Anda di halaman 1dari 83

RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

1. Sebutkan 2 komponen ...pluripoten sel (mungkin maksudnya kemampuan sel pluripotent)


Jawab :
Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah habis meskipun
terus membelah;
Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan fungsi-fungsi
tertentu

2.
A. Gambar apa? Kalo terjadi peningkatan disebut apa?
B. Penyakit pd peningkatan jumlah sel tsb
Jawab :
A. Eosinophil, eosinophilia
B. Pada asma bronkial, askariasis

3. Volume nacl 3 ml dengan konsentrasi 4%, air 9 ml ditambahkan 2 tetes darah


A. Berpakah konsentrasinya?
B. Bagaimana nasib eritrosit
Jawab :
A. 3x4/(9+3)= 12/12= 1%
B. Krenasi
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

4.
A. Gambaran di seperti gambar di atas adalah gambaran? Jwb mikrofilaria
B. Pada cacing perempuan apa alat kelaminnya ? Ovojektor
5. A. Konsentrasi nacl yang menyebabkan hemolisa sebagian? 0,34-0,44 %
B. garam fisiologis adalah ?
Larutan garam fisiologi merupakan larutan isotonis yang memiliki kisaran konsentrasi
0.9% (b/v) NaCl
Atau larutan garam yang mempunyai konsentrasi yang sama dengan cairan tubuh
fisiologis manusia

5. Sebutkan 2 vektor dari genus yg berbeda dari gambar diatas Mansonia sp. & Anopheles sp.
6. Klinis : bengkak diseluruh tubuh, pembesaran pada scrotum.....
a) Nama penyakitnya apa? Wuchereriasis, Filariasis Bancrofti
b) Genusnya apa? Wuchereria sp.
Spesiaesnya Wuchereria bancrofti
7. Soal gambar PA. Hodgkin limophoma
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

A. Gambar apa? Hodgkin disease


B. Mikroskopisnya?
Tumor ganas berasal dari sel limfosit dan sel retikulum
Proliferasi limfosit merata diikuti hilangnya struktur normal kelenjar
Bentuk peralihan menyerupai radang dg infiltrasi sel radang dan fibrosis lua
(reticulum cell sarcoma)
Patognomonik: Dororthy Reed-Carl Sternberg cell
8. *gambar preparat* PREPARAT APA JE? hehehe
A. stadium infektif dr gambar disamping adalah... Larva stadium 3
B. alat kelamin betina pada preparat di samping ialah.. ovojektor
9. *gambar preparat* aku masih tidak mengerti ini maksudnyaaaa gambaar apaaaaa. Mohon
mengertilah keterbatasanku.
C. stadium infektif dr gambar disamping adalah... Wah kalo infektifnyaa maah larvaa
stadium 3
D. alat kelamin betina pada preparat di samping ialah.. Sepertinyaaa siih inii gambaar
stadium dewasa cacing filariaaa. Berartii jawaba nyaa ovoejektorr. Kalo yang
ditanyaa alat kelamin jantaan gubernakulum.
10. perbedaan serum dan plasma adalah?
hayooo apaaa yaa... Kuu lupaaa tapi akan berusaha mengingat.
🌴Plasma : cairan yang masih mengandung faktor2 koagulasii
Cairan ini didapatkan dari hasil sentrifugasi Karena adanya gerak sentripetal dimana
massa jenis yang berat akan terlempar ke dasar tabung.
🍒Serum : cairaan yang sudah tidak mengandung faktor2 koagulasi. Misal nih yaa kalo
kitaa jatuh truss lukaaa itu kan yaa biasanya kek adaa lendir2 yang keluar dari lukaa
kitaa. Naah itu serum tuh
Cara ngambilnyaa gimana nih??
Kalo serum gini : darah diambil dari vena 👉Dimasukkan ke tabung tanpa diberi
koagulan👉Didiamkan stlh bbrp jam👉Tjd retraksi bekuan👉Shg cairan terlepas nah inii
nii serumm.
11. Disebut leukopenia pada orang dewasa, berapakah angka leukosit?.....
Hayooo beraapaa hayooo. Okee yukk diinget kembalii
🌈 Leukositosis : >10.000/ul
🌈Leukopeni : <5000/ul
🌈leukositosis ringan : 10.000-15.000
🌈Leukositosis sedang : 15000-20.000
🌈Leuko berat : 20.000-50.000
🌈rx. Leukomoid : >50.000
12. Disebut reaksi leukomoid, berapakah angka leukosit?...... Waahhh sudaaab terjawaab dongg
di pembahasaan di atass waa jadi yaa >50.000/ul
13. A.nilai hemolisis sebagian ?
B.cairan fisiologis itu apa ?
🍓 hayooo masii ingat gaa hayoo. Ayoo belajar bersamaa Doraaa
Hemolisa total : 0-0.34% (Hipotonis) Ex : eter, toluena
Hemolisa sebagian : 0.35-0.44% (hipotonis) : aseton, kloroform
Isotonis : 0.45-0.90% : kontrol Ex : cairan Nacl 0.9% dan dekstrosa 5%
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

Krenasi : >0.9% (hipertonis)


