Anda di halaman 1dari 27

MODUL 2

PENGOPERASIAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


SECARA EKONOMIS

Penyusun:
Dr. Mat Syai’in, ST., MT.
NIP. 197711142008121002

TEKNIK OTOMASI
TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2012
2.1 SUB KOMPETENSI

Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kerja PLTU, mampu


merepresentasikan karakteristik pembangkit kedalam persamaan matematika dan
kurva, mampu menghitung keekonomisan pengoperasian pembangkit tenaga listrik
dengan menggunakan metode Multiplier Lagrange.
Pada bab ini hanya membahas Economic Dispatch dengan hanya
memperhitungkan konstrain kapasitas pembangkit, sehingga analisis hanya
dilakukan pada hubungan rupiah (biaya bahan bakar) yang dihubungkan dengan daya
beban (watt).

2.2 METODE PENGOPERASIAN PEMBANGKIT (THERMAL


UNIT) SECARA EKONOMIS

Bab ini memperkenalkan teknik optimasi untuk pengoperasian pembangkit


secara ekonomis dengan menggunakan metode Lagrange Multiplier [1]. Perhatikan
Gambar 2.1, Gambar tersebut menunjukkan konfigurasi sistem pembangkit yang
akan dipelajari pada bab ini. Sistem tersebut terdiri dari N-thermal unit pembangkit
yang terhubung ke bus-bar untuk mensupli beban (𝑃𝑙𝑜 𝑎𝑑 ). Input dari sebuah unit
pembangkit adalah 𝐹𝑖 ( biaya bahan bakar / biaya operasional pembangkit).
Sedangkan output dari unit pembangkit adalah 𝑃𝑖 (daya listrik (Watt)). Total biaya
pembangkit(𝐹𝑇 ) tersebut merupakan jumlah biaya dari masing-masing unit
pembangkit.

“ Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam optimasi adalah konstrain


bahwa output daya listrik sistem pembangkit harus dapat memenuhi kebutuhan
beban.”
Bus

F1
1 P1

F2
2 P2

Beban
Fn
n Pn

Gambar 2.1 N unit Pembangkit yang terhubung pada bus-bar untuk mensuplai beban
tertentu

Karena proses optimasi pengoperasian pembangkit secara ekonomis mempunyai


banyak sekali konstrain (batas pengoperasian pembangkit, losses jaringan, tengangan
pada tiap-tiap bus (node), dll), maka pada pembahasan matakuliah SPPTL (Sistem
Pengendalian Pembangkit Tenaga Listrik) akan dilakukan dalam tahapan-tahapan
sebagai berikut:

Tahap 1 : Konstrain hanya difokuskan pada daya yang dihasilkan oleh sebuah
sistem pembangkit harus sama dengan daya yang dibutuhkan oleh beban. (Pada
tahap ini batas pengoperasian pembangkit dan rugi-rugi daya listrik masih
diabaikan).

Tahap 2 : Konstrain difokuskan pada daya yang dihasilkan oleh sebuah sistem
pembangkit harus sama dengan daya yang dibutuhkan oleh beban dengan
memperhatikan batas-batas pengoperasian pembangkit.

Tahap 3 : Konstrain difokuskan pada daya yang dihasilkan oleh sebuah sistem
pembangkit harus sama dengan daya yang dibutuhkan oleh beban dengan
memperhatikan batas-batas pengoperasian pembangkit serta rugi-rugi pada sistem
tenaga listrik.

Konstrain tegangan tidak dibahas dalam buku ini.

2.2.1 Metode Lagrange Multiplier pengoperasian pembangkit


ekonomis - (Tahap 1).

Metode yang digunakan pada bab ini adalah metode Lagrange Multiplier [1]
Untuk mempermudah pemahaman tentang metode tersebut, perhatikan gambar 2.1.
Bila batas pengoperasian pembangkit dan rugi-rugi daya pada sistem jaringan listrik
diabaikan maka secara matematis permasalahan optimasi pada sistem yang
digambarkan pada gb.2.1 dapat dinyatakan sebagai berikut.

