluruhnya
menggunakan listrik. Penyejuk ruangan mayoritas menggunakan kipas
angin.

3) Jenis tempat peribadatan


Berdasarkan data windshield survey dan observasi terdapat
tempat peribadatan di komunitas berupa masjid dan langgar.
4) Tumbuhan dan binatang ternak
Berdasarkan data windshield survey dan observasi tampak
banyak tanaman padi. Selain itu, juga tampak terdapat beberapa
tanaman buah-buahan seperti pohon kelapa, pisang, dan mangga yang
berada di depan dan di belakang rumah warga.
Gambar. Tampak tumbuhan yang ada depan/belakang rumah warga di desa
Rumpiang

Berdasarkan data windshield survey dan observasi tampak banyak


peternakan ayam dan bebek. Selain itu, juga tampak ada peternakan ikan nila.

Gambar. Tampak kandang ternak dan tambak ikan nila yang ada
depan/belakang/samping rumah warga di desa Rumpiang

5) Lahan kosong
Berdasarkan winshield survey dan observasi tidak ada lahan
kosong di desa Rumpiang. Sebagian besar lahan di desa di jadikan
sawah utnuk bercocok tanam padi.
6) Kondisi lingkungan sekitar
Berdasarkan hasil observasi windshield survey, di desatempat
pembuangan sampah umun yang disediakan pemerintah sehingga
beberapa warga membuang sampah sembarangan dibelakang rumah,
namun sebagian besar warga juga ada yang membakar sampah di
halaman sekitar rumah untuk mengurangi penumpukan sampah.

(a) (b)

Gambar (a) sampah yang tertumpuk di belakang rumah


(b) sampah yang di bakar
Hasil windshield survey dan observasi di desa sebagian besar
masyarakat buang air di jamban, namun sebagian masyarakat juga
memiliki WC sendiri berupa WC jongkok.
(a) (b)

(c)

Gambar (a) jamban yang terletak di sungai (b)WC milik pribadi (c) septi tank

Hasil windshield survey dan observasi di desa Rumpiang


masyarakat memakai sumber air yang berasal dari air PAM dan air
sungai. Warga di desa Rumpiang biasanya menggunakan air PAM
untuk keperluan memasak, mencuci piring dan air minum (dimasak
terlebih dahulu). Sebagian warga juga menggunakan air PAM untuk
mandi dan mencuci pakaian, namun jika air PAM mati warga
menggunakan air sungai untuk mencuci piring, mandi, dan mencuci
pakaian. Namun, ada pula sebagian masyarakat yang menggunakan air
sungai untuk kebutuhan sehari-hari dikarenakan ingin menghemat
biaya pengeluaran bulanan mereka sehingga air PAM hanya
digunakan untuk air minum saja. Adapun utnuk tempat penampungan
air, warga biasanya memakai tong.
(a) (b)

(c) (c)

Gambar (a) air PAM (b) sungai (c) tempat penampungan air

b. Pendidikan komunitas
Hasil winshield survey dan data observasi di wilayah RT 01-04
terdapat 1 buah TK PAUD yaitu TK PAUD Abnaul Amin, 1 buah TK Al-
Qur’an yaitu TK Al-Qur’an Abnaul amin,1 buah MIN yaitu MIN 5
Banjar, buah MTs yaitu Mts. Abnaul Amin, dan 1 MA yaitu MA Abnaul
Amin.
(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar (a) TK PAUD Abnaul Amin (b) TK Al-Qur’an Abnaul Amin


(c) MIN 5 Banjar (d) MTs. Abanaul Amin (e) MA Abnaul Amin

c. Keamanan dan transportasi


Hasil windshield survey, terdapat Poskamling namun tidak
berfungsi untuk jaga malam, observasi yang dilakukan tidak terlihat warga
yang jaga malam di poskamling, siang hari terlihat poskamling hanya
tempat anak-anak berkumpul dan bermain, namun berdasarkan
wawancara kepada salah satu warga bahwa kondisi lingkungan mereka
aman. Hasil wawancara dengan TOMA tidak ada kegiatan ronda
secara bergiliran ataupun ada petugas keamanan yang ditunjuk.
Menurut wawancara dengan TOMA wilayah RT 1 – RT 4 aman jarang
ada kejadian pencurian. Kondisi jalan utama belum menggunakan aspal,
banyak dilalui kendaraan roda dua.
Jenis transportasi yang digunakan masyarakat sebagian besar
adalah milik pribadi. Transportasi yang dimiliki warga adalah roda
dua seperti sepeda motor, menggunakan sepeda dan ada juga yang
berjalan kaki.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar (a) Poskambling (b) transportasi sepeda (c) transportasi motor (d)
kondisi jalan di desa Rumpiang
d. Politik dan Pemerintahan
Desa rumpiang dipimpin oleh Kepala Desa (pembakal) dengan
cakupan wilayah 4 RT. Namun, saat ini untuk pembakal didesa rumpiang
belum ada karena masih dalam proses pencalonan pembakal (pemilihan
pembakal baru). Hasil wawancara dengan sekretaris desa terdapat kegiatan
organisasi kemasyarakatan seperti karang taruna dan PKK.
(a) (b)

Gambar (a) struktur organisasi desa Rumpiang (b) Balai desa

e. Pelayanan Kesehatan dan Sosial


Di desa Rumpiang hanya terdapat rumah bidan praktik dan
posyandu (Posyandu Melati) untuk balita, lansia, dan ibu hamil. Desa
rumpiang termasuk kedalam wilayah puskesmas Beruntung Baru. Jarak
dari desa ke puskesmas yaitu sejauh 6,4 km atau sekitar 17 menit.
Adapun untuk kegiatan sosial yang biasa di adakan di desa
Rumpiang yaitu kegiatan musyawarah yang di adakan aparat desa setiap 1
bulan sekali, kegiatan yasinan dan pengajian yang di adakan di rumah-
rumah warga setiap seminggu sekali. Namun, sebagian masyarakat sudah
mulai mematuhi peraturan pemerintah terkait pencegahan Covid-19 untuk
tidak melaksanakan kegiatan yang bersifat kelompok seperti acara yasinan
mingguan, acara Isra Mi’raj di sekolah maupun di masjid, serta kegiatan
sekolah diliburkan. Para remaja masih berkumpul di malam hari di salah
satu rumah warga untuk bermain game. Selain itu, dari hasil observasi
pada pagi dan sore hari warga (bapak-bapak ±5 orang) terlihat makan dan
minum di warung wadai yang ada di desa.
(a) (b)

Gambar (a) puskesmas Beruntung Baru (b) Rumah bidan praktik sekaligus
posyandu

f. Sistem Komunikasi
Berdasarkan hasil observasi, sistem komunikasi yang terdapat
dalam komunitas antara lain adalah radio, serta televisi sebagai media
informasi bagi masyarakat, selain itu banyak warga rata-rata sudah
mempunyai telepon seluler yang sudah tercakup layanan data dari
operator sehingga untuk akses komunikasi dan internet juga semakin
mudah dijangkau, akan tetapi operator internet yang dapat digunakan
hanya beberapa saja. Sistem komunikasi sederhana masyarakat di desa
Rumpiang adalah dengan melakukan pengumuman pada pengeras suara
masjid bila ada informasi penting yang ingin segera disampaikan
pada masyarakat, masyarakat di kumpulkan di masjid untuk dilakukan
musyawarah.
g. Ekonomi
Hasil windshield survey, perekonomian warga desa didapat dari
bertani, berjual sembako, tambak ikan nila, warung makan, dan menjual
buah-buahan dari pohon yang dimiliki warga setempat. Masih ada
beberapa warga yang bekerja keluar desa (guru) untuk rapat di sekolahnya
dan bertugas piket disekolah.
(a) (b)

(c)
Gambar (a) warung sembako (b) bertani (c) tambak ikan nila

h. Rekreasi
Hasil windshield survey dan observasi, di Rumpiang tidak memiliki
tempat rekreasi. Namun biasanya anak-anak main sepakbola dihalaman
sekolah dan sawah saat musim kemarau.
B. Analisa Data

No Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah Kesehatan


1. Berdasarkan hasil wawancara: 1) Warga masih menggunakan jamban di sungai Kurang pemahaman Perilaku kesehatan
Warga menyebutkan bahwa di untuk buang air besar/kecil. warga desa Rumpiang cenderung beresiko
desa tidak ada tempat 2) Sebagian warga masih menggunakan air sungai dalam melakukan pada warga desa
pembuangan sampah sehingga untuk kebutuhan sehari-hari (misalnya mandi, kebiasaan/perilaku Rumpiang
mereka membakar sendiri si mencuci pakaian, dan mencuci piring). kesehatan (membuang
pekarangan rumahnya. 3) Berdasarkan hasil dari data yang ada di sampah di belakang
kecamatan Beruntung Baru masih terdapat rumah, berkumpul pada
angka kejadian dyspepsia. 1 tempat tertentu)
4) Air sungai berwana keruh kecoklatan.Masih
terdapat warga membuang sampah di belakang
rumah.
5) Masih terdapat warga yang membakar sampah.
6) Masih terdapat warga yang berkelompok
melakukan aktivitas diluar rumah, seperti
bercocok tanam dan berkumpul di warung
7) Tampak remaja yang bermain game pada malam
hari di salah satu rumah warga
8) Kandang ternak terdapat di depan, samping,
ataupun dibelakang rumah.
2. Berdasarkan hasil wawancara, Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Kurang pemahaman Perilaku kesehatan
siswa di MTs. Abnaul Amin Kecamatan Beruntung Baru pada tahun 2013, pada anak sekolah cenderung beresiko
mneyebutkan bahwa mereka jumlah murid MIN 5 Banjar yaitu sebanyak 107 tentang cara cuci pada anak sekolah
kurang memahami tentang cara siswa (50 orang laki-laki dan 57 orang perempuan), tangan, kurang (perilaku cuci tangan)
mencuci tangan yang benar MTs. Abnaul Amin sebanyak 58 siswa (31 orang dukungan keluarga pada anak sekolah di
laki-laki dan 27 orang perempuan), MA Abnaul pada anak sekolah. desa Rumpiang
Amin sebanyak 27 siswa (12 orang laki-laki dan 15
orang perempuan).
3. - Berdasarkan hasil obervasi, masih ada sebagian Kurang pemahaman Perilaku kesehatan
tentang pencegahan cenderung beresiko
warga yang melakukan aktivitas di luar rumah
Covid-19 pada orang dewasa
secara berkelompok yaitu seperti bercocok tanam di (pencegahan Covid-
19: isolasi diri di
sawah dan berkumpul di warung. Selain itu, ada
rumah) di desa
beberapa orang yang masih bekerja di luar desa Rumpiang
(guru) untuk pergi kesekolah/piket jaga sekolah.
4. - Berdasarkan hasil obsevasi, banyak remaja yang Kurang pemahaman Perilaku kesehatan
tentang dampak cenderung beresiko
merokok dan beberapa remaja meminum obat
penggunaan zat pada remaja (dampak
terlarang. terlarang penggunaan zat
terlarang) di desa
Rumpiang
C. Skoring Prioritas Masalah

Masalah Keperawatan Kesesuaian Prevalensi Tingkat Potensi Minat Waktu Yang Ketersedian Total
Dengan Resiko Keparahan Pengurangan Masyarakat Diharapkan Sumber Daya
CHN Resiko Risiko Program
Memberikan
Efek
Perilaku kesehatan cenderung 2 1 1 1 1 1 1 8
beresiko pada warga desa
Rumpiang
Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 2 2 1 2 13
beresiko pada anak sekolah
(perilaku cuci tangan) pada
anak sekolah di desa
Rumpiang
Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 2 1 1 1 11
beresiko pada orang dewasa
(pencegahan Covid-19:
isolasi diri dirumah) di desa
Rumpiang
Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 1 1 1 1 10
beresiko pada remaja
(dampak penggunaan zat
terlarang) di desa Rumpiang

Pembobotan:
0: Tidak Ada Kepentingan Komunitas Prioritas, 1: Prioritas Sedang, 2: Prioritas Tinggi
D. Diagnosis Prioritas
Diagnosis prioritas yaitu:
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada anak sekolah (perilaku cuci
tangan) pada anak sekolah di desa Rumpiang berhubungan dengan kurang
pemahaman pada anak sekolah tentang cara cuci tangan, kurang dukungan
keluarga pada anak sekolah.
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada orang dewasa (pencegahan
Covid-19: isolasi diri di rumah) di desa Rumpiang berhubungan dengan
kurang pemahaman tentang pencegahan Covid-19.
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada remaja (dampak penggunaan zat
terlarang) di desa Rumpiang Kurang pemahaman tentang dampak
penggunaan zat terlarang
4. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada warga desa Rumpiang Kurang
pemahaman warga desa Rumpiang dalam melakukan kebiasaan/perilaku
kesehatan (membuang sampah di belakang rumah, berkumpul pada 1 tempat
tertentu).
E. Rencana Asuhan keperawatan

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


1. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Pengetahuan: Perilaku kesehatan NIC : Pengembangan Program
berisiko pada warga di desa Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Manajemen Sampah
Rumpiang b.d Kurangnya hari masalah di komunitas (warga RW 002 1) Bantu masyarakat dalam mengidentifikasi
pemahaman warga desa Kelurahan Cempaka) teratasi dengan kriteria hasil: kebutuhan atau masalah kesehatan yang
Rumpiang dalam melakukan 2. Warga desa Rumpiang Kecamatan Beruntung signifikan
kebiasaan/perilaku kesehatan Baru mengetahui tentang Perilaku hidup bersih 2) Prioritaskan kebutuhan kesehatan terhadap
(Membuang sampah dan sehat seperti lingkungan sehat masalah yang diidentifikasi, rencana
sembarangan, sampah a. Skala 1 : tidak mengetahui jangka pendek melakukan gotong royong
berserakan di belakang rumah b. Skala 2 : sedikit mengetahui dengan warga desa Padang Panjang.
warga) c. Skala 3 : cukup mengetahui 3) Edukasi anggota kelompok dalam
d. Skala 4 : banyak mengetahui perencanaan mengenai proses perencanaan
e. Skala 5 : mengetahui sepenuhnya (penkes tentang bahaya membuang
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui sampah sembarangan).
4) Memfasilitasi program pelatihan
3. Masyarakat aktif untuk mengurangi sampah di pengelolaan sampah.
lingkungan masing-masing di desa Rumpiang 5) Evaluasi program terkait relevansi,
Kecamatan Beruntung Baru efisiensi, dan efektifitasnya.
a. Skala 1 : tidak aktif
b. Skala 2 : sedikit aktif NIC: Edukasi Kesehatan
c. Skala 3 : cukup aktif 1) Penyuluhan kepada masyarakat tentang
d. Skala 4 : banyak aktif lingkungan sehat dan cara pencegahan
e. Skala 5 : aktif sepenuhnya Covid-19
Target: Skala 4 banyak aktif 2) Identifikasi sumber yang diperlukan untuk
menjalankan program kebersihan
lingkungan
3) Melibatkan individu, keluarga dan
kelompok untuk mendukung perubahan
perilaku kesehatan ke arah kondusif.
2. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Pengetahuan :Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
beresiko pada anak sekolah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang
(perilaku cuci tangan) pada anak hari pengetahuan orangtua dan anak meningkat cara cuci tangan yang benar
sekolah di desa Rumpiang tentang penyakit yang umum pada anak sekolah 2) Sediakan materi informasi kesehatan seperti
seperti panas/Batuk/Pilek, cara cuci tangan yang masalah cara cuci tangan yang benar
benar & gosok gigi yang baik, serta pentingnya dengan cara yang mudah dipahami oleh
sarapan rutin sebelum berangkat sekolah dengan anak sekolah disampaikan dengan
kriteria hasil: menggunakan media leaflet melalui media
Warga dan anak sekolah di desa Rumpiang sosial
m em ah am i c ar a m en cuci tangan yang benar. 3) Gunakan strategi pemahaman
a) Skala 1 : tidak mengetahui keluarga (mulai dengan informasi yang
b) Skala 2 : sedikit mengetahui paling penting dahulu, fokus pada pesan-
c) Skala 3 : cukup mengetahui pesan inti dan ulangi, hubungkan dengan
d) Skala 4 : banyak mengetahui pengalaman individu) dengan mengevaluasi
e) Skala 5 : mengetahui sepenuhnya sejauh mana pemahaman keluarga tentang
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui cara mencuci tangan yang benar.
4) Motivasi anak sekolah untuk
mengajukan pertanyaan masalah cuci
tangan yang benar kemudian meminta
penjelasan (misalnya mengapa penting bagi
anak sekolah untuk melakukan hal ini?)
3. Perilaku kesehatan cenderung NOC : Pengetahuan: Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
beresiko pada orang dewasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang
(pencegahan Covid-19: isolasi 3 hari pengetahuan orang dewasa meningkat tentang pencegahan Covid-19 (isolasi diri
diri di rumah) di desa Rumpiang pencegahan Covid-19 dengan kriteria hasil: dirumah).
Skala 1 : tidak mengetahui 2) Sediakan materi informasi kesehatan
Skala 2 : sedikit mengetahui tentang Covid-19 dengan cara yang mudah
Skala 3 : cukup mengetahui dipahami oleh warga disampaikan dengan
Skala 4 : banyak mengetahui menggunakan leaflet yang disebarkan
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya melalui media leaflet
3) Gunakan strategi pemahaman
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui keluarga (mulai dengan informasi yang
paling penting dahulu, fokus pada
pesan-pesan inti dan ulangi, hubungkan
dengan pengalaman individu) dengan
mengevaluasi sejauh mana pemahaman
keluarga tentang pencegahan Covid-19
(isolasi diri dirumah)
4) Dorong penggunaan langkah-langkah
efektif untuk memiliki koping terhadap
gangguan kesadaran kesehatan dengan
mencari bantuan pada keluarga dalam
mendapatkan informasi kesehatan.
5) Evaluasi pemahaman individu dengan
meminta individu untuk mengulangi
kembali dengan menggunakan kata-kata
sendiri.
4. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Pengetahuan: Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
beresiko pada remaja (dampak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1) Berikan pendidikan kesehatan
penggunaan zat terlarang) di 3 hari sumber daya (pengetahuan) remaja tentang penyakit yang umum terjadi pada
desa Rumpiang teratasi dengan kriteria hasil: remaja seperti bahaya penggunaan
Remaja di desa Rumpiang menunjukkan perilaku NAPZA dan tembakau, serta tentang
yang meningkatkan kesehatan dampak begadang/keluyuran.
Skala 1 : tidak mengetahui 2) Sediakan materi informasi kesehatan
Skala 2 : sedikit mengetahui penyakit yang umum pada remaja seperti
Skala 3 : cukup mengetahui bahaya penggunaan NAPZA dan
Skala 4 : banyak mengetahui tembakau, serta tentang dampak
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya begadang/kelyuran, dengan cara yang
mudah dipahami oleh remaja disampaikan
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui dengan menggunakan media leaflet yang
di sebarkan melalui internet.
1) Remaja RT 1-RT 3 desa Padang Panjang 3) Gunakan strategi pemahaman remaja
mengetahui efek kesehatan yang merugikan dari (mulai dengan informasi yang paling
penggunaan tembakau dan NAPZA, penting dahulu, fokus pada pesan- pesan
begadang/keluyuran, serta tentang kesehatan inti dan ulangi, hubungkan dengan
reproduksi remaja pengalaman individu) dengan
Skala 1 : tidak mengetahui mengevaluasi sejauh mana pemahaman
Skala 2 : sedikit mengetahui remaja tentang bahaya penggunaan
Skala 3 : cukup mengetahui NAPZA dan tembakau, serta tentang
Skala 4 : banyak mengetahui dampak begadang/kelyuran.
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya 4) Motivasi remaja untuk mengajukan
pertanyaan masalah bahaya penggunaan
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui NAPZA dan tembakau, serta tentang
dampak begadang/kelyuran, serta
meminta penjelasan (misalnya bagaimana
cara mengindari dari bahaya napza?
Mengapa penting bagi remaja untuk
mengetahui kesehatan reproduksi, bahaya
perilaku merokok dan penggunaan napza?
Apa saja dampak dari
begadang/keluyuran?)
F. Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan

No Diagnosis Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf


tempat
1. Perilaku Selasa, 7 April 1) Memberikan pendidikan kesehatan S: Herma Fathun
kesehatan 2020 pada jam tentang cara cuci tangan yang benar - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Ainida, S.Kep
cenderung 12.00 WITA - 2) Menyediakan materi informasi kesehatan menyebutkan Covid-19 menjadi
beresiko selesai secara seperti masalah cara cuci tangan yang benar pandemi. ……………...
pada anak online melalui dengan cara yang mudah dipahami oleh anak - Sebagian siswa(i) desa Rumpiang
sekolah sosial media sekolah disampaikan dengan menggunakan mengatakan kurang memahami
(perilaku (facebook dan media poster melalui media sosial tentang cara mencuci tangan yang
cuci tangan) Instagram) 3) Menggunakan strategi pemahaman benar.
pada anak dalam bentuk keluarga (mulai dengan informasi yang
sekolah di poster. paling penting dahulu, fokus pada pesan- O:
desa pesan inti dan ulangi, hubungkan dengan - Peserta terlihat antusias dengan poster
Rumpiang Jum’at, 10 pengalaman individu) dengan mengevaluasi dan video yang disebarkan melalui
April 2020 sejauh mana pemahaman keluarga tentang media sosial Instagram dan facebook.
pada jam 11.00 cara mencuci tangan yang benar. - Berdasarkan poster yang disebarkan
WITA - selesai pada tanggal 7 April 2020 melalui
secara online media sosial Instragram mendapat 77
melalui media like dan 3 komentar yang bersifat
sosial menyetujui postingan.
(WhatsApp, - Berdasarkan poster yang disebarkan
facebook, dan pada tanggal 7 April 2020 melalui
Instagram) media sosial Instragram tidak ada
dalam bentuk pertanyaan dari peserta.
video. - Berdasarkan poster yang disebarkan
pada tanggal 7 April 2020 melalui
media sosial facebook mendapat 21
like dan 1 komentar yang bersifat
menyetujui postingan.
- Berdasarkan poster yang disebarkan
pada tanggal 7 April 2020 melalui
media sosial facebook tidak ada
pertanyaan dari peserta.
- Berdasarkan video yang disebarkan
pada tanggal 10 April 2020 melalui
media sosial Instragram terdapat 54
tayangan dan tidak ada yang
bertanya.
- Berdasarkan video yang disebarkan
pada tanggal 10 April 2020 melalui
media sosial facebook terdapat 43
view, 4 like dan tidak ada yang
bertanya.
- Berdasarkan video yang disebarkan
pada tanggal 10 April 2020 melalui
media sosial whatsApp terdapat 53
view dan 1 komentar terkait konten
yang diberikan.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi:
1) Menggunakan strategi
pemahaman keluarga (mulai
dengan informasi yang paling
penting dahulu, fokus pada
pesan-pesan inti dan ulangi,
hubungkan dengan pengalaman
individu) dengan mengevaluasi
sejauh mana pemahaman keluarga
tentang cara mencuci tangan yang
benar
2) Memotivasi anak sekolah
untuk mengajukan pertanyaan
masalah cuci tangan yang benar
kemudian meminta penjelasan
(misalnya mengapa penting bagi
anak sekolah untuk melakukan hal
ini?)
2. Perilaku Selasa, 7 April 1) Memberikan penyuluhan kepada S: Herma Fathun
kesehatan 2020 pada jam masyarakat tentang tanda gejala dan cara - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Ainida, S.Kep
cenderung 12.00 WITA - pencegahan Covid-19 melalui media sosial menyebutkan Covid-19 menjadi
berisiko selesai secara Instagram, WhatsApp dan facebook) pandemi. ……………...
pada warga online melalui 2) Melibatkan individu, keluarga dan
di desa sosial media kelompok untuk mendukung perubahan O:
Rumpiang (facebook dan perilaku kesehatan ke arah kondusif. - Peserta terlihat antusias dengan poster
b.d Instagram) dan video yang disebarkan melalui
Kurangnya dalam bentuk media sosial Instagram, WhatsApp
pemahaman poster. dan facebook.
warga - Berdasarkan poster yang disebarkan
desa Rabu, 8 April pada tanggal 7 April 2020 melalui
Rumpiang 2020 pada jam media sosial Instragram mendapat 77
dalam 10.00 WITA – like dan 3 komentar yang bersifat
melakukan selesai secara menyetujui postingan.
kebiasaan/p online melalui - Berdasarkan poster yang disebarkan
erilaku media sosial pada tanggal 7 April 2020 melalui
kesehatan (WhatsApp, media sosial Instragram tidak ada
(Membuang facebook, dan pertanyaan dari peserta.
sampah Instagram) - Berdasarkan poster yang disebarkan
sembaranga dalam bentuk pada tanggal 7 April 2020 melalui
n, sampah video. media sosial facebook mendapat 21
berserakan like dan 1 komentar yang bersifat
di belakang Kamis, 9 April menyetujui postingan.
rumah 2020 pada jam - Berdasarkan poster yang disebarkan
warga) 11.00 WITA – pada tanggal 7 April 2020 melalui
selesai secara media sosial facebook terdapat 1
online melalui pertanyaan.
sosial media - Berdasarkan video yang disebarkan
(WhatsApp, pada tanggal 8 April 2020 melalui
facebook, dan media sosial instagram terdapat 142
Instagram) tayangan dan tidak ada pertayaan dari
dalam bentuk peserta.
video. - Berdasarkan video yang disebarkan
pada tanggal 8 April 2020 melalui
media sosial facebook mendapat 5
like dan tidak ada pertayaan dari
peserta.
- Berdasarkan video yang disebarkan
pada tanggal 8 April 2020 melalui
media sosial whatsApp terdapat 51
view dan tidak ada pertayaan dari
peserta.
- Berdasarkan video yang disebarkan
pada tanggal 9 April 2020 melalui
media sosial instagram terdapat 137
tayangan dan tidak ada pertayaan dari
peserta.
- Berdasarkan video yang disebarkan
pada tanggal 9 April 2020 melalui
media sosial facebook mendapat 3
like, 38 view, dan tidak ada pertayaan
dari peserta.
- Berdasarkan video yang disebarkan
pada tanggal 9 April 2020 melalui
media sosial whatsApp terdapat 1
komentar yang bersifat menyetujui
postingan.

A: Masalah tertatasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
1) Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang tanda gejala
dan cara pencegahan Covid-19
melalui media sosial Instagram,
WhatsApp dan facebook).
DAFTAR PUSTAKA

Allender JA and Spradley BW. 2001. Community Health Nursing: Concepts and
Practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott.
Anderson ET and McFarlane J. 2000. Community as Partner: Theory and Practice in
Nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott.
Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori
dan Praktik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar. 2014. Kecamatan Beruntung Baru Dalam
Angka tahun 2014. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Banjar.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) Revisi ke-3. Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2006. Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung
Seto.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1.
Jakarta: Sagung Seto.
Paula JC dan Janet WK. 2009. Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual.
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Stanhope M & Lancaster J. 2000. Community & public health nursing. 5th Ed. St.
Louis: Mosby.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)
DI DESA RUMPIANG KECAMATAN BERUNTUNG BARU

Tanggal 23 Maret-11 April 2020

Oleh:
HERMA FATHUN AINIDA, S.KEP
NIM.1930913320005

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PENCEGAHAN CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)
DI DESA RUMPIANG KECAMATAN BERUNTUNG BARU

Tanggal 23 Maret-11 April 2020

Oleh:
Herma Fathun Ainida, S.Kep
NIM.1930913320005

Gambut, April 2020


Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., M.NSc.


NIP. 19841112 20170120 9 001
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)
DI DESA RUMPIANG KECAMATAN BERUNTUNG BARU

A. Topik : Pencegahan coronavirus disease (Covid-19)


B. Sub Topik : Pengertian, pencegahan coronavirus disease
(Covid-19), dan cara mencuci tangan yang baik dan benar.
C. Tujuan instruksional
1. Umum:
Setelah diberikan penyuluhan 4 hari, masyarakat desa Rumpiang
kecamatan Beruntung Baru mampu memahami dan mengetahui
pencegahan coronavirus disease (Covid-19).
2. Khusus:
Setelah diberikan penyuluhan 3 hari, masyarakat desa Rumpiang
mampu:
a. Memahami dan mengetahui pengertian coronavirus disease
(Covid-19)
b. Memahami dan mengetahui tanda dan gejala coronavirus disease
(Covid-19)
c. Memahami dan mengetahui cara pencegahan coronavirus disease
(Covid-19)
d. Memahami dan mengetahui cara pencegahan coronavirus disease
(Covid-19) dengan mencuci tangan.
D. Perencanaan penyuluhan
1. Waktu
a. Hari : Sabtu, Minggu, dan Senin
b. Tanggal : 7-10 April 2020
2. Tempat : melalui internet/media sosial.
3. Sasaran : masyarakat desa Rumpiang
4. Metode : menyebarkan media (leaflet) melalui internet
(WhatsApp, instragram, dan facebook)
5. Media : leaflet
E. Pengorganisasian
a. Penyuluh : Herma Fathun Ainida, S.Kep
Tugas : Menyebarkan materi penyuluhan
b. Fasilitator : Herma Fathun Ainida, S.Kep
Tugas : Penyedia fasilitas penyuluhan (media), dokumentasi, dan
mengevaluasi sasaran.
c. Observer : Herma Fathun Ainida, S.Kep
Tugas : Memantau perkembangan dari penyuluhan
F. Kegiatan penyuluhan
No Kegiatan Program/Unit Terkait Uraian peran

1. Pembuatan Mahasiswa Membuat design media


media promosi kesehatan
pormosi
kesehatan
2. Penyampaian Mahasiswa a. Membuat materi
program (Internet/online) penyuluhan
penyuluhan b. Melakukan penyuluhan
melalui internet/sosial
kesehatan
media pada tanggal 7-10
April 2020
c. Melakukan pencatatan
penyuluhan yang sudah
dilaksanakan
3. Pembuatan Mahasiswa a. Menganalisis hasil dari
laporan hasil penyuluhan
kegiatan b. Membuat laporan hasil
kegiatan penyuluhan

G. Materi penyuluhan
Terlampir
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan materi penyaji
b) Kesiapan media (leaflet)
2. Evaluasi Proses
a) Sasaran melihat dan menyukai postingan yang di unggah
b) Sasaran mengomentari postingan (minimal 20 orang).
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
c) Sasaran Sasaran melihat dan menyukai (minimal 200 orang)
postingan yang di unggah.
LAMPIRAN 1:
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Coronavirus disease (Covid-19)


Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara
hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS
ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari
unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan
COVID-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui (Kemenkes RI,
2020).

2. Tanda dan gejala Coronavirus disease (Covid-19)


Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada
kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan
gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam,
dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes RI,
2020).

3. Pencegahan Coronavirus disease (Covid-19)


Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia
ke manusia melalui kontak erat dan droplet, tidak melalui udara. Orang
yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat
dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19.
Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di
pelayanan kesehatan dan masyarakat.
Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat
meliputi:
a. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan
tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat
kotor;
b. Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;
c. Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut
dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke
tempat sampah;
d. Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan
kebersihan tangan setelah membuang masker;
e. Menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala
gangguan pernapasan.
Berikut rekomendasi prosedur pencegahan dan pengendalian
infeksi untuk isolasi di rumah:
a. Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki
ventilasi yang baik (memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka)
b. Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama.
Pastikan ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki
ventilasi yang baik.
c. Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda,
dan jika tidak memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari
pasien (tidur di tempat tidur berbeda)
d. Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idelanya satu orang yang
benar-benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain atau
gangguan kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan sampai
pasien benar-benar sehat dan tidak bergejala.
e. Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan
pasien atau lingkungan pasien. Lakukan cuci tangan sebelum dan
setelah menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah dari kamar
mandi, dan kapanpun tangan kelihatan kotor. Jika tangan tidak tampak
kotor dapat menggunakan hand sanitizer, dan untuk tangan yang
kelihatan kotor menggunakan air dan sabun.
f. Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali
pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan handuk
bersih dan segera ganti jika sudah basah.
g. Untuk mencegah penularan melalui droplet, masker bedah (masker
datar) diberikan kepada pasien untuk dipakai sesering mungkin.
h. Orang yang memberikan perawatan sebaiknya menggunakan masker
bedah terutama jika berada dalam satu ruangan dengan pasien. Masker
tidak boleh dipegang selama digunakan.Jika masker kotor atau basah
segera ganti dengan yang baru. Buang masker dengan cara yang benar
(jangan disentuh bagian depan, tapi mulai dari bagian belakang).
Buang segera dan segera cuci tangan.
i. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh terutama cairan mulut
atau pernapasan (dahak, ingus dll) dan tinja. Gunakan sarung tangan
dan masker jika harus memberikan perawatan mulut atau saluran nafas
dan ketika memegang tinja, air kencing dan kotoran lain. Cuci tangan
sebelum dan sesudah membuang sarung tangan dan masker.
j. Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.
k. Sediakan sprei dan alat makan khusus untuk pasien (cuci dengan sabun
dan air setelah dipakai dan dapat digunakan kembali).
l. Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar
mandi secara teratur. Sabun atau detergen rumah tangga dapat
digunakan, kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan 1 bagian
larutan pemutih dan 9 bagian air).
m. Bersihkan pakaian pasien, sprei, handuk dll menggunakan sabun cuci
rumah tangga dan air atau menggunakan mesin cuci denga suhu air 60-
90C dengan detergen dan keringkan. Tempatkan pada kantong khusus
dan jangan digoyang-goyang, dan hindari kontak langsung kulit dan
pakaian dengan bahan-bahan yang terkontaminasi.
n. Sarung tangan dan apron plastic sebaiknya digunakan saat
membersihkan permukaan pasien, baju, atau bahan-bahan lain yang
terkena cairan tubuh pasien. Sarung tangan (yang bukan sekali pakai)
dapat digunakan kembali setelah dicuci menggunakan sabun dan air
dan didekontaminasi dengan larutan NaOCl 0.5%. Cuci tangan
sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan.
o. Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan
harus dibuang di tempat sampah di dalam ruangan pasien yang
kemudian ditutup rapat sebelum dibuang sebagai kotoran infeksius.

4. Cara mencuci tangan yang baik dan benar


a. Pengertian mencuci tangan
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses
yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit
tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan
adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari
penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar
hilang.
b. Tujuan mencuci tangan
Menjaga kebersihan diri, mencegah infeksi silang, sebagai
pelindung diri.
c. Kriteria air bersih
Air yang bersih tentu saja yang jernih, tidak berbau dan tidak berwarna. Ada
banyak sekali standar kesehatan mengenai air bersih terutama yang
berhubungan dengan air minum dan untuk kesehatan, termasuk di
dalamnya air yang bebas mikroorganisme, bahan kimia, dan bahan radioaktif.
Namun untuk keperluan mencuci tangan bagi masyarakat awam maka dengan
kriteria yang disebutkan yakni jernih, tidak berwarna dan tidak berbau sudah
cukup.
d. Alasan menggunakan air yang bersih dan mengalir
Zat pembersih berbentuk sabun ini baik yang padat maupun cair akan
membantu proses pelepasan kotoran dan kuman yang menempel di
permukaan luar kulit tangan dan kuku. Dengan mencuci tangan yang benar
menggunakan sabun maka kotoran dan kuman akan terangkat sebagian.
Meskipun demikian hal ini sangat membantu mengurangi resiko terinfeksi.
e. Langkah mencuci tangan yang benar
Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO
2005 yakni 7 lagkah yang di kembangkan menjadi 10 langkah.
1) Basuh tangan dengan air mengalir
2) Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
3) Gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri dan tangan kanan,
begitu pula sebaliknya.
4) Gosok kedua telapak dan sela - sela jari tangan.
5) Jari- jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
6) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
7) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya
8) Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan
lakukansebaliknya.
9) Bilas kedua tangan dengan air
10) Keringkan dengan lap tangan atau tissue
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmoto. 2008. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University


press.

Budioro B, 2002. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Salemba Medika.

Depkes RI, 2006. Pengembangan Promosi Kesehatan di Daerah Melalui Dana


Dekon 2006. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI .

Departemen Kesehatan RI. 2007. Panduan Promosi Kesehatan di Sekolah.


Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI.2007. Buletin PHBS di Sekolah. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2007. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di Berbagai
Tatanan. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Sekolah. Pusat Promosi
Kesehatan.

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Edisi 1.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) Revisi ke-3. Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG PENCEGAHAN CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


DI DESA RUMPIANG KECAMATAN BERUNTUNG BARU

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 7 April - 10 April 2020

Oleh :
Herma Fathun Ainida
1930913320005

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG PENCEGAHAN CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


DI DESA RUMPIANG KECAMATAN BERUNTUNG BARU

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 7 April - 10 April 2020

Oleh:
Herma Fathun Ainida
1930913320005

Banjarbaru, April 2020

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., M.NSc.


NIP. 19841112 20170120 9 001
LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG PENCEGAHAN CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


DI DESA RUMPIANG KECAMATAN BERUNTUNG BARU

A. Topik : Pencegahan Coronavirus Disease (COVID-19)


B. Kegiatan Penyuluhan :
1) Tanda gejala dan pencegahan Coronavirus Disease (Covid-19)
1. Waktu
a. Hari Selasa:
b. Tanggal 7 April: 2020
c. Jam 12.00 –: selesai WITA
2. Tempat Instagram
: dan facebook.
3. Sasaran Masyarakat
: desa Rumpiang
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Facebook dan
Instagram
5. Media Poster :

2) Tanda Gejala Coronavirus Disease (COVID-19)


1. Waktu
a. Hari Rabu :
b. Tanggal 8 April: 2020
c. Jam 10.00–: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp,
: facebook dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: desa Rumpiang
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp,
facebook dan Instagram
5. Media Video :
3) Pencegahan Coronavirus Disease (COVID-19)
1. Waktu
a. Hari Kamis:
b. Tanggal 9 April: 2020
c. Jam 11.00 –: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp,
: facebook dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: desa Rumpiang
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp,
facebook dan Instagram
5. Media Video :

4) Cuci Tangan yang Baik dan Benar


1. Waktu
a. Hari Jum’at:
b. Tanggal 10 April
: 2020
c. Jam 11.00–: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp
: Group dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: desa Rumpiang
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp,
facebook dan Instagram
5. Media Video :

C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Bahan : Media yang digunakan poster dan video
2. Evaluasi Proses
a. Hal – hal yang perlu diwaspadai:
Saat pemberian materi, pemilihan media yang kurang tepat dapat
mengurangi antusias sasaran terhadap materi yang diberikan. Selain
itu, persiapan alat penyuluhan juga harus dilakukan untuk mengurangi
kesalahpahaman informasi yang diterima.
b. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
Kesiapan media pendukung di cek sebelum dilaksanakan pendidikan
kesehatan agar dapat membuat sasaran antusias dan menghindari
kesalahpahaman tentang informasi yang disampaikan.
c. Proses pelaksanaan pendidikan kesehatan
Peserta menyukai, melihat, dan mengomentari tentang yang diberikan.
1. Poster tentang tanda gejala dan pencegahan Covid-19 serta cara
mencuci tangan dengan 6 langkah (Selasa, 7 April 2020)
a) Instagram

b) Facebook
2. Video tentang tanda dan gejala Covid-19 (Rabu, 8 April 2020)
a) Instagram
b) Facebook

c) WhatsApp

3. Video tentang pencegahan Covid-19 (Kamis, 9 April 2020)


a) Instagram
b) Facebook

c) WhatsApp

4. Jum’at, 10 April 2020


a) Instagram
b) Facebook

c) WhatsApp
d. Kekurangan selama proses acara:
Pemberian materi pendidikan hanya melalui sosial media, sehingga
tidak dapat mengetahui bagaimana pemahaman sasaran mengenai
materi yang disebarkan.

3. Evaluasi Hasil
Sasaran berperan aktif dalam menonton dan menyukai materi yang
diberikan namun kurang aktif dalam bertanya terkait materi yang di
sampaikan.
LAPORAN AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA MASYARAKAT RT.001 DESA PAJUKUNGAN
KECAMATAN BARABAI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AWANG BESAR

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 23 Maret -11 April 2020

Oleh :
Jannatu Rahmah
NIM. 1930913320019

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
APRIL
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA MASYARAKAT RT.001 DESA PAJUKUNGAN
KECAMATAN BARABAI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AWANG BESAR

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 23 Maret -11 April 2020

Oleh:
Jannatu Rahmah
1930913320019

Barabai, April 2020

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., M.NSc.


NIP. 19841112 20170120 9 001

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, berkat limpahan rahmat-Nya tim
penyusun mampu menyelesaikan laporan ini guna memenuhi tugas stase
Keperawatan Kesehatan Komunitas. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW beserta para sahabat, kerabat, dan pengikut Beliau.
Keperawatan merupakan suatu profesi yang telah memenuhi kriteria
sebagai sebuah disiplin ilmu yang dapat berdiri sendiri dan dapat melakukan
asuhan secara mandiri kepada klien baik sehat maupun sakit. Keperawatan
Kesehatan Komunitas merupakan salah satu cabang dari Ilmu Keperawatan yang
berorientasi pada tindakan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan tindakan
kuratif. Oleh karenanya, kebanyakan implementasi yang dilakukan berupa
pendidikan kesehatan, screening, penemuan kasus, dan tindakan-tindakan
promotif maupun preventif lainnya.
Tim penulis berterima kasih karena kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, dosen
pembimbing akademik, dosen pembimbing lahan, serta kekompakan tim sehingga
kendala-kendala yang dihadapi dapat teratasi.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang asuhan
keperawatan komunitas. Laporan ini disajikan berdasarkan hasil pengkajian
komunitas, analisis data dan perumusan masalah, penegakan diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, serta evaluasi kegiatan.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat.

