Anda di halaman 1dari 140

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn “E” YANG MENGALAMI


SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HARGA
DIRI RENDAH DI RUANG PALM RUMAH SAKIT KHUSUS
DAERAH DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2019

OLEH :

PARAMITA
NIM : 1610051

PROGRAM STUDI KEPERAWTAN


AKADEMI KEPERAWATAN MAPPAOUDANG MAKASSAR
TAHUN 2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn “E” YANG MENGALAMI


SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH DI RUANG PALM RUMAH
SAKIT KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI
SULAWESI SELATAN
TAHUN 2019

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

OLEH:

PARAMITA
NIM: 1610051

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR
TAHUN 2019

i
SURAT PERNYATAAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : PARAMITA

NIM : 1610051

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN “E” YANG MENGALAMI

SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HARGA DIRI

RENDAH DI RUANG PALM RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH

PROVINSI SULAWESI-SELATAN TAHUN 2019

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah sebagaimana disebutkan dengan judul di atas

adalah benar merupakan Karya Saya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain

untuk memperoleh gelar akademik.

Demikian pernyataan ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Makassar, 9 Juli 2018

Paramita,

ii
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Paramita

Tempat/ Tanggal Lahir : Bantaeng/ 10 Desember 1997

Suku/ Bangsa : Makassar/ Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Lengkap : Jl. Tallasalapang II

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pada Tahun 2003-2008 SD Inpres Ikip II Makassar

2. Pada Tahun 2008-2012 SMP Negeri 2 Sungguminasa Gowa

3. Pada Tahun 2012-2015 SMK Pratidina Makassar

4. Pada Tahun 2016-2019 AKPER Mappa Oudang Makassar

v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata Ala atas berkah
dan karunia-nya serta tak lupa salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabiullah
Muhammad ‫ﷺ‬yang membawa umat manusia dari alam gelap gulita ke alam yang
terang benderang.
Tidak lupa pula penulis mensyukuri segala Rahmat dan Karunia yang telah
dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelasaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn “E” YANG
MENGALAMI SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH DI RUAG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DADI
PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2019” Karya Tulis Ilmiah ini
disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar, tetapi berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Untuk itu perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Kombes Pol dr. H. Farid Alamsyah Sp,PD., FINASIM, sebagai Ketua
Yayasan Brata Utama Bhayangkara Makassar sekaligus kepala Rumah sakit
Bhayangkara Makassar dan Staff yang telah banyak membantu
2. Pimpinan/ pengelola program Study Diploma III Keperawatan Akademi
Keperwatan Mappa Oudang Makassar, Kepada:
a. Direktur : Dardin, S.Kep., Ns., M.Kep
b. Wakil Direktur I : Syaharuddin, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes
c. Wakil Direktur II : Rezeki Nur, S.Kep., Ns., M.MKes
d. Wakil Direktur III : H. Hataul Madja, S.ST.,S.Kep., Ns., M.Kes
e. Ketua LPM : Muh. Saleh S, S.Pd.,M.Pd.,M.MKes

vii
3. Bapak Fardi, S.Kep.,M.Kes sebagai pembimbing pertama sekaligus sebagai tim
penguji dan dosen Keperawatan yang begitu banyak memberikan ilmu dan
meluangkan begitu banyak waktu untuk penulis dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah dengan baik.
4. Bapak Mathius Tato, S.Kep.,M,M.Kep sebagai pembimbing kedua sekaligus
sebagai dosen Keperawatan yang begitu banyak memberikan ilmu serta
memberikan masukan dan motivasi dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dan
dengan sabar membimbing penulis untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan
baik.
5. Bapak Sudirman, S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai pembimbing ketiga sekaligus
sebagai dosen Keperawatan yang begitu banyak memberikan ilmu dan telah
meluangkan begitu banyak waktu untuk penulis serta banyak memberikan
masukan dan motivasi dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
6. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar yang
telah banyak memberikan doa dan restu serta dorongan baik moril dan material
selama penulis mengikuti semua pendidikan 3 tahun ini.
7. Kedua orang tua tercinta yang dengan penuh cinta dan kasih sayangnya selama
ini dengan ikhlas mengasuh, mendidik, dan selalu memberikan dukungan baik
moril maupun material dan semangat serta doa yang tulus di setiap sujudnya agar
penulis menjadi orang yang dapat membanggakan untuk mereka. Terima kasih
untuk setiap cinta yang terpancar yang selalu mengiringi setiap langkah penulis
sehingga penulis bisa sampai ke titik ini. Terima kasih untuk tiap tetesan keringat
yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, terimakasih sudah menjadi orang
tua yang baik untuk penulis selama ini.
8. Seluruh Mahasiswa di Akper Mappa Oudang Makassar Angkatan X (sepuluh)
tanpa terkecuali, jasa-jasa kalian akan tetap aku ingat untuk selamannya.
9. Adinda junior Angkatan XI dan XII yang senantiasa memotivasi serta
memberikan doa selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah
10. Terakhir pada almamaterku tersayang “ Akademi Keperawatan Mappa Oudang
Makassar” yang telah menjadikanku insan yang berarti.

vii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak terdapat
kekurangan. Jadi setiap kritikan maupun saran-saran dari pihak yang bersifat
membangun penulis akan menerima dengan senang hati.
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
Mahasiswa Akper Mappa Oudang Makassar khususnya dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan
Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Umum Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Makassar, 18 Juni 2019

Penulis,

vii
ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Skizofrenia Dengan


Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah Di Ruang Palm Rumah
Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan Tahun 2019
(Dibimbing Oleh Fardi)

Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang bisa menyebabkan munculnya beberapa masalah
keperawatan salah satunya yaitu Harga Diri Rendah, Harga Diri Rendah bisa terjadi dalam kasus
skizofrenia diakibatkan adanya gangguan otak disertai dengan stressor atau tekanan dalam kehidupan
klien yang menyebabkan klien bisa mengalami Harga Diri Rendah. Harga diri rendah adalah perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi provinsi Sul-
Sel didapatkan 1.481 kasus dengan skizofrenia yang mengalami Harga Diri Rendah. Metode
penelitian yang saya gunakan yaitu observasi partisipan, studi dokumentasi, dan wawancara
terstruktur, dengan instrumen yang digunakan yaitu alat ukur tambahan seperti alat tulis, alat ukur
tanda-tanda vital, lembar inform consent. Asuhan keperawatan pada Klien skizofrenia dengan
masalah keperawatan Harga Diri Rendah yang saya lakukan selama 2hari muncul diagnosa
Halusinasi,Isolasi Sosial, dan Harga Diri Rendah, dengan noc semua bisa teratasi dengan baik
ditandai dengan klien sudah mampu untuk menyebutkan aspek-aspek positif dalam dirinya, klien
sudah mampu untuk melatih kemampuannya, klien sudah mampu mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya. Kesimpulan, Pada konsep teori data yang tidak ditemukan dalam studi kasus adalah
mengejek dan mengkritik diri sendiri,pandangan hidup yang pesimistis dan penolakan terhadap
kemampuan diri. Yang ditemukan dalam studi kasus tidak terdapat dalam teori adalah penolakan
terhadap keamampuan diri.

Kata Kunci : Skizofrenia, Harga Diri Rendah,

Referensi : 2016-2019

xxvi
ABSTRACT

Nursing Assurance In Clients Who Suffered Skizofrenia With The problems


Nursing Low Self Esteem At Specific Hospital Area In South Sulawesi
Province 2019 Years. (Supervised Fardi.)
Skizophrenia is severe mental disorder that can cause the emergence of some nursing problems one of
them is low self esteem, low self esteem may occur in the case of schizophrenia due to a brain disorder
accompanied by stressor or strees in the client life that cause the client to experience low self esteem.
Low self esteem is a feeling of wortless, insignificant and low self esteem due to a negative self
evaluation of self efficacy. Based on data from RSKD province Sul-Sel got 1.481 cases of skizophrenia
who experienced low self esteem. The risearch methods i used were participant observation, domentation
study, dan structured interviews, with instruments used is additional measuring tools such as stationery,
vital signs, informed consent sheets. Nursing care in shizophrenia patients with low self esteem nursing
problems that i did for two days came the diagnosis of hallucinations, social isolation, and low self
esteem, with noc all can be resolved well marked by the client already dead to mention positive aspects in
him, the client already able to train his ability, the client has been able to develop the ablity he has.
Conclusion, In the theoretical concept of data not found in case studies is mocking and self-criticism, a
pessimistic view of life and rejection of one's abilities. What was found in case studies not found in the
theory was resistance to self-ability.

Keywords : Skizophrenia, Low Self Esteem,

Reference : 2016-2019

xxvii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ..................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv

DAFTAR ARTI LAMBANG,SINGKATAN DAN ISTILAH ............ xv

ABSTRAK ............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 4

C. Tujuan .................................................................................... 4

1. Tujuan Umum ................................................................... 4


2. Tujuan Khusus .................................................................. 4

D. Manfaat .................................................................................. 5

1. Manfaat Teoritis……………………………………...5
2. Manfaat Praktisi ............................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Harga Diri Rendah ................................... 7

1. Definisi ............................................................................ 7

2. Batasan Karakteristik ...................................................... 7

ix
3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan .................................... 8

4. Klasifikasi 8 ....................................................................... 8

5. Etiologi ............................................................................. 9

6. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah …………………..11


7. Psikopatologi ................................................................... 11
8. Manifestasi Klinis ........................................................... 13
9. Mekanisme Koping ......................................................... 14
10. Penatalaksanaan .............................................................. 15
11. Pencegahan ...................................................................... .18
B. Tinjauan Tentang Skizofrenia ................................................ 18
1. Anatomi Fisiologi ........................................................... 18
2. Konsep Medis ................................................................. 26
a. Definisi ....................................................................... 26
b. Klasifikasi ................................................................... 27
c. Etiologi ....................................................................... 28
d. Patofisiologi ............................................................... 31
e. Pemeriksaan penunjang ............................................... 33
f. Komplikasi ................................................................. 33
g. Pengobatan ................................................................. 34
h. Pencegahan ................................................................. 38
3. Konsep Dasar Keperawatan ............................................ 39
a. Pengkajian .................................................................. 39
b. Diagnosa Keperawatan ............................................... 51
c. Intervensi Keperawatan ............................................... 51
d. Implementasi .............................................................. 60
e. Evaluasi ...................................................................... 61

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ……………………………………… 62

B. Subyek Penelitian ………………………………………….. 62

C. Fokus Studi ………………………………………………... 62

D. Definisi Operasional Fokus Studi ………………………… 64

E. Instrumen Penelitian ……………………………………… 64

F. Metode Pengumpulan Data ……………………………….. 66

G. Lokasi & Waktu Penelitian ……………………………….. 67

H. Analisis Data Dan Penyajian Data………………………… 67

I. Etika Penelitian ……………………………………………. 67

x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASA

A. Hasil ........................................................................................ 69
1. Gambaran lokasi penelitian .............................................. 69
2. Karakteristik Partisipan .................................................... 69
a. Identitas Klien............................................................. 69
b. Identitas Penangung Jawab ........................................ 70
3. Data Asuhan Keperawatan \ ............................................. 70
a. Pengkajian ................................................................. 70
b. Diagnosa .................................................................... 81
c. Intervensi ................................................................... 86
d. Implementasi dan Evaluasi ........................................ 87
B. Pembahasan ........................................................................... 98
1. Pengkajian ......................................................................... 98
2. Diagnosa ............................................................................ 99
3. Intervensi .......................................................................... 100
4. Implementasi .................................................................... 100
5. Evaluasi ............................................................................ 101

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran ....................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Psikopatologi ................................................................................ 11


Tabel 2.2 Pohon Masalah .............................................................................. 51
Tabel 2.3 Rencana Tindakan, Diagnosa 1 ..................................................... 51
Tabel 2.4 Rencana Tindakan, Diagnosa 2 ..................................................... 53
Tabel 2.5 Rencana Tindakan, Diagnosa 3 ..................................................... 53
Tabel 3.1 Jadwal penelitian ........................................................................... 67
Table 4.1 Pohon Masalah ............................................................................... 81
Table 4.2 Klasifikasi Data .............................................................................. 81
Table 4.3 Analisa Data ................................................................................... 82
Table 4.4 Intervensi ........................................................................................ 86
Table 4.5 Implementasi .................................................................................. 87
Table 4.6 Evaluasi .......................................................................................... 90

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Otak ........................................................................ . 18

xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

LAMBANG
% : Persen
× : Kali
≥ : Kurang dari
& : Dan
; atau , : Pemisah Tag
( dan ) : Pembuka dan Penutup Fungsi
? : Tanda Tanya
1
/2 : Setengah
“ : Tanda Kutip
& : Dan
: Tanda panah
- : Kata sambung

xv
SINGKATAN

BAB : Buang Air Besar


BAK : Buang air kecil
BB : Berat Badan
CPZ : Chlorpromazine
Depkes : Departemen kesehatan
DO : Data Objektif
DS : Data Sabjektif
ECT : Electrokonvulsif
EEG : Elektroensefalografi
EKG : Elektrokardiogram
HDR : Harga diri rendah
Mg : MiliGram
Ml : MiliLiter
mmHg : Milimeter Merkuri (Hydrargyrum)
N : Nadi
NANDA : Nort American Nursing Diagnosis Association
P : Pernapasan
RM : Rekam Medik
RSUD : Rumah sakit umum daerah
S : Suhu
Sp : strategi pelaksanaan
Sul-sel : Sulawesi-Selatan
TAK : Terapi aktivitas kelompok
TB : Tinggi badan
TD : Tekanan darah
TUK : Tujuan umum khusus
WHO : Word Health Organization

xvi
ISTILAH
A
Adaptif : Mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
Adekuat : Afek emosi yang sesuai dengan stimulus yang ada
Afek : Perubahan perasaan karena tanggapan dalanm
kesadaran seseorang ( terutama apabilah tanggapan
itu datangnya mendadak dan berlangsung tidak
lama, seperti marah)
Akut : Timbul secara mendadak dan cepat memburuk
Ambivalensi : Afek emosi yang berlawanan timbul bersama-sama
terhadap seseorang, obyek atau sesuatu hal
Analisa data : Kegiatan setelah seluruh data terkumpul, dan
dikelompokkan berdasarkan variabel dan jenis
responden
Anhedonia : Suatu keadaan dimana seseorang tidak mendapat
kesenangan dari melakukan kegiatan-kegiatan yang
dulu menyenangkannya atau membuatnya bahagia
Anonimity : Tanpa nama
Obat Antipsikosis : Meringankan gejala florid, seperti gangguan
berpikir,halusinasi,delusi, serta mencegah
kekambuhan
Apatis : Istilah psikologikal untuk keadaan cuek atau acuh
tak acuh
Autistik : Anak memperlihatkan tanda/gejala seperti yang
terlihat pada autisme
B
Berduka disfungsional: kehilangan
Biologis : Proses yang ada pada organisme hidup
Bipolar : Gangguan mental yang menyerang kondisi psikis
seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana
hati yang sangat ekstrem berupa mania dan depresi.

xvii
Bloking : Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan
eksternal kemudian dilanjutkan kembali
C
Citra tubuh : Sikap atau pandang seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar
Confidentiality : Kerahasiaan informasi
Compos Mentis : Sadarkan diri
D
Data objektif : Data yang dapat diobservasi dan diukur
Data subjektif : Data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang
disampaikan oleh klien
Delusi : Keyakinan yang salah namun dianggap benar
Depersonalisasi : Terjadi ketika seseorang terus-menerus atau
berulang kali memiliki perasaan bahwa hal-hal
disekitarnya adalah tidak nyata
Depresi : Sebuah penyakit mental yang berdampak buruk
pada suasana hati, perasaan, stamina, selera makan,
pola tidur, dan tingkat konsentrasinya
Diastole : Menunjukkan tekanan darah seseorang saat posisi
jantung sedang beristirahat
Disosiasi : Suatu proses ketika senyawa ionik (kompleks atau
garam) terpisah menjadi partikel ion, atau radikal
yang dikembalikan seperti semula.
Distinct Heterogenity Model : Model heterogenitas yang berbeda
E
Ekhopraksia : Kelainan pada gerakan motorik yang ditandai
dengan reaksi
Evaluasi : Penaksiran atau penilaian
Etiologi : Cabang biologi tentang penyebab penyakit
Endokrin : Kelenjar yang mengatur fungsi tubuh melalui
hormone yang dkeluarkan ke aliran darah
Enzim hepar : Tes fungsi hati

xviii
F
Faal ginjal : Tes fungsi ginjal
faktor predisposisi :
Flexibilitas serea : Pembicaraan yang melompat dari satu topic ke
topik lainnya masih ada hubungan yang tidak logis
dan tidak sampai pada tujuan
Flight of ideas

G
Genogram : Peta atau riwayat keluarga yang menggunakan
simbol-simbol khusus untuk menjelaskan
hubungan, peristiwa penting, dan dinamika
keluarga dalam beberapa generasi
Grimasen : Gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak
dapat dikontrol klien
H
Hepar : Hati
Heterozygote : Satu dari bentuk genotipe yang mungkin terjadi pada
individu
Hiperkinesa : Gerakan atau aktivitas yang berlebihan
Hipokinesa : Gerakan atau aktivitas yang berkurang
I
Ideal diri : Persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan
atau penilaian personal tertentu
Ilusi : Sesuatu yang hanya dalam angan-angan (hayalan)
Implementasi : Suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah
disusun secara cermat dan rinci
inform consent : Persetujuan menjadi klien
Inkoherensi : Keterpaduan dalam sebuah paragraf akan terpenuhi
apabila kalimat-kalimat yang menyusun paragraf

xix
itu terjadi secara logis dan gramatical dan berkaitan
satu sama lain untuk mendukung gagasan utama
Insomnia : Gangguan kesehatan dimana penderitanya
kesulitan untuk tidur
Intelektual : Cerdas
K
Katalepsi : Suatu keadaan abnormal yang ditandai oleh
gangguan kesadaran, sikap dan otot tubuh
Klasifikasi : Penggolongan atau pengelompokkan.
Kognitif : Kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan
atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman
sendiri
Koheren : Kalimat atau pembicaraan dapat dipahami dengan
baik
Kolektif :
Koping : Mekanisme untuk mengatasi perubahan yang
dihadapi atau beban yang diterimah tubuh dan
beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang
sifatnya nonspesifik yaitu stres
Kriteria eksklusi : Kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian
Kriteria inklusi : Kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat
sebagai sampel.
Kronik : Menahun atau terus-menerus berlangsung atau
tahan dalam waktu yang lama (tentang keadaan )
Kompulsif : Bersifat memaksa
Koneksi : Hubungan yang dapat memudahkan (melancarkan)
segala urusan (kegiatan)
Konvensional : Segala sesuatu yang sifatnya mengikuti adat

xx
Kriteria eksklusi : Kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian
Kriteria inklusi : Kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat
sebagai sampel.