Hemolisis sedikit : alkohol
🍫 cairan fisiologis : adalah Cairan yang memiliki tekanan osmotik diluar sel sam dengan
tekanan osmotik intrasel. Misalnya nih NaCl 0.9%
14. 2 bahan pembuat inti darah ialah.. asam folat dan vitamin b12

15. sebutkan isi dari faktor pembekuan berikut :


a. faktor III : ...... (trombolastin jaringan)
b. faktor VIII : ....... (globulin antihemofilik, antihemofilik faktor)
🌻1. Fibrinogen
🌻2. Protrombin
🌻3. Tromboplastin
4. Kalsium
5. Proakselerin (factor labil)
6.-
7. Prokonvertin
8. AHF (AH-A)
9. christmas factor (AH-B)
10. STUART FACTOR
11. plasma Tromboplastim Antecedent (PTA)
12. hagemann factor
13. Stabilisasi fibrin
🌻🌻🌻🌻

16. VI.N1 = V2.N2


1.2 = (8+2). N2
N2 = 0.2 kall inii udaah bisaa yaaa. Pokonyaaa remember ajaaV2 itu volume totaaal.
Nahh berhubung konsentrasinya 0.2 jadinyaaa hemolisa totaal yaaakk. Ayoo diingat lagii
17. Sebutkan 2 kemampuan sel pluripoten
a. Self renewal = kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah
habis meskipun terus membelah
b. Proliferative = kemampuan membelah atau memperbanyak diri
c. Diferensiatif = kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan fungsi-
fungsi tertentu
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

18. 3 ml nacl 4% + air 7 ml


A. 3×4=10×M2
12/10=M2
1,2%=M2
B. Krenasi
Pembahasan:
Hemolisa total: 0-0,34% (Hipotonis)
Hemolisa sebagian : 0,35-0,44% (Hipotonis)
Tidak hemolisa: 0,45-0,9% (Isotonis)
Krenasi: >0,9% (Hipertonis)

19. A.Leukopenia itu kadar leukositnya berapa pada orang dewasa? <5.000/uL
B. Reaksi leukomoid itu kadar leukositnya berapa? >50.000/uL
Pembahasan:
Normal : 5.000-10.000/uL
Leukositosis : >10.000/uL
Leukopenia : <5.000/uL
Leukositosis ringan : 10.000-15.000/uL
Leukositosis sedang : 15.000-20.000/uL
Leukositosis berat :20.000-50.000/uL
Reaksi leukomoid : >50.000/uL

20. Preparat

Preparat tersebut adalah sel target


Pada penyakit thalasemia dan anemia sickle cell

21. Yang termasuk faase koagulasi ...


RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

Kalau yang ditanya tahap pembekuan:


A. Hemostatis primer = pembentukan sumbat trombosit
B. Hemostatis sekunder = Pembentukan benang-benang fibrin
*Catatan -> Fase fibrinolysis = pembentukan plasmin yang akan memecah fibrin

22. Perhatikan gambar!

Gambar apakah itu? Basofil

Meningkat pada saat apa?


RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

Polisitemia vera, leukemia graulositik kronik, alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa,
dan kolisitis ulserativa.

23. Kelainan trombosit biasanya dalam =


• Jumlah (kuantitas)
a. Trombositopenia = jumlah trombosit berada dibawah normal
i. Trombositopenia autoimun
ii. Trombositopenia alloimun
b. Trombositosis = jumlah trombosit diatas normal
• Fungsi (trombopati) (kualitas)
a. Herediter = sindrom Bernard-Soulier, penyakit von Willebrand, Trombositopenia
Gianzmann
b. Didapat
i. Obat-obatan = aspirin, obat anti-inflamasi non steroid
ii. Gangguan mieloproliferatif = polisitemia vera, trombositemia esensial,
mielofibrosis
iii. Uremia

24. Perhatikan gambar berikut!

A. dari preparat yg ditunjuk berikut, sel tersebut ... (mikrositik hipokromik)


B. biasanya sering muncul pada penyakit ? (anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis)

25. faktor 3 dan 8 ? Tromboplastin dan Anti Hemofilia Factor


Jawab:
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

PELAJARI FAKTOR FAKTOR LAIN


I= Fibrinogen
II= Protrombin
III = Tromboplastin
IV= Ion kalsium
V= Pro akselerin
VI= -
VII= Pro konvertin
VIII = Anti Hemofili Factor
XI= Kristmas
X= Stuart
XI= Tromboplastin plasma
XII= Hageman
XIII= Fibrin stabilizing

26. Sebutkan 2 pelarut organic dan penyebab larutan kerusakan eritrosit


Jawab:
Pelarut Organik:
Toluen= Hemolisa total
Eter= Hemolisa total
Aceton= Hemolisa Sebagian
Kloroform= Hemolisa Sebagian
Alkohol= Sedikit Hemolisa
Penyebabnya:
Dinding sel eritrosit itu punya lipoprotein→ larut dalam larutan non polar. Larutan non
polar seperti, toluen, eterr,aceton,klorofrm,alkohol dll. Jika terjadi degradasi dinding sel
maka eritrosit akan pecah.
27. Gambar Eosinofil
- Gambar tersebut merupakan sel : Eosinofil
- Meningkat disebut apa : Eosinofilia
- Pada penyakit apa? infeksi parasit (Askariasis) dan Asma bronkhial
28. 2 Fase Pembekuan darah adalah.....