Barabai, April 2020

Jannatu Rahmah, S. Kep

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR DIAGRAM...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................ 2
C. Manfaat Penulisan.............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas ............................................ 5
1. Definisi Keperawatan Komunitas ............................................... 5
2. Paradigma dan Falsafah Keperawatan Komunitas .................... 6
3. Prinsip dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas .................... 7
4. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas .......... .................... 8
5. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas.............................. 9
6. Strategi Pelaksanaan Keperawatan Komunitas........................... 11
7. Model Keperawatan Komunitas ................................................. 12
8. Peran Perawat Komunitas ........................................................... 13
9. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas ................................... 16
10. Konsep Masalah Keperawatan Kesehatan Komunitas................ 19
11. Model Konseptual Keperawatan Komunitas........................ ...... 22
12. Proses Keperawatan Komunitas ................................................. 25

B. Asuhan Keperawatan Komunitas....................................................... 26


1 Pengkajian................................................................................... 26
2 Analisis Data ............................................................................... 28
3 Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan........... 29

iv
4 Prioritas Masalah ........................................................................ 29
5 Diagnosis Keperawatan .............................................................. 29
6 Perencanaan Keperawatan .......................................................... 30
7 Pelaksanaan................................................................................. 35
8 Evaluasi atau Penilaian ............................................................... 36

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


I. Pengkajian .......................................................................................... 38
A. Data Inti ...................................................................................... 38
1. Riwayat Komunitas............................................................... 38
2. Batas Wilayah ....................................................................... 39
3. Data Demografi..................................................................... 39
4. Vital Statistik ........................................................................ 41
5. Nilai dan Kepercayaan .......................................................... 45
B. Data Subsistem ........................................................................... 45
1. Lingkungan Fisik .................................................................. 45
2. Pendidikan ............................................................................ 50
3. Keamanan dan Transportasi.................................................. 51
4. Politik dan Pemerintahan ...................................................... 52
5. Pelayanan Kesehatan ............................................................ 53
6. Sistem Komunikasi ............................................................... 54
7. Ekonomi ................................................................................ 54
8. Rekreasi ................................................................................ 55
II. Analisis Data ...................................................................................... 57
III. Skoring Prioritas Masalah .................................................................. 59
IV. Diagnosis Prioritas ............................................................................. 61
V. Rencana Asuhan Keperawatan .......................................................... 62
VI. Implementasi Keperawatan................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Data Covid-19 Hulu Sungai Tengah pada 30 Maret 2020........ 40
Gambar 3.2 Data Covid-19 Kalimantan Selatan pada 31 Maret 2020 …...... 41
Gambar 3.3 Tempat Ibadah Desa Pajukungan ……………...………………45
Gambar 3.4 Rumah permanen dan Rumah tidak permanen ...………………46
Gambar 3.5 Tempat Ibadah Desa Pajukungan ……………...………………46
Gambar 3.6 Tumbuhan yang ada di Desa Padang Panjang ............................47
Gambar 3.7 Peternakan di Desa Pajukungan ………………………………… 47
Gambar 3.8 Lahan kosong milik pribadi ........................................................ 48
Gambar 3.9 Sampah yang tertumpuk di pinggir dan Tempat sampah ........... 49
Gambar 3.10 WC jongkok di dalam rumah warga dan jamban ……………. 49
Gambar 3.11 Tandon, mesin air dan PDAM untuk menyedot air ..................50
Gambar 3.12 SDN Desa Pajukungan, SMP dan TK Al-Qur’an .....................51
Gambar 3.13 Pos Penjagaan dan Kondisi Jalan Utama ................................. 51
Gambar 3.14 Kantor Kepala Desa, Struktur, Kelompok Keagamaan ........... 52
Gambar 3.15 Prakter Bidan dan Rumah Sakit Terdekat ........... ................... 54
Gambar 3.16 Usaha-usaha di Desa Pajukungan …………………………… 55
Gambar 3.17 Tempat Rekreasi di Hulu Sungai Tengah …………………… 56

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur .. .... .... ............... 40

Tabel 3.2 Persentase Penduduk Kec. Barbai Berusia 15 Tahun ke Atas... 41

Tabel 3.3 Analisis data................................................................................ 57

Tabel 3.4 Skoring prioritas masalah............................................................ 59

Tabel 3.5 Rencana asuhan keperawatan..................................................... 62

Tabel 3.6 Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan komunitas ...... 66

vii
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 3.1 Jumlah Penduduk yang terdata Berdasarkan Jenis Kelamin..... 39

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan
pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya kerjasama
program dan lintas sektor.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah
merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara
optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat
bersama petugas kesehatan. Prioritas pemberian pelayanan kesehatan adalah
dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat.
Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan
keperawatan langsung dengan fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar
komunitas yang terkait kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai
akibat ketidakmampuan masyarakat beradaptasi dengan lingkunagan
internal dan exsternal. Asuhan keperawatan komunitas menggunakan
pendekatan proses keperawatan komunitas, yang terdiri atas pengkajiaan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap individu, keluarga,

1
kelompok, atau komunitas. Keperawatan komunitas ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan
melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai
masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari
(Efendi, 2009).
Upaya meningkatkan kemampuan perawatan pada individu,
keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai
salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai
potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus
dicapai, maka mahasiswa Profesi Ners angkatan XVI Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
melaksanakan Praktik Klinik Stase Keperawatan Komunitas di RT 001 Desa
Pajukungan Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengan, wilayah
kerja Puskesmas Awang Besar dengan menggunakan pendekatan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan melakukan pengkajian berupa pengumpulan
data, kemudian menganalisa yang menjadi masalah atau resiko tinggi dan
sumber yang tersedia, untuk selanjutnya bekerjasama dengan komunitas dalam
merancang, melaksanakan dan mengevaluasi perubahan komunitas dengan
penerapan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas.
Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status
kesehatannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan
masyarakat serta mampu menanggulangi masalah kesehatan tersebut
bersama masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi
yang terdapat di masyarakat.

2
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik keperawatan komunitas, mahasiswa
mampu:
a. Berkomunikasi secara efektif dengan tokoh masyarakat dan
semua lapisan masyarakat
b. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data kesehatan
masyarakat
c. Memotivasi masyarakat dalam upaya mengenali dan mengatasi
masalah kesehatan
d. Bersama masyarakat menyusun perencanaan kegiatan dalam
menanggulangi masalah kesehatan yeng terdapat pada
masyarakat
e. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang ada di
masyarakat guna mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi
f. Melaksanakan kegiatan bersama masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi
g. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari
tiap masalah keperawatan yang telah ditemukan.

C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat saat pendidikan kepada
masyarakat tentang kesehatan
b. Untuk menimba pengalaman belajar mengenali masalah
kesehatan dan menentukan langkah penyelesaiannya
2. Masyarakat
a. Masyarakat memahami permasalahan kesehatan yang ada
b. Masyarakat mampu menyelesaikan permasalahan yang ada
c. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan

3
3. Institusi Pendidikan
a. Merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan
Program Studi Ilmu Keperawatan khususnya di bidang
Keperawatan Komunitas
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan
model praktik Keperawatan Komunitas selanjutnya
4. Profesi
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
sehingga profesi mampu mengembangkannya
c. Salah satu eksistensi dan pengembangan Profesi keperawatan
Komunitas
5. Puskesmas
Menjadi salah satu informasi mengenai status kesehatan Warga di
wilayah kerja Awang Besar, khususnya warga RT. 001 Desa Pajukungan
Kecamatan Barabai serta sebagai upaya kerjasama dalam membantu
terlaksananya program Puskesmas terutama Program Perawatan
Kesehatan Masyarakat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Komunitas dan Kesehatan Masyarakat


Komunitas adalah sekelompok individu yang tinggal pada wilayah
tertentu, memiliki nilai – nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Menurut WHO tahun 1974
mendefinisikan komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang ditentukan
oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta ada
rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dan
yang lainnya (Mubarak & Chayatin, 2009).
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan sanitasi lingkungan,
mengendalikan infeksi menular, pendidikan secara individual dalam hal
hygiene perorangan, mengorganisasikan pelayanan medis dan perawatan
untuk tercapainya diagnosis dini dan terapi pencegahan terhadap penyakit, dan
pengembangan sosial kearah adanya jaminan hidup yang layak dalam bidang
kesehatan.

B. Definisi Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas adalah suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan
yang bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok

5
atau masyarakat yang langkah-langkahnya dimulai dari pengkajian, analisis
data dan penentuan masalah, diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan. Proses
keperawatan pada komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok
khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan
kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh-tokoh masyarakat
formal dan informal sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan
keperawatan secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar
mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan
yang diberikan (Mubarak, 2005).

C. Paradigma dan Falsafah Keperawatan Komunitas


Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai - nilai yang menjadi pedoman
untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup. Falsafah
keperawatan memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang luhur dan
manusiawi.
Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian integral
dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta dapat di terima
oleh semua orang.
2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara
berkelanjutan.
4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan
kesehatan, menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan.
5. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
berkesinambungan.
6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya. la harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi secara
aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

6
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987).
1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu/klien yang berada
pada lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niali-nilai,
keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama
lain untuk mencapai tujuan. Komunitas merupakan sumber dan
lingkungan bagi keluarga. Komunitas sebagai klien termasuk didalamnya
kelompok risiko tinggi, antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah
kumuh,
2. Kesehatan
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien/komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang
dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh di sekitar klien bersifat
biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual,
4. Keperawatan
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu,
keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah
kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan
menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal.

D. Prinsip Perawatan Kesehatan Masyarakat


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu:
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan

7
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007).
c. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas
dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau
tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak,
2005).
e. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada (Mubarak, 2005).

E. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas


Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat,
menanggulangi masalah kesehatan sendiri, kegiatan dilakukan secara
berkesinambungan atau berkelanjutan dan menggunakan metode konsep
proses keperawatan komunitas yang dilakukan melalui 5 tahap yaitu
pengkajian, pelaksanaan, dan evaluasi (Anderson dan Mc. Forience, 1985).
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

8
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan msyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan/keperawatan
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan
i. Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam
menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.

F. Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga
penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.Menurut Anderson (1988)
sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1. Tingkat Individu.
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya

9
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya
kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l)
yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat
perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan
individu.
2. Tingkat Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau
masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi
dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus
pelayanan keperawatan yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang
diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga tersebut.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya
dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.

10
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada
keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga
dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya
ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu, penyakit kronis
menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis,
penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu
(mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang
memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8
gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil
resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan
balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan
usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien. Masyarakat
memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat,
norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat
mengikat semua warga.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

G. Strategi Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth,
2007).Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

11
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan kesehatan adalah suatu
penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
2. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat
spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan
dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif
model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial
atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan
kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan
pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Elisabeth, 2007).
3. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan
sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki
kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth,
2007). Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait
dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara
komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya
upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang
dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Elisabeth, 2007).
4. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk

12
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).Perawat komunitas perlu
memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar
muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat
tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Elisabeth, 2007).

H. Peran Perawat Komunitas (Provider of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah :
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Helvie, 1997).
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal (Helvie, 1997). Konseling adalah proses
membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau
masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan
untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual (Mubarak, 2005).Proses pengajaran
mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian
seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan
khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan
strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah
didapat (Mubarak, 2005).

13
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat (Helvie, 1997).
4. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat (Helvie, 1997).
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
(Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya (Mubarak, 2005). Tugas
yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus
dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Helvie,
1997).
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap

14
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Helvie, 1997).
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini
dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi
kesehatan (Helvie, 1997).
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak
terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-
pertemuan, observasi dan pengumpulan data (Helvie, 1997).
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien (Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua anggota
tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional
(Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya
atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa perubahan
adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk

15
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatan (Mubarak, 2005)
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas (Helvie, 1997).

I. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.Pelayanan keperawatan keluarga
adalah bagian dari keperawatan kesehatan komunitas.Pelayanan keperawatan
keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang
rentang kehidupan dan sesui tahap perkembangan keluarga. Ruang lingkup
pelayanan keperawatan komunitas meliputi:
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Manajemen nutrisi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan kelompok

16
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Manajemen body mind
h. Pendidikan seks
i. Pendidikan kesehatan pemanfaatan tanamana obat keluarga (TOGA)
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Perawat melakukan tindakan pencegahan spesifik pada
anggota keluarga agar bebas dari penyakit atau cedera melalui kegiatan:
a. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
b. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
c. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas
maupun kunjungan rumah
d. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah.
e. Pencegahan merokok
f. Olah raga dan program kebugaran fisik
g. screening dan follow up berbagai kasus seperti hipertensi; pencegahan
komplikasi penyakit diabetes melitus dan screening osteoporosis.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas
dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin
dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir

17
f. Pembimbingan terhadap keluarga (coaching) untuk mengatasi masalah
kesehatan akibat perilaku yang tidak sehat
g. Melakukan tindakan keperawatan dasara seperti: batuk efektif, inhalasi
sederhana, tehnik relaksasi, stimulasi kognitif, latihan rentang gerak
(ROM), perawatan luka, dll.
h. Terapi komplementer antara lain: pijat bayi, herbal terapi, meditasi,
dll.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok
tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat
fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita
suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok
masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS) atau pekerja seks
komersial (PSK), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya
resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali
kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan
secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang
jelas dan dapat dimengerti.

18
J. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di
Indonesia perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah
perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan
menimbulkan berbagai masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan
anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular.
Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau
komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok
lanjut usia dan kelompok pekerja.
1. Masalah Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di
Amerika Serikat memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status
kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia diduga
faktor perilaku justru menjadi faktor utama masalah kesehatn sebagai
akibat masih rendah pengetahuan kesehatan dan faktor
kemiskinan.Kondisi tersebut mungkin terkait tingkat pendidikan yang
mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berperilaku
sehat.Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada
domain kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya
menimbulkan respon batin (afektif) yaitu sikap terhadap obyek
tersebut.Respon tindakan (perilaku) dapat timbul setelah respon
pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari
kedua respon di atas.Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama
karena terbentuk tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu.Proses
terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan
sumber pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan
kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah
meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku sehat.
Sikap setuju terhadap suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila
pengetahuan yang mendasari perilaku diperkuat dengan bukti manfaat
karena perilaku seseorang dilandasi motif.Bila seseorang dapat

19
menemukan manfaat dari berperilaku sehat yang diharapkan oleh petugas
kesehatan maka terbentuklah sikap yang mendukung.Perilaku sendiri
menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu 20actor
predisposisi (predisposing factors), 20actor pendukung (enabling factors)
dan 20actor penguat (reinforcing factors).Oleh sebab tersebut maka
perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu melakukan
intervensi terhadap ketiga 20actor tersebut di atas sehingga masyarakat
memiliki perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat).
2. Masalah Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan
masyarakat yang optimum pula.Masalah kesehatan lingkungan meliputi
penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan
limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan
pengolahan makanan.
3. Penyehatan lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah
satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia.Pertumbuhan penduduk
yang tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan
masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang
menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan.Rumah sehat
sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat
dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan
lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain luas bangunan rumah
minimal 2,5 m2 per penghuni, fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan
tinja, pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang
berkumpul keluarga serta gudang dan kandang ternak untuk rumah
pedesaan. Tidak terpenuhi syarat rumah sehat dapat menimbulkan masalah
kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun sosial yang
mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada
kemiskinan dan masalah sosial.

20
4. Penyediaan air bersih
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi, memasak dan
mencuci.Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal
sebagai air yang dikonsumsi. Syarat air minum yang sehat antara lain
syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air minum sehat
memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu di
bawah suhu udara sekitar (syarat fisik), bebas dari bakteri patogen (syarat
bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang
dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia sumber-sumber air minum
dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan
air sumur dalam. Sumber-sumber air tersebut memiliki karakteristik
masing-masing yang membutuhkan pengolahan sederhana sampai modern
agar layak diminum.Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat
menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit seperti infeksi kulit, infeksi
usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.
5. Pengelolaan limbah dan sampah
Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga,
industri atau tempat-tempat umum lainnya.Sampah merupakan bahan atau
benda padat yang dibuang karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan
manusia. Pengelolaan limbah dan sampah yang tidak tepat akan
menimbulkan polusi terhadap kesehatan lingkungan.Pengolahan kotoran
manusia membutuhkan tempat yang memenuhi syarat agar tidak
menimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah serta menimbulkan
polusi bau dan mengganggu estetika.Tempat pembuangan dan pengolahan
limbah kotoran manusia berupa jamban dan septic tank harus memenuhi
syarat kesehatan karena beberapa penyakit disebarkan melalui perantaraan
kotoran.Pengelolaan sampah meliputi sampah organik, anorganik serta
bahan berbahaya, memiliki 2 tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan
pengangkutan sampah serta pemusnahan dan pengolahan
sampah.Pengelolaan limbah ditujukan untuk menghindarkan pencemaran
air dan tanah sehingga pengolahan limbah harus menghasilkan limbah

21
yang tidah berbahaya.Syarat pengolahan limbah cair meliputi syarat fisik,
bakteriologis dan kimia.Pengolahan air limbah dilakukan secara sederhana
dan modern.Secara sederhana pengolahan air limbah dapat dilakukan
dengan pengenceran (dilusi), kolam oksidasi dan irigasi, sedangkan secara
modern menggunakan Sarana atau Instalasi Pengolahan Air Limbah
(SPAL/IPAL).
6. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan
Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar
dan lain-lain sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan
makanan (pabrik atau industri makanan) dan tempat penjualan makanan
(toko, warung makan, kantin, restoran, cafe, dll).Kegiatan berupa
pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta pengolahan
limbah dan sampah.
7. Masalah Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan
optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar
membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan.
Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat
masyarakat untuk memanfaat pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta
membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas kesehatan yang
profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana
pendukung) seta sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).

K. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas


Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang
bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati
kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari
sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health
Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model
konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada
penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri,

22
baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran
pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).
Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma
keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan
dan keperawatan. Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang
terkait dengan keperawatan komunitas adalah:
1. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel
yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual
2. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau sistem klien
3. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Skema Sehat Bersifat Dinamis

Skema Health Care System Model

23
Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang
keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis,
aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.
Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural
dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel,
normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
1. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
2. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan
baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)
3. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu
secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat
4. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan
5. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
6. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada
menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan,
seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang
untuk kesehatan/keselamatan orang lain
7. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai
harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam
penyembuhan sakit medisnya
8. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan
social
Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau teori
keperawatan dan teori yang terkait dengan kesehatan masyarakat, diantaranya ;
menurut Chang (1982) perawatan komunitas adalah menyeluruh, mampu
berfungsi sebagai tim dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat,
mampu berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan
masalah kesehatan pada masyarakat tersebut.
Sedangkan Ruth B Freeman (1981) mendefinisikan perawatan komunitas
adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat
yang ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan
baik sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga,

24
kelompok khusus atau masyarakat, pelayanan ini tercakup dalam spektrum
pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Model teori Neuman didasari oleh teori sistem dimana terdiri dari
individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan terget
pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi
yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk
melakukan tiga tingkatan pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit
atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan
primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasikan faktor resiko terjadinya
penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatn promosi kesehatan dan pendidikan
dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada
umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyrakat dan ditemukannya
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini,
intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan
atau keseriusan penyakit.
3. Pencegahan Tersier
Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan
kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi
sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses
penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi
yang optimal dari ketidakmampuannya.

L. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat

25
baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta
aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk
dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan
dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin,
2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan
komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses
keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan
kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok
adalah (Mubarak, 2005):
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
a. Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :

26
1) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas.
2) Mengkaji subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
a) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
b) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
c) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan
keselamatan yang tidak terjamin
d) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
e) Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
f) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi
dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi
g) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
h) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya
i) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat
b. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
data objektif (Mubarak, 2005):
1) Data Subjektif

27
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan
dan pengukuran
c. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
d. Cara Pengumpulan Data
1) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
2) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
3) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh
individu
e. Pengelolaan Data
1) Klasifikasi data atau kategorisasi data
2) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
f. Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.

28
g. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
h. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
Abraham H Maslow:
1) Keadaan yang mengancam kehidupan
2) Keadaan yang mengancam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang
mungkinterjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Masalah actual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. (American
Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan
adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan
masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan.
Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu problem
(masalah) yang merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari kondisi
normal, etiologi (penyebabdari masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberi arah intervensi keperawatan), sign atau symptom (tanda
dan gejala) (Mubarak, 2005).

Contoh Diagnosa Keperawatan


1) Defisiensi kesehatan komunitas di wilayah RW. 02 Ds. Genuk
Semarang berhubungan dengan ketidakcukupan sumber daya
(finansial, pengetahuan) di wilayah RW 02 Ds Genuk Semarang.
2) Perilaku cenderung beresiko pada warga di wilayah RW 05 Ds Anyer
berhubungan dengan kurangnya pemahaman warga RW 05 Ds Anyer

29
dalam melakukan kebiasaan/perilaku kesehataan (membuang sampah
dan tinja kesungai, merokok, air tidak direbus, penggunaan NAPZA).
3) Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit
4) Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada lansia di RW II
Binuang Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan munculnya penyakit
degenerative.
5) Kesiapan Meningkatkan Managemen Kesehatan pada kelompok Ibu
dan Anak Dusun Precet Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang berhubungan dengan keinginan untuk mengakses
pelayanan kesehatan hanya saat sakit, keinginan kontrol kesehatan
rutin masih rendah.
6) Risiko Kontaminasi dengan faktor resiko penggunaan kontaminan
lingkungan dirumah (misalnya merokok)
7) Kontaminasi berhubungan dengan Efek paru terhadap Pemajanan
Polusi (asap rokok)
3. Perencanaan keperawatan
Merupakan penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien.
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan komunitas mencakup
perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan
kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
a. Kriteria perumusan tujuan:
1) Fokus pada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat

30
b. Langkah rencana tindakan keperawatan:
1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2) Tetapkan teknik & prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam penyusunan perencanaan
kegiatan : MMD
1) Pertimbangkan fasilitas dan sumber daya masyarakat yang tersedia
2) Tindakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3) Mengarah pada tujuan
4) Tindakan yang realistik
5) Disusun berurutan
c. Kriteria hasil, digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan bersifat
spesifik. Terdapat 2 macam :
1) kriteria verbal : kriteria hasil untuk sebuah kegiatan KIE
2) kriteia psikomotor : kriteria hasil untuk sebuah tindakan seperti
pembentukan kader, penggiatan posyandu dll

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


1. Defisiensi kesehatan komunitas Knowledge: Health Behavior Health Education
di wilayah RW 02 Ds. Genuk Setelah dilakukan tindakan 1. Tetapkan penyuluhan yang
Semarang b.d Ketidakcukupan keperawatan selama 1x 60 akan diberikan ke komunitas
sumber daya (finansial, menit masalah pasien teratasi tentang perilaku kesehatan
pengetahuan) di wilayah RW dengan kriteria hasil: terkini
02. Ds. Genuk Semarang 1. Masyarakat mengetahui 2. Identifikasi sumber sumber
tentang pelayanan yang yang diperlukan untuk
tersedia dikomunitas menjalankan program
2. Masyarakat mengetahui edukasi
tentang penyakit yang 3. Presentasikan informasi dan
berisiko dikomunitas masalah yang akan di
3. Masyarakat aktif diskusikan
berkonsultasi dan 4. Demonstrasikan ketika
memeriksakan diri mengajarkan
kepelayanan kesehatan kemampuan/skill ke
masyarakat
5. Melibatkan individu,
keluarga dan kelompok
untuk mendukung perubahan
perilaku kesehatan ke arah
kondusif.

31
2. Perilaku kesehatan cenderung Community Compotence Enfironmental Mangament :
berisiko pada warga di wilayah
Setelah dilakukan tindakan Community
RW 05 Ds Anyer b.d keperawatan selama 7 x 24 1. Identifikasi risiko kesehatan
Kurangnya pemahaman warga masalah pasien teratasi, dengan dilingkungan
RW.05 dalam melakukan kriteria hasil: 2. Partisipasi TIM
kebiasaan/perilaku kesehatan 1. Mampu menyebarluaskan multidisiplin untuk
(membuang sampah dan tinja persoalan dikomunitas mengidentifikasi ancaman
kesungai, merokok, air tidak melalui media dan forum kesehatan dikomunitas
direbus, Penggunaan NAPZA) komunitas 3. Partisipasi di program
2. Mampu memanajemen komunitas
strategi untuk 4. Kolaborasi untuk program
menyeleseikan konflik aksi pengembangan
3. Berpartisipasi aktif dalam komunitas
aktivitas komunitas 5. Promosi : kebijakan
4. Mampu menggmbarkan pemerintah untuk
seluruh segmen komunitas mengurangi masalah
untuk menyelesaikan kesehatan
masalah 6. Mengadakan program
5. Mampu menentukan edukasi untuk kelompok
agenda individu dengan berisiko
kegiatan komunitas
6. Menyetujui aksi untuk
mengimplementasikan
tujuan penyeleseian
masalah di komunitas
3. Ketidakefektifan Manajemen Knowledge: Health Promotion Health Education
Kesehatan berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebutuhan
dengan Kurang Pengetahuan keperawatan selama 1 x 60 pendidikan kesehatan
tentang Penyakit menit masalah teratasi dengan 2. Berikan pendidikan
kriteria hasil: kesehatan tentang jenis-jenis
1. Warga dapat mengetahui dan penyakit
mengerti tentang penyakit 3. Anjurkan kepada warga
untuk rutin ke pelayanan
kesehatan
4. Ketidak efektifan pemeliharaan Knowledge: Health Promotion Health Education
kesehatan pada lansia di RW II Setelah dilakukan tindakan 1. Penyuluhan tentang
binuang Kelurahan Binuang keperawatan selama 1 x 60 hipertensi dan rematik
Kampung Dalam Kecamatan menit masalah teratasi dengan
Pauh berhubungan dengan kriteria hasil: 2. Pengobatan dan
kurang pengetahuan dan 1. Meningkat nya pengetahuan Pemeriksaan kesehatan
munculnya penyakit masyarakat dan lansia gratis (Tekanan darah,
degenerative tentang penyakit hipertensi Kolesterol, Asam Urat)
dan rematik
3. Mengadakan senam lansia
2. Meningkatnya kemampuan
lansia dalam pemeliharaan 4. Menganjurkan kepada
kesehatan dan kebugaran lansia agar rutin pergi ke oli

32
fisik lansia untuk memeriksa
kesehatan

5. Kesiapan Meningkatkan Community Health Status Development Program


Managemen Kesehatan pada Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu Ibu dan atau Anak
kelompok Ibu dan Anak Dusun keperawatan 2 kali dalam mengidentifikasi
Precet Desa Sumbersekar , pertemuanIbu dan Anak kebutuhan atau masalah
Kecamatan Dau, Kabupaten mampu menunjukkankesiapan kesehatan yang
Malang berhubungan dengan dalam peningkatan manajemen signifikan,seperti
keinginan untuk mengakses kesehatan dengan kriteria hasil: melakukan screening :
pelayanan kesehatan hanya saat 1. Tingkat partisipasi dalam a. Pemeriksaan tumbuh
sakit, keinginan kontrol program kesehatan kembang kembang
kesehatan rutin masih rendah. 2. Tingkat partisipasi dalam b. Gizi anak
pelayanan perawatan c. Tinggi badan dan Berat
kesehatan preventif dengan badan
level 2 akan ditingkatkan d. Sakit atau tidaknya anak
menjadi level 3 2. Identifikasi sumber daya
3. Motivasi masyarakat untuk dan kendala terhadap
menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan
kesehatan 3. Berikan motivasi untuk ibu
0: tidak ada agar pergi ke pelayanan
1: redah kesehatan secara rutin
2: sedang 4. Anjurkan kepada ibu untuk
3: tinggi mengikuti program dari
puskesmas tentang
kesehatan ibu ataupun anak

33
6. Risiko Kontaminasi dengan Risk Detection Health Education
Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan padaindividu,
faktor resiko penggunaan
keperawatan selama 1 x 60 kelompok, atau masyarakat
kontaminan lingkungan menit masalah pasien teratasi menyadari tingginya risiko
dengan kriteria hasil:
dirumah (misalnya merokok) merokok terhadap
1. Mengenali tanda dan gejala
kesehatan
yang mengindikasi risiko
2. Berikan informasi
2. Mendapatkan informasi
mengenai bahaya atau
terkait perubahan gaya
dampak merokok terhadap
hidup untuk kesehatan
kesehatan

3. Anjurkan kepada individu,


kelompok, atau masyarakat
untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan

4. Anjurkan kepada individu,


kelompok, atau masyarakat
untuk merubah gaya hidup
dengan berhenti merokok

7. Kontaminasi berhubungan Smoking Cessation Behavior Health Screening


dengan Efek paru terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan populasi target
Pemajanan Polusi (asap rokok) keperawatan selama 1 x 60 untuk pemeriksaan
menit masalah pasien teratasi kesehatan
dengan kriteria hasil: 2. Dapatkan riwayat kesehatan
1. Mengindentifikasi manfaat yang sesuai, termasuk
dari berhenti merokok deskripsi kebiasaan
kesehatan, faktor risiko dan
2. Berpartisipasi dalam obat-obatan
skrining untuk masalah 3. Dapatkan kesehatan
kesehatan yang terkait keluarga, yang sesuai
4. Lakukan pengkajian fisik,
yang sesuai
5. Dapatkan spesimen untuk
analisis
6. Berikan informasi
pemeriksaan diri yang tepat
selama skrining
7. Beri saran kepada klien
yang memiliki hasil temuan
yang abnormal mengenai
alternatif pengobatan atau
dilakukan evaluasi yang
lebih lanjut

34
8. Rujuk klien pada penyedi
perawatan kesehatan
lainnya, yang diperlukan

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,
perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa
dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah :
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)
(Mubarak, 2005).
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005).
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten
(Mubarak, 2005).
e. Memiliki keyakinan
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan

35
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005).
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas
terdiri atas:
a) Pencegahan Primer
b) Pencegahan Sekunder
c) Pencegahan Tersier

5. Evaluasi atau Penilaian


Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan
dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif program. Data
evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki database dan diagnosis
keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian data
komunitas.Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input),
pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan
berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun semula.
Jenis evaluasi, antara lain:
 Evaluasi Formatif: mencerminkan pengamatan perawat dan analisa
respon pasien segera setelah dilakukan intervensi, metode yg
digunakandgn menggunakan “Catatan Perkembangan”
 Evaluasi sumatif: rekapitulasi dari hasil intervensi keperawatan yang
telah diberikan berupa narasi, seperti resume pasien.

36
 Evaluasi Struktur : evaluasi terkait persiapan (contoh: rencana
penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara, undangan telah
disebar)
 Evaluasi Proses : pelaksanaan (jumlah peserta yang hadir ... Orang, 15
% dari peserta aktif bertanya, penyuluhan dilaksanakan di tempat.....)
 Evaluasi hasil : dari tujuan yang ditetapkan(contoh: warga dapat
memahami ISPA).

Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian:


a) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan
b) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan
c) Hasil penelitian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi
Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah:
a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
b) Perkembangan atau kemajuan proses
c) Efisiensi biaya
d) Efektifitas kerja
e) Dampak : apakahstatus kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka
waktu berapa lama?
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang
terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan melalui proses asuhan keperawatan komunitas.

37
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (PSIK FK ULM) dilaksanakan di
Desa Pajukungan di wilayah kerja Puskesmas Awang Besar. Praktik ini
berlangsung selama 8 minggu yaitu mulai tanggal 23 Maret sampai dengan 11
April 2020.

Desa Pajukungan terdiri dari 7 RT, yaitu RT. 001, 002, 003, 004, 005, 006 dan 007.
Pengkajian dilakukan pada RT 001 selama 2 hari, pengkajian yang dilakukan
meliputi pengumpulan data didapatkan melalui data. Berdasarkan hasil
pengkajian di RT 001 didapatkan total kepala keluarga seluruhnya sebanyak 116
kepala keluarga yang terdata.

I. Pengkajian
A. Data Inti
1. Riwayat Komunitas
Jumlah Penduduk kecamatan Barabai pada tahun 2016 mencapai
58.408 jiwa. Populasi tersebut lebih banyak dari pada Populasi kecamatan
Barabai pada tahun 2015 yang hanya 57.582 jiwa. Hal tersebut berarti
populasi di kecamatan Barabai mengalami pertumbuhan sebesar 1,43
persen.
Jumlah penduduk laki-laki di kecamatan Barabai pada tahun 2017
lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan. Jumlah Penduduk
Laki-laki di kecamatan. Jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan
Barabai Pada Tahun 2016 adalah 29.319 jiwa sedangkan
jumlah penduduk perempuannya mencapai 29.089 jiwa
Desa Pajukungan di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai
Tengan Provinsi kalimantan Selatan, dengan jumlah penduduk 1.783 jiwa
pada tahun 2014, 1.812 pada tahun 2015 dan 1.835 pada tahun 2016 jiwa,
dengan jumlah laki-laki yaitu 901 dan jumlah perempuan 934. Desa
Pajukungan terdiri dari 7 RT dan yaitu RT 001, RT 002, RT 003, RT 004,

38
RT 005, RT 006 dan RT 007, dimana sebagian besar wilayahnya
merupakan tanah hutan, tanah persawahan, sedangkan tanah perumahan
dan tanaman lainnya hanya sebagian kecil saja.
Wilayah Desa Pajukungan sebagain merupakan dataran tinggi dan
juga dataran rendah dengan luas wilayah 4,00 km 2 dengan presentase
7,33%. Kepala Desa sekarang dijabat oleh Bapak Rusdiansyah sampai
dengan tahun 2021.

2. Batas Wilayah
Desa Pajukungan berada di wilayah Kecamatan Barabai. Data batas
wilayah didapatkan dari wawancara dan data sekunder dari kantor
kepala desa Pajukungan. Adapun batas-batas geografis desa Pajukungan
adalah:
1. Utara : Berbatasan dengan desa Matang Ginalon
2. Selatan : Berbatasan dengan desa Durian Gantang
3. Barat : Berbatasan dengan desa Banua Asam
4. Timur : Berbatasan dengan desa Bukat

3. Data Demografi
Dari data sekunder didapatkan jumlah penduduk di Desa Pajukungan pada tahun
2017 yaitu 1.835 jiwa dan pada RT 001 adalah terdiri dari 116 kepala keluarga.
a. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Diagram 3.1 Distribusi Jumlah Penduduk yang terdata berdasarkan Jenis
Kelamin

39
Berdasarkan diagram 3.1 diatas jumlah Penduduk yang terdata 1.835
jiwa dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 901 orang (49%)
dan perempuan sebanyak 934 orang (51%).
b. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia
Berdasarkan Tabel 3.1 data Badan Pusat Statistik 2019 Jumlah
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Barabai, 2018:
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 2 716 2 588 5 304
5-9 3 039 2 862 5 901
10-14 3 041 2 768 5 809
15-19 2 674 2 265 4 939
20-24 2 032 1 838 3 870
25-29 1 941 1 945 3 886
30-34 2 093 2 199 4 292
35-39 2 384 2 405 4 789
40-44 2 371 2 434 4 805
45-49 2 315 2 291 4 606
50-54 1 802 1 843 3 645
55-59 1 370 1 421 2 791
60-64 1 053 1 105 2 158
65-69 716 766 1 482
70-74 364 532 896
Jumlah 30.202 29.839 60.041

c. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama


Distribusi Jumlah Penduduk yang terdata berdasarkan Agama yaitu
1.835 orang (100%) beragama islam.
d. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku
Berdasarkan hasil wawancara melalui sosial media desa Pajukungan
mayoritas bersuku Banjar, namun ada beberapa yang suku jawa.
e. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil wawancara melalui sosial media mayoritas
memiliki perkerjaan yaitu buruh tani, namun ada beberapa yang
memiliki pekerjaan seperti swasta dan PNS.
f. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil wawancara melalui sosial media mayoritas
penduduk desa Pajukungan memiliki tingkat pendidikan yaitu SLTA,
namun ada juga yang S1/sederajat.

40
Tabel 3.2 Persentase Penduduk Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah Berumur 15 Tahun ke Atas menurut
Karakteristik dan Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, 2019

Tidak SD/ SMA/


Karakteristik Punya sederajat SMP/ sederajat
ke atas
Ijazah
(1) SD
(2) (3) (4) (5)

Jenis Kelamin

Laki-laki 12.27 28.05 22.89 36.78

Perempuan 19.47 26.50 23.05 30.98

Kelompok Pengeluaran

40PersenTerbawah 20.19 33.36 24.89 21.56

40PersenTengah 16.85 26.70 23.03 33.42

20PersenTeratas 6.49 17.61 19.47 56.44

Hulu Sungai Tengah 15.90 27.27 22.97 33.86

g. Distribusi Penduduk Berdasarkan Penghasilan Keluarga


Berdasarkan hasil wawancara melalui media sosial memiliki
penghasilan keluarga yang beragam, namun untuk mayoritas
penghasilan sebagai buruh tani sebanyak 500.000-1.000.000/bulan
h. Distribusi Penduduk Berdasarkan Menabung keluarga
Berdasarkan hasil wawancara melalui media sosial hanya beberapa
dari penduduk saja yang menabung

4. Vital Statistik
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
tahun 2018 angka kelahiran di wilayah kerja Puskesmas Awang Besar
sebanyak 157 orang dengan 82 orang laki-laki dan 72 orang perempuan
dan 3 orang yang meninggal
a) Kondisi Kesehatan Penduduk
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019 Hulu Sungai
tengah angka kesakitan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah 14,54%.

41
Kasus Covid-19 di Hulu Sungai Tengah pada tanggal 30
Maret 2020 terdapat 104 orang dalam pemantauan (ODP), 0
positif, 45 orang sudah selesai pemantauan. 0 pasien dalam
pengawasan (PDP) dan 0 yang konfirmasi. Kecamatan
barabai sendiri terdapat 39 orang dalam pemantauan (ODP)
dan 17 selesai ODP, dan desa pajukungan sendiri terdapat 3
orang dalam pemantauan (ODP).

Gambar 3.1 Data Covid-19 Kab. HST pada 30 Maret 2020

Gambar 3.2 Data Covid-19 Kalimantan Selatan pada 31 Maret 2020


Pada saat diobservasi, di desa Pajukungan masih nampak
pekerja yang masih bekerja diluar, tampak pekerja di perusahaan
masih bekerja, tampak masih dilaksanakan kelompok

42
yasinan/handil, anak-anak tampak masih bermain di luar, tampak
warga masih berkumpul dan ngobrol di warung.
b) Data Penyakit
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun 2018 10 penyakit
terbanyak di Wilayah Puskesmas Awang besar yaitu Hipertensi
sebanyak 143 orang, kemudian Demam Typoid 108 orang, ISPA 82
orang, Gatritis 72 orang, Diare 31 orang, Diabetes Mellitus 26 orang,
TBC 19 orang, Atritis 19 orang, Cefalgia 15 orang, Epilepsy 15 orang.
c) Data Kesehatan Pasangan Usia Subur
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengan
tahun 2018 presentase cakupan imunisasi TT pasangan usia subur di
wilayah kerja Puskesmas Awang besar yaitu jumlah WUS sebanyak
4.479 orang, dengan T1 21 orang (0,5%), T2 64 orang (1,4%), T3 59
orang (1,3%), T4 36 orang (0,3%), T5 2 orang (0,0%).
d) Kontrasepsi
Berdasarkan hasil wawancara melalui sosial media dengan bidan desa
mayoritas menggunakan KB suntik dan pil.
e) Data Kesehatan Ibu Hamil
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Hulu Sungai tengah tahun 2018
jumlah Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Awang besar yaitu 195
orang, dan untuk K1 sebanyak 175 orang (89,7%), dan K4 sebanyak
139 orang (71,3%). Jumlah persalianan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan yaitu 154 orang (82,4%), mendapatkan pelayanan ibu nifas
sebanyak 140 orang (74,9%) dan ibu nifas mendapatkan Vitamin A
sebanyak 154 orang (82,4%). Di desa Pajukungan terdapat 1 praktek
bidan.
f) Data Kesehatan Balita
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Hulu Sungai tengah tahun 2018
jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas Awang besar yaitu 10.879
orang. Penemuan kasus pneumiona di wilayah kerja Puskesmas

43
Awang Besar sebanyak 60 orang dan penderita yang ditangi hanya 9
orang (28,33%).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Hulu Sungai Tengah tahun
2019 sebanyak 57,60% penduduk umur 0-59 bulan (balita)
mendapatkan imunisasi lengkap.
g) Data Kesehatan Anak Usia Sekolah
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019 jumlah murid di
SD Desa Pajukungan yaitu sebanyak 36 siswa dan guru sebanyak 8
orang. Berdasarkan hasil wawancara kepada murid di SD Pajukungan,
mereka menyebutkan bahwa kurang memahami tentang cara mencuci
tangan yang baik.
h) Data Kesehatan Remaja
Berdasarkan hasil obsevasi, banyak remaja yang merokok,
menggunakan waktu luang nya untuk berpacaran dan main game
online serta beberapa remaja meminum obat terlarang.
i) Data Kesehatan Dewasa
Berdasarkan hasil obervasi, masih ada sebagian warga yang
melakukan aktivitas di luar rumah secara berkelompok yaitu
berkumpul di warung. Selain itu, ada beberapa orang yang masih
bekerja di luar seperti pekerja di Dinas Kesehatan untuk pergi ke
kantor, tampak pekerja di perusahaan juga masih melakukan aktivitas
diperusahaan.
j) Data Kesehatan Lanjut Usia
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Hulu Sungai tengah tahun 2018
jumlah lansia (60 tahun+) di wilayah kerja Puskesmas Awang besar
yaitu 356 orang dan lansia yang mendapat pelayanan kesehatan
sebanyak 181 orang (50,84%).
k) Data Kesehatan Jiwa
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan dari Kecamatan Barabai
Kabupaten Hulu Sungai Tengah tidak ada data kesehatan jiwa di desa
Pajukungan, hanya pada saat observasi tampak 1 orang dengan
gangguan jiwa di desa Pajukungan.

44
5. Nilai dan Kepercayaan
Mayoritas penduduk warga RT 001-007 di desa Pajukungan yaitu beragama
islam. Berdasarkan data sekunder dan observasi terdapat tempat peribadatan di
komunitas berupa masjid, langgar, dan musholla.

Gambar 3.3Tempat ibadah di Pajukungan

3. Lingkungan Fisik
1. Kondisi Geografis
Hasil oservasi dan data sekunder dari Badan Pusat Statistik
didapatkan bahwa luas wilayah desa Pajukungan 4,00 km2 dengan
iklim di wilayah komunitas tropis, dengan suhu rata-rata harian 300C.
Jenis tanah di desa Pajukungan sebagian besar adalah tanah hitam dan
abu-abu. Terdapat pencemaran air dari pembuangan limbah dan
sampah rumah tangga. Selain itu, juga terdapat pencemaran udara,
kebisingan, kerusakan. Tidak terjadi adanya longsor/erosi, berubahnya
fungsi hutan, dan terjadinya lahan kritis akibat pengolahan hutan.
2. Perumahan
Hasil observasi, sebagian besar rumah di komunitas sudah tertata rapi
dan sebagian lagi masih tidak teratur. Tampak rumah warga masih
banyak yang belum permanen, namun sudah ada beberapa rumah yang
sudah permanen dan semi permanen.

45
Gambar 3.4 Rumah permanen dan Rumah tidak permanen.

Dari observasi jenis bangunan tidak permanen dengan material kayu,


berlantai kayu menggunakan atap seng dan ada juga yang
menggunakan atap sirap kayu ulin hanya beberapa rumah saja yang
ditemukan permanen maupun semi permanen. Kepemilikan rumah
sebagian besar milik sendiri, hanya sedikit warga yang menumpang.
Hampir seluruh rumah ditempati warga untuk tempat tinggal.
Berdasarkan observasi seluruh rumah memiliki jendela dan
difungsikan. Pencahayaan rumah sebagian besar sudah cukup baik,
penerangan rumah seluruhnya menggunakan listrik. Penyejuk ruangan
mayoritas menggunakan kipas angin

3. Jenis tempat peribadatan


Berdasarkan observasi terdapat tempat peribadatan di
komunitas berupa langgar dan mesjid.

Gambar 3.5 Tempat ibadah di Desa Pajukungan

46
4. Tumbuhan dan binatang ternak
Berdasarkan observasi tampak banyak terdapat tanaman padi dan
kebun.

Gambar 3.6 Tampak tumbuhan-tumbuhan yang ada di Desa Pajukungan.


Berdasarkan observasi tampak banyak peternakan ayam dan sapi.
Selain itu, juga tampak ada peternakan dan tambak nila dan lele.

Gambar 3.7 Tampak peternakan yang ada di Desa Pajukungan.

47
5. Lahan kosong
Berdasarkan observasi tampak ada beberapa lahan kosong milik
pribadi dengan kondisi mayoritas ditanami oleh tumbuh-tumbuhan.

Gambar 3.8 Lahan kosong milik pribadi.

6. Kondisi lingkungan sekitar


Berdasarkan hasil observasi, masih tampak masyarakat yang
membuang sampah sembarangan seperti ditumpuk di sekitar pinggir
jalan dekat dengan sungai, dan sebagian lainnya langsung membuang
sampah di sungai. Ada juga beberapa warga yang membakar sampah
di halaman sekitar rumah dan membuang ke tempat pembuangan
sampah sementara.

48
Gambar 3.9 Sampah yang tertumpuk di pinggir jalan.dan tempat sampah

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga desa Pajukungan RT 001


mengatakan bahwa letak pembuangan sampah sementara dan akhir
jauh dari rumahnya sudah tidak ada dan lebih dekat dengan sungai
sehingga mengakibatkan sebagian warga menumpuk sampah di
sekitar pinggir jalan dan di pinggir sungai, warga mengatakan rata-rata
langsung membuang sampah ke tempat pembuangan sampah karena
dekat dengan rumah warga tetapi sebagian juga masih ada yang
membakar dan menimbun di belakang rumah. Namun, ada beberapa
warga yang juga mengatakan menumpuk sampah di depan rumah
dengan dibungkus plastik kemudian menunggu mobil pengangkut
sampah.
Hasil observasi di desa sebagian masyarakat memiliki WC sendiri
berupa WC jongkok. tampak adanya jamban di desa Pajukungan

Gambar 3.10 WC jongkok di dalam rumah warga dan tampak jamban

49
Gambar 3.11 Tandon, mesin dan PDAM untuk menyedot air.

Hasil observasi di desa Pajukungan masyarakat memakai sumber air


yang berasal dari PDAM yang dialirkan ke warga dengan
menggunakan mesin dan ditampung menggunakan tandon

4. Pendidikan Komunitas
Hasil observasi di wilayah RT 1-7 terdapat 1 buah SMP 7 dan 2 buah SD
yaitu SMPN 7 Pajukungan dan SDN1 dan SDN 2 Pajukungan serta
terdapat TK AL-Qur’an Al-Huda.

