Anda di halaman 1dari 8

PEMAHAMAN PASANGAN USIA SUBUR PARITAS

RENDAH (PUSMUPAR) TERHADAP NORMA KELUARGA


KECIL, BAHAGIA DAN SEJAHTERA (NKKBS)
Yuliaji Siswanto, Puji Pranowowati, Sigit Ambar Widyawati

*) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK
Peningkatan laju pertambahan penduduk yang tinggi akan mengancam kelangsungan kehidupan
karena ketidakmampuan penyediaan sumberdaya untuk pemenuhan sandang, pangan dan papan. Program
KB menjadi satu keharusan untuk dilaksanakan demi mengurangi laju pertambahan penduduk serta
membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Salah satu permasalahannya adalah bagaimana
pemahaman Pasangan Usia Subur Paritas Rendah (PUSMUPAR) saat ini terhadap program KB dan
konsep NKKBS?. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemahaman PUSMUPAR saat ini terhadap
program KB.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dan
pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan. Kota
Semarang berdasarkan persentase pencapaian PA pria / total PA Kota yang terendah di Jawa Tengah
sebesar 1,76%, sedangkan Kabupaten Grobogan berdasarkan persentase pencapaian PA pria / total PA
Kabupaten yang terendah di Jawa Tengah sebesar 1,09%.
Hasil penelitian mendapatkan : sebagian besar dari responden (73%) mempunyai pemahaman
dasar tentang kehamilan yang baik. Sebanyak 70% responden mempunyai pengetahuan tentang tujuan
KB yang baik. Sebagian dari resonden (54%) mempunyai pelembagaan dan pembudayaan NKKBS baik.
Sebanyak 52% responden menganggap hambatan dalam penerimaan NKKBS adalah kecil. Hampir
seluruh responden (80%) memiliki persepsi nilai anak yang baik.

Kata kunci: KB, NKKBS, PUSMUPAR,


PENDAHULUAN masyarakat akan pentingnya Norma Keluarga
Pertumbuhan penduduk yang Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang
makin cepat akan mengundang banyak dilandasi oleh rasa tanggung jawab,
masalah, khususnya menyangkut sumber kesukarelaan, nilai-nilai agama dan nilai-nilai
daya, seperti pemenuhan kebutuhan pokok luhur budaya dan bangsa. Salah satu upaya
sandang, pangan, papan, dan `pemenuhan pemerintah untuk menekan laju pertambahan
kesehatan serta kecukupan ketersediaan penduduk dan menciptakan keluarga yang
energi (Dasar-dasar Demografi, 2000). Di kecil, bahagia dan sejahtera adalah dengan
Jawa Tengah Laju Pertumbuhan Penduduk melalui Program Keluarga Berencana (KB)
(LPP) sebesar 0,37% per tahun. Walaupun (Sulistyowati, 2011).
Laju Pertumbuhan Penduduk rendah, tetapi Program KB adalah satu program bagi
secara kuantitas jumlah penduduk masih pasangan suami-isteri sebagai upaya untuk
besar (www.solopos.com/2012/channel/jateng / membatasi jumlah kelahiran anak. Program
keluarga-berencana-bkkbn-jateng- KB ini mengalami perkembangan pesat pada
targetkan-982-124-baru-176065). Jumlah masa Orde Baru, baik ditinjau dari sudut
penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan,
32.380.687 jiwa terdiri 16.081.140 laki-laki operasional, dan dampaknya terhadap
dan 16.299.547 pencegahan kelahiran.