29. Apakah yang dimaksud dengan:


A. Shift to the right...: Terdapat sel matur, sel MN dan tanda adanya infeksi Kronis
B. Shift to the left...: Terdapat sel immatu/ masih muda, sel PMN dan tanda adanya infeksi
Akut
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

30. A. Soal. Diketahui 3ml NACL 4% ditambah dgn 7m . Hitung konsentrasi


Jawab:
Cara Hitung
V1 x N1 = V2 x N2
3 x 4 = 10 x N2
N2= 12/10= 1,2 %
Ingeett V2 adalah volume total 7+3 (air+Nacl)
A. Apa yang terjadi ? Krenasi
Jawab:
Interpretasi Hasil:
Hemolisa total: 0-0,34% →Hipotonis, Ex: eter, toluen
Hemolisa sebagian: 0,35-0,44% →Hipotonis, Ex: aceton, kloroform
Tidak terjadi hemolisa: 0,45-0,9% →Isotonis, Ex: Nacl 0,9% dan Dektrose 5%
Krenasi: >0,9% →Hipertonis
Hemolisa sedikit: alkohol
31. A. Trombositopenia itu disebabkan karena Kekurangan Jumlah trombosit bisa disebabkan
karena produksi yang berkurang atau destruksi trombosit yg berlebihan pd sistem
retikuloendothelial
B. Proses faktor koagulasi itu (mungkin maksudnya 3 fase proses pembekuan darah?)
mungkin saja
a. Fase I : pembentukan PROTROMBINASE
b. Fase II : pembentukan TROMBIN dari PROTROMBIN
a. Fase III : pembentukan FIBRIN dari FIBRINOGEN

32. A. Disebut dalam variasi apa? Hipokromik


B. penyakitnya apa? Anemia defisiensi Fe,
Thalassemia,sickle cell disease, HbC

33. .
Stadium infektif cacing filaria adalah ? Larva stadium 3
Cara transmisi penyakit ke manusia ? gigitan nyamuk yang mengandung larva stadium 3, larva
menempel di kulit kemudian masuk ke aliran darah manusia secara aktif melalui lubang gigitan
nyamuk
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

34. ( preparat nhl )

A. Sebutkan diagnosis dari kasus diatas non hodgkins lymphoma (diffuse lymphoma)
B. Ciri mikroskopis
• Struktur kelenjar getah bening normal sama sekali hilang
• Didominasi sel-sel tumor kecil diferensiasi jelek yang berstruktur difus
• Sel tumor hiperkromatik, besar, sitoplasma sedikit, tercat basofil, inti bulat/oval nukleus jelas
• Mitosis patologis
35. Sebutkan 3 fase proses pembekuan :
Fase I : pembentukan PROTROMBINASE
Fase II : pembentukan TROMBIN dari PROTROMBIN
Fase III : pembentukan FIBRIN dari FIBRINOGEN
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

36.

A. Gb preparat Hodgkin lymphoma


B. Yg ditunjuk dan ciri2 : yang ditunjuk adalah sel Dorothy reed carl Stenberg
37. Pembentukan hematopoesis pada orang dewasa terjadi pada?
• Vertebre
• Tulang iga
• Cranium
• Sternum
• Sacrum
• Pelvis
• Proksimal femur

38. Gambar sel target


RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

A. sel ini di sebut target cell


B.ditemukan pada penyakit thalasemia
39. (Gambar) > limfadenitis kronis spesifik TB

A. Apa diagnosis Dari preparat tersebut? Limfadenitis kronis spesifik (TB)


B. Apa ciri mikroskopisnya?
• Struktur jaringan limfoid dg sarang tuberkel yang khas (nekrosis perkejuan dikelilingi sel
epiteloid yang tersusun berjajar dan beberapa sel datya Langhans)
• Fibrosis dengan infiltrasi limfosit padat
40. Neutrofilia biasa di temukan pada..
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

41. 2 urutan yang terjadi setelah terjadi luka?


A. Vasokontriksi
B. Pembentukan sumbat trombosit
Atau bisa juga ini: hmmm binguung
A. Hemostatis primer = pembentukan sumbat trombosit
B. Hemostatis sekunder = Pembentukan benang-benang fibrin
*Catatan -> Fase fibrinolysis = pembentukan plasmin yang akan memecah fibrin

42. Gambar preparar limfangioma


RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

a. ditanya apa yang di alami orang tsb: limfangioma


b. sebutkan gambaran khas dari mikroskopisnya
• Ruang-ruang seperti kista, diantara jaringan ikat tipis dibatasi
endotel selapis, proliferasi di beberapa tempat
• Isi ruang: cairan limfe, limfosit

43. ( gambar mikroskop ) jawaban = brugia malayi


44. Seorang laki laki berumur 35 tahun yang tinggal di perdesaan datang ke dokter dengan
keluhan, demam, pembesaran KGB dan pembengkakan pada lengan dan sikunya . ((harus tau
perbedaan wuchereriasis dan brugiasis))
a. Apa diagnosis di atas = brugiasis >> bengkak cuman dibawah siku/lutut dan
gaada pembesaran testis/organ genital
b. Jelaskan ciri ujung ekor dalam spesies tersebut = brugia malayi = ujung ekor
mempunyai 2 inti yang terpisah, berdekatan

