Anda di halaman 1dari 9

Bab 3 konsep dasar timbul penyakit

F. Latihan
1. Terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ….
a. Agent
b. Host
c. Environment
d. Ketiga-tiganya benar

2. Bertambahnya jumlah orang-orang yang rentan terhadap suatu agent mikroorganisme


tertentu akibat dari ……
a. Adanya perubahan pada agent
b. Adanya perubahan pada host
c. Adanya perubahan pada environment
d. Adanya keseimbang agent, host dan environment

3. Perubahan pada faktor lingkungan yang menyebabkan perubahan pada kerentanan host
akibat dari ….
a. Bertambahnya agent
b. Adanya penularan penyakit
c. Meningkatnya pencemaran lingkungan
d. Terjadinya mutasi agent

4. Faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan agen, paparan, atau kerentanan terhadap
agen
adalah ….
a. Agent
b. Host
c. Environment
d. Faktor intrinsik

5. Status fisiologis (kehamilan) merupakan ….


a. Agent
b. Host
c. Environment
d. Faktor ekstrinsik

6. Pendekatan statistik untuk meyakinkan apakah terdapat hubungan yang valid antara faktor
penelitian dengan penyakit digunakan dalam ….
a. Pendekatan determinant
b. Pendekatan probabilistik
c. Pendekatan analitik
d. Pendekatan statistik

7. Keadaaan yang mutlak diperlukan untuk terjadinya suatu akibat disebut ….


a. Necesary cause
b. Sufficient component causa
c. Kausal probabilistik
d. Kontra factual

8. Jika terjadi KLB, apakah analisis sebab akibat mengandung kebenaran dan apakah
pengkajian memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dengan benar bahwa mereka yang
sakit karena penyakit, pada kenyataannya, memang sakit akibat penyebab yang dicurigai….
a. Plausibilitas
b. Konsistensi
c. Sensitifitas
d. Spesifisitas

9. Hubungan harus dibuktikan sebagai hubungan kausal dan didasarkan pada ilmu
pengetahuan
biologis, kedokteran, epidemiologi, dan pengetahuan ilmiah…
a. Plausibilitas
b. Konsistensi
c. Sensitifitas
d. Spesifisitas

10. Yang benar dari pernyataan tentang konsistensi adalah ….


a. Jika hubungan sebab akibat suatu kejadian atau paparan secara logis terjadi sebelum
penyakit atau kondisi berkembang
b. Jika hubungan yang sama ternyata bersifat kausal dan memperlihatkan hubungan sebab
akibat
c. Jika variabel, faktor atau peristiwa yang sama muncul dan muncul lagi dalam keadaan
yang berbeda dan memiliki hubungan berulang yang sama dengan penyakit
d. Jika sebuah hubungan sebab akibat dicurigai, apakah hubungan tersebut sesuai dengan
pengetahuan yang ada dan apakah observasi dan pengkajian yang logis secara ilmiah

Bab 2 PENELITIAN KASUS-KONTROL (KASUS KONTROL)

G. Latihan
1. Jelaskan pengertian penelitian kasus kontrol?
Penelitian kasus-kontrol meupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang
menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor-faktor
risiko tertentu.

2.Jelaskan jenis penelitian kasus kontrol?


1.Insidence Density
 Kelompok kasus masuk penelitian begitu terjadi
 Kelompok kontrol dipilih pada waktu yang sama.

2.Cumulative Insidence
 Kelompok kasus ditemukan selama periode waktu tertentu
 Kelompok dipilih diantara individu yang pada akhir periode bebas penyakit,
sehingga tidak lagi at risk untuk jadi kasus
 Pendekatan yang bisa dilakukan untuk penelitian keluaran proses terproduksi dan
epidemi jangka pendek.
3.Jelaskan perbandingan penelitian kasus kontrol dengan jenis penelitian lain?
- Perbandingan kasus kontrol dengan kohort terletak pada pemilihan subjek. Dalam
pemilihan kasus kontrol subjek dipilih berdasarkan status penyakitnya, sedangkan dalam
penelitian kohort subjek/kelompok dipilih berdasarkan paparan faktor risikonya.