L
Labil : Emosi yang cepat berubah-ubah
Limbik : Berperan dalam regulasi aktifitas motorik veskeral
dan ekspresi emosi
Lobus : Salah satu dari empat devisi anatomis korteks
serebri yang terdiri dari lobus frontais, labus
parietalis, lobus oksipitalisdan, lobus temporalis,
setiap lobus dikaitkan dengan fungsi penalaran,
gerakan, memori dan persepsi sensori yang
berbeda-beda

M
medical record : Rekam medis
Mannerisme : Pergerakan yang stereotipe testri (seperti bermain
sandiwara)
Mekanisme koping : Cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah
Migrasi : Perpindahan
Motorik : Proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seseorang
Mal adaptive : Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial
Manifestasi Klinik : Perkembangan dan dampak yang di timbulkan dari
perkembangan suatu ata banyak penyakit didalam
tubuh.

xxi
Medulla spinalis : Jaringan saraf berbentuk seperti kabel putih yang
memanjan dari medulla oblongata turun
melaluitulang belakang dan bercabang ke berbagai
bagian tubuh
Mesensevalon : Otak tengah bagian teratas dari batang otak yang
menghubungkan serebrum dan serebelum

N
Narkolepsi : Gangguantidur kronis, dimana terjadi kelainan
saraf yang menyebabkan seseorang dapat tiba-tiba
tertidur dalam waktu dan tempat yang tidak sesuai
untuk tidur
Neuronologis : Dokter yang memiliki spesialis pada diagnosis dan
pengobatan dari gangguan otak dan sistem saraf
Nightmare : Mimpi buruk
Nonrealistik : Cara berfikir yang tidak sesuai dengan kenyataan
Non verbal : Proses komuikasi dimana pesan disampaikan tidak
menggunakan kata-kata

O
Obsesi : Pikiran yang selalu muncul meski klien berusaha
menghilangkannya
Orientasi : Pandangan yang mendasari pikiran,perhatian
Objektif : Mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa
dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi.
Observasi non partisipan : Pengamatan tak terkendali.

xxii
Paranoid : Gangguan mental yang diderita seseoranhg yang
menyakini bahwa orang lain ingin membahayakan
dirinya
Patofisiologi : Ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada
organisme yang sakit meliputi asal penyakit,
permulaan perjalanan dan akibat
Phobia : Ketakutan yang phatologis/tidak logis terhadap
obyek/situasi tertentu
Pravelensi : Proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik
tertentu dalam jangka waktu tertentu obyek/situasi
tertentu
Pons : Bagian dari batang otak yang berada diantara
midbrain dan medullah oblongata
Pengkajian : Pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau
data tentang klien
Psikologis : Keadaan jiwa seseorang.

R
Realistik : Cara berfikir sesuai kenyataan/real yang ada
Rendah Diri : Merendahkan atau menghina diri sendiri,
menyalahkan diri sendiri tentang suatu hal yang
pernah atau tidak perna dilakukan
S
Samnolensia : Keadaan Somnolen
Serebellum : Otak kecil
Serebrum : Otak besar bagian atas dari otak yang terlibat
dalam fungsi mental sadar
Sirkumstansial : Pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada
tujuan pembicaraan
Skizoafektif : Kelainan mental yang rancu yang ditandai dengan
adanya gejalah kombinasi antara gejala skizofrenia

xxiii
dan gejalah gangguan afektif dimana keduanya
sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan,
atau dalam beberapa hari yag satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama
Skizofrenia : Gangguan mental yang ditandai dengan gangguan
proses pikir dan tanggapan emosi yang lemah
Solitut :
Sopor : Ingatan dan pertimbangan sudah hilang
Sosio : Berhubungan dengan masyarakat
Sosiokultural : Berkenaan dengan segi sosial dan budaya
masyarakat
Stabilitas : Kestabilan atau keseimbangan
Stetoskop : Sebuah alat medis akustik untuk memeriksa suara
dalam tubuh.
Stopwatch : Alat yang digunakan untuk mengukur berapa lama
waktu yang diperlukan dalam suatu kegiatan
Stressor : Stimulus atau peristiwa yang menimbulkan respon
stress pada organisme
Stupor : Keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri
Sub stupor katatonik : Reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang,
gerakan dan aktivitas menjadi lambat
Subjektif : Lebih kepada keadaan dimana seseorang
berpikiran relatif, hasil dari menduga duga,
berdasarkan perasaan atau selera orang.
Subkoma : Tidak ada respon terhadap rangsangan yang keras
Subkultural : Bagian dari suatu kultur

T
Tensimeter : Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan
darah.
Terapi elektrokonvulsif : Terapi psikoanalisa adalah metode terapi

xxiv
Terapi Humanistik : Terapi kelompok dan terapi keluarga
Tremor : Jari-jari yang tampak gemetar ketika seseorang
mengulurkan tangannya
Tumpul : Hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yg kuat

V
Verbegerasi : Berkali-kali mengucapkan sebuah kata yang tidak
tercantum
Ventrikel : Ruang jantung yang bertanggung jawab untuk
memompah darah keseluruh tubuh
Verbal : Bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator
kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan

xxv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan ...........................................................

Lampiran 2 Informed Consent ......................................................................

Lampiran 3 Dokumentasi ...............................................................................

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan,jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

Ekonomis.Pemeliharaan Kesehatan adalah upaya penanggulangan dan

pencegahan gangguan Kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan

dan/atau perawatan termasuk Kehamilan dan Persalinan. Pendidikan

Kesehatan adalah proses membantu seseorang, dengan bertindak secara

sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan

berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi Kesehatan

pribadinya dan orang lain.(Wikipedia, 2019 ).

Skizofrenia adalah Sindrom Heterogen kronis yang ditandai dengan pola

pikir yang tidak teratur, Delusi, Halusinasi, perubahan perilaku yang tidak

tepat serta adanya gangguan fungsi psikososial ( Nurarif & Kusuma, 2015).

Harga Diri Rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri

termasuk Kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga , tidak berguna, tidak

berdaya,pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Nurarif & kusuma, 2015)

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan Kesehatan yang

signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data Word Health

Organization (WHO) 2016, terdapat sekitar 35% orang terkena bipolar,

21% terkena Skizofrenia, serta 47,% terkena demensia. Di indonesia, dengan

berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman

penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah pada

1
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas Manusia untuk

jangka panjang.

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2014, adalah

kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,

spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan

sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu

memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Pada pasal 70 menjelaskan

bahwa klien dengan gangguan jiwa mendapatkan pelayanan Kesehatan Jiwa

di fasilitas pelayanan Kesehatan yang mudah dijangkau, mendapatkan

pelayanan Kesehatan jiwa sesuai dengan standar pelayanan Kesehatan Jiwa,

mendapatkan jaminan atas ketersediaan obat psikofarmaka sesuai dengan

kebutuhannya. (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Gangguan jiwa berat yang banyak di temukan di Masyarakat adalah

Skizofrenia. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 2013

menyebutkan 1% dari populasi Penduduk Dunia menderita gangguan jiwa

berupa Skizofrenia. Sementara itu di Indonesia Departemen Kesehatan RI

(2013) mencatat bahwa 70% gangguan Jiwa terbesar adalah Skizofrenia.

Kelompok Skizofrenia juga menempati 90% klien di Rumah Sakit Jiwa di

seluruh Indonesia (Efri Widianti dkk, 2017).

Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 1,7 per mil.

Prevalensi gangguan Jiwa berat berdasarkan tempat tinggal dan kuintil indeks

kepemilikan dipaparkan pada buku Riskesdas 2013 dalam Angka. Angka

prevalensi seumur hidup Skizofrenia di Dunia bervariasi berkisar 4 permil

sampai dengan 1,4%. Beberapa kepustakaan menyebutkan secara umum

2
prevalensi Skizofrenia sebesar 1 persen penduduk. Prevalensi Psikosis

tertinggi di DI Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7%), Sulawesi

Selatan ( 2,6%), sedangkan yang terendah di Kalimantan Barat (0,7%) dengan

responden gangguan Jiwa berat 3 berdasarkan data Riskesdas 2013 adalah

sebanyak 1.728 orang (Meryana, 2017).

Data Riskesdas 2013 menunjukkan pravalensi gangguan mental

emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan

untuk 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6 % dari jumlah

Penduduk Indonesia, sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti

Skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 % per 1.000

Penduduk.(Depkes. 2016).

Menurut data rekam medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Amino

Gondohutomo Semarang terbaru tahun 2013. Presentase klien gangguan jiwa

selama tahun 2012 yaitu, klien rawat inap laki-laki sebanyak 65,3% dan 34,7

% perempuan. Sedangkan pada bulan Januari sampai Agustus 2013 sebanyak

2294 orang, diantaranya Halusinasi 1162 orang (50,65%), Menarik Diri 462

orang (20,13%), Harga Diri Rendah 374 orang (16,30 %), Waham 130 orang

(5,66 %), Perilaku Kekerasan 128 orang (5,58%), Defisit Perawatan Diri 21

orang (0,91 %), Kerusakan Komunikasi Verbal 16 orang (0,70%), Percobaan

Bunuh Diri 1 orang (0,04%).(Pangga & Suryaka, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam medik Rumah Sakit

Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2017 didapatkan

kasus Harga Diri Rendah dengan jumlah 1.481 orang.

3
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan studi kasus

penelitian tentang Asuhan Keperawatan Skisofrenia dengan Masalah

Keperawatan Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Rumusan Masalah

Memperoleh kesenjangan antara teori dan praktek Asuhan Keperawatan

pada Klien yang mengalami Skizofrenia dengan masalah keperawatan Harga

Diri Rendah, di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Memperoleh kesenjangan antara teori dan praktek Asuhan

Keperawatan pada Klien yang mengalami Skizofrenia dengan masalah

Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi

Sulawesi Selatan.

2. Tujuan khusus

a. Dapat melaksanakan Pengkajian Keperawatan pada Klien yang

mengalami Skizofrenia dengan masalah Harga Diri Rendah di

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi. Provinsi Sulawesi - Selatan.

b. Dapat menetapkan Diagnosis Keperawatan pada Klien yang

mengalami Skizofrenia dengan masalah Harga Diri Rendah di

Rumah Sakit Khusus Derah Dadi Provinsi Sulawesi – Selatan.

c. Dapat menyusun Rencana Keperawatan pada Klien yang

mengalami Skizofrenia dengan masalah Harga Diri Rendah di

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawei – Selatan.

4
d. Dapat melaksanakan Tindakan Keperawatan pada Klien yang

mengalami Skizofrenia dengan masalah Harga Diri Rendah di

Rumah Skit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi - Selatan.

e. Dapat melakukan Evaluasi hasil keperawatan pada Klien yang

mengalami Skizofrenia dengan masalah Harga Diri Rendah di

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi - Selatan.

f. Diketahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam

melaksanakan Pengkajian Keperawatan pada Klien yang

mengalami Skizofrenia dengan masalah Keperawatan Harga Diri

Rendah di Rumah Skit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi -

Selatan.

g. Menganalisis kesenjangan antara teori dan praktek dalam

melaksanakan Diagnosis Keperawatan pada Klien yang mengalami

Skizofrenia dengan masalah Harga Diri Rendah di Rumah Sakit

Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi - Selatan.

h. Menganalisis kesenjangan antara teori dan praktek dalam

melaksanakan Perencanaan Keperawatan pada Klien yang

mengalami Skizofrenia dengan masalah Keperawatan Harga Diri

Rendah di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi -

Selatan.

i. Menganalisis kesenjangan antara teori dan praktek dalam

melaksanakan Tindakan Keperawatan pada Klien yang mengalami

Skizofrenia dengan masalah Keperawatan Harga Diri Rendah

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi - Selatanl.

5
j. Menganalisis kesenjangan antara teori dan praktek dalam

mmelaksanakan Evaluasi Keperawatan pada Klien yang

mengalami Skizofrenia dengan masalah Keperawatan Harga Diri

Rendah di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi -

Selatan.

D. Manfaat

1. Teoritis

Sebagai bahan referensi dalam pengembangan keilmuan khususnya

di Bidang Keperawatan tentang penanganan Skizofrenia.

2. Praktis

a. Tenaga Keperawatan

Dapat menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan

kualitas Asuhan Keperawatan khususnya bagi Klien Skizofrenia

untuk membantu penyembuhan.

b. Rumah Sakit

Dapat memberi masukan bagi Rumah Sakit dalam

meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan khususnya dalam

penanganan Klien yang mengalami gangguan Skizofrenia masalah

Keperawatan Harga Diri Rendah.

c. Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi bagi Institusi/Lembaga dalam

meningkatkan Program DIII Keperawatan pada masa yang akan

datang, sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai salah satu

6
persyaratan dalam menyelesaikan Program DIII Keperawatan di

Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.

d. Klien dan Keluarga

Meningkatkan pengetahuan Klien dan keluarga mengenai cara

pencegahan, perawatan dan pengobatan pada gangguan sistem

skizofrenia masalah Keperawatan Harga Diri Rendah.

e. Penulis

Penulis lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan pada

Klien yang mengalami Skizofrenia dan menerapkan ilmu yang

diperoleh dalam penanganan klien Skizofrenia.

f. Pembaca dan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana

informasi dan menambah pengetahuan tentang penyakit Skizofrenia

di masyarakat sehingga dapat mengurangi/menekan angka kejadian

klien Skizofrenia.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Harga Diri Rendah

1. Definisi Harga Diri Rendah

Harga Diri Rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti

dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif

terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang

kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan

sesuai ideal diri (Yosep & Sutini, 2014).

Harga Diri Rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri

termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga , tidak berguna,

tidak berdaya,psimis, tidak ada harapan dan putus asa (Nurarif &

kusuma, 2015).

Harga Diri Rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti

dan Rendah Diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap

diri sendiri dan kemampuan diri (Anna, 2015).

2. Batasan Karakteristik

Batasan karakteristik dari Masalah Keperawatan Harga Diri

Rendah adalah sebagi berikut:

a. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa

b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu manghadapi situasi

c. Perilaku bimbang

d. Perilaku tidak asertif, Secara verbal melaporkan tantangan

situasional saat ini terhadap Harga Diri

7
e. Ekspresi ketidakberdayaan

f. Ekspesi ketidakbergunaan

g. Verbalisasi meniadakan diri

(Herdman, 2014)

3. Faktor-faktor berhubungan dengan harga diri rendah

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) faktor-faktor yang

berhubungan dengan Harga Diri Rendah adalah sebagai berikut:

a. Perubahan perkembangan

b. Gangguan citra tubuh

c. Kegagalan

d. Gangguan fungsional

e. Kurang penghargaan

f. Kehilangan „

g. Penolakan

h. Perubahan peran sosial

4. Klasifikasi

a. Harga Diri Rendah Situsional adalah keadaan dimana individu yang

sebelumnya memilki harga diri positif mengalami perasaan negatif

mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,

perubahan)

b. Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu

mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan

dalam waktu lama.

8
5. Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang. (Nurarif & Kusuma, 2015)

a. Faktor predisposisi

Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga

Diri Rendah yaitu:

1) Perkembangan individu yang meliputi :

a) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa

tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai

dirinya dan akan gagal pula untuk mencintaui orang lain.

b) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-

orang tuanya atau orang tua yang penting/dekat individu

yang bersangkutan.

c) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna,

orang tua atau orang terdekat sering mengkritik sering

merevidasikan individu.

d) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan

merasa rendah diri.

2) Ideal diri

a) Individu selalu dituntut untuk berhasil.

b) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.

c) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa

percaya diri.

9
b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga

Diri Rendah mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal

seperti:

1) Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga

keluarga merasa malu dan rendah diri.

2) Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual

dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam

kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dalam

perampokan. Respon terhadap trauma pada umunya akan

mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan

denial.

c. Perilaku

1) Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai dengan

mengobservasi penampilan Klien, misalnya kebersihan,

dandanan, pakaian. Kemudian Perawat mendiskusikannya

dengan Klien untuk mendapatkan pandangan Klien tentang

gambaran dirinya.

2) Perilaku berhubungan dengan Harga Diri Rendah. Harga Diri

yang Rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan

mengekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang

sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif

membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.

10
6. Proses terjadinya harga diri rendah

Harga Diri Rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.

Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya

hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.

Dalam tinjauan life span history Klien, penyebab terjadinya Harga

Diri Rendah adalah pada masa kecil pujian atas keberhasilannya. Saat

individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak

diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering

gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga Diri Rendah muncul

saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari

kemampuannya (Yosep & Sutini, 2016).

7. Psikopatologi

Tabel 2.1
Tabel Psikopatologi (Nur,2016)

Faktor predisposisi

Faktor yang Faktor yang Faktor yang mempunyai

Mempengaruhi harga mempengaruhi peran identitas personal

Diri penampilan ketidak percayaan

Faktor presipitasi orang tua

Trauma ketegangan peran


sosial.