45. Narasi soal tentang penyakit elepantiasis. (lihat perbedaan dg brugiasis diatas)
A. Elepantiasis wuchereria/ wuchereriasis >> ada genital dan seluruh tungkai kena
B. Wuchereria bancrofti

46. Gambar brugia.


a. Apa diagnosis yang tepat untuk kasus di atas? Brugiasis/ elephantiasis brugia
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018

b. Sebutkan 2 spesies pada penyakit tersebut


Brugia malayi, brugia timori
47. Seorang anak laki laki berusia 6 tahun datang dengan keluhan benjolah pada cervical dan
tidak nyeri tekan...... Blalalll kemudian diambil dari hasil biopsi dan didapatkan gambaran
sebagai berikut :

A. Apakah diagnosa yang tepatttt pada penyakit di atas? Limfadenitis kronis non
spesifik
B. Bagaimanakah struktur mikroskopisnya??

• Sentrum germinativum membesar dan aktif mengandung limfosit muda yang


menunjukkan adanya mitosis atau proliferasi sel retikulum yg mengandung
kuman/debris yang telah difagositosis
• Fibrosis diantara jaringan limfoid
• Kapsul dari nodus limfatikus bisa mengalami periadenitis akan tampak tebal dengan
infiltrasi sel radang kronis
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018
PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI

A. PROSES INFEKSI
Reaktif Hyperplasia Limfoid
Reaktif hyperplasia limfoid adalah proses patologis yang terkait dengan peningkatan
intensitas produksi (proliferasi) sel sel kelenjar limfoid. Pembesaran kelenjar tersebut bersifat
jinak. Penyebab dari reaktif hyperplasia limfoid bermacam-macam, dapat karena alergi maupun
infeksi yang mengenai organ sekitar yang terletak berdekatan dengan kelenjar limfoid.
Pembesaran bisa mulai dari sebesar kacang hijau sampai 2 cm. bisa satu benjolan maupun multiple.
Karena terdapat suatu infeksi dalam tubuh, sehingga tubuh harus menghasilkan sel sel limfosit
lebih banyak lagi, maka kelenjar limfoid bekerja lebih untuk menghasilkan sel limfosit lebih
banyak lagi. Sehingga kelenjar menjadi reaktif dan mengalami hiperplasi.
Klinis : Limfadenopati
Mikroskopis :
• Sediaan terdiri atas hyperplasia folikel-folikel limfoid yang masih mengandung centrum
germinativum disertai dilatasi sinus sinus histiosit dalam stroma jaringan ikat fibrous
sembab hiperemis disertai sebukan sel limfoisit histiosit
• Tidak tampak tanda keganasan pada sediaan ini.

Limfadenitis Kronis Proses Spesifik (Radang Kronik Granulomatous et causa TB)


Infeksi TB biasanya diikuti oleh pembesaran kelenjar limfe regional di daerah cervical,
bronkial, mesenterium. Limfadenitis tuberkulosa caseosa merupakan peradangan granulomatosa
pada kelenjar limfe yang disebabkan oleh bakteri Mycibacterium tuberculosis.
Klinis :
✓ pembengkakan kelenjar getah bening
✓ demam
✓ kehilangan berat badan
✓ Nafsu makan turun
✓ massa yang tidak nyeri
✓ Batuk
Makroskopis :
▪ Pada tahap awal pembesaran limfe masih berupa focus focus peradangan yang terpisah,
konsistensi kenyal
▪ Tahap lanjut terjadi perlekatan nodus-nodus limfatikus dengan jaringan disekitarnya, juga
terjadi nekrosis perkejuan atau ulserasi sehingga konsistensi jadi kenyal lunak
Mikroskopis :
Tampak struktur jaringan limfoid dengan sarang-sarang tuberkel yang luas berupa
nekrosis perkejuan ditengah dikelilingi sel sel epiteloid yang tersusun sejajar dan
beberapa sel datya langhans di tepi.
Fibrosis disekitarnya dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat.

B. NEOPLASMA PADA KELENJAR LIMFE

Proliferasi neoplastic jaringan limfe disebut limfoma. Semuanya adalah ganas, tidak ada
yang benigna. Tumor ini berasal dari sel sel limfoblast. Penyebabnya adalah berawal dari
mutasi dan kerusakan dari sel-sel darah putih.
Keganasan pada kelenjar limfe :
• Primer:
- Non Hodgkin limfoma (NHL)
- Limfoma Hodgkin / Hodgkin disease
- Limfoma Burkitt
• Sekunder :
Metastase sel tumor pada kelenjar limfe

NHL / Non Hodgkin Limfoma


Definisi:
Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan kanker yang berkembang di kelompok sistem
limfatik atau getah bening, yaitu pembuluh dan kelenjar yang tersebar di seluruh tubuh yang
berfungsi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Di dalam pembuluh limfatik mengalir cairan
bening yang disebut cairan limfe. Cairan ini mengandung salah satu jenis sel darah putih yang
disebut limfosit dan berfungsi melawan infeksi. Kelainan limfosit ini merupakan awal mula
terjadinya limfoma (kanker kelenjar getah bening). Sekumpulan besar keganasan primer kelenjar
getah bening dan jaringan limfoid ekstra nodal, yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan
sel NK (natural killer).

