Anda di halaman 1dari 2

KOTA TARIM, YAMAN

 Mendapat julukan kota seribu wali


 Anugerah yang Allah berikan kepada penduduk Tarim diantaranya yaitu mereka
memiliki ilmu, mengamalkan ilmunya, dan hatinya bersih.
 Kaidah:
1. Tidak usah berkecil hati. Kenapa anugerah itu diberikan sekian banyak kepada
penduduk Tarim? Karena Tarim memiliki 3 hal di atas. Kalaupun kita memiliki 3
hal di atas, insyaallah Allah juga akan berikan anugerah yang demikian. Jangan
merasa jauh dengan Anugerah yang Allah berikan kepada penduduk Tarim.
Padahal Anugerah Allah itu begitu luas.
2. Ketika kita mendengar suatu kebaikan dari seseorang atau suatu penduduk atau
kaum maka kita bisa berkaca, apa kelemahan dan kekurangan kita. Dan membuat
kita tahu bahwa anugerah Allah itu ada.
 Kalau kita ingin seperti mereka, kita harus punya ilmu, belajar. Belajar fikih, puasa,
dll. Sampe mana kita belajar? Giat belajar. Bergelut dengan ilmu, ulet, rajin dengan
ilmu. Terus, amalkan.
 Jalanan di Kota Tarim adalah guru bagi orang yang tidak punya guru. Kita akan
otomatis menjaga tata krama di kota ini. Karena setiap jalan dan apa yang kita
pandang, mereka adalah mengamalkan ilmunya.
 Kota Tarim adalah kota yang dikenal dari orang yang berilmu, menjaga adab,
mencapai derajat wali ataupun derajat yang Allah sayangi.
 Jika dikatakan, surga ada di atas langit, maka surga ada di atas Kota Tarim. Surga ada
dibawah bumi, maka surga ada di bawah Kota Tarim.
 Misalkan kita ada di Kota Tarim, kemudian jalan kaki mau ke pasar. Di tengah jalan
pasti ada orang yang berhenti, menyapa, dan menawarkan tumpangan.
 Pasar di Kota Tarim:
- Ketika kita datang, kita akan disambut
- Kita akan banyak melihat orang2 di sana membuka mushaf, menggunakan tasbih
untuk bertasbih
- Banyak mendengarkan murotal
 Ramadhan di Kota Tarim:
- Waktu berbuka, orang berbondong2 membawa makanan, minuman, kurma,
camilan untuk berbuka dan memberikan hidangan bagi orang yang berpuasa.
(Barangsiapa yang memberikan hidangan berbuka bagi orang yang berpuasa,
maka baginya adalah pahala. Yang mana pahala seperti orang yang berpuasa,
tanpa dikurangi sedikit pun). Dan memberi makan orang yang berpuasa
merupakan suatu amalan yang instan tapi pahalanya banyak. Jadi ketika kita
memberikan hidangan berbuka untuk orang lain ketika berpuasa, kita
mendapatkan pahala puasa yang 2 kali lipat.
- Ketika sebelum berbuka, penduduk Tarim selalu membaca witir:

َ ِ‫ َوأَ ُع ْو ُذ ب‬،َ‫ك ال َجنَّة‬


ِ َّ‫ك ِم َن الن‬
‫ار‬ َ ُ‫ َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ أَسْأَل‬،ُ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللا‬
Witir tersebut disunnahkan untuk dibaca tidak hanya ketika hendak witir atau
terawih saja, tetapi setiap saat, apalagi di bulan Ramadhan.
- Penduduk Tarim sangat gemar dengan bulan Ramadhan. Mereka selalu
menghidupkan malam di bulan Ramadhan dan pasti tidak sama dengan malam-
malam yang lain.
- Dan 10 hari terakhir di Bulan Ramadhan mereka lebih menghidupkan dan lebih
bersungguh-sungguh lagi.
- Tidak akan sepi orang yang berdzikir malam hari di Kota Tahrim, apalagi di bulan
Ramadhan.
- Tarawihnya hingga 100 rakaat. Mereka pindah-pindah masjid hingga 5kali dalam
semalam dan ketika dijumlah, tarawih mereka berjumlah 100 rakaat.
- Ada cerita, seorang ulama di Kota Tarim mengkhatamkan al quran di malam 17 di
shalat tarawihnya. Satu malam mungkin 2 jus dibacanya di shalat tarawihnya.
- Tidak ada orang yang jual beli, kecuali darurat. Sebagian besar toko di sana tutup.
Karena mereka mengetahui keutaman di bulan Ramadhan, mereka ingin
memperbanyak ibadahnya.
- Ketika Ramadhan, seakan2 mereka mau safar. Seakan2 ketika Ramadhan ini
mereka akan berfokus beribadah. Fokus ke masjid, i’tikaf, shalat, baca Quran.
Karena Ramadhan adalah bulannya kita dengan Allah.
- Ketika Ramadhan mau berakhir/akhir2 Ramadhan, kita jumpai ketika di jalanan,
orang2 Tarim itu menangis. Karena mereka merasa kehilangan Ramadhan.
Mereka benar-benar memaknai Bulan Ramadhan.
 Pada Bulan Ramadhan, datangi kebaikan, kurangi keburukan. Karena Ramadhan
adalah bulan penuh keberkahan.
 Amalan shaleh di bulan Ramadhan, bantu orang tua, beri makan anak yatim, dll.
 Penduduk Tarim akan berinteraksi normal ketika setelah Ramadhan. Yaitu awat-
awatan (istilah di Kota Tarim). Karena di bulan Ramadhan, mereka penduduk Tarim
fokus beribadah dan tidak menjalani interaksi, maka setelahnya mereka menjalin
silaturahmi kembali kepada sesama.

Anda mungkin juga menyukai