11
Penilaian stressor

Sumber kopi

Integritas ego

Mekanisme koping

Jangka pendek Jangka panjang Orientasi

Rentang Respons

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi diri konsep diri harga diri kekacauan depersonalisasi

Rendah harga diri

Keterangang :

a. Respon adaptif :

Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat

membangun (konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang

menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

b. Respon maladaptif :

Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat

merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang

menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

12
c. Aktualisasi diri :

Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat

mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.

d. Konsep diri positif :

Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan

kelemahannya secara jujur dan dalam menilai suatu masalah

individu berpikir secara positif dan realistis.

e. Harga diri rendah :

Transisi antara konsep diri adaptif dan maladaptif

f. Kekacauan identitas :

Suatu kegagalan individu untuk mengintegritasikan berbagai

identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial

dewasa yang harmonis.

g. Depersonalisasi :

Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari

lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan

kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam

membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa

tidak nyata dan asing baginya.

( Nur, 2016)

8. Manifestasi Klinis

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri individu mempunyai perasaan

kurang percaya diri.

13
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam

meraih sesuatu.

c. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada

dibawah orang lain.

d. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka

menyendiri, dan tidak ingin bertemu orang lain.

e. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan

yang dimiliki.

f. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu – ragu

dalam memilih sesuatu.

g. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai

harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri

kehidupan.

h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.

i. Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri.

j. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera

makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak

menunduk, dan berbicara dengan nada lemah.

k. Pelahgunaan zat. ( Keliat, 2015).

9. Mekanisme Koping

Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan Klien

Harga Diri Rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara

krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus-

menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut

14
kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi

dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes

popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara,

seperti penyalahgunaan obat-obatan.

Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang

diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka

panjang. Antara lain adalah menutup identitas, dimana pasien terlalu

cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berani

tanpa mengindahkan hasrat. Aspirasi atau potensi diri sendiri, identitas

negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan

masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering

digunakan adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi,

mengahlikan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. (Prabowo,

2014)

10. Penatalaksanaan

a. Psikofarmakologi

1) Medikasi psikotropik (psikoaktif) mengeluarkan efeknya

didalam otak, mengubah emosi dan mempengaruhi perilaku.

2) Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimiawi yang

membawa penghambat atau penstimulasi dari satu neuron ke

neuron lain melintasi ruang (sinaps) diantara mereka.

3) Terapi Elektrokonvulsif Tmescopy (ECT)

Penatalaksanaan medis :

1) Chlorpromazine (CPZ)

15
Indikasi : untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam

kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya

nilai norma sosial dan titik diri tergangggu, berdaya berat dalam

fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan,

dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat

dalam kehidupan sehari-hari, tidak mampu kerja, hubungan

sosial, dan melakukan kegiatan rutin.

Kontra indikasi : penyakit hati, penyakit darah, epilepsi,

kelainan jantung, dan ketergantungan obat.

Mekanisme kerja : memblokade dopamine pada reseptor pasca

sinaps di otak khususnya system ekstra pyramidal.

Efek samping : sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,

antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, mata kabur, kesulitan

dalam buang air kecil.

2) Haloperidol (HR/resperidone)

Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai

realita dalam fungsi kehidupan sehari-hari.

Kontra indikasi : penyakit hati, penyakit darah, epilepsi,

kelainan jantung, dan ketergantungan obat.

Mekanisme kerja : memblokade dopamine pada reseptor pasca

sinaps di otak khususnya system ekstra pyramidal.

Efek samping : sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,

antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, mata kabur, kesulitan

16
dalam buang air kecil. (Anonim, artikel laporan pendahuluan

Harga Diri Rendah)

b. Macam-macam terapi

1) Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong Klien bergaul

lagi dengan orang lain, Klien lain, Perawat dan Dokter.

Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia

Menarik Diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.

Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.

(Nurarif & Kusuma, 2015:56).

2) Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu teraphy

aktivitas kelompok sosialisasi. Dari empat jenis therapy aktivitas

kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu

dengan gangguan konsep diri Harga Diri Rendah adalah therapy

aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas

kelompok stimulasi persepsi adalah therapy yang menggunakan

aktivitas sebagai stimulasi terkait dengan pengalaman atau

kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi

kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif

penyelesaian masalah. (Nurarif & Kusuma, 2015:56).

11. Pencegahan

a. Kenali faktor yang yang menyebabkan Harga Diri Rendah dan

konsultasikan pemecahan masalah yang dihadapi

17
b. Berikan dukungan untuk dapat mengenali kelebihan yang dimiliki

dan mengkoreksi kekurangan pada diri dan mencari solusi secara

bersama-sama.

c. Ciptakan lingkungan yang dapat menciptakan kepercayaan diri pada

penderita

d. Berikan apresiasi terhadap apa yang telah diperoleh atau keberhasilan

yang didapat

e. Konsultasikan selalu jika terdapat hambatan dalam perawatan dan

penanganan.

f. Bimbing dan damping untuk melakukan aktivitas dengan orang

lain/kelompok yang diharapkan dapat menimbulkan rasa percaya diri

dan kemampuan dalam bersosialisasi (Nurarif & Kusuma, 2015).

B. Tinjauan Tentang Skizofrenia

1. Anatomi Sistem Saraf

Gambar 2.1
Anatomi Otak (Enggarlistyani, 2017)
a. Cerebrum (Otak Besar)

Cerebrum (Telecephalon) merupakan bagian terbesar otak dan

menempati fossa cranial tengah dan anterior. Cerebrum juga disebut

18
dengan cerebral cortex, forebrain atau otak depan. Cerebrum

merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan

binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan

berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori

dan kemampuan fisual. Kecerdasan intelektual manusia juga

ditentukan oleh kualitas cerebrum.

Cerebrum dibagi oleh suatu celah yang dalam, fisura serebri

longitudinal, menjadi hemisfer kiri dan kanan, dimana setiap

hemisfer ini berisi satu ventrikel lateral. Di otak bagian dalam,

hemisfer dihubungkan oleh massa substansi albikan (serat saraf)

yang disebut korpus kalosum (corpus callosum). Bagian superfisial

cerebrum terdiri atas badan sel syaraf atau substansi grisea, yang

membentuk korteks serebri,dan lapisan dalam yang terdiri atas serat

syaraf atau substansi albikan.

Secara umum, belahan belahan otak kanan mengontrol sisi kiri

tubuh, dan belahan orak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak

kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan

otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.

Cerebrum dibagi menjadi 4 bagian yang disebut lobus. Bagian

lobus yang menonjol disebut girus dan bagian lekukan yang

menyerupai parit disebut sulcus. Ke-4 lobus tersebut yaitu :

1) Lobus frontal

Lokasi : Lobus frontal, terletak di daerah otak sekitar dahi Anda.

Fungsi : Emosi, perencanaan, kreativitas, penilaian, gerakan dan

19
pemecahan masalah dikendalikan di lobus frontal. Lobus frontal

dibagi lagi ke dalam korteks prefrontal, area premotor, dan area

motor.

2) Lobus parietal

Lokasi : terletak di belakang lobus frontal dan di bagian

belakang atas otak.

Fungsi : Pengaturan suhu, rasa, tekanan, sentuhan dan rasa sakit

dikendalikan di lobus parietal. Beberapa fungsi bahasa juga

dapat dikendalikan di lobus parietal.

3) Lobus temporal

Lokasi : Sesuai namanya, lobus temporal terletak di setiap sisi

otak

Fungsi : Kebanyakan pendengaran dan fungsi bahasa

dikendalikan di lobus temporal. Proses emosi, belajar dan

pendengaran juga terletak di lobus temporal.

4) Lobus oksipital

Lokasi : Lobus oksipital terletak di bagian punggung bawah otak

di bagian belakang kepala.

Fungsi : Penglihatan dan kemampuan untuk mengenali obyek

dikendalikan di lobus oksipital. Retina mata mengirimkan

masukan ke lobus oksipital otak yang kemudian menafsirkan

sinyal sebagai gambar

20
b. Cerebellum (otak kecil)

Cerebellum (otak kecil) terletak di fossa cranii posterior dan

bagian superiornya ditutupi oleh tentorium cerebelli. Cerebellum

adalah bagian terbesar otak belakang dan terletak posterior dari

ventriculus quartus, pons, dan medulla oblongata (Gambar 2.1).

Cerebellum berbentuk agak lonjong dan menyempit pada bagian

tengahnya, serta terdiri dari dua hemispherium cerebelli yang

dihubungkan oleh bagian tengah yang sempit, yaitu vermis.

Cerebellum berhubungan dengan aspek posterior batang otak

melalui tiga berkas serabut saraf yang simetris, disebut pedunculus

cerebellaris superior, medius dan inferior.

1) Struktur cerebellum

Cerebellum terdiri dari lapisan bagian luar substantia grisea

yang disebut cortex, dan lapisan bagian dalam substantia alba.

Di dalam substantia alba setiap hemipsherium, terdapat tiga

masa subtantia alba yang terbentuk nuclei intracerebelli.

a) Struktur Cortex Cerebelli

Cortex cerebelli dapat diumpamakan sebagai sebuah

lembaran besar yang berlipat-lipat dan terletak pada bidang

koronel atau transversal. Setiap lipatan atau folium terdiri

dari substanpia alba dibagian dalam yang ditutupi oleh

substantia grisea dibagian luarnya.

Potongan yang dibuat melalui Cerebellum yang

sejajar dengan bidang median membagi folia menjadi

21
bagian-bagian yang bagus untuk dipelajari, dan bentuk

potongan permukaan yang bercabang-cabang disebut arbor

vitae.

2) Fungsi Cerebellum

Fungsi otak kecil (cerebellum) adalah untuk mengatur sikap

atau posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot

yang terjadi secara sadar.

Cerebellum menerima aferen mengenai gerakan volunteer

dari cortex cerebri dan dari otot, tendon, dan sendi. Cerebellum

juga menerima informasi keseimbangan dari nervus vestibularis

dan mungkin juga informasi penglihatan dari tractus

tectocerebellaris. Semua informasi ini diteruskan ke cortex

cerebelli.

Ahli fisiologi membuat postulat bahwa fungsi cerebellum

sebagai koordinator ketepatan gerak dilakukan dengan cara

membandingkan output dari area motorik cortex cereberii

dengan informasi propioseptif yang diterima dari tempat kerja

otak secara terus-menerus.

c. Brainstem (batang otak)

Batang otak merupakan struktur pada bagian posterior

(belakang) otak. Pada gerak volunter, batang otak merupakan jalur

yang dilalui impuls rangsang sebelum mencapai cerebrum. Impuls

rangsang diantarkan oleh traktus ascendentes (serat-serat saraf yang

menghantarkan impuls ke otak) untuk diolah diotak, lalu impuls

22
respons dihantarakan oleh traktus descendentes. Pada perbatasan

antara batang otak dan sumsum tulang belakang medulla spinalis

terjadi deccusatio (penyilangan) serat-serat kortikospinal (serat-serat

saraf descendentes) dari cerebrum ke modulla spinalis. Serat-serat

kortokospinal dari otak kiri menyilang kebagian kanan medula

spinalis dan serat dari otak kanan menyilang kebagian kiri.

Penyilangan ini menyebabkan bagian tubuh kanan di kendalikan

oleh otak kiri dan bagian tubuh kiri dikendalikan oleh otak kanan.

Batang otak merupakan tempat melekatnya seluruh syaraf

kranial, kecuali syaraf I dan II yang menempel pada cerebrum (otak

besar).

1) Struktur Brainstem

Batang otak merupakan sebutan untuk kesatuan dari tiga

stuktur yaitu medulla oblongata, pons dan mesencephalon(otak

tangah), yang menempati fossa cranii posterior tengkorak.

a) Mesecephalon (otak tengah)

Mesecephalon membentuk wilayah tengah otak dan

merupakan bagian penting dari system syaraf pusat.

Mesecephalon melakukan sejumlah tugas individu sangat

penting yaitu bangun atau tidur, kecemasan, kontrol motor,

pendengaran, penglihatan, pengaturan suhu. pada ujung

anterior, terhubung dengan otak depan dan diujung

posterior melekat metencephalon (pons),sehingga di

tempatkan didekat pusat otak .

23
b) Medulla oblongata

Medulla oblongata menghubungkan pons yang

teretak di superior dengan medulla spinalis yang terletak

diinferior. pertemuan medulla oblongata dan medulla

spinalis terletak ditempat pangkal radiks anterior dan

posterior nervus spinalis cervicalis pertama, yang kira-kira

terletak setinggi foramen magnum. Medulla oblongata

berbentuk kerucut, ujung yang lebar mengarah ke superior.

Medulla oblongata terletak di bagian bawah batang otak.

Panjangnya sekitar 2,5 cm dan terletak tepat dibawah

kranium diatas foramen magnum.

Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang

belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan

badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi

otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah,

pernafasan, dan pencernaan.

Pada tiap-tiap sisi fissura mediana terdapat tonjolan

yang disebut pyramis, terdiri dari berkas serabut saraf,

serabut dulla corticospinalis, yang berasal dari sel-sel saraf

yang besar di dalam gyrus precentralis cortex cerebri.

Pyramis mengecil di inferior, dan di tempat ini, sebagian

besar serabut-serabut desendens menyilang ke sisi

kontralateral membentuk decussatio pyramidum. Fibrae

arcuatae externae anteriores merupakan sebagian kecil

24
serabut saraf yang muncul dari fissura mediana anterior di

atas decussatio pyramidum dan berjalan ke lateral di

permukaan Medulla Oblongata masuk ke cerebellum.

Posterolateral terhadap pyramis adalah oliva, merupakan

peninggian ber bentuk oval yang disebabkan oleh nuclei

olivares inferiores yang terletak di bawahnya. Posterior

terhadap oliva terdapat pedunculus cerebellaris inferior

yang menghubungkan Medulla Oblongata dengan

cerebellum. Di dalam sulcus, di antara oliva dan pedunculus

cerebellaris inferior keluar radix nervi glossopharyngeus.

c) Pons

Struktur utama di bagian atas dari batang otak yang

disebut pons. Pons berada didepan sereblum, di bawah otak

tengah. Pons terdiri atas serat saraf yang membentuk

jembatan antara dua hemisfer sereblum, dan serat yang

melalui antara posisi otak yang lebih tinggi dan medula

spinalis. Pons bertugas untuk menghubungkan jalur

sensoris dari medula spinalis ke talamus dan otak kecil

(serebelum). Pons memiliki dua peran. Yang pertama

adalah regulasi pernapasan . Di pons, ada struktur yang

disebut pusat pneumotaxic . Pons mengontrol jumlah udara

napas dan napas per menit , yang dikenal sebagai tingkat

pernapasan . Selain itu, Pons terlibat dalam transmisi sinyal

ke dan dari struktur lain di otak , seperti otak atau otak

25
kecil. Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan

data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular Pons

juga terlibat dalam sensasi seperti pendengaran, rasa, dan

keseimbangan . Akhirnya, pons juga terlibat dalam regulasi

tidur nyenyak maupun terjaga.

2) Fungsi brainstem

Batang otak mempunyai tiga fungsi utama:

a) Sebagai tempat lewatnya traktus asendens dan desendens

keberbagai pusat yang lebih tinggi diotak depan.

b) Pusat-pusat refleks penting yang mengatur sistem respirasi

dan sistem kardiovaskular serta pengendali kesadaran.

c) Melekatnya nuclei saraf kranial III sampai XII yang

penting.

Namun batang otak juga memiliki fungsi lainnya, meliputi :

kewaspadaan, gairah, pernapasan, tekanan darah, pencernaan,

tingkat jantung, fungsi otonom lainnya, menyampaikan

informasi antara saraf perifer dan sumsum tulang belakang ke

atas bagian otak.

2. Konsep Dasar Medis

a. Definisi

Skizofrenia adalah gangguan pemikiran tidak saling

berhubungan secar logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek

yang datar atau tidak sesuai dan berbagai gangguan aktivitas motorik

yang bizarre. Orang dengan penderita Skizofrenia menarik diri dari

26
orang lain dan kenyataan, sering kali ke dalam kehidupan fantasi

yang penuh delusi dan halusinasi.(Nurarif & Kusuma, 2015).

Skizofrenia (Schizofrenia) adalah gangguan yang terjadi pada

fungsi otak. Skizofrenia merupakan suatu hal yang melibatkan

banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur

fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik. (Yosep

& Sutini, 2014).

Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat.

Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti

pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan

persepsi, gejala-gejala negatif seperti avolation (menurunnya minat

dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya

pembicaraan, afek yang datar; serta terganggunya relasi personal

(Arif, 2015 ).

b. Klasifikasi

Klasifikasi menurut Nuraarif & Kusuma ( 2015)

1) Skizofrenia simplex: dengan gejala utama kedangkalan emosi

dan kemunduran kemauan.

2) Skizofrenia hebefrenik, gejala utama gangguan proses fikir

gangguan kemauan dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham

dan halusinasi.

3) Skizofrenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor

seperti stupor maupun gaduh gelisah katatonik.

27
4) Skizofrenia paranoid, dengan gejala utama kecurigaan yang

ekstrim disertai waham kejar atau kebesaran.

5) Episode schizoprenia akut (lir schizoprenia), adalah kondisi

akut mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran,

kesadaran mungkin berkabut.

6) Skizofrenia psiko-afektif, yaitu adanya gejala utama Skizofrenia

yang menonjol dengan disertai gejala depresi atau mania.

7) Skizofrenia redual adalah schizoprenia dengan gejala-gejala

primernya dan muncul setelah beberapa kali serangan

Skizofrenia.