50
Gambar 3.12 SDN di Desa Pajukungan, SMP 7 dan TK AL-Qur’an

5. Keamanan dan Transportasi


Hasil observasi, terdapat Pos penjagaan namun tidak berfungsi untuk jaga
malam, observasi yang dilakukan mahasiswa keperawatan ULM tidak
terlihat warga yang jaga malam di poskamling, siang hari terlihat pos
penjagaan hanya tempat warga berkumpul dan bersantai, namun
berdasarkan wawancara bahwa kondisi lingkungan mereka aman. Hasil
wawancara tidak ada kegiatan ronda secara bergiliran ataupun ada
petugas keamanan yang ditunjuk. Kondisi jalan utama sudah
menggunakan aspal, banyak dilalui kendaraan roda dua, dan roda
empat. Desa Pajukungan RT 001 disebut juga jalan Tol Lingkar Kapar ke
Walangsi sejauh 8,3 km yang diresmokan pada tahun 2014. Jalan lingkar
atau by pass kini berstatus sebagai jalan nasional ini sebagain masih ada
yang rusak.

51
Gambar 3.13 Pos penjagaan di desa Pajukungan dan kondisi jalan utama

Jenis transportasi yang digunakan masyarakat sebagian besar adalah milik


pribadi. Transportasi yang dimiliki warga adalah roda dua seperti
sepeda motor, dan beberapa ada yang menggunakan mobil, menggunakan
sepeda untuk anak sekolah dan ada juga yang berjalan kaki.

6. Politik dan Pemerintahan


Desa Pajukungan dipimpin oleh Kepala Desa dengan cakupan wilayah 7
RT. Hasil wawancara mealui sosial media terdapat kegiatan organisasi
kemasyarakatan seperti kelompok yasinan / handil laki-laki yang
diselenggarakan pada setiap malam jum’at, kelompok yasinan / handil
perempuan yang diselenggarkan pada setiap jum’at sore serta burdah
perempuan setiap malam jum’at

52
Gambar 3.14 Kantor kepala desa, kelompok keagamaan yasinan/ handil laki-laki,
burdah perempuan dan kelompok keagamaan yasinan/ handil perempuan dan
struktur organisasi

7. Pelayanan Kesehatan
Terdapat 1 buah praktek bidan desa di desa Pajukungan yang mana
biasanya ibu yang mau bersalin melahirkan di bidan praktek dan RS
terdekat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019 penggunaan
jaminan kesehatan 45,75% merupakan hamper setangah pendudukan Hulu
Sungai Tengah menggunakan jaminan kesehatan untuk berobat jalan.

53
Gambar 3.15 Praktek Bidan di desa Pajukungan dan RS terdekat

8. Sistem Komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara, sistem komunikasi yang terdapat dalam
komunitas antara lain adalah radio, serta televisi sebagai media informasi
bagi masyarakat, selain itu banyak warga rata-rata sudah mempunyai
telepon seluler yang sudah tercakup layanan data dari operator
sehingga untuk akses komunikasi dan internet juga semakin mudah
dijangkau. Sistem komunikasi sederhana masyarakat di desa Pajukungan
adalah dengan melakukan pengumuman pada pengeras suara masjid bila
ada informasi penting yang ingin segera disampaikan pada masyaraka.
Selain itu jika ada informasi penting yang mendesak akan langsung
disampaikan ke rumah-rumah warga.

9. Ekonomi
Hasil observasi, perekonomian warga desa didapat dari bertani, tambak
lele, nila, warung makan, toko sembako, pembuatan batu bata dan bengkel.

54
Gambar 3.16 Usaha-usaha yang ada di Desa Pajukungan
10. Rekreasi
Hasil observasi disekitar pemukiman warga pada RT 001-007, tidak
terdapat tempat rekreasi, namun di Hulu Sungai Tengah terdapat beberapa
tempat rekreasi.

55
Gambar 3.17 Tempat rekreasi di Hulu Sungai Tengah

56
II. ANALISIS DATA
Tabel 3.3 Analisis data

No Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah Kesehatan


1. Berdasarkan hasil wawancara: Berdasarkan hasil observasi: Kontaminasi zat Kontaminasi wilayah
1) Menurut hasil wawancara melalui whatsapp 9) Masih terdapat warga membuang kimia dalam air, RT 001 desa
warga masih ada yang membuang sampah di sampah disungai. dan praktik higiene Pajukungan
sungai. 10) Masih terdapat warga yang membakar rumah tangga tidak
2) Sebagian warga tidak memiliki tempat sampah. adekuat.
pembuangan sampah sementara 11) Kebersihan sungai tercemar, masih
3) Hasil wawancara melalui whatsapp didapatkan ada warga yang membuang sampah
bahwa masih ada sampah dibakar disungai.
4) Hasil wawancara melalui whatsapp didapatkan 12) Terdapat tumpukan sampah dan masih
bahwa jarak tempat pembuangan sampah dari terdapat sampah yang berserakan di
rumah warga sebagian < 5 meter samping jalan.
5) Hasil wawancara melalui whatsapp didapatkan 13) WC tempat warga BAK/BAB sebagian
bahwa sebagian besar keadaan penampungan masih tampak kotor
sampah sementara terbuka 14) Masih terdapat warga yang minum air
6) Sebagian besar KK menggunakan sumber air tidak dimasak hanya menggunakan air
masak dan minum dari PDAM galon..
7) Hasil wawancarai melalui whatsapp didapatkan
kondisi tempat penampungan air dalam keadaan
terbuka
8) Berdasarkan hasil wawancara melalui whatsapp
yang membuang sampah ke sungai karena tempat
sampah terlalu jauh, tidak ikut membayar uang
untuk sampah, sehingga sampah berceceran di
tanah yang kemudian warga membuang ke sungai
dan sebagian warga membakar sampah tersebut.

57
2. Berdasarkan hasil wawancara: Berdasarkan hasil observasi: Kurang Perilaku kesehatan
1) Hasil wawancara melalui whatsapp kegiatan remaja di 1) Didapatkan jumlah remaja di RT 001 di pemahaman cenderung beresiko
luar jam sekolah adalah main gadget/HP/ game online desa Pajukungan usia >12 – 18 tahun pada kelompok remaja
2) Hasil wawancara melalui whatsapp perilaku remaja 2) Tampak remaja yang bermain kartu pada RT 001 Desa
yang kurang sehat adalah begadang/keluyuran dan malam hari di pos Pajukungan
pacaran
3) Hasil wawancara melalui whatsapp informasi
kesehatan yang dibutuhkan pada saat ini adalah
masalah kesehatan yang umum pada remaja bahaya
rokok
3. Berdasarkan hasil wawancara: Berdasarkan hasil observasi: Kurang pemahaman Perilaku kesehatan
1) Hasil wawancara melalui whatsapp anak-anak masih 1) Anak-anak tampak masih bermain di cenderung beresiko pada
belum mengetahui bagaimana cuci tangan yang baik luar kelompok anak sekolah
dan benar RT 001 Desa Pajukungan
2) Hasil wawancara melalui whatsapp orang tua belum
mengetahui bagaimana pencegahan Covid-19
4. Berdasarkan hasil wawancara: Berdasarkan hasil observasi: Kurang pemahaman Perilaku kesehatan
1) Hasil wawancara melalui whatsapp orang tua belum 1) Pekerja yang masih bekerja diluar cenderung beresiko pada
mengetahui lebih detail apa itu Covid-19 2) Pekerja perusahaan di desa kelompok dewasa RT 001
2) Hasil wawancara melalui whatsapp orang tua belum Pajukungan masih bekerja Desa Pajukungan
mengetahui bagaimana pencegahan Covid-19 3) Tampak warga masih berkumpul dan
3) Hasil wawancara melalui whatsapp masih ngobrol di warung.
dilaksanakan kegiatan keagamaan yasinan/handil

58
III. SKORING PRIORITAS MASALAH
Tabel 3.4 Skoring Prioritas Masalah
Masalah Keperawatan Kesesuaian Prevalensi Tingkat Potensi Minat Waktu Ketersedia Total
Dengan Resiko Keparahan Pengurangan Masyarakat Yang n Sumber
CHN Resiko Risiko Diharapkan Daya
Program
Memberika
Kontaminasi wilayah RT 001- n Efek
007 desa Pajukungan 2 2 2 2 2 2 2 14
berhubungan dengan
kontaminasi zat kimia dalam air,
dan praktik higiene rumah tangga
tidak adekuat.
Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 2 2 1 1 12
beresiko pada kelompok anak
sekolah RT 001 Desa
Pajukungan berhubungan dengan
kurang pemahaman
Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 2 2 1 1 12
beresiko pada kelompok dewasa
RT 001 Desa Pajukungan
berhubungan dengan kurang
pemahaman

59
Perilaku kesehatan cenderung 2 2 1 1 1 1 2 10
beresiko pada kelompok remaja
berhubungan dengan kurang
pemahaman pada kelompok
remaja RT 001 Desa Pajukungan
tentang Kesehatan Remaja

Pembobotan:
0: Tidak Ada Kepentingan Komunitas Prioritas
1: Prioritas Sedang
2: Prioritas Tinggi

60
IV. DIAGNOSIS PRIORITAS
1. Kontaminasi wilayah RT 001-007 desa Pajukungan berhubungan dengan kontaminasi zat kimia dalam air, dan praktik higiene
rumah tangga tidak adekuat.
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada kelompok anak sekolah RT 001 Desa Pajukungan berhubungan dengan kurang
pemahaman
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada kelompok dewasa RT 001 Desa Pajukungan berhubungan dengan kurang
pemahaman
4. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada kelompok remaja berhubungan dengan kurang pemahaman warga RT 001-007
Desa Pajukungan tentang Kesehatan Remaja.

61
V. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tabel 3.5 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


1. Kontaminasi wilayah RT 001- NOC : Keefektifan Program Komunitas NIC : Pengembangan Program
007 desa Pajukungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali Manajemen Sampah
berhubungan dengan pertemuan dengan pihak terkait diharapkan efektifnya 1) Bantu masyarakat dalam mengidentifikasi
kontaminasi zat kimia dalam program komunitas untuk mencegah terjadinya kebutuhan atau masalah kesehatan yang signifikan
air, dan praktik higiene rumah peningkatan kontaminasi berhubungan dengan 2) Prioritaskan kebutuhan kesehatan terhadap masalah
tangga tidak adekuat. pembuangan sampah ke sungai dan praktik higiene yang diidentifikasi, rencana jangka pendek
rumah tangga tidak adekuat dengan kriteria hasil: melakukan gotong royong dengan warga desa
1) Adanya peningkatan status kesehatan masyarakat Pajukungan
Skala 1 : Buruk 3) Edukasi anggota kelompok dalam perencanaan
Skala 2 : Cukup Baik mengenai proses perencanaan (penkes tentang
Skala 3 : Baik bahaya membuang sampah sembarangan).
Skala 4 : Sangat Baik 4) Memfasilitasi program pelatihan pengelolaan
Skala 5 : Sempurna sampah.
2) Adanya dukungan dari wakil masyarakat 5) Evaluasi program terkait relevansi, efisiensi, dan
berpengaruh efektifitasnya.
Skala 1 : Buruk
Skala 2 : Cukup Baik Manajemen Pengelolaan Air
Skala 3 : Baik 1) Pendidikan kesehatan tentang bahaya kontaminasi
Skala 4 : Sangat Baik air dan cara meminimalisir penyakit menular
Skala 5 : Sempurna melalui air (4M plus).
3) Adanya rencana untuk mempertahankan program 2) Bekerja sama dengan pihak terkait (LABKESDA)
peningkatan kontaminasi yang berhasil dengan untuk pemeriksaan kelayakan air minum.
upaya tidak membuang sampah di sungai dan praktik 3) Mengadakan pelatihan kader Juru Pemantau Jentik

62
higiene rumah tangga yang adekuat (Jumantik).
Skala 1 : Buruk
Skala 2 : Cukup Baik
Skala 3 : Baik
Skala 4 : Sangat Baik
Skala 5 : Sempurna

Target dari skala 1 menjadi skala 3 (baik)


2. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Pengetahuan :Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
beresiko pada kelompok anak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang cara
sekolah (perilaku cuci tangan) pertemuan pengetahuan orangtua dan anak meningkat mengatasi penyakit umum pada anak usia sekolah
RT 001 Desa Pajukungan tentang penyakit yang umum pada anak sekolah seperti seperti panas/Batuk/Pilek.
berhubungan dengan kurang panas/Batuk/Pilek, cara cuci tangan yang benar: 2) Berikan pendidikan kesehatan tentang cara cuci
pemahaman 1) Warga dan anak sekolah di RT 001 desa tangan yang benar
Pajukungan tentang penyakit um um ya n g 3) Sediakan materi informasi kesehatan mengatasi
t e rj a di se pe rt i Demam/batuk/pilek, Cara cuci penyakit umum pada anak usia sekolah seperti
tangan yang benar mengatasi demam/batuk/pilek dan masalah cara
Skala 1 : tidak mengetahui cuci tangan yang benar dengan cara yang mudah
Skala 2 : sedikit mengetahui dipahami oleh anak sekolah disampaikan dengan
Skala 3 : cukup mengetahui menggunakan media power point/LCD dan video
Skala 4 : banyak mengetahui serta alat peraga.
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya 4) Gunakan strategi pemahaman keluarga (mulai
dengan informasi yang paling penting dahulu,
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui focus pada pesan-pesan inti dan ulangi,
5) Hubungkan dengan pengalaman individu dengan
mengevaluasi sejauh mana pemahaman keluarga
tentang Panas/batuk/pilek dan Cuci tangan
6) Motivasi anak sekolah untuk mengajukan

63
pertanyaan masalah Demam/batuk/pilek, cuci tangan
kemudian meminta penjelasan (misalnya tindakan
apa yang diberikan pada saat anak sekolah
dengan batuk dan pilek? Mengapa penting bagi anak
sekolah untuk melakukan hal ini?)
3. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Kompetensi Komunitas NIC: Manajemen lingkungan : Komunitas
beresiko pada kelompok Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 1) Identifikasi risiko kesehatan dilingkungan
dewasa RT 001 Desa pertemuan masalah sumber daya (pengetahuan) 2) Partisipasi TIM multidisiplin untuk
Pajukungan berhubungan dewasa teratasi dengan kriteria hasil: mengidentifikasi ancaman kesehatan dikomunitas
dengan kurang pemahaman 7. Mampu menyebarluaskan persoalan dikomunitas 3) Partisipasi di program komunitas
melalui media dan forum komunitas 4) Kolaborasi untuk program aksi pengembangan
8. Mampu memanajemen strategi untuk komunitas
menyeleseikan konflik 5) Promosi : kebijakan pemerintah untuk mengurangi
9. Berpartisipasi aktif dalam aktivitas komunitas masalah kesehatan
10. Mampu menggmbarkan seluruh segmen komunitas 6) Mengadakan program edukasi untuk kelompok
untuk menyelesaikan masalah berisiko
11. Mampu menentukan agenda individu dengan
kegiatan komunitas
12. Menyetujui aksi untuk mengimplementasikan
tujuan penyeleseian masalah di komunitas

4. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Pengetahuan: Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
beresiko pada kelompok Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang
remaja berhubungan dengan kali pertemuan sumber daya (pengetahuan) remaja penyakit yang umum terjadi pada remaja seperti,
kurang pemahaman pada teratasi dengan kriteria hasil: Kesehatan Reproduksi pada remaja, dan bahaya
kelompok remaja RT 001 Desa 1) Remaja RT 001 desa Pajukungan menunjukkan penggunaan NAPZA dan tembakau, serta tentang
Pajukungan tentang Kesehatan perilaku yang meningkatkan kesehatan dampak begadang/kelyuran.
Remaja Skala 1 : tidak mengetahui 2) Sediakan materi informasi kesehatan penyakit

64
Skala 2 : sedikit mengetahui yang umum pada remaja seperti Kesehatan
Skala 3 : cukup mengetahui Reproduksi pada Remaja, bahaya penggunaan
Skala 4 : banyak mengetahui NAPZA dan tembakau, serta tentang dampak
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya begadang/kelyuran, dengan cara yang mudah
dipahami oleh remaja disampaikan dengan
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui menggunakan media power point/LCD.
3) Gunakan strategi pemahaman remaja (mulai
2) Remaja RT 001 desa Pajukungan mengetahui efek dengan informasi yang paling penting dahulu,
kesehatan yang merugikan dari penggunaan fokus pada pesan- pesan inti dan ulangi,
tembakau dan NAPZA, begadang/keluyuran, serta hubungkan dengan pengalaman individu) dengan
tentang kesehatan reproduksi remaja mengevaluasi sejauh mana pemahaman remaja
Skala 1 : tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja, bahaya
Skala 2 : sedikit mengetahui penggunaan NAPZA dan tembakau, serta tentang
Skala 3 : cukup mengetahui dampak begadang/kelyuran.
Skala 4 : banyak mengetahui 4) Motivasi remaja untuk mengajukan pertanyaan
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya masalah kesehatan reproduksi remaja, bahaya
penggunaan NAPZA dan tembakau, serta tentang
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui dampak begadang/kelyuran, serta meminta
penjelasan (misalnya tindakan apa yang
diberikan pada saat sakit pada reproduksi,
bagaimana cara mengindari dari bahaya napza?
Mengapa penting bagi remaja untuk mengetahui
kesehatan reproduksi, bahaya perilaku merokok
dan penggunaan napza? Apa saja dampak dari
begadang/keluyuran?)

65
VI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DESA PAJUKUNGAN RT.001
Tabel 3.6 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Komunitas
No. Diagnosis Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Tempat
1. Perilaku kesehatan Selasa, 7 April 1. Menetapkan dan membuat materi S: Jannatu Rahmah
cenderung beresiko pada 2020 (secara penyuluhan tentang peyakit Covid-19 1. Organisasi Kesehatan Dunia S.Kep
anak sekolah berhubungan online melalui (WHO) menyatakan saat ini
dengan kurang pemahaman whatsapp group 2. Mengkoordinasikan rencana kegiatan COVID-19 menjadi pandemi.
pada anak sekolah, kurang dan instagram) penyuluhan dengan pembimbing akademik 2. Pemerintah menyatakan untuk ……………….
dukungan keluarga pada dan anggota group seluruh warga di Indonesia
anak sekolah RT 001 tentang 3. Berkoordinasi dengan anggota group terkait melakukan physical distancing.
Covid-19 Rabu, 8 April penyuluhan kesehatan. 3. Saat ini, Kalimantan Selatan
2020 (secara khususnya Kota Banjarmasin
online melalui 4. Menyediakan materi informasi kesehatan merupakan wilayah terjangkit
whatsapp group tentang penyakit Covid-19, protocol isolasi (transmisi lokal) COVID-19.
dan instagram) mandiri di rumah, Ayo hindari Covid-19, Ayo 4. Sebagian besar siswa (i) di desa
hindari Covid-19 dengan cuci tangan yang Pajukungan mengatakan tidak
baik dan benar, Ayo hindari Covid-19 dengan mengetahui tentang COVID-19
Kamis, 9 April melakukan etika batuk dan bersin dengan cara dan cuci tangan yang baik dan
2020 (secara yang mudah dipahami oleh anak sekolah benar.
online melalui disampaikan dengan menggunakan metode
whatsapp group penyebaran melalui sosial media whatsapp O:
dan instagram) group dan instagram dengan video. 1. Berdasarkan penyebaran video
melalui whatsapp group
masyarakat desa antusias
Jum’at, 10 April dengan informasi yang
2020 (secara diberikan
online melalui 2. Penyebaran melalui whatsapp
whatsapp group group pada tanggal 7 april 2020

66
dan instagram) terdapat 4 pertanyaan yang
diajukan
3. Penyebaran melalui whatsapp
group pada tanggal 8 april 2020
terdapat 2 pertanyaan yang
diajukan
4. Penyebaran melalui whatsapp
group pada tanggal 9 april 2020
terdapat 1 pertanyaan yang
diajukan
5. Penyebaran melalui whatsapp
group pada tanggal 10 april
2020 tidak terdapat yang
diajukan
6. Penyebaran melalui instagram
pada tanggal 7 april 2020
terdapat 147 tayangan dan 59
likes, serta 2 pertanyaan
7. Penyebaran melalui instagram
pada tanggal 8 april 2020
terdapat 202 tayangan dan 56
likes, serta 1 pertanyaan
8. Penyebaran melalui instagram
pada tanggal 9 april 2020
terdapat 173 tayangan dan 60
likes dan tidak ada pertanyaan
9. Penyebaran melalui instagram
pada tanggal 10 april 2020
terdapat 169 tayangan dan 59
likes dan tidak ada pertanyaan
10. Di Indonesia, angka kejadian

67
COVID-19 semakin meningkat
setiap hari, yaitu dari tanggal 7
April 2020 sebanyak 2.738
orang yang positif, 2.313 dalam
perawatan, 204 orang sembuh,
dan 221 orang meninggal
menjadi 3.512 orang yang
positif, 2.924 dalam perawatan,
282 orang sembuh, dan 306
orang meninggal pada tanggal
10 April 2020.
11. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada
tanggal 7 April 2020 sebanyak
1.167 orang dalam pemantauan
(ODP), 12 pasien dalam
pengawasan (PDP), dan 22
orang yang terkonfirmasi
dengan 19 dalam perawatan, 0
sembuh dan 3 orang PDP yang
meninggal
12. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada
tanggal 8 April 2020 sebanyak
1.132 orang dalam pemantauan
(ODP), 14 pasien dalam
pengawasan (PDP), dan 20
orang yang terkonfirmasi
dengan 17 dalam perawatan, 2
sembuh dan 3 orang PDP yang
meninggal

68
13. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada
tanggal 9 April 2020 sebanyak
1.176 orang dalam pemantauan
(ODP), 12 pasien dalam
pengawasan (PDP), dan 25
orang yang terkonfirmasi
dengan 19 dalam perawatan, 2
sembuh dan 4 orang PDP yang
meninggal
14. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada
tanggal 10 April 2020 sebanyak
1.179 orang dalam pemantauan
(ODP), 10 pasien dalam
pengawasan (PDP), dan 29
orang yang terkonfirmasi
dengan 23 dalam perawatan, 2
sembuh dan 4 orang PDP yang
meninggal
15. Di Hulu Sungai Tengah pada
tanggal 7 April 2020 sebanyak
65 ODP, tidak ada PDP, dan
tidak ada positif COVID-19.
16. Di Hulu Sungai Tengah pada
tanggal 8 April 2020 sebanyak
65 ODP, tidak ada PDP, dan
tidak ada positif COVID-19.
17. Di Hulu Sungai Tengah pada
tanggal 9 dan 10 April 2020
sebanyak 47 ODP, tidak ada

69
PDP, dan tidak ada positif
COVID-19.

A: Masalah Teratasi Sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
- Berikan selalu informasi yang
aktual dan dapat mengajak
orang-orang untuk peduli
terhadap kesehatan terutama
untuk saat ini yaitu COVID-19
dan pentingnya melaksanakan
physical distancing.

2. Perilaku kesehatan Selasa, 7 April 1. Menetapkan dan membuat materi penyuluhan S: Jannatu Rahmah
cenderung beresiko pada 2020 (secara tentang peyakit Covid-19 1. Organisasi Kesehatan Dunia S.Kep
kelompok dewasa online melalui (WHO) menyatakan saat ini
berhubungan dengan kurang whatsapp group 2. Mengkoordinasikan rencana kegiatan COVID-19 menjadi pandemi.
pemahaman warga RT 001 dan instagram) penyuluhan dengan pembimbing akademik 2. Pemerintah menyatakan untuk ……………….
Desa Pajukungan tentang dan anggota group seluruh warga di Indonesia
Covid-19 3. Berkoordinasi dengan anggota group terkait melakukan physical distancing.
Rabu, 8 April penyuluhan kesehatan. 3. Saat ini, Kalimantan Selatan
2020 (secara khususnya Kota Banjarmasin
online melalui 4. Menyediakan materi informasi kesehatan merupakan wilayah terjangkit
whatsapp group tentang penyakit Covid-19, protocol isolasi (transmisi lokal) COVID-19.
dan instagram) mandiri di rumah, Ayo hindari Covid-19, Ayo 4. Sebagian besar masyarakat di
hindari Covid-19 dengan cuci tangan yang baik desa Pajukungan mengatakan
dan benar, Ayo hindari Covid-19 dengan tidak mengetahui tentang
Kamis, 9 April melakukan etika batuk dan bersin dengan cara COVID-19
2020 (secara yang mudah dipahami oleh anak sekolah 5. Salah satu masyarakat desa
online melalui disampaikan dengan menggunakan metode Pajukungan mengatakan masih

70
whatsapp group penyebaran melalui sosial media whatsapp melakukan kegiatan seperti
dan instagram) group dan instagram dengan video. biasa seperti bekerja

O:
Jum’at, 10 April 1. Berdasarkan penyebaran video
2020 (secara melalui whatsapp group
online melalui masyarakat desa antusias
whatsapp group dengan informasi yang
dan instagram) diberikan
2. Penyebaran melalui whatsapp
group pada tanggal 7 april 2020
terdapat 4 pertanyaan yang
diajukan
3. Penyebaran melalui whatsapp
group pada tanggal 8 april 2020
terdapat 2 pertanyaan yang
diajukan
4. Penyebaran melalui whatsapp
group pada tanggal 9 april 2020
terdapat 1 pertanyaan yang
diajukan
5. Penyebaran melalui whatsapp
group pada tanggal 10 april
2020 tidak terdapat yang
diajukan
6. Penyebaran melalui instagram
pada tanggal 7 april 2020
terdapat 147 tayangan dan 59
likes, serta 2 pertanyaan
7. Penyebaran melalui instagram
pada tanggal 8 april 2020

71
terdapat 202 tayangan dan 56
likes, serta 1 pertanyaan
8. Penyebaran melalui instagram
pada tanggal 9 april 2020
terdapat 173 tayangan dan 60
likes dan tidak ada pertanyaan
9. Penyebaran melalui instagram
pada tanggal 10 april 2020
terdapat 169 tayangan dan 59
likes dan tidak ada pertanyaan
10. Di Indonesia, angka kejadian
COVID-19 semakin meningkat
setiap hari, yaitu dari tanggal 7
April 2020 sebanyak 2.738
orang yang positif, 2.313 dalam
perawatan, 204 orang sembuh,
dan 221 orang meninggal
menjadi 3.512 orang yang
positif, 2.924 dalam perawatan,
282 orang sembuh, dan 306
orang meninggal pada tanggal
10 April 2020.
11. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada
tanggal 7 April 2020 sebanyak
1.167 orang dalam pemantauan
(ODP), 12 pasien dalam
pengawasan (PDP), dan 22
orang yang terkonfirmasi
dengan 19 dalam perawatan, 0
sembuh dan 3 orang PDP yang

72
meninggal
12. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada
tanggal 8 April 2020 sebanyak
1.132 orang dalam pemantauan
(ODP), 14 pasien dalam
pengawasan (PDP), dan 20
orang yang terkonfirmasi
dengan 17 dalam perawatan, 2
sembuh dan 3 orang PDP yang
meninggal
13. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada
tanggal 9 April 2020 sebanyak
1.176 orang dalam pemantauan
(ODP), 12 pasien dalam
pengawasan (PDP), dan 25
orang yang terkonfirmasi
dengan 19 dalam perawatan, 2
sembuh dan 4 orang PDP yang
meninggal
14. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada
tanggal 10 April 2020 sebanyak
1.179 orang dalam pemantauan
(ODP), 10 pasien dalam
pengawasan (PDP), dan 29
orang yang terkonfirmasi
dengan 23 dalam perawatan, 2
sembuh dan 4 orang PDP yang
meninggal

73
15. Di Hulu Sungai Tengah pada
tanggal 7 April 2020 sebanyak
65 ODP, tidak ada PDP, dan
tidak ada positif COVID-19.
16. Di Hulu Sungai Tengah pada
tanggal 8 April 2020 sebanyak
65 ODP, tidak ada PDP, dan
tidak ada positif COVID-19.
17. Di Hulu Sungai Tengah pada
tanggal 9 dan 10 April 2020
sebanyak 47 ODP, tidak ada
PDP, dan tidak ada positif
COVID-19.
18. Masyarakat desa Pajukungan
tampak belum menerapkan
physical distancing dengan
terlihat masih beraktivitas dan
bekerja

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
- Berikan selalu informasi yang
aktual dan dapat mengajak
orang-orang untuk peduli
terhadap kesehatan terutama
untuk saat ini yaitu COVID-19
dan pentingnya melaksanakan
physical distancing.

74
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan
Praktik, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Mubarak, W, I & Chayatin, N. 2009.Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan


Teori. Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta :CV
Sagung Seto.
Notoatmodjo, S. 2003. Konsep dan penerapan Metodologi penelitian Ilmu
keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Paula JC dan Janet WK. 2009. Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual
Edisi 4. Jakarta: EGC.

75
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


PADA MASYARAKAT WILAYAH RT.001
DESA PAJUKUNGAN KECAMATAN BARABAI

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 7 April - 10 April 2020

Oleh :
Jannatu Rahmah
1930913320019

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020

76
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)
PADA MASYARAKAT WILAYAH RT.001
DESA PAJUKUNGAN KECAMATAN BARABAI

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 7 April - 10 April 2020

Oleh:
Jannatu Rahmah
1930913320019

Barabai, April 2020

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., M.NSc.


NIP. 19841112 20170120 9 001

77
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19) PADA MASYARAKAT
WILAYAH RT.001 DESA PAJUKUNGAN KECAMATAN BARABAI

A. Topik : Coronavirus disease (COVID-19)

B. Sub Topik :
1. Cara menghindari virus corona
2. Definisi Isolasi mandiri
3. Protocol Isolasi mandiri
4. Bagaimana cara isolasi mandiri
5. Gejala Covid-19
6. Pencegahan Covid-19 dengan Cuci Tangan yang Baik dan Benar
7. Pencegahan Covid-19 dengan melakukan etika batuk dan bersin

C. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum:
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat diharapkan dapat mengerti tentang
pencegahan covid-19 dengan isolasi mandiri dan pencegahan covid-19
Tujuan Instruksional khusus:
a. Menjelaskan pencegahan covid-19
b. Menjelaskan definisi isolasi mandiri
c. Menjelaskan protokol isolasi mandiri
d. Menjelaskan bagaimana cara isolasi mandiri
e. Menjelaskan gejala covid-19
f. Menjelaskan Pencegahan Covid-19 dengan Cuci Tangan yang Baik dan
Benar
g. Menjelaskan Pencegahan Covid-19 dengan melakukan etika batuk dan
bersin

D. Perencanaan Penyuluhan
1. Waktu
a. Hari : Selassa, rabu, kamis dan jum’at

78
b. Tanggal : 7 April - 10 April 202

c. Jam : 09.00 – selesai WITA

2. Tempat : Whatsapp Group, Instagram


3. Sasaran : Masyarakat wilayah RT 001 Desa Pajukungan
4. Metode : Penyebaran melalui sosial media Whatsapp &
Instagram
5. Media : Video

E. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan
Waktu Kegiatan Peserta Media
Kegiatan Penyuluhan
Pendahuluan 3 menit 1. Memperkenalkan 1. Membaca isi chat Whatsapp
diri yang diberikan Chat
2. Memberikan 2. Membaca isi chat
penjelasan mengenai yang diberikan
topik penyuluhan 3. Menjawab
kepada masyarakat petanyaan yang
desa diajukan penyaji
3. Menanyakan kepada
masyarakat apakah
ada yang
mengetahui tentang
covid-19 dan isolasi
diri.
Penyajian 20 menit 1. Menjelaskan 1. Melihat, Video
pencegahan covid- mendengarkan dan
19 memahami isi video
2. Menjelaskan yang disampaikan
definisi isolasi 2. Melihat,
mandiri mendengarkan dan
3. Menjelaskan memahami isi video
protokol isolasi yang disampaikan
mandiri 3. Melihat,
4. Menjelaskan mendengarkan dan
bagaimana cara memahami isi video
isolasi mandiri yang disampaikan
5. Menjelaskan gejala 4. Melihat,
covid-19 mendengarkan dan
6. Menjelaskan memahami isi video
pencegahan covid- yang disampaikan
19 cuci tangan 5. Melihat,

79
yang baik dan mendengarkan dan
benar memahami isi video
7. Menjelaskan yang disampaikan
pencegahan covid- 6. Melihat,
19 dengan mendengarkan dan
melakukan etika memahami isi video
batuk dan bersin yang disampaikan
7. Melihat,
mendengarkan dan
memahami isi video
yang disampaikan

Penutup 7 menit 1. Melakukan evaluasi 1. Membaca, Whatsapp


dengan cara: menyimak dan chat
mengobservasi menjawab
pertanyaan. pertanyaan
2. Memberikan reward 2. Membaca dan
kepada peserta yang menyimak
dapat menjawab 3. Membaca dan
pertanyaan dari menyimak
penyaji. 4. Membaca dan
3. Menyimpulkan menyimak
materi yang telah 5. Membaca dan
disampaikan menyimak
4. Memberi 6. Membaca dan
kesempatan peserta menyimak
untuk bertanya
kepada penyaji
5. Memberikan
reinforcment kepada
pesertayang sudah
berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan
6. Mengakhiri kegiatan
dengan cara yang
baik (salam)

F. Materi Penyuluhan
Terlampir

G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Masyarakat antusias mengikuti penyuluhan, Jumlah masyarakat yang
mengikuti kegiatan penyulahan 100% dalam whatsapp group. Penyuluh

80
menyiapkan media yang digunakan dalam penyuluhan serta membuat
kontrak sesuai waktu.
2. Evaluasi proses
Kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai, masyarakat antusias terhadap materi yang disampaikan
masyarakat mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar dan penyaji menyampaikan materi dengan jelas dengan media video
sehingga peserta lebih mudah dalam memahami isi dari pendidikan
kesehatan yang diberikan
3. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan penyuluhan masyarakat dapat:
Memotivasi masyarakat untuk ikut serta dalam upaya pencegahan COVID-
19 dengan menerapkan isolasi mandiri atau sosial distancing.

81
Lampiran I
Materi Penyuluhan
A. Konsep COVID-19
1. Pengertian
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit
infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar
biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).

2. Gejala
Masa inkubasi COVID-19 diperkirakan antara 1-14 hari, dan perkiraan ini
dapat berubah sewaktu-waktu sesuai perkembangan kasus.Gejala umum
yang akan dialami oleh seseorang yang telah terinfeksi oleh coronavirus
yaitu berupa demam ≥380C, batuk kering, dan sesak napas. Jika ada orang
yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala tersebut pernah melakukan
perjalanan ke negara terjangkit, atau pernah merawat/kontak erat dengan
penderita COVID-19, maka terhadap orang tersebut akan dilakukan
pemeriksaan laboratorium lebih lanjut untuk memastikan diagnosisnya.
Seperti penyakit pernapasan lainnya, COVID-19 juga dapat menyebabkan
gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam.

3. Penularan
Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat
menyebar melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat
batuk atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di
sekitarnya. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah
terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata,

82
hidung atau mulut (segitiga wajah), maka orang itu dapat terinfeksi
COVID-19. Seseorang juga dapat terinfeksi COVID-19 ketika tanpa
sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya mengapa kita
penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari orang
yang sakit. Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan
untuk menentukan sumber virus, jenis paparan, dan cara penularannya.

4. Pencegahan
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus ini
adalah:
a) Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima dan
sistem imunitas / kekebalan tubuh meningkat.
b) Mencuci tangan dengan benar secara teratur menggunakan air dan
sabun atau hand-rub berbasis alkohol. Mencuci tangan sampai bersih
selain dapat membunuh virus yang mungkin ada di tangan kita,
tindakan ini juga merupakan salah satu tindakan yang mudah dan
murah. Sekitar 98% penyebaran penyakit bersumber dari tangan.
Karena itu, menjaga kebersihan tangan adalah hal yang sangat penting.
c) Ketika batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut Anda dengan tisu atau
lengan atas bagian dalam (bukan dengan telapak tangan).
d) Hindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat umum.
e) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga wajah). Tangan
menyentuh banyak hal yang dapat terkontaminasi virus. Jika kita
menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang terkontaminasi,
maka virus dapat dengan mudah masuk ke tubuh kita.
f) Gunakan masker dengan benar hingga menutupi mulut dan hidung
ketika Anda sakit atau saat berada di tempat umum.
g) Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah dengan
benar, lalu cucilah tangan Anda.
h) Menunda perjalanan ke daerah/ negara dimana virus ini ditemukan.
i) Hindari bepergian ke luar rumah saat Anda merasa kurang sehat,
terutama jika Anda merasa demam, batuk, dan sulit bernapas. Segera
hubungi petugas kesehatan terdekat, dan mintalah bantuan mereka.

83
Sampaikan pada petugas jika dalam 14 hari sebelumnya Anda pernah
melakukan perjalanan terutama ke negara terjangkit, atau pernah kontak
erat dengan orang yang memiliki gejala yang sama. Ikuti arahan dari
petugas kesehatan setempat.
j) Selalu pantau perkembangan penyakit COVID-19 dari sumber resmi
dan akurat. Ikuti arahan dan informasi dari petugas kesehatan dan Dinas
Kesehatan setempat. Informasi dari sumber yang tepat dapat membantu
Anda melindungi dari Anda dari penularan dan penyebaran penyakit
ini.

B. Protokol Isolasi Mandiri

84
C. Etika Batuk dan Bersin

85
D. Konsep Social Distancing
1. Pengertian
Social distancing adalah praktik kesehatan yang bertujuan
mencegah orang sakit melakukan kontak dalam jarak dengan orang
sehat untuk mengurangi peluang penularan. Social distancing dianggap
bisa mengurangi risiko penyebaran COVID-19 karena virus menular
dari manusia ke manusia melalui droplet (partikel air liur) ketika
penderita bersin atau batuk.
Social distancing adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk melindungi warga negara dari penyebaran wabah
COVID-19 yang saat ini merupakan pandemi di Indonesia. Selain
meliburkan kegiatan belajar mengajar dan membuat aturan work from
home (WHF), pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan juga
mengeluarkan surat edaran Nomor HK.02.02/MENKES/202/2020
tentang Protokol Isolasi Diri Sendiri Dalam Penanganan Corona Virus
Disease (COVID-19), yaitu cara melindungi diri dan orang lain dari
penyebaran wabah COVID-19 dengan cara berdiam di rumah.
2. Bentuk
Social distancing dapat dilakukan oleh setiap individu maupun
dikoordinir langsung oleh pemerintah setempat. Bentuk social
distancing oleh individu adalah tidak mendatangi tempat keramaian
seperti pusat perbelanjaan, food court, event besar yang dihadiri banyak
orang, ruang publik, tempat pariwisata, dan lainnya.
Social distancing dapat dipraktekkan dengan menjaga jarak
minimal dua meter dengan orang lain. Dengan jarak tersebut, maka
dianjurkan tidak melakukan jabat tangan atau berpelukan saat bertemu
satu sama lain. Sementara, social distancing yang diatur langsung oleh
pemerintah seperti penangguhan event besar dan menutup ruang publik.
3. Efektifitas
Praktik social distancing ini berhasil berdasarkan studi pada
pandemi influenza Spanyol 1918. Kota-kota di Spanyol yang
mempraktekkan social distancing seperti melarang pertemuan di tempat

86
publik hingga menutup sekolah, berhasil menekan tingkat kematian
secara signifikan.
Untuk kasus virus corona sendiri, belum terdapat penelitian
ilmiah yang mempelajari pengaruh social distancing. Namun, jika
merujuk pada pengalaman pandemi influenza di Spanyol tersebut,
terdapat potensi besar bahwa praktik social distancing dapat menekan
penularan virus corona karena Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
telah mengkategorikan virus corona sebagai pandemi. WHO
mendefinisikan pandemi sebagai penyebaran penyakit baru ke seluruh
dunia.

87
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmoto. 2008. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University


press.
Budioro B, 2002. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Salemba Medika
Departemen Kesehatan RI. 2007. Panduan Promosi Kesehatan di Sekolah.
Jakarta: Depkes RI.
Whang Zhou, MD. 2020. Buku Panduan Pencegahan Corona Virus. Guangzhou
Medical Univercity
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Corona Virus
Disease (COVID-19). Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit. Jakarta: Depkes RI.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Edisi 1.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

88
LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


PADA MASYARAKAT WILAYAH RT.001 MELALUI SOSIAL MEDIA
(WHATSAPP GROUP DAN INSTAGRAM)
DESA PAJUKUNGAN KECAMATAN BARABAI

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 7 April - 10 April 2020

Oleh :
Jannatu Rahmah
1930913320019

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020

89
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


PADA MASYARAKAT WILAYAH RT.001 MELALUI SOSIAL MEDIA
(WHATSAPP GROUP DAN INSTAGRAM)
DESA PAJUKUNGAN KECAMATAN BARABAI

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 7 April - 10 April 2020

Oleh:
Jannatu Rahmah
1930913320019

Barabai, April 2020

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., M.NSc.


NIP. 19841112 20170120 9 001

90
LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)
PADA MASYARAKAT WILAYAH RT.001 MELALUI SOSIAL MEDIA
(WHATSAPP GROUP DAN INSTAGRAM)
DESA PAJUKUNGAN KECAMATAN BARABAI

A. Topik : Coronavirus Disease (COVID-19)


B. Kegiatan Penyuluhan :
1) Protokol Isolasi Mandiri Di Rumah
1. Waktu
a. Hari Selasa:
2. Tanggal 7 April
: 2020
3. Jam 19.0 –: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp
: Group dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: wilayah RT 001 Desa Pajukungan
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp dan
Instagram
5. Media Video :

2) Ayo Hindari Coronavirus Disease (COVID-19)


1. Waktu
a. Hari Rabu :
b. Tanggal 8 April: 2020
c. Jam 16.00–: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp
: Group dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: wilayah RT 001 Desa Pajukungan
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp dan
Instagram
5. Media Video :

91
3) Ayo Hindari Coronavirus Disease (COVID-19) dengan Cuci Tangan yang
Baik dan Benar
1. Waktu
a. Hari Kamis:
b. Tanggal 9 April: 2020
c. Jam 17.00 –: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp
: Group dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: wilayah RT 001 Desa Pajukungan
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp dan
Instagram
5. Media Video :

4) Ayo Hindari Coronavirus Disease (COVID-19) dengan Etika Batuk dan


Bersin
1. Waktu
a. Hari Jum’at:
b. Tanggal 10 April
: 2020
c. Jam 13.00–: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp
: Group dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: wilayah RT 001 Desa Pajukungan
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp dan
Instagram
5. Media Video :

C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Bahan : Media yang digunakan Video
2. Evaluasi Proses
a. Hal – hal yang perlu diwaspadai:
Saat pemberian materi dapat mengurangi antusias sasaran terhadap
materi yang diberikan. Selain itu persiapan alat penyuluhan juga harus
dilakukan untuk mengurangi kesalahpahaman informasi yang diterima.

92
b. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
1. Kesiapan media pendukung di cek sebelum dilaksanakan
pendidikan kesehatan agar dapat membuat sasaran antusias dan
menghindari kesalahpahaman tentang informasi yang disampaikan
c. Proses pelaksanaan pendidikan kesehatan
1. Peserta terlihat antusias mengikuti penyuluhan tentang
Coronavirus Disease (COVID-19)

Penyebaran media video melalui whatsapp group masyarakat Desa


Pajukungan RT.001 dan Alumni Sekolah serta instagram

93
2. Peserta memberikan pertanyaan kepada penyuluh yaitu :
- Protokol Isolasi Mandiri Di Rumah (Selasa, 7 April 2020)

Penyebaran media video melalui whatsapp group masyarakat Desa


Pajukungan RT.001 dan Keluarga serta instagram

94
Penyebaran media video melalui instagram

95
- Ayo Hindari Coronavirus Disease (COVID-19) (Rabu, 8 April
2020)

Penyebaran media video melalui whatsapp group masyarakat Desa


Pajukungan RT.001 dan Keluarga

96
Penyebaran media video melalui instagram

- Ayo Hindari Coronavirus Disease (COVID-19) dengan Cuci Tangan


yang Baik dan Benar (Kamis, 9 April 2020)

97
Penyebaran media video melalui whatsapp group masyarakat Desa
Pajukungan RT.001 dan keluarga serta instagram

98
- Ayo Hindari Coronavirus Disease (COVID-19) dengan Etika Batuk dan
Bersin (Jum’at, 10 April 2020)

Penyebaran media video melalui whatsapp group masyarakat Desa


Pajukungan RT.001 dan instagram

d. Kekurangan selama proses acara:


1. Pemberian materi pendidikan hanya melalui sosial media, tidak
bertatap muka secara langsung

3. Evaluasi Hasil
a. Sasaran antusias mengikuti jalannya pemberian materi dan
berpartisipasi aktif pada diskusi terkait materi yang diberikan

99
LAPORAN AKHIR
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS, SATUAN ACARA PENYULUHAN


TENTANG CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) PADA MASYARAKAT DI
DESA CEMPAKA MULIA BARAT RT.15 KECAMATAN CEMPAGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi


Pada Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 23 Maret 2020 – 10 April 2020

Oleh:
Nur Wulan Maulida, S.Kep
NIM. 1930913320001

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS, SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG


CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) PADA MASYARAKAT DI DESA CEMPAKA
MULIA BARAT RT.15 KECAMATAN CEMPAGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi


Pada Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 23 Maret 2020 – 10 April 2020

Martapura, April 2020

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, Ns. MNSc

NIP. 19841112201 701209 001


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan pada
hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya kerjasama program dan lintas sektor.