𝐹𝑇 = 𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3 + . . . . . . . . . + 𝐹𝑁

= Fi ( Pi ) (2.1)
𝑖=1

∅ = 0 = 𝑃𝑙𝑜𝑎𝑑 − Pi 2.2
𝑖=1

∅ = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖

Fungsi Lagrange dinyatakan dalam persamaan 2.3

£ = 𝐹𝑇 + 𝜆∅ (2.3)

Nilai optimum dari fungsi Lagrange akan didapat dengan membuat turunan pertama
= 0,

𝜕£ 𝑑𝐹𝑖 (𝑃𝑖)
= −𝜆 = 0 (2.4)
𝜕𝑃𝑖 𝑑𝑃𝑖

𝑑𝐹𝑖
0= −λ
𝑑𝑃𝑖

Untuk memahami konsep optimasi tersebut, Perhatikan contoh berikut:


Contoh 2.1

Sebuah sistem pembangkit yang terdiri dari 3 buah pembangkit dengan karakteristik
input-output dari masing-masing pembangkit digambarkan sebagai berikut:

8
x 10 KARAKTERISTIK INPUT-OUTPUT PEMBANGKIT - 1
3.5

3
Input Pembangkit / Bahan bakar (Btu/h)

2.5

1.5

0.5

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Output Pembangkit (Watt) 5
x 10

Gambar 2.2 Karakteristik input-output pembangkit 1


8
x 10 KARAKTERISTIK INPUT-OUTPUT PEMBANGKIT - 2
10

9
Input Pembangkit / Bahan bakar (Btu/h)

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Output Pembangkit (Watt) 5
x 10

Gambar 2.3 Karakteristik input-output pembangkit 2


8
x 10 KARAKTERISTIK INPUT-OUTPUT PEMBANGKIT - 3
6

5
Input Pembangkit / Bahan bakar (Btu/h)

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Output Pembangkit (Watt) 5
x 10

Gambar 2.4 Karakteristik input-output pembangkit 3


Gambar 2.2 – 2.4 marupakan hubungan antara input (bahan bakar yang dibutuhkan
oleh pembangkit – dalam (Btu/h) ) untuk menghasilkan daya listrik – dalam Watt.

Karakteristik input – output pembangkit 1 (H1) dari gambar 2.2 juga dapat
dinyatakan secara matematis dengan persamaan:

H1= 225 + 8,4 𝑃1 + 0,0025 𝑃12

Karakteristik input – output pembangkit 2 (H2) dari gambar 2.3 juga dapat
dinyatakan secara matematis dengan persamaan:

H2 = 729 + 6,3 𝑃2 + 0,0081 𝑃22

Karakteristik input – output pembangkit 2 (H3) dari gambar 2.4 juga dapat
dinyatakan secara matematis dengan persamaan:

H3 = 400 + 7,5 𝑃3 + 0,0025 𝑃32

𝐻1 , 𝐻2 dan 𝐻3 merupakan hubungan input-output pembangkit dalam bentuk bahan


bakar terhadap daya yang dibangkitkan. Padahal untuk bisa menentukan biaya
operasi pembangkit yang paling murah, maka hubungan input-output pembangkit,
harus dinyatakan dalam biaya (Uang).

Untuk mengkonversi 𝐻1 , 𝐻2 dan 𝐻3 menjadi 𝐹1 , 𝐹2 dan 𝐹3 maka 𝐻1 , 𝐻2 dan 𝐻3


harus dikalikan dengan biaya bahan bakar per MBtu.

Untuk memudahkan penggambaran tentang MBtu, dapat diilustrasikan sebagai


berikut, MBtu merupakan satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan
banyaknya bahan bakar yang dikonsumsi oleh sebuah pembangkit. Perhatikan
contoh ilustrasi berikut, sebuah sepeda motor , inputnya adalah bensin,
sedangkan outputnya adalah kecepatan sepeda motor. Banyaknya bensin
biasanya dinyatakan dalam Liter. Jadi bila kita setarakan pembangkit dengan
sepeda motor, maka MBtu (Mega Btu) adalah setara dengan MLiter (Mega
Liter).
Agar bisa mengkonversi bensin dari Liter ke Rupiah, maka harus tahu harga
bensin per liter, sebagai contoh harga bensin saat ini adalah Rp.4.500,- / liter.
Contoh: untuk mengkonversi 10 liter ke Rupiah caranya adalah dengan
mengalikan 10 liter dengan Rp.4.500 maka didapat Rp.45.000. Hal tersebut
serupa dengan kasus MBtu, untuk mengkonversi MBtu menjadi Rupiah (Uang)
maka perlu diketahui harga MBtu.

Apabila diketahui harga bahan bakar untuk pembangkit 1 = 0.8 (R/MBtu),


pembangkit 2 = 1.02 (R/MBtu), pembangkit 3 = 0.9 (R/MBtu), Maka:

𝐹1 (𝑃1 ) = 𝐻1 x 0.8 = (225 + 8.4 𝑃1 + 0.0025 𝑃12 ) x 0.8


𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 180 + 6.72 𝑷𝟏 + 0.002 𝑷𝟐𝟏

𝐹2 (𝑃2 ) = 𝐻2 x 1.02 = (729 + 6.3 𝑃2 + 0.0081 𝑃12 ) x 1.02


𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 743.58 + 6.426 𝑷𝟐 + 0.0083 𝑷𝟐𝟐

𝐹3 (𝑃3 ) = 𝐻3 x 0.9 = (400 + 7.5 𝑃3 + 0.0025 𝑃12 ) x 0.9


𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 360 + 6.75 𝑷𝟑 + 0.0023 𝑷𝟐𝟑

a. Apabila daya beban yang harus di supplai oleh pembangkit adalah 800
MW, Tentukan kombinasi pembangkit yang paling murah untuk
Pemabngkit -1, Pemabngkit -2, dan Pemabngkit -3.

