Penyusun:
Dr. Mat Syai’in, ST., MT.
NIP. 197711142008121002
TEKNIK OTOMASI
TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2012
2.1 SUB KOMPETENSI
F1
1 P1
F2
2 P2
Beban
Fn
n Pn
Gambar 2.1 N unit Pembangkit yang terhubung pada bus-bar untuk mensuplai beban
tertentu
Tahap 1 : Konstrain hanya difokuskan pada daya yang dihasilkan oleh sebuah
sistem pembangkit harus sama dengan daya yang dibutuhkan oleh beban. (Pada
tahap ini batas pengoperasian pembangkit dan rugi-rugi daya listrik masih
diabaikan).
Tahap 2 : Konstrain difokuskan pada daya yang dihasilkan oleh sebuah sistem
pembangkit harus sama dengan daya yang dibutuhkan oleh beban dengan
memperhatikan batas-batas pengoperasian pembangkit.
Tahap 3 : Konstrain difokuskan pada daya yang dihasilkan oleh sebuah sistem
pembangkit harus sama dengan daya yang dibutuhkan oleh beban dengan
memperhatikan batas-batas pengoperasian pembangkit serta rugi-rugi pada sistem
tenaga listrik.
Metode yang digunakan pada bab ini adalah metode Lagrange Multiplier [1]
Untuk mempermudah pemahaman tentang metode tersebut, perhatikan gambar 2.1.
Bila batas pengoperasian pembangkit dan rugi-rugi daya pada sistem jaringan listrik
diabaikan maka secara matematis permasalahan optimasi pada sistem yang
digambarkan pada gb.2.1 dapat dinyatakan sebagai berikut.
𝐹𝑇 = 𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3 + . . . . . . . . . + 𝐹𝑁
= Fi ( Pi ) (2.1)
𝑖=1
∅ = 0 = 𝑃𝑙𝑜𝑎𝑑 − Pi 2.2
𝑖=1
£ = 𝐹𝑇 + 𝜆∅ (2.3)
Nilai optimum dari fungsi Lagrange akan didapat dengan membuat turunan pertama
= 0,
𝜕£ 𝑑𝐹𝑖 (𝑃𝑖)
= −𝜆 = 0 (2.4)
𝜕𝑃𝑖 𝑑𝑃𝑖
𝑑𝐹𝑖
0= −λ
𝑑𝑃𝑖
Sebuah sistem pembangkit yang terdiri dari 3 buah pembangkit dengan karakteristik
input-output dari masing-masing pembangkit digambarkan sebagai berikut:
8
x 10 KARAKTERISTIK INPUT-OUTPUT PEMBANGKIT - 1
3.5
3
Input Pembangkit / Bahan bakar (Btu/h)
2.5
1.5
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Output Pembangkit (Watt) 5
x 10
9
Input Pembangkit / Bahan bakar (Btu/h)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Output Pembangkit (Watt) 5
x 10
5
Input Pembangkit / Bahan bakar (Btu/h)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Output Pembangkit (Watt) 5
x 10
Karakteristik input – output pembangkit 1 (H1) dari gambar 2.2 juga dapat
dinyatakan secara matematis dengan persamaan:
Karakteristik input – output pembangkit 2 (H2) dari gambar 2.3 juga dapat
dinyatakan secara matematis dengan persamaan:
Karakteristik input – output pembangkit 2 (H3) dari gambar 2.4 juga dapat
dinyatakan secara matematis dengan persamaan:
a. Apabila daya beban yang harus di supplai oleh pembangkit adalah 800
MW, Tentukan kombinasi pembangkit yang paling murah untuk
Pemabngkit -1, Pemabngkit -2, dan Pemabngkit -3.
Penyelesaian.