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk


mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah
merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal,
diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas
kesehatan. Prioritas pemberian pelayanan kesehatan adalah dilaksanakan dengan
pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang


belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Saat ini COVID-19
belum memiliki protokol pengobatan khusus tetapi penanganan yang diberikan
yaitu bersifat supportif sesuai dengan gejala yang ada. Pada 31 Desember 2019,
WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020,
Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut
sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal

1
2

30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan


Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/Public Health Emergency of International
Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19
berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai
dengan 3 Maret 2020, secara global dilaporkan 90.870 kasus konfimasi di 72
negara dengan 3.112 kematian (CFR 3,4%) (Kemenkes, 2020a).

COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat


dan droplet, tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit
ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang
merawat pasien COVID-19 (Kemenkes, 2020a). Periode inkubasi COVID-19
berada dalam kisaran 2-14 hari dengan kepercayaan 95% (Linton et al., 2020).
Sejak WHO menyatakan saat ini COVID-19 menjadi kasus Pandemi dan
Pemerintah Indonesia menyatakan COVID-19 sebagai bencana non alam berupa
wabah penyakit yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sehingga tidak
terjadi peningkatan kasus. Upaya yang dilakukan untuk penanggulangan
COVID-19 memerlukan panduan bagi masyarakat dalam melakukan
pencegahan peyebaran COVID-19 baik untuk diri sendiri ataupun kepada orang
lain termasuk keluarga. Pemerintah Indonesia menghimbau agar masyarakat
mengurangi kontak antara satu warga dengan warga lain (social distancing), hal
ini sesuai dengan surat edaran Nomor HK.02.01/MENKES/202/2020 tentang
Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID-
19) (Kemenkes, 2020b).

Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan


langsung dengan fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang
terkait kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai akibat
ketidakmampuan masyarakat beradaptasi dengan lingkunagan internal dan
exsternal. Asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses
keperawatan komunitas, yang terdiri atas pengkajiaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi terhadap individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas. Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
3

kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan yang


dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).

Upaya meningkatkan kemampuan perawatan pada individu, keluarga


dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan
konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya
menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi keperawatan
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa
Profesi Ners angkatan XVI Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat melaksanakan Praktik Klinik
Stase Keperawatan Komunitas di RT 15 Desa Cempaka Mulia Barat Kecamatan
Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur, wilayah kerja Puskesmas Cempaka
Mulia dengan menggunakan pendekatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.

Selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa mengidentifikasi


populasi dengan melakukan pengkajian berupa pengumpulan data, kemudian
menganalisa yang menjadi masalah atau risiko tinggi dan sumber yang tersedia,
untuk selanjutnya bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan
dan mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat akan
mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengamati keadaan di masyarakat termasuk warga,
kelompok anak sekolah dasar dan kelompok pekerja selama masa isolasi
serta mampu berpartisipasi dalam menanggulangi masalah COVID-19
bersama masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengamati kondisi warga, kelompok anak sekolah dasar dan
kelompok pekerja selama pemerintah mengupayakan lock down dan
social distancing
4

b. Mampu memotivasi masyarakat dalam upaya mengenali dan


mencegah penyebaran COVID-19
c. Mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam pelaksanaan upaya
pencegahan penyebaran COVID-19 yang sedang dihadapi
f. Mampu mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dari masalah yang
telah ditemukan.

C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat saat pendidikan kepada
masyarakat tentang kesehatan
b. Dapat berperan serta dalam upaya penanganan COVID-19 di
masyarakat
2. Masyarakat
a. Masyarakat memahami tentang COVID-19 dan cara pencegahan
penyebarannya
b. Masyarakat mampu ikut serta dalam upaya pencegahan penyebaran
COVID-19
3. Institusi Pendidikan
a. Merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan Program
Studi Ilmu Keperawatan khususnya di bidang Keperawatan
Komunitas
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktik Keperawatan Komunitas selanjutnya
4. Profesi
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
sehingga profesi mampu mengembangkannya
c. Salah satu eksistensi dan pengembangan Profesi keperawatan Komunitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


1. Definisi Keperawatan Komunitas
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu
tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minat dan interest yang sama. Keperawatan komunitas
ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta
memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah keperawatan yang
dihadapinya di dalam kehidupan sehari-hari.

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang


merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui
proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2006). Keperawatan komunitas adalah suatu
bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 1989).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan


keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,

5
6

keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti


pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010).

2. Falsafah Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang
melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan,
lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang


luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat
yang sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan
dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari
upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan.
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien
sebagai consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin
suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi
perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah
peningkatan status kesehatan masyarakat.
7

g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat


direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
3. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar
atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan
memilih tindakan terhadap fenomena yang ada dala keperawatan (La Ode
Jumadi, 1999)
Empat komponen paradigma keperawatan yaitu :
a. Manusia
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual yang utuh,
dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan
rohani serta unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan
sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara
tetap dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu
menyeimbangkan keadaan internalnya (homeostatis), (Kozier, 2000)
b. Keperawatan
Komponen yang kedua dalam paradigma keperawatan ini adalah
konsep keperawatan. Ada beberapa definisi keperawatan menurut
tokoh – tokoh dibawah ini :
1) Florence Nightingale 1895
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam
kondisi paling baik untuk beraktivitas.
2) Virginia Henderson (Fourteen Basic needs, 1960)
Keperawatan adalah suatu fungsi yang unik dari perawat untuk
menolong klien yang sakit atau sehat dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kemampuan,
kekuatan, pengetahuan dan kemandirian pasien secara rasional,
8

sehingga pasien dapat sembuh atau meninggal dengan tenang.


Definisi ini merupakan awal terpisahnya ilmu keperawatan dan
medik dasar. Fungsi yang unik dari perawat adalah membantu
individu sehat ataupun sakit untuk menggunakan kekuatan,
keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu
tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari – harinya, sembuh
dari penyakit atau meninggal dengan tenang.
c. Kesehatan
Sehat menurut WHO (1947) “Sehat adalah keadaan utuh secara fisik,
jasmani, mental dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas
dari penyakit cacat dan kelemahan”. Sehat menurut undang- undang
no. 23/ 1992 tentang “Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan
(jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.

Sakit menurut Zaidin Ali, 1998 “Sakit adalah suatu keadaan yang
mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani),
psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan
gangguan fungsi tubuh produktifitas dan kemandirian individu baik
secara keseluruhan atau sebagian”. Kesakitan adalah perasaan tidak
nyaman pada seseorang akibat penyakit sehingga mendorongnya
untuk mencari bantuan. (Kozier, 2000).
d. Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada
lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual. Menurut Leavell (1965), ada tiga faktor yang
saling mempengaruhi kesehatan dalam lingkungan yaitu agen
(penyebab), hospes (manusia) dan lingkungan. Agen adalah suatu
faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit, seperti faktor biologi,
kimiawi, fisik, mekanik atau psikologis misalnya virus, bakteri, jamur
atau cacing., senyawa kimia bahkan stress. Hospes adalah makhluk
9

hidup yaitu manusia atau hewan yang dapat terinfeksi oleh agen,
sedangkan lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi
kesehatan seperti lingkungan yang kumuh, lingkungan kerja yang
tidak nyaman, tingkat sosial ekonomi yang rendah, fasilitas pelayanan
kesehatan.

4. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri
b. Tujuan khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan.
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di
panti dan di masyarakat.
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal.
10

5. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)


a. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta,
Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita
penyakit degeneratif.
b. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk
group), dengan prioritas :
1) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai
kartu sehat.
2) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,
penyakit menular.
3) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan
c. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun
tidak terikat dalam suatu institusi.
1) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi
antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,
Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu,
kelompok pekerja informal.
2) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi,
antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut,
rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
11

d. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai
risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada
1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang
mempunyai :
a) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah
lain
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi
dibandingkan daerah lain
c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain.
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll).
3) Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau
akibat lainnya.
4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain
daerah terpencil, daerah perbatasan.
5) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit
seperti daerah transmigrasi.

6. Prinsip dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas


Ada delapan prinsip dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu:
1. Unit dari perawatan komunitas adalah populasi.
2. Tugas utama keperawatan kesehatan komunitas adalah untuk
mencapai derajat kesehatan tertinggi bagi orang banyak atau
populasi secara keseluruhan.
3. Proses kesehatan komunitas dengan prinsip perawat bekerjasama
dengan komunitas secara partner.
4. Pencegahan yang diprioritaskan adalah pencegahan primer.
5. Strategi yang dipilih adalah strategi yang baik untuk kesehatan
lingkungan, sosial dan ekonomi dengan populasi sebagai fokusnya.
12

6. Kewajiban untuk secara aktif menjangkau semua orang yang


mungkin mendapat manfaat dari aktivitas atau layanan tertentu.
7. Penggunaan optimal sumber daya yang tersedia untuk memastikan
perbaikan menyeluruh terbaik dalam kesehatan populasi.
8. Kolaborasi dengan berbagai profesi lain, organisasi dan entitas
adalah cara paling efektif untuk mempromosikan dan melindungi
kesehatan masyarakat.

7. Model Keperawatan Komunitas


Teori keperawatan berkaitan dengan kesehatan masyarakat menjadi
acuan dalam mengembangkan model keperawatan komunitas adalah
teori Betty Neuman (1972) dan Model Keperawatan Comunity as
Partner (2000). Model Neuman memandang klien sebagai sistem yang
terdiri dari berbagai elemen meliputi sebuah struktur dasar, garis
kekebalan, garis pertahanan normal dan garis pertahanan fleksibel
(Neuman, 1994).

Model intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh Betty


Neuman melibatkan kemampuan masyarakat untuk bertahan atau
beradaptasi terhadap stressor yang masuk kedalam garis pertahanan
diri masyarakat. Kondisi kesehatan masyarakat ditentukan oleh
kemampuan masyarakat dalam menghadapi stressor. Intervensi
keperawatan dilakukan bila masyarakat tidak mampu beradaptasi
terhadap stressor yang masuk kedalam garis pertahanan (Clark, 1999).

Gambar 2.1 Teori/Model Keperawatan Komunitas


13

Dasar pemikiran dalam keperawatan komunitas adalah komunitas


adalah sebuah sistem. Pada awalnya Anderson dan McFarlane(1996)
menggunakan model “comunity as client”. Pada tahun 2000 model
disempurnakan menjadi “community as partner”. Model comunity as
partner mempunyai makna sesuai dengan filosofi PHC, yaitu fokus
pada pemberdayaan masyarakat. Model tersebut membuktikan ada
hubungan yang sinergi dan setara antara perawat dan klien.

Pengkajian komunitas mempunyai 2 bagian utama yaitu core dan 8


subsistem. Pengkajian core/inti adalah core : komunitas,
sejarah/riwayat, data demografi, jenis rumah tangga, vital statistik,
value, belief, religion dan status pernikahan. Pengkajian 8 subsistem
komunitas adalah pengkajian fisik, pelayanan kesehatan dan sosial,
ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Wahit Iqbal Mubarak, 2009).
Model comunity as partner menekankan pada terjadinya stressor yang
dapat mengganggu keseimbangan sistem: pertahanan fleksibel, normal
dan resisten. Tehnik pengumpulan data dalam model tersebut adalah
melalui winshield survey (pengamatan langsung ke masyarakat dengan
berkeliling wilayah dan menggunakan semua panca indra), hasil
wawancara, kuesioner dan data sekunder (data statistik, laporan
puskesmas, laporan kelurahan dan lain-lain).

8. Proses Keperawatan Komunitas


Dalam proses keperawatan komunitas ada tahap-tahap yang perlu
dilaksanakan perawat (Depkes RI, 1993), yaitu:
a. Tahap pesiapan: Memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat,
mempelajari serta bekerjasama dengan masyarakat.
14

b. Tahap pengorganisasian: persiapan pembentukan kelompok dan


penyesuaian pola dalam masyarakat dilanjutkan dengan pemilihan
ketua kelompok dan pengurus inti.
c. Tahap pendidikan dan pelatihan kelompok masyarakat: kegiatan
pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat, melakukan
pengkajian, membuat program berdasarkan masalah atau diagnosa
keperawatan, melatih kader kesehatan yang akan membina
masyarakat dilingkungannya dan pelayanan keperawatan langsung
terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
d. Tahap formasi kepemimpinan : memberi dukungan latihan dan
pengembangan keterampilan kepemimpinan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan
kegiatan pemeliharaan kesehatan.
e. Tahap koordinasi intersektoral: kerjasama dengan sector terkait
dalam upaya memandirikan masyarakat.
f. Tahap akhir: supervise bertahap, evaluasi serta umpan balik untuk
perbaikan kegiatan kelompok kerja berikutnya.

9. Peran Perawat komunitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah :
a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan
yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
15

sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan


dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah
proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual (Mubarak, 2005).

Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,


perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan
proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat
mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk
belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan
strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang
telah didapat (Mubarak, 2005).
c. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat
ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien (Mubarak, 2005).
16

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab


membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi
hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed
Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya
(Mubarak, 2005). Tugas yang lain adalah mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit
dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan (Mubarak, 2005).
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
f. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli
gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan
dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini
berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan.
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
17

menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang


timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien (Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua
anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari
banyak profesional (Mubarak, 2005).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent
and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa perubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan
klien untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali kemungkinan
hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran
membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari


perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005)
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community
Care Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan,
18

pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan


masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian
masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran
perawat komunitas.

10. Prinsip Etik dalam Komunitas


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan
beberapa prinsip etik, yaitu:
a. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada .
b. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan
manfaat yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan
yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
c. Non Maleficience ( Tidak merugikan )
Prinsip tidak merugikan “Non-maleficence” adalah prinsip
menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang
tindakan yang memperburuk keadaan komunitas. Prinsip ini dikenal
sebagai “primum non nocere” atau “ above all do no harm “. Prinsip
ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan psikologis
pada komunitas.
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan
upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
komunitas.
19

11. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan
komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan
promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif.
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas maupun kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu,
puskesmas ataupun di rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
20

c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita
penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu
bersalin dan nifas
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui
kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita
stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh
perawat
e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,
diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh
masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta,
AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita
Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu,
upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima
21

kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut


dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka
derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

12. Strategi Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam keperawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan
bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Elisabeth, 2007).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat
spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu:
perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat
(Elisabeth, 2007).
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat
dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
22

d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk
interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya
dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri
untuk membentuk pengetahuan baru. Perawat komunitas perlu
memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar
muncul partisipasi aktif masyarakat (Elisabeth, 2007).

B. Asuhan Keperawatan Komunitas


Proses keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta
kelompok atau masyarakat.
Fungsi proses keperawatan komunitas, antara lain:
1. Memberikan pedoman yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui
asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya, sehingga mendapat pelayanan yang
cepat agar mempercepat proses penyembuhan.
5. Dalam penerapan proses keperawatan (nursing proces), terjadi proses
alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara
bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam
menyelesaikan masalah kesehatannya. Proses alih peran tersebut
digambarkan sebagai lingkaran dinamis proses keperawatan
23

Gambar 2.2 Lingkaran dinamis proses keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang


digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di
dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Tujuan
dari pengkajian keperawatan komunitas ini adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif atau negatif) yang
mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan
strategi promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5
kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas
masalah (Mubarak, 2005).

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.

1) Data subyektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data obyektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran.
24

Sumber data dapat diperoleh dari data primer dan data sekunder.

1) Data primer, adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal
ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan
atau pengkajian.
2) Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang
dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan
pasien atau medical record.

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai


masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan
yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut
aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).

Terdapat lima metode pengumpulan data komunitas:

1. Wawancara informan (informant interview), dilakukan dengan


secara langsung mengajukan kepada penduduk komunitas. Sumber
data berasal dari anggota komunitas atau kelompok agregasi.
2. Pengamatan partisipan (participant observation), dilakukan dengan
mengamati apa yang sedang terjadi pada lingkungan sosial tertentu
kemudian secara sistematis mencatat pengamatan ini.
3. Analisis sekunder dari data yang ada (secondary analysis), sumber
data yang digunakan adalah analisis catatan, dokumen dan data lain
yang telah dikumpulkan. Data mungkin sudah ada dalam bentuk data
sensus, catatan historis, diary, catatan pengadilan, ringkasan penting,
studi komunitas sebelumnya
4. Melakukan survey, anggota komunitas atau kelompok agregasi
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan spesifik baik
tertulis maupun lisan yang didasarkan pada sampel populasi.
25

5. Windshield survey, kunjungan mengitari komunitas geopolitik


dengan menggunakan pengamatan melalui kaca mobil (automobile)
sebagai cara mengumpulkan informasi tentang lingkungan
komunitas.

Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

1) Data inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
 Tanyakan siapa yang mengetahui sejarah daerah tersebut.
 Tanyakan kepada toma tentang bagaimana riwayat
berdirinya daerah tersebut, sudah berapa lama.
 Tanyakan tentang wilayah-wilayah yang diyakini oleh
penduduk setempat memiliki nilai mistik.
 Observasi kondisi bangunan yg ada di daerah tersebut.
b) Values (nilai-nilai yang dianut masyarakat), beliefs (keyakinan),
agama
 Tanyakan tentang nilai-nilai dan keyakinan yg dianut
masyarakat terkait pola kebiasaan.
 Tanyakan tentang norma yg berlaku di masyarakat.
 Identifikasi tentang pola budaya yg banyak diyakini
masyarakat terkait dgn kesehatan.
 Apakah terdapat mesjid, gereja, dll (sarana ibadah) ?
 Apakah keyakinan agamanya homogen ?
c) Data demografi
 Komposisi penduduk; umur dan jenis kelamin
 Tipe keluarga dan Status perkawinan
 Ras/suku dan bahasa
 Pekerjaan dan tingkat pendapatan
d) Vital statistic
 Kelahiran
26

 Kematian (berdasarkan umur dan penyebab kematian,


angka kematian kasar atau CDR)
 Morbiditas
2) Data subsistem komunitas
a) Lingkungan fisik
 Pemeriksaan fisik merupakan komponen kritis dlm
pengkajian pasien individual, begitu pula dlm pengkajian
komunitas.
 Kelima indra kita diperlukan untuk pemeriksaan fisik
pasien, begitu pula dalam pemeriksaan tingkat komunitas.

Gambar 2.3 Komponen dan sumber data lingkungan fisik


b) Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
 Fasilitas didalam komunitas
 Fasilitas diluar komunitas
27

Gambar 2.4 Komponen dan sumber informasi layanan


kesehatan dan sosial
c) Ekonomi
 Jenis pekerjaan
 Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
 Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan







Gambar 2.5 Indikator ekonomi

 Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut


usia
28

Gambar 2.6 Indikator dan sumber informasi ekonomi

d) Keamanan dan transportasi

Gambar 2.7 Indikator dan sumber informasi transportasi dan


keselamatan
29

e) Politik dan pemerintahan


 Pemerintah (Rt, Rw, Lurah, Camat, Dst)
 Kelompok pelayanan masyarakat :
- PKK - Karang Taruna
- LKMD - Posyandu
- Panti Werdha - Dll
 Politik (Peran serta Partai Politik dalam pelayanan kesehatan,
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan)
f) Sistem komunikasi
 Sarana umum komunikasi
 Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
 Cara penyebaran informasi

Gambar 2.8 Komponen dan sumber informasi komunikasi

g) Pendidikan
 Tingkat atau status pendidikan komunitas
30

 Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)


h) Rekreasi
 Dimana anak-anak bermain?
 Bentuk / jenis rekreasi
 Fasilitas tempat rekreasi
 Kebiasaan rekreasi
 Siapa pengunjung / pesertanya ?
b. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data
dengan cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data

2. Analisis data
Fase-fase yang dapat digunakan dalam membantu proses analisis adalah:
1) Kategorisasi
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu jika
pertama-tama mengkategorikan data. Data dapat dikategorikan dalam
berbagai cara. Kategori data pengkajian komunitas meliputi:
a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan
kelompok etnik dan ras).
b) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan
tempat tinggal, ruang public, dan jalan).
c) Karakteristik social-ekonomi (kategori pekerjaan, penghasilan,
pendidikan yang dicapai, dan pola penyewaan atau kepemilikan
rumah).
d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat
pelayanan kesehtan mental, dan sebagainya).
31

2) Ringkasan
Berupa diagram dan grafik.
3) Pembandingan
Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data adalah
mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan kehilangan data.
Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan seperti kesalahan dalam
pencatatan, tugas penting adalah menganalisa secara kritis data dan
menyadari potensi terjadinya kesenjangan dan kehilangan data.
4) Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang
telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik simpulan logis
dari bukti yang ada untuk mengarah perumusan diagnosa keperawatan
komunitas.

3. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang
telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu
diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005).

4. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya dengan Muekes’s criteria, yaitu:
1) Masalah yang terjadi sesuai dengan tugas perawat komunitas.
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Keinginanan komunitas untuk menyelesaikan masalah.
6) Tersedianya sumberdaya masyarakat
32

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan


menurut Abraham H. Mashlow yaitu:
1) Keadaan yang mengancam kehidupan
2) Keadaan yang mengancam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai
dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan
komunitas adalah format penapisan menurut Stanhope , Lancaster, 1988 :
1) Kesadaran masyarakat terhadap masalah
2) Motivasi komuniti untuk mengatasi masalah
3) Kemampuan perawat untuk mengatasi masalah
4) Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi
5) Adanya hambatan-hambatan dalam menyelesaikan masalah
6) Waktu yang diperlukan untuk mengatasi masalah

5. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin
terjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Masalah actual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses Of
Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.

Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu


problem (masalah) yang merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari
kondisi normal, agregat (kelompok yang terkena masalah, etiologi
(penyebab dari masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memberi
arah intervensi keperawatan), sign atau symptom (tanda dan gejala).
33

6. Perencanaan Keperawatan
Merupakan penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Langkah-langkah dalam perencanaan
keperawatan komunitas mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai
pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
1) Kriteria perumusan tujuan:
a) Fokus pada masyarakat
b) Jelas dan singkat
c) Dapat diukur dan diobservasi
d) Realistik
e) Ada target waktu
f) Melibatkan peran serta masyarakat
2) Langkah rencana tindakan keperawatan:
a) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
b) Tetapkan teknik & prosedur yang akan digunakan
c) Melibatkan peran serta masyarakat dalam penyusunan perencanaan
kegiatan : MMD
d) Pertimbangkan fasilitas dan sumber daya masyarakat yang tersedia
e) Tindakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
f) Mengarah pada tujuan
g) Tindakan yang realistik
h) Disusun berurutan
3) Kriteria hasil, digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan bersifat
spesifik. Terdapat 2 macam :
- Kriteria verbal : kriteria hasil untuk sebuah kegiatan KIE
- Kriteia psikomotor : kriteria hasil untuk sebuah tindakan seperti
pembentukan kader, penggiatan posyandu dll
34

No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


Keperawatan
1. Defisiensi NOC: Status Kesehatan NIC: Pengembangan program
kesehatan Komunitas 1. Bantu kelompok atau masyarakat
komunitas dalam mengidentifikasi
Setelah dilakukan tindakan kebutuhan atau masalah
keperawatan selama 1 kali kesehatan yang signifikan.
pertemuan status kesehatan 2. Prioritas kebutuhan kesehatan
terhadap masalah yang
komunitas meningkat dengan
teridentifikasi.
kriteria hasil: 3. Bentuk satuan petugas termasuk
anggota masyarakat yang tepat
1. Tingkat partisipasi dalam
untuk memeriksa kebutuhan
program komunitas prioritas masalah.
meningkat. 4. Edukasi anggota kelompok
2. Prevalensi program perencanaan mengenai proses
peningkatan kesehatan perencanaan.
meningkat 5. Identifikasi alternative
pendekatan untuk mengatasi
kebutuhan atau masalah.
6. Evaluasi alternative pendekatan
terkait dengan rincian biaya,
kebutuhan sumber daya,
kelayakan dan kegiatan yang
dibutuhkan.
7. Pilih pendekatan yang paling
tepat.
8. Fasilitasi penerapan program
oleh komunitas.
9. Pantau kemauan pelaksanaan
program.
10. Modifikasi dan sempurnakan
program.
2. Perilaku NOC : Kompetensi Komunitas NIC : Manajemen lingkungan :
kesehatan Komunitas
Setelah dilakukan tindakan
cenderung
keperawatan selama 7 x 24 1. Identifikasi risiko kesehatan
berisiko
masalah pasien teratasi, dilingkungan
dengan kriteria hasil: 2. Partisipasi TIM multidisiplin
untuk mengidentifikasi ancaman
1. Mampu menyebarluaskan kesehatan dikomunitas
persoalan dikomunitas 3. Partisipasi di program komunitas
melalui media dan forum 4. Kolaborasi untuk program aksi
komunitas pengembangan komunitas
2. Mampu memanajemen 5. Promosi : kebijakan pemerintah
strategi untuk untuk mengurangi masalah
menyeleseikan konflik kesehatan
3. Berpartisipasi aktif dalam 6. Mengadakan program edukasi
aktivitas komunitas untuk kelompok berisiko
4. Mampu menggmbarkan
seluruh segmen
komunitas untuk
menyelesaikan masalah
5. Mampu menentukan
agenda individu dengan
35

kegiatan komunitas
6. Menyetujui aksi untuk
mengimplementasikan
tujuan penyeleseian
masalah di komunitas
3. Kesiapan NOC: Pengetahuan: Perilaku NIC: Pendidikan Kesehatan
meningkatkan kesehatan
1. Tetapkan penyuluhan yang akan
manajemen
Setelah dilakukan tindakan diberikan ke komunitas tentang
kesehatan perilaku kesehatan terkini
keperawatan selama 1x 60
menit masalah komunitas 2. Identifikasi sumber sumber yang
teratasi dengan kriteria hasil: diperlukan untuk menjalankan
1. Masyarakat mengetahui program edukasi
tentang pelayanan yang 3. Presentasikan informasi dan
tersedia dikomunitas masalah yang akan di diskusikan
2. Masyarakat mengetahui 4. Demonstrasikan ketika
tentang penyakit yang mengajarkan kemampuan/skill ke
berisiko dikomunitas masyarakat
3. Masyarakat aktif 5. Melibatkan individu, keluarga
berkonsultasi dan dan kelompok untuk mendukung
memeriksakan diri perubahan perilaku kesehatan ke
kepelayanan kesehatan arah kondusif.

4. Kontaminasi NOC: status kesehatan NIC: Manajemen lingkungan:


komunitas komunitas

Setelah dilakukan tindakan 1. Inisiasi skrining risiko kesehatan


keperawatan selama 7x 24 jam yang berasal dari lingkukngan.
masalah komunitas teratasi 2. Berpartisiapsi dalam tim
dengan kriteria hasil: multidisiplin untuk
mengidentifikasi ancaman
1. Status kesehatan bayi/
terhadap keselamatan di
anak/ remaja/ orang
dewasa/ dan lansia baik. komunitas.
2. Angka morbiditas tidak 3. Monitor status risiko kesehatan
meningkat. yang sudah diketahui.
4. Berpartisipasi dalam program di
komunitas untuk mengatasi
risiko yang sudah diketahui.
5. Dorong lingkungan untuk
berpartisipasi aktif dalam
keselamatan komunitas.
6. Lakukan program edukasi untuk
kelompok berisiko.
7. Bekerjasama dengan kelompok
di lingkungan untuk memastikan
aturan pemerintah yang sesuai.
8
5. Risiko NOC: control risiko NIC: Perlindungan lingkungan
Kontaminasi komunitas: penyakit menular berisiko

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji lingkungan terkait dengan


36

keperawatan selama 3x 24 jam adanya risiko potensial dan


masalah komunitas teratasi actual.
dengan kriteria hasil: 2. Analisa tingkat risiko yang
terkait dengan lingkungan.
1. Kejadian penyakit
3. Informasikan poppulasi yang
dilaporkan dengan sangat
berisiko mengenai hal-hal yang
baik.
membahayakan di lingkungan.
2. Ketersediaan layanan
4. Monitor kejadian penyakit dan
kesehatan untuk
cedera yang berhubungan
mengobati penyakit
dengan bahaya yang ada di
menular baik.
lingkungan.
3. Pemantauan komplikasi
5. Pertahankan pengetahuan terkait
penyakit menular.
dengan standar lingkungan
tertentu.
6. Beritahu lembaga yang
berwenang untuk melindungi
lingkungan dari bahya yang
sudah diketahui.
7. Kolaborasi dengan lembaga-
lembaga lain untuk
meningkatkan keamanan
lingkungan.
8. Dukung program-program untuk
adanya peringatan//
pemberitahuan akan bahaya
yang ada di lingkungan.
9. Skrining populasi berisiko untuk
mendapatkan bukti adanya
paparan terhadap bahaya yang
ada di lingkungan.
10. Berpartisipasi dalam
pengumpulan data terkait dengan
kejadian dan prevalensi paparan
bahaya yang ada dilingkungan.

7. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas,
Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
37

Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada


keperawatan komunitas adalah :
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)
(Mubarak, 2005).
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005).
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
kompeten (Mubarak, 2005).
e. Memiliki keyakinan
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005).
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi
dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup
38

pada kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan khusus


terhadap suatu penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi,
imunisasi, stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses
penyakit atau kelainan sehingga memperpendek waktu sakit dan
tingkat keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi intervensi segera
terhadap tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada
pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya
kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk
mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses penyakit.

8. Evaluasi atau Penilaian


Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).

Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program


kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif
program. Data evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki
database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari
39

analisis pengkajian data komunitas. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah


masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian
yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula.
Jenis evaluasi, antara lain:
a) Evaluasi Formatif: mencerminkan pengamatan perawat dan analisa
respon pasien segera setelah dilakukan intervensi, metode yang
digunakan dgn menggunakan “Catatan Perkembangan”
b) Evaluasi sumatif: rekapitulasi dari hasil intervensi keperawatan yang
telah diberikan berupa narasi, seperti resume pasien.
c) Evaluasi Struktur : evaluasi terkait persiapan (contoh: rencana
penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara, undangan telah
disebar)
d) Evaluasi Proses : pelaksanaan (jumlah peserta yang hadir ... Orang, 15
% dari peserta aktif bertanya, penyuluhan dilaksanakan di tempat.....)
e) Evaluasi hasil : dari tujuan yang ditetapkan (contoh: warga dapat
memahami Diare).

Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian:


a) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan
b) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan
c) Hasil penelitian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi

Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah:


a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
b) Perkembangan atau kemajuan proses
c) Efisiensi biaya
d) Efektifitas kerja
40

e) Dampak
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang
terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat
anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung
upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan melalui proses
asuhan keperawatan komunitas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (PSIK FK ULM) dilaksanakan di
Desa Cempaka Mulia Barat Rt.15, Kecamatan Cempaga, Kab. Kotim, Prov.
Kalimantan Tengah. Praktik ini berlangsung selama 3 minggu yaitu mulai tanggal
23 Maret sampai dengan 10 April 2020.

Desa Cempaka Mulia Barat terdiri dari 20 RT, yaitu RT. 01 sampai dengan 20.
Pengkajian dilakukan pada RT 15, pengkajian yang dilakukan meliputi
pengumpulan data dengan menggunakan teknik windshield survey, observasi, dan
wawancara. Berdasarkan hasil pengkajian di RT 15 didapatkan total kepala
keluarga seluruhnya sebanyak 51 kepala keluarga.

I. Pengkajian
A. Data Inti
1. Riwayat Komunitas
Desa Cempaka Mulia Barat terletak di Kecamatan Kecamatan
Cempaga, Kab. Kotim, Prov. Kalimantan Tengah, dengan jumlah
penduduk 5447 Jiwa terdiri dari 2743 laki-laki dan 2704 perempuan,
dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1642 KK. Desa Cempaka
Mulia Barat terdiri dari 20 RT, yaitu RT. 01 sampai dengan 20, dimana
sebagian besar wilayahnya merupakan tanah hutan, tanah perkebunan
sedangkan tanah perumahan dan tanaman lainnya hanya sebagian kecil
saja.
Wilayah Desa Cempaka Mulia Barat merupakan dataran tinggi
dengan luas wilayah 24 KM2, dan suhu rata rata harian berkisar antara
20,1º C sampai dengan 27,1º C.
Desa Cempaka Mulia Barat pertama di sebut Dukuh Kalibang,
kemudian pada tahu 1840 terjadi dua kali pergantian nama kampung yang
pertama kampung Cempaka Putih terus berganti lagi menjadi kampung
Cempaka Mulia yang kepala kampung bernama Tengku Gembo, kemudian
pada tanggal 17 Agustus 1965 kampung Cempaka Mulia di bagi menjadi
dua kampung yaitu kampung yang di seberang timur di sebut kampung
Cempaka Mulia Timur di pimpin oleh bapak Midhan HA dan kampung
yang di sebelah barat di sebut kampung Cempaka Mulia Barat di pimpin
oleh bapak Hadrin Arsyad.
Tabel 1
Nama-nama Pejabat Pambakal Desa Cempaka Mulia Barat
Dahulu sampai Sekarang
NO. NAMA PERIODE KETERANGAN
1. Hadrin Arsyad 1965-1966 Periode Pertama
2. I. Misran Musa 1966-1998 Periode Pertama
3. Saipul Bahri 1999-2002 Periode Ke dua
4. Mispul Anwar 2005-2006 Periode Pertama
5. Supian Hadi 2006 – sekarang Periode Ke tiga
Sumber: Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat

2. Batas Wilayah
Desa Cempaka Mulia Barat berada di wilayah Kecamatan Cenpaga. Data
batas wilayah didapatkan dari data sekunder dari BPS Kecamatan
Cempaga. Adapun batas-batas geografis desa Cempaka Mulia barat adalah:
1. Utara : Berbatasan dengan desa Jemaras Kecamatan Cempaga
2. Selatan :Berbatasan dengan desa Sungai Paring Kecamatan
Cempaga
3. Barat : Berbatasan dengan desa Kandan Kecamatan kotabesi
4. Timur :Berbatasan dengan desa Cempaka Mulia Timur Kecamatan
Cempaga
Gambar batas wilayah desa Cempaka Mulia Barat
3. Data Demografi
Dari data sekunder didapatkan jumlah penduduk Desa Cempaka Mulia
Barat yaitu 5447 Jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1.642
KK. . Desa Cempaka Mulia Barat terdiri dari 20 RT, yaitu RT. 01 sampai
dengan 20, di RT 15 Desa Cempaka Mulia Barat pada tahun 2020
sebanyak 51 KK.
a. Distribusi Penduduk Bedasarkan Jenis kelamin

Data Penduduk Cempaka Mulia Barat Berdasarkan Jenis


Kelamin

2.704
2743

Laki-laki Perempuan
Berdasarkan tabel tersebut diketahui penduduk desa berdasarkan jenis
kelamin terdiri dari 2743 laki-laki dan 2704 perempuan
b. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
Data monografi desa cempaka mulia menunjukan distribusi jumlah
penduduk yang terdata berdasarkan Agama yaitu 5.439 orang
beragama islam dan 8 orang beragama Kristen.
c. Distribusi Penduduk Berdasarkan usia
Data monografi desa cempaka mulia barat menunjukan distribusi
jumlah penduduk yang terdata berdasarkan usia sebagai berikut:
No Usia Jumlah
1 0-01 tahun 80
2 1-6 tahun 555
3 6-12 tahun 506
4 12-25 tahun 1172
5 25-40 tahun 1169
6 40-56 tahun 1099
7 56-ke atas tahun 307
Total 4888

4. Vital Statistik
Data primer yang didapatkan dari Kepala Puskesmas desa Cempaga
didapatkan hasil pada bulan Januari-Desember tahun 2019, 10 penyakit
terbanyak di wilayah Puskesmas Cempaga dan data primer yang didapar
dari Dinkes Provinsi Kalimantan tengah terkait COVID-19
a. Kondisi Kesehatan Penduduk
Distribusi 10 Penyakit terbanyak diwilayah Puskesmas Cempaga.

10 Penyakit terbanyak diwilayah Puskesmas Cempaga

1000
800
852
600
400
200 282 268
0 159 145 112 111 93 89 72
ispa Dispepsia
Hipertensi Mialgia
Demam TB Paru
Diare & Gastroenteritis akibat infeksi Karies gigi
DM tipe 2 Penyakit pada jaringan pulpa dan periapikal

b. Data COVID-19
Berdasarkan data dari Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah (2020)
terkait COVID-19 melaporkan saat ini 555 orang pada tahap Orang
Dalam Pemantauan (ODP), 41 orang Pasien Dalam Pemantauan (PDP)
dan 9 orang positif COVID-19 dan dinyatakan sembuh 1 orang serta 0
kasus meninggal. Kotawaringin Timur melaporkan 33 orang ODP, 0
kasus tahap PDP dan 0 kasus Positif COVID-19
c. Kontrasepsi
Berdasarkan data dari Dinkes Kotawaringin Timur tahun 2015
menyatakan di kecamatan Cempaga sebanyak 608 orang (68.09%)
sebagai akseptor baru dan 3547 orang (111.72%) akseptor aktif
d. Data kesehatan ibu hamil
Berdasarkan data dari Dinkes Kotawaringin Timur Jumlah Ibu Hamil,
Melakukan Kunjungan K1, Melakukan Kunjungan K4, Kurang Energi
Kronis (KEK), Dan Penerima Tablet Zat Besi (Fe) di Kabupaten
Kotawaringin Timur, 2011-2015.
Tahun 2015
Jumlah K1 K4 Penerima Kurang
Ibu Hamil Tablet Zat Energi
Besi (Fe) Kronis
(KEK)
2011 8551 8102 7338 7303 -
2012 8068 7813 6607 6336 -
2013 8121 7997 7532 7165 -
2014 7859 8346 6668 6413 -
2015 8166 7689 7087 680 -

Berdasarkan data Dinkes Kotawaringin Timur (2015) di Kecamatan


Cempaga sebanyak 414 ibu hamil yang melakukan kunjungan. Pada
tahun 2013 di kecamatan cempaga persalinan hidup yaitu 385 ibu dan
382 anak, serta tidak ada persalinan mati.
e. Data Kesehatan bayi lahir
Berdasarkan data Dinkes Kotawaringin Timur (2015) di Kecamatan
Cempaga yaitu data bayi Jumlah Bayi Lahir sebanyak 353 kelahiran,
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 6 bayi, BBLR
Dirujuk 0 kasus ,dan 1 bayi dengan status bergizi buruk.
f. Data Kesehatan balita
Berdasarkan data Dinkes Kotawaringin Timur (2015) di Kecamatan
Cempaga balita yang pernah mendapat imunisasi dan jenis imunisasi
sebagai berikut.
Jenis Imunisasi Jumlah Balita
BCG 292
DPT1 283
DPT2 252
DPT3 256
Campak 250
Polio 1 230
Polio 2 250
Polio 3 222
Polio 4 191
Hepatitis B 1() 283
Hepatitis B (2) 252
Hepatitis B (3) 256

5. Nilai dan Kepercayaan


Mayoritas penduduk warga RT 15 di desa Cempaka Mulia Barat yaitu
beragama islam. Berdasarkan data windshield survey dan observasi
terdapat tempat peribadatan di komunitas berupa masjid.

B. Lingkungan Fisik
1. Kondisi Geografis
Hasil windshield survey dan data sekunder dari kelurahan
didapatkan bahwa luas wilayah desa Cempaka Mulia Barat merupakan
dataran tinggi dengan luas wilayah 21.000 Ha, dan suhu rata rata
harian berkisar antara 20,1º C sampai dengan 27,1º C. Jenis tanah di
desa Cempaka Mulia Barat sebagian besar adalah tanah merah dan
hitam. Tekstur tanahnya adalah pasiran dan debuan. Terdapat
pencemaran air dari pembuangan limbah dan sampah rumah tangga.

Gambar tanah pada jalan yang dilalui warga


2. Perumahan
Hasil windshield survey dan observasi, sebagian besar rumah di
komunitas sudah tertata rapi dan sebagian lagi masih tidak teratur.
Tampak rumah warga beberapa rumah yang sudah permanen dan semi
permanen.

Gambar Rumah permanen dan Rumah tidak permanen.

Dari observasi jenis bangunan tidak permanen dengan material kayu,


berlantai kayu menggunakan atap seng dan ada juga yang
menggunakan atap sirap kayu ulin. Berdasarkan observasi masih
banyak rumah yang tidak permanen dan beberapa rumah tersebut
berada dipinggir sungai Kepemilikan rumah sebagian besar milik
sendiri, hanya sedikit warga yang mengontak. Hampir seluruh rumah
ditempati warga untuk tempat tinggal. Berdasarkan observasi seluruh
rumah memiliki jendela dan difungsikan. Pencahayaan rumah
sebagian besar sudah cukup baik, penerangan rumah seluruhnya
menggunakan listrik. Penyejuk ruangan mayoritas menggunakan kipas
angin, dan hanya sebagian menggunakan AC.
3. Jenis tempat peribadatan
Berdasarkan observasi terdapat tempat peribadatan di
komunitas berupa masjid.
Gambar Tempat ibadah di Desa Cempaka Mulia Barat.

4. Tumbuhan dan binatang ternak


Berdasarkan data windshield survey dan observasi tampak banyak
terdapat tanaman karet dan tanaman rambutan dan manga yang berada
di depan dan di belakang rumah warga.

Gambar kebun karet di Desa Cempaka Mulia Barat

Berdasarkan observasi tampak 2 buah sarang walet, milik salah satu


warga.
Gambar sarang burung wallet milik warga

5. Lahan kosong
Berdasarkan observasi terdapat lahan kosong milik pribadi. Lahan
tersebut tampak ditumbuhi oleh pepohonan dan rumput liar.

6. Kondisi lingkungan sekitar


Berdasarkan hasil observasi didaerah perumahan tidak terdapat tempat
pembuangan sampah yang dikelola. Masyarakat selama ini masih
membakar sampah, sebagian masyarakat menimbun sampah dan
sebagian masih membuang ke sungai. Dimana sungai tersebut dipakai
untuk mandi dan mencuci sebagai kegiatan sehari-hari.
Gambar Sampah yang tergenang di sungai

Hasil windshield survey dan observasi di desa sebagian masyarakat


memiliki WC sendiri berupa WC jongkok yang berada didalam rumah
dan tampak adanya jamban di desa Cempaka Mulia barat.

Gambar Jamban yang sering digunakan warga


Berdasarkan hasil observasi warga pembuangan air limbah di desa
Padang Panjang sebagian besar menggunakan menggunakan resapan,
sebagian juga mengalir langsung kesungai dan sisanya dibiarkan
mengalir sembarangan.

Hasil observasi di desa Cempaka Mulia Barat masyarakat memakai


sumber air yang berasal dari PDAM yang dialirkan ke warga dan
menggunakan air sungai menggunakan mesin untuk dialirkan ke
rumah.

Hasil observasi Jarak air dengan septik tank >10 m hanya beberapa
rumah saja dan sisanya <10 m. selama ini masyarakat menampung air
menggunakan gentong. Sebagian masyarakat menggunakan penutup
pada tampungan air dan sebagian dibiarkan terbuka dan tampak
terdapat jentik nyamuk pada tampungan air.