Kriteria utama Skizofrenia, yaitu Klien menunjukkan

karakteristik gejala psikotik selama sedikitnya enam bulan secara

kontinu, yang tidak berkaitan dengan masalah kesehatan ataupun

penyalahgunaan zat, dan cukup serius sehingga mengganggu fungsi

sosial dan okupasional. Subtipe utama Skizofrenia adalah paranoid,

hebefrenik, katatonik, takbergolong, dan residual. Skizofrenia sapat

dispesifikasikkan lebih lanjut sebagai episode tunggal, episodik,

kontinu, remisi parsial atau remisi sempurna, dengan gejala negatif

yang mencolok, atau dengan pola gejala atau pola proses yang lain

atau yang tidak khas. (Patricia dkk, 2014).

28
c. Etiologi

Penyebab gangguan Skizofrenia

1) Keturunan

Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan

bagi saudara tiri 0,9-1,8%, bagi saudar akandung 7 – 15 %, bagi

anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia

40-68%, kembar 2 telur 2-15% dan kembar satu telur 61-86%

2) Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya

Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau

puerperium dan waktu klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat

dibuktikan.

3) Metabolisme

Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak

pucat, tidak sehat, ujung exremitas agak sianosis, nafsu makan

berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan

stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini

masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.

4) Susunan Saraf Pusat

Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan pada sitem

saraf pusat yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi

kelainan patagonis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh

perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu

membuat sediaan.

29
5) Teori Adolf Meyer

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab

hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patagonis

anatomis atau fisiologis yang khas pada susunan saraf pusat

tetapi Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah,

suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul

disoraganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut

menjauhkan diri dari kenyataan (otisme)

6) Teori Sigmund Freud

Skizofrenia terdapat

a) Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab

psikogenik ataupun somatic

b) Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi

dan id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase

narsisime

c) Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference)

sehingga terapi psikoanalistik ridak mungkin. (Nurarif &

Kusuma, 2015)

7) Keturunan Faktor genetik

Seperti halnya Psikosis lain, Skizofrenia nampaknya

cenderung berkembang lewat keluarga. Penelitian terhadap

munculnya Skizofrenia dalam keluarga biasanya diadakan

dengan mengamati penderita Skizofrenia yang ada dirumah sakit

jiwa dan kemudian meneliti tentang perkembangan

30
Kesehatannya serta mencari keterangan dari berbagai pihak

untuk menentukan bagaimana Skizofrenia dan Psikosis lainnya

muncul diantara keluarga Klien.

Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa resiko

timbulnya Psikosis, termasuk Skizofrenia, sekitar 4 kali lebih

besar pada hubungan keluarga tingkat pertama (saudara

kandung, orang tua, anak kandung) dibandingkan dengan

masyarakat pada umunya. Semakin dekat hubungan genetis

antara Klien Skizofrenia dan anggota keluarganya, semakin

besar kemungkinannya untuk terkena Skizofrenia. Hal ini

menunjukkan bahwa kecenderungan terkena Skizofrenia dapat

ditularkan secara genetis. Keluarga Klien Skizofrenia tidak

hanya berpengaruh secara genetis, akan tetapi melalui

pengalaman sehari-hari. Orang tua yang menderita Skizofrenia

dapat sangat menggangggu perkembangan anaknya.

Hubungan biologis atau genetis dengan penderita

Skizofrenia nampaknya merupakan faktor yang paling mencolok

untuk menimbulkan Skizofrenia. Beberapa penelitian tersebut

menunjukkan pengaruh faktor genetis dalam menularkan

Skizofrenian, namun yang tetap menjadi pertanyaan adalah

bagaimana penularan genetis terjadi.

Beberapa model Skizofrenia yang disebabkan oleh faktor

genetik antara lain :

31
a) Distinct Heterogenity Model. Model ini menyatakan bahwa

Skizofrenia terdiri dari sejumlah Psikosis, beberapa di

antaranya disebabkan oleh kerusakan gen yang dapat diikuti

oleh gen-gen tertentu dan yang hanya disebabkan oleh

faktor lingkungan.

Skizofrenia catatonic misalnya, merupakan penyakit

yang muncul secara genetis yang akhirnya diikuti

ketidaknormalan gen pada kromosom tertentu.

b) Monogenic model. Model ini menyatakan bahwa semua

bentuk Skizofrenia dapat disebabkan oleh suatu gen yang

cacat. Gen yang cacat ini akan menyebabkan Skizofrenia

pada orang yang menerima gen itu dari kedua orangtuanya

(monozygot), namun kemungkinannya kecil bila hanya dari

satu orangtua (heterozygot).

c) Multifactorial-polygenic model. Model ini menekankan

pengaruh nilai ambang. Menurut model ini, Skizofrenia

disebabkan oleh pengaruh berbagai gen, trauma biologis

prenatal dan post natal dan tekanan psikososial yang saling

berinteraksi. Aspek Skizofrenia muncul bila faktor-faktor itu

berinteraksi melebihi batas ambang tertentu. Model-model

lainnya mengkombinasikan ciri-ciri dari ketiga model

tersebut. Skizofrenia misalnya, muncul akibat dari interaksi

gen tunggal dan tekanan lingkungan. Model multifactoriall-

polygenic nampaknya lebih banyak diterima.

32
8) Faktor biokimia

Skizofrenia sebagai akibat dari adanya ketidakseimbangan

kimiawi karena tidak normalnya kelenjar kelamin. Seorang ahli

mengatakan bahwa adanya unsur kimia yang tidak diketahui,

yang disebutnya “toxin x”. Adanya indikasi pengaruh faktor

genetic setidaknya menunjukkan adanya pengaruh faktor

biokimia karena faktor genetik terjadi melalui proses biologis

dan kimiawi tubuh.

Para penelitian menemukan adanya substan di kimia yang

tidak normal yang disebut taraxein dalam serum darah.

d. Patofisiologi

Proses terjadinya Skizofrenia menurut Yosep & Sutini (2014)

didalam otak terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan

sel menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari

sambungan sel yang lain. Sambungan sel tersebut melepaskan zat

kimia yang disebut neurotransmitters yang membawa pesan di ujung

sambungan sel yang satu ku ujung sambungan sel yang lain. Di

dalam otak yang terserang Skizofrenia, terdapat kesalahan atau

kerusakan pada sistem komunikasi tersebut.

Bagi keluarga dengan penderita Schizophrenia di dalamnya,

akan mengerti dengan jelas apa yang dialami Klien Schizophrenia

dengan membandingkan otak dengan telepon. Pada orang yang

normal, sistem switch pada otak bekerja dengan normal. Sinyal-

sinyal persepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna tanpa

33
ada gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemekiran, dan

akhirnya melakukan tindakan sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak

Klien Schizophrenia, sinyal-sinyal yang dikirim mengalami

gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel yang

dituju.

Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun

Klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya

dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan lahan ini

yang akhirnya menjadi Skizofrenia yang tersembunyi dan berbahaya.

Gejala yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa saja menjadi

Skizofrenia acute. Periode Skizofrenia akut adalah gangguan yang

singkat dan kuat, yang meliputi Halusinasi, penyesatan pikiran

(Delusi), dan kegagalan berpikir .

Kadang kala Skizofrenia menyerang secara tiba-tiba. Perubahan

perilaku yang sangan dramatis terjadi dalam beberapa hari atau

minggu. Serangan yang mendadak selalu memicu terjadinya periode

akut secara cepat. Beberapa Klien mengalami gangguan seumur

hidup, tapi banyak juga yang bisa kembali hidup secara normal

dalam periode akut tersebut. Kebanyakan didapati bahwa mereka

dikucilkan, menderita depresi yang hebat, dan tidak dapat berfungsi

sebagaimana layaknya orang normal dalam lingkungannya. Dalam

beberapa kasus, serangan dapat meningkat menjadi apa yang disebut

Skizofrenia kronis. Klien menjadi puas, kehilangan karakter sebagai

manusia dalam kehidupan sosial, tidak memiliki motivasi sama

34
sekali, depresi, dan tidak memiliki kepekaan tentang perasaannya

sendiri.

e. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan psikologi :

a) Pemeriksaan psikiatri

b) Pemeriksaan psikometri

2) Pemeriksaan lain jika diperlukan :

Darah rutin, fungsi hepar, faal ginjal, enzim hepar,

Elektroensefalografi (EKG), Computerized Tomography

Scaning ( CT ), Elektrokardiogram (EEG). (Nurarif & Kusuma,

2015)

f. Komplikasi

1) Aktifitas hidup sehari-hari

Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri,

misalnya kebersihan diri, penampilan dan sosialisasi.

2) Hubungan interpersonal

Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, Menarik

Diri, terisolasi dari teman-teman dan keluarga, keadaan ini

merupakan proses adaptasi Klien terhadap lingkungan kehidupan

yang kaku dan stimulus yang kurang.

3) Sumber koping

Isolasi social, kurangnya sistem pendukung dan adanya

gangguan fungsi pada Klien, menyebabkan kurangnya

kesempatan menggunakan koping untuk menghadapi stress.

35
4) Harga diri rendah

Klien menganggap dirinya tidak mampu mengatasi

kekurangannya, tidak ingin melakukan sesuatu untuk

menghindari kegagalan (takut gagal) dan tidak berani mencapai

sukses.

5) Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan, keterampilan atau interes

yang dimiliki dan pernah digunakan Klien pada waktu yang lalu.

6) Motivasi

Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.

g. Pengobatan

1) Penggunaan obat antipsikosis

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia

disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol Halusinasi,

Delusi dan perubahan pola pikir yang terjadi pada Skizofrenia.

Klien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik

sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang

benar-benar cocok bagi Klien, terdapat 3 kategori obat

antipsikotik yang dikenal saat itu, yaitu:

a) Antipsikotik konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunaannya

disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif,

antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping

36
yang serius. Contoh obat antipsikotik konventional antara

lain:

(1) Haldol (haloperidol)

sediaan haloperidol tablet 0,5 mg, 5 mg dan injeksi

5mg/ml, dosis 5-15 mg/ hari.

(2) Stelazine (trifluoperazine)

Sediaan trifluoperazine tablet 1 mg dan 5 mg,dosis

10-15 mg/hari.

(3) Mellaril (thioridazine)

Sediaan triodazin tablet 50 dan 100 mg, dosis 150-

600 mg/hari.

(4) Thorazine (chlorpromazine)

Sediaan klorpromazine tablet 25 dan 100 mg dan

injeksi 25 mg/ml, dosis 150-600 mg/hari.

(5) Trilafon

Sediaan perfenazin tablet 2,4,8 m , dosis 12-24

mg/hari.

(6) Prolixin (fluphenazine)

Sediaan flufenazin tablet 2,5 mg, 5 mg, dosis 10-15

mg/hari. Sediaan flufenazin dekanoat injeksi 25 mg/ml,

dosis 25 mg/24 minggu. akibat berbagai efek samping

yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,

banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer

atypical antipshyhcotic, ada 2 pengecualian (harus

37
dengan antipsikotik konventional). Pertama, pada Klien

yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat

menggunakan antipsikotik konventional tanpa efek

samping yang berarti. Kedua, bila Klien mengalami

kesulitan minum pil secara reguler.

b) Newer atypical antipsycotics

Obat-obat yang tergolong kelompok ini tersebut atipikal

karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan

efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik

konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic

yang tersedia, antara lain:

(1) Risperdal (risperidone)

(2) Seroquel (quetiapine)

(3) Zyprexa (olanzopine)

c) Clozaril (clozapine)

Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat

serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), clozaril

dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk

melawan infeksi. Ini artinya, Klien yang mendapatkan

clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara

reguler. Para ahli merenkomendasikan penggunaan clozaril

bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman

tidak berhasil.

2) Terapi elektrokonvulsif (ECT)

38
3) Pembedahan bagian otak

4) Perawatan dirumah sakit (Hospitalization)

5) Psikoterapi

a) Terapi psikoanalisa

Terapi psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan

konsep freud. Tujuan psikoanalisa adalah menyadarkan

individu akan konflik yang tidak disadarinya dan mekanisme

pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan

kecemasannya. Hal ini yang panting pada terapi ini adalah

untuk mengatasi hal-hal yang direpress oleh Klien.

b) Terapi perilaku

Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip

pengkondisian klasik dan operan, karena terapi ini berkaitan

dengan perilaku nyata . Para terapist mencoba menentukan

stimulus yang mengawali respon malasuai dan kondisi

lingkungan yang menguatkan atau mempertahankan perilaku

itu dalam masyarakat. Paul dan lentz menggunakan dua

bentuk program psikososial untuk meningkatkan fungsi

kemandirian.

(1) Social Learning Program

Menolong penderita schizophenia untuk mempelajari

perilaku-perilaku yang sesuai.

(2) Social Skills Training

39
Terapi ini melatih penderita mengenai keterampilan atau

keahlian sosial.

c) Terapi Humanistik

Terapi kelompok dan terapi keluarga. (Nurarif & Kusuma,

2015)

h. Pencegahan

1) Hindari kebiasaan menyendiri

2) Berusaha untuk menceritakan masalah yang ada dengan teman

terdekat

3) Kenali gejala-gejala penyakit dan konsultasikan dengan dokter

4) Konsumsi makanan yang bergizi

5) Observasi secara ketat perilaku klien

6) Singkirkan semua benda berbahaya

7) Berikan obat dan berkesinambungan

8) Enurunkan ketegangan

9) Periksa mulut penderita setelah minum obat

10) Alihkan jika halusinasi

11) Fokus dan kuatkan realitas. (Nurarif & Kusuma, 2015).

3. Konsep dasar keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari

Proses Keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan (Muhith, 2015).

40
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:

1) Identitas

a) Perawat yang merawat Klien melakukan perkenalan dan

kontrak dengan Klien tentang: nama perawat, nama Klien,

panggilan perawat, panggilan Klien, tujuan, waktu, tempat

pertemuan, topik yang akan dibicarakan.

b) Usia dan Nomor Rekam Medik

c) Alamat

d) Pekerjaan

e) Mahasiswa menuliskan sumber data/informan

2) Alasan masuk

Tanyakan kepada Klien/keluarga :

a) Apa yang menyebabkan Klien/keluarga datang ke Rumah

Sakit saat ini?

b) Bagaimana gambaran gejala tersebut?

3) Faktor presdisposisi

a) Riwayat sekarang

(1) Tanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saat

ini

(2) Tanyakan penyebab munculnya gejala tersebut

(3) Tannyakan apa saja yang sudah dilakukan oleh

keluarga dalam mengatasi masalah ini

(4) Tanyakan kepada keluarga bagaimana hasilnya.

b) Riwayat masa lalu

41
(1) Tanyakan kepada Klien/keluarga apakah klien pernah

mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.

(2) Apabila ya, maka tanyakan bagaimana hasil

pengobatan sebelumnya.

(3) Tanyakan apakah Klien pernah mengalami gangguan

fisik penyakit termasuk gangguan pertumbuhan dan

perkembangan.

c) Riwayat psikososial

(1) Tanyakan pada Klien apakah Klien pernah melakukan

atau mengalami dan atau menyaksikan penganiayaan

fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan

dalam keluarga, dan tindakan kriminal.

(2) Tanyakan pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan baik bio, psiko, sosio, kultural, spiritual

seperti (kegagalan, kehilangan/perpisahan/kematian,

trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami

Klien pada masa lalu.

(3) Tanyakan bagaimana kesan kepribadian Klien ?

d) Riwayat penyakit keluarga

(1) Tanyakan kepada Klien/keluarga apakah ada anggota

keluarga lainnya yang mengalami gangguan jiwa.

(2) Diagnosa Keperawatan ditulis sesuai dengan data.

4) Status mental

a) Penampilan

42
Data ini didapatkan melaluui hasil observasi

perawat/keluarga

(1) Penampilan tidak rapi jika dari ujung rambut sampai

ujung kaki ada yang tidak rapi. Misalnya: rambut acak-

acakan, kancing baju tidak tepat, dll

(2) Penggunaan pakaian tidak sesuai. Misalnya: pakaian

dalam dipakai diluar baju

b) Kesadaran

(1) Kuantitatif/penurunan kesadaran

(a) Compos mentis: sadarkan diri

(b) Apatis: individu mulai mengantuk dan acuh tak

acuh terhadap rangsang yang masuk, diperlukan

rangsang yang kuat untuk menarik perhatian.

(c) Samnolensia: jelas sudah mengantuk, diperlukan

rangsang yang kuat lagi untuk menarik perhatian.

(d) Sopor: ingatan, orientasi, dan pertimbangan sudah

hilang.

(e) Subkoma dari koma : tidak ada respon terhadap

rangsang yang keras.

(2) Kualitatif

(a) Tidak berubah mampu mengadakan hubungan dan

pembatasan dengan kingkungannya dan dirinya

(sesuai dengan kenyataan).

43
(b) Berubah: tidak mampu mengadakan hubungan dan

pembatasan dengan lingkungannya dan dirinya

pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.

(c) Gangguan tidur : dapat berupa insomnia,

somnambulisme, nightmare, narkolepsi

(d) Meninggi: keadaan dengan respon yang meninggi

terhadap rangsang seperti suara terasa lebih keras,

warna terlihat lebih tenang, dll.

(e) Hipnosa : kesadaran yang sengaja diubah

menurun/menyempit.

(f) Disosiasi : tingkah laku/kejadian yang memisahkan

dirinya secara psikologis dengan kesadarannya,

contoh trans, fugue, dll.

c) Orientasi waktu, tempat, dan orang jelas

Jelaskan data objektif dan subjektif terkait hal-hal diatas!

Diagnosa Keperawatan sesuai dengan data

d) Aktivitas motorik

Data ini didapatkan melalui hasil observasi

Perawat/keluarga.

