Anda di halaman 1dari 2

METODE PENELITIAN

Pengaruh Bintik Matahari Terhadap Lingkungan

Matahari merupakan salah satu kendali iklim yang sangat penting juga menjadi
sumber energi utama di Bumi yang menggerakkan udara dan arus Laut. Antara periodisitas
Matahari dan siklus iklim global, memiliki mekanisme realistis yang telah diusulkan untuk
menghubungkan dua fenomena. Siklus Matahari variasi dalam jumlah bintik Matahari
(Sunspot) selama periode 11 tahun, dianggap berkaitan pada variasi magnetik Matahari dan
siklus magnetik ganda (sekitar 22 tahun). Siklus bintik Matahari ini disertai dengan variasi
radiasi Matahari, konstanta Matahari yang dapat menimbulkan adanya perubahan iklim
(sekitar 1368Wm²). Terjadinya variasi bintik Matahari ini berpengaruh adanya pemanasan
global mengakibatkan beberapa terumbu karang laut mati (karena suhu laut yang semakin
panas), terjadinya kekeringan di wilayah Asia-Afrika, dan El Nino yang menyebabkan cuaca
menjadi buruk di sebelah Timur Pasifik, daratan es Kutub mulai mencair, terjadi pola migrasi
binatang seperti beruang atau kupu-kupu berubah secara drastis. Siklus Sunspot ini juga
menyebabkan terjadinya gas-gas rumah kaca (GRK), sehingga mengakibatkan temperatur
Bumi menaik. Selain itu juga menimbulkan dampak negatif pada lingkungan antariksa di
Bumi yang menghasilkan adanya gangguan medan magnet Bumi yang mengganggu kinerja
satelit dan terputusnya jaringan listrik, seperti yang terjadi pada Maret, 1989.
Kenaikan konsentrasi gas rumah kaca sampai ditingkat yang tidak di harapkan,
kelimpahannya paling besar adalah CO2 yang mencapai 64% dari seluruh GRK di atmosfer.
Sedangkan 36% merupakan gabungan beberapa gas. Sebelum revolusi pada siklus Sunspot
kadar CO2 di atmosfer masih relatif rendah. Sehingga selama 100 tahun terakhir temperatur
Bumi menarik 0,74°C, jika konsentrasi kadar CO2 naik 200% dari pra industri maka
temperatur akan menaik 3°C.

Pada gambar di atas menjelaskan bahwa kenaikan temperatur dan konsentrasi CO2
terlihat sangat jelas saling berkaitan diantara keduanya. Kenaikan pad CO2 terlihat lebih kuat
kaitannya dibanding dengan kenaikan siklus bintik Matahari (Sunspot). Bertambahnya gas
CO2 di atmosfer diramalkan akan terus berlangsung. Pertambahan temperatur tinggi yang
nantinya akan menimbulkan bencana, sebab permukaan air laut akan menjadi bertambah
sekitar 1meter.
Aktivis bintik Matahari (Sunspot) di permukaan Matahari telah terhitung dengan
berbagai cara sela hampir 300 tahun, dan sejumlah periodisitasnya tampak jelas. Dari
berbagai penelitian menunjukkan bahwa aktivitas Matahari mempengaruhi perubahan suhu
permukaan pada Bumi yang ditunjukkan oleh rata-rata 11 tahun radiasi Matahari total Hasil
rekonstruksi Max Planck Jerman dengan rata-rata 11 tahun anomali temperatur udara dan
lautan hasil dari GISS NASA pada 1885 – 2000 yang berkaitan sangat erat. Maka semakin
tinggi suatu lapisan atmosfer, pengaruh aktivitas Matahari terhadap variasi suhu semakin
kuat.

Pengaruh Bintik Matahari Terhadap Teknologi

Peristiwa terjadinya bintik Matahari penyebabkan gangguan pada kinerja satelit dan
jaringan listrik, sehingga banyak beberapa wilayah yang terjadi pemadaman listrik dan
hilangnya sinyal internet yang di sebabkan peristiwa ini. Oleh sebab itu pengetahuan dan
pemahaman tentang hal-hal yang terkait pada berbagai peristiwa fisik yang mendahului
sangatlah penting. Peristiwa ini tampaknya semakin mengganggu pesawat terbang dan luar
angkasa seperti yang di sampaikan oleh para peneliti dari Reading University. Siklus puncak
solat maksimum ini terjadi setiap 11 tahun dan lingkaran bintik Matahari lebih besar,
jangkauan lidah apinya serta aktivitas lain lebih luas. Penelitian ini mengindikasikan bahwa
sebagian besar radiasinya mengenai Bumi selama periode aktivitas Matahari yang cukup.
Meningkatnya radiasi ini menyebabkan masalah pada kinerja satelit, penerbangan, dan
teknologi komunikasi yang ada di Bumi belum ada ketika lingkar Matahari mengakhiri masa
solar maksimumnya.
Bintik Matahari yang memiliki ukuran luas sehingga cukup signifikan atau memiliki
konfigurasi medan magnet yang cukup kompleks. Evolusi bintik Matahari dari hari ke hari
sehingga terjadi perubahan dalam waktu kurang dari 24 jam tidak tampak. Oleh karena itu,
terjadi flare, tercatat harian harus diartikan sebagai peristiwa yang terjadi dalam waktu 24
jam terakhir.
Perubahan morfologi bintik Matahari pada luas, panjang dalam bujur, jumlah bintik
Matahari dan tipe Magnetik dari hari ke hari harus dibaca sebagai perubahan dalam 24 jam.
Perubahan inilah yang dapat diartikan sebagai pendeteksi prekursor flare yang di sertai
Coronal Masa Ejection (CME).
Seperti yang terjadi di daerah Sumatera. Saat terjadinya peristiwa bintik Matahari ini
beberapa daerah mengalami pemadaman listrik dan gangguan jaringan internet yang terjadi di
daerah Belwis, Sukarame, Bandar Lampung, Lampung Selatan, dan lain-lain. Tidak hanya di
daerah Sumatera, luar pulau Sumatera juga mengalami hal yang serupa. Akibat terjadinya
bintik Matahari (Sunspot) yang menyebabkan radiasi sangat tinggi, sehingga kinerja satelit
dan jaringan internet listrik mengalami gangguan.

Anda mungkin juga menyukai