Penyelesaian.
Menggunakan persamaan (2.1) s/d ( 2.4 ) maka:
𝑑𝐹1
 = 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.0083) 𝑃2 = 6.426 + 0.0165 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6.75 + 2(0.0023) 𝑃3 = 6.75 + 0.0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2
6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
 => 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0.004
6.426 + 0.0165 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.0165
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 800 = 532.74 λ
4368.889 = 532.74 λ
8.2008 = λ

Dengan harga λ = 8.2 maka dengan mudah bisa dihitung daya yang harus
dibangkitkan oleh pembangkit-1 (𝑃1 ) , pembangkit-2 (𝑃2 ) , dan pembangkit-3
(𝑃3 ) ,

Untuk Pembangkit – 1:
 6.72 + 0.004 𝑃1 = 8.2008
0.004 𝑃1 = 8.2008 – 6.72
0.004 𝑃1 = 1.4808
1.4808
𝑃1 =
0.004
= 370.0 MW

Untuk Pembangkit – 2:
 6.426 + 0.0165𝑃2 = 8.2008
0.0165𝑃2 = 8.2008 – 6.426
0.0165𝑃2 = 1.7748
1.7748
𝑃2 =
0.0165
= 107.6 MW

Untuk Pembangkit – 3:
 6.75 + 0.0045 𝑃3 = 8.2008
0.0045 𝑃3 = 8.2008 – 6.75
0.0045 𝑃3 = 1.4508
1.45
𝑃3 =
0.0045
= 322,4 MW
Biaya pengoperasian pembangkit untuk mensuplai beban sebesar 800 MW adalah
sebagai berikut:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 180 + 6.72 𝑃1 + 0.002 𝑃12
𝐹2 (𝑃2 ) = 743.58 + 6.426 𝑃2 + 0.0083 𝑃22
𝐹3 (𝑃3 ) = 360 + 6.75 𝑃3 + 0.0023 𝑃32
Dengan memasukkan nilai 𝑃1 , 𝑃2 , dan 𝑃3 yang diperoleh dari optimasi, maka biaya
dapat dihitung dengan mudah.
𝑃1 = 370.0 MW
𝑃2 = 107.6 MW
𝑃3 = 322,4 MW
Maka:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 2941.8
𝐹2 (𝑃2 ) = 1529.1
𝐹3 (𝑃3 ) = 2770.0

Jadi total biaya = 𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3 = 7240.9 R/h

b. Apabila daya beban yang harus di supplai oleh pembangkit adalah 850
MW, Tentukan kombinasi pembangkit yang paling murah untuk
Pemabngkit -1, Pemabngkit -2, dan Pemabngkit -3.

𝑑𝐹1
 = 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.008262) 𝑃2 = 6.426 + 0.016524 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6.75 + 2(0.00225) 𝑃3 = 6.75 + 0.0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2

6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
 => 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0.004
6.426 + 0.016524 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.016524
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 850 = 532.74 λ
4418.889 = 532.74 λ
8.29464 = λ

Dengan harga λ = 8.29464 maka dengan mudah bisa dihitung daya yang harus
dibangkitkan oleh pembangkit-1 (𝑃1 ) , pembangkit-2 (𝑃2 ) , dan pembangkit-3
(𝑃3 ) ,

Untuk Pembangkit – 1:
 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
 6.72 + 0.004 𝑃1 = 8.29464
0.004 𝑃1 = 8. 29464 – 6.72
0.004 𝑃1 = 1.57464
1.57464
𝑃1 =
0.004
= 393.6 MW

Untuk Pembangkit – 2:
 6.426 + 0.0165𝑃2 = 8.29464
0.0165𝑃2 = 8.29464 – 6.426
0.0165𝑃2 = 1.8686
1.8686
𝑃2 =
0.0165
= 113.2 MW

Untuk Pembangkit – 3:
 6.75 + 0.0045 𝑃3 = 8. 29464
0.0045 𝑃3 = 8. 29464 – 6.75
0.0045 𝑃3 = 1.5446
1.5446
𝑃3 =
0,0045
= 343.2 MW

