Anda di halaman 1dari 2

Pada praktikkum kali ini, kelompok kami melakuka percobaan mengenai “ Absorpsi .

distribusi, dan ekskresi obat”. Dimana hal ini diketahui melalui hasil ekskresi obat pada urin dan
saliva probandus.

Pertama-tama kami melakukan anamnesis singkat dn inform consent yang menyatakan


tidak adanya riwayat alergi obat dan probandus dalam keadaan sehat. Kemudian probandus
diberikan obat kalium iodida ( KI dalam bentuk kapsul). Sebelumnya saliva dan urin probandus di
ambil terlebih dahulu sebagai kontrol. Setelah itu dilakukan pengambilan sampel secara
periodik( saliva tiap5 menit dan urin tiap 15 menit) sampai waktu 90 menit. Sampel saliva dan urin
merupakan sediaan yang tepat untuk dilakukan percobaan ini, karena pada urin terdapat sampel
ekskresi suatu sisa metabolit yang paling banyak sedangkan pada saliva dikarenakan saliva dianggap
sebagai pengganti plasma darah untuk menentukan kadar obat. Pada percobaan ini, kami melakukan
pemanasan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kecapatan pencampuran / reaksi dari reagent-
reagent.

Berikut hasil yang kami dapatkan, antara lain:

 1 ml KI 1 % + 1 ml amilum 1% dimana dihasilkan warna yg transparan/ tidak ada perubahan


warna dan reaksi ini merupakan kontrol negatif. Warna yg transparan terjadi karena tidak ada
snyawa oksidator yg mengubah KI menjadi I 2 sehingga iodine dan amilum tidak beriktan.
 1 ml KI 1%+ 2 tetes NaNo 2 10% + 2 tetes H2SO4 cair + 1 tetes amilum 1%, dan diperoleh
warna biru kecoklatan dan hal ini dijadikan sebagai kontrol positif. Pada reaksi ini, NaNo 2
memiliki fungsi sebagai oksidator dimana merusak ikatan k + dan I- sehingga iodine terurai dari
KI. Sedangkan penambahan H2SO4 berfungsi mencegah penguapan KI yang akan menyebabkan
tidak terjadinya reaksi. Untuk amilum berfungsi sebagai indikator dalam percobaan yaitu jika
iodin terurai maka nantinya iodin akan berikatan dengan amilum dan menghasilkan warna biru.
Dalam percobaan ini, didapatkan hasil positif karena adanya endapan berwarna biru pada
larutan berwarna cokelat.
 1 ml urin + 2 tetes NaNO2 10% + 2 tetes H2SO4 cair + 1 tetes amilum 1%, reaksi ini
digunakan untuk semua sampel urin dari menit ke-0 sampai ke-90. Pengukuran konsentrasi
iodine dilakukan dengan metode semikuantitatif colorimetri, diman jika hasil reaksi positif maka
ditandai warna yaitu
- Positif 1(+) = biru muda
- Positif 2(++)= biru
- Positif3(+++)= biru tua
Sedangkan bila hasil reaksi negatif maka akan ditandai dengan tidak adanya prubahan
warna pada larutaan.
Pada praktikum, kami hanya mendapatkan hasil positif satu pada menit ke-75, sedangkan
pada menit ke-0 sampai 60 dan menit ke-90 tidak mendapatkan hasil positif. Hal ini mungkin
dipengaruhi beberapa faktor antara lain tingkat kelarutan yang sangat kecil pada kompleks
iodium amilum, adanya kesalahan dal;am prosedur dan sifat iodine yang mudah menguap. Hasil
positif pada menit ke-75 ditandai dengan perubahan warna biru pada larutan karena iodin
dalam KI terurai sehingga iodin nantinya akan berikatan dengan amilum. Berdasarkan teori
kalium iodida merupakan garam elektrolit sehingga akan cepat mengalami absorpsi yaitu
melalui difusi pasif dan konsentrasi maksimum pada waktu 5 menit sehingga pada menit ke-25
sudah dapat diekskresikan melalui urin. Hal ini dapat terjadi karena KI pada dasarnya
merupakan garam elektrolit sehingga proses absorbsi akan berlangsung cepat dengan difusi
pasif. Kenudian obat masuk ke darah dan berikatan dengan protein plasma di=an dibawa darah
ke seluruh tubuh. Obat bebas akan keluar ke jaringan, ke hati (metabolit yang dikeluarkan
melalui empedu), dan di ginjal (metabolit diekskresikan melalui uriin). Berdasarkan teori pada
kurva konsentrasi iodine terhadap waktu KI menunjukkan sekresinya secra perlahan pada urin
dan terlihat konsentrasi urin yg diekskresikan semakin meningkat hingga konsentrasi maksimum
dan menurun secara perlahan sampai tidak ada lagi pada urin. Hal ini dipengaruhi laju absorpsi
dan eliminasi bkan pengruh dosis yg diberikan.

 1ml saliva + 2 tetes NaNO2 + 2tetes H2SO4 + 1 tetes amilum 1%. Metode pengukuran
konsentrasi iodine pada saliva sama halnya dengan urin yaitu dilakukan metode semi kuantitatif
colonimetri. Dimana jika hasil positif ditandai warna biru, jika negatif tidak terjadi perubahn
warna.
Pada praktikum kami diperoleh hasil negative semua dari menit ke-0 sampai menit ke-90.
Secara teori, semakin lama waktu maka konsentrasi iodine pada saliva akan semakin banyak.
Saliva baik untuk dijdikan tolak ukur karena kadar dalam saliva sama dengan kadar obat bebas
dalam plasma.hasil negativ mungkin disebabkan beberapa faktor seperti yng terjadi pada
percobaan urin. Kemungkinan tersebut karena kompleks iodin amilum memiliki tingkat
kelarutan yg kecil dalam air dan faktor farmkokinetik yg lambat, adanya kesalahan prosedur
(seperti ketidaktepatan pemberian larutan penguji dengan sampel, tidak terlalu efektifnya
reagent yg diberikan). Sifat iodine yg mudah menguap dan faktor subjekti dri probandus juga
m erupakan faktor yang dapat mempengaruhi kesalahan dalam percobaan ini.

Anda mungkin juga menyukai