Klasifikasi :
I. Neoplasma Sel B Prekursor
II. Neoplasma Sel Perifer
III. Neoplasma Sel T Prekursor
IV. Neoplasma Sel T dan Sel NK Perifer

Klinis :
- Seperti limfoma pada umumnya
- Pembesaran kelenjar limfe
- Awalnya satu dua kelenjar terkena kemudian dengan cepat menyebar merata ke kelenjar
yang lain menyebar secara limfogen.
- Umumnya pada usia diatas 40 tahun, tapi dapat menyerang anak.
- Pria = wanita. Prognosis lebih baik dari jenis diffuse
- Penderita tampak pucat, lemah penurunan berat badan
- Kadang demam dengan anemia sekunder
- Nyeri tekan tidak nyata
Prognosis : Lebih ganas dibandingkan dengan Hodgkin limfoma
Makroskopis :
- Pembesaran kelenjar lengket dengan jaringan sekitarnyakarena tumor menembus simpai.
Dapat saling melekat kelenjar satu dengan yang lain.
- Warna kelabu atau merah jambu
- Konsistensi kenyal lunak
- Tampak jaringan nekrotik di beberapa tempat
Mikroskopis :
- Proliferasi sel limfoblast padat, difuse, dengan inti sel bulat oval, relative monoton,
pleimorfik, hiperkromatin, kromatin kasar.
- Struktur kelenjar getah bening yang normal sama sekali hilang.
- Kadang terdapat mitosis patologis.
- Bersebukan limfosit histiosit

Hodgkin’s disease / Hodgkin Limfoma


Definisi:
Limfoma Hodgkin adalah kanker darah yang berasal dari sistem limfatik. Sistem limfatik
merupakan bagian dari imunitas tubuh. Sistem limfatik tersusun atas kelenjar, pembuluh dan
cairan getah bening. Cairan getah bening mengalir di dalam pembuluh getah bening dan
mengandung sel darah putih (limfosit). Pada limfoma Hodgkin, terjadi gangguan pada sel darah
putih limfosit tipe B. Limfosit yang rusak diproduksi dalam jumlah berlebihan dan tidak dapat
berfungsi dengan baik. Akibatnya, penderita menjadi rentan terkena infeksi
Klasifikasi :
I. Nodular Sclerosis
II. Mixed Cellularity
III. Lymphocyte Rich
IV. Lymphocyte Depletion
V. Lymphocyte Predominance
Klinis :
- Terdapat pada umur 20-40 thn
- Pria lebih sering drpd wanita
- Terutama mengenai kelenjar limfe : axillar, inguinal, pelvis, mediastinum, para aorta, dan
pelvis
- Hepatomegaly
- Anemia
- BB turun
- Demam (tdk selalu)

Prognosis : Lebih jinak dibandingkan dengan Non hodgkin limfoma (tapi tetap ganas)
Makroskopis :
✓ Pembesaran kelenjar limfe
✓ Tidak ada perlengketan
✓ Penampakan kuning abu abu
Mikroskopis :
Merupakan tumor ganas berasal dari sel limfosit dan reticulum
Bervariasi dari :
1. Proliferasi limfosit merata diikuti hilangnya struktur normal kelenjar
2. Bentuk peralihan menyerupai radang dgn infiltrasi sel radang dan fibrosis luas
disebut dengan reticulum cell sarcoma.
Patognomonic bila dijumpai sel Dorothy reed carl Sternberg (sel reed Sternberg), yaitu :
➢ Sel datya berdiameter 40
➢ Sitoplasma banyak,tercat asidofil atau basophil ( betuk tidak teratur)
➢ Inti sel :
▪ Satu dua atau beberapa inti : uni atau multilobuler ( mengisi lebih dari
separuh diameter sel)
▪ Nukleus prominen
▪ Kromatin berkelompok besar besar
▪ Mitosis sering ditemukan disertai sebaran sel eosinofil
▪ Inti dikililingi halo jernih seperti mata burung hantu (owl-eye appearance)
Perbedaan Antara Hodgkin Limfoma dgn Non Hodgkin Limfoma

Hodgkin Limfoma Non Hodgkin Limfoma


Lebih sering terbatas pada satu kelompok
Lebih sering mengenai kelenjar getah bening
kelenjar getah bening axial(leher
perifer secara multipel
mediastinum, para aorta)
Penyebaran secara berurutan pada kelenjar Penyebaran tidak bersifat berurutan pada
berdekatan kelenjar berdekatan
Kelenjar getah bening mesenterium dan Kelenjar getah bening mesenterium dan
cincin waldayer jarang terkena cincin waldayer lazim terkena
Sistem kelenjar ekstranodal jarang terkena Sistem kelenjar ekstranodal lazim terkena