Biaya pengoperasian pembangkit untuk mensuplai beban sebesar 850 MW adalah


sebagai berikut:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 180 + 6.72 𝑃1 + 0.002 𝑃12
𝐹2 (𝑃2 ) = 743.58 + 6.426 𝑃2 + 0.0083 𝑃22
𝐹3 (𝑃3 ) = 360 + 6.75 𝑃3 + 0.0023 𝑃32
Dengan memasukkan nilai 𝑃1 , 𝑃2 , dan 𝑃3 yang diperoleh dari optimasi, maka biaya
dapat dihitung dengan mudah.
𝑃1 = 393,6 MW
𝑃2 = 113.2 MW
𝑃3 = 343.2 MW
Maka:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 3135.3
𝐹2 (𝑃2 ) = 1575.9
𝐹3 (𝑃3 ) = 2942.1

Jadi total biaya = 𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3 = 7653.3 R/h

c. Apabila daya beban yang harus di supplai oleh pembangkit adalah 900
MW, Tentukan kombinasi pembangkit yang paling murah untuk
Pemabngkit -1, Pemabngkit -2, dan Pemabngkit -3.

𝑑𝐹1
 = 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0,004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.008262) 𝑃2 = 6.426 + 0.016524 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6.75 + 2(0.00225) 𝑃3 = 6.75+ 0.0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2

6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
 => 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0.004
6.426 + 0.016524 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.016524
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 900 = 532.74 λ
4468.889 = 532.74 λ
8.3885 = λ
Untuk Pembangkit – 1:
 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
 6.72 + 0.004 𝑃1 = 8.3885
0.004 𝑃1 = 8.3885 – 6.72
0.004 𝑃1 = 1.6685
1.6685
𝑃1 =
0.004
= 417.1 MW

Untuk Pembangkit – 2:
 6.426 + 0.0165𝑃2 = 8.3885
0.0165𝑃2 = 8.3885- 6,426
0.0165𝑃2 = 1.9625
1.9625
𝑃2 =
0.0165
= 118.9 MW

Untuk Pembangkit – 3:
 6.75 + 0.0045 𝑃3 = 8.3885
0.0045 𝑃3 = 8.3885- 6.75
0.0045 𝑃3 = 1.6385
1.6385
𝑃3 =
0.0045
= 364.0 MW

Biaya pengoperasian pembangkit untuk mensuplai beban sebesar 900 MW adalah


sebagai berikut:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 180 + 6.72 𝑃1 + 0.002 𝑃12
𝐹2 (𝑃2 ) = 743.58 + 6.426 𝑃2 + 0.0083 𝑃22
𝐹3 (𝑃3 ) = 360 + 6.75 𝑃3 + 0.0023 𝑃32
Dengan memasukkan nilai 𝑃1 , 𝑃2 , dan 𝑃3 yang diperoleh dari optimasi, maka biaya
dapat dihitung dengan mudah.
𝑃1 = 417.1 MW
𝑃2 = 118.9 MW
𝑃3 = 364.0 MW
Maka:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 3331.1
𝐹2 (𝑃2 ) = 1623.3
𝐹3 (𝑃3 ) = 3116.0

Jadi total biaya = 𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3 = 8070.4 R/h


2.2.2 Metode optimasi untuk pengoperasian pembangkit ekonomis
dengan memperhitungkan batas pengoperasian pembangkit
(Tahap-2).

Pada bagian ini akan dibahas metode pengoperasian pembangkit secara


ekonomis dengan memperhitungkan batas pengoperasian pembangkit. Batas
pengoperasian pembangkit merupakan hal yang sangat penting untuk diperhitungkan
dalam proses optimasi, karena semua pembangkit pasti punya batas maximum. Jadi
dengan memperhitungkan batas pengoperasian pembangkit dalam proses optimasi
akan membuat hasil optimasi menjadi masuk akal (Bisa diaplikasikan pada sistem
yang sebenarnya).

Untuk memudahkan pemahaman tentang proses optimasi pembangkit yang


memperhitungkan batas-batas pengoperasian pembangkit, Contoh 2.1 akan
digunakan kembali sebagai studi kasus, dengan menambahkan batas minimum dan
maximum.

Contoh 2.2

Data yang digunakan pada contoh 2.2 ini adalah sama dengan data yang digunakan
pada contoh 2.1. pada contoh 2.2 ini data ditambahkan batas minimum dan batas
maximum pengoperasian pembangkit. Sehingga data pembangkit dapat dilihat pada
table berikut:

Tabel 2.1 data pembangkit

Minimum Maximum Fuel Cost


(MW) (MW) ($/MBtu)
𝐻1 = 225 + 8,4 𝑃1 + 0,0025 𝑃12 45 350 0,8

𝐻2 = = 729 + 6,3 𝑃2 + 0,0081 𝑃22 45 350 1,02

𝐻3 = = 400 + 7,5 𝑃3 + 0,0025 𝑃32 47,5 450 0,9


a. Apabila daya beban yang harus di supplai oleh pembangkit adalah 800
MW, Tentukan kombinasi pembangkit yang paling murah untuk
Pemabngkit -1, Pemabngkit -2, dan Pemabngkit -3.