Berdasarkan observasi masyarakat RT 15 menggunakan air galon


untuk air minum. Sementara air dari PDAM biasanya digunakan untuk
memasak, mandi dan mencuci.

Gambar mesin PDAM warga


C. Pendidikan Komunitas
Hasil observasi di wilayah RT 115 terdapat 1 buah Sekolah dasar yaitu
SDN 3 Cempaka Mulia Barat.

Gambar pendidikan yang ada di desa cempaka mulia barat yang


berdekatan dengan RT.15

Hasil observasi di desa Cempaka Mulia Barat terdapat 2 PAUD, 4


Sekolah Negeri dan 1 Sekolah berbasis islam, 1 SMP dan 1 MTS dan 1
SMK. Berdasarkan wawancara, anak sekolah menyatakan saat ini mereka
diliburkan karena ada wabah virus corona 2019. Aktivitas belajar
dilakukan secara mandiri di rumah. Anak menyatakan guru telah
memberikan tugas sebelum mereka diliburkan.

D. Keamanan dan Transportasi


Hasil observasi pada RT 15 desa Cempaka Mulia Barat tidak ada
poskamling dan tidak ada jaga malam. Jenis transportasi yang digunakan
masyarakat sebagian besar milik pribadi. Transportasi yang dimiliki
warga adalah roda dua seperti sepeda motor, dan beberapa ada yang
menggunakan mobil, sepeda yang digunakan untuk pergi ke sekolah dan
ada juga yang berjalan kaki.

E. Politik dan Pemerintahan


Desa Cempaka Mulia Barat dipimpin oleh Kepala Desa dengan cakupan
wilayah 20 RT. Kegiatan kemasyarakatan di desa Cempaka Mulia Barat
yaitu karang taruna.
Gambar struktur orgfanisasi desa cempaka mulia barat
F. Pelayanan Kesehatan
Terdapat 1 buah Puskesmas di desa Cempaka Mulia dan Posyandu Balita.

Data gambar tersebut diketahui jarak dari RT 15 ke Puskesmas Cempaka


Mulia yaitu 1,9 km. Berdasarkan hasil observasi masyarakat mengunjungi
pelayanan kesehatan menggunakan roda dua dan beberapa masyarakat
masih berjalan kaki. Berdasarkan wawancara dan observasi media sosial
puskesmas cempaka mulia, masyarakat diberitahukan terkait protokol
untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan pada kondisi tertentu.

G. Sistem Komunikasi
Berdasarkan hasil observasi, sistem komunikasi yang terdapat dalam
komunitas antara lain adalah televisi sebagai media informasi bagi
masyarakat, selain itu banyak warga terutama pemuda-pemudi di RT 15
mengunakan handphone seluler sebagai akses internet dan akses
komunikasi. Selain itu, masyarakat Cempaka Mulia Barat juga
menggunakan komunikasi sederhana yaitu dengan pengumuman
menggunakan pengeras suara Masjid apabila terdapat informasi,
musyawarah atau pengumuman penting lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara, selama wabah COVID-19 terjadi Tokoh
Agama memberikan pemberitahuan lewat masjid bahwa sholat berjama’ah
dan sholat jum’at ditiadakan.

H. Ekonomi
Hasil observasi perekonomian warga desa didapat dari bertani, menyadap
karet, petani rotan, buruh perusahaan dan warung sembako.

Gambar kebun karet milik warga


Gambar warung sembako milik salah 1 warga

Berdasarkan hasil wawancara, pedagang masih tetap membuka warungnya


saat wabah COVID-19 terjadi. Pemilik warung menyatakan mengetahui
jika saat ini memang terjadi wabah COVID-19 tetapi anjuran pemerintah
terkait menyiapkan tempat cuci tangan belum disiapkan. Kemudian salah
seorang warga yang bekerja diperusahaan sawit mengatakan saat ini masih
bekerja dan bertemu orang lain ditempat kerja. Pekerja mengatakan
perusahaan tidak memberikan libur.

I. Rekreasi
Hasil observasi disekitar pemukiman warga pada RT 15, terdapat
lapangan sepak bola dan voli. Warga juga memanfaatkan TV sebagai
hiburan ketika di rumah.

Gambar lapangan voli dan sepak bola


Berdasarkan observasi tersebut masih banyak orang dewasa atau remaja
yang berolahraga dan melakukan aktivitas dengan banyak orang ditengah
gencarnya pemerintah untuk melakukan pencegahan penularan COVID-19
melalui gerakan masyarakat untuk sosial distancing dan physical
distancing. Berdasarkan wawancara, masyarakat melakukan aktivitas
diluar rumah karena bosan dan masyarakat merasa tidak perlu khawatir
karena tidak ada yang positif COVID-19 di wilayah mereka.
II. ANALISIS DATA
Tabel 3.6 Analisis data
No Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah Kesehatan
1. Berdasarkan hasil wawancara: Berdasarkan hasil windshield survey dan Kontaminasi zat Kontaminasi wilayah
1) Menurut hasil wawancara warga masih ada yang observasi: kimia dalam air, RT 15 desa Cempaka
membuang sampah di sungai. 1) Masih adanya warga membuang dan praktik higiene Mulia Barat.
2) Hasil wawancara warga tidak mempunyi tempat sampah disungai. rumah tangga tidak
pembuangan sampah yang dikelola seperti TPS 2) Masih adanya warga membakar adekuat.
sehingga cara untuk membuang sampah biasanya sampah.
ke sungai atau dibakar. 3) Kebersihan sungai tercemar, masih
3) Sebagian warga masih menampung air dengan ada warga yang membuang sampah
keadaan terbuka disungai.
4) Jamban tempat sebagian warga
BAK/BAB.
5) Masih terdapat warga yang mandi dan
mencuci disungai
6) Berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas puskesmas dan observasi
terdapat angka kejadian Diare.

2. Berdasarkan wawancara sebagian warga menganggap Berdasarkan hasil observasi: Ketidakcukupan Difisien Kesehatan
COVID-19 tidak ada di desa mereka selama tidak 1) Masih banyak warga yang berkumpul Sumber Daya Komunitas pada
ada yang positif COVID-19. disalah satu rumah warga dan tidak (Pengetahuan) kelompok dewasa
menjaga jarak wilayah RT 15 desa
2) Warga mendapat informasi terkait Cempaka Mulia Barat.
COVID-19 melalui Televisi dan
Penyuluhan oleh Aparat desa.
3) Berdasarkan data dari Dinkes Provinsi
Kalimantan Tengah (2020) terkait
COVID-19 melaporkan saat ini 555
orang pada tahap Orang Dalam
Pemantauan (ODP), 41 orang Pasien
Dalam Pemantauan (PDP) dan 9 orang
positif COVID-19 dan dinyatakan
sembuh 1 orang serta 0 kasus
meninggal. Kotawaringin Timur
melaporkan 33 orang ODP, 0 kasus
tahap PDP dan 0 kasus Positif COVID-
19
3. Berdasarkan hasil wawancara Tampak anak sekolah yang bermain diluar Kurang Perilaku kesehatan
1) Berdasarkan wawancara, anak sekolah melakukan rumah dan bermain voli pemahaman cenderung beresiko
aktivitas diluar rumah karena bosan dan merasa (social distancing) pada
tidak perlu khawatir karena tidak ada yang positif kelompok anak sekolah
COVID-19 di wilayah mereka. RT 15 desa Cempaka
2) Berdasarkan wawancara, anak sekolah Mulia Barat.
menyatakan saat ini mereka diliburkan karena ada
wabah virus corona 2019. Aktivitas belajar
dilakukan secara mandiri di rumah. Anak
menyatakan guru telah memberikan tugas
sebelum mereka diliburkan.
3) Berdasarkan hasil wawancara dengan salah 1
orang tua anak warga RT 15 menyatakan anak
sudah diberitahu dan dilarang bermain karena
adanya wabah tetapi anak tetap bersikeras untuk
bermain.
4. Berdasarkan hasil kuesioner: Hasil observasi perekonomian warga desa Kurang Perilaku kesehatan
1) warga yang bekerja diperusahaan sawit didapat dari bertani, menyadap karet, pemahaman cenderung beresiko
mengatakan saat ini masih bekerja dan bertemu petani rotan, buruh perusahaan dan warung pada pekerja wilayah
orang lain ditempat kerja. Pekerja mengatakan sembako RT 15 desa Cempaka
perusahaan tidak memberikan libur. Mulia Barat.
2) Informasi kesehatan yang dibutuhkan anak usia
sekolah saat ini yaitu mencegah terjadinya
penularan COVID-19 ditempat kerja.
IV. SKORING PRIORITAS MASALAH
3.8 Skoring Prioritas Masalah
Masalah Keperawatan Kesesuaian Prevalensi Tingkat Potensi Minat Waktu Yang Ketersedian Total
Dengan Resiko Keparahan Pengurangan Masyarakat Diharapkan Sumber
CHN Resiko Risiko Program Daya
Memberikan
Efek
Kontaminasi wilayah RT 15 desa
Cempaka Mulia Barat berhubungan 2 2 2 2 2 2 2 14
dengan kontaminasi zat kimia dalam
air, dan praktik higiene rumah
tangga tidak adekuat.

Difisien Kesehatan Komunitas pada 2 2 1 2 1 1 2 11


kelompok dewasa wilayah RT 15
desa Cempaka Mulia Barat tentang
Ketidakcukupan Sumber Daya
(Pengetahuan)

Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 2 1 1 2 12


berisiko (social distancing) pada
kelompok anak sekolah RT 15 desa
Cempaka Mulia Barat tentang
kurang Pemahaman.
Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 2 0 1 1 10
berisiko pada pekerja wilayah RT 15
desa Cempaka Mulia Barat tentang
kurang Pemahaman.

Pembobotan:
0: Tidak Ada Kepentingan Komunitas Prioritas
1: Prioritas Sedang
2: Prioritas Tinggi

3.9 Diagnosis Prioritas


1. Kontaminasi wilayah RT 15 desa Cempaka Mulia barat berhubungan dengan kontaminasi zat kimia dalam air, dan praktik higiene
rumah tangga tidak adekuat.
2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko (social distancing) pada kelompok anak sekolah RT 15 desa Cempaka Mulia Barat tentang
kurang Pemahaman
3. Difisien Kesehatan Komunitas pada kelompok dewasa wilayah RT 15 desa Cempaka Mulia Barat tentang Ketidakcukupan Sumber
Daya (Pengetahuan)
4. Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada pekerja wilayah RT 15 desa Cempaka Mulia Barat tentang kurang Pemahaman.
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tabel 3.7 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
1. Kontaminasi wilayah RT 15 NOC : Keefektifan Program Komunitas NIC : Pengembangan Program
desa Cempaka Mulia Barat Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali Manajemen Sampah
berhubungan dengan pertemuan dengan pihak terkait diharapkan efektifnya 1) Bantu masyarakat dalam mengidentifikasi
kontaminasi zat kimia dalam program komunitas untuk mencegah terjadinya kebutuhan atau masalah kesehatan yang signifikan
air, dan praktik higiene rumah peningkatan kontaminasi berhubungan dengan 2) Prioritaskan kebutuhan kesehatan terhadap masalah
tangga tidak adekuat pembuangan sampah ke sungai dan praktik higiene yang diidentifikasi, rencana jangka pendek
rumah tangga tidak adekuat dengan kriteria hasil: melakukan gotong royong dengan warga desa
1) Adanya peningkatan status kesehatan masyarakat Cempaka Mulia Barat.
Skala 1 : Buruk 3) Edukasi anggota kelompok dalam perencanaan
Skala 2 : Cukup Baik mengenai proses perencanaan (penkes tentang
Skala 3 : Baik bahaya membuang sampah sembarangan).
Skala 4 : Sangat Baik 4) Memfasilitasi program pelatihan pengelolaan
Skala 5 : Sempurna sampah.
2) Adanya dukungan dari wakil masyarakat 5) Evaluasi program terkait relevansi, efisiensi, dan
berpengaruh efektifitasnya.
Skala 1 : Buruk
Skala 2 : Cukup Baik
Skala 3 : Baik
Skala 4 : Sangat Baik
Skala 5 : Sempurna
3) Adanya rencana untuk mempertahankan program
peningkatan kontaminasi yang berhasil dengan
upaya tidak membuang sampah di sungai dan praktik
higiene rumah tangga yang adekuat
Skala 1 : Buruk
Skala 2 : Cukup Baik
Skala 3 : Baik
Skala 4 : Sangat Baik
Skala 5 : Sempurna

Target dari skala 1 menjadi skala 3 (baik)


2. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Pengetahuan :Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
berisiko (social distancing) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang cara
pada kelompok anak sekolah pertemuan pengetahuan anak meningkat tentang mengurangi penyebaran COVID-19 pada anak usia
RT 15 desa Cempaka Mulia penyakit COVID-19 dan pentingnya social distancing Social Distancing, cuci tangan yang benar, etika
Barat tentang kurang dengan kriteria hasil: batuk yang benar.
Pemahaman 1) Anak sekolah di RT 15 desa Cempaka Mulia Barat 2) Sediakan materi informasi kesehatan pencegahan
mengetahui tentang COVID-19 dan Social penyebaran COVID-19 pada anak usia sekolah
Distancing. dengan cara yang mudah dipahami oleh anak sekolah
Skala 1 : tidak mengetahui disampaikan dengan menggunakan media leaflet.
Skala 2 : sedikit mengetahui 3) Gunakan strategi pemahaman keluarga (mulai
Skala 3 : cukup mengetahui dengan informasi yang paling penting dahulu,
Skala 4 : banyak mengetahui focus pada pesan-pesan inti dan ulangi,
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya 4) Hubungkan dengan pengalaman individu) dengan
mengevaluasi sejauh mana pemahaman anak sekolah
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui tentang COVID-19.
5) Motivasi anak sekolah untuk mengajukan
pertanyaan masalah COVID-19 (misalnya tindakan
apa yang harus dilakukan untuk mencegah
penyebaran COVID-19? Mengapa penting bagi anak
sekolah untuk melakukan hal ini?)
3. Difisien Kesehatan Komunitas NOC : Pengetahuan: Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 1) Pendidikan Kesehatan pada de wa sa tentang
pada kelompok dewasa
x pertemuan pengetahuan orang dewasa meningkat COVID-19.
wilayah RT 15 desa Cempaka tentang COVID-19 dengan kriteria hasil: 2) Sediakan materi informasi kesehatan penyakit
Skala 1 : tidak mengetahui yang umum pada orang dewasa COVID-19 dengan
Mulia Barat tentang
Skala 2 : sedikit mengetahui cara yang mudah dipahami oleh warga disampaikan
Ketidakcukupan Sumber Daya Skala 3 : cukup mengetahui dengan menggunakan media sosial.
(Pengetahuan) Skala 4 : banyak mengetahui 3) Gunakan strategi pemahaman keluarga
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya (mulai dengan informasi yang paling penting
dahulu, fokus pada pesan-pesan inti dan ulangi,
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui hubungkan dengan pengalaman individu) dengan
mengevaluasi sejauh mana pemahaman keluarga
tentang COVID-19.
4) Dorong penggunaan langkah-langkah efektif untuk
memiliki koping terhadap gangguan kesadaran
kesehatan dengan mencari bantuan pada keluarga
dalam mendapatkan informasi kesehatan.
5) Evaluasi pemahaman individu dengan meminta
individu untuk mengulangi kembali dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
4. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Pengetahuan :Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
berisiko pada pekerja wilayah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 1. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara
RT 15 desa Cempaka Mulia pertemuan pengetahuan Pekerja meningkat tentang mengurangi penyebaran COVID-19 pada pekerja
Barat tentang kurang penyakit COVID-19 dan pentingnya physical distancing physical distancing, cuci tangan yang benar, etika
Pemahaman dengan kriteria hasil: batuk yang benar.
2) Anak sekolah di RT 15 desa Cempaka Mulia Barat 2. Sediakan materi informasi kesehatan pencegahan
mengetahui tentang COVID-19 dan Social penyebaran COVID-19 pada pekerja dengan cara
Distancing. yang mudah dipahami oleh anak sekolah
Skala 1 : tidak mengetahui disampaikan dengan menggunakan media leaflet.
Skala 2 : sedikit mengetahui 3. Gunakan strategi pemahaman keluarga (mulai
Skala 3 : cukup mengetahui dengan informasi yang paling penting dahulu,
Skala 4 : banyak mengetahui focus pada pesan-pesan inti dan ulangi,
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya 4. Hubungkan dengan pengalaman individu) dengan
mengevaluasi sejauh mana pemahaman anak sekolah
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui tentang COVID-19.
5. Motivasi pekerja untuk mengajukan pertanyaan
masalah COVID-19 (misalnya tindakan apa yang
harus dilakukan untuk mencegah penyebaran
COVID-19 saat bekerja? Mengapa penting bagi
individu untuk melakukan hal ini?)

IV. Implementasi dan Catatan Perkembangan Keperawatan

Diagnosis Implementasi Evaluasi TTD


Keperawatan/Hari,
Tanggal
Difisien Kesehatan Pendidikan Kesehatan S: Warga (Tn.A, Tn. L, Tn. F) mengatakan mengerti Nur Wulan Maulida,
Komunitas pada kelompok 1) Memberikan Pendidikan Kesehatan dengan penjelasan yang diberikan S. Kep
dewasa wilayah RT 15 desa pada de wa sa tentang pencegahan O:
Cempaka Mulia Barat COVID-19.  Berdasarkan hasil evaluasi poster yang
tentang Ketidakcukupan 2) Menyediakan materi informasi diunggah di Intagram dari hari selasa-Jum’at
Sumber Daya (Pengetahuan) kesehatan terkait pencegahan yang dapat sebanyak 57 orang yang menyukai, 11 kali
dilakukan untuk memutus mata rantai dibagikan, dan 2 orang yang menyimpan
Selasa, 07 April 2020 COVID-19 menggunakan media poster poster.
dengan Poster pencegahan pada orang dewasa dengan cara yang  Berdasarkan hasil evaluasi poster yang
Covid-19 mudah dipahami oleh warga diunggah di WA dari hari selasa sebanyak 28
disampaikan dengan menggunakan orang yang melihat wa story dan 1 orang yang
media sosial. bertanya digrup.
3) Menggunakan strategi  Warga tampak antusias dengan diskusi melalui
pemahaman keluarga (mulai dengan grup WhatsApp
informasi yang paling penting dahulu, A: Masalah Teratasi Sebagian
fokus pada pesan-pesan inti dan ulangi, P: Lanjutkan intervensi
hubungkan dengan pengalaman 1) Evaluasi pemahaman individu dengan
individu) dengan mengevaluasi sejauh meminta individu untuk mengulangi kembali
mana pemahaman keluarga tentang dengan menggunakan kata-kata sendiri.
COVID-19.
4) Mendorong penggunaan langkah-
langkah efektif untuk memiliki koping
terhadap gangguan kesadaran kesehatan
dengan mencari bantuan pada keluarga
dalam mendapatkan informasi kesehatan.
5) Mengevaluasi pemahaman individu
dengan menanyakan pemahaman individu
1) Difisien Kesehatan Pendidikan Kesehatan S: Warga (Ny. L, Tn. F) mengatakan mengerti Nur Wulan Maulida,
Komunitas pada 1) Memberikan pendidikan kesehatan dengan penjelasan yang diberikan S. Kep
pengguna media tentang cara mengurangi penyebaran O:
Instagram dan COVID-19 pada pekerja dengan  Berdasarkan hasil evaluasi video yang
WhatsApp tentang melakukan social distancing. diunggah di Intagram dari hari rabu-Jum’at
Ketidakcukupan 2) Menyediakan materi informasi kesehatan sebanyak 39 orang yang menyukai, 1 kali
Sumber Daya pencegahan penyebaran COVID-19 pada dibagikan, dan 131 orang yang menonton
(Pengetahuan) pekerja dengan cara yang mudah video yang ditayangkan.
2) Perilaku kesehatan dipahami dengan media Video Social  Berdasarkan hasil evaluasi video yang
cenderung berisiko Distancing yang diunggah di media diunggah di WA dari hari rabu digrup RT 15, 2
pada pekerja wilayah (Instagram, WhatsApp) orang yang bertanya digrup.
RT 15 desa Cempaka 3) Menggunakan strategi pemahaman  Warga tampak antusias dengan diskusi melalui
Mulia Barat tentang keluarga (mulai dengan informasi yang grup WhatsApp
kurang Pemahaman paling penting dahulu, focus pada A: Masalah Teratasi Sebagian
pesan-pesan inti dan ulangi, P: Lanjutkan intervensi
Rabu, 08 April 2020 dengan 4) Menghubungkan dengan pengalaman 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang
Video Social Distancing individu) dengan mengevaluasi sejauh cara mengurangi penyebaran COVID-19.
mana pemahaman tentang COVID-19. 2) Sediakan materi informasi kesehatan
5) Memotivasi warga untuk pencegahan penyebaran COVID-19.
mengajukan pertanyaan masalah
COVID-19 (misalnya tindakan apa yang
harus dilakukan untuk mencegah
penyebaran COVID-19 saat bekerja?
Mengapa penting bagi individu untuk
melakukan hal ini?)
1) Difisien Kesehatan Pendidikan Kesehatan S: Warga (Ny. A) mengatakan mengerti dengan Nur Wulan Maulida,
Komunitas pada 1) Memberikan pendidikan kesehatan penjelasan yang diberikan S. Kep
pengguna media tentang cara mengurangi penyebaran
Instagram dan COVID-19 dengan Cuci Tangan. O: Berdasarkan hasil evaluasi poster yang diunggah
WhatsApp tentang 2) Menyediakan materi informasi kesehatan di WA dari hari kamis digrup RT 15, 1 orang yang
Ketidakcukupan pencegahan penyebaran COVID-19 pada bertanya digrup.
Sumber Daya pekerja dengan cara yang mudah
(Pengetahuan) dipahami dengan media poster cuci A: Masalah Teratasi Sebagian
2) Perilaku kesehatan tangan (Kemenkes RI) yang diunggah P: Lanjutkan intervensi
cenderung berisiko di media (WhatsApp) 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang
pada pekerja wilayah 3) Menggunakan strategi pemahaman cara mengurangi penyebaran COVID-19.
RT 15 desa Cempaka keluarga (mulai dengan informasi yang 2) Sediakan materi informasi kesehatan
Mulia Barat tentang paling penting dahulu, focus pada pencegahan penyebaran COVID-19.
kurang Pemahaman pesan-pesan inti dan ulangi,
4) Menghubungkan dengan pengalaman
Kamis, 09 April 2020 individu) dengan mengevaluasi sejauh
dengan Poster Cuci Tangan mana pemahaman tentang cuci tangan
dapat mencegah penyebaran COVID-19.
5) Memotivasi warga untuk
mengajukan pertanyaan masalah
COVID-19 (misalnya Mengapa penting
bagi individu untuk melakukan hal ini?)
1) Difisien Kesehatan Pendidikan Kesehatan S: Warga (Ny. L) mengatakan mengerti dengan Nur Wulan Maulida,
Komunitas pada 1) Memberikan pendidikan penjelasan yang diberikan S. Kep
pengguna media kesehatan tentang cara mengurangi
Instagram dan penyebaran COVID-19 dengan O: Berdasarkan hasil evaluasi yang diunggah di WA
WhatsApp tentang menggunakan masker kain saat dari hari jum’at digrup RT 15, 1 orang yang
Ketidakcukupan ditempat umum. bertanya digrup.
Sumber Daya 2) Menyediakan materi informasi
(Pengetahuan) kesehatan pencegahan penyebaran A: Masalah Teratasi Sebagian
2) Perilaku kesehatan COVID-19 dengan cara yang mudah P: Lanjutkan intervensi
cenderung berisiko dipahami dengan media poster 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang
pada pekerja wilayah penggunaan masker kain (Kemenkes cara mengurangi penyebaran COVID-19.
RT 15 desa Cempaka RI) yang diunggah di media 2) Sediakan materi informasi kesehatan
Mulia Barat tentang (WhatsApp) pencegahan penyebaran COVID-19.
kurang Pemahaman 3) Menggunakan strategi
pemahaman keluarga (mulai dengan
Jum’at, 10 April 2020 informasi yang paling penting dahulu,
dengan Poster Penggunaan focus pada pesan-pesan inti dan
Masker kain ulangi,
4) Menghubungkan dengan pengalaman
individu) dengan mengevaluasi sejauh
mana pemahaman tentang penggunaan
masker kain untuk mencegah
penyebaran COVID-19.
5) Memotivasi warga untuk
mengajukan pertanyaan masalah
COVID-19 (misalnya Mengapa penting
bagi individu untuk melakukan hal ini?)
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori


dan Praktik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Badan Pusat statistik (BPS). Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin
Timur. Diakses pada jum’at, 03 april 2020
(https://kotimkab.bps.go.id/pencarian.html?searching=lansia&yt1=Cari)

Dinas Provinsi Kalimantan Tengah. 2020. Satgas Siaga Darurat COVID-19)


Prov. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah: Media Center Gugus Tugas
COVID-19 Kalteng. Di akses pada 27 Maret 2020
(https://corona.kalteng.go.id/)

Kholifah, SN & Widagdo, W. 2016. Keperawatan Keluarga dan komunitas.


Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Linton et al., 2020. ‘Incubation Period and Other Epidemiological Characteristics
of 2019 Novel Coronavirus Infections with Right Truncation: A Statistical
Analysis of Publicly Availabel Case Data’. Journal of Clinical Medicine,
doi:10.3390/jcm9020539.
Menteri Kesehatan RI. 2020a. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P).
Menteri Kesehatan RI. 2020b. kesiapsiagaan menghadapi Infeksi COVID-
19_Dashboard Kasus Covid-19 di Indonesia. Di akses pada 25 Maret 2020
(https://www.kemkes.go.id/article/view/20012900002/Kesiapsiagaan-
menghadapi-Infeksi-Novel-Coronavirus.html).
Menteri Kesehatan RI. 2020c. Surat Edaran Nomor
HK.02.01/MENKES/202/2020 tentang Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam
Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta: Menkes RI.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2006. Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Sagung Seto.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas
1. Jakarta: Sagung Seto.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) PADA MASYARAKAT DI


DESA CEMPAKA MULIA BARAT RT.15 KECAMATAN CEMPAGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi


Pada Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 23 Maret 2020 – 10 April 2020

Oleh:
Nur Wulan Maulida, S.Kep
NIM. 1930913320001

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TENTANG CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) PADA MASYARAKAT DI
DESA CEMPAKA MULIA BARAT RT.15 KECAMATAN CEMPAGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi


Pada Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 23 Maret 2020 – 10 April 2020

Martapura, April 2020

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, Ns. MNSc


NIP. 19841112201 701209 001
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TENTANG CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) PADA
MASYARAKAT DI DESA CEMPAKA MULIA BARAT RT.15
KECAMATAN CEMPAGA
Topik Penyuluhan : Penyakit Gangguan Sistem Pernapasan
Pokok Bahasan : Virus Corona 2019 (COVID-19)
Sub Pokok Bahasan : Pencegahan dan Pengendalian COVID-19
Sasaran : Masyarakat yang menggunakan media sosial
Tempat : Media sosial (Instagram, Facebook)
Waktu :-
Hari, tanggal : Sabtu, 03 April s/d 10 April 2020
Perorganisasian : Nur Wulan maulida, S. Kep

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat
memahami penyakit COVID-19.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta penyuluhan dapat memahami pengertian COVID-19
2. Peserta penyuluhan dapat memahami penyebab dari COVID-19
3. Peserta penyuluhan dapat memahami tanda dan gejala dari COVID-19
4. Peserta penyuluhan dapat memahami pencegahan penyebaran dari
COVID-19
C. Kegiatan Penyuluhan
Alokasi waktu :
1. Pembukaan : 5 menit
2. Peyampaian materi: 10 menit
3. Tanya jawab : 10 menit
4. Penutup : 5 menit
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Media
2. Memperkenalkan diri salam Sosial
3. Bina hubungan saling 2. Mendengarkan
percaya.
4. Menyampaikan tujuan
pokok materi
Penyampaian Menjelaskan materi dalam 1. Membaca Media
Materi bentuk media tentang: materi yang Sosial
1. Pengertian dari COVID- diunggah
19 2. Menanyakan
2. Penyebab dari COVID- materi yang
19 belum
3. Tanda dan gejala dari dimengerti
COVID-19 melalui kolom
4. Pencegahan dari komentar
COVID-19
Penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab Tanya
2. Menarik kesimpulan pertanyaan jawab
3. Menyampaikan hasil melalui kolom (diskusi)
Evaluasi komentar
4. Menutup penyuluhan 2. Menjawab
(salam) salam

D. Setting Tempat

A = Penyaji
A B B = Pembawa acara
D F C = Peserta
C D = Observer
E = Fasilitator
E E
F = Dokumentasi
E E E
E. Garis Besar Materi ( Terlampir)
1. Pengertian dari COVID-19
2. Penyebab dari COVID-19
3. Tanda dan gejala dari COVID-19
4. Pencegahan penyabaran dari COVID-19
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
c) Kesiapan penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (leaflet/poster)
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan
b) Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab (minimal 3 orang)
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) Masyarakat dapat menjelaskan pengertian penyakit COVID-19,
penyebab COVID-19, tanda dan gejala COVID-19, pencegahan
COVID-19.

G. Lampiran
- Materi Lengkap

H. Referensi
Linton et al., 2020. ‘Incubation Period and Other Epidemiological
Characteristics of 2019 Novel Coronavirus Infections with Right
Truncation: A Statistical Analysis of Publicly Availabel Case Data’.
Journal of Clinical Medicine, doi:10.3390/jcm9020539.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Infeksi Emerging-Cara mencuci tangan
yang benar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P). Diakses pada rabu, 03
april 2020 (https://covid19.kemkes.go.id/warta-infem/begini-cara-
mencuci-tangan-yang-benar/#)
Kementerian Kesehatan RI. 2020a. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P).
Kementerian Kesehatan RI. 2020b. Surat Edaran Nomor
HK.02.01/MENKES/202/2020 tentang Protokol Isolasi Diri Sendiri
dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta:
Menkes RI.
WHO, 2020. Coronvirus disease 2019. Diakses pada rabu, 03 april 2020
(https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_1)
Lampiran
Konsep Teori Corona Virus 2019(COVID-19)

A. Pengertian COVID-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Coronavirus adalah
keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan
sampai berat (Kemenkes, 2020a).
Sebagian besar orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami
penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan
perawatan khusus. Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah
medis mendasar seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit
pernapasan kronis, dan kanker lebih mungkin mengembangkan penyakit serius
(WHO, 2020)
B. Penyebab COVID-19
WHO (2020) mengumumkan "COVID-19" sebagai nama penyakit baru ini
pada 11 Februari 2020, mengikuti pedoman yang sebelumnya dikembangkan
dengan Animal Health (OIE) and the Food and Agriculture Organization of
the United Nations (FAO). Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit
jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus
penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan
bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan
COVID-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui

C. Tanda gejala COVID-19


Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Periode inkubasi
COVID-19 berada dalam kisaran 2-14 hari dengan kepercayaan 95% (Linton
et al., 2020). Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian
besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan
bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua
paru (kemenkes, 2020).

Menurut WHO (2020), Gejala umum dari COVID-19 meliputi demam,


kelelahan, batuk kering. Adapun gejala lain yang dapat dirasakan yaitu sesak
napas, sakit dan nyeri, sakit tenggorokan dan sangat sedikit orang akan
melaporkan diare, mual atau pilek. Orang dengan gejala ringan yang
dinyatakan sehat harus mengisolasi diri dan menghubungi penyedia medis
mereka atau saluran informasi COVID-19 untuk informasi tentang pengujian
dan rujukan. Orang dengan demam, batuk atau kesulitan bernapas harus
menghubungi dokter dan mencari bantuan medis.

D. Pencegahan
Saat ini, tidak ada vaksin atau perawatan khusus untuk COVID-19. Namun,
ada banyak uji klinis yang sedang berlangsung mengevaluasi perawatan
potensial. Cara terbaik untuk mencegah dan memperlambat penularan tentang
virus COVID-19, penyakit yang disebabkannya dan bagaimana
penyebarannya. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi dan
memperlambat penularan COVID-19, WHO (2020) menganjurkan untuk
melakukan hal berikut:

1) Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air, atau bersihkan dengan
handrub atau handsanitizer.

Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang selalu digaungkan
sejak lama untuk menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi adalah
mencuci tangan. Perilaku ini seharusnya menjadi kebiasaan yang sangat
baik, karena selain untuk menjaga kesehatan dan kebersihan, agama juga
mengajarkannya. Tangan merupakan media yang sangat ampuh untuk
berpindahnya penyakit, karena tangan digunakan untuk memegang benda-
benda yang seringkali tidak kita ketahui dengan pasti kebersihannya. Salah
satu contoh adalah ketika kita memegang handle pintu atau pegangan
dalam kendaraan, kita tidak pernah tahu apakah ada agen penyakit
(virus/bakteri) yang menempel disana, bisa jadi sebelumnya dipegang oleh
orang yang batuk/bersin ditutup oleh tangannya. Kemudian tangan kita
yang sudah memegang handle pintu tersebut menutup mulut kita yang
menguap atau langsung memegang makanan. Jelas sudah terjadi proses
perpindahan agen penyakit disana. Jika saat itu daya tahan tubuh kita
lemah, dalam masa inkubasi kita pun akan mengalami gejala yang sama
(Kemenkes, 2019).

Sebagai kebiasaan yang baik, mencuci tangan perlu memenuhi cara yang
benar, agar kita yakin bahwa seluruh permukaan tangan sudah terbasuh
dan benar-benar bersih. Ada 6 langkah saat cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir. Jika kita tidak menemukan air dan sabun, kita dapat
menggantinya dengan larutan berbahan dasar alkohol yang biasa disebut
hand-sanitizer. Urutannya sama dengan mencuci tangan menggunakan air
dan sabun, hanya dimulai dengan menuangkan larutan hand-sanitizer
secukupnya (Kemenkes, 2019).

2) Pertahankan jarak minimal 1 meter antara individu dan orang yang batuk
atau bersin.
Physical distancing yaitu menjaga jarak fisik. Dimana individu menjaga
jarak fisik satu dengan lainnya tanpa terpisah secara sosial. Saat berada
dikerumunan individu menjaga jarak 1-2 meter (Kemenkes 2020a).

3) Hindari menyentuh area wajah (mata, hidung dan mulut).


Tangan dapat terkontaminasi dan dapat membawa virus. Tangan yang
terkontaminasi dapat menginfeksi tubuh melalui sentuhan tersebut.

4) Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin.

5) Tetap di rumah jika merasa tidak sehat.

6) Jangan merokok dan aktivitas lain yang melemahkan paru-paru

7) Berlatih menjaga jarak dengan menghindari perjalanan yang tidak perlu


dan menjauh dari kerumunan.
Sejak WHO menyatakan saat ini COVID-19 menjadi kasus Pandemi dan
Pemerintah Indonesia menyatakan COVID-19 sebagai bencana non alam
berupa wabah penyakit yang wajib dilakukan upaya penanggulangan
sehingga tidak terjadi peningkatan kasus. Upaya yang dilakukan untuk
penanggulangan COVID-19 memerlukan panduan bagi masyarakat dalam
melakukan pencegahan peyebaran COVID-19 baik untuk diri sendiri
ataupun kepada orang lain termasuk keluarga. Pemerintah Indonesia
menghimbau agar masyarakat mengurangi kontak antara satu warga
dengan warga lain (social distancing), hal ini sesuai dengan surat edaran
Nomor HK.02.01/MENKES/202/2020 tentang Protokol Isolasi Diri
Sendiri dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19) (Kemenkes,
2020b).

COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat


dan droplet, tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular
penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19
termasuk yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar untuk
mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur,
menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung
dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan
siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan
bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat (Kemenkes,
2020a).

Pemerintah saat ini melakukan karantina untuk melindungi masyarakat


dari risiko penyakit menular yang dapat menyebabkan kedaruratan
kesehatan seperti pandemic global COVID-19 yang terjadi saat ini. Pada
tahun 2018, Indonesia memiliki UU Karantina Kesehatan. Ada berbagai
jenis karantina yaitu karantina rumah, karantina rumah sakit, karantina
wilayah, karantina dipintu masukl dan pembatasan sosial berskala besar.
Pemerintah meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah selama 14
hari dengan tujuan memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Pemerintah saat ini meliburkan sekolah, meminta masyarakat untuk
menutup Rumah Makan, Cafe dan lainnya yang mengumpulkan orang
banyak.

Pemerintah juga gencar melakukan penyuluhan terkait sosial distancing.


Sosial distancing diartikan sebagai menjaga jarak sosial. Penekanannya
bukan hanya jarak fisik tetapi kecenderungan untuk menutup diri secara
sosial. Masyarakat diminta mengisolasi diri di rumah, masyarakat diminta
meminimaliris keluar rumah untuk mencegah penyebaran.

Adapun protocol isolasi diri sendiri dalam penanganan COVID-19,


sebagia berikut (Kemenkes, 2020b):
 Jika sakit, tetap di rumah
1. Jangan pergi bekerja, ke sekolah, atau ke ruang pubilk untuk
menghindari penularan covid-19 ke orang lain di masyarakat
2. Harus mengisolasi diri dan memantau diri sendiri untuk
menghindari kemungkinan penularan kepada orang-orang di
sekitar anda termasuk keluarga.
3. Melaporkan kepada fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
tentang kondisi kesehatannya, riwayat kontak dengan pasien
covid-19 atau riwayat perjalananan dari negara/area transmisi
lokal, untuk dilakukan pemeriksaan sampel oleh petugas
kesehatan.
 Isolasi diri sendiri
1. Ketika seseorang yang sakit (demam atau batuk/pilek/nyeri
tenggorokan/gejala penyakit pernapasan lainnya), namun tidak
memiliki risiko penyakit penyerta lainnya (diabetes, penyakit
jantung, kanker, penyakit paru kronik, AIDS, penyakit autoimun,
dll), maka secara sukarela atau berdasarkan rekomendasi petugas
kesehatan, tinggal di rumah dan tidak pergi bekerja, sekolah, atau
ke tempat-tempat umum.
2. Orang Dalam Pemantauan (ODP) yag memiliki gejala
demam/gejala pernafasan dengan riwayat dari negara/area
transmisi lokal, dan/atau orang yang tidak menunjukan gejala
tetapi pernah memiliki kontak erat dengan pasien covid-19
3. Lama waktu isolasi diri selama 14 hari hingga diketahui hasil
pemeriksaan sampel di laboratorium.
 Yang harus dilskukan saat isolasi diri
1. Tinggal di rumah dan jangan pergi bekerja dank e ruang public
2. Gunakan kamar terpisah di rumah dari anggota keluarga lainnya.
Jika memungkinkan, upaya menjaga jarak setidaknya 1 meter dari
anggota keluarga lain.
3. Gunakan selalu masker selama isolasi diri
4. Lakukan pengukuran suhu harian dan observasi gejala klinis
seperti batuk atau kesulitan bernapas
5. Hindari pemakaian bersama peralatan makan (piring, sendok,
garpu, gelas), dan perlengkapan mandi (handuk, sikat gigi,
gayung) dan linen/sprei.
6. Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
mengonsumsi makanan bergizi, melakukan kebersihan tangan
secara rutin, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta
keringkan, lakukan etika batuk/bersin.
7. Berada di ruang terbuka dan berjemur dibawah sinar matahari
setiap pagi
8. Jaga kebersihan rumah dengan cairan disinfektan
9. Hubungi segera fasilitas kesehatan jika sakit memburuk (seperti
sesak napas) atau dirawat lebih lanjut.

E. Komplikasi COVID-19
Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (Kemenkes 2020a).
HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN COVID-19

1. Hari/ tanggal pelaksanaan : Selasa, 07 April 2020 s/d Jum’at, 09 April


2020
2. Waktu
Kegiatan dimulai 07.00 s/d 24.00 WIB
3. Sasaran
Pengguna media sosial (Instagram, WhatsApp)
4. Penyaji
Penyajian materi dilakukan oleh Nur Wulan Maulida, S.Kep menggunakan
media poster dan video yang diunggah ke media sosial.
5. Observer
Observer dipegang oleh Nur Wulan Maulida, S.Kep..
6. Fasilitator
Nur Wulan Maulida, S.Kep berperan sebagai fasilitator. Fasilitator
memotivasi para sasaran jika ingin bertanta dan fasilitator juga menjawab
pertanyaan yang diajukan penanya/sasaran.
7. Media
Pengguna media sosial (Instagram, WhatsApp) dengan mengunggah poster
dan video terkait covid-19
8. Evaluasi Input
 Penyuluh mempersiapkan alat dan media 1 hari sebelumnya.
9. Evaluasi Proses
 Poster/Video diunggah sesuai hari yang dijadwalkan
 Pembaca atau penonton/sasaran penyuluhan adalah 3 orang sampai >100
orang.
 Pembaca atau penonton/sasaran penyuluhan antusias mengikuti
penyuluhan dari awal sampai akhir. Peserta aktif mengikuti penyuluhan,
ada peserta yang bertanya selama penyuluhan, dengan pertanyaan:
o Hari Selasa, 07 April 2020 dengan Poster pencegahan Covid-19
Pertanyaan:
Bagaimana penggunaan masker kain apakah bisa digunakan kembali
setelah dipakai?
o Hari Rabu, 08 April 2020 dengan Video Social Distancing
Pertanyaan:
Mengapa banyak orang yang positif covid-19 tidak menimbulkan
gejala atau tampak sehat?
o Hari Kamis, 09 April 2020 dengan Poster Cuci Tangan
Pertanyaan:
Apakah benar virus bisa menempel di cincin dan jam tangan?
o Hari Jum’at, 10 April 2020 dengan Poster Penggunaan Masker kain
Pertanyaan:
Misal ada orang yang batuk dan bersin kita hanya menggunakan
masker kain dan kita terkena cipratannya jadi bagaimana?

10. Evaluasi Hasil


Penyaji tidak sempat memberikan pertanyaan kepada peserta karena kondisi
yang tidak memungkinkan.
Dokumentasi kegiatan penyuluhan Selasa, 07 April 2020 dengan Poster
pencegahan Covid-19
Media Sosial Instagram

Berdasarkan hasil evaluasi poster yang diunggah di Intagram dari hari selasa-
Jum’at sebanyak 57 orang yang menyukai, 11 kali dibagikan, dan 2 orang yang
menyimpan poster.

Media Sosial WhatsApp

Berdasarkan hasil evaluasi poster yang diunggah di WA dari hari selasa sebanyak
28 orang yang melihat wa story dan 1 orang yang bertanya digrup.
Dokumentasi kegiatan penyuluhan Rabu, 08 April 2020 dengan Video Social Distancing

Media Sosial Instagram

Berdasarkan hasil evaluasi video yang diunggah di Intagram dari hari rabu-Jum’at
sebanyak 39 orang yang menyukai, 1 kali dibagikan, dan 131 orang yang
menonton video yang ditayangkan.

Media Sosial WhatsApp


Berdasarkan hasil evaluasi video yang diunggah di WA dari hari rabu digrup RT
15, 2 orang yang bertanya digrup.