(http://jawatengahinfo.wordpress.com/2011 Keberhasilan program KB pada Pelita I (masa
/01/10/demografi-penduduk-jawa-tengah). Orde Baru), yang dimulai di Jawa, mendorong
Jumlah penduduk yang besar pemerintah untuk memperluas program pada
merupakan tantangan yang berat bagi 10 provinsi lainnya di luar Jawa dan Bali pada
keberhasilan pembangunan, khususnya Pelita II, dengan nama area pelayanan Luar
dalam kaitannya dengan upaya menciptakan Jawa Bali. Pada Pelita III program KB
keluarga yang sejahtera. Untuk itu perlu diperluas ke seluruh
ditumbuhkembangkan kesadaran
Pemahaman Pasangan Usia Subur Paritas Rendah 1
(PUSMUPAR) Terhadap Norma Keluarga Kecil, Bahagia Dan
Sejahtera (NKKBS) Yuliaji Siswanto, Puji Pranowowati, Sigit
Ambar Widyawati
Indonesia. Kelompok provinsi terakhir mengendalikan tingkat kelahiran di
yang menerima program dinamakan Indonesia selama lebih dari tiga dekade
Luar Jawa Bali II (Sulistyowati, 2011). tidak terlepas dari persepsi kelompok
Secara umum sasaran dari sasaran terhadap norma keluarga kecil,
program KB adalah pasangan usia subur bahagia dan sejahtera (NKKBS). Sejak
(PUS). Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2004, pasca kebijakan desentralisasi
adalah pasangan suami istri yang di Indonesia, pelaksanaan program KB
berstatus menikah yang istrinya berusia diserahkan ke daerah masing-masing
15-49 tahun (Najib, 2009). Meskipun sehingga sehingga seringkali tidak menjadi
secara umum sasaran utama adalah prioritas daerah (SDKI, 2007). Hal ini
wanita, tetapi program KB sebenarnya dikhawatirkan akan menurunkan
juga diharapkan dapat diikuti oleh kaum pemahaman dan kesadaran PUS Muda
pria (KB Pria). Meskipun angka Paritas Rendah (dan juga kaum pria)
keikutsertaan kaum pria masih rendah, terhadap program KB. Dari kondisi
upaya untuk meningkatkannya selalu tersebut maka permasalahan penelitian ini
dilakukan. Sebagai contoh, dalam dapat dirumuskan sebagai berikut :
rangka terwujudnya penduduk tumbuh “Bagaimanakah persepsi terhadap konsep
seimbang dan keluarga kecil bahagia keluarga kecil, bahagia dan sejahtera PUS
sejahtera, maka salah satu sasaran yang Muda Paritas Rendah saat ini?, yakni
harus dicapai pada tahun 2014, sesuai mereka yang menjadi dewasa ketika
dengan RPJMN 2010-2014, adalah program KB sempat ‘agak terabaikan’
meningkatnya peserta KB Aktif Pria dari karena pelaksanaan desentralisasi”. Untuk
3,6% menjadi sekitar 5% (Review itu perlu dilakukan penelitian untuk
Program Kependudukan Keluarga, mengetahui bagaimanakah persepsi
2012). kelompok PUS Muda Paritas Rendah dan
Keberhasilan program KB kaum pria terhadap NKKBS?
METODE PENELITIAN rendah, menengah, tinggi
Penelitian ini merupakan penelitian 2. Teknik Pengambilan Sampel
deskriptif dengan menggunakan metode Teknik pengambilan sampel dilakukan
survei dan pendekatan cross sectional. secara purposive sampling, yaitu populasi
Lokasi penelitian di Kota Semarang dan pada 1 Kabupaten dan 1 Kota di Jawa
Kabupaten Grobogan. Kota Semarang Tengah yaitu Kabupaten Grobogan dan
berdasarkan persentase pencapaian PA pria Kota Semarang.