Limfoma Burkitt
Definisi:
Limfoma Burkitt adalah Penyakit endemik di beberapa bagian Afrika dan sporadik
ditempat lain termasuk Amerika Serikat. Limfoma burkitt berhubungan erat dengan translokasi
yang melibatkan gen MYC pada kromosom 8.
Mikroskopis:
✓ Perkembangan limfoma biasanya difusse
✓ Sel – sel tumor kecil dan bulat
✓ Nukleus bulat/oval dan memiliki beberapa nukleus basofil
✓ Kromatin kasar dan membran nukleus relatif tebal
✓ Vakuola – vakuola kecil yang berisikan lemak
✓ Mitosis tidak teratur yang menonjol sebagai penampakan “Starry sky”

C. METASTASIS
Metastasis pada Kelenjar Getah Bening
Metastasis adalah keganasan yang berasal dari organ lain yang menyebar mengenai
kelenjar getah bening. Seperti contoh metastasis Adenokarsinoma pada mammae yang
bermetastasis pada kelenjar getah bening axilla.
Mikroskopis :
✓ Sediaan axilla mammae terdapat hyperplasia sel sel limfoid yang terdiri dari kelompok
kelompok sel maligna
✓ Struktur tubuler dengan inti sel pleimorfik sedang, hiperkromatik, berkromatin kasar dan
sitoplasma luas eosinofilik
PETUNJUK PRAKTIKUM PARASITOLOGI
BLOK HEMATOLOGY 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UMS

1. NEMATODA DARAH DAN JARINGAN

1.1. Tujuan pembelajaran


1. Mahasiswa mampu menjelaskan morfologi stadium dewasa (makrofilaria) dan
stadium mikrofilaria cacing nematoda darah dan jaringan pada manusia.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan cara cacing filaria limfatik menginfeksi manusia
dan stadium infektifnya.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan vektor yang berperan dalam penyebaran
penyakit yang disebabkan oleh nematoda darah dan jaringan.

1.2. Pendahuluan
Terdapat enam spesies cacing nematoda darah dan jaringan yang dapat
menginfeksi manusia yaitu :
a. Wuchereria bancrofti
b. Brugia malayi
c. Brugia timori
d. Loa-loa
e. Oncocherca volvulus
f. Mansonella ozzardi
Yang terpenting ada 3 spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia
timori, termasuk cacing filaria.
Cacing filaria mempunyai tiga stadium dalam daur hidupnya, yaitu :
1. stadium larva : dalam tubuh nyamuk yang berperan sebagai vektor
2. stadium mikrofilaria : dalam darah tepi manusia
3. stadium dewasa : dalam saluran limfe manusia
Mikrofilaria yang masuk ke dalam tubuh nyamuk bersama darah penderita
filariasis akan mengalami metamorfosis menjadi larva stadium I, II, III atau L1, L2, L3.
Larva stadium 3 (L3) merupakan stadium infektif.
Larva stadium 3 masuk ke tubuh manusia melalui tusukan nyamuk sebagai vektor.
Proboscis nyamuk menusuk kulit manusia untuk mengambil darah, L3 keluar dari
proboscis nyamuk, sejenak berada di permukaan kulit manusia, kemudian masuk melalui
lubang tusukan proboscis setelah proboscis dicabut.
Sedangkan cacing nematoda darah lain (Loa-loa, Oncocherca volvulus, Mansonella
ozzardi) mempunyai habitat masing-masing.

1.3. Morfologi
A. Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori
Berikut ini morfologi mikrofilaria dan stadium dewasa cacing filaria, larva tidak
dipelajari karena ada di tubuh nyamuk sebagai vektor.

Blok Hematology -1-


FK UMS
Tabel 1. Morfologi mikrofilaria dari masing-masing spesies
No. Hal W. bancrofti B. malayi B. timori
1. Ukuran (m) 224-296 177-230 265-323
2. Ruang kepala panjang = lebar panjang = 2x lebar panjang = 3 x lebar
3. Selubung + + +
4. Ujung ekor tidak ada inti ada 2 inti terpisah, ada 2 inti terpisah,
letaknya letaknya berjauhan
berdekatan
5. Inti badan Teratur tidak teratur tidak teratur

A B
Gambar 1. Mikrofilaria Wuchereria bancrofti. A. Mikrofilaria pada apusan darah tepi, sarung
mikrofilaria tidak tercat dengan Giemsa; B. Skematis.

A B
Gambar 2. Mikrofilaria Brugia malayi. A. Mikrofilaria pada apusan darah tepi, sarung
mikrofilaria tidak tercat dengan Giemsa; B. Skematis.

Gambar 3. Mikrofilaria Brugia timori pada apusan darah tepi, sarung mikrofilaria tidak tercat
dengan Giemsa.

Blok Hematology -2-


FK UMS
Tabel 2. Morfologi stadium dewasa cacing filaria masing-masing spesies
Hal W. bancrofti B. malayi B. timori
Jantan :
panjang (mm) 29 18 17
rasio spikulum 2,7 : 1 3,3 : 1 3,1 : 1
gubernakulum 28 x 5 19 x 4 19 x 4
(µm)
Betina : 61 48 27
panjang (mm) 190 106 160
ovojektor (µm)

Gambar 4. Cacing dewasa Wuchereria bancrofti. Kiri : jantan, kanan : betina.

Gambar 5. Mikrofilaria Brugia spp. di jaringan.