Penyelesaian untuk Total Beban 800 MW dengan memperhatikan batas


pengoperasian pembangkit. Adalah sebagai berikut:

 𝐹1 (𝑃1 ) = 𝐻1 x 0.8 = (225 + 8.4 𝑃1 + 0.0025 𝑃12 ) x 0.8


𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 180 + 6.72 𝑷𝟏 + 0.002 𝑷𝟐𝟏

𝐹2 (𝑃2 ) = 𝐻2 x 1.02 = (729 + 6.3 𝑃2 +0.0081 𝑃12 ) x 1.02


𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 743.58 + 6.426 𝑷𝟐 + 0.008262 𝑷𝟐𝟐

𝐹3 (𝑃3 ) = 𝐻3 x 0.9 = (400 + 7.5 𝑃3 + 0.0025 𝑃12 ) x 0.9


𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 360 + 6.75 𝑷𝟑 + 0.00225 𝑷𝟐𝟑

𝑑𝐹1
 = 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.008262) 𝑃2 = 6.426 + 0.016524 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6.75 + 2(0.00225) 𝑃3 = 6.75+ 0.0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2

6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
 => 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0.004
6.426 + 0.016524 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.016524
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 800 = 532.74 λ
4368.889 = 532.74 λ
8.2008 = λ
 6.72 + 0.004 𝑃1 = 8.2008
0.004 𝑃1 = 8.2008 – 6.72
0.004 𝑃1 = 1.4808
1.4808
𝑃1 =
0.004
= 370.0 MW

Perhatikan batas pengoperasian pembangkit-1, pada table 2.1 diketahui bahwa batas
maksimum pengoperasian adalah 350 MW, maka hasil optimasi 370 MW adalah
melebihi batas maksimum. Agar hasil optimasi tetap berada pada batas-batas
pengoperaasian, maka 𝑃1 harus di set pada pengoperasian maksimum yaitu 350 MW.

Jadi 𝑃1 = 350 MW. (Titik pengoperasian maksimum)

 𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 = 800
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 800
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 800 - 350
𝟑𝟓𝟎 + 𝑷𝟐 + 𝑷𝟑 = 450 MW

388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
________________________ +
1888.889 + 450 = 282.74 λ
2338.889 = 282.74 λ
8.272 = λ

 6.426 + 0.016524 𝑃2 =λ
0.016524 𝑃2 = 8.272 – 6.426
0.016524 𝑃2 = 1.846
𝑷𝟐 = 111.716 MW

Batas pengoperasian 𝑷𝟐 adalah minimal 45 MW dan maksimal 350 MW, jadi titik
pengoperasian 𝑷𝟐 adalah memnuhi syarat batas pengoperasian pembangkit-2.

 6.75 + 0.0045 𝑃3 =λ
0.0045 𝑃3 = 8.272 – 6.75
0.0045 𝑃3 = 1.522
𝑷𝟑 = 338.222 MW
Batas pengoperasian 𝑷𝟑 adalah minimal 47.5 MW dan maksimal 450 MW, jadi
titik pengoperasian 𝑷𝟑 adalah memnuhi syarat batas pengoperasian
pembangkit-3.

Dan apabila pembangkitan 𝑃1 , 𝑃2 dan 𝑃3 di total, maka hasilnya adalah:

 𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 = 350 + 111.716 + 338.222


= 799.93 => 800 MW.

(Hasil tersebut memnuhi konstrain bahwa daya yang dibangkitkan harus


sama dengan daya yang dibutuhkan oleh beban.
350 +

Biaya pengoperasian pembangkit untuk mensuplai beban sebesar 800 MW adalah


sebagai berikut:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 180 + 6.72 𝑃1 + 0.002 𝑃12
𝐹2 (𝑃2 ) = 743.58 + 6.426 𝑃2 + 0.0083 𝑃22
𝐹3 (𝑃3 ) = 360 + 6.75 𝑃3 + 0.0023 𝑃32
Dengan memasukkan nilai 𝑃1 , 𝑃2 , dan 𝑃3 yang diperoleh dari optimasi, maka biaya
dapat dihitung dengan mudah.
𝑃1 = 350.0 MW
𝑃2 = 111.716 MW
𝑃3 = 338,22 MW
Maka:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 2777.0
𝐹2 (𝑃2 ) = 1564.7
𝐹3 (𝑃3 ) = 2900.8
Jadi total biaya = 𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3 = 7242.5 R/h

Bila dibandingkan dengan hasil optimasi pada contoh 2.1 yaitu 7240.9 R/h , Hasil
otpimasi pada contoh 2.1 tidak dapat diterapkan karena pembangkit-1 melebihi
kapasitas. Sedangkan hasil optimasi contoh 2.2 adalah 7242.5 R/h, memang sedikit
lebih mahal tetapi hasil tersebut bisa diaplikasikan karena tidak melampaui batas
pengoperasian pembangkit.
b. Apabila daya beban yang harus di supplai oleh pembangkit adalah 850
MW, Tentukan kombinasi pembangkit yang paling murah untuk
Pemabngkit -1, Pemabngkit -2, dan Pemabngkit -3.