/ total PA Kota yang terendah di Jawa a. Masing-masing Kabupaten dan Kota
Tengah sebesar 1,76%, sedangkan diambil 2 (dua) Kecamatan
Kabupaten Grobogan berdasarkan b. Satu wilayah Kecamatan diambil 1
persentase pencapaian PA pria / total PA Desa yang terdiri dari 2 RT (1RW)
Kabupaten yang terendah di Jawa Tengah c. Masing-masing desa diambil 25
sebesar 1,09%. responden
Pengambilan Sampel : masing-masing total d. Jumlah responden secara keseluruhan
responden Kabupaten Grobogan (50) dan sebanyak 100 orang terbagi atas dua
Kota Semarang (50) wilayah yaitu : Kabupaten Grobogan
1. Pengumpulan Data Primer dilakukan 50 responden dan Kota Semarang 50
melalui kuesioner dan wawancara responden
dengan responden masyarakat yang 3. Cara pengambilan anggota sampel
diwakili: menggunakan Proportional Random
a. Kelompok PUS Muda Paritas Sampling
Rendah  pendidikan dan a. Kabupaten Grobogan
pendapatan rendah, menengah,
tinggi
b. Pria peserta KB aktif  pendidikan
dan pendapatan rendah, menengah,
tinggi
c. PUS dari pria bukan peserta KB 
pendidikan dan pendapatan
2 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 134-141
1) Kec. Kradenan, Ds. Tingkat pendidikan
Sambongbangi RT 03+04 Rendah 51 51,0
Menengah 31 31,0
(RW.03)  blok 1 = 25
Tinggi 18 18,0
responden Jenis Pekerjaan
2) Kec. Wirosari, Ds. Kunden RT Tidak bekerja 31 31,0
05+06 (RW.03)  blok 2 = 25 Bekerja di sektor formal 60 60,0
responden Bekerja di sektor informal 9 9,0
b. Kota Semarang Penghasilan
1) Kec. Banyumanik, Kel.Tinjomoyo < UMR 37 37,0
RT 01+02 (RW.03)  blok 1 = = UMR 15 15,0
25 responden  UMR 48 48,0
Lama Menikah
2) Kec. Pedurungan, Kel. Tlogosari < 5 tahun 23 23,0
Kulon RT 03+06 (RW 25)  blok 5 – 10 tahun 20 20,0
2  10 tahun 57 57,0
= 25 responden Jumlah Anak
1 34 34,0
HASIL DAN PEMBAHASAN 2 42 42,0
2 24 24,0
A. Gambaran Umum Responden
Hasil penelitian mendapatkan bahwa
Tabel 1 Gambaran umum responden sebagian dari responden berumur 30-
Karakteristik Frekuensi % 49 tahun sebanyak 64 orang (64,0%),
(n=30) dan sebagian responden berpendidikan
Kelompok usia (tahun) rendah sebanyak 51 orang (51,0%).
< 30 tahun 32 32,0 Sebagian dari responden bekerja di
30 – 49 64 64,0
sektor formal sebanyak 60 orang
 49 4 4,0
(60,0%), dengan penghasilan > UMR
sebanyak 48 orang (48,0%) dan < informasi dasar terutama yang
UMR sejumlah 31 orang (31,0%). menyangkut kesehatan reproduksi
Lama menikah responden > 10 tahun seperti : siklus menstruasi wanita,
sebanyak 57 orang (57,0%) dan yang masalah kesuburan, hubungan suami
lama menikah 5-10 tahun sebanyak 20 istri dan kehamilan. Dalam jawaban
orang (20,0%). Responden yang yang diberikan responden, dari 27
mempunyai anak 2 adalah 42 orang responden yang pemahamannya
(42,0%), yang anaknya 1 sejumlah 34 kurang baik, sebanyak 61% masih
orang (34,0%) dan yang anaknya > 2 banyak yang belum tahu tentang
sejumlah 24 orang (24,0%) . masa subur dan 50% responden yang
belum paham mengenai siklus
B. Pemahaman tentang NKKBS menstruasi yang normal.
1. Pemahaman Dasar tentang Pemahaman terhadap suatu
Kehamilan objek dapat menentukan tindakan
yang akan dicapai, pemahaman
Tabel 2 Tingkat pemahaman dasar merupakan domain dari sebuah
tentang kehamilan perilaku. Dalam program KB yang
Tingkat Frekuensi % telah dicanangkan pemerintah, tak
pemahaman (n=30) dapat dipungkiri bahwa keberhasilan
Kurang baik 27 27,0 tersebut tidak terlepas dari faktor
Baik 73 73,0 pemahaman- pemahaman dasar
masyarakat tentang kesehatan
Pemahaman dasar responden reproduki dan kehamilan. Dengan
terhadap kesehatan reproduksi pemahaman dasar yang baik maka
menunjukkan sebanyak 73% akan menimbulkan persepsi yang
responden sudah memiliki pemahaman
yang baik, pemahaman ini mencakup
pemahaman terhadap informasi-
Pemahaman Pasangan Usia Subur Paritas Rendah 3
(PUSMUPAR) Terhadap Norma Keluarga Kecil, Bahagia Dan
Sejahtera (NKKBS) Yuliaji Siswanto, Puji Pranowowati, Sigit
Ambar Widyawati
baik tentang konsep sebuah keluarga contohnya untuk melakukan KB,
dan masa depan. ia harus tahu terlebih dahulu
Menurut hasil penelitian yang apa arti atau manfaat perilaku
telah dilakukan, pemahaman dasar tersebut bagi dirinya dan keluarganya.