B. Nematoda darah lain


a. Loa-loa
b. Oncocherca volvulus
c. Mansonella ozzardi

Blok Hematology -3-


FK UMS
a. Loa-loa
Morfologi cacing Loa-loa adalah sebagai berikut :
1) Mikrofilaria berukuran (250-350) x (6-8,5) µm, memiliki sarung.
2) Cacing dewasa, menyerupai benang berwarna keputihan, hidup di dalam
jaringan ikat, dapat mengembara ke jaringan subkutis dan kadang
ditemukan dalam jaringan subkonjungtiva. Cacing jantan memiliki ukuran
30-34 mm, diameter 0,35-0,43 mm. Pada daerah kaudal terdapat 8 pasang
papila perianal. Terdapat 2 pasang spikula, tidak sama panjang. Cacing
betina memiliki ukuran 50-70 mm, diameter kurang lebih 0,5 mm, vulva
terbuka di daerah cervical.

Gambar 6. Mikrofilaria Loa-loa dalam sediaan darah tebal yang dicat Giemsa. Perhatikan
nukeus di ujung ekor (Sumber : cdc.gov)

Gambar 7. Loa-loa dewasa yang diambil dari mata seorang pasien (Sumber : cdc.gov)

b. Oncocherca volvulus
Morfologi cacing ini adalah sebagai berikut :
1) Mikrofilaria, termasuk kelompok tidak bersarung. Terdapat dua ukuran
yaitu 285-368 x 6-9 µm dan 150-287 x 5-7 µ, bagian anterior dan posterior
tidak berinti.
2) Cacing dewasa berwarna putih dengan garis transversal pada kutikula.
Pada bagian anterior terdapat 8 buah papila kecil yang tersusun dalam 2

Blok Hematology -4-


FK UMS
cincin serta sepasang papila lateral. Cacing dewasa, berukuran 19-42 cm x
130-210 mm, ujung posterior melengkung ke ventral, terdapat papila
perianal dan kaudal dengan jumlah dan ukuran yang bervariasi. Cacing
betina berukuran 33,5-50 cm x 270-420 mm, vulva terbuka terletak sedikit
di belakang esofagus bagian posterior. Di dalam uterus terdapat larva
mikrofilaria yang akan dilahirkan.

Gambar 8. Mikrofilaria Onchocerca volvulus di nodul kulit, tercat Hematoxylin


Eosin (HE), pembesaran 1000x (Sumber : cdc.gov)

Gambar 9. Cacing betina Onchocerca volvulus, terdapat mikrofilaria di dalam


uterus (Sumber : cdc.gov)

c. Mansonella ozzardi
Morfologi cacing ini adalah sebagai berikut :
1) Mikrofilaria, termasuk yang tidak memiliki sarung, didapat di dalam darah
perifer.
2) Cacing dewasa memiliki bentuk silindris seperti benang. Cacing jantan
mempunyai ukuran 38x0,2 mm, bagian posterior melengkung ke ventral
dengan ujung agak membengkak. Cacing betina berukuran (65-81)x(0,21-
0,25) mm, diliputi kutikula halus, pada bagian caudal terdapat sepasang
lipatan yang mengkilat.

Blok Hematology -5-


FK UMS
Gambar 10. Mikrofilaria Mansonella ozzardi dalam apusan darah tebal, tercat Giemsa

1.4. Vektor
Penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria disebut filariasis. Lebih khusus,
penyakit yag disebabkan oleh Wuchereria bancrofti disebut Wuchereriasis, Brugia malayi
disebut Brugiasis malayi dan Brugiasis timori untuk penyakit yang disebabkan oleh
spesies Brugia timori.
Vektor yang bisa menularkan penyakit ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Vektor penyakit filariasis
No. Nyamuk Penyakit Agen penyakit Spesies
1. Anopheles sp. Filariasis Wuchereria An. barbirostris,
bancrofti, Brugia An. maculatus,
malayi, An. sinensis,
Brugia timori An. subpictus
2. Culex sp. Filariasis W. bancrofti, Cx. quinquefasciatus
B. malayi,
B. timori
3. Mansonia sp. Filariasis W. bancrofti, M. uniformis,
B. malayi, M. dives
B. timori

Tabel 4. Vektor penyakit nematoda darah lain

No. Penyakit Agen penyakit Vektor


1. Loaiasis Loa-loa Lalat Chrysops sp.
2. Onchocerciasis/ River Oncocherca volvulus Lalat Simulium sp.
blindness
3. Mansonellasis Mansonella ozzardi Serangga Culicoides

1.5. Sumber pustaka


1. Natadisastra, D., Agoes, R. 2009. Parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuh
yang diserang. Jakarta : EGC
2. Buku Praktikum Parasitologi FK UGM
3. Student’s guide Blok Tropical Medicine FK UMS. 2014. Edisi keenam. Surakarta :
FK UMS

Blok Hematology -6-


FK UMS
Sumber gambar
1. www.cdc.gov dan illustrasi oleh Wilson Vientos di
http://parasitologyillustrated.com/classes_of_parasites/nematodes/wuchereria_
bancrofti.html
2. www.cdc.gov dan illustrasi oleh Wilson Vientos di
http://parasitologyillustrated.com/classes_of_parasites/nematodes/wuchereria_
bancrofti.html
3. www.cdc.gov
4. www.cdc.gov
5. www.cdc.gov
6. www.cdc.gov
7. www.cdc.gov
8. www.cdc.gov
9. www.cdc.gov
10. www.cdc.gov