(1) Kelambatan

(a) Hipokinesia, hipoaktivitas: gerakan atau aktivitas

yang berkurang

44
(b) Sub stupor katatonik: reaksi terhadap lingkungan

sangat berkurang , gerakan dan aktivitas menjadi

lambat

(c) Katalepsi: mempertahankan secara kaku posisi

badan tertentu, juga bila hendak diubah orang lain

(d) Flexibilitas serea: mempertahankan posisi yang

dibuat orang lain

(2) Peningkatan

(a) Hiperkinesa, hiperaktivitas: gerakan atau aktivitas

yang berlebihan

(b) Gaduh gelisah katonik: aktivitas motorik yang

tidak bertujuan yang dilakukan berkali-kali

mengenai sekelompok otot yang relatif kecil.

(c) Grimase: gerakan otot muka yang berubah-berubah

yang yang tidak dapat dikontrol

(d) Tremor : jari-jari yang tampak gemetar ketika

Klien menjulurkan tangan.

(e) Kompulsif: kegiatan yang dilakukan berulang-

ulang, seperti berulangkali mencuci tangan,

mencuci muka mandi, mengeringkan tangan

(f) Mannerism: pergerakan yang stereotipe dan testri

(seperti bermain sandiwara).

(g) Ekhopraksia: meniru gerakan orang lain pada saat

dilihatnya

45
(h) Verbegerasi: berkali-kali mengucapkan sebuah

kata yang tidak tercantum.

Diagnosa keperawatan ditulis seusai dengan

data.

e) Afek-emosi

Data ini didapatkan melalui hasil observasi

Perawat/keluarga.

(1) Adekuat: afek emosi yang sesuai dengan stimulus yang

ada

(2) Inadekuat : emosi yang tidak sesuai atau bertentangan

dengan stimulus yang ada

(3) Datar/dangkal: tidak ada perubahan roman muka pada

saat ada stimulus yang menyenangkan atau

menyedihkan

(4) Tumpul: hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yg

kuat

(5) Labil : emosi yang cepat berubah-ubah

(6) Anhedonia : ketidakmampuan merasakan kesenangan

(7) Kesepian: merasa dirinya ditinggalkan

(8) Eforia : rasa gembira yang berlebihan

(9) Ambivalensi: afek emosi yang berlawanan timbul

bersama-sama terhadap seorang, obyek atau sesuatu hal

(10) Apati : berkurangnya afek emosi terhadap sesuatu atau

semua hal disertai rasa terpencil atau tidak peduli

46
(11) Marah : sudah jelas

(12) Depresi/sedih: seperti perasaan susah, tak berguna,

gagal, putus asam dsb

(13) Cemas: perasaan khawatir yang tidak jelas objeknya

Diagnosa Keperawatan ditulis susai dengan data.

f) Persepsi

(1) Apakah ada halusinasi? Kalo ada termasuk jenis apa

(2) Apakah ada ilusi? Kalau ada deskripsikan

(3) Apakah ada depersonalisasi: perasaan aneh tentang

perasaan bahwa pribadinya tidak sepertii biasanya,

tidak menurut kenyataannya.

(4) Derealisasi: perasaan aneh tentang lingkungannya dan

dampak menurut kenyataan.

Diagnosa Keperawatan ditulis sesuai dengan data.

g) Proses pikir

Data diperoleh dari observasi pada saat wawancara:

(1) Arus pikir

(a) Koheren: kalimat/pembicaraan dapat dipahami

dengan baik

(b) Inkoheren: kalimat tidak terbentuk, pembicaraan

sulit dipahami.

(c) Sirkumstansial: pembicaraan yang berbelit-belit

tapi sampai pada tujuan pembicaraan

47
(d) Asosiasi longgra: pembicaraan tak ada hubungan

antara satu dengan kalimat lainnya, dan Klien tidak

menyadarinya

(e) Flight of ideas: pembicaraan yang melompat dari

satu topik ke topik lainnya masih ada hubungan

yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan

(f) Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tibatanpa

gangguan ekternal kemudian dilanjutkan kembali

Diagnosa keperawatan sesuai dengan data

(2) Isi pikir

Data didapatkan melalui wawancara:

(a) Obsesi: pikiran yang selalu muncul meski Klien

berusaha menghilangkannya

(b) Phobia: ketakutan yang phatologis/tidak logis

terhadap obyek/situasi tertentu

(c) Bunuh diri : ide bunuh diri

(d) Rendah diri : merendahkan atau menghina diri

sendiri, menyalahkan diri sendiri tentang suatu hal

yang pernah atau tidak pernah dilakukan

(e) Waham

Diagnosa Keperawatan sesuai dengan data.

(3) Bentuk pikir

(a) Realistik: cara berfikir sesuai kenyataan/real yang

ada

48
(b) Nonrealistik : cara berpikir yang tidak sesuai dengan

kenyataan

(c) Autistik:cara berpikir berdasarkan lamunan /fantasi /

Halusinasi /Wahamnya sendiri

5) Fisik

Pengkajian fisik difokuskan pada sistem fungsi organ :

a) Ukur dan observasi tanda-tanda vital: Tekanan

Darah,Suhu,Nadi ,Pernapasan

b) Ukur Tinggi Badan dan Berat Badan klien

c) Tanyakan apakah BB naik atau turun,

d) Tanyakan kepada Klien/keluarga apakah ada keluhan fisik

yang dirasakan Klien.

Diagnosa Keperawatan ditulis sesuai data

6) Psikososial

a) Konsep diri

(1) Citra tubuh

(a) Tanyakan persepsi Klien terhadap tubuhnya

(b) Bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai

(2) Identitas diri

(a) Status dan posisi Klien sebelum dirawat

(b) Kepuasaan Klien terhadap status dan posisinya

(c) Kepuasan Klien sebagai laki-laki/perempuan

(3) Ideal diri

(a) Harapan terhadap tubuh, posisi, tugas/peran

49
(b) Harapan Klien terhadap lingkungan

(c) Harapan Klien terhadap penyakitnya

(4) Harga diri

(a) Hubungan Klien dengan orang lain sesuai dengan

kondisi

(b) Penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan

kehidupannya

Diagnosa Keperawatan ditulis seusai data.

b) Genogram

Buatlah genogram minimal 3 generasi yang dapat

menggambarkan hubungan Klien dan keluarga.

c) Hubungan sosial

(1) Tanyakan pada Klien siapa orang terdekat dalam kehidupan

nya, tempat bicara

(2) Tanyakan pada Klien kelompok apa saja yang diikuti dalam

masyarakat

d) Spiritual

(1) Nilai dan keyakinan

(2) Ibadahnya

7) Aktivitas sehari-hari

a) Makan

b) BAB/BAK

c) Mandi

d) Berpakaian

50
e) Istirahat dan tidur

f) Penggunaan obat

g) Pemeliharaan kesehatan

h) Aktivitas dalam rumah

i) Aktivitas diluar rumah

8) Mekanisme koping

Data didapatkan melalui wawancara pada Klien atau keluarganya.

9) Masalah-masalah psikososial dan lingkungan

Data didapat melalui wawancara pada Klien dan keluarganya.

10) Pengetahuan

Data didapatkan melalui wawancara pada Klien.

11) Aspek medik

Tuliskan diagnosa medik Klien yang telah dirumuskan oleh dokter

dan Perawat.

12) Batasan Karakteristik

Batasan karakteristik dari masalah Keperawatan Harga Diri

Rendah adalah sebagi berikut:

a) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi

peristiwa

b) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu manghadapi situasi

c) Perilaku bimbang

d) Perilaku tidak aserti

e) Secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini terhadap

harga diri

51
f) Ekspresi ketidakberdayaan

g) Ekspesi ketidakbergunaan

h) Verbalisasi meniadakan diri

(Heeather, 2014)

13) Faktor-faktor berhubungan dengan harga diri rendah

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) faktor-faktor yang

berhubungan dengan Harga Diri Rendah adalah sebagai berikut:

a) Perubahan perkembangan

b) Gangguan citra tubuh

c) Kegagalan

d) Gangguan fungsional

e) Kurang penghargaan

f) Kehilangan „

g) Penolakan

h) Perubahan peran social

Pohon masalah

Tabel 2.2
Pohon Masalah (Nur,2016)

Perubahan persepsi sensori :


Effect
Halusinasi

Gangguan Konsep Diri :


Core Problem
Harga Diri Rendah

52
Cause Isolasi Sosial :
Menarik Diri

b. Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

2) Isolasi Sosial : Menarik Diri

3) Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

c. Rencana Tindakan Keperawatan/Intervensi

1) Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Re

Renaca Asuhan Keperawatan


Tabel 2.3
Tabel Rencana tindakan , Diagnosa 1 (Anggarmadi,2014)
Diagnosa
Tujuan Intervensi
keperawatan
1 2 3
Gangguan TUM: BHSP
konsep diri: Klien tidak terjadi 1. Bina hubungan saling percaya
Harga diri gangguan konsep diri 2. Sapa klien dengan ramah, baik
rendah : harga diri rendah verbal maupun non verbal
atau klien akan 3. Perkenalkan diri dengan sopan
meningkatkan harga 4. Tanyakan nama lengkap klien
dirinya setelah dan nama panggilan yang
dilakukan 6 kali disukai klien
pertemuan. 5. Jelaskan tujuan pertemuan
TUK 1: 6. Tunjukkan sikap empati dan
1. Klien dapat menerima klien apa adanya
membina 7. berikan perhatian kepada klien
hubungan saling
percaya

TUK 2 : SP1P
1. Klien dapat 1. Diskusikan kemampuan dan
mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
kemampuan dan Klien
aspek positif 2. Bantu Klien menilai
yang dimiliki kemampuan yang masih dapat
2. Klien dapat digunakan
menilai 3. Bantu Klien
kemampuan yang memilih/menetapkan

53
1 2 3

3. dapat digunakan. 4. kemampuan yang akan dilatih


4. Klien dapat 5. Latih kemampuan yang sudah
menetapkan atau dipilih dan menyusun jadwal
merencanakan pelaksanaan kemampuan yang
kegiatan sesuai telah dilatih dalam rencana
dengan harian
kemampuan yang
dimiliki

TUK 3 : SP11P
1. Klien dapat 1. Latih Klien melakukan
melakukan kegiatan lain yang sesuai
kegiatan sesuai dengan kemampuan klien
kondisi dan
kemampuan
2. Klien dapat
memanfaatkan
sistem
pendukung yang
ada.

TUK 4 : SP1K
1. Keluarga mampu 1. Diskusikan masalah yang
menjelaskan dihadapi keluarga dalam
tanda dan gejala merawat klien di rumah

harga diri rendah 2 Jelaskan tentang pengertian,


serta tanda, dan gejala harga diri
2. mendemonstrasik rendah
an cara merawat 3. Jelaskan cara merawat klien
klien Harga Diri dengan harga diri rendah
Rendah 4. Demonstrasikan cara merawat
Klien dengan harga diri rendah
dan beri kesempatan kepada
keluarga untuk mempraktikkan
cara merawat.

TUK 5 : SP11K
1. keluarga mampu 1. Latih keluarga mempraktikkan
mempraktikan cara merawat klien dengan
cara merawat masa harga diri rendah
dengan harga diri langsung kepada keluarga.
rendah langsung
kepada klien

TUK 6 : SP111K
1. keluarga mampu 1. Buat perencanaan pulang
membuat bersama keluarga
perencanaan
pulang

54
2) Isolasi Sosial: Menarik Diri

Tabel 2.4
Rencana Tindakan, Diagnosa 3 (Halifah, 2016)
Diagnosa
Tujuan Intervensi
keperawatan
1 2 3
Isolasi sosial: TUM :
menarik diri Klien dapat 1. Sapa klien dengan nama baik
berinteraksi dengan verbal maupun non verbal.
orang lain 2. Perkenalkan diri bengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap dan
TUK: nama panggilan yang disukai
1. Bina hubungan klien
saling percaya 4. Jelaskan tujuan pertemuan
dengan 5. Jujur dan menepati janji
menggunakan
prinsip
komunikasi 1. Kaji pengetahuan klien
teurapetik. 2. Beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaan

TUK :
2. Klien dapat
menyebutkan

penyebab menarik 3. yang menyebabkan klien tidak


diri mau bergaul.

TUK : 4. Berikan pujian terhadap


1. Klien dapat kemampuan klien
menyebutkan mengungkapkan perasaannya.
keuntungan 5. Kaji pengetahuan klien tentang
beinteraksi keuntungan memiliki teman
dengan orang 6. Beri kesempatan kepada klien
lain dan untuk berinteraksi dengan orang
kerugian tidak lain
berinteraksi 7. Diskusikan dengan klien tentang
dengan orang keuntungan berhubungan dengan
lain. orang lain
8. Beri penguatan positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
9. Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak berinteraksi
dengan orang lain
TUK :
Klien dapat 1. Beri kesempatan kepada klien
melaksanakan untuk mengungkapkan perasaan
interaksi sosial tentang kerugian bila tidak
secara bertahap berinteraksi dengan orang lain
2. Kaji kemampuan klien membina
hubungan dengan orang lain
3. Bermain peran tentang cara

55
1 2 3
4. berhubungan/berinteraksi dengan
orang lain
5. Beri penguatan positif terhadap
keberhasilan yang dicapai
6. Bantu klien mengevaluasi
keuntungan menjalin hubungan
sosial
7. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan bersama klien
dalammengisi waktu, yaitu
berinteraksi dengan orang lain
8. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan ruangan
10. Beri penguatan positif atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan

3) Perubahan sensori persepsi: Halusinasi


Tabel 2.5
Rencana Tindakan, Diagnosa 4 (Halifah, 2016)
Diagnosa
Tujuan Intervensi
keperawatan
1 2 3
Perubahan Klien dapat
sensori mengontrol 1. Bina hubungan saling percaya
persepsi: halusinasinya dengan mengungkapkan prinsip
Halusinasi TUK: komunikasi terapeutik
1. Klien dapat 2. Sapa klien dengan ramah
1 membina 3. Tanya nama klien siapa
hubungan 4. Jujur dan tepati janji
saling percaya 5. Beri kesempatan pada klien untuk
2. Klien dapat mengatakan kerugian
mengenal berhubungan atau berinteraksi
halusinasi dengan orang lain
3. Klien dapat 6. Beri kesempatan klien atau bantu
memanfaatkan klien menentukan topik
obat dengan pembicaraan
baik 7. Latih berhubungan sosial secara
bertahap dengan perawat
8. Masukan dalam jadwal kegiatan
klien

d. Strategi pelaksanaan komunikasi dan keluarga dengan Diagnosa

Harga Diri Rendah (Keliat dkk, 2015)

1) Strategi Pelaksanaan Komunikasi

a) Tahap Orientasi

56
Assalamualaikum, selamat pagi pak bagaimana

keadaan T hari ini, T terlihat segar.

Bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang

kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan, setelah

itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T

lakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan

untuk kita latih.

Dimana kita duduk, bagaimana kalau di ruangan

tamu, berapa lama, bagaimana kalau 20 menit ?”

b) Tahap Kerja

Bapak T, apa saja kemampuan yang T miliki, bagus

apalagi, saya buat daftarnya ya, apa pula kegiatan rumah

tangga yang bisa T lakukan, bagaimana dengan merapikan

kamar, Menyapu , Mencuci piring,dan sebagainya. wah,

bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T

miliki.

Bapak T, dari lima kegiatan atau kemampuan ini,

yang mana yang masih dapat dikerjakan, coba kita lihat yang

pertama dapat kah, yang kedua sampai lima ( misalnya, ada

tiga yang dapat dilakukan ). Bagus sekali ada tiga kegiatan

yang masih dapat dikerjakan.

Sekarang coba T pilih satu kegiatan yang masih dapat

dikerjakan. O yang nomor satu, merapikan tempat tidur,

kalau begitu bagaimna kalau sekarang kita latihan merapikan

57
tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur T, coba lihatsudah

rapikah tempat tidurnya.

Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita

pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus, sekarang kita

angkat sepreinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita

pasang lagi sepreinya kita mulai dari arah atas, yah bagus.

Sekarang sebelah kaki tarik dan masukkan, lalu sebelah

pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal rapikan , dan

letakkan disebelah atas atau kepala. Mari kita lipat selimut,

nah letakkan sebelah bawah atau kaki, bagus.

Bapak T sudah dapat merapikan tempat tidur dengan

baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum di

rapikan ? bagus.

Coba bapak T lakukan dan jangan lupa member tanda

di jadwal harian dengan huruf M (mandiri) kalau T lakukan

tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan dapat

melakukan, dan T ( tidak ) melakukan .

c) Tahap Terminasi

Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap cakap

dan latih merapikan tempat tidur Ya , bapak T ternyata

banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah

sakit ini salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah T

pratikkan dengan baik sekali.

58
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian.

Bapak T, mau berapa kali sehari merapikam tempat tidur.

Bagus, dua kali yaitu pagi- pagi pukul berapa, lalu sehabis

istirahat pukul 16.00 sore.

Besok pagi kita lakukan lagi kemampuan yang kedua.

Bapak T masih ingatkah kegiatan apalagi yang mampu

dilakukan dirumah selain merapikan tempat tidur Ya bagus ,

cuci pirin, kalau begitu kita akan latihan mencuci piring

besok pukul 08.00 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan

pagi. Sampai jumpa ya.

2) Strategi Pelaksanaan Keluarga

a) Tahap Orientasi

Selamat pagi, bagaimana keadaan bapak/ibu pagi

ini.Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap - cakap tentang

cara merawat T, berapa lama waktu bapak/ibu 30 menit baik,

mari duduk di ruangan tamu.

b) Tahap Kerja

Apa yang bapak/ibu ketahu tentang masalah T , Ya,

memang benar sekali bapak/ibu, T itu memang terlihat tidak

percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri.