responden dikategorikan Setelah seseorang mengetahui objek
menjadi dua, yaitu responden kesehatan, kemudian melakukan
dengan pemahaman baik dan kurang penilaian atau pendapat terhadap apa
baik. Sebanyak 73 % responden yang diketahui, proses selanjutnya
diketahui mempunyai pemahaman dasar diharapkan akan melaksnakan atau
yang baik tentang kesehatan reproduki mempraktekan apa yang diketahui,
dan kehamilan. Walaupun hanya 49% yaitu melaksanakan program KB yang
responden yang mempunyai pendidikan tengah digalakkan oleh Pemeritah.
menengah dan tinggi, tetapi informasi
tentang kesehatan reproduksi, kehamilan 2. Tujuan Program KB
sudah cukup dikuasai.
Pemahaman seseorang diperoleh Tabel 3 Tujuan program KB
melalui pengetahuan yang Tujuan Program Frekuensi %
merupakan KB (n=30)
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah Kurang baik 70 70,0
Baik 30 30,0
orang
melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu Sebanyak 70 responden (70,0%)
(Notoadmodjo, 2005). Pemahaman sudah mengetahui tujuan program KB
merupakan tahapan dalam perubahan dengan kategori baik dan hanya 30
perilaku, sebelum responden (30,0%) yang mengetahui
seseorang mengadopsi perilaku, tujuan program KB dengan kategori
kurang baik. Keluarga Berencana kemasyarakatan, instansi-instansi
merupakan suatu program dari Pemerintah maupun swasta, tokoh- tokoh
Pemerintah untuk mengatur jumlah masyarakat (alim ulama, wanita dan
anak dalam suatu keluarga guna pemuda) yang diharapkan dapat
menekan jumlah penduduk di memberikan dukungannya dalam
indonesia, keberhasilan program ini pelembagaan NKKBS.
sangat ditentukan oleh kesadaran dan
peran aktif masyarakat. Dari hasil 3. Pelembagaan dan Pembudayaan
penelitian diketahui sebanyak 70 % NKKBS di Masyarakat
responden sudah mngetahui tujuan KB
dengan baik, para reponden sudah Tabel 4 Pelembagaan dan
mengetahui bahwa KB adalah program pembudayaan NKKBS di
pemerintah yang ditujukan kepada pria masyarakat
dan wanita untuk mempunyai 2 anak Pelembagaan dan Frekuensi %
Pembudayaan NKKBS (n=30)
agar bisa tercipta keluarga kecil,
di Masyarakat
bahagia dan sejahtera. Kurang baik 46 46,0
Hartanto (2004) menyatakan Baik 54 54,0
bahwa untuk mencapai tujuan KB
yaitu mewujudkan Keluarga Kecil Dalam pandangan responden
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS), terhadap jumlah anak, keinginan jumlah
program KB diarahkan pada dua anak dan jenis kelamin anak, sebanyak
bentuk sasaran, yang terdiri dari : 1) 54% responden dianggap sudah
sasaran langsung, yakni Pasangan Usia mempunyai pelembagaan yang
Subur (PUS) usia 15-49 tahun dengan
cara bertahap menjadi peserta KB aktif
sehingga memberi efek langsung
penurunan fertilitas dan, 2) sasaran
tidak langsung, yaitu organisasi-
organisasi, lembaga-lembaga

4 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 134-141


baik, tetapi sisanya sebanyak 46% usia yang tepat bagi seseorang untuk
masih menganggap jumlah anak menikah adalah usia 20 tahun,
yang diharapkan bukan 2 anak, tidak sedangkan yang berpendapat usia 21
mengkhususkan jenis kelamin yang tahun dan 25 tahun (13%), sisanya
diharapkan, dan kurang bisa umur 23 tahun (8%), 22 tahun (7%),
melembagakan kapan umur yang 17 dan 24 (5%), 18 (3 %), 16 (2%), 15
sesuai untuk menikah, mempunyai dan 19 tahun (1%).
anak dan menyusui. Sebanyak 30% responden
Sebanyak 84% responden berpendapat umur yang tepat bagi
beranggapan bahwa 2 anak itu seorang wanita untuk melahikan
adalah jumlah yang sesuai dan adalah umur 21 tahun (5%), un 20 %
sisanya (14%) menganggap yang menganggap yang tepat adalah umur
sesuai adalah anak 25 tahun, 14 % umur 22, 11 % 20 th
> 3 dan yang menganggap sesuai dan sisanya24 tahun (&%), 23 dan 26
mempunyai anak 4 sebesar (2%). tahun (5 %), 17 dan 19 tahun (3%), 18
Sementara itu, 70% responden dan 27 tahun (1%).