Menggunakan persamaan (2.1) s/d ( 2.4 ) maka:
𝑑𝐹1
= 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.0083) 𝑃2 = 6.426 + 0.0165 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6.75 + 2(0.0023) 𝑃3 = 6.75 + 0.0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2
6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
=> 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0.004
6.426 + 0.0165 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.0165
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 800 = 532.74 λ
4368.889 = 532.74 λ
8.2008 = λ
Dengan harga λ = 8.2 maka dengan mudah bisa dihitung daya yang harus
dibangkitkan oleh pembangkit-1 (𝑃1 ) , pembangkit-2 (𝑃2 ) , dan pembangkit-3
(𝑃3 ) ,
Untuk Pembangkit – 1:
6.72 + 0.004 𝑃1 = 8.2008
0.004 𝑃1 = 8.2008 – 6.72
0.004 𝑃1 = 1.4808
1.4808
𝑃1 =
0.004
= 370.0 MW
Untuk Pembangkit – 2:
6.426 + 0.0165𝑃2 = 8.2008
0.0165𝑃2 = 8.2008 – 6.426
0.0165𝑃2 = 1.7748
1.7748
𝑃2 =
0.0165
= 107.6 MW
Untuk Pembangkit – 3:
6.75 + 0.0045 𝑃3 = 8.2008
0.0045 𝑃3 = 8.2008 – 6.75
0.0045 𝑃3 = 1.4508
1.45
𝑃3 =
0.0045
= 322,4 MW
Biaya pengoperasian pembangkit untuk mensuplai beban sebesar 800 MW adalah
sebagai berikut:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 180 + 6.72 𝑃1 + 0.002 𝑃12
𝐹2 (𝑃2 ) = 743.58 + 6.426 𝑃2 + 0.0083 𝑃22
𝐹3 (𝑃3 ) = 360 + 6.75 𝑃3 + 0.0023 𝑃32
Dengan memasukkan nilai 𝑃1 , 𝑃2 , dan 𝑃3 yang diperoleh dari optimasi, maka biaya
dapat dihitung dengan mudah.
𝑃1 = 370.0 MW
𝑃2 = 107.6 MW
𝑃3 = 322,4 MW
Maka:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 2941.8
𝐹2 (𝑃2 ) = 1529.1
𝐹3 (𝑃3 ) = 2770.0
b. Apabila daya beban yang harus di supplai oleh pembangkit adalah 850
MW, Tentukan kombinasi pembangkit yang paling murah untuk
Pemabngkit -1, Pemabngkit -2, dan Pemabngkit -3.
𝑑𝐹1
= 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.008262) 𝑃2 = 6.426 + 0.016524 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6.75 + 2(0.00225) 𝑃3 = 6.75 + 0.0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2
6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
=> 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0.004
6.426 + 0.016524 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.016524
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 850 = 532.74 λ
4418.889 = 532.74 λ
8.29464 = λ
Dengan harga λ = 8.29464 maka dengan mudah bisa dihitung daya yang harus
dibangkitkan oleh pembangkit-1 (𝑃1 ) , pembangkit-2 (𝑃2 ) , dan pembangkit-3
(𝑃3 ) ,
Untuk Pembangkit – 1:
6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
6.72 + 0.004 𝑃1 = 8.29464
0.004 𝑃1 = 8. 29464 – 6.72
0.004 𝑃1 = 1.57464
1.57464
𝑃1 =
0.004
= 393.6 MW
Untuk Pembangkit – 2:
6.426 + 0.0165𝑃2 = 8.29464
0.0165𝑃2 = 8.29464 – 6.426
0.0165𝑃2 = 1.8686
1.8686
𝑃2 =
0.0165
= 113.2 MW
Untuk Pembangkit – 3:
6.75 + 0.0045 𝑃3 = 8. 29464
0.0045 𝑃3 = 8. 29464 – 6.75
0.0045 𝑃3 = 1.5446
1.5446
𝑃3 =
0,0045
= 343.2 MW
c. Apabila daya beban yang harus di supplai oleh pembangkit adalah 900
MW, Tentukan kombinasi pembangkit yang paling murah untuk
Pemabngkit -1, Pemabngkit -2, dan Pemabngkit -3.
𝑑𝐹1
= 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0,004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.008262) 𝑃2 = 6.426 + 0.016524 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6.75 + 2(0.00225) 𝑃3 = 6.75+ 0.0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2
6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
=> 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0.004
6.426 + 0.016524 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.016524
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 900 = 532.74 λ
4468.889 = 532.74 λ
8.3885 = λ
Untuk Pembangkit – 1:
6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
6.72 + 0.004 𝑃1 = 8.3885
0.004 𝑃1 = 8.3885 – 6.72
0.004 𝑃1 = 1.6685
1.6685
𝑃1 =
0.004
= 417.1 MW
Untuk Pembangkit – 2:
6.426 + 0.0165𝑃2 = 8.3885
0.0165𝑃2 = 8.3885- 6,426
0.0165𝑃2 = 1.9625
1.9625
𝑃2 =
0.0165
= 118.9 MW
Untuk Pembangkit – 3:
6.75 + 0.0045 𝑃3 = 8.3885
0.0045 𝑃3 = 8.3885- 6.75
0.0045 𝑃3 = 1.6385
1.6385
𝑃3 =
0.0045
= 364.0 MW
Contoh 2.2
Data yang digunakan pada contoh 2.2 ini adalah sama dengan data yang digunakan
pada contoh 2.1. pada contoh 2.2 ini data ditambahkan batas minimum dan batas
maximum pengoperasian pembangkit. Sehingga data pembangkit dapat dilihat pada
table berikut:
𝑑𝐹1
= 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.008262) 𝑃2 = 6.426 + 0.016524 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6.75 + 2(0.00225) 𝑃3 = 6.75+ 0.0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2
6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
=> 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0.004
6.426 + 0.016524 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.016524
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 800 = 532.74 λ
4368.889 = 532.74 λ
8.2008 = λ
6.72 + 0.004 𝑃1 = 8.2008
0.004 𝑃1 = 8.2008 – 6.72
0.004 𝑃1 = 1.4808
1.4808
𝑃1 =
0.004
= 370.0 MW
Perhatikan batas pengoperasian pembangkit-1, pada table 2.1 diketahui bahwa batas
maksimum pengoperasian adalah 350 MW, maka hasil optimasi 370 MW adalah
melebihi batas maksimum. Agar hasil optimasi tetap berada pada batas-batas
pengoperaasian, maka 𝑃1 harus di set pada pengoperasian maksimum yaitu 350 MW.
𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 = 800
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 800
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 800 - 350
𝟑𝟓𝟎 + 𝑷𝟐 + 𝑷𝟑 = 450 MW
388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
________________________ +
1888.889 + 450 = 282.74 λ
2338.889 = 282.74 λ
8.272 = λ
6.426 + 0.016524 𝑃2 =λ
0.016524 𝑃2 = 8.272 – 6.426
0.016524 𝑃2 = 1.846
𝑷𝟐 = 111.716 MW
Batas pengoperasian 𝑷𝟐 adalah minimal 45 MW dan maksimal 350 MW, jadi titik
pengoperasian 𝑷𝟐 adalah memnuhi syarat batas pengoperasian pembangkit-2.
6.75 + 0.0045 𝑃3 =λ
0.0045 𝑃3 = 8.272 – 6.75
0.0045 𝑃3 = 1.522
𝑷𝟑 = 338.222 MW
Batas pengoperasian 𝑷𝟑 adalah minimal 47.5 MW dan maksimal 450 MW, jadi
titik pengoperasian 𝑷𝟑 adalah memnuhi syarat batas pengoperasian
pembangkit-3.
Bila dibandingkan dengan hasil optimasi pada contoh 2.1 yaitu 7240.9 R/h , Hasil
otpimasi pada contoh 2.1 tidak dapat diterapkan karena pembangkit-1 melebihi
kapasitas. Sedangkan hasil optimasi contoh 2.2 adalah 7242.5 R/h, memang sedikit
lebih mahal tetapi hasil tersebut bisa diaplikasikan karena tidak melampaui batas
pengoperasian pembangkit.
b. Apabila daya beban yang harus di supplai oleh pembangkit adalah 850
MW, Tentukan kombinasi pembangkit yang paling murah untuk
Pemabngkit -1, Pemabngkit -2, dan Pemabngkit -3.
𝑑𝐹1
= 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.008262) 𝑃2 = 6.426 + 0.01652 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6,75 + 2(0.00225) 𝑃3 = 6.75+ 0,0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2
6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
=> 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0,004
6.426 + 0.01652 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.01652
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 850 = 532.74 λ
4418.889 = 532.74 λ
8.29464 = λ
6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
6.72 + 0.004 𝑃1 = 8.29464
0.004 𝑃1 = 8. 29464 – 6.72
0.004 𝑃1 = 1.57464
1.57464
𝑃1 =
0.004
= 393.66 (max 𝑃1 = 350)
Perhatikan batas pengoperasian pembangkit-1, pada table 2.1 diketahui bahwa batas
maksimum pengoperasian adalah 350 MW, maka hasil optimasi 393,66 MW adalah
melebihi batas maksimum. Agar hasil optimasi tetap berada pada batas-batas
pengoperaasian, maka 𝑃1 harus di set pada pengoperasian maksimum yaitu 350 MW.
𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 = 850
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 850
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 850 - 350
𝟑𝟓𝟎 + 𝑷𝟐 + 𝑷𝟑 = 500
388,889 + 𝑃2 = 60,518 λ
1500 + 𝑃3 = 222,222 λ
________________________ +
1888,889 + 500 = 282,74 λ
2388,889 = 282,74 λ
8,449 = λ
6,426 + 0,016524 𝑃2 =λ
0,016524 𝑃2 = 8,449 - 6,426
0,016524 𝑃2 = 2,023
𝑷𝟐 = 122,457
Batas pengoperasian 𝑷𝟐 adalah minimal 45 MW dan maksimal 350 MW, jadi titik
pengoperasian 𝑷𝟐 adalah memnuhi syarat batas pengoperasian pembangkit-2.