Misalnya T, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan

dirinya adalah orang yang palinhg bodoh seduni. Dengan kata

lain, anak bapak/ibu memiliki masalah harga diri rendah yang

di tandai munculnya pikiran-pikiran negatif terhadap diri

59
sendiri. Bila keadaan T terus menerud seperti itu, T dapat

mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya,. T jadi

malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung

diri.

Sampai disini, bapak/ibu mengerti apa yang dimaksud

harga diri rendah, bagus sekali bapak/ibu sudah mengerti,

setelah kita mengerti masalah T dapat menjadi masalah serius

maka kita perlu memberikan Perawatan yang untuk T.

Bapak/ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T, ya benar,

dia juga mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan

kemampuan yang dikatakan T ). T itu telah berlatih dua

kegiatan yaitu merapikan tempat tidur dan mencuci piring.

Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu,

bapak ibu dapat mengakibatkan T untuk melakukan kegiatan

tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat –

alatnya, ya pak/bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar

harga dirinya meningkat, ajak pula memberi tanda ceklist

pada jadwal kegiatan, selain itu, bapak/ibu tetap oerlu

memantau perkembangan T . Jika masalah harga dirinya

kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/ibu dapat

membawa T ke puskesmas. Nah bagaimana kalau sekarang

kita pratikkan cara memberikan pijian kepada bapak T.

Temui bapak T dan tanyakan kegiatan yang telah dia lakukan

lalu berikan pujian dengan mengatakan: bagus sekali T, kamu

60
sudah semakin terampil mencuci piring. Coba bapak/ibu

praktikkan sekarang, Bagus.

c) Tahap Terminasi

Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah percakapan

kita ini. Dapatkah bapak ibu jelaskan kembali masalah yang

dihadapi T bagaimana cara merawatnya, bagus sekali

bapak/ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali

bapak ibu kemari lakukam seperti itu. Nanti dirumah juga

demikian. Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari

mendatang untuk latihan cara memberi pujian langsung

kepada bapak T Pukul berapa bapak/ibu akan datang, baik

saya tunggu. Sampai jumpa.

e. Implementasi

Implementasi Tindakan Keperawatan disesuaikan dengan

rencana Tindakan Keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi

sering kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena

Perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam

melaksanakan Tindakan Keperawatan. Yang biasa dilakukan

Perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis, yaitu apa yang

dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat

membahayakan Klien dan Perawat jika tindakan berakibat fatal, dan

juga tidak memenuhi aspek legal.

Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,

Perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan

61
masih sesuai dan dibutuhkan oleh Klien saat ini (here and now).

Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan

interpersonal, intelektual, dan teknikal yang diperlukan untuk

melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah

tindakan aman bagi Klien. Setelah tidak ada hambatan maka

Tindakan Keperawatan, Perawat membuat kontrak dengan Klien

yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta

yang diharapkan dari Klien. Dokumentasikan semua tindakan yang

telah dilaksanakan beserta respons Klien.(Yuniaraplilia, 2014).

f. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

Tindakan Keperawatan pada Klien. Evaluasi dilakukan terus-

menerus pada respons Klien terhadap Tindakan Keperawatan yang

telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau

formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,

evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan

antara respons Klien dan tujuan khusus serta umum yang telah

ditentukan.(Yuniaraplilia, 2014).

62
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi kasus untuk mengeksplorasi

masalah Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Skizofrenia

dengan masalah Keperawatan Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Khusus

Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian diarahkan kepada masalah Keperawatan Harga Diri

Rendah Pada Klien Skizofrenia.

C. Fokus Studi

Fokus studi diarahkan kepada Klien Skizofrenia dengan masalah

Keperawatan Harga Diri Rendah, disertai dengan kriteria inklusi/ eksklusi.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yaitu diataranya sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

a) Klien yang mengalami skizofrenia

b) Mengalami Harga Diri Rendah

c) Bersedia menjadi responden

d) Dirawat di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan.

2. Kriteria eksklusi

a) Klien yang meninggal dunia

b) Klien tidak bersedia menjadi responden

62
c) Klien yang mengalami Skizofrenia dengan masalah Keperawatan

lain selain Harga Diri Rendah

D. Defenisi Operasional Fokus Studi

Adapun defenisi operasional fokus studi adalah sebagai berikut:

1. Skizofrenia adalah suatu gangguan prikotik yang dimana gejalanya

didapatkan dari tanda-tanda seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

hakusinasi dan gangguan kognitif.sehingga menyebabkan perubahan-

perubahan, seperrti perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur

kimia otak, dan faktor genetik.

2. Harga Diri Rendah adalah selalu berfikiran negatif tentang dirinya, dia

menganggap dirinya tidak berguna lagi, dan tidak ada gunanya lagi

sehingga dia merasa bahwa dirinya itu gagal karena tidak bisa

bermanfaat untuk orang lain.

E. Instrumen penelitian

1. Format Wawancara/ Observasi

Format yang dipakai dalam bentuk format pengkajian jiwa yang

meliputi identitas Klien, identitas orang tua, keluhan Klien , riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, hasil

pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya. Format pengkajian digunakan

dengan cara menanyakan data yang telah tersedia dalam format, lalu

dicatat secara rinci jawaban yang telah diberikan oleh Klien, atau orang

terdekat Klien (keluarga), seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang

mengerti dan dekat dengan Klien, dari catatan Klien (wawancara atau

rekam medis Klien) yang merupakan riwayat penyakit dan perawatan

63
Klien di masa lalu, serta dari hasil pemeriksaan laboratorium, dan dari

pemeriksaan head to too (pemeriksaan fisik).

2. Alat ukur tambahan

Alat ukur lain yang membantu dalam penelitian adalah berupa alat

tulis.

3. Alat Ukur Tanda-Tanda Vital

Tanda-tanda vital adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital

tubuh yang paling dasar. Yang terdiri dari:

a. Tensimeter

Suatu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah

Klien pada saat dilakukan Intervensi Keperawatan kepada Klien dan

cara penggunaannya yaitu pastikan alat dalam kondisi siap pakai,

memasang mangset di lengan Klien, tentukan letak arteri brachilis

letekkan steteskop didaerah tersebut, kemudian sekrup balon karet

ditutup kemudian dipompa, sampai denyut arteri tidak terdengar lagi

dan sekrup balon dibuka secara perlahan-lahan dengarkan bunyi

pertama (systole) sampai terakhir (diastole), catat hasil sebagai

dokumentasi

b. Termometer

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu klien adapun cara

penggunaannya yaitu pastikan alat dalam kondisi siap pakai,

kemudian menurunkan suhu dibawah 36 C, desinfeksi ujung

termomoter kemudian letekkan ujung termoter di axial klien,

instruksikan klien untuk menjepit thermometer dengan melipat

64
tangan kearah abdomen dengan waktu 5-10 menit, baca hasil yang

terdapat pada thermometer dan catat hasil sebagai doumentasi.

c. Stetoskop

Adalah alat yang digunakan untuk mendengarkan suara

jantung dan pernafasan Klien

d. Arloji (Jam) atau stop-watch.

Adalah alat yg digunakan untuk mengukur pernafasan dan

denyut nadi yg dilakukan dalam hitungan

F. Metode pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik

yang akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi partisipan

Adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis

mengenai gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu

dari teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,

yang direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol

keandalan (reabilitas) dan kasihannya (validitasnya)

2. Studi dokumentasi

Mengumpulkan data melalui dokumen atau catatan tentang hasil

pemeriksaan Klien yang ada pada medical record.

3. Wawancara terstruktur

Merupakan wawancara yang dilakukan dengan memakai

pedoman wawancara yang sudah disusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan data. Dalam melakukan wawancara pengumpul data

65
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis.

Dengan wawancara terstruktur setiap responden diberikan

pertanyaan yang sama, dan penelitian mencatat atau merekam setiap

jawaban dari responden.

G. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Khusus Daerah

Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Bulan ( 2019 )
No Jenis Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni July
1 Persiapan 

2 Konsul judul 
proposal
3 Acc judul proposal 

4 Penyusunan 
proposal
5 Penelusuran pustaka 

6 Seminar pustaka 

7 Pengumpulan data 

8 Analisa dan 
Penyusunan laporan
9 Ujian KTI 

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian

66
H. Analisa data dan penyajian data

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya

dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan

cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasikan dalam intervensi tersebut. . Penyajian data dapat dilakukan

dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari Klien

dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari Klien

I. Etika penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin peneliti dari institusi

Akademi Keperawatan Mappaoudang Makassar dan Rumah Sakit Khusus

Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Sebelum menyerahkan informed consent (lembar persetujuan

menjadi Klien). Peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian kepada calon responden, jika responden bersedia untuk diteliti

maka peneliti menyerahkan informed consent untuk ditanda tangani

sebagai bukti kesediaan responden untuk berpastisipasi dalam penelitian

ini. Klien memiliki hak untuk menolak keikutsertaannya dalam penelitian

67
atau mengundurkan diri, maka peneliti tidak akan memaksa dan

menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti hanya

memberikan kode atau inisial tertentu pada lembar data.

3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

68
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran lokasi pengambilan data

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi – Selatan

merupakan Rumah Sakit Jiwa yang berada di Kota Makassar Provinsi

Sulawesi Selatan, Rumah Sakit ini beralamat di Jl. Lanto Dg. Pasewang

No.34, Maricaya Selatan, Kota Makassar. Di Rumah Sakit ini tersedia 12

ruangan termasuk ruangan Palm yg merupakan lokasi penelitian, diruangan

Palm terdapat beberapa ruangan yang berkelas yaitu kelas I,II dan III

disertai dua Water Closet. Ruangan Palm mempunyai beberapa kamar yang

deisertai banyak ventilasi beserta tempat tidurnya, terdapat satu ruangan

yang dipakai untuk aktivitas ibadah dan kagiatan Terapi Aktivitas

Kelompok (TAK). Ruangan Palm sangat bersih dikarenakan setiap pagi,

siang, dibersihkan, dan biasa dilakukan oleh cleaning service dan dibantu

oleh Klien yang berada diruang Palm.

2. Karakteristik partisipan

a. Identitas klien

Nama : Tn “E”

Usia : 31 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Makassr

Pendidikan : SMA

69
Pekerjaan : Petani

Alamat : JL.KT Gowa

Tanggal masuk : 09-01-2019

No.RM : 169008

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn “M”

Usia : 53 Tahun

Pekerjaan : Petani

Jenis kelamin : Laki-Laki

Hubungan : Ayah

3. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Keluhan utama : Rasa Bersalah Terhadap Diri Sendiri

2) Riwayat Keluhan Utama :

Seorang laki-laki berusia 31 tahun dibawa ke Unit Gawat

Darurat Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi -

Selatan yang ke delapan kalinya dengan keluhan Klien sering

mondar-mandir kurang lebih 1 minggu yang lalu. Klien sering terlihat

gelisah dan keluar jauh dari rumah. Klien mulai seperti itu setelah

berhenti minum obat satu minggu yang lalu, Klien sulit tidur sejak 1

minggu yang lalu, Klien sering tertawa sendiri. Klien merasa bersalah

karena pernah mendorong ibunya dan memukul saudaranya

70
3) Alasan masuk :

Seorang laki-laki berusia 31 tahun dibawa ke Unit Gawat

Darurat Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi -

Selatan yang ke delapan kalinya dengan keluhan Klien sering

mondar-mandir kurang lebih 1 minggu yang lalu. Klien sering terlihat

gelisah dan keluar jauh dari rumah. Klien mulai seperti itu setelah

berhenti minum obat satu minggu yang lalu, Klien sulit tidur sejak 1

minggu yang lalu, Klien sering tertawa sendiri. Klien mulai ada

perubahan perilaku sejak 3 tahun yang lalu sejak Klien mengonsumsi

obat- obatan terlarang. Klien saat itu sudah tidak memiliki uang untuk

membeli obat – obatan terlarang sehingga Klien memukul saudaranya

dan mendorong ibunya. Saat itu Klien mulai merasa bersalah dengan

keluarganya, Klien mulai suka menyendiri. Klien pernah diusir oleh

bapaknya dari rumah karena perlakuan kasar kepada keluarganya,

Klien pernah dibawa berobat jalan ke Rumah Sakit Khusus Daerah

Dadi tahun 2018. Klien pernah diberi obat berwarna pink diminum

pagi dan satu obat berwarna putih diminum pada malam hari.

Saat dikaji :

a) Klien mengatakan masuk ke Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

Provinsi Sulawesi-Selatan karna sering mandar-mandir

b) Klien mengatakan pernah diusir oleh bapaknya karena sering

berprilaku kasar kepada keluarganya.

c) Klien mengatakan saudranya tidak menyukainya

71
d) Klien tampak selalu menyendiri dikamarnya dan tidak mau

berbicara dengan temannya. Walaupun temannya berkumpul

dikamarnya

e) Kontak mata kurang

f) Klien lebih banyak menunduk

g) Klien tampak berbicara lambat dengan nada suara lemah

h) Klien tampak tidak mau bergaul

4) Faktor Predisposisi

a) Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu

Klien mengatakan pernah sudah delapan kali keluar masuk

di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi –Selatan.

b) Pengobatan sebelumnya

Pengobatan sebelumnya berhasil tapi klien pernah tidak

meminum obatnya sehingga Klien kembali depresi lagi.

c) Trauma pelaku/Usia Korban/Usia Aniayaya Fisik

Klien mengatakan pernah mendorong ibunya ketika

keinginan Tn “E” tidak dipenuhi oleh ibunya.

d) Anggota keluarga yang gangguan jiwa

Klien mengatakan ada anggota keluarga yang mempunyai

penyakit yang sama dengan Klien yaitu kakak pertamanya

e) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien pernah diusir oleh bapaknya karena melakukan

tindakan kekerasan pada saudaranya, Klien mengatakan

saudaranya tidak menyukai dirinya.

72
5) Pemeriksaan fisik

a) Tanda-Tanda Vital

TD : 130/80 mmHg N : 80 x/i

S : 36 oC P : 22 x/i

b) Ukur

BB : 52 Kg

TB : 159 Cm

c) Keluhan fisik

Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik

6) Psikososial

a) Genogram
? ? ? ?

? ? ? ?

? ?

? ? ?

31

Keterangan :

: Laki- Laki : Garis serumah

: Perempuan : Klien

: Garis Perkawinan : Garis Keturunan

? ?? : Umur Tidak Diketahui

73
Kesimpulan :

Klien merupakan anak kedua dari empat bersaudara, Klien

paling dekat dengan ibunya. Komunikasi awalnya baik, tetapi saat

Klien sakit disitulah awal mula Klien menyendiri dan tidak mau

berkomunikasi didalam keluarga ketika ada masalah keluarga

bermusyawarah dan sebagai pengambil keputusan adalah kepala

keluarga atau ayah dari Tn “E”, hubungan Tn “E” dan ayahnya baik,

tidak ada masalah

b) Konsep diri

(1) Citra tubuh

Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai

adalah matanya

(2) Identitas

Klien mengatakan dirinya anak ke-2 dari 4 bersaudara,

klien adalah seorang petani.

(3) Peran

Klien mengatakan didalam keluarganya atau dirumah

sebagai anak, klien pernah memukul kakak dan mendorong

ibunya.

(4) Ideal diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien sangat

merindukan ibunya.

(5) Harga diri

74
Klien mengatakan malu untuk bergaul, Klien merasa

sedih karena tidak disukai oleh saudaranya sendiri, karena

Klien perlakuan Klien kepada keluarganya kurang baik.

Sebelumnya juga Klien memiliki pengalaman masa lalu yang

kurang menyenangkan yaitu pernah diusir oleh bapaknya dari

rumah karena bapak Klien sudah tidak tidak tahan dengan

perilaku kekerasan Klien jika tidak dipenuhi keinginannya.

c) Hubungan sosial

(1) Orang yang berarti

Klien mengatakan keluarganya lah sangat berarti buat

Tn “E”

(2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

Klien mengatakan pernah masuk tim sepak bola didekat

rumahnya

(3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan sudah tidak pernah berkomunikasi

dengan orang lain semenjak Klien sakit

d) Spiritual

(1) Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan apa yang dialami sekarang adalah

takdir.

(2) Kegiatan ibadah

75
Klien mengatakan Klien sering sholat tetapi sholatnya

tidak sampai full 5 waktu, jika Klien sholat Klien sering

berdoa untuk kesembuhannya.

7) Status Mental

a) Penampilan

Klien kurang memperhatikan penampilannya, klien juga

kurang rapi dalam hal kebersihan badannya dan juga dalam

berpakaian.

b) Pembicaraan

Tampak Klien berbicara lambat dan kadang-kadang tidak

dapat dipahami sehingga tujuan pembicaraan tidak tercapai,tampak

klien juga tidak mampu memulai pembicaraan.

c) Aktivitas motorik

Klien lebih banyak menunduk, sering menyendir, Klien

tampak lesu dan lebih banyak menghabiskan waktunya tidur.

d) Alam perasaan

Klien mengatakan bosan di Rumah Sakit, ingin cepat

sembuh dan pulang, Klien tampak sedih dan mengatakan rindu

dengan ibunya

e) Afek

Labil, bicara klien lambat, ekspresi wajah datar saat

dilakukan interaksi, bicaranya tidak sesuai,

f) Interaksi selama wawancara

76
Kontak mata kurang karena Klien sering menunduk, Klien

menjawab seadanya jika ditanya.

g) Persepsi

Klien mengatakan pernah mendengar bisikan seorang

perempuan ditelinganya setiap malam saat Klien menyendiri, Klien

biasanya menghardiknya. Klien tampak memperlihatkan cara

menghardik halusinasinya

h) Pola Pikir

Pada saat dikaji tidak ada waham

i) Tingkat Kesadaran

Klien tampak bingung dan gelisah saat di kaji

j) Memori

Kadang Klien mengingat masa lalunya, kadang tiba-tiba

klien langsung lupa.

k) Tingkat kosentrasi dan berhitung

Klien mampu berhitung 4x4 = 16 , Klien mampu

menjawabnya dengan benar, tetapi terkadang Klien kurang

konsentrasi, jika Klien ditanya Klien mudah berali, seperti saat

dikaji dimana arah kiblat awalnya Klien menjawab ke arah depan

pintu , kemudian tiba-tiba beali ke arah serong sebelah kanan.

l) Kemampuan penilaian

Gangguan ringan, dapat mengambil keputusan dengan

bantuan orang lain.

m) Proses pikir

77
Klien kadang mengulang-ulang pembicaraannya saat

ditanya, seperti Klien mengulang-ulang ketika Klien diusir oleh

bapaknya.

n) Daya tilik diri

Klien mengatakan tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah

sakit jiwa, Klien sadar bahwa dirinya sakit jiwa.