menginginkan jumlah anak cukup 2, Sebagian besar (95%) responden
sedangkan yang menginginkan setuju dengan anjuran pemerintah
mempunyai jumlah anak 3 sebanyak tentang norma keluarga kecil, mereka
21%, sisanya (8%) meninginkan beralasan dengan adanya norma
anaknya sebanyak 4 orang dan yang keluarga kecil, jumlah anggota
menginginkan 1 anak hanya (1%). keluarga juga sedikit dan secara
Dengan mempunyai anak lebih dari otomatis pengeluaran keluarga Juga
tiga mereka beralasan biar bisa kecil. Tetapi ada juga responden yang
ramai dan jika salah satu pergi tetap tidak setuju (2%) dan beralasan dengan
ada yang menemani di rumah. banyaknya keluarga maka akan
Sebesaar 42% menganggap menjadi lebih ramai. Sementara itu 3
responden tidak tahu tentang makna orang tua tidak siap dan tidak konsisten
norma keluarga kecil. dalam melakukan pengasuhan.
Pelembagaan dan pembudayaan Responden yang menganggap usia
NKKBS sebanyak 54% responden yang tepat bagi seseorang untuk menikah
dianggap sudah mempunyai adalah usia 20 tahun sebesar 42%. Fase
pelembagaan yang baik. Sebanyak reproduksi sehat mulai usia 20-30 tahun,
84% responden beranggapan bahwa 2 fase ini terbaik untuk usia hamil dan
anak itu adalah jumlah yang sesuai. melahirkan. Pada kehamilan dengan umur
Rohani (2009), mengatakan bahwa < 20 tahun alat reproduksi belum siap
keluarga dengan dua orang anak untuk menerima kehamilan.
memberikan kesempatan bagi anak
untuk belajar berbagi, menahan 4. Hambatan dalam Penerimaan
keinginan serta bergiliran mendapatkan NKKBS
perhatian dari orang tua dan di sisi lain
orang tua dapat memberikan Tabel 5 Hambatan dalam Penerimaan
pendidikan dan perhatian yang cukup. NKKBS
Sedangkan keluarga dengan satu orang Hambatan dalam Frekuensi %
anak memberikan kesempatan bagi Penerimaan (n=30)
NKKBS
anak untuk mengungkapkan ide-idenya Besar 48 48,0
secara verbal dan memiliki keleluasaan Kecil 52 52,0
untuk mengekspresikan diri dengan
cara-cara kreatif. Keluarga yang Hambatan masyarakat dalam
memiliki lebih dari dua orang anak penerimaan NKKBS dalam kategori
membutuhkan upaya yang lebih besar
dan kadang-kadang mengalami
kesulitan menghadapi anak dengan
berbagai karakter serta suasana hati
yang berbeda-beda. Pada akhirnya
Pemahaman Pasangan Usia Subur Paritas Rendah 5
(PUSMUPAR) Terhadap Norma Keluarga Kecil, Bahagia Dan
Sejahtera (NKKBS) Yuliaji Siswanto, Puji Pranowowati, Sigit
Ambar Widyawati
kecil sebesar (52%). Dari distribusi memiliki anak, serta pandangan
frekuensi jawaban responden mereka tentang anak dalam menjamin
didapatkan bahwa responden hari tua.
berpendapat bahwa merencanakan Sebagian responden (46%)
jumlah anak tidak menyalahi berpendapat bahwa anak membawa
kehendak Tuhan sebanyak (92%), kebahagiaan dalam keluarga,
alat kontrasepsi tidak dilarang responden juga berpendapat bahwa
agama sebanyak (83%), dan anak anak bisa menjamin hari tua sebesar
akan menambah beban keluarga (86%), dan memiliki anak bisa berbagi
sebanyak (66%). Responden juga beban kerja dalam keluarga sebesar
masih berpendapat bahwa anak laki- (97%). Dari distribusi frekuensi
laki derajatnya lebih tinggi dari jawaban responden didapatkan
anak perempuan sebanyak (49%). responden yang memiliki anak 1 dan
memiliki anak 2 merasakan senang dan
5. Nilai Anak dalam Keluarga bahagia tetapi kadang-kadang merasa
sepi dan suasana kurang ramai.