Penyelesaian untuk Total Beban 850 MW adalah sebagai berikut:

 𝐹1 (𝑃1 ) = 𝐻1 x 0.8 = (225 + 8.4 𝑃1 + 0.0025 𝑃12 ) x 0.8


𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 180 + 6.72 𝑷𝟏 + 0.002 𝑷𝟐𝟏

𝐹2 (𝑃2 ) = 𝐻2 x 1.02 = (729 + 6.3 𝑃2 + 0.0081 𝑃12 ) x 1.02


𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 743.58 + 6.426 𝑷𝟐 + 0.008262 𝑷𝟐𝟐

𝐹3 (𝑃3 ) = 𝐻3 x 0.9 = (400 + 7.5 𝑃3 + 0.0025 𝑃12 ) x 0.9


𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 360 + 6.75 𝑷𝟑 + 0.00225 𝑷𝟐𝟑

𝑑𝐹1
 = 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.008262) 𝑃2 = 6.426 + 0.01652 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6,75 + 2(0.00225) 𝑃3 = 6.75+ 0,0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2

6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
 => 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0,004
6.426 + 0.01652 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.01652
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 850 = 532.74 λ
4418.889 = 532.74 λ
8.29464 = λ
 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
 6.72 + 0.004 𝑃1 = 8.29464
0.004 𝑃1 = 8. 29464 – 6.72
0.004 𝑃1 = 1.57464
1.57464
𝑃1 =
0.004
= 393.66 (max 𝑃1 = 350)
Perhatikan batas pengoperasian pembangkit-1, pada table 2.1 diketahui bahwa batas
maksimum pengoperasian adalah 350 MW, maka hasil optimasi 393,66 MW adalah
melebihi batas maksimum. Agar hasil optimasi tetap berada pada batas-batas
pengoperaasian, maka 𝑃1 harus di set pada pengoperasian maksimum yaitu 350 MW.

Jadi 𝑃1 = 350 MW. (Titik pengoperasian maksimum)

 𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 = 850
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 850
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 850 - 350
𝟑𝟓𝟎 + 𝑷𝟐 + 𝑷𝟑 = 500

388,889 + 𝑃2 = 60,518 λ
1500 + 𝑃3 = 222,222 λ
________________________ +
1888,889 + 500 = 282,74 λ
2388,889 = 282,74 λ
8,449 = λ

 6,426 + 0,016524 𝑃2 =λ
0,016524 𝑃2 = 8,449 - 6,426
0,016524 𝑃2 = 2,023
𝑷𝟐 = 122,457

Batas pengoperasian 𝑷𝟐 adalah minimal 45 MW dan maksimal 350 MW, jadi titik
pengoperasian 𝑷𝟐 adalah memnuhi syarat batas pengoperasian pembangkit-2.

 6,75 + 0,0045 𝑃3 =λ
0,0045 𝑃3 = 8,449 - 6,75
0,0045 𝑃3 = 1,699
𝑷𝟑 = 377,555

Batas pengoperasian 𝑷𝟑 adalah minimal 47.5 MW dan maksimal 450 MW, jadi
titik pengoperasian 𝑷𝟑 adalah memnuhi syarat batas pengoperasian
pembangkit-3.
Dan apabila pembangkitan 𝑃1 , 𝑃2 dan 𝑃3 di total, maka hasilnya adalah:

 𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 = 350 + 122.45 + 377.55


= 850 MW.

(Hasil tersebut memnuhi konstrain bahwa daya yang dibangkitkan harus


sama dengan daya yang dibutuhkan oleh beban.
350 +

Biaya pengoperasian pembangkit untuk mensuplai beban sebesar 800 MW adalah


sebagai berikut:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 180 + 6.72 𝑃1 + 0.002 𝑃12
𝐹2 (𝑃2 ) = 743.58 + 6.426 𝑃2 + 0.0083 𝑃22
𝐹3 (𝑃3 ) = 360 + 6.75 𝑃3 + 0.0023 𝑃32
Dengan memasukkan nilai 𝑃1 , 𝑃2 , dan 𝑃3 yang diperoleh dari optimasi, maka biaya
dapat dihitung dengan mudah.
𝑃1 = 350.0 MW
𝑃2 = 122.45 MW
𝑃3 = 377.55 MW
Maka:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 2777.0
𝐹2 (𝑃2 ) = 1654.2
𝐹3 (𝑃3 ) = 3229.3

Jadi total biaya = 𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3 = 7660.5 R/h


c. Apabila daya beban yang harus di supplai oleh pembangkit adalah 850
MW, Tentukan kombinasi pembangkit yang paling murah untuk
Pemabngkit -1, Pemabngkit -2, dan Pemabngkit -3.