8) Kebutuhan persiapan pulang

a) Makan

Klien makan 3x/hari, minum tidak menentu, Klien minum

jika haus dan minum obat. Tanpa bantuan orang lain. Klien

mengatakan makannya teratur, dan berselera untuk makan pada

saaat berada di Rumah Sakit Khusus Dadi Provinsi Sulawesi-

Seatanl, Klien tampak pada saat pembagian makanan , Klien

menghabiskan makanannya.

b) BAB/BAK

Klien bab 1x/hari, bak ±4 kali sehari, secara mandiri

c) Mandi

Klien mandi 2xsehari ( pagi dan sore ), gosok gigi setiap

mandi. Tanpa bantuan. Klien mengatakan kurang menjaga

kebersihan diri seperti mandi pada saat berada di Rumah Sakit

Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi-Selatan.

d) Berpakaian/berhias

Klien mampu berpakaian secara mandiri

e) Istirahat dan tidur

78
Klien lebih banyak tiduran , jadi waktu tidur siang dan

malam Klien tidak menentu

f) Penggunaan obat

Klien minum obat 2x/hari sebelum makan. Risperidone

2x1/2 2 mg, clozapine 0-1/2-1 25 mg, lorazepam 2x1/2 2 mg.

Klien mampu minum obat tanpa bantuan perawat.

g) Pemeliharaan kesehatan

Klien diberikan perawatan lanjutan yang diperiksa oleh dokternya.

9) Aktivitas dalam rumah

Mempersiapkan makan :Tidak. Makanan disiapkan oleh bagian

dapur

Menjaga kerapian rumah : iya, Klien bisa membersihkan kamarnya.

Mencuci pakaian : iya, Klien mencuci bajunya sendiri

10) Kegiatan diluar Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi (RSKD)

Belanja : tidak, karna sudah ada petugas yang menyediakan

kebutuhan Klien (rokok,kopi)

Transportasi : tidak , karna Klien tidak dibiarkan menggunakan

transpportasi, melihat keadaan Klien yang belum memungkinkan

diberikan transportasi seperti motor,karena ditakutkan akan terjadi

yang tidak diinginkan (seperti kecelakaan dijalan raya)

11) Mekanisme koping

Klien tampak tidak mau berbicara dengan orang lain walaupun

kamarnya dikunjungi oleh beberapa temannya, Klien mengatakan

tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, seperti masalah

79
dalam keluarganya sehingga bapaknya mengusirnya, tampak Klien

tidak pernah melakukan teknik relakssasi dan tidak pernah merusak

barang-barang yang ada di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

Provinsi Sulawesi Selatan pada saat Klien merasa bosan, Klien tidak

minum alkohol, Klien merokok, dan reaksinya lambat saat melakukan

interaksi, Klien tidak pernah menyakiti dirinya atau ingin melukai

dirinya sampai ingin bunuh diri, bahkan ingin melukai orang lain

(temannya) , Klien tidak pernah berolahraga selama di Rumah Sakit

Khusus Derah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

12) Masalah psikososial dan lingkungan

a) Masalah dengan dukungan kelompok

Klien selalu menyendiri dikamarnya, kalaupun ditanya oleh

temannya, hanya menjawab seadanya saja, sulit untuk bergaul

dengan teman-temannya.

b) Masalah berhubungan dengan pendidikan

Klien mengatakan tidak ada pernah berfikir untuk

melanjutkan sekolahnya keperkuliahan.

c) Masalah dengan pekerjaan

Tidak ada masalah dengan pekerjaan, karna Klien belum bekerja.

d) Masalah dengan perumahan

Klien mengatakan rindu dengan rumahnya di Gowa.

e) Masalah dengan ekonomi

Tidak ada masalah dengan ekonominya.

f) Masalah dengan pelayanan kesehatan

80
Tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan, Klien

dilayani dengan sangat baik oleh perawat.

13) Pengetahuan kurang tentang

a) Penyakit jiwa

Klien mengatakan penyakit jiwa yang mengalami gangguan jiwa,

seperti Harga Diri Rendah

b) Faktor presipitasi

Klien tidak mengetahui apa itu faktor presipitasi

c) Koping

Klien tidak menetahui apa itu koping

d) Sistem pendukung

Klien tidak mengetahui apa itu sistem pendukung

e) Penyakit fisik

Klien megatakan penyakit fisik itu seperti sakit badan

f) Obat-obatan

Klien mengatakan obat-obatan digunakan untuk orang yang sakit.

g) Aspek medik

Diagnosa medik : Skizofrenia

Therapy medik : risperidone 2 mg 2x1

: Clorzapine 25 mg 0-1/2-1

: Lorazepam 2 mg 2x1/2

81
h) Pengumpulan data

Data Subjektif :

1. Klien mengatakan masuk ke Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

karna sering mondar-mandir.

2. Klien mengatakan pernah diusir oleh bapaknya dari rumah

karena melakukan tindakan kekerasan kepada saudara dan

ibunya seperti memukul saudaranya dan mendorong ibunya .

3. Klien mengatakan tidak disukai oleh saudaranya sendiri karena

pernah dipukul dan berprilaku aneh seperti ketawa- ketawa

sendiri.

4. Klien mengetahui bahwa dirinya tidak memiliki pekerjaan

yang tetap.

5. Klien mengatakan kurang menjaga .

6. kebersihan diri seperti mandi saat berada di Rumah Sakit

Khusus Dadi.

7. Klien mengatakan makannya teratur, dan berselera untuk

makan saat.

8. kebersihan diri seperti mandi saat berada di Rumah Sakit

Khusus Dadi.

9. Klien mengatakan makannya teratur, dan berselera untuk

makan saat berada di Rumah Sakit Khusus Dadi.

10. klien pernah ditinggal dengan istrinya karena istrinya menuduh

klien melakukan kekerasan dalam rumah tangga dengan

masalah sepele hanya digigit oleh istrinya

82
Klien mengatakan pernah mendengar bisikan seorang perempuan

ditelinganya setiap malam saat klien menyendiri, klien biasanya

menghardiknya

Data Objektif

1. kontak mata kurang

2. tampak klien berbicara lambat dan suara lemah

3. tampak klien berbicara lambat dan kadang-kadang tidak dapat

dipahami sehingga tujuan pembicaraan tidak tercapai

4. reaksinya lambat saat dilakukan interaksi

5. klien tampak pada saat pembagian makanan , klien

menghabiskan makanannya

6. klien tampak sedih

7. efek labil

8. Bicaranya tidak sesuai

9. Klien sering menunduk

10. Klien tampak selalu menyendiri dikamarnya dan tidak mau

berbicara dengan temannya

11. Klien sering menunduk

12. Klien tampak selalu menyendiri dikamarnya dan tidak mau

berbicara dengan temannya walaupun temannya berkumpul

dikamarnya.

13. klien tampak tidak mau bergaul, klien tampak lesu dan lebih

banyak menghabiskan waktunya ditempat tidur

83
i) Klasifikasi data
Tabel 4.2
Klasifikasi data
Data Subjektif Data Objektif
1 2
1. Klien mengatakan masuk ke Rumah 1. kontak mata kurang
Sakit Khusus Daerah Dadi karna 2. tampak klien berbicara lambat
sering mondar-mandir dan suara lemah
2. Klien mengatakan pernah diusir 3. tampak klien berbicara lambat
oleh bapaknya dari rumah karena dan kadang-kadang tidak dapat
melakukan tindakan kekerasan dipahami sehingga tujuan
kepada saudara dan ibunya seperti pembicaraan tidak tercapai
memukul saudaranya dan 4. reaksinya lambat saat dilakukan
mendorong ibunya . interaksi
3. Klien mengatakan tidak disukai oleh 5. klien tampak pada saat
saudaranya sendiri karena pernah pembagian makanan , klien
dipukul dan berprilaku aneh seperti menghabiskan makanannya
ketawa- ketawa sendiri 6. klien tampak sedih
4. Klien mengetahui bahwa dirinya 7. efek labil
tidak memiliki pekerjaan yang tetap 8. bicaranya tidak sesuai
5. Klien mengatakan kurang menjaga 9. Klien sering menunduk
kebersihan diri seperti mandi saat 10. Klien tampak selalu menyendiri
berada di Rumah Sakit Khusus Dadi dikamarnya dan tidak mau
6. Klien mengatakan pernah berbicara dengan temannya
mendengar bisikan seorang walaupun temannya berkumpul
perempuan ditelinganya setiap dikamarnya
malam saat klien menyendiri, klien 11. klien tampak tidak mau bergaul
biasanya menghardiknya. 12. klien tampak lesu dan lebih
banyak menghabiskan waktunya
ditempat tidur
13. kadang klien mengingat masa
lalunya
14. terkadang klien kurang
konsentrasi
15. jika klien ditanya klien mudah
berali seperti saat dikaji dimana
arah kiblat, awalnya klien
menjawab ke arah depan pintu,
kemudian berali ke arah serong
sebelah kanan
16. Klien tampak memperlihatkan
cara menghardik halusinasinya

j) Analisa data
Tabel 4.3
Analisa data
Data Masalah
1 2
DS
1. Klien mengatakan masuk ke Rumah
Sakit Khusus Dadi karna sering
mondar-mandir
2. Klien mengatakan pernah di usir Ganagguan konsep diri: Harga diri
oleh bapaknya karena melakukan rendah
tindakan kekerasan terhadap saudara
dan ibunya

84
1 2
3. klien mengatakan bahwa saudaranya
tidak menyukainya
4. Klien mengatakan kursng menjaga
kebersihan dirinya
5. Klien mengatakan makannya teratur,
dan berselera untuk makan
DO
1. kontak mata kurang
tampak klien berbicara lambat dan
suara lemah, tampak klien berbicara
lambat dan kadang-kadang tidak
dapat dipahami sehingga tujuan
pembicaraan tidak tercapai.
2. tampak klien berbicara lambat dan
kadang-kadang tidak dapat dipahami
sehingga tujuan pembicaraan tidak
tercapai
3. reaksinya lambat saat dilakukan
interaksi
klien tampak pada saat pembagian
makanan , klien menghabiskan
makanannya .
DS
1. Klien mengatakan pernah di usir
oleh bapaknya karena pernah
memukul saudaranya dan
mendorong ibunya Isolasi Sosial
2. klien mengatakan bahwa saudaranya
tidak menyukainya
1. DO
1. Pandangan klien tampak tajam
danmengepal tangannya.

DS
1. Klien mengatakan pernah mendengar
bisikan seorang perempuan
ditelinganya setiap malam saat klien Resiko persepsi sensori : Halusinasi
menyendiri, klien biasanya pendengaran
menghardiknya.
DO
1. Klien tampak memperlihatkan cara
menghardik halusinasinya

85
k) Pohon Masalah

Tabel 4.4

Pohon masalah

Efeect Resiko Persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

Core Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Cause Isolasi Sosial

b. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

2. Isolasi sosial

3. Resiko persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

86
69
B. Pembahasan

Pada bab ini, penulis akan menguraikan secara sistematis pelaksanaan asuhan

keperawatan dan adanya kesenjangan antara konsep dasar dengan kasus nyata yang

dirawat secara langsung, selama dua hari pada Tn. “E” dengan gangguan konsep diri:

Harga Diri Rendah di ruangan Palm Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan dengan menggunakan pendekatan proses Keperawatan yang meliputi:

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari Proses Keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status Kesehatan (Abdul

Muhith,2015).

Beberapa tanda dan gejala yang disebutkan tentang Klien yang menderita

penyakit Harga Diri Rendah sebagai berikut :

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri individu mempunyai perasaan kurang percaya

diri.

b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam meraih

sesuatu.

c. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang lain.

d. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri, dan tidak

ingin bertemu orang lain.

e. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.

f. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu – ragu dalam memilih

sesuatu.

g. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang

suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.

93
h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.

i. Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri.

j. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan

menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan berbicara

dengan nada lemah.

k. Pelahgunaan zat. ( Keliat, 2015).

Sedangkan pada kasus kasus Tn “E” yang merawat di ruang Palm Rumah

Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan, ditemukan kesenjangan antara

konsep teori dan studi kasus sebagai berikut :

a. Data yang ditemukan dalam studi kasus tetapi tidak terdapat dalam konsep teori

adalah:

1) Kurang memperhatikan perawatan diri, Peneliti menilai bahwa data ini tidak

terdapat dalam konsep teori tetapi terdapat pada studi kasus saat peneliti

melakukan supervise

b. Data yang tidak ditemukan dalam studi kasus tetapi ditemukan dalam konsep teori

adalah:

1) Mengejek dan mengkritik diri, peneliti menilai bahwa data ini tidak ditemukan

karena selama supervisi Klien tidak menunjukkan tanda – tanda pengkritikan

pada dirinya

2) Pandangan hidup yang pesimistisan, peneliti menilai bahwa data ini tidak

ditemukan karena klien selama supervisi Klien tidak menunjukkan tanda - tanda

pesimis untuk melanjutkan hidupnya.

3) Penolakan terhadap kemampuan diri, Peneliti menilai bahwa data ini tidak

ditemukan karena selama supervisi Klien tidak menunjukkan tanda – tanda

penolakan saat dilakukan Tindakan Keperawatan.

94
Kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus diatas adalah adanya beberapa

data yang disebutkan dalam teori yaitu data tentang kurang memperhatikan perawatan

diri dan kurang selera makan yang tidak ditemukan dalam kasus , hal ini disebutkan

karena selama pengkajian Klien selalu memperhatikan perawatan dirinya dengan cara

mandi, sedangkan untuk selera makan Klien baik, Klien mampu menghabiskan porsi

yang disediakan pihak Rumah Sakit Khusus Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Diagnosa keperawatan

Teori tentang Harga diri rendah menurut Eka Nur, 2016, mengatakan bahwa

Diagnosa Keperawatan yang sering ditemukan pada klien Harga diri rendah adalah :

a) Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

b) Koping individu tidak efektif

c) Berduka Disfungsional

d) Isolasi sosial : Menarik Diri

e) Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

f) Resiko perilaku kekerasan

Didalam kasus yang nyata yang dirawat pada Tn. “E” ditemukan diagnosa :

a. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

b. Isolasi Sosial

c. Resiko persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

Kesenjangan yang terjadi pada Diagnose Keperawatan antara teori dengan kasus

adalah pada teori menyebutkan 5 diagnosa sedangkan pada kasus peneliti menemukan 3

diagnosa yaitu; gangguan konsep Harga Diri Rendah,Isolasi Sosial, resiko persepsi

sensori: halusinasi pendengaran.

95
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan menurut Eka Nur Halifah, 2016 pada Klien Harga Diri

Rendah menurut teori mengacu kepada tujuan khusus (TUK) yang akan dicapai oleh

Klien, yaitu Klien mampu membina hubungan saling percaya, Klien mampu

menyebutkan bakat-bakat yang dimilikinya, Klien mampu melakukan kegiatan-kegiatan

yang ajarkan sebelumnya, Klien sudah bisa merapikan tempat tidur, melipat pakaian,

mencuci baju secara mandiri. Sedangkan pada keluarga mampu menjelaskan tanda dan

gejala Harga Diri Rendah serta mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan Harga

Diri Rendah, kemudian keluarga mampu mempraktikkan cara merawat dengan Harga

Diri Rendah langsung kepada Klien , dan keluarga mampu membuat perencanaan

pulang.

Pada kasus Tn “E” dengan Harga Diri Rendah intervensi yang dilakukan

mengacu pada teori Intervensi Keperawatan Klien Harga Diri Rendah, tetapi peneliti

tidak melaksanakan Strategi Pelaksana keluarga, dikarenakan anggota keluarga dari Tn

“E” tidak pernah menjenguk Klien, olehnya itu penueliti menemukan adanya

kesenjangan teori dengan kasus Harga Diri Rendah.

4. Implementasi

Tindakan yang dilakukan selama dua hari sesuai dengan rencana yang telah

direncanakan sesuai dengan teori, seperti Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki Klien, membantu Klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,

membantu Klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih

kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang

telah dilatih dalam rencana harian. Tetapi penulis tidak melaksanakan Strategi Pelaksana

keluarga dikarenakan anggota keluarga tidak mengunjungi Tn “E”, sehingga tidak

terlaksanakannya Strategi Pelaksana Keluarga.

96
5. Evaluasi

Setelah melakukan Implementasi Keperawatan selama dua hari yang

disesuaikan dengan kondisi kebutuhan Keperawatan, misalnya Tn “E” saat dirawat,

maka diperoleh Evaluasi Keperawatan pada masalah Harga Diri Rendah dapat teratasi

dengan baik pada tanggal 19 maret 2019 ditandai dengan

Hasil yang didapatkan setelah menerapkan Asuhan Keperawatan kepada Klien

Tn “E” selama 2 hari adalah sebagai berikut:

a. Klien mampu membina hubungan saling percaya, seperti mau berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan

Perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

b. Klien mampu menyebutkan bakat-bakat yang dimilikinya

c. Klien mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang ajarkan sebelumnya

d. Klien sudah bisa merapikan tempat tidur, melipat pakaian, mencuci baju secara

mandiri

Kesenjangan yang ditemukan adalah keterlibatan keluarga dalam Perawatan

Klien, teori menyebutkan adanya dukungan keluarga dalam perawatan Klien, sedangkan

selama penulis mengadakan study kasus Tn “E” keluarga Klien tidak pernah datang

membesuk, dikarenakan rumah dengan lokasi Tn “E” berada sangatlah jauh sehingga

sulit untuk dilibatkan dalam Perawatan Klien.