Tabel 6 Nilai anak dalam keluarga Responden yang memiliki anak lebih
Nilai Anak dalam Frekuensi % dari 2 memiliki perasaan senang dan
Keluarga (n=30) bahagia dan sebesar (16,67%) yang
Kurang baik 20 20,0 menyatakan kesulitan secara ekonomi
Baik 80 80,0
untuk biaya sekolah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
Sebanyak 80% responden anak mempunyai nilai tertentu bagi
mempunuai persepsi yang baik orang tua. Anak yang diibaratkan
tentang seorang anak. Hal ini dilihat sebagai titipan Tuhan bagi orang tua
dari persepsi nilai kehadiran anak memiliki nilai tertentu serta mentutut
bagi kehiduan mereka, manfaat dari
dipenuhinya beberapa konsekuensi hari tua dan dapat membantu ekonomi
atas kehadirannya. Latar belakang keluarga, banyak masyarakat di desa di
sosial yang berbeda tingkat Indonesia yang berpandangan bahwa
pendidikan, kesehatan, adat istiadat banyak anak banyak rejeki. Dari
atau kebudayaan suatu kelompok Penelitian Mohamad Koesnoe di daerah
sosial serta penghasilan atau mata Tengger, petani yang mempunyai tanah
pencaharian yang berlainan, luas akan mencari anak angkat sebagai
menyebabkan pandangan yang berbeda tambahan tenaga kerja. Studi lain yang
mengenai anak. Anak memiliki nilai dilakukan oleh proyek VOC (Value Of
universal namun nilai anak tersebut Children) menemukan bahwa keluarga-
sangat dipengaruhi oleh faktor sosio keluarga yang tinggal di pedesaan
kultural dan lain-lain. Yang dimaksud Taiwan, Philipina, Thailand mempunyai
dengan persepsi nilai anak oleh orang anak yang banyak dengan alasan bahwa
tua adalah merupakan tanggapan anak emberikan keuntungan ekonomi dan
dalam memahami adanya anak, yang rasa aman bagi keluarganya.
berwujud suatu pendapat untuk Masri Singarimbun (1974)
memiliki diantara pilihan-pilihan yang melakukan penelitian pada penduduk di
berorientasi pada suatu hal yang pada sekitar Yogyakarta menunjukkan bahwa
dasarnya terbuka dalam situasi yang jumlah anak yang dianggap ideal 4 dan 5
datangnya dari luar. Pandangan orang orang anak. Motivasi untuk mempunyai
tua mengenai nilai anak dan jumlah jumlah anak yang sedikit dan nilai-nilai
anak dalam keluarga dapat merupakan tentang anak merupakan aspek yang
hambatan bagi keberhasilan program penting.
KB.
Di daerah pedesaan anak
mempunyai nilai yang tinggi bagi
keluarga. Anak dapat memberikan
kebahagiaan kepada orang tuanya
selain itu akan merupakan jaminan di
6 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 134-141
Kadang-kadang jumlah anak yang menunjang
diinginkan lebih besar daripada pembangunan kesehatan, yakni
jumlah anak yang mampu dirawat mengendalikan laju pertumbuhan
dengan baik.41 Menurut Bertrand penduduk, menurunkan terjadinya
(1994), nilai dan keinginan anak kehamilan yang tidak diinginkan,
biasanya dinyatakan dengan jumlah mengurangi prevalensi penyakit
anak ideal yang diputuskan oleh menular di Indonesia, menurunkan
pasangan untuk dimilikinya, hal ini angka kematian ibu (AKI), serta
sangat subjektif karena berkaitan berperan dalam pengangkatan isu
dengan masalah ekonomi, kesetaraan gender.
penambahan keuntungan orang tua Responden yang berpendapat
dan biaya serta manfaat dari anak bahwa alat kontrasepsi tidak dilarang
tersebut. agama sebanyak 83 orang (83%).