Penyelessaian untuk Total Beban 900 MW, dengan memperhitungkan batas-batas


pengoperasian adalah sebagai berikut:

 𝐹1 (𝑃1 ) = 𝐻1 x 0.8 = (225 + 8.4 𝑃1 + 0.0025 𝑃12 ) x 0.8


𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 180 + 6.72 𝑷𝟏 + 0.002 𝑷𝟐𝟏
𝐹2 (𝑃2 ) = 𝐻2 x 1.02 = (729 + 6.3 𝑃2 + 0.0081 𝑃12 ) x 1.02
𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 743.58 + 6.426 𝑷𝟐 + 0.008262 𝑷𝟐𝟐
𝐹3 (𝑃3 ) = 𝐻3 x 0.9 = (400 + 7.5 𝑃3 + 0.0025 𝑃12 ) x 0.9
𝑭𝟏 (𝑷𝟏 ) = 𝑯𝟏 x 0, = 360 + 6.75 𝑷𝟑 + 0.00225 𝑷𝟐𝟑

𝑑𝐹1
 = 6.72 + 2(0.002) 𝑃1 = 6.72 + 0.004 𝑃1 =λ
𝑑𝑃1
𝑑𝐹2
= 6.426 + 2(0.008262) 𝑃2 = 6.426 + 0.016524 𝑃2 =λ
𝑑𝑃2
𝑑𝐹2
= 6.75 + 2(0.00225) 𝑃3 = 6.75+ 0.0045 𝑃3 =λ
𝑑𝑃2

6.72 + 0.004 𝑃1 = λ
 => 1680 + 𝑃1 = 250 λ
0.004
6.426 + 0.016524 𝑃2 = λ
=> 388.889 + 𝑃2 = 60.518 λ
0.016524
6.75 + 0.0045 𝑃3 = λ
=> 1500 + 𝑃3 = 222.222 λ
0.0045
3568.889 + 900 = 532.74 λ
4468.889 = 532.74 λ

8.3885 = λ
 6,72 + 0,004 𝑃1 =λ
 6,72 + 0,004 𝑃1 = 8,3885
0,004 𝑃1 = 8,3885 - 6,72
0,004 𝑃1 = 1,6685
1,6685
𝑃1 =
0,004
= 417,125 (max 𝑃1 = 350)
 𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 = 900
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 900
350 + 𝑃2 + 𝑃3 = 900 - 350
𝟑𝟓𝟎 + 𝑷𝟐 + 𝑷𝟑 = 550

388,889 + 𝑃2 = 60,518 λ
1500 + 𝑃3 = 222,222 λ
________________________ +
1888,889 + 550 = 282,74 λ
2438,889 = 282,74 λ
8,62591 = λ
 6,426 + 0,016524 𝑃2 =λ
0,016524 𝑃2 = 8,62591 - 6,426
0,016524 𝑃2 = 2,19991`
𝑷𝟐 = 133,2

 6,75 + 0,0045 𝑃3 =λ
0,0045 𝑃3 = 8,62591 - 6,75
0,0045 𝑃3 = 1,87591
𝑷𝟑 = 416,8

Biaya pengoperasian pembangkit untuk mensuplai beban sebesar 800 MW adalah


sebagai berikut:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 180 + 6.72 𝑃1 + 0.002 𝑃12
𝐹2 (𝑃2 ) = 743.58 + 6.426 𝑃2 + 0.0083 𝑃22
𝐹3 (𝑃3 ) = 360 + 6.75 𝑃3 + 0.0023 𝑃32
Dengan memasukkan nilai 𝑃1 , 𝑃2 , dan 𝑃3 yang diperoleh dari optimasi, maka biaya
dapat dihitung dengan mudah.
𝑃1 = 350.0 MW
𝑃2 = 133,2MW
𝑃3 = 416,8MW
Maka:
0, 𝐹1 (𝑃1 ) = 2777.0
𝐹2 (𝑃2 ) = 1745.5
𝐹3 (𝑃3 ) = 3564.8
Jadi total biaya = 𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3 = 8087.4 R/h
Referensi
1. A. J. Wood and B. F. Wollenberg, Power Generation, Operation, and Control. .
New York: Wiley, 1984.
Latihan soal.

1. Diberikan data pembangkit sebagai berikut:

Input-Output characteristic of power Fuel cost


plant (R/
Mbtu)
𝐻1 =225 + 8,4 𝑃1 + 0,0025 𝑃12 0.8
1.02
𝐻2 = 729 + 6.7 𝑃2 + 0.0081 𝑃22 0.9
𝐻3 = 400 + 7.5 𝑃3 + 0.0025 𝑃32 0.8
𝐻4 =225 + 8,4 𝑃4 + 0,0025 𝑃42

Apabila total beban yang harus di suplai oleh keempat pembangkit tersebut
adalah 1.200 MW, tentukan pengoperasian yang paling ekonomis dari
pembangkit (1),(2),(3) dan (4) dengan menggunakan metode Lagrange
multiplier ()

2. Diberikan data pembangkit sebagai berikut:

Input-Output characteristic of power Fuel cost Maximum Maximum


plant (R/ (MW) capacity
Mbtu) (MW)
𝐻1 = 510 + 7.2 𝑃1 + 0.00142 𝑃12 0.8 150 600
𝐻2 = 310 + 7.85 𝑃2 + 0.00194 𝑃22 0.7 50 400
𝐻3 = 78 + 7.97 𝑃3 + 0.00482 𝑃32 0.9 50 200
𝐻4 = 510 + 7.2 𝑃4 + 0.00142 𝑃42 1.0 50 350

Apabila total beban yang harus di suplai oleh keempat pembangkit tersebut
adalah 1.200 MW, tentukan pengoperasian yang paling ekonomis dari
pembangkit (1),(2),(3) dan (4) dengan menggunakan metode Lagrange
multiplier ()
2.3 METODE PENGOPERASIAN PEMBANGKIT (UNIT
THERMAL) SECARA EKONOMIS DENGAN
MEMPERHITUNGKAN LOSSES JARINGAN.

Pada sub-bab ini dibahasa dengan singkat teknik optimasi untuk


pengoperasian pembangkit listrik secara ekonomis dengan meperhitungkan losses
pada jaringan.
Metode yang digunakan untuk pengoperasian pembangkit secara ekonomis
adalah metode Lagrange Multiplier.
Sedangkan metode yang digunakan untuk menghitung losses jaringan adalah
Network Topology Based Method. Secara sederhana sebuah sistem tenaga listrik
yang menjadi obyek pembelajaran dapat digambarkan seperti gambar 2.5.

Bus 1

2 Bus 2

Beban 2

Bus 3 Bus 4 Bus 5

Beban 3 Beban 4 Beban 5

Bus 6 Bus 7 Bus 8


Beban 6 Beban 7 Beban 8

Gambar 2.5 N unit Pembangkit yang terhubung pada sistem distribusi listrik (8 bus) untuk
mensuplai beban pada sistem tersebut.
Permasalahan-permasalahan yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum
membahas lebih lanjut pengoperasian pembangkit tenaga listrik secara ekonomis
dengan memperhitungkan losses jaringan adalah sebagai berikut:
1. Harus paham metode pengoperasian pembangkit secara ekonomis dengan
memperhatikan batas-batas pengoperasian pembangkit menggunakan metode
Lagrange Multiplier (sudah dibahas pada modul 2. Sub bab 2.2).
2. Harus mampu menghitung losses jaringan.
Secara garis besar model jaringan terbagi atas tiga jenis yaitu:
a. Radial (biasanaya terdapat pada sistem distribusi dan sistem kelistrikan di
kapal)
b. Mesh (biasanaya terdapat pada sistem transmisi tegangan tinggi)
c. Gabungan antara Radial dan Mesh.
Karena matakuliah ini diperuntukkan untuk mahasiswa D4 Teknik Otomasi
yang berada dibawah jurusan Teknik Kelistrikan Kapal. Maka pada buku ini
hanya dibahas model jaringan Radial saja.
Untuk dapat menghitung losses sistem jaringan radial, maka
diperlukan pemahaman konsep dasar listrik yang kuat. Serta kemampuan
matematika yang mumpuni khususnya konsep iterasi.
Agar proses belajar mengajar tidak terhambat maka sebelum
membahas lebih lanjut pengoperasian pembangkit secara ekonomis dengan
memperhitungkan losses jaringan maka akan dibahas terlebih dahulu dibahas.
 Konsep dasar metode iterasi (Modul 3)
 Konsep dasar sistem tenaga listrik (Modul 4).
Baru kemudian dibahas
 Konsep perhitungan losses jaringan listrik (Modul 5)
 Pengoperasian pembangkit secara ekonomis dengan
memperhitungkan losses jaringan (Modul 6).

Anda mungkin juga menyukai