-membandingkan antara proporsi kasus yang terpapar


oleh agen (faktor risiko atau karakteristik yang paling memungkinkan menjadi penyebab) yang
teliti, dengan proporsi terkait dalam kelompok kontrol. Jika individu yang memiliki faktor risiko
lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus dari pada kelompok kontrol, interpretasi adanya
hubungan antara penyakit dan faktor/karakteristik bisa dimunculkan.

4.Jelaskan keunggulan dan kelemahan penelitian kasus kontrol?


1. Kelebihan
a. Studi kasus kontrol, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya, cara untuk meneliti kasus
yan jarang atau masa latennya panjang
b. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
c. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit.
d. Memerlukan subjek penelitian yang lebih sedikit.
e. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu
penelitian.
f. Merupakan cara identifikasi faktor risiko pada penyakit yang preferensinya jarang yang
paling sesuai.
g. Paling cocok untuk penyakit di mana upaya medik selalu dicari.
h. Cocok dignakan untuk penyakit dengan onset yang relatif cepat. Tindakan pencegahan
sering diputuskan atas dasar info yang dihasilkan studi kasus kontrol.

2. Kelemahan
a. Tidak tersedianya informasi faktor risiko potensial baik dalam bentuk catatan maupun dalam
ingatan subjek.
b. Keterbatasan ketersediaan informasi variabel confounding (pengganggu) yang juga sering
tidak tersedia.
c. Penyakit tidak dapat dipastikan kapan munculnya.
d. Kesulitan dengan penemuan dan pengelompokan pembanding.
e. Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh sehingga potensi terjadi bias
informasi.
f. Kasus kontrol dipilih oleh peneliti maka sulit untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok itu
sebanding dalam berbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya.

5. Jelaskan tiga kriteria pemilihan kasus dalam penelitian kasus kontrol?


1.Kesulitan dalam menetapkan saat/waktu pemaparan (sebelum vs sesudah sakit), yang
akan mempersulit dalam mengambil inferensi hubungan kausal.
2. Over representasi kasus yang durasinya lama. Mati oleh karena penyakit yang diteliti dan
cepat sembuh. Peluangnya kecil masuk penelitian.
3. Sulit membedakan hubungan antara paparan dan penyakit.

6. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah riwayat kontak dengan penderita TBC
merupakan faktor risiko meningkatnya kejadian penyakit TBC. Data diperoleh 40 orang
kelompok kasus mempunyai riwayat kontak 29 orang sedangkan dari 40 orang
kelompok kontrol mempunyai riwayat kontak 18 orang. Maka hitunglah besar faktor
risiko riwayat kontak dengan kejadian penyakit TBC?

Bab 4 EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF


C. Latihan
1. Faktor orang yang selalu harus diperhitungkan dala setiap studi epidemiologi
adalah:
A. Ras
B. Usia dan jenis kelamin
C. Status perkawinan
D. Pekerjaan dan status sosial-ekonomi

2. Untuk merencanakan pelayanan kesehatan menurut kelompok usia bagi suatu


penyakit dalam populasi, yang perlu diperhatikan adalah:
A. Jumlah kasus absolut dalam tiap kelompok usia
B. Jumlah kasis relative dalam tiap kelompok usia
C. A) dan B) benar
D. A) dan B) salah

3. Untuk menginterpretasikan risiko penyebaran penyakit menurut kelompok usia


dalam suatu populasi, yang perlu diperhatikan adalah:
A. Jumlah kasus absolut dalam tiap kelompok usia
B. Jumlah kasis relative dalam tiap kelompok usia
C. A) dan B) benar
D. A) dan B) salah

4. Rasio tingkat mortalitas pria : wanita pada kelompok usia 15 – 44 tahun


umumnya adalah:
A. Lebih kecil daripada satu
B. Sama dengan satu
C. Lebih besar daripada satu
D. Semuanya salah

5. Bagi penyakit yang jumlah kasus absolutnya menunjukan penurunan pada


kelompok usia tertua dalam populasi dapat diinterpretasi sebagai:
A. Adanya penurunan risiko tinggo bagi penyakit tersebut pada kelompok usia
tua
B. Adanya penyusutan anggota populasi yang lebih besar daripada peningkatan
risiko bagi penyakit tersebut pada kelompok usia tua
C. Salah satu diantara A) dan B) mungkin benar
D. A) dan B) keduanya tidak mungkin benar

6. Pengaruh faktor ras terhadap sebaran penyakit dapat terjadi melalui:


A. Kaitan dengan faktor genetic
B. Kaitan dengan faktor budaya
C. Kaitan dengan faktor rekigi
D. Semuanya benar
7. Tingkat mortalitas pria menikah yang lebih rendah daripada tingkat mortalitas
pria tidak menikah dapat dijelaskan karena:
A. Wanita cenderung menghindarai pernikahan dengan pria yang status
kesehatannya buruk
B. Wanita cenderung menghindari pernikahan dengan pria yang pekerjaannya
berisiko tinggi
C. Perbedaan kebiasaan hidup antara pria menikah dengan pria tidak menikah
D. Semuanya mungkin benar

8. Faktor pekerjaan dapat berpengaruh terhadap sebaran penyakit melalui:


A. Kaitannya dengan status sosial-ekonomi untuk jenis pekerjaan tertentu
B. Kaitannya dengan paparan spesifik pada jenis pekerjaan tertentu
C. A) dan B) mungkin benar
D. A) dan B) salah

9. Parameter terbaik untuk menentukan satatus sosial-ekonomi ialah:


A. Tingkat penghasilan responden
B. Tingkat pengeluaran responden
C. Tingkat kepemilikan responden
D. Lingkungan hidup responden
10. Penyakit-penyakit berikut terutama atau hanya didapatkan di beberapa wilayah
tertentu di indonesia, kecuali:
A. Malaria
B. Demam berdarah dengue
C. Skistosomiasis
D. Goiter

11. Di antara penyakit-penyakit berikut, yang terutama spesifik untuk daerah


perkotaan adalah:
A. AIDS
B. ISPA
C. Skabies
D. Tiena versikolor

12. Data runtun waktu tahunan untuk Indonesia menunjukkan bahwa proporsi
terbanyak kasus denan berdarah utnuk periode 1993-1998 didapatkan pada
kelompok usia:
A. Kurang daripada 1 tahunan
B. 1-4 tahun
C. 5-14 tahun
D. 15 tahun atau lebih

BAB III
UKURAN KESEHATAN DALAM POPULASI
E.Latihan
1. Jealaskan ukuran-ukuran dalam epidemiologi?
a.Ukuran deskriptif contohnya ratio atau perbandingan responden lelaki dibanding
dengan perempuan, ratio/perbandingan jumlah kasus dibanding kontrol (pada
desain studi kasus kontrol)
b.Ukuran analitis contohnya ratio kematian campak anak-anak dibanding dengan
dewasa, ratio jumlah kasus dibandingkan anak-anak dibanding dengan dewasa.
Ratio kematian terhadap kasus (Death to case ratio) adalah Jumlah kematian

2. Desa Kuningan pada tahun 2013 adalah sebagai berikut


Jumlah penduduk = 1.200.000
Ratio pria : wanita = 2:3
Ratio balita : bukan balita = 2:8
Kasus lama/baru campak : Februari: 2/10, Maret: 5/20, Juni: 4/15
Kasus lama/baru diare : Agustus: 2/15, September: 3/25, Oktober: 5/10
Kasus lama/baru ca servikv : April: 3/5, Juli: 8/5
Hitunglah :
a. Insidence Rate Campak, Diare, dan Ca Servik tahun 2013?
b. Point Prevalensi Rate Campak, Diare, dan Ca Servik pada bulan
Februari, Maret dan Juni?
c. Period Prevalensi Rate Campak, Diare, dan Ca Servik pada tahun
2013?
d. Attack Rate Campak dan Diare?
3. Penduduk Kuningan pada pertengahan tahun 2013 = 1.102.352 orang
dengan jumlah kematian selama tahun 2013 = 3.936 orang. Berapa CDR
tahun 2013?
4.Bila jumlah kematian karena tetanus pada tahun 2013 = 3.674 orang.
Beberapa SDR tetanus per 1.000 penduduk.
5. Jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan di Kuningan hanya 1 orang
pada tahun 2013, dengan jumlah seluruh kelahiran hidup sebanyak 56.782
orang. Berapa MMR pada tahun 2013?
6. Hasil sensus penduduk Jawa Barat tahun 2013, dilaporkan jumlah
kematian bayi <1 tahun sebanyak 5.616 orang, jumlah kematian bayi umur
4 minggu sebanyak 3.179 orang, jumlah kematian janin umur 28 minggu
s/d 7 hari Post partum sebanyak 7.001 orang. Jika jumlah kelahiran hidup
1.227.900 orang.
a. Berapa IMR tahun 2013?
b. Berapa PMR tahun 2013?
c. Berapa NMR tahun 2013?

Bab 1RANCANGAN PENELITIAN CROSS SECTIONAL


F.Latihan
1. Jelaskan pengertian cross sectional?
cross-sectional merupakan salah satu studi observasional untuk menentukan
hubungan antara faktor risiko dan penyakit. Studi cross-sectional untuk mempelajari etiologi
suatu penyakit digunakan terutama, untuk mempelajari faktor risiko penyakit yang mempunyai
onset yang lama (slow onset) dan lama sakit (duration of illness) yang panjang, sehingga
biasanya pasien tidak mencari pertolongan sampai penyakitnya relatif telah lanjut.

2. Gambarkan alur penelitian cross sectional?

3. Jelaskan tujuan penelitian cross sectional?


1.Digunakan untuk mengetahui masalah kesehatan masyarakat di suatu wilayah.
2. Digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit tertentu di suatu daerah, tetapi dalam
hal�hal tertentu prevalensi penyakit yang ditemukan dapat digunakan untuk mengadakan
estimasi insidensi penyakit tersebut.
3.Digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat bila penyakit itu
mengalami perubahan yang jelas dan tetap.
4. Dimaksudkan untuk memperoleh hipotesis spesifik yang akan diuji melalui penelitian
analitis.
5. Untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinannya pada populasi
sasaran.
6. Untuk memperoleh faktor risiko dan faktor efek secara bersamaan berdasarkan studi
etiologi.
7. Untuk memperoleh ada atau tidaknya hubungan dua variabel atau lebih berdasarkan
masalah
penelitian.

4. Jelaskan ciri-ciri penelitian cross sectional?


Pada umumnya, penelitian cross sectional memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Penelitian bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu.
2. Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding.
3. Hubungan sebab-akibat hanya merupakan perkiraan saja.
4. Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis.
5. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis

5. Jelaskan keuntungan dan kelemahan penelitian cross sectional?

Keuntungan :
a. Merupakan cara yang cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.
b. Dalam hal tertentu, dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab akibat.
c. Dapat menghasilakn hipotesis spesifk untuk penelitian analitis.
d. Jarang terancam loss to follow-up (drop out).
e. Untuk mengetahui prevalensi penyakit tertentu dan masalah kesehatan yang terdapat di
masyarakat dan dapat digunakan juga untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan.
f. Sampel yang diambil dari general population, sehingga dapat dengan mudah untuk
dilakukan generalisasi.
g. Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen,
tanpa
atau dengan sedikit sekali menambah biaya.

Kerugian :
a. Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu.
b. Informasi yang diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan yang
dicari tidak diperoleh.
c. Ketidakmampuan untuk membedakan antara penyebab dan pengaruh (efek).
d. Studi prevalensi lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa sakit yang panjang
dari pada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang cepat sembuh atau
cepat meninggal mempunyai kecepatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi ini.
e. Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang dipelajari
banyak.
f. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insiden, maupun prognosis.
g. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang.
h. Potensial terjadi bias prevalensi atau bias insiden karena efek suatu faktor risiko selama
selang waktu tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek penyakit.

6. Jelaskan langkah-langkah penelitian cross sectional?


1. Membuat Rumusan Masalah Penelitian
Pertanyan penelitian harus dikemukakan dengan jelas, dan dirumuskan hipotesis yang
sesuai. Dalam studi crossectional analitik dikemukakan hubungan antar variabel yang diteliti.
Rumusan masalah penelitian bisa dalam bentuk pertanyaan atau penyataan. Contohnya :
“apakah
ada hubungan pemberian zink dengan kejadian diare berulang pada balita di wilayah kerja
Puskesmas X Kabupaten X tahun 2014?”
2. Mengidentifikasi Variabel Penelitian
Semua variabel diidentifikasi dengan cermat, maka perlu ditetapkan definisi operasional
dengan jelas, mana yang termasuk faktor risiko yang diteliti (variabel independen/faktor risiko),
faktor risiko yang tidak diteliti, serta efek yang dipelajari (variabel dependen/efek). Identifikasi
variabel penelitian juga digunakan untuk membuat operasional variabel penelitian. Contoh:
- Variabel independen (faktor risiko) yang diteliti adalah pemberian zink.
- Variabel dependen (faktor efek) yang diteliti adalah kejadian diare berulang pada balita.
3. Menetapkan Hipotesis Penelitian
Hipotesis digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Contoh :
Ho : Tidak ada hubungan antara pemberian zink dengan kejadian diare berulang pada balita.
Ha : Ada hubungan antara pemberian zink dengan kejadian diare berulang pada balita.
4. Menetapkan Subjek Penelitian
Menetapkan populasi penelitian : bergantung pada tujuan penelitian, maka ditentukan
dari populasi terjangkau, mana subjek yang dipilih, apakah dari rumah sakit/fasilitas kesehatan
atau dari Desa, Kecamatan, Puskesmas, masyarakat umum. Yang perlu diperhatikan adalah
besarnya kemungkinan untuk memperoleh faktor risiko yang diteliti.
Menentukan sampel dan memperkirakan besar sampel : besar sampel diperkirakan
dengan formula yang sesuai. Berdasarkan perkiraan besar sampel serta perkiraan prevalens
kelainan, dapat ditentukan apakah seluruh subjek dalam populasi-terjangkau akan diteliti atau
dipilih sampel yang mewakili populasi terjangkau tersebut. Penetapan besar sampel untuk
penelitian crossectional sama dengan penetapan besar sampel untuk studi kohort yang mencari
risiko relatif.
Contoh :
- Populasi terjangkau penelitian tersebut adalah semua ibu yang mempunyai balita yang
tercatat mengalami diare di wilayah kerja Puskesmas X.
- Sampel penelitian, tinggal dihitung dengan pendekatan besar sampel yang sesuai dengan
desain penelitian.
5. Melakukan Pengukuran
Pengukuran faktor risiko: Penetapan faktor risiko dapat dilakuakn dengan berbagai cara,
bergantung pada sifat faktor risiko. Pengkuran dapat dilakukan dengan kuesioner, rekam medis,
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik atau prosedur khusus. Jenis studi ini lebih tepat
untuk mengukur faktor risiko yang tidak berubah (variabel atribut), misalnya golongan darah,
jenis kelamin dll.
Pengukuran efek (penyakit): Terdapatnya efek atau penyakit tertentu dapat ditentukan
dengan kuesioner, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan khusus, bergantung pada karakteristik
penyakit yang dipelajari, yang terpenitng harus ditetapkan kriteria diagnosanya dengana
batasan
operasional yang jelas.
Melakukan pengkuran faktor risiko dan faktor efek sesuai dengan kaidah dan prinsip
pengukuran ilmiah. Contoh :
-Faktor risiko yaitu pemberian zink diukur dengan pernyataan dalam wawancara mendalam
apakah diberikan atau tidak diberikan sesuai dengan ketentuan.
- Faktor efek yaitu kepatuhan ibu dalam pemberian zink sesuai dengan ketentuan

Anda mungkin juga menyukai