Dokumentasi kegiatan penyuluhan Kamis, 09 April 2020 dengan Poster


Berdasarkan hasil evaluasi poster yang diunggah di WA dari hari kamis digrup
RT 15, 1 orang yang bertanya digrup.
Dokumentasi kegiatan penyuluhan Jum’at, 10 April 2020 dengan Poster

Berdasarkan hasil evaluasi yang diunggah di WA dari hari jum’at digrup RT 15, 1
orang yang bertanya digrup.
LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI RT 50 KOMPLEK HERO PUSKOPAD KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS


KECAMATAN LANDASAN ULIN

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG MANGGIS

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 23 Maret – 11 April 2020

Oleh :
Shovi Nurfitriani
NIM. 1930913320028

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI RT 50 KOMPLEK HERO PUSKOPAD KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS


KECAMATAN LANDASAN ULIN

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG MANGGIS

Oleh :
Shovi Nurfitriani
NIM. 1930913320028

Banjarbaru, April 2020


Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep, Ns., M.NSc


NIP. 19841112 201701209 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia
karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit
dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan merupakan investasi
untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam
upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang
sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan
antar upaya kerjasama program dan lintas sektor.
Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada
penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas
terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan
sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Prioritas pemberian
pelayanan kesehatan adalah dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif
dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39
Tahun
2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan
hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum dari
tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal,
diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas
kesehatan.
Keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan
gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial,
perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang
lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah
dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat
atau komunitas sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dan dalam seluruh
proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha
peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan
kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah kesehatan
sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga dan
kelompok dalam masyarakat.
Upaya meningkatkan kemampuan perawatan pada individu; keluarga dan
kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan
konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya
menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi keperawatan
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka
mahasiswa Profesi Ners angkatan XVI Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat melaksanakan Stase
Keperawatan Komunitas di RT.50 Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan
Landasan Ulin Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan, yang merupakan wilayah
kerja Puskesmas Guntung Manggis dengan menggunakan pendekatan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan menggunakan 3
pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Selama proses belajar di komunitas, mahasiswa mengidentifikasi
populasi dengan melakukan pengkajian berupa pengumpulan data, kemudian
menganalisa yang menjadi masalah atau resiko tinggi dan sumber yang
tersedia, untuk selanjutnya bekerjasama dengan komunitas dalam
merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan
proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang
ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.
Pendekatan individu dan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa
mempunyai keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang
tersebar di RT.50 Kelurahan Guntung Manggis. Pendekatan secara kelompok
dilakukan pada kelompok khusus pekerja dan Kelompok Khusus anak usia
Sekolah. Pendekatan dari masing-masing komponen diharapkan dapat
memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan
masyarakat serta mampu menanggulangi masalah kesehatan tersebut bersama
masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang terdapat di
masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik keperawatan komunitas, mahasiswa mampu:
a. Berkomunikasi secara efektif dengan tokoh masyarakat dan semua
lapisan masyarakat
b. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data kesehatan masyarakat
c. Memotivasi masyarakat dalam upaya mengenali dan mengatasi
masalah kesehatan
d. Bersama masyarakat menyusun perencanaan kegiatan dalam
menanggulangi masalah kesehatan yeng terdapat pada masyarakat
e. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat
guna mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi
f. Melaksanakan kegiatan bersama masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi
g. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap
masalah keperawatan yang telah ditemukan.

3
4

C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat saat pendidikan kepada
masyarakat tentang kesehatan
b. Untuk menimba pengalaman belajar mengenali masalah kesehatan
dan menentukan langkah penyelesaiannya
2. Masyarakat
a. Masyarakat memahami permasalahan kesehatan yang ada
b. Masyarakat mampu menyelesaikan permasalahan yang ada
c. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan
3. Institusi Pendidikan
a. Merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan Program
Studi Ilmu Keperawatan khususnya di bidang Keperawatan
Komunitas
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktik Keperawatan Komunitas selanjutnya
4. Profesi
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
sehingga profesi mampu mengembangkannya
c. Salah satu eksistensi dan pengembangan Profesi keperawatan Komunitas
5. Puskesmas
Menjadi salah satu informasi mengenai status kesehatan Warga di wilayah
kerja Guntung Manggis, khususnya warga RT 50 kelurahan Guntung
Manggis Kecamatan Landasan Ulin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


1. Definisi Keperawatan Komunitas
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu
tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minat dan interest yang sama. Keperawatan komunitas
ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta
memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah keperawatan yang
dihadapinya di dalam kehidupan sehari-hari.

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang


merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui
proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2006). Keperawatan komunitas adalah suatu
bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 1989).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan


keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,

5
6

keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti


pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010).

2. Falsafah Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang
melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan,
lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang


luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat
yang sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan
dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari
upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan.
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien
sebagai consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin
suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi
perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah
peningkatan status kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.
7

h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas


kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
3. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar
atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan
memilih tindakan terhadap fenomena yang ada dala keperawatan (La Ode
Jumadi, 1999)
Empat komponen paradigma keperawatan yaitu :
a. Manusia
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual yang utuh,
dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan
rohani serta unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan
sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara
tetap dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu
menyeimbangkan keadaan internalnya (homeostatis), (Kozier, 2000)
b. Keperawatan
Komponen yang kedua dalam paradigma keperawatan ini adalah
konsep keperawatan. Ada beberapa definisi keperawatan menurut
tokoh – tokoh dibawah ini :
1) Florence Nightingale 1895
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam
kondisi paling baik untuk beraktivitas.
2) Virginia Henderson (Fourteen Basic needs, 1960)
Keperawatan adalah suatu fungsi yang unik dari perawat untuk
menolong klien yang sakit atau sehat dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kemampuan,
kekuatan, pengetahuan dan kemandirian pasien secara rasional,
sehingga pasien dapat sembuh atau meninggal dengan tenang.
Definisi ini merupakan awal terpisahnya ilmu keperawatan dan
8

medik dasar. Fungsi yang unik dari perawat adalah membantu


individu sehat ataupun sakit untuk menggunakan kekuatan,
keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu
tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari – harinya, sembuh
dari penyakit atau meninggal dengan tenang.
c. Kesehatan
Sehat menurut WHO (1947) “Sehat adalah keadaan utuh secara fisik,
jasmani, mental dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas
dari penyakit cacat dan kelemahan”. Sehat menurut undang- undang
no. 23/ 1992 tentang “Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan
(jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.

Sakit menurut Zaidin Ali, 1998 “Sakit adalah suatu keadaan yang
mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani),
psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan
gangguan fungsi tubuh produktifitas dan kemandirian individu baik
secara keseluruhan atau sebagian”. Kesakitan adalah perasaan tidak
nyaman pada seseorang akibat penyakit sehingga mendorongnya
untuk mencari bantuan. (Kozier, 2000).
d. Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada
lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual. Menurut Leavell (1965), ada tiga faktor yang
saling mempengaruhi kesehatan dalam lingkungan yaitu agen
(penyebab), hospes (manusia) dan lingkungan. Agen adalah suatu
faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit, seperti faktor biologi,
kimiawi, fisik, mekanik atau psikologis misalnya virus, bakteri, jamur
atau cacing., senyawa kimia bahkan stress. Hospes adalah makhluk
hidup yaitu manusia atau hewan yang dapat terinfeksi oleh agen,
sedangkan lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi
9

kesehatan seperti lingkungan yang kumuh, lingkungan kerja yang


tidak nyaman, tingkat sosial ekonomi yang rendah, fasilitas pelayanan
kesehatan.

4. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri
b. Tujuan khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan.
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di
panti dan di masyarakat.
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal.

5. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)


a. Sasaran individu
10

Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta,
Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita
penyakit degeneratif.
b. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk
group), dengan prioritas :
1) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai
kartu sehat.
2) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,
penyakit menular.
3) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan
c. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun
tidak terikat dalam suatu institusi.

1) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi


antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,
Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu,
kelompok pekerja informal.

2) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi,


antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut,
rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
11

d. Sasaran masyarakat

Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai


risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada

1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang


mempunyai :

a) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah


lain

b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi


dibandingkan daerah lain

c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain.

2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,


demam berdarah, dll).

3) Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau


akibat lainnya.

4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain


daerah terpencil, daerah perbatasan.

5) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit


seperti daerah transmigrasi.

6. Prinsip dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas


Ada delapan prinsip dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu:
1. Unit dari perawatan komunitas adalah populasi.
12

2. Tugas utama keperawatan kesehatan komunitas adalah untuk


mencapai derajat kesehatan tertinggi bagi orang banyak atau
populasi secara keseluruhan.
3. Proses kesehatan komunitas dengan prinsip perawat bekerjasama
dengan komunitas secara partner.
4. Pencegahan yang diprioritaskan adalah pencegahan primer.
5. Strategi yang dipilih adalah strategi yang baik untuk kesehatan
lingkungan, sosial dan ekonomi dengan populasi sebagai fokusnya.
6. Kewajiban untuk secara aktif menjangkau semua orang yang
mungkin mendapat manfaat dari aktivitas atau layanan tertentu.
7. Penggunaan optimal sumber daya yang tersedia untuk memastikan
perbaikan menyeluruh terbaik dalam kesehatan populasi.
8. Kolaborasi dengan berbagai profesi lain, organisasi dan entitas
adalah cara paling efektif untuk mempromosikan dan melindungi
kesehatan masyarakat.

7. Model Keperawatan Komunitas


Teori keperawatan berkaitan dengan kesehatan masyarakat menjadi
acuan dalam mengembangkan model keperawatan komunitas adalah
teori Betty Neuman (1972) dan Model Keperawatan Comunity as
Partner (2000). Model Neuman memandang klien sebagai sistem yang
terdiri dari berbagai elemen meliputi sebuah struktur dasar, garis
kekebalan, garis pertahanan normal dan garis pertahanan fleksibel
(Neuman, 1994).

Model intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh Betty


Neuman melibatkan kemampuan masyarakat untuk bertahan atau
beradaptasi terhadap stressor yang masuk kedalam garis pertahanan
diri masyarakat. Kondisi kesehatan masyarakat ditentukan oleh
kemampuan masyarakat dalam menghadapi stressor. Intervensi
13

keperawatan dilakukan bila masyarakat tidak mampu beradaptasi


terhadap stressor yang masuk kedalam garis pertahanan (Clark, 1999).

Gambar 2.1 Teori/Model Keperawatan Komunitas


Dasar pemikiran dalam keperawatan komunitas adalah komunitas
adalah sebuah sistem. Pada awalnya Anderson dan McFarlane(1996)
menggunakan model “comunity as client”. Pada tahun 2000 model
disempurnakan menjadi “community as partner”. Model comunity as
partner mempunyai makna sesuai dengan filosofi PHC, yaitu fokus
pada pemberdayaan masyarakat. Model tersebut membuktikan ada
hubungan yang sinergi dan setara antara perawat dan klien.

Pengkajian komunitas mempunyai 2 bagian utama yaitu core dan 8


subsistem. Pengkajian core/inti adalah core : komunitas,
sejarah/riwayat, data demografi, jenis rumah tangga, vital statistik,
value, belief, religion dan status pernikahan. Pengkajian 8 subsistem
komunitas adalah pengkajian fisik, pelayanan kesehatan dan sosial,
ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Wahit Iqbal Mubarak, 2009).
Model comunity as partner menekankan pada terjadinya stressor yang
dapat mengganggu keseimbangan sistem: pertahanan fleksibel, normal
dan resisten. Tehnik pengumpulan data dalam model tersebut adalah
melalui winshield survey (pengamatan langsung ke masyarakat dengan
berkeliling wilayah dan menggunakan semua panca indra), hasil
wawancara, kuesioner dan data sekunder (data statistik, laporan
puskesmas, laporan kelurahan dan lain-lain).
14

8. Proses Keperawatan Komunitas


Dalam proses keperawatan komunitas ada tahap-tahap yang perlu
dilaksanakan perawat (Depkes RI, 1993), yaitu:
a. Tahap pesiapan: Memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat,
mempelajari serta bekerjasama dengan masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian: persiapan pembentukan kelompok dan
penyesuaian pola dalam masyarakat dilanjutkan dengan pemilihan
ketua kelompok dan pengurus inti.
c. Tahap pendidikan dan pelatihan kelompok masyarakat: kegiatan
pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat, melakukan
pengkajian, membuat program berdasarkan masalah atau diagnosa
keperawatan, melatih kader kesehatan yang akan membina
masyarakat dilingkungannya dan pelayanan keperawatan langsung
terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
d. Tahap formasi kepemimpinan : memberi dukungan latihan dan
pengembangan keterampilan kepemimpinan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan
kegiatan pemeliharaan kesehatan.
e. Tahap koordinasi intersektoral: kerjasama dengan sector terkait
dalam upaya memandirikan masyarakat.
f. Tahap akhir: supervise bertahap, evaluasi serta umpan balik untuk
perbaikan kegiatan kelompok kerja berikutnya.

9. Peran Perawat komunitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah :
a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
15

melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan


yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah
proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual (Mubarak, 2005).

Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,


perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan
proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat
mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk
belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan
strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang
telah didapat (Mubarak, 2005).
c. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat
ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
16

fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.


Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien (Mubarak, 2005).

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab


membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi
hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed
Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya
(Mubarak, 2005). Tugas yang lain adalah mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit
dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan (Mubarak, 2005).
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
f. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli
gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan
dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini
berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan.
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
17

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah


menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang
timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien (Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua
anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari
banyak profesional (Mubarak, 2005).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent
and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa perubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan
klien untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali kemungkinan
hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran
membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari


perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
18

membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga


perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005)
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community
Care Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan
masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian
masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran
perawat komunitas.

10. Prinsip Etik dalam Komunitas


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan
beberapa prinsip etik, yaitu:
a. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada .
b. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan
manfaat yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan
yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
c. Non Maleficience ( Tidak merugikan )
Prinsip tidak merugikan “Non-maleficence” adalah prinsip
menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang
tindakan yang memperburuk keadaan komunitas. Prinsip ini dikenal
sebagai “primum non nocere” atau “ above all do no harm “. Prinsip
ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan psikologis
pada komunitas.
19

d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan
upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
komunitas.

11. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya


peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan
komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan
promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif.
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
b. Upaya Preventif
20

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan


gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas maupun kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu,
puskesmas ataupun di rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui

c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita
penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu
bersalin dan nifas
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui
kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita
21

stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh


perawat
e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,
diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh
masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta,
AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita
Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu,
upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima
kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut
dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka
derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

12. Strategi Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam keperawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan
bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Elisabeth, 2007).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat
spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu:
22

perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat


(Elisabeth, 2007).
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat
dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan (Elisabeth, 2007).

d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk
interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya
dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri
untuk membentuk pengetahuan baru. Perawat komunitas perlu
memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar
muncul partisipasi aktif masyarakat (Elisabeth, 2007).

B. Asuhan Keperawatan Komunitas


Proses keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta
kelompok atau masyarakat.
Fungsi proses keperawatan komunitas, antara lain:
1. Memberikan pedoman yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui
asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya.
23

3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,


komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya, sehingga mendapat pelayanan yang
cepat agar mempercepat proses penyembuhan.
5. Dalam penerapan proses keperawatan (nursing proces), terjadi proses alih
peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan
masalah kesehatannya. Proses alih peran tersebut digambarkan sebagai
lingkaran dinamis proses keperawatan

Gambar 2.2 Lingkaran dinamis proses keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang


digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di
dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Tujuan
dari pengkajian keperawatan komunitas ini adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif atau negatif) yang
24

mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan


strategi promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5
kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas
masalah (Mubarak, 2005).

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.

1) Data subyektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

2) Data obyektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,


pengamatan dan pengukuran.

Sumber data dapat diperoleh dari data primer dan data sekunder.

1) Data primer, adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal
ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan
atau pengkajian.

2) Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang
dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan
pasien atau medical record.

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai


masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan
yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut
aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).

Terdapat lima metode pengumpulan data komunitas:


25

1. Wawancara informan (informant interview), dilakukan dengan secara


langsung mengajukan kepada penduduk komunitas. Sumber data
berasal dari anggota komunitas atau kelompok agregasi.
2. Pengamatan partisipan (participant observation), dilakukan dengan
mengamati apa yang sedang terjadi pada lingkungan sosial tertentu
kemudian secara sistematis mencatat pengamatan ini.
3. Analisis sekunder dari data yang ada (secondary analysis), sumber
data yang digunakan adalah analisis catatan, dokumen dan data lain
yang telah dikumpulkan. Data mungkin sudah ada dalam bentuk data
sensus, catatan historis, diary, catatan pengadilan, ringkasan penting,
studi komunitas sebelumnya
4. Melakukan survey, anggota komunitas atau kelompok agregasi
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan spesifik baik
tertulis maupun lisan yang didasarkan pada sampel populasi.

5. Windshield survey, kunjungan mengitari komunitas geopolitik


dengan menggunakan pengamatan melalui kaca mobil (automobile)
sebagai cara mengumpulkan informasi tentang lingkungan
komunitas.

Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

1) Data inti

a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas


 Tanyakan siapa yang mengetahui sejarah daerah tersebut.
 Tanyakan kepada toma tentang bagaimana riwayat
berdirinya daerah tersebut, sudah berapa lama.
 Tanyakan tentang wilayah-wilayah yang diyakini oleh
penduduk setempat memiliki nilai mistik.
 Observasi kondisi bangunan yg ada di daerah tersebut.
b) Values (nilai-nilai yang dianut masyarakat), beliefs (keyakinan),
agama
26

 Tanyakan tentang nilai-nilai dan keyakinan yg dianut


masyarakat terkait pola kebiasaan.
 Tanyakan tentang norma yg berlaku di masyarakat.
 Identifikasi tentang pola budaya yg banyak diyakini
masyarakat terkait dgn kesehatan.
 Apakah terdapat mesjid, gereja, dll (sarana ibadah) ?
 Apakah keyakinan agamanya homogen ?
c) Data demografi
 Komposisi penduduk; umur dan jenis kelamin
 Tipe keluarga dan Status perkawinan
 Ras/suku dan bahasa
 Pekerjaan dan tingkat pendapatan
d) Vital statistic
 Kelahiran
 Kematian (berdasarkan umur dan penyebab kematian,
angka kematian kasar atau CDR)
 Morbiditas
2) Data subsistem komunitas
a) Lingkungan fisik
 Pemeriksaan fisik merupakan komponen kritis dlm
pengkajian pasien individual, begitu pula dlm pengkajian
komunitas.
 Kelima indra kita diperlukan untuk pemeriksaan fisik
pasien, begitu pula dalam pemeriksaan tingkat komunitas.
27

Gambar 2.3 Komponen dan sumber data lingkungan fisik


b) Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
 Fasilitas didalam komunitas
 Fasilitas diluar komunitas

Gambar 2.4 Komponen dan sumber informasi layanan


kesehatan dan sosial
c) Ekonomi
 Jenis pekerjaan
28

 Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan


 Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan







Gambar 2.5 Indikator ekonomi


 Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut
usia
29

Gambar 2.6 Indikator dan sumber informasi ekonomi

d) Keamanan dan transportasi

Gambar 2.7 Indikator dan sumber informasi transportasi dan


keselamatan

e) Politik dan pemerintahan


 Pemerintah (Rt, Rw, Lurah, Camat, Dst)
30

 Kelompok pelayanan masyarakat :


- PKK - Karang Taruna
- LKMD - Posyandu
- Panti Werdha - Dll
 Politik (Peran serta Partai Politik dalam pelayanan kesehatan,
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan)
f) Sistem komunikasi
 Sarana umum komunikasi
 Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
 Cara penyebaran informasi

Gambar 2.8 Komponen dan sumber informasi komunikasi

g) Pendidikan
 Tingkat atau status pendidikan komunitas
 Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
h) Rekreasi
 Dimana anak-anak bermain?
 Bentuk / jenis rekreasi
 Fasilitas tempat rekreasi
 Kebiasaan rekreasi
 Siapa pengunjung / pesertanya ?
31

b. Pengolahan data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data


dengan cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data

2. Analisis data
Fase-fase yang dapat digunakan dalam membantu proses analisis adalah:
1) Kategorisasi
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu jika
pertama-tama mengkategorikan data. Data dapat dikategorikan dalam
berbagai cara. Kategori data pengkajian komunitas meliputi:
a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan
kelompok etnik dan ras).
b) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan
tempat tinggal, ruang public, dan jalan).
c) Karakteristik social-ekonomi (kategori pekerjaan, penghasilan,
pendidikan yang dicapai, dan pola penyewaan atau kepemilikan
rumah).
d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat
pelayanan kesehtan mental, dan sebagainya).

2) Ringkasan
Berupa diagram dan grafik.
3) Pembandingan
Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data adalah
mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan kehilangan data.
Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan seperti kesalahan dalam
32

pencatatan, tugas penting adalah menganalisa secara kritis data dan


menyadari potensi terjadinya kesenjangan dan kehilangan data.
4) Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang
telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik simpulan logis
dari bukti yang ada untuk mengarah perumusan diagnosa keperawatan
komunitas.

3. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang
telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu
diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005).

4. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya dengan Muekes’s criteria, yaitu:
1) Masalah yang terjadi sesuai dengan tugas perawat komunitas.
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Keinginanan komunitas untuk menyelesaikan masalah.
6) Tersedianya sumberdaya masyarakat
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan
menurut Abraham H. Mashlow yaitu:
1) Keadaan yang mengancam kehidupan
2) Keadaan yang mengancam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
33

Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai


dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan
komunitas adalah format penapisan menurut Stanhope , Lancaster, 1988 :
1) Kesadaran masyarakat terhadap masalah
2) Motivasi komuniti untuk mengatasi masalah
3) Kemampuan perawat untuk mengatasi masalah
4) Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi
5) Adanya hambatan-hambatan dalam menyelesaikan masalah

6) Waktu yang diperlukan untuk mengatasi masalah

5. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin
terjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Masalah actual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses Of
Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.

Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu


problem (masalah) yang merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari
kondisi normal, agregat (kelompok yang terkena masalah, etiologi
(penyebab dari masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memberi
arah intervensi keperawatan), sign atau symptom (tanda dan gejala).

6. Perencanaan Keperawatan

Merupakan penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan


kesehatan masyarakat yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Langkah-langkah dalam perencanaan
34

keperawatan komunitas mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan


keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai
pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
1) Kriteria perumusan tujuan:
a) Fokus pada masyarakat
b) Jelas dan singkat
c) Dapat diukur dan diobservasi
d) Realistik
e) Ada target waktu
f) Melibatkan peran serta masyarakat
2) Langkah rencana tindakan keperawatan:
a) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
b) Tetapkan teknik & prosedur yang akan digunakan
c) Melibatkan peran serta masyarakat dalam penyusunan perencanaan
kegiatan : MMD
d) Pertimbangkan fasilitas dan sumber daya masyarakat yang tersedia
e) Tindakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
f) Mengarah pada tujuan
g) Tindakan yang realistik
h) Disusun berurutan

3) Kriteria hasil, digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan bersifat


spesifik. Terdapat 2 macam :
- Kriteria verbal : kriteria hasil untuk sebuah kegiatan KIE
- Kriteia psikomotor : kriteria hasil untuk sebuah tindakan seperti
pembentukan kader, penggiatan posyandu dll

No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


Keperawatan

1. Defisiensi NOC: Status Kesehatan NIC: Pengembangan program


kesehatan Komunitas 1. Bantu kelompok atau
komunitas masyarakat dalam
Setelah dilakukan tindakan mengidentifikasi kebutuhan atau
keperawatan selama 1 kali masalah kesehatan yang
pertemuan status kesehatan signifikan.
komunitas meningkat dengan 2. Prioritas kebutuhan kesehatan
terhadap masalah yang
kriteria hasil: teridentifikasi.
1. Tingkat partisipasi dalam 3. Bentuk satuan petugas termasuk
anggota masyarakat yang tepat
program komunitas untuk memeriksa kebutuhan
meningkat. prioritas masalah.
2. Prevalensi program 4. Edukasi anggota kelompok
peningkatan kesehatan perencanaan mengenai proses
meningkat perencanaan.
35

5. Identifikasi alternative
pendekatan untuk mengatasi
kebutuhan atau masalah.
6. Evaluasi alternative pendekatan
terkait dengan rincian biaya,
kebutuhan sumber daya,
kelayakan dan kegiatan yang
dibutuhkan.
7. Pilih pendekatan yang paling
tepat.
8. Fasilitasi penerapan program
oleh komunitas.
9. Pantau kemauan pelaksanaan
program.
10. Modifikasi dan sempurnakan
program.
2. Perilaku NOC : Kompetensi Komunitas NIC : Manajemen lingkungan :
kesehatan Komunitas
Setelah dilakukan tindakan
cenderung
keperawatan selama 7 x 24 1. Identifikasi risiko kesehatan
berisiko
masalah pasien teratasi, dilingkungan
dengan kriteria hasil: 2. Partisipasi TIM multidisiplin
untuk mengidentifikasi ancaman
1. Mampu menyebarluaskan kesehatan dikomunitas
persoalan dikomunitas 3. Partisipasi di program komunitas
melalui media dan forum 4. Kolaborasi untuk program aksi
komunitas pengembangan komunitas
2. Mampu memanajemen 5. Promosi : kebijakan pemerintah
strategi untuk untuk mengurangi masalah
menyeleseikan konflik kesehatan
3. Berpartisipasi aktif dalam 6. Mengadakan program edukasi
aktivitas komunitas untuk kelompok berisiko
4. Mampu menggmbarkan
seluruh segmen
komunitas untuk
menyelesaikan masalah
5. Mampu menentukan
agenda individu dengan
kegiatan komunitas
6. Menyetujui aksi untuk
mengimplementasikan
tujuan penyeleseian
masalah di komunitas
3. Kesiapan NOC: Pengetahuan: Perilaku NIC: Pendidikan Kesehatan
meningkatkan kesehatan
1. Tetapkan penyuluhan yang akan
manajemen
Setelah dilakukan tindakan diberikan ke komunitas tentang
kesehatan perilaku kesehatan terkini
keperawatan selama 1x 60
menit masalah komunitas 2. Identifikasi sumber sumber yang
teratasi dengan kriteria hasil: diperlukan untuk menjalankan
1. Masyarakat mengetahui program edukasi
tentang pelayanan yang 3. Presentasikan informasi dan
tersedia dikomunitas masalah yang akan di diskusikan
2. Masyarakat mengetahui 4. Demonstrasikan ketika
tentang penyakit yang mengajarkan kemampuan/skill ke
36

berisiko dikomunitas masyarakat


3. Masyarakat aktif 5. Melibatkan individu, keluarga
berkonsultasi dan dan kelompok untuk mendukung
memeriksakan diri perubahan perilaku kesehatan ke
kepelayanan kesehatan arah kondusif.

4. Kontaminasi NOC: status kesehatan NIC: Manajemen lingkungan:


komunitas komunitas

Setelah dilakukan tindakan 1.


keperawatan selama 7x 24 jam Inisiasi skrining risiko kesehatan
masalah komunitas teratasi yang berasal dari lingkukngan.
dengan kriteria hasil: 2.
Berpartisiapsi dalam tim
1. Status kesehatan bayi/ multidisiplin untuk
anak/ remaja/ orang
mengidentifikasi ancaman
dewasa/ dan lansia baik.
2. Angka morbiditas tidak terhadap keselamatan di
meningkat. komunitas.
3.
Monitor status risiko kesehatan yang
sudah diketahui.
4.
Berpartisipasi dalam program di
komunitas untuk mengatasi
risiko yang sudah diketahui.
5.
Dorong lingkungan untuk
berpartisipasi aktif dalam
keselamatan komunitas.
6.
Lakukan program edukasi untuk
kelompok berisiko.
7.
Bekerjasama dengan kelompok di
lingkungan untuk memastikan
aturan pemerintah yang sesuai.

8.

5. Risiko NOC: control risiko NIC: Perlindungan lingkungan


Kontaminasi komunitas: penyakit menular berisiko

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji lingkungan terkait dengan


keperawatan selama 3x 24 jam adanya risiko potensial dan
masalah komunitas teratasi actual.
dengan kriteria hasil: 2. Analisa tingkat risiko yang
terkait dengan lingkungan.
1. Kejadian penyakit 3. Informasikan poppulasi yang
dilaporkan dengan sangat berisiko mengenai hal-hal yang
baik. membahayakan di lingkungan.
2. Ketersediaan layanan 4. Monitor kejadian penyakit dan
37

kesehatan untuk cedera yang berhubungan


mengobati penyakit dengan bahaya yang ada di
menular baik. lingkungan.
3. Pemantauan komplikasi 5. Pertahankan pengetahuan terkait
penyakit menular. dengan standar lingkungan
tertentu.
6. Beritahu lembaga yang
berwenang untuk melindungi
lingkungan dari bahya yang
sudah diketahui.
7. Kolaborasi dengan lembaga-
lembaga lain untuk
meningkatkan keamanan
lingkungan.
8. Dukung program-program untuk
adanya peringatan//
pemberitahuan akan bahaya
yang ada di lingkungan.
9. Skrining populasi berisiko untuk
mendapatkan bukti adanya
paparan terhadap bahaya yang
ada di lingkungan.
10. Berpartisipasi dalam
pengumpulan data terkait dengan
kejadian dan prevalensi paparan
bahaya yang ada dilingkungan.

7. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan


keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas,
Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah :
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
38

dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)
(Mubarak, 2005).
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005).
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
kompeten (Mubarak, 2005).
e. Memiliki keyakinan
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005).
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi
dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup
pada kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan khusus
terhadap suatu penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi,
imunisasi, stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder
39

Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat


terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses
penyakit atau kelainan sehingga memperpendek waktu sakit dan
tingkat keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi intervensi segera
terhadap tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada
pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya
kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk
mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses penyakit.

8. Evaluasi atau Penilaian


Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).

Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program


kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif
program. Data evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki
database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari
analisis pengkajian data komunitas. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah
masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian
yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula.
40

Jenis evaluasi, antara lain:


a) Evaluasi Formatif: mencerminkan pengamatan perawat dan analisa
respon pasien segera setelah dilakukan intervensi, metode yang
digunakan dgn menggunakan “Catatan Perkembangan”
b) Evaluasi sumatif: rekapitulasi dari hasil intervensi keperawatan yang
telah diberikan berupa narasi, seperti resume pasien.
c) Evaluasi Struktur : evaluasi terkait persiapan (contoh: rencana
penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara, undangan telah
disebar)
d) Evaluasi Proses : pelaksanaan (jumlah peserta yang hadir ... Orang, 15
% dari peserta aktif bertanya, penyuluhan dilaksanakan di tempat.....)

e) Evaluasi hasil : dari tujuan yang ditetapkan (contoh: warga dapat


memahami Diare).

Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian:


a) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan
b) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan

c) Hasil penelitian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan


selanjutnya apabila masalah belum teratasi

Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah:


a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
b) Perkembangan atau kemajuan proses
c) Efisiensi biaya
d) Efektifitas kerja
e) Dampak

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang


terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat
anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung
upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas
41

pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang


digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan melalui proses
asuhan keperawatan komunitas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (PSIK FK ULM) dilaksanakan di
RW 001 RT 50 Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin Komplek
Hero Puskopad di wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis. Praktik ini
berlangsung selama 3 minggu yaitu mulai tanggal 23 Maret sampai dengan 11
April 2020.

Kelurahan Guntung Manggis terdiri dari 7 RW dan 51 RT. Pengkajian dilakukan pada
RT 50 selama 2 hari, pengkajian yang dilakukan meliputi pengumpulan data dengan
menggunakan media sosial (google, whatsaap) dan observasi secara langsung.
Berdasarkan hasil pengkajian di RT 50 didapatkan total kepala keluarga seluruhnya
sebanyak 102.
I. Pengkajian
A. Data Inti
1. Riwayat Komunitas
Wilayah kelurahan guntung manggis merupakan dataran tinggi
mempunyai luas wilayah sekitar 3.502,84 Ha. Jumlah penduduk 25.335
Jiwa yang terdiri dari 9.169 KK, 13.424 laki-laki dan 11.911 perempuan
dan suhu rata rata harian berkisar antara 27º C sampai dengan 30º C.
RT 50 Komplek Hero Puskopad terletak di Kelurahan Guntung
Manggis Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru Provinsi kalimantan
Selatan, dengan jumlah penduduk 299 Jiwa terdiri dari 149 laki-laki dan
150 perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 102 KK. RT
50 Komplek Hero Puskopad hampir seluruh wilayahnya merupakan
perumahan warga sedangkan tanaman warga di sekitar hanya sebagian
kecil saja.
Adapun menurut sejarah, awal mulanya kelurahan Guntung
Manggis ini adalah kelurahan Guntung Payung yang terjadi pemakaran

41
daerah karena dengan bertambahnya penduduk dan sangat luasnya wilayah
pekerjaan maka oleh pemerintahan yang baru dibentuklah kelurahan
Guntung Manggis dan kebanyakan dari pada masyarakat kelurahan
Guntung Manggis adalah para pengusaha dan pekerja pemerintahan sebab
50% lebih dari masyarakat kelurahan Guntung Manggis ini adalah
masyarakt pendatang.
2. Batas Wilayah
Keluarahan Guntung Manggis berada di wilayah Kecamatan Landasan Ulin.
Data batas wilayah didapatkan dari data sekunder melalui media sosial
(google dan whatsapp). Adapun batas-batas geografis kelurahan Guntung
Manggis adalah:
1. Utara : Berbatasan dengan kelurahan Guntung Payung.
2. Selatan : Berbatasan dengan kelurahan Palm (Kec. Cempaka).
3. Barat : Berbatasan dengan kelurahan Landasan Ulin Timur.
4. Timur : Berbatasan dengan Loktabat Selatan (Kec. Banjarbaru).
Adapun batas-batas geografis wilayah RT 50 adalah:
1. Utara : Berbatasan dengan RT 43
2. Selatan : Brbatasan dengan RT 45
3. Barat : Berbatasan dengan RT 05
4. Timur : Berbatasan dengan RT 05
3. Data Demografi
Dari data didapatkan jumlah penduduk di RT 50 komplek Hero
Puskopad pada tahun 2020 dapat dilihat dalam tabel.

Tabel
Jumlah Penduduk RT 50 Komplek Hero
Puskopad
Tahun 2020

SEBARAN JUMLA
N JUMLA
PENDUD L P H
O. H
UK KK
1. RT 50 149 150 299 102
14 15
JUMLAH 299 102
9 0
Adapun hasil tabulasi disajikan sebagai berikut:
a. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Diagram 3.1 Distribusi Jumlah Penduduk yang terdata berdasarkan Jenis
Kelamin

Distribusi Jenis Kelamin

Laki-laki
Perempuan
50.55% 49.45%

Berdasarkan diagram diatas jumlah penduduk dengan jenis kelamin


laki-laki yaitu sebanyak 149 orang (49%) dan perempuan sebanyak
150 orang (51%).
b. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia
Diagram 3.2 Distribusi Jumlah Penduduk yang terdata berdasarkan Usia

Distribusi Usia

>59 Tahun
6.00% 7.00%
19-59 Tahun
8.00%
13-18 Tahun
11.00%
6-12 Tahun
0-5 Tahun

68.00%
Berdasarkan diagram diatas jumlah penduduk terbanyak adalah pada
rentang usia 19-59 tahun (usia dewasa) yaitu sebanyak 202 orang
(67%) dan rentang usia paling sedikit yaitu pada usia 0-5 tahun yaitu
sebanyak 19 orang (6%).
c. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
Distribusi Jumlah Penduduk yang terdata berdasarkan Agama yaitu
mayoritas beragama islam.
d. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku
Berdasarkan hasil wawancara melalui whatsapp dengan ketua RT
jumlah penduduk di RT 50 komplek Hero Puskopad memiliki suku dan
budaya beraneka ragam.
e. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil wawancara melalui whatsapp dengan ketua RT
jumlah penduduk terbanyak berdasarkan pekerjaan yaitu polri dan
TNI.
f. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil wawancara melalui whatsapp dengan ketua RT
jumlah penduduk terbanyak berdasarkan pendidikan terakhir yaitu
SMA.
g. Distribusi Penduduk Berdasarkan Penghasilan Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara melalui whatsapp dengan ketua RT
jumlah penduduk terbanyak yaitu dengan penghasilan 2-4 juta.

4. Vital Statistik
Pada desember tahun 2019 lalu, dunia di hebohkan dengan
teridentifikasinya virus baru bernama Novel Corona Virus yang saat ini
disebut dengan COVID-19. Virus berbahaya ini membuat banyak
masyarakat di dunia resah dan meningkatnya standar keamanan di
berbagai negara termasuk Indonesia. WHO China Country Office
melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota
Wuhan dan China mengidentifikasi Etiologi tersebut sebagai jenis baru
yaitu corona virus disease dan 30 Januari 2020 WHO menetapkan sebagai
Public Health Emergency of Internasional Concern (PHEIC) (Kemenkes
RI, 2020).
Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat pada tanggal 25
Maret 2020 ada 895 kasus yang terkonfirmasi, dalam perawatan 701 kasus
(88,734% dari terkonfirmasi, sembuh 31 orang (3,924% dari
terkonfirmasi) dan meninggal 58 kasus (7,342% terkonfirmasi) (Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, 2020). Jumlah kasus Covid-
19 di Kalimantan Selatan pada data 25 maret 2020 terdapat 2
kasus yang terkonfirmasi, 1 positif, 1 negatif, 0 kasus sembuh,
dan 0 kasus meninggal. Pada tanggal 31 maret 2020 terjadi
peningkatan kasus yaitu terkonfirmasi menjadi 8, pasien dalam
pengawasan 8 dan orang dalam pemantauan 1.231. Banjarbaru
sendiri terdapat 172 orang dalam pemantauan dan 2 orang pasien
dalam pengawasan (Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19,
2020).
Hasil dari wawancara kepada ketua RT dan beberapa warga sekitar melalui
via whatsapp yaitu, sebagian warga sudah mengetahui bagaimana cara
penularan dan tanda gejala tentang kasus covid-19. Namun, juga masih
ada beberapa warga yang tidak terlalu memahami bagaimana cara
penularan virus ini dan cara pencegahan covid-19. Selain itu, pada saat di
singgung masalah cuci tangan mereka mengganggap itu hanya hal yang
biasa yang sudah sering dilakukan hanya ketika tangan kotor dan sebagian
belum terlalu tau bagaimana cara mencuci tangan dengan cara yang benar.
Hasil observasi secara langsung, warga sekitar juga masih ada yang
berkeliaran dilingkungan komplek pada sore hari, terlihat cukup banyak
anak-anak yang bermain bersama dan ada beberapa ibu-ibu dan bapa-bapa
yang berkumpul juga.

a. Kondisi Kesehatan Penduduk


Berdasarkan data yang didapat dari wawancara melalui whatsapp
dengan ketua RT mayoritas penduduk RT 50 komplek Hero Puskopad
dengan kondisi sehat dan berdasarkan data yang didapat dari ketua RT,
didapatkan hasil pada bulan Januari-Desember tahun 2019 angka
kelahiran di RT 50 Komplek Hero Puskopad sebanyak 6 orang dan
angka kematian sebanyak 5 orang.
b. Data Penyakit
Berdasarkan data yang didapat melalui internet pada tahun 2015,
didapatkan ada 10 penyakit terbanyak di puskesmas Guntung Manggis
yaitu nasoparingitis akut, hipertensi, pharingitis, penyakit lain pada
sistem otot, dispepsia, penyakit pulpa dan jaringan periapikal, penyakit
gusi dan jaringan periodental, gangguan pertumbuhan gigi dan erupsi,
diare dan DM type 2.
c. Data Kesehatan Pasangan Usia Subur
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan ketua RT melalui whatsapp,
selama tahun 2019 ada keluarga baru menikah dan pasangan usia subur
sebanyak 24 orang.
d. Data Kesehatan Ibu Hamil
Terdapat 5 orang perempuan yang sedang hamil.
1) Anggota Keluarga yang Hamil
Diagram 4.1 Anggota Keluarga yang hamil

Anggota Keluarga yang Hamil

10.00%

YA
TIDAK

90.00%

Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 5


(10%) orang ibu hamil dan 46 (90%) orang ibu yang tidak hamil.
2) Imunisasi pada Ibu Hamil
Berdasarkan hasil yang didapatkan mahasiwa dengan wawancara
kepada ibu hamil melalui whatsapp group, bahwa mereka sudah
melakukan imunisasi TT.
3) Keluhan Ibu Hamil
Diagram 4.2 Keluhan Ibu hamil

Keluhan Yang Dirasakan Ibu Hamil

20.00%
Tidak Nafsu makan,
mual muntah
Tidak Ada Keluhan
20.00% 60.00% Lain-lain

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa keluhan ibu hamil


terbanyak yaitu tidak nafsu makan, mual dan muntah sebanyak 3
orang (60%), 1 orang (20%) tidak ada keluhan dan 1 orang (20%)
nya lain-lain.
4) Ibu Hamil yang Sudah Mendapatkan Informasi Kesehatan
Diagram 4.3 Ibu hamil yang sudah mendapatkan informasi
kesehatan.

Informasi Kesehatan ibu hamil

40.00%
Cara Menyusui
Perawatan BBL
60.00%
Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa informasi yang sudah
diketahui tentang kehamilan yaitu sebanyak 2 orang (40%)
mendapatkan informasi cara menyusui dan 3 orang (60%)
mendapatkan informasi perawatan BBL.
5) Informasi Kesehatan ibu hamil yang dibutuhkan saat ini
Diagram 4.4 Informasi kesehatan ibu hamil yang dibutuhkan saat
ini

Informasi kesehatan yang dibutuhkan

Senam Hamil
40.00% Senam Setelah
Melahirkan
60.00%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa informasi kesehatan


ibu hamil yang dibutuhkan saat ini adalah senam hamil sebanyak 3
(60%) orang dan senam setelah melahirkan yaitu sama sebanyak 2
(40%).
6) Rencana Persalinan
Berdasarkan hasil yang didapatkan mahasiwa dengan wawancara
kepada ibu hamil melalui whatsapp group, semua ibu hamil
berencana ingin melahirkan di klinik bersalin.

e. Data Kesehatan Anak Usia Sekolah


1) Kebiasaan Mencuci Tangan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RT melalui whatsapp,
ketua RT mengatakan anak usia sekolah di RT 50 komplek Hero
Puskopad belum pernah disosialisasikan dan diajarkan bagaimana
cara cuci tangan yang benar dan kapan saja harus melakukan cuci
tangan.
f. Data Kesehatan Remaja
1) Kegiatan remaja diluar jam Sekolah
Berdasarkan hasil observasi, remaja di RT 50 komplek Hero
Puskopad melakukan kegiatan seperti karang taruna, olahraga,
bermain gadget dan diam diri dirumah.

g. Data Kesehatan Dewasa


1) Kebiasaan Olahraga teratur
Berdasarkan hasil observasi, warga RT 50 komplek Hero Puskopad
memiliki jadwal teratur untuk olahraga volly dan badminton yaitu
untuk volly setiap hari senin dan rabu sore, sedangkan untuk
olahrga badminton setiap jumat dan sabtu malam.
2) Kebiasaan Anggota keluarga yang Merokok
Berdasarkan hasil observasi, di lingkungan RT 50 komplek Hero
Puskopad cukup banyak angota keloarga yang merokok.

h. Data Kesehatan Lansia


1) Kebiasaan Olahraga teratur
Berdasarkan hasil observasi, warga RT 50 komplek Hero Puskopad
memiliki jadwal teratur untuk olahraga volly dan badminton yaitu
untuk volly setiap hari senin dan rabu sore, sedangkan untuk
olahrga badminton setiap jumat dan sabtu malam.

i. Data Kesehatan Jiwa


Berdasarkan hasil dari wawancara dengan ketua RT melalui whatsapp,
ketua RT mengatakan bahwa warga RT 50 komplek Hero Puskopad
tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
5. Nilai dan Kepercayaan
Mayoritas penduduk warga RT 50 Komplek Hero Puskopad yaitu
beragama islam. Berdasarkan data windshield survey dan observasi
terdapat tempat peribadatan di komunitas berupa langgar.

Gambar 3.1.Tempat ibadah di RT 50 komplek Hero Puskopad.

B. Lingkungan Fisik
1. Kondisi Geografis
Hasil observasi dan data didapatkan bahwa luas wilayah RT 50
Komplek Hero Puskopad adalah 50.000 Ha dengan ikllim di wilayah
komunitas tropis, dengan suhu rata-rata harian 300C. Jenis tanah di RT
50 komplek Hero Puskopad adalah tanah coklat. Tekstur tanahnya
adalah pasiran dan debuan. Tingkat kemiringan tanah adalah 200. Di
RT 50 komplek Hero Puskopad tidak terdapat pencemaran air dari
pembuangan limbah dan sampah rumah tangga. Namun, terdapat
pencemaran udara dan sedikit kebisingan. Tidak terjadi adanya
longsor/erosi.

2. Perumahan
Hasil observasi, rumah di komunitas sudah tertata rapi. Seluruh rumah
di RT 50 komplek Hero Puskopad memiliki bangunan yang permanen.
Gambar 3.2 Bangunan rumah permanen di RT 50 komplek Hero Puskpad

Dari observasi jenis bangunan memiliki bangunan permanen dengan


material semen, berlantai keramik dan menggunakan atap seng.
Kepemilikan rumah sebagian besar milik sendiri, hanya sedikit warga
yang menyewa. Seluruh rumah ditempati warga untuk tempat tinggal.
Berdasarkan observasi seluruh rumah memiliki jendela dan
difungsikan. Pencahayaan rumah sudah cukup baik, penerangan
rumah seluruhnya menggunakan listrik. Penyejuk ruangan mayoritas
menggunakan kipas angin, dan ada juga yang menggunakan AC.