97
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan uraian dari bab terdahulu tentang Asuhan

Keperawatan pada Tn “E” dengan masalah Keperawatan Harga Diri Rendah maka penulis

dapat mengemukakan beberapa kesimpulan :

1. Terdapat kesenjangan antara konsep teori dan praktek yang ditemukan pada data Klien

Harga Diri Rendah. Pada konsep teori data yang tidak ditemukan dalam studi kasus

adalah mengejek dan mengkritik diri sendiri,pandangan hidup yang pesimistis dan

penolakan terhadap kemampuan diri. Sedangkan data yang ditemukan dalam studi kasus

tidak terdapat dalam teori adalah sulit bergaul dan penolakan terhadap keamampuan diri.

2. Terdapat kesenjangan antara konsep teori dan praktek yang ditemukan pada Diagnosa

Keperawatan Klien Harga Diri Rendah. Pada Diagnosa Keperawatan terdapat 6 diagnosa

yang ditemukan dalam teori yaitu: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah, Koping

Individu Tidak Efektif, Berduka Fungsional Isolasi Sosial : Menarik Diri, Perubahan

Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran, Resiko Perilaku Kekerasan. Sedangkan pada

studi kasus ditemukan 3 Diagnosa Keperawatan yaitu: Gangguan Konsep Diri : Harga

Diri Rendah, Isolasi Sosial, Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran

3. Perencanaan Keperawatan Jiwa pada Diagnosa Harga Diri Rendah sesuai dengan teori

yakni Strategi Pelaksana I yaitu diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu

pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang

sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam

rencana harian, Strategi Pelaksasna II latih Klien melakukan kegiatan lain yang sesuai

dengan kemampuan Klien.

97
4. Tindakan Keperawatan yang dilakukan dua hari sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan pada Diagnosa Harga Diri Rendah yaitu Strategi Pelaksana I Mendiskusikan

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Klien , membantu pasien menilai

kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu Klien memilih/menetapkan

kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun

jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian, Strategi

Pelaksana II Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan

Klien.

5. Hasil evaluasi menunjukkan tujuan khusus hampir semuanaya dapat dicapai setelah

melakukan implementasi Keperawatan, hanya Strategi Pelaksana tentang keluarga yang

tidak tercapai karena keluarga tidak pernah datang membesuk Klien selama proses

Keperawatan berlangsung, dikarenakan rumah dengan lokasi Klien berada sangatlah jauh.

B. Saran

Adapun saran-saran yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi bagi Institusi/Lembaga dalam meningkatkan Program

DIII Keperawatan pada masa yang akan datang, sebagai bahan bacaan di

perpustakaan dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program DIII

Keperawatan di Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.

2. Rumah Sakit

Dapat memberi masukan bagi Rumah Sakit dalam meningkatkan kualitas

Asuhan Keperawatan khususnya dalam penanganan Klien yang mengalami gangguan

Skizofrenia dengan masalah Keperawatan Harga Diri Rendah.

98
3. Klien dan Keluarga

Meningkatkan pengetahuan Klien dan keluarga mengenai cara pencegahan,

perawatan dan pengobatan pada Klien yang mengalami skizofrenia dengan masalah

Keperawatan Harga Diri Rendah.

4. Pembaca dan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi dan

menambah pengetahuan tentang penyakit Skizofrenia dengan masalah Keperawatan

Harga Diri Rendah di masyarakat sehingga dapat mengurangi/menekan angka

kejadian klien Skizofrenia.

5. Tenaga Keperawatan

Dapat menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan kualitas Asuhan

Keperawatan khususnya bagi Klien Skizofrenia dengan masalah Keperawatan Harga

Diri Rendah untuk membantu penyembuhan.

6. Penulis

Penulis lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan pada Klien yang

mengalami Skizofrenia dan menerapkan ilmu yang diperoleh dalam penanganan Klien

Skizofrenia dengan masalah Keperawatan Harga Diri Rendah.

99
c. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama : Tn “E” Ruangan : Palm

Umur : 31 tahun No.RM : 169008

Ruangan : Palm Dx medis : Skizofrenia

Tabel 4.4

Intervensi keperawatan

Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 2` 3 4
1 Gangguan konsep diri: harga TUM: BHSP
diri rendah. ditandai dengan. Klien tidak terjadi gangguan 1. Bina hubungan saling percaya
DS konsep diri : harga diri 2. Sapa klien dengan ramah, baik
1. Klien mengatakan masuk ke rendah klien akan meningkat verbal maupun non verbal
Rumah Sakit Khusus Dadi setelah dilakukan tiga kali 3. Perkenalkan diri dengan sopan
karna sering mondar-mandir pertemuan. 4. Tanyakan nama lengkap klien
2. Klien mengatakan pernah di dan nama panggilan yang
usir oleh bapaknya karena TUK: disukai klien
melakukan tindakan 1. Klien dapat membina 5. Jelaskan tujuan pertemuan
kekerasan terhadap saudara hubungan saling percaya 6. Tunjukkan sikap empati dan
dan ibunya menerima klien apa adanya
3. klien mengatakan bahwa TUK 2 : 7. berikan perhatian kepada klien
saudaranya tidak 1. Klien dapat
menyukainya mengidentifikasi SP1P
4. Klien mengatakan kurang kemampuan dan aspek 1. Diskusikan kemampuan dan
menjaga kebersihan dirinya positif yang dimiliki aspek positif yang dimiliki
seperti jarang ganti baju. 2. Klien dapat menilai pasien
5. Klien mengatakan makannya kemampuan yang dapat 2. Bantu pasien menilai
teratur, dan berselera untuk digunakan. kemampuan yang masih dapat
makan 3. Klien dapat menetapkan digunakan
DO atau merencanakan 3. Bantu pasien
1. kontak mata kurang kegiatan sesuai dengan memilih/menetapkan
2. tampak klien berbicara kemampuan yang kemampuan yang akan dilatih
lambat dan suara lemah dimiliki 4. Latih kemampuan yang sudah
3. tampak klien berbicara dipilih dan menyusun jadwal
lambat dan kadang-kadang pelaksanaan kemampuan yang
tidak dapat dipahami telah dilatih dalam rencana
sehingga tujuan TUK 3 : harian
pembicaraan tidak tercapai 1. Klien dapat melakukan SP11P
4. reaksinya lambat saat kegiatan sesuai kondisi 1. Latih pasien melakukan
dilakukan interaksi dan kemampuan kegiatan lain yang sesuai
5. klien tampak pada saat 2. Klien dapat dengan kemampuan pasien
pembagian makanan , klien memanfaatkan sistem
menghabiskan makanannya pendukung yang ada.
2 Isolasi sosial: menarik diri TUM :
Klien dapat berinteraksi 1. Kaji pengetahuan klien
dengan orang lain 2. Beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaan
yang menyebabkan klien tidak
mau bergaul.

87
1 2 3 4
TUK : 3. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
1. Klien dapat menyebutkan mengungkapkan perasaannya
keuntungan beinteraksi 4. Beri penguatan positif terhadap
dengan orang lain dan kemampuan mengungkapkan
kerugian tidak perasaan tentang keuntungan
berinteraksi dengan berinteraksi dengan orang lain
orang lain dan penyebab 5. Kaji pengetahuan klien tentang
menarik diri kerugian bila tidak berinteraksi
dengan orang lain

TUK : 1. Beri kesempatan kepada klien


1. Kliendapatmelaksanakan untuk mengungkapkan perasaan
interaksi sosial secara tentang kerugian bila tidak
bertahap berinteraksi dengan orang lain
2. Kaji kemampuan klien
membina hubungan dengan
orang lain
3. Bermain peran tentang cara
berhubungan/berinteraksi
dengan orang lain
4. Beri penguatan positif terhadap
keberhasilan yang dicapai
5. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan bersama klien
dalammengisi waktu, yaitu
berinteraksi dengan orang lain
6. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan ruangan
3 Perubahan sensori persepsi: Klien dapat mengontrol 1. Bina hubungan saling percaya
Halusinasi Pendengaran halusinasinya dengan mengungkapkan prinsip
TUK: komunikasi terapeutik
1. Klien dapat 2. Sapa klien dengan ramah
membina hubungan 3. Tanya nama klien siapa
saling percaya 4. Jujur dan tepati janji
2. Klien dapat mengenal 5. Beri kesempatan pada klien
halusinasi untuk mengatakan kerugian
Klien dapat memanfaatkan berhubungan atau berinteraksi
obat dengan baik dengan orang lain
6. Beri kesempatan klien atau
bantu klien menentukan topik
pembicaraan
7. Latih berhubungan sosial secara
bertahap dengan perawat.
Masukan dalam jadwal
kegiatan klien

88
d. Catatan Tindakan Keperawatan

Nama : Tn. “E” Tgl pengkajian : 02- Maret -2019

Umur : 31 tahun No.RM : 169008

Ruangan : Palm Dx medis : Skizofrenia

Tabel 4.5
Implementasi keperawatan

No Hari/tgl Dx Keperawatan Jam Implementasi / Hasil


1 2 3 4 5
1. Rabu Harga diri rendah 10.10 1. Membina hubungan saling percaya kepada klien
02- maretl- dengan ramah
2019 P: “assalamualaikum Wr.Wb, selamat pagi Pak,
Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
K: “Alhamdulillah baik”
Hasil : Klien merespon dengan lambat

2. Memperkenalkan diri dengan sopan dan


menanyakan nama lengkap klien dan nama
penggilan yang disukai klien
P: “ perkenalkan pak nama saya paramita
mahasiswa praktek dari kampus akperr
mappaoudang bapak bisa memanggil saya mita
SP1P , Kalau boleh saya tahu nama bapak siapa dan
senangnya dipanggil siapa?”
K: “nama saya EM biasa di panggil E
Hasil :Klien merespon pertanyaan Perawat dengan
intonasi pelan

3. Menjelaskan tujuan pertemuan


P: “ Di sini saya akan membantu masalah yang
sering Bapak hadapi, Jadi kenpa bapak E bisa
masuk di rumah sakit ini?”
K: “ iya suster mita, dirumah saya sering mondar –
mandir dan saya pernah di usir oleh bapak
karena melakukan tindakan kekerasan terhadap
saudara dan ibu saya, saudara saya tidak ada
yang suka dengan saya”
Hasil : Klien mampu menjelaskan mengapa dia
masuk Rumah Sakit dengan intonasi pelan dan
lambat

4. Menunjukkan sikap empati dan memberikan


perhatian kepada Klien
P: “ iya bapak yang sabar ya, saya akan
memberikan tindakan keperawatan selama dua
hari kedepan”
K: “iya suster”
Hasil : Klien tampak sedih
2 Kamis 10:15
03 – maret - Sp II P 1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang
2019 dimiliki Klien

89
1 2 3 4 5

P: Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang


kemampuan dan kegiatan yang pernah E
lakukan
K: “ iya suster “
Hasil : Klien mengerti dan menyetujui perkataan
Perawat

2. Membantu Klien menilai kemampuan yang masih


dapat digunakan kita akan nilai kegiatan mana yang
masih dapat E lakukan
P: “ hari ini saya saya akan memberikan beberapa
tindakan keperawatan untuk melatih
kemampuan bapak E yaitu merapikan tempat
tidur,melipat pakaian dan mencuci pakaian ”
K: “iya suster”
Hasil : Klien menyetujui Tindakan Keperawatan
yang akan dilaksanakan

3. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan


menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana harian
P: “jadi, kita akan pilih 2 kegiatan diantara 3
kegiatan yang sudah saya tanyakan kepada
bapak yaitu merapikan tempat tidur dan melipat
pakaian. Sekarang saya meminta Tn “E” untuk
melakukan satu kegiatan terlebih dahulu yaitu
membersihkan tempat tidur.
K: “iya suster,saya akan melakukan tindakan
membersihkan tempat tidur”
Hasil : Klien bersedia melaksanakan Tindakan
Keperawatan yaitu merapikan tempat
tidur

P: ”Nah sekarang kita latih cara merapikan tempat


tidur, pertama, kita mulai dari arah atas
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan,
lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang Tn
“E” coba lakukan kegiatan tersebut yang sudah
diajarkan”
K: “iya suster,(Melakukan tindakan yang sudah
diajarkan)”
Hasil : Klien mengerti dan mau melakukan yang
sudah dipraktekkan oleh Perawat.

P: “Bagaimana perasaan Tn E setelah berbincang –


bincang dan melatih kemampuan Tn E?” saya
harap Tn E ingat terus apa yang yang saya
jarkan tadi,besok kita berbincang – bincang
lagi”
K: “Iya suster saya akan mempraktekkan tindakan
yang sudah diajarkan suster mita tadi”
Hasil : Klien mengerti dan mau melakukan
Tindakan Keperawatan yang telah

90
1 2 3 4 5

3 04 Jumat 10:30 dipraktekkan oleh Perawat yaitu merapikan


– maret – tempat tidur setiap hari
2019 1. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang
sesuai dengan kemampuan Klien.
P: “Hari ini kita akan melakukan kegiatan harian
yang ketiga yaitu melipat pakaia. Sebelum itu
mari kita praktekkan cara melipat pakaian,
pertama, ambil 1/3 bagian kanan dan lipat ke
arah tengah kemudian ambil lengan bagian
kanan dan lipat ke depan sehingga lurus dan
sejajar dengan bagian pinggir kemeja, ulangi
pada bagian kiri. Kedua, lipat bagian bawah
kemeja kearah atas, persis dibawah garis
kerah baju. Ketiga, balikkan kemeja yang
sudah dilipat, kini kemeja siap untuk
disimpan,sekarang coba Tn E mempraktekkan
yang sudah saya ajarkan tadi.”.
K: “iya suster” ( Klien mempraktekkan cara
melipat pakaian yang sudah di ajarkan oleh
suster mita)
Hasil : Klien mengerti dan mau melakukan
Tindakan Keperawatan yang kedua
yaitu melipat pakaian

P: “bagaimana perasaan Tn E setelah


mempraktekkan cara melipat pakaian, saya
harap Saya harap Tn E bisa melakukan
tindakan ini setiap hari supaya bapak tindak
melamun terus dan merasa tidak berguna”.
K: “saya merasa diperhatikan sekarang, saya suka
berbincang - bincang denagan suster dan
mengajari saya beberapa beberapa latiha
seperti melipat pakaian dan dan cara
membersihkan tempat tidurir, saya akan
melakukan tindakan yang sudah suster
ajarkan”.
Hasil : Klien senang karena telah melakukan
beberapa tindakan keperawatan

P : “terimakasih atas kerja samanya pak, semoga


cepat sembuh dan kembali ke aktivitas bapak
lagi dan keluarga Tn E”
K :” iya suster ,( sambil tersenyum)
Hasil : Klien senang dan tersenyum

91
e. Catatan Perkembangan Keperawatan

Nama : Tn. “E” Tgl pengkajian : 07- Maret -2019

Umur : 31 tahun Ruang : Palm

No.RM : 169008 Dx medis : Skizofrenia

No Hari / Tanggal Diagnosa Keperawatan Jam Evaluasi ( SOAP )

1 2 3 4 5

1 Rabu 02 maret Harga Diri Rendah 10:30 S:


1. Klien menjawab salam
2019 2. Klien mengatakan namanya “RM” senang
dipanggil “R”
3. Klien mengatakan berasal dari Masamba
4. Klien mengatakan perasaannya baik-baik
saja

O:
1. Klien mau berjabat tangan dan berkenalan
dengan perawat
2. Klien mau menceritakan masalah yang
dihadapi
3. Kontak mata kurang
4. Ekspresi wajah sesuai saat diajak bicara

A: Intervensi belum teratasi


1. BHSP tercapai
2. Terbinanya hubungan saling percaya

P: Lnjutkan intervensi SpI


1. Lanjutkan SP 1
2. Mendiskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien
3. membantu pasien menilai kemampuan
yang masih dapat digunakan
4. membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih
5. melatih kemampuan yang sudah dipilih
dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian

2 Kamis Harga Diri Rendah 10:45 S:


1. klien mengatakan bisa memainkan gitar,
03 maret 2019 membersihkan tempat tidur,melipat
pakaian, mencuci baju
2. klien mengatakan bisa memainkan gitar
hanya saja tidak ada gitar di RSKD,
3. klien mampu membersihkan tempat
tidurnya sendiri ,melipat pakaian dan
mencuci baju.
4. Klien memilih kegiatan merapikan tempat
tidur dan melipat pakaian.

92
1 2 3 4 5

O:
1. Klien tampak mampu membersihkan
tempat tidur dengan baik
2. Klien mampu melipat pakaian dengan
rapi
A : Intervensi teratasi

P : Lanjutkan Intervensi SPIIIP


Perawat
1. Lanjutkan SPIIP yaitu klien diarahkan
untuk melanjutkan kegiatan harian
selanjutnya

Klien
1. Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan
harian ketiga yaitu mencuci pakaian
2. Anjurkan klien untuk memasukkan 3
kegiatan yang telah dipilihkan kedalam
jadwal kegiatan harian klien
3 Jumat Harga Diri Rendah 11:10 S :Klien mengatakan bisa melipat pakaian “ saya
bisa melakukan cara melipat pakaian “
04-maret 2019 O :Klien tampak dapat melipat pakaian sesuai
denagn yang diajarakan.
A : Intervensi teratasi SP111P tercapai
P : pertahankan intervensi

93
Lampiran 3

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai