Anda di halaman 1dari 52

INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro

Fakultas Teknologi Industri - Unissula


Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

MODUL I
KARAKTERISTIK BEBAN LISTRIK

1.1 Pendahuluan

Terdapat tiga macam sifat-sifat beban listrik yaitu resistif, induktif dan kapasitif. Di
dalam rangkaian listrik arus bolak – balik, terdapat tiga buah daya listrik yang
diserap oleh beban, yaitu daya nyata P , daya reaktif Q , dan daya semu S .

Apabila terdapat arus yang mengalir pada beban listrik sebesar I (A) dan besarnya
tegangan adalah V (Volt), maka besarnya daya semu S (VA) yang dibutuhkan
oleh beban listrik tersebut adalah :

S = VI (1.1)

Sedangkan daya real P (Watt) yang digunakan, dirumuskan sebagai :

P = S cos ϕ = VI cos ϕ (1.2)

Sehingga :
P
cos ϕ = pf = (1.3)
S

P
ϕ = cos −1   (1.4)
S

Di mana cos ϕ adalah faktor daya (power factor, pf ). Untuk beban yang bersifat
induktif, pf lagging di mana arusnya tertinggal dari tegangannya. Dan untuk
beban yang bersifat kapasitif, pf leading di mana arusnya mendahului
tegangannya. ϕ disebut sudut daya listrik, yang merupakan sudut antara daya
aktif dan daya semu juga merupakan sudut antara tegangan dan arus listrik.

Dan besarnya daya reaktif Q (KVAR) adalah :

Q = S sin ϕ = VI sin ϕ (1.5)

Hubungan daya beban listrik digambarkan sebagai segitiga daya sebagai berikut :

S
Q
ϕ
P
Gambar 1.1 Segitiga Daya

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 1


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

1.2 Percobaan 1
Karakteristik Beban Resistif

1.2.1 Dasar Teori

Beban listrik yang bersifat resistif sering dijumpai dan digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu contoh penggunaan beban listrik yang bersifat resistif
adalah lampu pijar (dop). Lampu pijar sebagai beban listrik, akan menyerap arus
listrik dan mengubah semua energi listrik yang didapatkannya menjadi energi
cahaya dan energi panas semuanya. Contoh lain penggunaan beban listrik ang
bersifat resistif adalah pemanas (heater), seterika listrik, kompor listrik, di mana
beban listrik tersebut akan mengubah semua energi listrik yang diterimanya
menjadi energi panas.

Energi cahaya dan energi panas yang dihasilkan oleh beban listrik yang bersifat
resistif merupakan energi nyata (real), sehingga beban jenis ini hanya mempunyai
daya nyata P .

P = VI cos ϕ (1.6)

Karena hanya mempunyai daya real P , maka :

Q=0 (1.7)

Sehingga,

S=P (1.8)

Karena nilai daya aktif P sama dengan daya semu S , maka faktor daya pf dari
beban resistif mempunyai nilai 1, di mana :

P
pf = cos ϕ = =1 (1.9)
S

Dan sudut daya ϕ mempunyai nilai nol, ϕ =0

S=P

Gambar 1.2 Segitiga Daya Beban Resistif

1.2.2. Tujuan Percobaan

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 2


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban listrik yang


bersifat resistif
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh beban resistif terhadap
daya listrik
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh beban resistif terhadap
faktor daya listrik
4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami segitiga daya dari beban resistif

1.2.3. Peralatan Yang Digunakan

1. Multimeter digital : 1 buah


2. Clamp Meter : 1 buah
3. Lampu pijar : 6 buah
4. Kotak hubung : secukupnya
5. Kabel penguhubung : secukupnya

1.2.4. Gambar Rangkaian Percobaan

Beban
Sumber
lampu
Teg. AC
pijar

+ - + -
input output
MULTIMETER DIGITAL

Gambar 1.3 Rangkaian percobaan karakteristik beban resistif

1.2.5. Langkah Kerja

1. Siapkan semua peralatan yang digunakan


2. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan
3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 220 V
4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.1.
5. Tambahkan beban lampu pijar sesuai dengan petunjuk asisten praktikum
6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.1.
7. Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum

1.2.6. Hasil Percobaan

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 3


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Tabel 1.1 Hasil percobaan karakteristik beban resistif

No Beban
V I P cos ϕ
(Volt) (Ampere) (Watt)

1.2.7. Perhitungan

 Daya kompleks S
 Daya reaktif Q
 cos ϕ

1.2.8. Grafik

 Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya :


P = f (I ) ; S = f (I ) ; Q = f (I ) ; cos ϕ = f ( I )
 Perubahan faktor daya terhadap daya listrik
P = f (cos ϕ ) ; Q = f (cos ϕ ) ; S = f (cos ϕ )
 Diagram segitiga daya

1.3. Percobaan 2
Karakteristik Beban Induktif

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 4


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

1.3.1 Dasar Teori

Beban listrik yang bersifat induktif antara lain adalah transformator, balas dari
lampu TL, motor induksi satu fasa maupun tiga fasa yang biasa digunakan untuk
menggerakkan kipas angin, pompa air, lift, eskalator, kompresor, konveyor dan
lain-lain. Seperti beban listrik yang bersifat resistif yang menghasilkan panas
sebagai wujud dari daya nyata (real), beban – beban listrik yang bersifat induktif
juga menyerap daya reaktif yang bersifat imajiner (tak tampak) yang digunakan
untuk menghasilkan medan magnet.

Karena selain energi panas yang dihasilkan oleh beban listrik yang bersifat induktif,
maka daya kompleks S terdiri dari dua yaitu daya real (aktif) P dan daya reaktif
Q , di mana :

S = P + jQ (1.10)

P = S cos ϕ = VI cos ϕ (1.11)

Q = S sin ϕ = VI sin ϕ (1.12)

Beban listrik yang bersifat induktif mempunyai arus listrik yang tertingal dari
tegangannya, karena sifat beban induktif yang menyimpan arus listrik, sehingga
nilai faktor daya pf dari beban induktif adalah tertinggal atau disebut lagging
(lag), di mana :

P
pf = cos ϕ = (1.13)
S

Dan sudut daya nya bernilai positif, di mana

P
ϕ = cos −1   (1.14)
S

S
Q
ϕ
P

Gambar 1.4 Segitiga Daya Beban Induktif

1.3.2. Tujuan Percobaan

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 5


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban listrik yang


bersifat induktif
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban induktif terhadap
daya listrik
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban induktif terhadap
faktor daya
4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami segitiga daya untuk beban induktif

1.3.3. Peralatan Yang Digunakan


1. Multimeter digital : 1 buah
2. Clamp meter : 1 buah
3. Lampu TL : 6 buah
4. Kotak hubung : secukupnya
5. Kabel penguhubung : secukupnya

1.3.4. Gambar Rangkaian Percobaan

Beban
Sumber lampu
Teg. AC TL

+ - + -
input output
MULTIMETER DIGITAL

Gambar 1.5 Rangkaian percobaan karakteristik beban induktif

1.3.5. Langkah Kerja

1. Siapkan semua peralatan yang digunakan


2. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan
3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 220 V
4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.2.
5. Tambahkan beban lampu TL sesuai dengan petunjuk asisten praktikum
6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.2.
7. Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum

1.3.6. Hasil Percobaan

Tabel 1.2 Hasil percobaan karakteristik beban induktif

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 6


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

No Beban
V I P cos ϕ
(Volt) (Ampere) (Watt)

1.3.7. Perhitungan

 Daya kompleks S
 Daya reaktif Q
 cos ϕ

1.3.8. Grafik

 Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya :


P = f (I ) ; S = f (I ) ; Q = f (I ) ; cos ϕ = f ( I )
 Perubahan faktor daya terhadap daya listrik
P = f (cos ϕ ) ; Q = f (cos ϕ ) ; S = f (cos ϕ )
 Diagram segitiga daya

1.4. Percobaan 3
Karakteristik Beban Kapasitif

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 7


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

1.4.1 Dasar Teori

Beberapa contoh beban listrik yang bersifat kapasitif antara lainkapasitor dan motor
sinkron. Fungsi dari kapasitor dan motor sinkron di dalam sistem tenaga listrik
adalah sebagai reaktor, penyimpan tegangan, dan untuk perbaikan faktor daya.
Seperti beban listrik yang bersifat induktif, beban – beban listrik yang bersifat
kapasitif juga menyerap daya aktif dan daya reaktif yang bersifat imajiner (tak
tampak), di mana daya reaktif ini digunakan untuk menghasilkan medan listrik.

Daya kompleks S untuk beban kapasitif terdiri dari dua yaitu daya real (aktif) P
dan daya reaktif Q , di mana :

S = P − jQ (1.15)

P = S cos ϕ = VI cos ϕ (1.16)

Q = S sin ϕ = VI sin ϕ (1.17)

Beban listrik yang bersifat kapasitif mempunyai tegangan yang tertingal dari arus
listrikya, karena sifat beban kapasitif yang menyimpan tegangan, sehingga nilai
faktor daya pf dari beban kapasitif adalah mendahului atau disebut leading (lead),
di mana :

P
pf = cos ϕ = (1.18)
S

Namun sudut daya nya bernilai negatif, di mana

P
ϕ = cos −1   (1.19)
S

P
ϕ
Q
S

Gambar 1.6 Segitiga Daya Beban Induktif


1.4.2. Tujuan Percobaan

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 8


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban listrik yang


bersifat kapasitif
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban kapasitif terhadap
daya listrik
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban kapasitif terhadap
faktor daya
4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami segitiga daya untuk beban kapasitif

1.4.3. Peralatan Yang Digunakan


1. Multimeter digital : 1 buah
2. Clamp meter : 1 buah
3. Kapasitor : 6 buah
4. Lampu Pijar : 1 buah
5. Kotak hubung : secukupnya
6. Kabel penguhubung : secukupnya

1.4.4. Gambar Rangkaian Percobaan

Beban
Sumber Beban
lampu
Teg. AC Kapasitor
pijar

+ - + -
input output
MULTIMETER DIGITAL

Gambar 1.7 Rangkaian percobaan karakteristik beban kapasitif

1.4.5. Langkah Kerja

1. Siapkan semua peralatan yang digunakan


2. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan
3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 220 V
4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.3.
5. Tambahkan beban kapasitor sesuai dengan petunjuk asisten praktikum
6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.3.
7. Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum

1.4.6. Hasil Percobaan

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 9


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Tabel 1.3 Hasil percobaan karakteristik beban kapasitif

No Beban
V I P cos ϕ
(Volt) (Ampere) (Watt)

1.4.7. Perhitungan

 Daya kompleks S
 Daya reaktif Q
 cos ϕ

1.4.8. Grafik

 Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya :


P = f (I ) ; S = f (I ) ; Q = f (I ) ; cos ϕ = f ( I )
 Perubahan faktor daya terhadap daya listrik
P = f (cos ϕ ) ; Q = f (cos ϕ ) ; S = f (cos ϕ )
 Diagram segitiga daya

1.5. Percobaan 4
Perbaikan Faktor Daya

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 10


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

1.5.1. Dasar Teori

Di dalam metode perbaikan faktor daya, daya nyata (real) atau daya aktif sebelum
dan sesudah perbaikan faktor daya mempunyai nilai yang tetap, di mana :

P1 = P2 = P (1.20)

Daya kompleks sebelum dan sesudah perbaikan faktor daya adalah :

P1 P P2 P
S1 = = dan S2 = = (1.21)
cos ϕ1 cos ϕ1 cos ϕ 2 cos ϕ 2

Daya reaktif sebelum dan sesudah perbaikan faktor daya adalah :


P
QL 1 = S1 sin ϕ1 = sin ϕ1 = P tan ϕ1 (1.22)
cos ϕ1
P
QL 2 = S 2 sin ϕ 2 = sin ϕ 2 = P tan ϕ 2 (1.23)
cos ϕ 2

Selisih nilai daya reaktif karena perbaikan faktor daya :

QC = QL1 − QL 2 = P tan ϕ1 − P tan ϕ 2 = P(tan ϕ1 − tan ϕ 2 ) (1.24)

QL1
QC
S1
S2 QL 2

ϕ1 ϕ2
P
Gambar 1.8 Perbaikan faktor daya

Nilai reaktansi kapasitif


XC dari kapasitor yang dipasang adalah :
2
V V2
XC = = (1.25)
QC P(tan ϕ1 − tan ϕ 2 )

Nilai kapasitansi dari kapasitor yang dipasang adalah :

1 P(tan ϕ1 − tan ϕ 2 )
C= = (1.26)
2πfXC 2πfV 2
1.5.2. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa dapat memahami cara untuk memperbaiki faktor daya

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 11


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

2. Mahasiawa dapat menentukan besarnya nilai kapasitor untuk perbaikan faktor


daya

1.5.3. Peralatan Yang Digunakan

1. Multimeter digital : 1 buah


2. Clamp meter : 1 buah
3. Kapasitor : 6 buah
4. Lampu TL : secukupnya
5. Kotak hubung : secukupnya
6. Kabel penguhubung : secukupnya

1.5.4. Gambar Rangkaian Percobaan

Beban
Sumber Beban
lampu
Teg. AC Kapasitor
TL

+ - + -
input output
MULTIMETER DIGITAL

Gambar 1.5 Rangkaian percobaan perbaikan faktor daya

1.5.5. Langkah Kerja

1. Siapkan semua peralatan yang digunakan


2. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan
3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 220 V
4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.4.
5. Tambahkan beban kapasitor sesuai dengan petunjuk asisten praktikum
6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel 1.4.
7. Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum

1.5.6. Hasil Percobaan

Tabel 1.4 Hasil percobaan perbaikan faktor daya

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 12


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

No Beban
V I P cos ϕ
(Volt) (Ampere) (Watt)

1.5.7. Perhitungan

 Daya kompleks S setiap perubahan


 Daya reaktif Q L dan QC setiap perubahan
 cos ϕ setiap perubahan
 Nilai kapasitansi setiap perubahan

1.5.8. Grafik

 Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya :


P = f (I ) ; S = f (I ) ; Q = f (I ) ; cos ϕ = f ( I )
 Perubahan faktor daya terhadap daya listrik
P = f (cos ϕ ) ; Q = f (cos ϕ ) ; S = f (cos ϕ )
 Diagram segitiga daya

MODUL II
ILLUMINASI

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 13


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

2.1. Pendahuluan

Illuminasi atau penerangan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mengenali suatu
objek secara visual. Organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan, yaitu mata,
syaraf dan pusat syaraf penglihatan di otak. Pada banyak industri, penerangan
mempunyai pengaruh terhadap kualitas produk. Kuat penerangan baik yang tinggi,
rendah, maupun yang menyilaukan berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun
ketegangan syaraf. Untuk memperoleh kualitas penerangan yang optimal IES
(Illumination EngineeringSociety) menetapkan standar kuat penerangan untuk
ruangan.

Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu sumber cahaya memancarkan energi.
Sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya di
ruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang elektromanetik. Jadi cahaya
merupakan suatu gejala getaran. Gejala-gejala geteran sejenis dengan cahaya
adalah gelombang-gelombang panas, radio, televisi, radar dan sebagainya.
Gelombang-gelombang tersebut hanya berbeda frekuensinya saja.

Silau disebabkan cahaya berlebihan yang langsung dari sumber cahaya atau hasil
pantulan ke arah mata pengamat. Silau berpengaruh terhadap mata, yaitu
ketidakmampuan mata merespon cahaya dengan baik, atau menyebabkan
perasaan tidak nyaman, karena manik mata harus memicing disebabkan kontras
yang berlebihan.

IES mendefinisikan cahaya sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi secara
visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi yang memungkinkan
makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan mata. Hubungan kecepatan
cahaya ( v ) dalam km/dt, dengan panjang gelombang ( λ ) dalam m dan frekuensi
dalam Hz adalah :
v
λ= ( 2.1 )
f

Kecepatan rambat v gelombang-gelombang elektromagentik di ruang bebas sama


dengan 3.105 km per detik.

Untuk lebih memahami tentang teknik illuminasi (penerangan), diperlukan suatu


pengertian dan pemahaman terlebih dahulu mengenai definisi-definisi yang relevan
tentang sudut ruang ( ω ), energi cahaya ( Q ), arus cahaya ( Φ ), intensitas cahaya
~
( I ), intensitas (kuat) penerangan ( E ), luminansi ( L ), dan beberapa faktor
penerangan lainnya. Besaran penerangan yang sering dikacaukan pemahamannya
adalah illuminasi (kuat penerangan) dan luminansi. Walaupun satuannya sama
yang membedakan keduanya adalah kuat penerangan sebagai besaran penerangan
yang dihasilkan oleh sumber penerangan, sedangkan luminansi merupakan kuat
penerangan yang sudah dipengaruhi oleh faktor lain.
2.2. Percobaan 1
Arus Cahaya Pada Lampu Penerangan

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 14


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

2.2.1. Dasar Teori

Arus cahaya adalah aliran rata – rata energi cahaya yang dipancarkan oleh sebuah
lampu penerangan. Arus cahaya disebut juga fluks cahaya. Arus cahaya
didefinisikan sebagai jumlah total cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber
cahaya setiap detiknya.

Besarnya arus cahaya dinyatakan dengan satuan lumen (lm), di mana :

Q
Φ= (2.2)
t

Dengan Φ : Arus cahaya (lumen,lm)


Q : Energi cahaya (lm.detik)
t : Detik

Setiap lampu penerangan mempunyai nilai efikesi, yaitu besarnya arus cahaya
yang dihasilkan oleh sebuah lampu penerangan dalam setiap watt nya, di mana :

Φ
efikesi = (2.3)
P

Dengan efikesi : (lumen/watt)


Φ : Arus cahaya (lm)
P : watt

Energi cahaya disebut juga kuantitas cahaya Q merupakan produk radiasi visual
pada rentang waktu tertentu, dinyatakan dengan :

Q = ∫ Φ .t .dt (2.4)

2.2.2. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh perubahan tegangan


terhadap arus cahaya pada sebuah lampu penerangan
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh perubahan arus listrik
terhadap arus cahaya pada sebuah lampu penerangan
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh daya listrik terhadap arus
cahaya pada lampu penerangan
2.2.3. Peralatan Yang Digunakan

1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo)


2. Lampu Pijar
3. Kabel Penguhubung
4. Multimeter

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 15


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

2.2.4. Gambar Rangkaian Percobaan

Sumber Beban
Teg. AC lampu
Variabel pijar

+ - + -
input output
MULTIMETER DIGITAL

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan arus cahaya pada lampu penerangan

2.2.5. Hasil Percobaan

Tabel 2.1 Hasil percobaan arus cahaya pada lampu penerangan


No V I P
(Ampere) (Watt)
Ket. :
(Volt)
Efikesi lampu = lm/Watt
1
2
3
4

5
6

2.2.6. Perhitungan

• Arus cahaya Φ

2.2.7. Grafik

Φ = f (V ) ; Φ = f (I ) ; Φ = f (P)
2.3. Percobaan 2
Intensitas Cahaya

2.3.1. Dasar Teori

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 16


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Kawat tahanan yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan cahaya.
Sebuah sumber cahaya akan memancarkan energi cahaya ke semua arah. Tetapi
energi radiasinya tidak merata. Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai
cahaya ke suatu arah tertentu disebut Intensitas Cahaya.

Intensitas cahaya diukur dalam satuan candela (cd). Istilah candela berasal dari
kata candle yang berarti lilin, yang merupakan satuan tertua pada teknik
penerangan, dan diukur berdasarkan intensitas cahaya standar. Foto meter standar
primer merupakan black body radiasi yang intinya terbuat dari platina dan thorium
osida, dan intensitas cahaya diukur pada temperatur platina (2042 K).

Apabila sebuah sumber cahaya ditempatkan di titik pusat dalam ruangan berbentuk
bola yang mempunyai jari-jari 1 meter, maka sumber cahaya tersebut akan
memancarkan 1 candela (cd) ke setiap arah. Sehingga permukaan bola akan
mendapatkan penerangan yang merata.

Intensitas cahaya didefinisikan sebagai fluks cahaya per satuan sudut ruang yang
dipancarkan ke suatu arah tertentu, di mana :

~
Φ
I= (2.5)
ω
~
Dengan I : Intensitas cahaya (cd)
Φ : Fluks cahaya (lm)
ω : sudut ruang (steradian,sr)

Sumber cahaya berbentuk titik yang ditempatkan dalam bola, dilingkupi oleh 4π
steradian, sehingga sumber tersebut memancarkan fluks cahaya sebesar :

~ ~
Φ = ω I = 4π I (2.6)

2.3.2. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang intensitas cahaya pada


sebuah lampu penerangan
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami hubungan antara intensitas cahaya
dan arus cahaya pada lampu penerangan

2.3.3. Peralatan Yang Digunakan

1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo)


2. Lampu Pijar
3. Kabel Penguhubung
4. Lux Meter
5. Multimeter

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 17


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

2.3.4. Gambar Rangkaian Percobaan

Luxmeter
Sumber Beban
Teg. AC lampu
Variabel pijar

+ - + -
input output
MULTIMETER DIGITAL

Gambar 2.2 Rangkaian percobaan Intensitas cahaya pada lampu penerangan

2.3.5. Hasil Percobaan

Tabel 2.2 Hasil percobaan Intensitas cahaya


~
V I Ket. :
No
P
(Volt) (watt) (cd) Jarak pengukuran = 1 m
Efikesi lampu = lm/watt
1

2
3
4

5
6

2.3.6. Perhitungan

• Arus cahaya Φ
• Hitung efikesi lampu sesungguhnya

2.3.7. Grafik

I = f (V ) ; I = f ( P ) ; I = f (Φ )
~ ~ ~

2.4. Percobaan 3
Intensitas Penerangan

2.4.1. Dasar Teori

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 18


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Intensitas (kuat) penerangan atau illuminasi adalah pernyataan kuantitatif arus


(fluks) cahaya yang jatuh pada permukaan suatu bidang. Intensitas penerangan
dilambangkan dengan E , dan di ukur dengan satuan lux (lx), di mana :

Φ
E= (2.7)
A
Dengan E : Intensitas penerangan (lx)
Φ : Fluks cahaya (lm)
A : luas permukaan bidang (m2)

Apabila sumber cahaya berbentuk titik yang ditempatkan dalam ruangan berbentuk
bola, maka luas permukaan bola adalah 4πr = ωr ( r = jari-jari bola). Karena
2 2

penyebaran cahaya meruang seluas permukaan bola, maka persamaan 2.7.


menjadi :

Φ
E= (2.8)
ωr 2
Dengan memasukkan persamaan 2.6. ke dalam persamaan 2.8, maka intensitas
penerangan menjadi :

~ ~
ωI I
E= 2 = 2 (2.9)
ωr r

Dengan menganggap sumber penerangan sebagai titik yang jaraknya h meter dari
bidang penerangan, sehingga jarak h tegak lurus dengan titik penerangan, di
mana h sama jari-jari r , maka :

~
I
E= 2 (2.10)
h

2.4.2. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang intensitas penerangan atau


illuminasi
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang jarak penerangan terhadaap
illuminasi
2.4.3. Peralatan Yang Digunakan

1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo)


2. Lampu Pijar
3. Kabel Penguhubung
4. Lux Meter
5. Multimeter

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 19


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

2.4.4. Gambar Rangkaian Percobaan

Luxmeter
Sumber Beban
Teg. AC lampu
Variabel pijar

+ - + -
input output
MULTIMETER DIGITAL

Gambar 2.2 Rangkaian percobaan Intensitas cahaya pada lampu penerangan

2.4.5. Hasil Percobaan

Tabel 2.3 Hasil percobaan Intensitas cahaya


~
h I Ket. :
No
E
(m) (lux) (cd) Tegangan lampu = volt
Efikesi lampu = lm/watt
1
2

3
4
5
6

2.4.6. Perhitungan
~
• Intensitas cahaya I
• Arus cahaya Φ

2.4.7. Grafik

E = f (h ) ; I = f ( h ) ; Φ = f (h )
~

2.5. Percobaan 4
Sudut Penerangan

2.5.1. Dasar Teori

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 20


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Apabila h adalah jarak tegak lurus sumber penerangan (titik X) dengan bidang
penerangan di titik P, r adalah jarak antara sumber penerangan dengan titik Q, di
mana keduanya membentuk sudut α , dan l adalah jarak antara P dan Q, seperti
pada gambar berikut ini :

X
Kuat penerangan di titik P adalah :
~
I
EP = 2 (2.11)
h
α
r Kuat penerangan di titik Q adalah :
h
~ ~
I I
EQ = 2 = 2 2 (2.12)
r h +l

P l Q
Gambar 2.4. Sudut penerangan

h
Bila r= (2.13)
cos α

Dapat di formulasikan kuat penerangan sepanjang bidang P – Q adalah :

~
I
E = 2 cos 2 α (2.14)
h

2.5.2. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang perubahan sudut


penerangan terhadap intensitas cahaya
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang perubahan sudut
penerangan terhadap kuat penerangan
2.5.3. Peralatan Yang Digunakan

1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo)


2. Lampu Pijar
3. Kabel Penguhubung
4. Lux Meter
5. Multimeter

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 21


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

2.5.4. Gambar Rangkaian Percobaan

Sumber Beban h
Teg. AC lampu
pijar α
l
Luxmeter

+ - + -
input output
MULTIMETER DIGITAL

Gambar 2.5 Rangkaian percobaan Intensitas cahaya pada lampu penerangan

2.5.5. Hasil Percobaan

Tabel 2.4 Hasil percobaan Intensitas cahaya


~ Ket. :
l r α E
No I Tegangan lampu = volt
(m) (m) (lux) (lm) Efikesi lampu = lm/watt
1
Tinggi h = m

2
3

4
5
6

2.5.6. Perhitungan
~
• Intensitas cahaya I
• Arus cahaya Φ

2.4.7. Grafik

E = f (α ) ; I = f (α ) ; Φ = f (α )
~

MODUL III
INSTALASI PENERANGAN

3.1. Pendahuluan

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 22


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Untuk pemasangan suatu instalasi listrik, harus terlebih dahulu dibuat gambar-
gambar perencanannya berdasarkan daerah bangunan, di mana instalasinya
akan dipasang. Gambar-gambar rencana tersebut harus jelas, artinya dapat
dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Gambar-gambar rencana instalasi
tersebut antara lain yaitu :
1. Gambar situasi, yaitu gambar untuk menyatakan letak bangunan, di mana
instalasinya akan dipasang, serta rencana penyambungan dengan jaringan
PLN.
2. Gambar instalasi, yaitu gambar yang menerangkan tentang penempatan
semua peralatan yang akan dipasang dan sarana pelayanannya, rencana
penyambungan antara peralatan listrik dengan sarana pelayanannya, dan
data teknis yang penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang.
3. Diagram garis tunggal (single line diagram), adalah diagram yang
menerangkan hubungan antara peralatan listrik dengan sarana
pelayanannya yang digambarkan dengan satu garis.
4. Diagram garis banyak (multi line diagram), adalah diagram yang
menerangkan hubungan antara peralatan listrik dengan sarana
pelayanannya yang digambarkan dengan lebih dari satu garis.

Selain itu, dalam pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan standarisasi
dan peraturan-peraturan yang berlaku. Tujuan dari standarisasi adalah untuk
mencapai keseragaman mengenai ukuran, bentuk mutu barang, cara
menggambar dan cara kerja. Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin
meningkatnya jumlah dan jenis barang yang dihasilkan, standarisasi menjadi
suatu keharusan. Beberapa organisasi standarisasi internatsional antara lain
International Electrotechnical Commission (IEC), International Organization for
Standardization (ISO), International Electrical Electronic Engineering (IEEE). Di
Indonesia terdapat suatu standarisasi untuk produk industri yaitu Standar
Industri Indonesia (SII). Untuk bidang teknik listrik arus kuat, terdapat
peraturan dan standarisasi yang dibuat oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN)
yang bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yaitu
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).

Peralatan yang digunakan dalam instalasi listrik banyak sekali macamnya.


Penggunaan peralatan instalasi tersebut tergantung dari kebutuhan dan
pelayanan yang diminta dari seorang pelanggan, serta tergantung dari sifat
ruangan dan keadaan lingkungan, di mana instalasinya akan dipasang.

Beberapa jenis peralatan instalasi listrik yang digunakan antara lain :


1. Perlengkapan hubung bagi, adalah suatu perlengkapan untuk mengontrol
dan membagi tenaga listrik dan melindungi rangkaian serta pemanfaatan
rangkaian.
2. KWH meter, adalah peralatan listrik yang digunakan untuk mengukur
energi listrik yang digunakan pada suatu instalasi listrik.
3. Saklar, adalah peralatan listrik yang digunakan untk memutuskan dan
menghubungkan rangkaian listrik. Saklar banyak sekali macamnya
tergantung dari penggunaan dan kebutuhannya.
4. Kontak tusuk (stop kontak), adalah peralatan listrik yang digunakan untuk
menghubungkan alat pemakai listrik yang dapat dipindah-pindahkan
dengan saluran yang dipasang tetap atau tidak tetap. Kontak tusuk harus

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 23


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

dibuat dari bahan yang tidak terbakar dan tahan lembab, dan harus cukup
kuat.
5. Kabel, adalah penghantar listrik yang digunakan untuk menghubungkan
peralatan listrik yang satu dengan yang lain. Kabel listrik banyak
macamnya sesuai dengan bahan penyusun isolasi dan bahan hantarannya.
Untuk instalasi tiga fasa, terdapat standarisasi pewarnaan kabel yang
digunakan :
 Fasa 1 ( R ) : merah
 Fasa 2 ( S ) : kuning
 Fasa 3 ( T ) : hitam
 Netral : biru
 Pentanahan : hijau kuning
6. Lampu pijar, merupakan sumber penerangan yang di dalamnya berupa
hampa udara ataupun gas
7. Lampu TL (neon), sumber penerangan di mana cahaya diperoleh karena
ionisasi
8. Kotak hubung, adalah peralatan listrik yang digunakan sebagai terminal
bantu untuk penyambungan rangkaian instalasi listrik. Di dalam instalasi
listrik, penyambungan kabel hanya boleh dilakukan di dalam kotak hubung,
di mana sambungannya harus baik dan kuat.

3.2. Percobaan 1
Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Tunggal,
Lampu Pijar Dan Stop Kontak

3.2.1. Tujuan Percobaan


Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi
penerangan sederhana yang menggunakan satu lampu yang dilayani dengan
satu saklar tunggal

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 24


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

3.2.2. Peralatan Yang Digunakan


5. Saklar Tunggal
6. Lampu Pijar
7. Stop Kontak
8. Kotak Hubung
9. Kabel Penguhubung
10. Multimeter

3.2.3. Gambar Rangkaian Percobaan

Suplai 3 4
2 2 3

S1 L1 STK 1

Gambar 3.1 Single line diagram percobaan 3.1

Kotak Kotak Kotak


Hubung Hubung Hubung
L
N
Pe

S1 L1 STK 1

Gambar 3.2 Multi line diagram percobaan 3.1


3.2.4. Hasil Percobaan

Tabel 3.1 Hasil Percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa


Menggunakan Saklar Tunggal, Lampu Pijar Dan Stop Kontak

Posisi Tegangan Arus Daya


Saklar (V) (A) ( Watt )
No
S1 L1 STK1 L1 STK1 L1 STK1

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 25


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

1 Off

2 On

3.2.5 Perhitungan
♦ Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem
♦ Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem

3.3. Percobaan 2
Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Seri, Dua
Buah Lampu Pijar Dan Stop Kontak

3.3.1. Tujuan Percobaan


Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi
penerangan sederhana yang menggunakan dua lampu yang dilayani dengan
satu saklar seri

3.3.2. Peralatan Yang Digunakan


1. Saklar Seri
2. Lampu Pijar

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 26


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

3. Stop Kontak
4. Kotak Hubung
5. Kabel Penguhubung
6. Multimeter

3.3.3. Gambar Rangkaian Percobaan

Suplai 3 5 4
3 2 2 3

S1 L1 L2 STK 1

Gambar 3.3 Single line diagram percobaan 3.2

Kotak Kotak Kotak Kotak


Hubung Hubung Hubung Hubung
L
N
Pe

S1 L1 L2 STK 1

Gambar 3.4 Multi line diagram percobaan 3.2


3.3.4. Hasil Percobaan

Tabel 3.2 Hasil percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar
Seri, Dua Buah Lampu Pijar Dan Stop Kontak

Tegangan Arus Daya


Posisi Saklar
(V) (A) ( Watt )
No
S1-1 S1-2 L1 L2 STK1 L1 L2 STK1 L1 L2 STK1

1 Off Off

2 Off On

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 27


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

3 On Off

4 On On

3.3.5. Perhitungan
♦ Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem
♦ Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem

3.4. Percobaan 3
Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Tukar,
Dan Lampu TL

3.4.1. Tujuan Percobaan


Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi
penerangan sederhana yang menggunakan dua lampu yang dilayani dengan
dua saklar tukar

3.4.2. Peralatan Yang Digunakan


1. Saklar Tukar
2. Lampu TL
3. Kotak Hubung
4. Kabel Penguhubung
5. Multimeter

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 28


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

3.4.3. Gambar Rangkaian Percobaan

Suplai 2 3 2
3 3 2 2

S1 S2 L1 L2

Gambar 3.5 Single line diagram percobaan 3.3

Kotak Kotak Kotak Kotak


Hubung Hubung Hubung Hubung
L
N

S1 S1 L1 L2

Gambar 3.6 Multi line diagram percobaan 3.3


3.4.4. Hasil Percobaan

Tabel 3.3 Hasil percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar
Tukar, Dan Lampu TL

Tegangan Arus Daya


Posisi Saklar
(V) (A) ( Watt )
No
S1 S2 L1 L2 L1 L2 L1 L2
1 Off Off

2 Off On

3 On Off

4 On On

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 29


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

3.4.5. Perhitungan
♦ Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem
♦ Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem

3.5. Percobaan 4
Instalasi Penerangan Satu Fasa Sistem Seri - Paralel

3.5.1. Tujuan Percobaan


Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi
penerangan sederhana yang menggunakan menggunakan system seri - paralel

3.5.2. Peralatan Yang Digunakan


1. Saklar Tunggal
2. Lampu Pijar
3. Kotak Hubung
4. Kabel Penguhubung
5. Multimeter

3.5.3. Gambar Rangkaian Percobaan

Suplai 2 2 3 4 3
2 2 2 2 2 2

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 30

S1 S2 S3 L1 L2 L3
INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Gambar 3.7 Single line diagram percobaan 3.4

Kotak Kotak Kotak Kotak Kotak Kotak


Hubung Hubung Hubung Hubung Hubung Hubung
L
N

S1 S2 S3 L1 L2 L3

Gambar 3.8 Multi line diagram percobaan 3.4

3.5.4. Hasil Percobaan

Tabel 3.4 Hasil percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Sistem Seri - Paralel

Tegangan Arus Daya


Posisi Saklar
(V) (A) ( Watt )
No
S1 S2 S3 L1 L2 L3 L1 L2 L3 L1 L2 L3

1 Off Off Off

2 Off Off On

3 Off On Off

4 Off On On

5 On Off Off

6 On Off On

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 31


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

7 On On Off

8 On On On

3.5.5. Perhitungan
♦ Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem, baik saat sistem seri maupun
sistem paralel
♦ Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem, baik saat sistem seri maupun sistem
paralel

3.6. Percobaan 5
Instalasi Penerangan Satu Fasa Lengkap menggunakan
Peralatan Hubung Bagi Dan KWH Meter

3.6.1. Tujuan Percobaan


Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi
penerangan sederhana yang menggunakan peralatan hubung bagi dan kWh
meter

3.6.2. Peralatan Yang Digunakan


6. Saklar Tunggal
7. Lampu Pijar
8. Stop Kontak
9. Kotak Hubung
10. Kabel Penguhubung
11. Multimeter

3.6.3. Gambar Rangkaian Percobaan

3 5 4
3 2 2 3
Hubung
bagi

Modul
S 1 1 - Karakteristik Beban Listrik 32

S5 L3 L4 STK 2
Group 3
2 3 2
INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Gambar 3.9 Single line diagram percobaan 3.5

3.6.4. Hasil Perocobaan

Tabel 3.5 Hasil percobaan 3.5 group 1


Posisi Tegangan Arus Daya
Saklar (V) (A) ( Watt )
No
S2 L1 STK1 L1 STK1 L1 STK1

1 Off

2 On

Tabel 3.6 Hasil percobaan 3.5 group 2


Tegangan Arus Daya
No Posisi Saklar
(V) (A) ( Watt )
S2 S3 L2 L2 L2

1 Off Off

2 Off On

3 On Off

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 33


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

4 On On

Tabel 3.7 Hasil percobaan 3.5 group 3


Tegangan Arus Daya
No Posisi Saklar
(V) (A) ( Watt )
S4-1 S4-2 L3 L4 STK2 L2 L3 STK2 L3 L4 STK2

1 Off Off

2 Off On

3 On Off

4 On On

3.6.5. Perhitungan
♦ Daya S (VA) untuk setiap beban, setiap group, dan sistem
♦ Cos ϕ untuk setiap beban, setiap group dan sistem

MODUL IV
INSTALASI TENAGA

4.1. Pendahuluan

Dalam dunia industri, motor-motor listrik sering digunakan untuk membantu


dan menjalankan proses produksi. Penggunaan motor listrik di dunia industri
antara lain, untuk konveyor, sebagai penggerak pompa, kompressor, mixer,
dan lain sebagainya. Motor listrik yang sering digunakan pada industri adalah
motor induksi tiga fasa, dengan alasan karena harganya murah, perawatannya
mudah, dan handal.

Terdapat tiga macam cara pengasutan motor induksi tiga fasa secara
konvensional, yaitu :
1. DOL (Direct On Line), adalah cara pengasutan yang menghubungkan
secara langsung sumber tenaga dengan terminal belitan motor
2. Star-Delta, adalah cara pengasutan yang menggunakan hubungan bintang
pada saatmotor start dan setelah motor berputar pada kecepatan
nominalnya, hubungan belitan diubah menjadi delta
3. Autotransformator, adalah cara pengasutan di mana arus listrik yang
masuk ke terminal stator diatur dengan autotransformator

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 34


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Di dalam perencanaan instalasi tenaga motor –motor listrik, terdapat beberapa


gambar / diagram, yang digunakan untuk mengetahui hubungan komponen-
komponennya, yaitu :
1. Diagram rangkaian tenaga (utama), adalah diagram yang menggambarkan
hubungan rangkaian dari sumber listrik sampai ke terminal motor listrik
2. Diagram rangkaian kontrol, adalah diagram yang menggambarkan
hubungan komponen-komponen yang mengatur cara kerja motor listrik
tersebut

Komponen-komponen yang dipergunakan di dalam instalasi tenaga motor listrik


antara lain :

1. MCB, adalah pengaman yang digunakan untuk memutuskan rangkaian dan


dilengkapi dengan pengaman termis untuk beban lebih dan rele untuk arus
lebih atau hubung singkat. Pemilihan besarnya kapasitas MCB yang
dipasang tergantung dari besarnya daya motor yang dilayani dan cara
pengasutannya. Nilai nominal setelan tertinggi MCB sebagai pengaman
rangkaian hubung singkat untuk pemutus tebaga adalah :
 Motor induksi dengan pengasutan star-delat, DOL, atau tahanan luar
adalah 2,5xIn
 Motor induksi dengan pengasutan autotrafo dan motor sinkron adalah
2xIn
 Motor rotor lilit dan arus searah adalah 1,5xIn

2. TOLR, Thermal Over Load Relay adalah suatu peralatan pengaman yang
berfungsi untuk mengamankan dan mendeteksi adanya arus
lebih,mengisolir dan hanya memutuskan pada bagian yang berbeban saja.
Jenis pengaman ini menggunakan prinsip bimetel, dimana panas yang
terjadi akibat beban lebih pada bimetal diubah menjadi emergi mekanik.
Kerja bimetal ini diatur sesuai dengan arus nominal pada beban

3. Tombol tekan, adalah peralatan listrik yang berfungsi sebagai saklar, tetapi
alat ini bekerja hanya sesaat saja, yaitu pada saat ditekan. Dan apabila
tobol tersebut dilepaskan, maka rangkaian akan kembali seperti semula.
Tombol tekan ada dua jenis, yaitu :
 Tombol tekan NO, Normally Open adalah tombol tekan dalam keadaan
normal terbuka
 Tombol tekan NC, Normally Close adalah tombol tekan dalam keadaan
normal tertutup

4. Kontaktor, adalah suatu alat yang menghubungkan dan memutuskan


rangkaian tenaga listrik. Alat ini bekerja berdasarkan gaya elektromagnetik
yang dihasilkan oleh kumparan magnetic. Kontaktor magnet terdiri dari
beberapa bagian, antara lain :
 Kontak utama, terdiri dari tiga buah kontak NO yang berfungsi sebagai
saklar tenaga dan mempunyai kemampuan menghantarkan arus listrik
yang lebih besar

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 35


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

 Kontak Bantu, terdiri dari beberapa kontak NO dan NC yang berfungsi


untuk mengatur kerja kontak utama, mengatur rangkaian lain atu
sebagai pengunci
 Coil (kumparan), bekerja sebagai magnet apabila terdapat arus listrik
yang mengalirinya. Gaya magnet akan menarik logam yang
dihubungkan dengan tuas untuk menggerakkan kontak-kontaknya.

4.2. PERCOBAAN 1
Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengasutan Direct
On Line Hubung Bintang

4.2.1. Tujuan Percobaan


□ Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga
□ Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi motor
induksi tiga fasa yang diasut secara DOL

4.2.2. Peralatan Yang Digunakan


11. MCB
12. Tombol tekan NO
13. Tombol tekan NC
14. Kontaktor magnetik
15. TOLR
16. Motor induksi tiga fasa
17. Kabel penghubung
18. Multimeter

4.2.3. Gambar Rangkaian Percobaan

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 36


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

L1 L2 L3
L1

95
Q1
96

S1
A1
K1 1 3 5

13
2 4 6 A2 S2 K1
14

95 97

TOLR
96 98
A1

K1
A2
M
N
3

Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol

Gambar 4.1 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.1


SUMBER
LISTRIK
L1 L2 L3 N

MCB S2 S1
R S T N

KONTAKTOR MAGNETIK
1 3 5 13 33 21 41 A1

2 4 6 14 34 22 42 A2

TOLR
95 97

96 98

U V W
Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 37

M
3
INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Gambar 4.2 Diagram pengawatan percobaan 4.1

4.2.4. Hasil Percobaan

Tabel 4.1 Hasil percobaan Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengasutan
Direct On Line Hubung Bintang
Tegangan Motor Arus Motor
No S1 S2 Keterangan
Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn

1 - On
2 On -

4.3. PERCOBAAN 2
Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengoperasian Dari
Dua Tempat

4.3.1. Tujuan Percobaan


□ Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga
□ Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi motor
induksi tiga fasa yang dioperasikan dari dua tempat

4.3.2. Peralatan Yang Digunakan


1. MCB
2. Tombol tekan NO
3. Tombol tekan NC
4. Kontaktor magnetik
5. TOLR
6. Motor induksi tiga fasa
7. Kabel penghubung
8. Multimeter

4.3.3. Gambar Rangkaian Percobaan

L1 L2 L3
L1

F
Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 38
95
Q1
96
INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol

Gambar 4.3 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.2


S3 S1
SUMBER
LISTRIK
L1 L2 L3 N

MCB S4 S2
R S T N

KONTAKTOR MAGNETIK
1 3 5 13 33 21 41 A1

2 4 6 14 34 22 42 A2

TOLR
95 97

96 98

U V W

M
3
Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 39
INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Gambar 4.4 Diagram pengawatan percobaan 4.2

4.3.4. Hasil Percobaan


Tabel 4.2 Hasil percobaan Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan
Pengoperasian Dari Dua Tempat
Tegangan Motor Arus Motor
No S1 S2 S3 S4
Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn Keterangan
1 - - on -
2 on - - -
3 - - - on
4 - On - -
5 - - on -
6 - On - -
7 - - - On
8 on - - -
4.4. PERCOBAAN 3
Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Membalik Arah
Putaran

4.4.1. Tujuan Percobaan :


□ Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga
□ Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi motor
induksi tiga fasa dengan membali arah putaran motor

4.4.2. Peralatan Yang Digunakan :


1. MCB
2. Tombol tekan NO
3. Tombol tekan NC
4. Kontaktor magnetik
5. TOLR
6. Motor induksi tiga fasa
7. Kabel penghubung
8. Multimeter

4.4.3. Gambar Rangkaian Percobaan :

L1 L2 L3 L1

95
Modul
Q1 1 - Karakteristik Beban Listrik 96
40

S1

1 3 5 13
1 3 5
INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol

Gambar 4.5 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.3


S1
SUMBER
LISTRIK
L1 L2 L3 N

MCB S3 S2
R S T N

KONTAKTOR MAGNETIK 1 KONTAKTOR MAGNETIK 2


1 3 5 13 33 21 41 A1 1 3 5 13 33 21 41 A1

2 4 6 14 34 22 42 A2 2 4 6 14 34 22 42 A2

TOLR
95 97

96 98

U V W

M
3

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 41


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Gambar 4.4 Diagram pengawatan percobaan 4.3

4.4.4. Hasil Percobaan

Tabel 4.3 Hasil percobaan Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Membalik
Arah Putaran
Tegangan Motor Arus Motor
No S1 S2 S3
Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn Keterangan
1 - on -
2 on - -
3 - - on
4 on -
5 - on -
6 - - on
7 on - -
4.5. PERCOBAAN 4
Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang
Dioperasikan Secara Mandiri

4.5.1. Tujuan Percobaan :


□ Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga
□ Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi dua
buah motor induksi tiga fasa yang dioperasikan secara mandiri

4.5.2. Peralatan Yang Digunakan :


1. MCB
2. Tombol tekan NO
3. Tombol tekan NC
4. Kontaktor magnetik
5. TOLR
6. Motor induksi tiga fasa
7. Kabel penghubung
8. Multimeter

4.5.3. Gambar Rangkaian Percobaan :

L1 L2 L3 L1

Q1

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik S1 S3 42

1 3 5 1 3 5
K1 K2 13 13
2 4 6 2 4 6 S3 K1 S4 K2
14 14
INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol

Gambar 4.7 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.4


S3 S4
SUMBER
LISTRIK
L1 L2 L3 N

MCB S1 S2
R S T N

KONTAKTOR MAGNETIK 1 KONTAKTOR MAGNETIK 2


1 3 5 13 33 21 41 A1 1 3 5 13 33 21 41 A1

2 4 6 14 34 22 42 A2 2 4 6 14 34 22 42 A2

TOLR1 TOLR2
95 97 95 97

96 98 96 98

U V W U V W

M1 M2
3 3

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 43


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Gambar 4.8 Diagram pengawatan percobaan 4.4

4.5.4. Hasil Percobaan

Tabel 4.4 Hasil percobaan Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang
Dioperasikan Dari Satu Tempat
Tegangan
Arus M1 Tegangan M2 Arus M2
No S1 S2 S3 S4 M1
Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn
1 - - On -
2 on - - -
3 - - - On
4 - on - -
5 - - On -
6 - on - -
7 - - - On
8 on - - -
4.6. PERCOBAAN 5
Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang
Dioperasikan Secara Berurutan

4.6.1. Tujuan Percobaan


□ Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga
□ Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi dua
buah motor induksi tiga fasa yang dioperasikan secara berurutan

4.6.2. Peralatan Yang Digunakan


1. MCB
2. Tombol tekan NO
3. Tombol tekan NC
4. Kontaktor magnetik
5. TOLR
6. Motor induksi tiga fasa
7. Kabel penghubung
8. Multimeter

4.6.3. Gambar Rangkaian Percobaan

L1 L2 L3 L1

Q1
33
S1 K1
34

Modul 1 -1 Karakteristik
3 5
Beban Listrik 1 3 5
44
K1 K2 13 13
2 4 6 2 4 6 S3 K1 S4 K2
14 14

21
INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol

Gambar 4.9 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.5


S3 S4
SUMBER
LISTRIK
L1 L2 L3 N

MCB S1 S2
R S T N

KONTAKTOR MAGNETIK 1 KONTAKTOR MAGNETIK 2


1 3 5 13 33 21 41 A1 1 3 5 13 33 21 41 A1

2 4 6 14 34 22 42 A2 2 4 6 14 34 22 42 A2

TOLR1 TOLR2
95 97 95 97

96 98 96 98

U V W U V W

M1 M2
3 3

Gambar 4.10 Diagram pengawatan percobaan 4.5

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 45


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

4.6.4. Hasil Percobaan


Tabel 4.5 Tabel percobaan 4.5 Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang
Dioperasikan Secara Berurutan
Tegangan
Arus M1 Tegangan M2 Arus M2
No S1 S2 S3 S4 M1
Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn Van Vbn Vcn Ian Ibn Icn
1 - - On -
2 on - - -
3 - - - on
4 - on - -
5 - - On -
6 - on - -
7 - - - on
8 on - - -

MODUL V
PENGUJIAN RESISTANSI PADA INSTALASI LISTRIK

5.1. Pendahuluan
Bangunan gedung yang digunakan oleh manusia haruslah mempunyai
fungsi keselamatan, kenyamanan, kesehatan dan dan kemudahan. Persyaratan
keselamatan sebagaimana terkandung di dalam Peraturan Pemerintah no 36
tahun 2005 tentang Bangunan Gedung pasal 32 meliputi persyaratan
kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta
kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya
kebakaran dan bahaya petir.
Pemasangan instalalasi petir harus dipasang pada gedung yang terletak
secara geografis merupakan daerah sambaran petir. Sistem penangkal petir
yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi secara nyata risiko
kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan gedung dan
peralatan yang diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya. Secara
teknis, tahanan suatu elektroda pentanahan yang dihubungkan dengan sistem
penangkal petir, harus mempunyai nilai resistansi yang sesuai dengan standar
yang ditentukan. Karena, bila tahanan suatu grounding penangkal petir terlalu
besar, dikhawatirkan tidak dapat dengan cepat menyalurkan arus listrik ke
tanah, sehingga dapat membahayakan.

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 46


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

Selain instalasi penangkal petir, instalasi listrik sangat harus


diperhatikan pada suatu bangunan gedung, hal ini terkandung pada pasal 36 PP
36 tahun 205. Pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) 04-0225-2000 atau yang lebih dikenal dengan nama
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PULI 2000). Bahan dan peralatan yang
dugunakan pada instalasi listrik suatu bangunan gedung, haruslah sesuai
dengan standar minimal yang dipersyaratkan, selain itu pemasangan instalasi
listrik itu sendiri juga harus sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku.
Untuk mengetahui baik dan buruknya suatu sistem pengetanahan
instalasi dan instalasi listrik suatu bangunan, perlu dilakukan pengukuran atau
pengujian tahanan resistansi pengetanahan dan isolasi instalasi listrik, yang
dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.
5.2. PERCOBAAN 1
Pengukuran Tahanan Pentanahan Instalasi

5.2.1. Dasar Teori

Pengukuran tahanan pentanahan dilakukan dengan menggunakan


metode tiga titik, di mana titik pertama merupakan batang pentanahan yang
akan diukur resistansinya, titik ke dua dan ketiga merupakan batang
pengentanahan bantu. Metoda tiga titik diperlihatkan pada gambar berikut ini :

V
1 2 3

Gambar 5.1. Pengukuran tahanan pentanahan metode tiga titik

Bila titik 1 adalah elektroda batang pengetanahan, titik 2 adalah batang


elektroda bantu yang merupakan elektroda potensial, sedangkan titik 3 adalah
batang elektroda bantu yang merupakan elektroda arus, maka jika diberikan

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 47


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

tegangan arus bolak-balik dengan nilai konstan antara titik 1 dan 3, sehingga
mengalirkan arus I pada saluran tersbut. Dan jika terjadi perbedaan beda
potensial antara titik 1 dan 2 sebesar V , maka nilai tahanan pentanahan pada
elektroda 1 adalah :

V
Rx = ( 5.1.)
I
Jarak optimal yang paling baik untuk mendapatkan nilai resistansi adalah
5 sampai 10 meter untuk setiap elektroda, di mana jarak antara titik 1 dan 2 5
sampai 10 m, begitu juga jarak antara titik 2 dan 3 adalah 5 sampai 10 meter.
Resistansi pentanahan yang baik menurut standart adalah kurang dari 10 Ω,
namun pada prakteknya sering digunakan maksimal 2 Ω.
5.2.2. Tujuan Percobaan
□ Dapat melakukan pengujian tahanan pentanahan suatu instalasi listrik
□ Dapat melakukan pengujian tahanan pentanahan suatu instalasi petir
□ Dapat menganalisa tentang permasalahan pada tahanan pentanahan

5.2.3. Peralatan Yang Digunakan


19. Earth Resistance Tester
20. Kabel penghubung
21. Pasak pentanahan

5.2.4. Gambar Rangkaian Percobaan

merah

kuning

x y
hijau

E P C

Gambar 5.2 Diagram Rangkaian Pengukuran Pentanahan

5.2.5. Langkah Kerja


8. Siapkan semua peralatan yang digunakan

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 48


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

9. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan di atas


10. Putarlah saklar pada pengukuran tegangan pentanahan, jika tegangan lebih
dari 10 V, pengukuran dihentikan, karena terjadi kesalahan pada instalasi
tersebut.
11. Lanjutkan pengukuran dengan nilai jarak x dan y yang bervariasi, antara 4
sampai 7 meter.
12. Catat nilai resistansi pada tabel 5.1.

5.2.6. Hasil Percobaan

Tabel 5.1. Hasil pengukuran nilai tahanan pentanahan


X 4 5 6 7
Y 4 5 6 7 4 5 6 7 4 5 6 7 4 5 6 7
Rx
Catatan : x dan y dalam satuan meter
5.3. PERCOBAAN 2
Pengukuran Tahanan Isolasi Instalasi Listrik

5.3.1. Dasar Teori

Resistansi isolasi dari suatu isolasi didefinisikan sebagai resistansi


(dalam megohm) yang ditimbulkan oleh isolasi karena diterapkan tegangan DC.
Arus yang dihasilkan disebut arus isolasi dan terdiri dari dua komponen yang
utama, yaitu arus yang mengalir di dalam isolasi, yang terdiri dari arus
kapasitansi, arus dielektrik absorpsi, dan arus konduksi tetap. Komponen yang
kedua adalah arus yang mengalir diatas permukaan isolasi, yang sering disebut
sebagai arus bocor.
Teori pengukuran resistansi isolasi dan absorpsi dielektrik yaitu ketika
suatu tegangan dc dari suatu tegangan tinggi, instrumen test dc isolasi tiba-
tiba diterapkan pada isolasi, arus isolasi akan mulai pada suatu nilai yang
tinggi, secara berangsur - angsur berkurang, dan akhirnya mencapai level off
kenilai yang stabil. Resistansi isolasi awal yang rendah disebabkan oleh arus
kapasitansi charging awal yang tinggi. Arus kapasitansi ini dengan cepat
berkurang ke suatu nilai yang dapat diabaikan ( pada umumnya 15 detik).
Resistansi isolasi awal yang rendah sebagian disebabkan oleh arus absorpsi
dielektrik awal yang tinggi. Arus ini juga berkurang berdasarkan waktu, tetapi
lebih secara berangsur-angsur, membutuhkan dari 10 menit sampai beberapa

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 49


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

jam untuk mencapai nilai yang dapat diabaikan. Resistansi isolasi bervariasi
seperti halnya ketebalan dan kebalikannya sebagai area isolasi yang diuji.
Suatu kurva yang diplot antara arus isolasi dan waktu ( atau resistansi isolasi
dan waktu ) dikenal sebagai kurva dielektrik absorsi.
PUIL 2000 mensyaratkan nilai resistansi isolaso minimum adalah sebagai
berikut :

No Tegangan Normal Rangkaian Tegangan Uji DC Resistansi Isolasi

1 Tegangan ekstra rendah 250 V ≥ 0,25

2 Tegangan sampai 500 V 500 V ≥ 0,5

3 Tegangan di atas 500 V 1000 V ≥ 0,1


5.3.2. Tujuan Percobaan
□ Dapat melakukan pengujian tahanan isolasi suatu instalasi listrik
□ Dapat menganalisa tentang permasalahan pada tahanan isolasi

5.3.3. Peralatan Yang Digunakan


1. Insulasion Tester Digital
2. Kabel penghubung
3. Penunjuk waktu (jam)

5.3.4. Gambar Rangkaian Percobaan


Sistem
Instalasi Listrik

Sumber
Listrik

Gambar 5.3 Diagram Rangkaian Pengukuran tahanan isolasi

5.3.5. Langkah Kerja


1. Siapkan semua peralatan yang digunakan
2. Matikan sumber listrik utama, dengan menurunkan tuas MCB
3. Lakukan pengukuran sesuai dengan gambar percobaan, untuk hubungan
antara saluran fasa dengan netral

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 50


INSTALASI LISTRIK - Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri - Unissula
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp. (024) 6583584 (8 lines) Faks. (024) 6582455
Semarang 50112 – Indonesia
http://www.unissula.ac.id

4. Lanjutkan pengukuran antara saluran fasa dengan saluran fasa yang lain
5. Catat nilai resistansi pada tabel 5.2.

5.3.6. Hasil Percobaan

Tabel 5.2. Hasil pengukuran nilai tahanan isolasi


Tahanan Fasa - Netral Tahanan Fasa – Fasa
No Waktu
R-N S-N T-N R-S S-T T-R
1 1 menit
2 10 menit
3 15 menit

Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 51

Anda mungkin juga menyukai