3. Jenis tempat peribadatan


Berdasarkan observasi terdapat tempat peribadatan di komunitas
berupa langgar.

Gambar 3.3 Tempat ibadah di RT 50 komplek Hero Puskopad.

4. Tumbuhan dan binatang ternak


Berdasarkan observasi cukup banyak warga yang mempunyai tanaman
di depan ataupun samping rumah. Selain itu, sebagian kecil juga
tampak terdapat beberapa tanaman sayuran dan buah-buahan seperti
pohon rambutan, mangga, pepaya, singkong yang berada di depan,
samping dan di belakang rumah warga.

Gambar 3.4 Tampak tumbuhan-tumbuhan yang ada di RT 50 komplek Hero


Puskopad.

Berdasarkan observasi tidak ada warga yang memiliki peliharaan


ternak seperti kambing, sapi, ayam, itik ataupun ikan.

5. Lahan kosong
Berdasarkan observasi tampak ada beberapa lahan kosong milik
pribadi dengan kondisi tanah lapang dengan dijadikan tempat parkir
mobil dan tempat bermain anak-anak komplek.

6. Kondisi lingkungan sekitar


Berdasarkan hasil observasi, warga membuang sampah ditempat yang
sudah disediakan atau tempat sampah sementara setiap di depan
rumah dan pada pagi hari atau malam hari ada petugas yang
mengambil sampah tersebut untuk di bawa atau ditempatkan di tempat
pembuangan sementara. Namun, ada juga beberapa warga yang
membakar langsung sampah tersebut di tempat sampah yang sudah
disediakan. Jarak antara tempat sampah depan rumah dengan rumah
atau halaman rumah ± hanya 2-3 meter.
Gambar 3.5 Tempat sampah yang telah disediakan di depan rumah

Hasil observasi, seluruh warga RT 50 komplek Hero Puskopad sudah


memiliki WC sendiri berupa WC jongkok dan WC duduk.
Hasil observasi, seluruh warga RT 50 komplek Hero Puskopad
memakai sumber air yang berasal dari sumur yang dialirkan ke warga
dengan menggunakan mesin dan sebagian ada yang menggunakan air
PDAM.

C. Pendidikan Komunitas
Hasil data observasi di wilayah kelurahan Guntung Manggis terdapat
sekolah TK/PAUD sebanyak 8 buah, sekolah TPA Al-Qur’an sebanyak 4
buah, pondok pesantren sebanyak 3 buah, SD 5 buah, MI 2 buah, SMP 2
buah, SMA 1 buah dan kampus/PTS 1 buah. Di wilayah RT 50 komplek
Hero Puskopad tidak ada terdapat tempat pendidikan.

D. Keamanan dan Transportasi


Hasil observasi, terdapat 2 Poskamling untuk jaga malam, namun hanya
ada 1 poskamling yang berfungsi untuk jaga malam, siang hari terlihat
poskamling menjadi tempat warga berkumpul dan bersantai, RT 50
komplek Hero Puskopad termasuk kondisi lingkungan yang aman. Kondisi
jalan komplek sudah menggunakan aspal, cukup banyak dilalui kendaraan
roda dua, dan roda empat.
Di RT 50 komplek Hero Puskopad juga belum terdapat unit pemadam
kebakaran.
(a) (b)
Gambar 3.7 (a) Poskamling yang berfungsi di RT 50 komplek Hero Puskopad (b)
Kondisi jalan komplek Hero Puskopad

Jenis transportasi yang digunakan masyarakat sebagian besar adalah milik


pribadi dan sebagian kecil milik pemerintah. Transportasi yang dimiliki
warga adalah roda dua seperti sepeda motor dan roda empat seperti
mobil, menggunakan sepeda motor untuk anak sekolah dan ada juga yang
diantar oleh orangtua.

E. Politik dan Pemerintahan


RT 50 komplek Hero Puskopad dipimpin oleh ketua RT yang bernama
Suharto. Di RT 50 komplek Hero Puskopad terdapat kegiatan organisasi
kemasyarakatan seperti karang taruna dan pembinaan kesejahteraan
keluarga (PKK). Di RT 50 komplek Hero Puskopad tidak tampak baliho
politik.

F. Pelayanan Kesehatan
Masyarakat RT 50 komplek Hero Puskopad biasanya menggunakan
pelayanan kesehatan di puskesmas Guntung Manggis yang beralamat di Jl.
Guntung Paring Komplek Agis Residence dengan jarak ± 5.5 km dan RSD
Idaman Banjarbaru yang beralamat di Jl. Trikora No.115 dengan jarak ± 2
km.

(a) (b)
Gambar 3.8 (a) Puskesmas Guntung Manggis (b) RSD Idaman Banjarbaru
G. Sistem Komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara melalui whatsaap dengan ketua RT, sistem
komunikasi yang terdapat dalam komunitas antara lain adalah televisi
sebagai media informasi bagi masyarakat, selain itu sudah banyak warga
yang mempunyai telepon seluler yang sudah tercakup layanan data dari
operator sehingga untuk akses komunikasi dan internet juga semakin
mudah dijangkau. Sistem komunikasi sederhana masyarakat di RT 50
komplek Hero Puskopad adalah melakukan pengumuman pada pengeras
suara langgar bila ada informasi penting yang ingin segera
disampaikan pada masyarakat, masyarakat di kumpulkan di langgar
untuk dilakukan musyawarah. Selain itu jika ada informasi penting yang
mendesak akan langsung disampaikan ketua RT atau seseorang yang
ditugaskan oleh ketua RT untuk ke rumah-rumah warga atau melalui
whastaap group.
H. Ekonomi
Hasil observasi, perekonomian warga komplek didapat dari Guru, Dosen,
Polri, TNI, pekerja kantoran, warung makan, toko sembako, isi ulang
galon, menjual roti dan tambang.
Berdasarkan data yang didapat dari ketua RT rata-rata penghasilan warga
komplek berkisar antara 2-4 juta.
I. Rekreasi
Hasil observasi disekitar pemukiman warga pada RT 50 komplek Hero
Puskopad, terdapat satu tempat rekreasi khusus yaitu mereka
memanfaatkan lapangan di samping langgar sebagai tempat untuk bermain
volly atau badminton. Warga juga memanfaatkan TV sebagai hiburan
ketika di rumah.

Gambar 3.9 Para warga sedang bermain volly (foto diambil sebelum wabah
Covid-19)
II. ANALISIS DATA
Tabel Analisis data
No Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah Kesehatan
1. Berdasarkan hasil wawancara melalui whatsapp: Berdasarkan hasil observasi: Praktik higiene Kontaminasi wilayah
1) Hasil observasi sebagian besar KK menggunakan 1) Masih ada warga yang membakar rumah tangga tidak RT 50 komplek Hero
sumber air masak dan minum dari sumur. sampah di sekitar rumah atau di tempat adekuat. Puskopad
sampah langsung yang sudah
disediakan .
2) jarak tempat pembuangan sampah dari
rumah warga < 5 meter.
3) Sebagian tempat ada sampah yang
berserakan di samping tempat sampah.
2. Berdasarkan hasil wawancara melalui whatsapp: Terdapat 5 orang ibu hamil dari 102 KK Mengungkapkan Kesiapan meningkatkan
1) Terdapat 5 orang ibu hamil di RT 50 komplek yang terdata di RT 50 Komplek Hero keinginan untuk manajemen Kesehatan
Hero Puskopad. Puskopad meningkatkan pada Ibu Hamil RT 50
2) Keluhan yang dirasakan dari 5 orang ibu hamil pilihan hidup komplek Hero
yaitu tidak nafsu makan, mual, muntah sebanyak sehari-hari untuk Puskopad
2 orang (60%), tidak ada keluhan 1 orang (20%), memenuhi
dan 1 orang mengeluhkan masalah yang lain kebutuhan
(20%)..
3) Ibu hamil yang sudah mendapatkan informasi
kesehatan mengenai cara menyusui sebanyak 2
orang (40%), dan 3 orang (60%) sudah
mendapatkan informasi tentang perawatan BBL.
4) Informasi kesehatan ibu hamil yang dibutuhkan
saat ini adalah senam hamil sebanyak 3 orang
(60%) dan senam setelah melahirkan 2 orang
(40%).
5) Semua ibu hamil berencana ingin melahirkan di
klinik bersalin.
3. 1) Berdasarkan hasil wawancara melalui whatsapp: Hasil observasi secara langsung, warga Kurang Perilaku kesehatan
pemahaman pada cenderung beresiko
ketua RT mengatakan anak usia sekolah di RT 50 sekitar juga masih ada yang berkeliaran
anak sekolah, pada anak sekolah
komplek Hero Puskopad belum pernah dilingkungan komplek pada sore hari, kurang dukungan (perilaku cuci tangan)
keluarga pada anak di RT 50 komplek Hero
disosialisasikan dan diajarkan bagaimana cara terlihat cukup banyak anak-anak yang
sekolah. Puskopad.
cuci tangan yang benar dan kapan saja harus bermain bersama dan ada beberapa ibu-ibu
melakukan cuci tangan. dan bapa-bapa yang berkumpul juga.
2) Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
anak warga RT 50 bahwa setelah bermain mereka
jarang mencuci tangan jika mau minum dan
makan, karena kadang-kadang lupa.
4. Hasil observasi secara langsung, warga Kurang Perilaku kesehatan
pemahaman cenderung beresiko
sekitar juga masih ada yang berkeliaran
pada remaja di RT 50
dilingkungan komplek pada sore hari, komplek Hero
Puskopad.
terlihat cukup banyak anak-anak yang
bermain bersama dan ada beberapa ibu-ibu
dan bapa-bapa yang berkumpul juga.
5. Hasil observasi secara langsung, warga Kurang Perilaku kesehatan
pemahaman cenderung beresiko
sekitar juga masih ada yang berkeliaran
pada orang dewasa di
dilingkungan komplek pada sore hari, RT 50 komplek Hero
Puskopad
terlihat cukup banyak anak-anak yang
bermain bersama dan ada beberapa ibu-ibu
dan bapa-bapa yang berkumpul juga.
IV. SKORING PRIORITAS MASALAH
Skoring Prioritas Masalah
Masalah Keperawatan Kesesuaian Prevalensi Tingkat Potensi Minat Waktu Yang Ketersedian Total
Dengan Resiko Keparahan Pengurangan Masyarakat Diharapkan Sumber
CHN Resiko Risiko Program Daya
Memberikan
Efek
Kontaminasi wilayah RT 50
komplek Hero Puskopad 2 2 2 2 2 2 2 14
berhubungan dengan praktik
higiene rumah tangga tidak adekuat.

Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 2 2 1 1 12


beresiko pada orang dewasa
berhubungan dengan kurang
pemahaman di RT 50 tentang
kesehatan anak sekolah.

Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 2 2 1 1 12


beresiko pada remaja berhubungan
dengan kurang pemahaman di RT 50
tentang kesehatan anak sekolah.
Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 2 2 1 1 12
beresiko pada anak sekolah
(perilaku cuci tangan dan sarapan)
berhubungan dengan kurang
pemahaman pada anak sekolah,
kurang dukungan keluarga pada
anak sekolah RT 50 tentang
kesehatan anak sekolah.

Kesiapan meningkatkan manajemen 2 1 1 1 1 1 1 8


kesehatan pada ibu hamil
berhubungan dengan
mengungkapkan keinginan untuk
meningkatkan pilihan hidup sehari-
hari untuk memenuhi kebutuhan
warga RT 50 komplek Hero
Puskopad tentang kesehatan pada
ibu hamil.

Pembobotan:
0: Tidak Ada Kepentingan Komunitas Prioritas
1: Prioritas Sedang
2: Prioritas Tinggi
Diagnosis Prioritas
1. Kontaminasi wilayah RT 50 komplek Hero Puskopad berhubungan dengan praktik higiene rumah tangga tidak adekuat
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko padaorang dewasa berhubungan dengan kurang pemahaman di RT 50 tentang kesehatan anak
sekolah.
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada remaja berhubungan dengan kurang pemahaman di RT 50 tentang kesehatan anak
sekolah.
4. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada anak sekolah (perilaku cuci tangan dan sarapan) berhubungan dengan kurang pemahaman
pada anak sekolah, kurang dukungan keluarga pada anak sekolah RT 50 tentang kesehatan anak sekolah.
5. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada ibu hamil berhubungan dengan mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan
pilihan hidup sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan warga RT 50 komplek Hero Puskopad tentang kesehatan pada ibu hamil.
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tabel 3.7 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
1. Kontaminasi wilayah RT 50 NOC : Keefektifan Program Komunitas NIC : Pengembangan Program
komplek Hero Puskopad Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali Manajemen Sampah
berhubungan dengan praktik pertemuan dengan pihak terkait diharapkan efektifnya 1) Bantu masyarakat dalam mengidentifikasi
higiene rumah tangga tidak program komunitas untuk mencegah terjadinya kebutuhan atau masalah kesehatan yang signifikan
adekuat peningkatan kontaminasi berhubungan dengan 2) Prioritaskan kebutuhan kesehatan terhadap masalah
pembuangan sampah dan praktik higiene rumah tangga yang diidentifikasi, rencana jangka pendek
tidak adekuat dengan kriteria hasil: melakukan gotong royong dengan warga komplek
1) Adanya peningkatan status kesehatan masyarakat 3) Edukasi anggota kelompok dalam perencanaan
Skala 1 : Buruk mengenai proses perencanaan (penkes tentang
Skala 2 : Cukup Baik bahaya membuang sampah sembarangan).
Skala 3 : Baik 4) Memfasilitasi program pelatihan pengelolaan
Skala 4 : Sangat Baik sampah.
Skala 5 : Sempurna 5) Evaluasi program terkait relevansi, efisiensi, dan
2) Adanya dukungan dari wakil masyarakat efektifitasnya.
berpengaruh
Skala 1 : Buruk
Skala 2 : Cukup Baik
Skala 3 : Baik
Skala 4 : Sangat Baik
Skala 5 : Sempurna
3) Adanya rencana untuk mempertahankan program
peningkatan kontaminasi yang berhasil dengan
upaya tidak membuang sampah di sungai dan praktik
higiene rumah tangga yang adekuat
Skala 1 : Buruk
Skala 2 : Cukup Baik
Skala 3 : Baik
Skala 4 : Sangat Baik
Skala 5 : Sempurna

Target dari skala 1 menjadi skala 3 (baik)


2. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Pengetahuan: Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
beresiko pada oarang dewasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit yang
berhubungan dengan kurang kali pertemuan sumber daya (pengetahuan) orang umum terjadi sekarang ini seperti covid-19
pemahaman di RT 50 dewasa 2) Sediakan materi informasi kesehatan penyakit yang
teratasi dengan kriteria hasil: umum pada orang dewasa seperti covid-19
1) orang dewasa RT 50 komplek Hero Puskopad 3) Gunakan strategi pemahaman remaja (mulai
menunjukkan perilaku yang meningkatkan dengan informasi yang paling penting dahulu, focus
kesehatan pada pesan- pesan inti dan ulangi, hubungkan dengan
Skala 1 : tidak mengetahui pengalaman individu) dengan mengevaluasi sejauh
Skala 2 : sedikit mengetahui mana pemahaman orang dewasa tersebut
Skala 3 : cukup mengetahui 4) Motivasi untuk mengajukan pertanyaan masalah
Skala 4 : banyak mengetahui yang sudah dijelaskan serta meminta penjelasan
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya (misalnya tindakan apa yang dapat dilakukan pada
covid-19 ini)
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui
3. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Pengetahuan: Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
beresiko pada remaja Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit yang
berhubungan dengan kurang kali pertemuan sumber daya (pengetahuan) remaja umum terjadi sekarang ini seperti covid-19
pemahaman di RT 50 teratasi dengan kriteria hasil: 2) Sediakan materi informasi kesehatan penyakit yang
1) Remaja RT 50 komplek Hero Puskopad umum pada remaja seperti covid-19
menunjukkan perilaku yang meningkatkan 3) Gunakan strategi pemahaman remaja (mulai
kesehatan dengan informasi yang paling penting dahulu, 6ocus
Skala 1 : tidak mengetahui pada pesan- pesan inti dan ulangi, hubungkan dengan
Skala 2 : sedikit mengetahui pengalaman individu) dengan mengevaluasi sejauh
Skala 3 : cukup mengetahui mana pemahaman remaja
Skala 4 : banyak mengetahui 4) Motivasi remaja untuk mengajukan pertanyaan
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya masalah yang sudah dijelaskan serta meminta
penjelasan (misalnya tindakan apa yang dapat
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui dilakukan pada covid-19 ini)

4. Perilaku kesehatan cenderung NOC: Pengetahuan :Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
beresiko pada anak sekolah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang cara
(perilaku cuci tangan) kali pertemuan pengetahuan orangtua dan anak mengatasi penyakit umum pada anak usia sekolah
berhubungan dengan kurang meningkat tentang penyakit yang umum pada anak seperti panas/Batuk/Pilek.
pemahaman pada anak sekolah, sekolah seperti panas/Batuk/Pilek, cara cuci tangan 2) Berikan pendidikan kesehatan tentang cara cuci
kurang dukungan keluarga yang benar & gosok gigi yang baik dengan kriteria tangan yang benar dan gosok gigi yang baik.
pada anak sekolah RT 50 hasil: 3) Sediakan materi informasi kesehatan mengatasi
komplek Hero Puskopad penyakit umum pada anak usia sekolah seperti
tentang kesehatan anak sekolah 1) Warga dan anak sekolah di RT 50 komplek Hero mengatasi demam/batuk/pilek dan masalah cara
Puskopad mengetahui tentang penyakit um um cuci tangan yang benar dan gosok gigi yang baik,
y an g te rj a d i s ep er t i Demam/batuk/pilek, Cara serta pentingnya sarapan rutin sebelum berangkat
cuci tangan yang benar & Gosok Gigi yang baik, sekolah dengan cara yang mudah dipahami oleh
Skala 1 : tidak mengetahui anak sekolah disampaikan dengan menggunakan
media power point/LCD dan leaflet serta alat
Skala 2 : sedikit mengetahui peraga.
Skala 3 : cukup mengetahui 4) Gunakan strategi pemahaman keluarga (mulai
dengan informasi yang paling penting dahulu,
Skala 4 : banyak mengetahui focus pada pesan-pesan inti dan ulangi,
5) Hubungkan dengan pengalaman individu) dengan
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya
mengevaluasi sejauh mana pemahaman keluarga
tentang Panas/batuk/pilek dan Cuci tangan dan
gosok gigi pada anak sekolah.
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui 6) Motivasi anak sekolah untuk mengajukan
pertanyaan masalah Demam/batuk/pilek, cuci tangan
dan gosok gigi kemudian meminta penjelasan
(misalnya tindakan apa yang diberikan pada saat
anak sekolah dengan batuk dan pilek? Mengapa
penting bagi anak sekolah untuk melakukan hal ini?)
5. Kesiapan meningkatkan NOC: Pengetahuan: Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
manajemen kesehatan pada ibu Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan
hamil berhubungan dengan kali pertemuan pengetahuan ibu hamil tentang ibu hamil yaitu senam hamil dan senam setelah
mengungkapkan keinginan kesehatan ibu hamil yaitu senam hamil dan senam melahirkan.
untuk meningkatkan pilihan setelah melahirkan meningkat dengan kriteria hasil: 2) Sediakan materi informasi kesehatan penyakit
hidup sehari-hari untuk 1) Ibu hamil RT 50 komplek Hero Puskopad yang umum pada ibu hamil seperti perawatan
memenuhi kebutuhan warga menunjukkan pengetahuan yang meningkat tentang kehamilan (ANC) dan senam hamil serta senam
RT 50 komplek Hero Puskpad kesehatan ibu hamil yaitu senam hamil dan senam nifas dengan cara yang mudah dipahami oleh
kesehatan pada ibu hamil setelah melahirkan warga disampaikan dengan menggunakan media
power point/LCD.
Skala 1 : tidak mengetahui 3) Gunakan strategi pemahaman keluarga
Skala 2 : sedikit mengetahui (mulai dengan informasi yang paling penting
dahulu, fokus pada pesan-pesan inti dan ulangi,
Skala 3 : cukup mengetahui hubungkan dengan pengalaman individu) dengan
Skala 4 : banyak mengetahui mengevaluasi sejauh mana pemahaman keluarga
dan ibu hamil tentang perawatan selama kehamilan
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya 4) Dorong penggunaan langkah-langkah efektif untuk
memiliki koping terhadap gangguan kesadaran
kesehatan dengan mencari bantuan pada keluarga
Target: Skala 4 Banyak Mengetahui dalam mendapatkan informasi kesehatan.
5) Evaluasi pemahaman individu dengan
meminta individu untuk mengulangi kembali
dengan menggunakan kata-kata sendiri.
6) Simulasi tentang senam hamil, penkes tentang
nutrisi pada ibu hamil dan pendidikan kesehatan
tentang mengatasi mual muntah pada ibu hamil.
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tanggal, Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD
Jam dan
Tempat
1. Perilaku kesehatan Selasa, 7 1. Menetapkan dan membuat S: 1. Shovi
cenderung beresiko April 2020 materi pendidikan kesehatan 1. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Nurfitriani
pada orang dewasa (19.35 tentang covid-19 dengan menyatakan saat ini COVID-19 ................
berhubungan WITA) metode video menjadi pandemi
dengan kurang secara 2. Mengkorrdinasikan rencana 2. Pemerintah mengumumkan untuk
pemahaman di RT online penyuluhan dengan seluruh warga di Indonesia
50 tentang covid- melalui pembimbing akademik menerapkan physical distancing
19 whatsapp 3. Memberikan informasi tentang 3. Saat ini, Kalimantan Selatan
group gejala, cara penularan dan cara khususnya Kota Banjarmasin
pencegahan covid-19 merupakan wilayah terjangkit
Rabu, 8 4. Memberikan informasi tentang COVID-19
April 2020 cara cuci tangan yang baik dan O:
secara benar 1. Berdasarkan penyebaran video
online 5. Memberikan informasi tentang melalui whatsapp group masyarakat
melalui physical distancing RT 50 komplek Hero Puskopad
intagram 6. Memberikan kesempatan cukup antusias dengan informasi
kepada peserta untuk yang diberikan
Kamis, 9 mengajukan pertanyaan yang 2. Penyebaran melalui whatsapp group
April 2020 berkaitan denngan covid-19 pada tanggal 7 April 2020 terdapat 2
(16.50 7. Mengevaluasi perilaku orang pertanyaan yang diajukan
WITA) dewasa dan remaja terkait 3. Penyebaran melalui whatsapp group
secara covid-19 pada tanggal 9 April 2020 terdapat 3
online pertanyaan yang diajukan
melalui 4. Penyebaran melalui whatsapp group
whatsapp pada tanggal 10 April 2020 tidak
group dan terdapat pertanyaan yang diajukan
instagram 5. Penyebaran melalui instagram pada
tanggal 8 April 2020 terdapat 242
Jumat, 10 tayangan dan 153 likes
April 2020 6. Penyebaran melalui instagram pada
(10.50 tanggal 9 April 2020 terdapat 150
WITA) tayangan dan 122 likes
secara 7. Penyebaran melalui instagram pada
online tanggal 10 April 2020 terdapat 310
melalui tayangan dan 183 likes
whatsapp 8. Di Indonesia, angka kejadian
group dan COVID-19 semakin meningkat setiap
instagram hari, yaitu dari tanggal 7 April 2020
sebanyak 2.738 orang yang positif,
2.313 dalam perawatan, 204 orang
sembuh dan 221 orang meninggal
menjadi 3.512 orang yang positif,
2.924 dalam perawatan, 282 orang
sembuh, dan 306 orang meninggal
pada tanggal 10 April 2020.
9. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada tanggal 7
April 2020 sebanyak 1.167 orang
dalam pemantauan (ODP), 12 pasien
dalam pengawasan (PDP), dan 22
orang yang terkonfirmasi dengan 19
dalam perawatan, 0 sembuh dan 3
orang PDP yang meninggal
10. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada tanggal 8
April 2020 sebanyak 1.132 orang
dalam pemantauan (ODP), 14 pasien
dalam pengawasan (PDP), dan 20
orang yang terkonfirmasi dengan 17
dalam perawatan, 2 sembuh dan 3
orang PDP yang meninggal
11. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada tanggal 9
April 2020 sebanyak 1.176 orang
dalam pemantauan (ODP), 12 pasien
dalam pengawasan (PDP), dan 25
orang yang terkonfirmasi dengan 19
dalam perawatan, 2 sembuh dan 4
orang PDP yang meninggal
12. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada tanggal 10
April 2020 sebanyak 1.179 orang
dalam pemantauan (ODP), 10 pasien
dalam pengawasan (PDP), dan 29
orang yang terkonfirmasi dengan 23
dalam perawatan, 2 sembuh dan 4
orang PDP yang meninggal
13. Di Banjarbaru pada tanggal 7 April
2020 sebanyak 209 ODP, 1 PDP, dan
1 positif COVID -19
14. Di Banjarbaru pada tanggal 8 April
2020 sebanyak 216 ODP, 2 PDP, dan
1 positif COVID -19
15. Di Banjarbaru pada tanggal 9 April
2020 sebanyak 221 ODP, 2 PDP, dan
1 positif COVID -19
16. Di Banjarbaru pada tanggal 10 April
2020 sebanyak 222 ODP, 2 PDP, dan
1 positif COVID -19

A: masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi :
1. Berikan selalu informasi yang aktual
dan dapat mengajak orang-orang
untuk peduli terhadap kesehatan
terutama untuk saat ini yaitu
COVID-19 dan pentingnya
melaksanakan physical distancing.
2. Perilaku kesehatan Selasa, 7 1. Menetapkan dan membuat S: 1. Shovi
cenderung beresiko April 2020 materi pendidikan kesehatan 1. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Nurfitriani
pada anak sekolah (19.35 tentang covid-19 dengan menyatakan saat ini COVID-19 ................
(perilaku cuci WITA) metode video menjadi pandemi
tangan) secara 2. Mengkorrdinasikan rencana 2. Pemerintah mengumumkan untuk
berhubungan online penyuluhan dengan seluruh warga di Indonesia
dengan kurang melalui pembimbing akademik menerapkan physical distancing
pemahaman pada whatsapp 3. Memberikan informasi tentang 3. Saat ini, Kalimantan Selatan
anak sekolah, group gejala, cara penularan dan cara khususnya Kota Banjarmasin
kurang dukungan pencegahan covid-19 merupakan wilayah terjangkit
keluarga pada anak Rabu, 8 4. Memberikan informasi tentang COVID-19
sekolah RT 50 April 2020 cara cuci tangan yang baik dan O:
komplek Hero secara benar 1. Berdasarkan penyebaran video
Puskopad tentang online 5. Memberikan informasi tentang melalui whatsapp group masyarakat
kesehatan anak melalui physical distancing RT 50 komplek Hero Puskopad
sekolah intagram 6. Memberikan kesempatan cukup antusias dengan informasi
kepada peserta untuk yang diberikan
Kamis, 9 mengajukan pertanyaan yang 2. Penyebaran melalui whatsapp group
April 2020 berkaitan denngan covid-19 pada tanggal 7 April 2020 terdapat 2
(16.50 7. Mengevaluasi perilaku orang pertanyaan yang diajukan
WITA) dewasa dan remaja terkait 3. Penyebaran melalui whatsapp group
secara covid-19 pada tanggal 9 April 2020 terdapat 3
online pertanyaan yang diajukan
melalui 4. Penyebaran melalui whatsapp group
whatsapp pada tanggal 10 April 2020 tidak
group dan terdapat pertanyaan yang diajukan
instagram 5. Penyebaran melalui instagram pada
tanggal 8 April 2020 terdapat 242
Jumat, 10 tayangan dan 153 likes
April 2020 6. Penyebaran melalui instagram pada
(10.50 tanggal 9 April 2020 terdapat 150
WITA) tayangan dan 122 likes
secara 7. Penyebaran melalui instagram pada
online tanggal 10 April 2020 terdapat 310
melalui tayangan dan 183 likes
whatsapp 8. Di Indonesia, angka kejadian
group dan COVID-19 semakin meningkat setiap
instagram hari, yaitu dari tanggal 7 April 2020
sebanyak 2.738 orang yang positif,
2.313 dalam perawatan, 204 orang
sembuh dan 221 orang meninggal
menjadi 3.512 orang yang positif,
2.924 dalam perawatan, 282 orang
sembuh, dan 306 orang meninggal
pada tanggal 10 April 2020.
9. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada tanggal 7
April 2020 sebanyak 1.167 orang
dalam pemantauan (ODP), 12 pasien
dalam pengawasan (PDP), dan 22
orang yang terkonfirmasi dengan 19
dalam perawatan, 0 sembuh dan 3
orang PDP yang meninggal
10. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada tanggal 8
April 2020 sebanyak 1.132 orang
dalam pemantauan (ODP), 14 pasien
dalam pengawasan (PDP), dan 20
orang yang terkonfirmasi dengan 17
dalam perawatan, 2 sembuh dan 3
orang PDP yang meninggal
11. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada tanggal 9
April 2020 sebanyak 1.176 orang
dalam pemantauan (ODP), 12 pasien
dalam pengawasan (PDP), dan 25
orang yang terkonfirmasi dengan 19
dalam perawatan, 2 sembuh dan 4
orang PDP yang meninggal
12. Angka kejadian COVID-19 di
Kalimantan Selatan pada tanggal 10
April 2020 sebanyak 1.179 orang
dalam pemantauan (ODP), 10 pasien
dalam pengawasan (PDP), dan 29
orang yang terkonfirmasi dengan 23
dalam perawatan, 2 sembuh dan 4
orang PDP yang meninggal
13. Di Banjarbaru pada tanggal 7 April
2020 sebanyak 209 ODP, 1 PDP, dan
1 positif COVID -19
14. Di Banjarbaru pada tanggal 8 April
2020 sebanyak 216 ODP, 2 PDP, dan
1 positif COVID -19
15. Di Banjarbaru pada tanggal 9 April
2020 sebanyak 221 ODP, 2 PDP, dan
1 positif COVID -19
16. Di Banjarbaru pada tanggal 10 April
2020 sebanyak 222 ODP, 2 PDP, dan
1 positif COVID -19

A: masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi :
1. Berikan selalu informasi yang aktual
dan dapat mengajak orang-orang
untuk peduli terhadap kesehatan
terutama untuk saat ini yaitu
COVID-19 dan pentingnya
melaksanakan physical distancing.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas


Teori dan Praktik, edisi 3, Jakarta : EGC.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas,
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Green, Lawrence., Kreuter, Marshal., Deeds, Sigrid. 2000. Perencanaan
Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik. Jakarta
Helvie, A. Anderson, ET. 1997. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: teori dan
praktek. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas
1, Jakarta: Sagung Seto.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG COVID-19
PADA WARGA SEBAGAI EDUKASI KESEHATAN DI RT 50 KOMPLEK HERO
PUSKOPAD WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG MANGGIS

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 4 April 2020

Oleh :
Shovi Nurfitriani
NIM. 1930913320028

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG COVID-19
PADA WARGA SEBAGAI EDUKASI KESEHATAN DI RT 50 KOMPLEK HERO
PUSKOPAD WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG MANGGIS

Oleh :
Shovi Nurfitriani
NIM. 1930913320028

Banjarbaru, April 2020

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kurnia Rachmawati, S.Kep, Ns., M.NSc


NIP. 19841112 201701209 001
200903 2 003
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CARA PENCEGAHAN COVID-19 PADA WARGA RT 50 DI KOMPLEK HERO
PUSKOPAD

A. Topik : Cara pencegahan covid-19

B. Sub Topik :
1. Pengertian covid-19
2. Gejala covid-19
3. Penularan covid-19
4. Pencegahan covid-19

C. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum:
Setelah diberikan penyuluhan warga diharapkan dapat mengerti tentang cara pencegahan
covid-19
Tujuan Instruksional khusus:
a. Menyebutkan dan menjelaskan pengertian covid-19
b. Menyebutkan dan menjelaskan gejala covid-19
c. Menyebutkan dan menjelaskan penularan covid-19
d. Menyebutkan dan menjelaskan pencegahan covid-19
D. Perencanaan Penyuluhan
1. Waktu
a. Hari : Sabtu
b. Tanggal : 4 April 2020
c. Jam : 09.00 – 09.30 WITA

2. Tempat : Di rumah Masing-masing


3. Sasaran : Warga RT 50 komplek Hero Puskopad
4. Metode : Melalui media sosial
5. Media : Handphone, Video
E. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan
Waktu Kegiatan Peserta Media
Kegiatan Penyuluhan
Pendahuluan 3 menit 1. Memperkenalkan 1. Melihat dan Handphone,
diri membaca video
2. Memberikan 2. Menjawab petanyaan
penjelasan mengenai yang diajukan
topik penyuluhan penyaji
kepada warga
3. Menanyakan kepada
warga apakah ada
yang mengetahui
tentang cara
pencegahan covid-
19
Penyajian 20 menit 1. Menjelaskan 1. Melihat dan membaca Handphone,
pengertian covid-19 yang ditampilkan video
2. Menjelaskan gejala penyaji
covid-19
3. Menjelaskan
penularan covid-19
4. Menjelaskan
pencegahan covid-
19
Penutup 7 menit 1. Melakukan evaluasi 1. Melihat dan membaca Handphone,
dengan cara: apakah yang ditampilkan video
ada yang dapat penyaji serta
menjawab menjawab pertanyaan
pertanyaan tentang
materi yang sudah
disampaikan.
2. Menyimpulkan
materi yang telah
disampaikan
3. Memberi
kesempatan peserta
untuk bertanya
kepada penyaji
4. Memberikan
reinforcment kepada
pesertayang sudah
berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan
5. Mengakhiri kegiatan
dengan cara yang
baik (salam)
F. Materi Penyuluhan
Terlampir

G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan sasaran kegiatan dan peran serta tugas
mahasiswa sesuai perencanaan (SAP)
2. Evaluasi proses
a) Sebutkan cara pencegahan covid-19?
b) Sebutkan gejala dari covid-19?
3. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan penyuluhan warga dapat:
a) Menyebutkan cara pencegahan covid-19
b) Menyebutkan gejala dari covid-19
Lampiran I
Materi Penyuluhan
1. Pengertian
Coronavirus (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosisi (ditularkan antara hewan
dan manusia). Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office
melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan dan
China mengidentifikasi Etiologi tersebut sebagai jenis baru yaitu corona virus disease
dan 30 Januari 2020 WHO menetapkan sebagai Public Health Emergency of
Internasional Concern (PHEIC) (Kemenkes RI, 2020).

2. Gejala
Masa inkubasi COVID-19 diperkirakan antara 1-14 hari, dan perkiraan ini dapat
berubah sewaktu-waktu sesuai perkembangan kasus.Gejala umum yang akan dialami
oleh seseorang yang telah terinfeksi oleh coronavirus yaitu berupa demam ≥380C,
batuk kering, dan sesak napas. Jika ada orang yang dalam 14 hari sebelum muncul
gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara terjangkit, atau pernah
merawat/kontak erat dengan penderita COVID-19, maka terhadap orang tersebut akan
dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut untuk memastikan diagnosisnya.
Berdasarkan hasil riset di Wuhan tersebut, berikut perkembangan kemunculan gejala
sakit Covid-19 yang tampak dari hari ke hari ketika infeksi virus corona sudah terjadi,
sebagai berikut :
 Hari 1-4 : Pasien mengalami demam. Beberapa di antara mereka juga mengalami
kelelahan, nyeri otot, dan batuk kering. Sementara, sebagian kecil lainnya
mengalami diare atau mual satu atau dua hari sebelumnya.
 Hari 5: Pasien bisa mengalami kesulitan bernapas, terutama jika mereka lansia
atau memiliki gangguan kesehatan sebelumnya.
 Hari 7: Pada hari ke tujuh ini, gejala di atas muncul dan rata-rata pasien belum
dirawat di rumah sakit
 Hari 8: Pada titik ini, pasien dengan kasus yang parah (15 persen) mengalami
sindrom gangguan pernapasan akut, atau ketika cairan menumpuk di paru-paru.
Kejadian ini sering berakibat fatal.
 Hari 10: Jika pasien memiliki gejala yang memburuk, ini adalah waktu ketika
penyakit Covid-19 membuat pasien harus dirawat di ICU. Pasien-pasien yang
mengalami kondisi ini lebih mungkin memiliki sakit perut memburuk dan
kehilangan nafsu makan ketimbang mereka yang termasuk kasus ringan. Pada fase
ini, tingkat kematian ditemukan hanya sekitar 2 persen.
 Hari 17: Rata-rata, pasian yang pulih bisa keluar dari rumah sakit setelah 14-18
hari perawatan.
Gejala covid-19 dapat mirip dengan pneumonia. Akan tetapi, ahli radiologi di
Universitas Thomas Jefferson Paras Lakhani mengatakan bahwa kondisi pasien yang
terjangkit Covid-19 dapat menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu. Ini lah yang
dapat membedakan pneumonia dengan virus Corona tersebut.

3. Penularan
Menurut World Health Organization (WHO), COVID-19 menular melalui orang yang
telah terinfeksi virus corona. Penyakit dapat menyebar melalui tetesan kecil dari
hidung atau mulut ketika seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk
Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat menyebar
melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin.
Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada orang
lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu orang
itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka orang itu dapat
terinfeksi COVID-19. Seseorang juga dapat terinfeksi COVID-19 ketika tanpa sengaja
menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya mengapa kita penting untuk
menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari orang yang sakit. Sampai saat ini,
para ahli masih terus melakukan penyelidikan untuk menentukan sumber virus, jenis
paparan, dan cara penularannya.

4. Pencegahan
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus ini adalah:

a) Melakukan penerapkan physical distancing sesuai anjuran pemerintah


b) Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima dan sistem
imunitas / kekebalan tubuh meningkat.
c) Mencuci tangan dengan benar secara teratur menggunakan air dan sabun
atau hand-rub berbasis alkohol. Mencuci tangan sampai bersih selain dapat
membunuh virus yang mungkin ada di tangan kita, tindakan ini juga merupakan
salah satu tindakan yang mudah dan murah. Sekitar 98% penyebaran penyakit
bersumber dari tangan. Karena itu, menjaga kebersihan tangan adalah hal yang
sangat penting.
d) Ketika batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut Anda dengan tisu atau lengan
atas bagian dalam (bukan dengan telapak tangan).
e) Hindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat umum.
f) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga wajah). Tangan menyentuh
banyak hal yang dapat terkontaminasi virus. Jika kita menyentuh mata, hidung
dan mulut dengan tangan yang terkontaminasi, maka virus dapat dengan mudah
masuk ke tubuh kita.
g) Gunakan masker dengan benar hingga menutupi mulut dan hidung ketika Anda
sakit atau saat berada di tempat umum.
h) Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah dengan benar,
lalu cucilah tangan Anda.
i) Menunda perjalanan ke daerah/ negara dimana virus ini ditemukan.
j) Hindari bepergian ke luar rumah saat Anda merasa kurang sehat, terutama jika
Anda merasa demam, batuk, dan sulit bernapas. Segera hubungi petugas
kesehatan terdekat, dan mintalah bantuan mereka. Sampaikan pada petugas jika
dalam 14 hari sebelumnya Anda pernah melakukan perjalanan terutama ke negara
terjangkit, atau pernah kontak erat dengan orang yang memiliki gejala yang sama.
Ikuti arahan dari petugas kesehatan setempat.
k) Selalu pantau perkembangan penyakit COVID-19 dari sumber resmi dan akurat.
Ikuti arahan dan informasi dari petugas kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat.
Informasi dari sumber yang tepat dapat membantu Anda melindungi dari Anda
dari penularan dan penyebaran penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA

Budioro B, 2002. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


Salemba Medika
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Edisi 1. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Corona Virus Disease
(COVID-19). Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Jakarta: Depkes RI
LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


PADA MASYARAKAT DI RT 50 KOMPLEK HERO PUSKOPAD MELALUI
SOSIAL MEDIA (WHATSAPP GROUP DAN INSTAGRAM)
KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS KECAMATAN LANDASAN ULIN

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 7 April - 10 April 2020

Oleh :

Shovi Nurfitriani, S.Kep


1930913320028

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


PADA MASYARAKAT DI RT.50 KOMPLEK HERO PUSKOPAD MELALUI
SOSIAL MEDIA (WHATSAPP GROUP DAN INSTAGRAM)
KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS KECAMATAN LANDASAN ULIN

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 7 April - 10 April 2020

Oleh:
Shovi Nurfitriani, S.Kep
1930913320028

Banjarbaru, April 2020

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., M.NSc.


NIP. 19841112 20170120 9 001
LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)
PADA MASYARAKAT DI RT 50 KOMPLEK HERO PUSKOPAD MELALUI
SOSIAL MEDIA (WHATSAPP GROUP DAN INSTAGRAM)
KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS KECAMATAN LANDASAN ULIN

A. Topik : Coronavirus Disease (COVID-19)


B. Kegiatan Penyuluhan :
1) Tanda gejala, cara penularan dan pencegahan covid-19
1. Waktu
a. Hari Selasa:
b. Tanggal 7 April: 2020
c. Jam 19.35 –: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp
: Group
3. Sasaran Masyarakat
: wilayah RT 50 Komplek Hero
Puskopad
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp
5. Media Video :

2) Tanda gejala, cara penularan dan pencegahan covid-19


1. Waktu
a. Hari Rabu :
b. Tanggal 8 April: 2020
c. Jam 19.00–: selesai WITA
2. Tempat Instagram
:
3. Sasaran Masyarakat
: Umum
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Instagram
5. Media Video :
3) Cuci tangan yang baik dan benar
1. Waktu
a. Hari Kamis:
b. Tanggal 9 April: 2020
c. Jam 16.50 –: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp
: Group dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: wilayah RT 50 Komplek Hero
Puskopad
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp dan
Instagram
5. Media Video :

4) Penjelasan physical distancing


1. Waktu
a. Hari Jum’at:
b. Tanggal 10 April
: 2020
c. Jam 10.50–: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp
: Group dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: wilayah RT 50 Komplek Hero
Puskopad
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp dan
Instagram
5. Media Video :
C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Bahan : Media yang digunakan Video
2. Evaluasi Proses
a. Hal – hal yang perlu diwaspadai:
Saat pemberian materi dapat mengurangi antusias sasaran terhadap
materi yang diberikan. Selain itu persiapan alat penyuluhan juga harus
dilakukan untuk mengurangi kesalahpahaman informasi yang diterima.
b. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
1. Kesiapan media pendukung di cek sebelum dilaksanakan
pendidikan kesehatan agar dapat membuat sasaran antusias dan
menghindari kesalahpahaman tentang informasi yang disampaikan
c. Proses pelaksanaan pendidikan kesehatan
1. Peserta nampak antusias mengikuti penyuluhan tentang
Coronavirus Disease (COVID-19)
2. Peserta memberikan pertanyaan kepada penyuluh
- Tanda gejala, cara penularan dan cara pencegahan covid-19
(Selasa, 7 April 2020)

Penyebaran media video melalui whatsapp group masyarakat RT 50


Komplek Hero Puskopad
- Tanda gejala, cara penularan dan cara pencegahan covid-19
(Rabu,8 April 2020)

Penyebaran media video melalui instagram


- Cuci tangan dengan benar dan bersih ( Kamis, 9 April 2020)

Penyebaran media video melalui whatsapp group masyarakat RT 50


Komplek Hero Puskopad
- Cuci tangan dengan benar dan bersih ( Kamis, 9 April 2020)

Penyebaran media video melalui instagram


- Penjelasan physical distancing (Jum’at, 10 April 2020)

Penyebaran media video melalui whatsapp group masyarakat RT 50


Komplek Hero Puskopad
- Penjelasan physical distancing (Jum’at, 10 April 2020)

Penyebaran media video melalui instagram


d. Kekurangan selama proses acara:
1. Pemberian materi pendidikan hanya melalui sosial media, tidak
bertatap muka secara langsung

3. Evaluasi Hasil
a. Sasaran cukup antusias mengikuti jalannya pemberian materi dan
cukup berpartisipasi aktif pada diskusi terkait materi yang diberikan
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KEC. BAAMANG
DESA BAAMANG TENGAH

Tanggal 23 Maret-11 April 2020

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Komunitas

Oleh:
MUHAMAD BAGUS UMARO, S.Kep
NIM. 1930913310024

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEC. BAAMANG
DESA BAAMANG TENGAH

Tanggal 23 Maret-11 April 2020

Oleh:
MUHAMAD BAGUS UMARO, S.Kep
NIM. 1930913310024

Banjarbaru, April 2020


Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., M.NSc.