6,75 + 0,0045 𝑃3 =λ
0,0045 𝑃3 = 8,449 - 6,75
0,0045 𝑃3 = 1,699
𝑷𝟑 = 377,555
Batas pengoperasian 𝑷𝟑 adalah minimal 47.5 MW dan maksimal 450 MW, jadi
titik pengoperasian 𝑷𝟑 adalah memnuhi syarat batas pengoperasian
pembangkit-3.
Dan apabila pembangkitan 𝑃1 , 𝑃2 dan 𝑃3 di total, maka hasilnya adalah:
𝑑𝐹1
= 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.008262) 𝑃2 = 6.426 + 0.016524 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6.75 + 2(0.00225) 𝑃3 = 6.75+ 0.0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2
6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
=> 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0.004
6.426 + 0.016524 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.016524
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 900 = 532.74 λ
4468.889 = 532.74 λ
8.3885 = λ
6,72 + 0,004 𝑃1 =λ
6,72 + 0,004 𝑃1 = 8,3885
0,004 𝑃1 = 8,3885 - 6,72
0,004 𝑃1 = 1,6685
1,6685
𝑃1 =
0,004
= 417,125 (max 𝑃1 = 350)
𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 = 900
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 900
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 900 - 350
𝟑𝟓𝟎 + 𝑷𝟐 + 𝑷𝟑 = 550
388,889 + 𝑃2 = 60,518 λ
1500 + 𝑃3 = 222,222 λ
________________________ +
1888,889 + 550 = 282,74 λ
2438,889 = 282,74 λ
8,62591 = λ
6,426 + 0,016524 𝑃2 =λ
0,016524 𝑃2 = 8,62591 - 6,426
0,016524 𝑃2 = 2,19991`
𝑷𝟐 = 133,2
6,75 + 0,0045 𝑃3 =λ
0,0045 𝑃3 = 8,62591 - 6,75
0,0045 𝑃3 = 1,87591
𝑷𝟑 = 416,8
Apabila total beban yang harus di suplai oleh keempat pembangkit tersebut
adalah 1.200 MW, tentukan pengoperasian yang paling ekonomis dari
pembangkit (1),(2),(3) dan (4) dengan menggunakan metode Lagrange
multiplier ()
Apabila total beban yang harus di suplai oleh keempat pembangkit tersebut
adalah 1.200 MW, tentukan pengoperasian yang paling ekonomis dari
pembangkit (1),(2),(3) dan (4) dengan menggunakan metode Lagrange
multiplier ()
2.3 METODE PENGOPERASIAN PEMBANGKIT (UNIT
THERMAL) SECARA EKONOMIS DENGAN
MEMPERHITUNGKAN LOSSES JARINGAN.
Bus 1
2 Bus 2
Beban 2
Gambar 2.5 N unit Pembangkit yang terhubung pada sistem distribusi listrik (8 bus) untuk
mensuplai beban pada sistem tersebut.
Permasalahan-permasalahan yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum
membahas lebih lanjut pengoperasian pembangkit tenaga listrik secara ekonomis
dengan memperhitungkan losses jaringan adalah sebagai berikut:
1. Harus paham metode pengoperasian pembangkit secara ekonomis dengan
memperhatikan batas-batas pengoperasian pembangkit menggunakan metode
Lagrange Multiplier (sudah dibahas pada modul 2. Sub bab 2.2).
2. Harus mampu menghitung losses jaringan.
Secara garis besar model jaringan terbagi atas tiga jenis yaitu:
a. Radial (biasanaya terdapat pada sistem distribusi dan sistem kelistrikan di
kapal)
b. Mesh (biasanaya terdapat pada sistem transmisi tegangan tinggi)
c. Gabungan antara Radial dan Mesh.
Karena matakuliah ini diperuntukkan untuk mahasiswa D4 Teknik Otomasi
yang berada dibawah jurusan Teknik Kelistrikan Kapal. Maka pada buku ini
hanya dibahas model jaringan Radial saja.
Untuk dapat menghitung losses sistem jaringan radial, maka
diperlukan pemahaman konsep dasar listrik yang kuat. Serta kemampuan
matematika yang mumpuni khususnya konsep iterasi.
Agar proses belajar mengajar tidak terhambat maka sebelum
membahas lebih lanjut pengoperasian pembangkit secara ekonomis dengan
memperhitungkan losses jaringan maka akan dibahas terlebih dahulu dibahas.
Konsep dasar metode iterasi (Modul 3)
Konsep dasar sistem tenaga listrik (Modul 4).
Baru kemudian dibahas
Konsep perhitungan losses jaringan listrik (Modul 5)
Pengoperasian pembangkit secara ekonomis dengan
memperhitungkan losses jaringan (Modul 6).