Hambatan masyarakat dalam Menurut agama Islam ada ulama yang
penerimaan NKKBS dalam kategori berpendapat bahwa diperbolehkan
kecil sejumlah 52 orang (52%). mengikuti progaram KB dengan
Beberapa hambatan dalam ketentuan antara lain, untuk menjaga
pelaksanaan KB, di antaranya ialah kesehatan ibu, menghindari kesulitan
hambatan yang berhubungan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka
dengan tradisi dan agama, juga berpendapat bahwa perencanaan
kurangnya pengetahuan keluarga itu tidak sama dengan
masyarakat, desentralisasi, efek pembunuhan karena pembunuhan itu
samping alat kontrasepsi modern, berlaku ketika janin mencapai tahap
serta rendahnya partisipasi pria ketujuh dari penciptaan.
dalam KB. Padahal bila Alat/metode kontrasepsi yang
dilaksanakan secara maksimal, tersedia saat ini telah memenuhi
program KB memiliki potensi kriteria-kriteria tersebut diatas, oleh
untuk karena itu dapat disimpulkan bahwa
KB secara substansial tidak
bertentangan dengan ajaran Islam kehamilan yang baik.
bahkan merupakan salah satu bentuk 2. Sebanyak 70% responden mempunyai
implementasi semangat ajaran Islam pengetahuan tentang tujuan KB yang baik.
dalam rangka mewujudkan sebuah 3. Sebagian dari resonden (54%) mempunyai
kemashlahatan, yaitu menciptakan pelembagaan dan pembudayaan NKKBS
keluarga yang tangguh, mawardah, baik.
sakinah dan penuh rahmah. Selain itu, 4. Sebanyak 52% responden menganggap
kebolehan (mubah) hukum ber-KB, hambatan dalam penerimaan NKKBS
dengan ketentuan-ketentuan seperti adalah kecil.
dijelaskan diatas, sudah menjadi 5. Hampir seluruh responden (80%)
kesepakatan para ulama dalam forum- memiliki persepsi nilai anak yang baik.
forum ke Islaman, baik pada tingkat Saran
Nasional maupun Internasional 1. Meningkatkan pemahaman responden
(ijma’al- tentang konsep NKKBS, terutama dalam
majami). hal pelembagaan dan pembudayaan
http://keluargaberencanadala
mislam.blogspot.com/2009/12/
pandangan-hukum-islam-tentang-
keluarga.html

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Pemahaman PUSMUPAR tentang Konsep
NKKBS:
1. Sebagian besar dari responden (73%)
mempunyai pemahaman dasar tentang
Pemahaman Pasangan Usia Subur Paritas Rendah 7
(PUSMUPAR) Terhadap Norma Keluarga Kecil, Bahagia Dan
Sejahtera (NKKBS) Yuliaji Siswanto, Puji Pranowowati, Sigit
Ambar Widyawati
2. Meningkatkan peran serta pria
dalam mewujudkan NKKBS,
terutama dalam peran sebagai
akseptor KB.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2000, Dasar-
dasar Demografi, Lembaga
Demografi FE UI Bekerjasama
dengan Lembaga Penerbit FE UI.
2. Green, LW. 1996, Health
Promotion Planning,
Educational and Environmental
Approach. The John hopkins
University. Mayfieldy Publishing.
USA. 1991.Ogden Jane. Health
Psychology. Buckingham. Open
University Press.
3. Hartanto. H, 2004, Keluarga
Berencana, Pustaka Sinar Harapan ,
Jakarta.
4. http://jawatengahinfo.wordpress.co
m/2 011/01/10/demografi-
penduduk- jawatengah Diakses
pada 9 Agustus 2012
5. http://keluargaberencanadalamisla
m.bl
ogspot.com/2009/12/pandangan-
hukum-islam-tentang-
keluarga.html Diakses pada 15
Desember 2012
6. Najib, 2009, Pandangan Masyarakat
Tentang Jumlah Anak di Jawa
Tengah.
7. Notoatmodjo. S, 2005, Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi,
Jakarta, Rineka Cipta
8. Rohani, W. 2009, Self regulation
anak prasekolah terhadap pola asuh
ibu. Journal Pskologi Pendidikan,
Universitas Tarumanagara.
9. Sulistyawati.A, 2011,
Pelayanan Keluarga Berencana,
Salemba Medika. 10.
(www.solopos.com/2012/channel/jaten
g/keluarga-berencana-bkkbn-
jatengtargetkan- 982-124-
baru- 176065)

8 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 134-141

Anda mungkin juga menyukai