NIP. 19841112 20170120 9 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah
upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar
upaya kerjasama program dan lintas sektor.

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai


peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat
pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh
anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Prioritas pemberian pelayanan
kesehatan adalah dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif dan preventif
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat.

Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan


langsung dengan fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang terkait
kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai akibat ketidakmampuan
masyarakat beradaptasi dengan lingkungan internal dan exsternal. Asuhan
keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas,

1
yang terdiri atas pengkajiaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap
individu, keluarga, kelompok, atau komunitas. Keperawatan komunitas ditujukan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan
melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah
keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).

Upaya meningkatkan kemampuan perawatan pada individu, keluarga dan


kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan konsep
kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya menyiapkan
tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi keperawatan secara mandiri
sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Profesi Ners
angkatan XVI kelompok F Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat melaksanakan Praktik Klinik Stase Keperawatan
Komunitas di RT 31 Sampit, Baamang Tengah, Kabupaten Kotawaringin Timur,
wilayah kerja Puskesmas Baamang Tengah 2 dengan menggunakan pendekatan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa mengidentifikasi


populasi dengan melakukan pengkajian berupa pengumpulan data, kemudian
menganalisa yang menjadi masalah atau resiko tinggi dan sumber yang tersedia, untuk
selanjutnya bekerja sama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan komunitas
dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam
upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan
masyarakat serta mampu menanggulangi masalah kesehatan tersebut bersama

2
masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang terdapat di
masyarakat.

2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik keperawatan komunitas, mahasiswa mampu:

a. Berkomunikasi secara sosial media dengan tokoh masyarakat dan semua


lapisan masyarakat
b. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data kesehatan masyarakat
c. Memotivasi masyarakat dalam upaya mengenali dan mengatasi masalah
kesehatan
d. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap
masalah keperawatan yang telah ditemukan.
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat saat pendidikan kepada
masyarakat tentang kesehatan
b. Untuk menimba pengalaman belajar mengenali masalah kesehatan dan
menentukan langkah penyelesaiannya
2. Masyarakat
a. Masyarakat memahami permasalahan kesehatan yang ada
b. Masyarakat mampu menyelesaikan permasalahan yang ada
c. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan
3. Institusi Pendidikan
a. Merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan Program Studi
Ilmu Keperawatan khususnya di bidang Keperawatan Komunitas
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktik Keperawatan Komunitas selanjutnya

3
4. Profesi
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga
profesi mampu mengembangkannya
c. Salah satu eksistensi dan pengembangan Profesi keperawatan Komunitas
5. Puskesmas
Menjadi salah satu informasi mengenai status kesehatan Warga di wilayah
kerja Puskesmas Baamang Tengah 2, khususnya warga RT 31, Sampit,
Kecamatan Baamang Tengah serta sebagai upaya kerjasama dalam
membantu terlaksananya program Puskesmas terutama Program Perawatan
Kesehatan Masyarakat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Komunitas dan Kesehatan Masyarakat


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan
kepentingan yang sama (Riyadi, 2007).
Perawatan kesehatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat
atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta
aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah
kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut. Oleh karenanya
pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan
membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri,
hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat
kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, berkelanjutan, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta
masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).
Asuhan keperawatan komunitas adalah lapangan perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan
kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan

5
bahaya yang lebih besar yang ditujukan kepada individu, keluarga yang
mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan ( WHO, 1999).
2. Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan
spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi,
2007).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan
kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary
Health Care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup
sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).
Perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
1) Kemanfaatan. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara
manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
2) Kerjasama. Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral
(Riyadi, 2007).

6
3) Secara langsung. Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji
dan intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi
serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4) Keadilan. Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. (Mubarak, 2005)
5) Otonomi. Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada. (Mubarak, 2005)
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam
praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat
dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
1) Individu sebagai klien. Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai
kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran
perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan
dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang
kemauan menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).
2) Keluarga sebagai klien. Keluarga merupakan sekelompok individu yang
berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain
baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat
pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi,
2007).
3) Masyarakat sebagai klien.
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tetentu yang bersifat terus-menerus dan terikat oleh suatu identitas
bersama (Riyadi, 2007).

7
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
perawatan kesehatan masyarakat adalah:
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat,pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan
konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya,
yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas
dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status
kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian
masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan
masyarakat. (Elisabeth, 2007)
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan
sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki
kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitasdan pihak-pihak terkait dengan
masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-
komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya

8
kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang
dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk
pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan
kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan
kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Elisabeth, 2007).
3. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau
cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan
terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan (La Ode Jumadi, 1999: 28).
Empat komponen paradigma keperawatan yaitu:
a. Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh,
dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta
unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat
perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap
dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu
menyeimbangkan keadaan internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000).
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga,
mampu beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi,
interelasi dan interdependensi (La Ode Jumadi, 1999 :40).
b. Keperawatan

9
Komponen yang kedua dalam paradigma keperawatan ini adalah
konsep keperawatan. Ada beberapa definisi keperawatan menurut tokoh-
tokoh dibawah ini:
a) Florence Nightingale 1895
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi
paling baik untuk beraktivitas.
b) Faye Abdellah (Twenty one nursing problems,1960)
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kepada individu dan keluarga,
serta masyarakat dengan ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang dimilki seorang perawat untuk membantu manusia
baik dalam keadaan sehat atau sakit sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
c) Virginia Henderson (Fourteen Basic needs, 1960)
Keperawatan adalah suatu fungsi yang unik dari perawat untuk menolong
klien yang sakit atau sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan
dengan meningkatkan kemampuan, kekuatan, pengetahuan dan
kemandirian pasien secara rasional, sehingga pasien dapat sembuh atau
meninggal dengan tenang.
c. Kesehatan
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
d. Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada
lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan
spiritual. Faktor yang saling mempengaruhi kesehatan dalam lingkungan
yaitu agen (penyebab), hospes (manusia) dan lingkungan.
4. Falsafah Keperawatan Komunitas
Falsafah keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan

10
penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah keperawatan dirumuskan sebagai
berikut:
a) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b) Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada
umumnya.
c) Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
d) Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
e) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
f) Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan
yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan
dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
g) Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus-menerus.
h) Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya,
ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif
dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
5. Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dan sasaran keperawatan komunitas adalah untuk
mencegah dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui:
a) Pelayanan keperawatan langsung (direction care) terhadap individu,
keluarga, kelompok dalam konteks komunitas.

11
b) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi individu keluarga dan masyarakat.
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan kehidupan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
Menurur effendi (1998) kemampuan yang dimiliki adalah kemampuan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam hal-hal sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapai.
b) Menetapkan masalah kesehatan dan prioritas masalah.
c) Merumuskan sebagai alternative pemecahan masalah kesehatan atau
keperawatan.
d) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
e) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan secara
mandiri.
f) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
g) Menanamkan prilaku hidup sehat melalui upaya pendidikan.
h) Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bagi ibu
dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.
i) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.
Tujuan akhir dalam melakuakan perawatan komunitas adalah
memandirikan masyarakat dalam memelihara kesehatan untuk hidup sehat,
sedangkan sasaran keperawatan adalah individu, keluarga dan kelompok beresiko
tinggi. Keluarga dan penduduk di daerah terisolasi dan daerah yang terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita dan bumil serta masyarakat baik sehat maupun
sakit.

6. Fungsi Keperawatan Komunitas

12
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan. (Mubarak, 2006)
7. Peran Perawat Komunitas
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya:
a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider). Memberikan asuhan
keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang ada,
merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor).
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang.
Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.

13
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu: pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam
fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi
pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat
tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat
menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil
yang telah didapat (Mubarak, 2005).
c. Sebagai Panutan (Role Model). Perawat kesehatan masyarakat harus dapat
memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup
sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Sebagai pembela (Client Advocate). Pembelaan dapat diberikan kepada
individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat
dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam
masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
(Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggungjawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai
pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak
petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager). Perawat kesehatan masyarakat
diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan
puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.

14
f. Sebagai kolaborator. Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan
dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter,
ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain
pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner). Perencanaan
pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di
suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan
kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder). Melaksanakan
monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status
kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan
pengumpulan data.
i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services). Peran perawat
sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan
mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien.
Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima
pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader). Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan
pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa
peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,

15
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen esensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatan (Mubarak, 2005).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider And Researcher). Peran ini termasuk dalam proses pelayanan
asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan
masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian
masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat
komunitas.
8. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
a. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan
segala sesuatunya dimana organism hidup beserta segala keadaan dan kondisi
yang secara langsung maupun tidak langsung disuga ikut mempengaruhi
tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organism tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak
positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Efendi,
1998).
Mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan
Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan program nasional yang
bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi. Program Nasional STBM
dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI padaAgustus 2008.

16
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) adalah menurunkan kejadian diarea melalui intervensi terpadu
dengan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi
ketika suatu komunitas:
1) Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
2) Mencuci tangan pakai sabun.
3) Mengelola air minum dan makanan yang aman.
4) Mengelola sampah dengan benar.
5) Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu
sebagai berikut:
1) Penyediaan air minum.
2) Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran.
3) Pembuangan sampah padat.
4) Pengendalian vector.
5) Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia.
6) Higiene makanan, termasuk hygiene susu.
7) Pengendalian pencemaran udara.
8) Pengendalian radiasi.
9) Kesehatan kerja.
10) Pengendalian kebisingan.
11) Perumahan dan pemukiman.
12) Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara.
13) Perencanaan daerah dan perkotaan.
14) Pencegahan kecelakaan.
15) Rekreasi umum dan pariwisata.
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi
(wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

17
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992,
terdapat delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu:
1) Penyehatan air danudara.
2) Pengamanan limbah padat atau sampah.
3) Pengamanan limbah cair.
4) Pengamanan limbah gas.
5) Pengamanan radiasi.
6) Pengamanan kebisingan.
7) Pengamanan vector penyakit.
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana.
b. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2
unsur pokok, yakni respondan stimulus atau perangsangan. Respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun
bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau
rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sisitem
pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua
kategori (Wawan, 2010), yaitu:
1) Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar.
2) Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar.
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa
manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya

18
ada yang disengaja atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan
(Wawan, 2010).
9. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas
Proses keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau
masyarakat. Fungsi proses keperawatan komunitas, antara lain:
1) Memberikan pedoman yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui
asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya, sehingga mendapat pelayanan yang
cepat agar mempercepat proses penyembuhan.
5) Dalam penerapan proses keperawatan (nursing proces), terjadi proses alih
peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan
masalah kesehatannya. Proses alih peran tersebut digambarkan sebagai
lingkaran dinamis proses keperawatan

19
Gambar lingkaran dinamis proses keperawatan

Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas, metode yang digunakan


adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang
keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Tujuan dari pengkajian
keperawatan komunitas ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor
(baik positif atau negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat
agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan. Dalam tahap
pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan
obyektif.

20
1) Data subyektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data obyektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran.

Sumber data dapat diperoleh dari data primer dan data sekunder.

1) Data primer, adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal
ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
2) Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga
dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial
ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi
(Mubarak, 2005).
Terdapat lima metode pengumpulan data komunitas:
1) Wawancara informan (informant interview), dilakukan
dengan secara langsung mengajukan kepada penduduk
komunitas. Sumber data berasal dari anggota komunitas
atau kelompok agregasi.
2) Pengamatan partisipan (participant observation),
dilakukan dengan mengamati apa yang sedang terjadi
pada lingkungan sosial tertentu kemudian secara
sistematis mencatat pengamatan ini.

21
3) Analisis sekunder dari data yang ada (secondary
analysis), sumber data yang digunakan adalah analisis
catatan, dokumen dan data lain yang telah
dikumpulkan. Data mungkin sudah ada dalam bentuk
data sensus, catatan historis, diary, catatan pengadilan,
ringkasan penting, studi komunitas sebelumnya
4) Melakukan survey, anggota komunitas atau kelompok
agregasi memberikan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan spesifik baik tertulis maupun lisan yang
didasarkan pada sampel populasi.
5) Windshield survey, kunjungan mengitari komunitas
geopolitik dengan menggunakan pengamatan melalui
kaca mobil (automobile) sebagai cara mengumpulkan
informasi tentang lingkungan komunitas.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan
data meliputi:
1) Data inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
 Tanyakan siapa yang mengetahui sejarah daerah
tersebut.
 Tanyakan kepada toma tentang bagaimana riwayat
berdirinya daerah tersebut, sudah berapa lama.
 Tanyakan tentang wilayah-wilayah yang diyakini
oleh penduduk setempat memiliki nilai mistik.
 Observasi kondisi bangunan yg ada di daerah
tersebut.
b. Values (nilai-nilai yang dianut masyarakat), beliefs
(keyakinan), agama
 Tanyakan tentang nilai-nilai dan keyakinan yg
dianut masyarakat terkait pola kebiasaan.

22
 Tanyakan tentang norma yg berlaku di masyarakat.
 Identifikasi tentang pola budaya yg banyak diyakini
masyarakat terkait dgn kesehatan.
 Apakah terdapat mesjid, gereja, dll (sarana ibadah)
?
 Apakah keyakinan agamanya homogen ?
c. Data demografi
 Komposisi penduduk; umur dan jenis kelamin
 Tipe keluarga dan Satatus perkawinan
 Ras/suku dan bahasa
 Pekerjaan dan tingkat pendapatan
d. Vital statistic
 Kelahiran
 Kematian (berdasarkan umur dan penyebab
kematian, angka kematian kasar atau CDR)
 Morbiditas
2) Data subsistem komunitas
a. Lingkungan fisik
 Pemeriksaan fisik mrp.kan komponen kritis dlm
pengkajian pasien individual, begitu pula dlm
pengkajian komunitas.
 Kelima indra kita diperlukan untuk pemeriksaan
fisik pasien, begitu pula dalam pemeriksaan tingkat
komunitas.
b. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
 Fasilitas didalam komunitas
 Fasilitas diluar komunitas
c. Ekonomi
 Jenis pekerjaan
 Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan

23
 Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
 Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga,
dan lanjut usia
d. Keamanan dan transportasi
e. Politik dan pemerintahan
 Pemerintah (Rt, Rw, Lurah, Camat, Dst)
 Kelompok pelayanan masyarakat :
- PKK - Karang Taruna
- LKMD - Posyandu
- Panti Werdha - Dll
 Politik (Peran serta Partai Politik dalam pelayanan
kesehatan, Kebijakan pemerintah dalam pelayanan
kesehatan)
f. Sistem komunikasi
 Sarana umum komunikasi
 Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam
komunitas
 Cara penyebaran informasi
g. Pendidikan
 Tingkat atau status pendidikan komunitas
 Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non
formal)
h. Rekreasi
 Dimana anak-anak bermain?
 Bentuk / jenis rekreasi
b) Fasilitas tempat digunakan dalam membantu proses analisis
adalah:
1. Kategorisasi
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat
membantu jika pertama-tama mengkategorikan data. Data

24
dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Kategori data
pengkajian komunitas meliputi:
a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis
kelamin, dan kelompok etnik dan ras).
b) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran
lahan tempat tinggal, ruang public, dan jalan).
c) Karakteristik social-ekonomi (kategori pekerjaan,
penghasilan, pendidikan yang dicapai, dan pola
penyewaan atau kepemilikan rumah).
d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik,
pusat pelayanan kesehtan mental, dan sebagainya).
2. Ringkasan
Berupa diagram dan grafik.
3. Pembandingan
Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data
adalah mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan
kehilangan data. Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan
seperti kesalahan dalam pencatatan, tugas penting adalah
menganalisa secara kritis data dan menyadari potensi
terjadinya kesenjangan dan kehilangan data.
4. Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan
data yang telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah
menarik simpulan logis dari bukti yang ada untuk mengarah
perumusan diagnosa keperawatan komunitas.
c) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun
demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi

25
sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak,
2005).

d) Prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
6) Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki
kebutuhan menurut Abraham H. Mashlow yaitu:
1) Keadaan yan mengancam kehidupan
2) Keadaan yang mengancam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin
terjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Masalah actual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses Of Association
(ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan
yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.

26
Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu problem
(masalah) yang merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari kondisi
normal, etiologi (penyebab dari masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberi arah intervensi keperawatan), sign atau symptom (tanda dan
gejala) (Mubarak, 2005).
Selain data primer, data skunder yang diperoleh melalui
laporan/dokumen yang sudah dibuat di desa/kelurahan puskesmas,
kecamatan, atau dinas kesehatan, musalnya laporan tahunan puskesmas,
monografi desa, profil kesehatan, dsb, juga perlu dikumpulkan dari
komunitas. Setelah dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya
dianalisis, sehingga perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan.
Diagnosis dirumuskan terkait garis pertahanan yang mengalami kondisi
terancam. Ancaman terhadap garis pertahanan fleksibel memunculkan
diagnosis potensial; terhadap garis normal memunculkan diagnosis resik;
dan terhadap garis pertahanan resisten memunculkan diagnosis
actual/gangguan. Analisis data dibuat dalam bentuk matriks.
Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis
diagnosis sebagai berikut.
1) Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/ wellness digunakan bila komunitas mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladapti. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri dari
komponen problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e).
Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:
Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01
desa x kecamatan A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (95%),
80% berat badan balita di atas garis merah KMS, 80% pendidikan
ibu adalah SMA, cakupan posyandu 95%.
2) Diagnosis ancaman ( risiko)

27
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem (p), etiologi (e) ,
dan symptom/ sign (s).
Contoh diagnose risiko:
Risiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01 desa x
kecamatan A yang berhubungan dengan koping masyarakat yang
tidak efektif ditandai dengan pernah terjadi perkelahian antar- RT,
kegiatan gotonbg royong , dan silaturahmi, rutin rw jarang
dilakukan, penyuluhan kesehatan terkait kesehatan jiwa belum
pernah dilakukan, masyarakat sering berkumpul dengan melakukan
kegiatan yang tidak positif seperti berjudi.
3) Diagnosis actual/ gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/ masalah
kesehatandi komunitas, yang didukung oleh beberapa data
maladaptive. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas actual
terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign (s)
Contoh diagnosis actual:
Gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang
berhubungan dengan kurangnya kebiasaan hygiene Personal,
ditandai dengan 92% remaja mengatakan mengalami keputihan
patologis, upaya yang dilakukan remaja dalam mengatasi keputihan
80% didiamkan saja, 92% remaja mengatakan belum pernah
memperoleh informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang
berhubungan dengan tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan
kesehatan untuk penanggulangan diare, keterbatasan, dan kualitas
sarana pelayanan diare.
c. Perencanaan keperawatan

28
Merupakan penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien.
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan komunitas
mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak,
2005).

Kriteria perumusan tujuan:


1) Fokus pada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat

Langkah rencana tindakan keperawatan:


1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2) Tetapkan teknik & prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam penyusunan perencanaan
kegiatan : MMD
4) Pertimbangkan fasilitas dan sumber daya masyarakat yang tersedia
5) Tindakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
6) Mengarah pada tujuan
7) Tindakan yang realistik
8) Disusun berurutan
a. Kriteria hasil, digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan
bersifat spesifik. Terdapat 2 macam :
 kriteria verbal : kriteria hasil untuk sebuah kegiatan KIE

29
 kriteia psikomotor : kriteria hasil untuk sebuah tindakan seperti
pembentukan kader, penggiatan posyandu dll
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,
perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa
dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi
pada keperawatan komunitas adalah :
1) Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)
(Mubarak, 2005).
2) Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).
3) Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005).
4) Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
kompeten (Mubarak, 2005).
5) Memiliki keyakinan
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan

30
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005).
e. Evaluasi atau Penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif
program. Data evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki database
dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis
pengkajian data komunitas.Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan
(input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang
dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula. Jenis evaluasi, antara lain:
1) Evaluasi Formatif: mencerminkan pengamatan perawat dan analisa
respon pasien segera setelah dilakukan intervensi, metode yg
digunakan dgn menggunakan “Catatan Perkembangan”
2) Evaluasi sumatif: rekapitulasi dari hasil intervensi keperawatan yang
telah diberikan berupa narasi, seperti resume pasien.
3) Evaluasi Struktur : evaluasi terkait persiapan (contoh: rencana
penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara, undangan telah
disebar)
4) Evaluasi Proses : pelaksanaan (jumlah peserta yang hadir ... Orang, 15
% dari peserta aktif bertanya, penyuluhan dilaksanakan di tempat.....)

31
5) Evaluasi hasil : dari tujuan yang ditetapkan (contoh: warga dapat
memahami ISPA).
Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian:
1) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan
2) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan
3) Hasil penelitian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi
Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka
waktu berapa lama?
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang
terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan melalui proses asuhan keperawatan komunitas.

32
33
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (PSIK FK ULM) dilaksanakan di Sampit
Kecamatan Baamang di wilayah kerja Puskesmas Baamang Tengah 2. Praktik ini
berlangsung selama 3 minggu yaitu mulai tanggal 23 Maret sampai dengan 11 April
2020.

Desa Baamang Tengah terdiri dari 62 RT. Pengkajian dilakukan pada RT 31 selama 1
hari, pengkajian yang dilakukan meliputi pengumpulan data dengan menggunakan
teknik windshield survey, observasi, dan wawancara. Berdasarkan hasil pengkajian di
RT 31 didapatkan total kepala keluarga seluruhnya sebanyak 115 kepala keluarga.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik proportionate stratified
random sampling. Setelah data terkumpul dilakukan tabulasi dan analisis data.

Pengkajian
Data Inti
1. Riwayat Komunitas
Baamang Tengah terletak di Kecamatan Baamang Kabupaten
Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah, dengan jumlah penduduk
30.380 Jiwa terdiri dari 15.514 laki-laki dan 14.866 perempuan, dengan jumlah
Kepala Keluarga sebanyak 7.935 KK. Baamang Tengah terdiri dari 62 RT,
dimana sebagian kecil wilayahnya merupakan tanah hutan, tanah persawahan
dan tanah perkebunan sedangkan sebagian besar tanah perumahan dan
tanaman. Wilayah Baamang Tengah merupakan dataran tinggi dengan luas
wilayah 377 Km2, dan suhu rata rata harian berkisar antara 23º C sampai dengan
30º C.

34
Sumber: Kantor Kecamatan Baamang dan Data Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kotawaringin Timur

2. Batas Wilayah
Desa Baamang Tengah berada di wilayah Kecamatan Baamang. Data batas
wilayah didapatkan dari wawancara dan data sekunder dari Badan Pusat
Statistik Kotawaringin Timur. Adapun batas-batas geografis desa Baamang
Tengah adalah:
1. Utara : Berbatasan dengan desa Baamang Hulu Kecamatan Baamang
2. Selatan : Berbatasan dengan desa Baamang Hilir Kecamatan Baamang
3. Barat : Berbatasan dengan desa Baamang Barat Kecamatan Baamang
4. Timur : Berbatasan dengan desa Tanah Mas Kecamatan Baamang

3. Data Demografi
Dari data sekunder didapatkan jumlah penduduk di RT 31 Desa Baamang
Tengah pada tahun 2020 di dapatkan 115 KK.

35
Pada saat pengkajian tidak seluruh KK didata, data yang dapat dikumpulkan
adalah 115 KK dengan jumlah penduduk 457 orang. Hasil ini didapat setelah
menghitung pengambilan sampel dengan menggunakan wawacara.

4. Vital Statistik
Data sekunder yang didapatkan dari media kalteng Http://corona.kalteng.go.id,
Kabupaten Kotawaringin Timur didapatkan hasil pada 31 Maret 2020 angka
kasus Covid-19 sebanyak ODP 32 orang, PDP 1 Orang, dan yang Positif Covid-
19 tidak ada.
Jenis Penyakit terbanyak yang ada di puskesmas Kabupaten Kotawaringin
timur tahun 2014 adalah Infeksi pernafasan atas akut, tidak terspesifikasi
dengan jumlah 15254 atau 9,0%.

5. Nilai dan Kepercayaan


Mayoritas penduduk warga RT 31 di desa Baamang Tengah yaitu beragama
islam. Berdasarkan data windshield survey dan observasi terdapat tempat
peribadatan di komunitas berupa masjid, langgar, dan musholla.

36
Gambar 3.Tempat ibadah di Baamang Tengah

6. Lingkungan Fisik
1. Kondisi Geografis
Hasil windshield survey dan data sekunder dari kelurahan didapatkan
bahwa luas wilayah desa Padang Panjang adalah 377 Km2 dengan iklim di
wilayah komunitas tropis, dengan suhu rata-rata harian 300C. Jenis tanah
di desa Baamang Tengah sebagian besar adalah tanah merah, kuning,
hitam, dan abu-abu. Tekstur tanahnya adalah lampungan, pasiran dan
debuan. Tingkat kemiringan tanah adalah 450. Terdapat pencemaran air
dari pembuangan limbah dan sampah rumah tangga. Selain itu, juga
terdapat pencemaran udara, kebisingan, kerusakan biota/plasma nuftah
hutan, musnahnya habitat binatang hutan, kemusnahan flora, fauna, dan
satwa langka. Tidak terjadi adanya longsor/erosi, berubahnya fungsi hutan,
dan terjadinya lahan kritis akibat pengolahan hutan.
2. Perumahan
Hasil windshield survey dan observasi, sebagian besar rumah di komunitas
sudah tertata rapi dan sebagian lagi masih tidak teratur. Tampak rumah
warga masih banyak yang belum permanen, namun sudah ada beberapa
rumah yang sudah permanen dan semi permanen.

(a) (b)

Gambar 3.3 Rumah permanen.

37
Dari observasi jenis bangunan sudah permanen semua. Kepemilikan rumah
sebagian besar milik sendiri, hanya sedikit warga yang menumpang.
Hampir seluruh rumah ditempati warga untuk tempat tinggal. Berdasarkan
observasi seluruh rumah memiliki jendela dan difungsikan. Pencahayaan
rumah sebagian besar sudah baik, penerangan rumah seluruhnya
menggunakan listrik. Penyejuk ruangan mayoritas menggunakan kipas
angin, dan hanya sebagian menggunakan AC.

3. Jenis tempat peribadatan


Berdasarkan data windshield survey dan observasi terdapat tempat
peribadatan di komunitas berupa masjid, langgar, dan musholla.

Gambar 3.Tempat ibadah di Desa Padang Panjang.

4. Tumbuhan dan binatang ternak


Berdasarkan data windshield survey dan observasi tampak beberapa rumah
punya tumbuhan seperti kelapa dan. Selain itu, juga tampak terdapat
beberapa tanaman sayuran dan buah-buahan seperti pohon rambutan,
lengkeng, jeruk, mangga, pepaya, durian yang berada di depan dan di
belakang rumah warga.

38
Gambar 3.Tampak tumbuhan-tumbuhan yang ada di muka rumah di desa
Baamang Tengah

Berdasarkan data windshield survey dan observasi tidak tampak ada


biatang ternak.

5. Lahan kosong
Berdasarkan winshield survey dan observasi tidak tampak ada lahan
kosong milik pemerintah maupun pribadi.

6. Kondisi lingkungan sekitar


Berdasarkan hasil observasi windshield survey, tampak masyarakat yang
sudah membuang sampah pada tempatnya seperti bak sampah ataupun
tempat pembakaran sampah.

Berdasarkan hasil observasi di desa Baamang Tengah RT 31 terlihat letak


pembuangan sampah akhir lumayan jauh dari rumahnya sehingga

39
mengakibatkan sebagian warga membuang sampah ataupun membakarnya
di muka rumah.

Hasil windshield survey dan observasi di desa sebagian masyarakat


memiliki WC sendiri berupa WC jongkok dan duduk. Tidak ada WC
tampak berada di luar rumah. Tidak tampak adanya jamban di desa
Baamang Tengah.

Hasil windshield survey dan observasi di desa Padang Panjang masyarakat


memakai sumber air yang berasal dari sumur yang dialirkan ke warga
dengan menggunakan mesin.

Gambar 3.7 Pipa PDAM

40
7. Pendidikan Komunitas
Hasil Winshield survey dan data observasi di wilayah RT 31 terdapat 2
buah SMA yang bangunannya berada bersebelahan.

8. Keamanan dan Transportasi


Hasil windshield survey, terdapat Poskamling namun tidak berfungsi untuk
jaga malam, observasi yang dilakukan mahasiswa keperawatan ULM tidak
terlihat warga yang jaga malam di poskamling. Kondisi jalan utama masih
menggunakan pasir putih, hanya beberapa kendaraan roda dua, dan roda
empat yang melintas.

41
Jenis transportasi yang digunakan masyarakat sebagian besar adalah milik
pribadi. Transportasi yang dimiliki warga adalah roda dua seperti
sepeda motor, dan beberapa ada yang menggunakan mobil, menggunakan
sepeda untuk anak sekolah dan ada juga yang berjalan kaki. Serta ada
beberapa truk yang digunakan untuk mengangkut batu yang sudah
dipecahkan tapi saat observasi tidak ada yang melintas.

7. Politik dan Pemerintahan


Desa Baamang Tengah dipimpin oleh Lurah dengan cakupan wilayah 62 RT.

Gambar 3.10 Kantor Kelurahan Baamang Tengah.

8. Pelayanan Kesehatan
Terdapat 1 buah puskesmas di desa Baamang Tengah yang mana jauhnya
kurang lebih 3 Km dari RT 31.

42
Gambar 3.11 Puskesmas yang terdapat di desa Baamang Tengah.

9. Sistem Komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara, sistem komunikasi yang terdapat dalam
komunitas antara lain adalah radio, serta televisi sebagai media informasi bagi
masyarakat, selain itu banyak warga rata-rata sudah mempunyai telepon seluler
yang sudah tercakup layanan data dari operator sehingga untuk akses
komunikasi dan internet juga semakin mudah dijangkau. Sistem komunikasi
sederhana masyarakat di desa Baamang Tengah adalah dengan melakukan
pengumuman pada pengeras suara masjid bila ada informasi penting yang
ingin segera disampaikan pada masyarakat, masyarakat di kumpulkan di
masjid untuk dilakukan musyawarah. Selain itu jika ada informasi penting
yang mendesak akan langsung disampaikan ketua RT ke rumah-rumah warga.

10. Ekonomi
Hasil windshield survey, perekonomian warga desa didapat dari minimarket,
warung makan, toko sembako, warung makan, dan menjual buah-buahan dari
pohon yang dimiliki warga setempat dan rata-rata warga RT 31 bekerja di
kantor.

43
11. Rekreasi
Hasil windshield dan observasi disekitar pemukiman warga pada RT 31,
tidak terdapat tempat rekreasi khusus misalnya seperti lapangan voly, bola,
basket, namun warga sering memanfaatkan seperti halaman rumah untuk
bermain bulu tangkis, jalanan untuk anak-anak bermain sepak bola ataupun
petak umpet, namun semenjak wabah corona warga sekitar sudah mengisolasi
diri dan hanya berdiam diri di rumah. Warga juga memanfaatkan TV sebagai
hiburan ketika di rumah.

44
I. ANALISIS DATA
Tabel 3.6 Analisis data
No Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah Kesehatan
1. 1) Terdapat 115 KK di wilayah RT 31 desa Mengungkapkan Kesiapan meningkatkan
Baamang Tengah.. keinginan untuk manajemen kesehatan
2) Kabupaten Kotawaringin Timur melakukan pada kelompok pekerja
didapatkan hasil pada 31 Maret 2020 penanganan desa Baamang Tengah
angka kasus Covid-19 sebanyak ODP 32 terhadap faktor
orang, PDP 1 Orang, dan yang Positif risiko
Covid-19 tidak ada.
3) Masih terlihat beberapa warga bekerja
ke kantor dan ke pasarm untuk jualan.

45
II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tabel 3.7 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
1. Kesiapan meningkatkan NOC: Pengetahuan: Promosi Kesehatan NIC: Pendidikan Kesehatan
manajemen kesehatan pada Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 1) Berikan pendidikan kesehatan tentang
warga berhubungan dengan kali pertemuan pekerja yang bekerja ke luar rumah penyakit Covid-19
mengungkapkan keinginan kriteria hasil: 2) Sediakan materi informasi kesehatan penyakit
untuk melakukan penanganan 1) Warga RT 31 desa Baamang Tengah yang bekerja ke Covid-19 cara yang mudah dipahami oleh warga
terhadap faktor risiko pada luar rumah mengetahui tentang cuci tangan yang disampaikan dengan menggunakan sosial media.
kelompok pekerja di RT 31 benar. 3) Motivasi keluarga untuk mengajukan pertanyaan
desa Baamang Tengah Skala 1 : tidak mengetahui masalah Covid-19 dan cuci tangan.
Skala 2 : sedikit mengetahui 4) Pendidikan kesehatan tentang cara cuci tangan yang
Skala 3 : cukup mengetahui baik dan benar
Skala 4 : banyak mengetahui
Skala 5 : mengetahui sepenuhnya

Target: Skala 4 Banyak Mengetahui

46
DAFTAR PUSTAKA

Allender JA and Spradley BW. 2001. Community Health Nursing: Concepts and
Practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott.
Anderson ET and McFarlane J. 2000. Community as Partner: Theory and Practice in
Nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott.
Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori
dan Praktik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar. 2014. Kecamatan Beruntung Baru Dalam
Angka tahun 2014. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banjar.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) Revisi ke-3. Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2006. Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung
Seto.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1.
Jakarta: Sagung Seto.
Paula JC dan Janet WK. 2009. Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual. Edisi
4. Jakarta: EGC.
Stanhope M & Lancaster J. 2000. Community & public health nursing. 5th Ed. St.
Louis: Mosby.

47
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG CARA MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR


PADA WARGA
BAAMANG TENGAH

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 1 April 2020

Oleh :
Muhamad Bagus Umaro, S.Kep
NIM. 1930913310024

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020

48
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG CARA MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR


PADA WARGA
BAAMANG TENGAH

Oleh :
Muhamad Bagus Umaro, S.Kep
NIM. 1930913320013

Sampit, 1 April 2020

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep, Ns., M.NSc


NIP. 19841112 201701209 001

49
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CARA MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR PADA WARGA
BAAMANG TENGAH

A. Topik : Cara mencuci tangan yang baik dan benar

B. Sub Topik :
1. Pengertian mencuci tangan.
2. Tujuan mencuci tangan.
3. Kriteria air bersih.
4. Alasan menggunakan air yang bersih dan mengalir.
5. Alasan menggunakan sabun.
6. Langkah mencuci tangan yang baik dan benar.

C. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum:
Setelah diberikan penyuluhan warga Baamang Tengah diharapkan dapat mengerti
tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar
Tujuan Instruksional khusus:
a. Menyebutkan dan menjelaskan pengertian mencuci tangan.
b. Menyebutkan dan menjelaskan pentingnya mencuci tangan yang baik dan
benar.
c. Menyebutkan dan menjelaskan kriteria air bersih.
d. Menyebutkan dan menjelaskan mengapa menggunakan air bersih dan
mengalir.
e. Menyebutkan dan menjelaskan mengapa menggunakan sabun.
f. Menyebutkan langkah mencuci tangan yang baik dan benar.

50
D. Perencanaan Penyuluhan
1. Waktu
a. Hari : Sabtu
b. Tanggal : 4 April 2020
c. Jam : 11.00 – 11.30 WITA

2. Tempat : Sosial media


3. Sasaran : Pekerja dan siswa (Warga Baamang
Tengah)
4. Metode : Video
5. Media : Laptop, Handphone..

E. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan
Waktu Kegiatan Peserta Media
Kegiatan Penyuluhan
Pendahuluan 3 menit 1. Memperkenalkan 1. Mendengarkan dan Sosial media
diri. memperhatikan
2. Memberikan 2. Mendengarkan dan
penjelasan mengenai memperhatikan
topik penyuluhan
kepada warga.
Penyajian 5 menit 1. Menyebutkan dan 1. Mendengarkan dan Sosial media
menjelaskan memperhatikan dari
langkah mencuci penyaji.
tangan yang baik
dan benar.
a. Menyebutkan
langkah-langkah
mencuci tangan.
b. Mendemonstrasik
an langkah-
langkah mencuci
tangan.
Penutup 7 menit 1. Memberi 1. Mendengarkan, Sosial media
kesempatan peserta memperhatikan, dan
untuk bertanya menjawab
kepada penyaji pertanyaan

51
2. Memberikan 2. Mendengarkan dan
reinforcment kepada memperhatikan
peserta yang sudah 3. Mendengarkan dan
berpartisipasi dalam memperhatikan
kegiatan penyuluhan
3. Mengakhiri kegiatan
dengan cara yang
baik (salam)

F. Materi Penyuluhan
Terlampir

G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Warga antusias mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir.penyuluh
membuat media pendidikan berdasar referensi. Penyuluh mempublish media
pendidikan kesehatan.
2. Evaluasi proses
a) Sebutkan alasan mengapa kita mencuci tangan menggunakan air bersih yang
mengalir?
b) Sebutkan langkah- langkah mencuci tangan yang benar!
3. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan penyuluhan warga dapat:
a) Menyebutkan alasan mencuci tangan harus menggunakan air bersih yang
mengalir
b) Mendemonstrasikan langkah-langkah mencuci tangan.

52
Lampiran I
Materi Penyuluhan
1. Pengertian mencuci tangan
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air. Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk
menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar
hilang.

2. Tujuan mencuci tangan


Menjaga Kebersihan diri, mencegah infeksi silang, sebagai pelindung diri

3. Kriteria air bersih


Air yang bersih tentu saja yang jernih, tidak berbau dan tidak berwarna. Ada banyak sekali
standar kesehatan mengenai air bersih terutama yang berhubungan dengan
air minum dan untuk kesehatan, termasuk di dalamnya air yang bebas mikroorganisme, bahan
kimia, dan bahan radioaktif. Namun untuk keperluan mencuci tangan bagi masyarakat awam
maka dengan kriteria yang disebutkan yakni jernih, tidak berwarna dan tidak berbau sudah
cukup.

4. Alasan menggunakan air yang bersih dan mengalir


Zat pembersih berbentuk sabun ini baik yang padat maupun cair akan membantu
proses pelepasan kotoran dan kuman yang menempel di permukaan luar kulit tangan dan kuku.
Dengan mencuci tangan yang benar menggunakan sabun maka kotoran dan kuman akan
terangkat sebagian. Meskipun demikian hal ini sangat membantu mengurangi resiko terinfeksi.

5. Langkah mencuci tangan yang benar

53
Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO 2005 yakni 7
lagkah yang di kembangkan menjadi 10 langkah.
a) Basuh tangan dengan air mengalir
b) Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
c) Gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri dan tangan kanan, begitu pula
sebaliknya.
d) Gosok kedua telapak dan sela - sela jari tangan.
e) Jari- jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
f) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
g) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri
dan sebaliknya
h) Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukansebaliknya.
i) Bilas kedua tangan dengan air
j) Keringkan dengan lap tangan atau tissue

54
55
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmoto. 2008. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:


Salemba Medika.

Budioro B, 2002. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Salemba Medika

Depkes RI, 2006. Pengembangan Promosi Kesehatan di Daerah Melalui Dana


Dekon 2006. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI

Departemen Kesehatan RI. 2007. Panduan Promosi Kesehatan di Sekolah. Jakarta:


Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI.2007. Buletin PHBS di Sekolah. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2007. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di Berbagai Tatanan.
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan.

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Edisi 1. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

56
LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


PADA MASYARAKAT WILAYAH RT.031 MELALUI SOSIAL MEDIA
(WHATSAPP GROUP, FACEBOK DAN INSTAGRAM)
DESA BAAMANG TENGAH KECAMATAN BAAMANG

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 7 April - 10 April 2020

Oleh :
Muhamad Bagus Umaro
1930913310024

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020

57
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


PADA MASYARAKAT WILAYAH RT.031 MELALUI SOSIAL MEDIA (WHATSAPP
GROU, FACEBOOK DAN INSTAGRAM)
DESA BAAMANG TENGAH KECAMATAN BAAMANG

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Komunitas

Tanggal 7 April - 10 April 2020

Oleh:
Muhamad Bagus Umaro
1930913320019

Sampit, April 2020

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., M.NSc.


NIP. 19841112 20170120 9 001

58
LAPORAN EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)
PADA MASYARAKAT WILAYAH RT.031 MELALUI SOSIAL MEDIA
(WHATSAPP GROUP, FACEBOOK DAN INSTAGRAM)
DESA BAAMANG TENGAH KECAMATAN BAAMANG

A. Topik : Coronavirus Disease (COVID-19)


B. Kegiatan Penyuluhan :
1) Pencegahan penyebaran COVID-19
6. Waktu
d. Hari Selasa:
e. Tanggal 7 April: 2020
f.Jam 13.00 –: selesai WITA
7. Tempat Whatsapp
: Group, Facebook dan Instagram
8. Sasaran Masyarakat
: wilayah RT 031 Desa Baamang
Tengah
9. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp,
Facebook dan Instagram
10. Media Poster :

2) Tips menghindari Coronavirus Disease (COVID-19)


1. Waktu
a. Hari Rabu :
b. Tanggal 8 April: 2020
c. Jam 13.00–: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp
: Group, Facebook dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: wilayah RT 031 Desa Baamang
Tengah
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp,
Facebook dan Instagram
5. Media Slide bergerak
:

59
3) Ayo Hindari Coronavirus Disease (COVID-19) dengan Cuci Tangan yang
Baik dan Benar
1. Waktu
a. Hari Kamis:
b. Tanggal 9 April: 2020
c. Jam 13.00 –: selesai WITA
2. Tempat Whatsapp
: Group, Facebok dan Instagram
3. Sasaran Masyarakat
: wilayah RT 031 Desa Baamang
Tengah
4. Metode Penyebaran
: melalui sosial media Whatsapp,
Facebook dan Instagram
5. Media Video :

C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Bahan : Media yang digunakan Video, poster dan slide
2. Evaluasi Proses
a. Hal – hal yang perlu diwaspadai:
Saat pemberian materi dapat mengurangi antusias sasaran terhadap materi
yang diberikan. Selain itu persiapan alat penyuluhan juga harus dilakukan
untuk mengurangi kesalahpahaman informasi yang diterima.
b. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
1. Kesiapan media pendukung di cek sebelum dilaksanakan pendidikan
kesehatan agar dapat membuat sasaran antusias dan menghindari
kesalahpahaman tentang informasi yang disampaikan

60
c. Proses pelaksanaan pendidikan kesehatan
1. Peserta terlihat antusias mengikuti penyuluhan dan bertanya tentang
Coronavirus Disease (COVID-19)

Untuk di Whatsapp pendidikan dapat menjangkau 55 orang, di Facebook


dapat menjangkau 500 orang, dan di instagram dapat menjangkau 1.070
orang.

61
2. Penyebaran media melalui berbagai macam sosial media

Penyebaran dilakukan di 3 sosial media, yaitu Whatsapp, Facebook, dan


Instagram.

62
3. Warga aktif bertanya

Salah satu pertanyaan warga yang paing banyak di sosial media adalah
“mengapa saat mencuci tangan, kran air tidak dimatikan dulu?”

Jawabannya adalah “karena mencuci tangan seperti itu sudah sesuai


standar operasional prosedur, dan agar kuman yang ada di kran tidak ke
tangan lagi dan membuat cuci tangan sia-sia, makanya kran di biarkan
terbuka. Salah satu cara mensiasati agar tidak boros air adalah dengan
membuka kran secukupnya sajaa untuk cuci tangan.”

d. Kekurangan selama proses acara:


1. Pemberian materi pendidikan hanya melalui sosial media, tidak bertatap
muka secara langsung sehingga sulit memberikan kesan formal.

3. Evaluasi Hasil
a. Sasaran antusias mengikuti jalannya pemberian materi dan berpartisipasi
aktif pada diskusi terkait materi yang diberikan, namun ada beberapa yang
melenceng dari topik dan bercanda dalam grup.

63

Anda mungkin juga menyukai