-RSB’20-

Blok Hematology -7-


FK UMS
TUGAS

Gambarlah preparat awetan stadium mikrofilaria cacing filaria pada manusia dan beri
keterangan. Gambarlah skematisnya juga.
a. Mikrofilaria Wuchereria bancrofti
• panjang : 224-296 m
• ruang kepala : panjang = lebar
• ujung ekor : tidak ada inti
• badan : inti tersusun teratur
• selubung : +
Keterangan gambar :
1. ruang kepala
2. ujung ekor
3. inti badan
4. selubung
5.
6.

b. Mikrofilaria Brugia malayi


• panjang : 117-230 m
• ruang kepala : panjang = 2x lebar
• ujung ekor : ada 2 inti terpisah
• badan : inti tersusun tidak teratur
• selubung : +
Keterangan gambar :
1. ruang kepala
2. ujung ekor
3. inti badan
4. selubung
5.
6.

Blok Hematology -8-


FK UMS
c. Mikrofilaria Brugia timori
• panjang : 265-233 m
• ruang kepala : panjang = 3x lebar
• ujung ekor : ada 2 inti terpisah
• badan : inti tersusun tidak teratur
• selubung : +
Keterangan gambar :
1. ruang kepala
2. ujung ekor
3. inti badan
4. selubung
5.
6.

d. Loa-loa

Blok Hematology -9-


FK UMS
e. Onchocerca volvulus

f. Mansonella ozzardi

Pengesahan praktikum
Tanggal : ...............................................
Dosen/Asisten : ........................................

Tandatangan : ...........................................

Blok Hematology - 10 -
FK UMS
PRAKTIKUM BIOKIMIA DARAH
Tujuan Umum :
1. Memahami darah sebagai jaringan cairan tubuh yang mempunyai fungsi penting
2. Memahami hemolisis sel darah merah
3. Memahami zat-zat yang terdapat dalam darah
Tujuan Khusus :
1. Agar dapat mengenal susunan dan sifat-sifat darah
2. Agar dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi hemolisa darah
3. Agar dapat mengetahui zat-zat normal maupun abnormal.

PRAKTIKUM DARAH

I. Definisi
Darah adalah jaringan yang beredar dalam sistem pembuluh darah yang
sebenarnya tertutup.

II. Fungsi
1. Respiras i : Transport oksigen dari paru-paru ke jaringan, dari jaringan ke
paru-paru.
2. Gizi : Transport zat makanan yang diserap dari tractus digestivus.
3. Ekskresi : transport sisa-sisa metabolism (metabolit) yang tidak diperlukan
untuk tubuh melalui ginjal, paru-paru, kulit dan saluran pencernaan (usus)
untuk dibuang.
4. Mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh
5. Mengatur keseimbangan air yang terdapat di dalam darah dan jaringan.
Kelebihan air akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal, kulit, paru-paru dan
saluran pencernaan.
6. Mengatur suhu tubuh dalam batas normal
7. Berperan dalam mengatasi suatu infeksi yang merupakan fungsi leukosit dan
zat-zat anti yang beredar dalam tubuh
8. Transport hormon
9. Transport metabolit
Jumlah darah dalam ± 5-7 % B.B atau ± 85 ml/kg BB pada laki-laki, sedangkan
pada wanita sedikit lebih rendah.
B.D. darah ± 1.054 – 1.060
Viskositas : 4,5 kali viskositas air. Viskositas ini berubah-ubah tergantung dari :
1. Jumlah sel yang ada
2. Suhu tubuh
3. Derajat hidrasi tubuh
Karena keadaan 1,2 dan 3 itu dalam keadaan normal relative konstan maka
viskositas darah biasanya tidak dipengaruhi faal sirkulasi.
Rumus volume darah :
Volume darah total (L) = Volume plasma (L)
1 – Vp Rc
L = Liter
Vp RC = volume of packed Red Cells (Hematokrit)

III. Susunan darah


Terdiri dari :
1. Cairan (plasma)
2. Sel darah :
- Eritrosit
- Leukosit
- Trombosit
• Sel darah : pada laki-laki sel darah jumlahnya 45 % x volume darah total
• Plasma : merupakan 55 % volume darah, terdiri dari :
91-92 % air. 8-9 % zat-zat yang larut di dalamnya adalah :
- Protein ± 7 %
- Enzim
- Hormon
- Vitamin
- Lipid
- Asam Amino dan metabolitnya
- Urea
- Kreatin
- Kreatinin
- Anion, kation dan lain-lain.

IV. Tekanan Osmotik Darah


Tekanan Osmotik darah dipertahankan secara relatif konstan terutama oleh ginjal.
Tekanan osmotik dapat ditentukan oleh penurunan titik beku.
Titik beku rata-rata untuk seluruh darah telah ditentukan : -0,537oC. Ini sesuai
dengan tekanan osmotik 7-8 atmosfir pada suhu tubuh.
Tekanan osmotik seluruh darah ini sesuai dengan tekanan osmotik larutan NaCl
0,9 gram/L
Larutan garam NaCl ini dinamakan isotonik atau garam fisiologis.
Larutan lain yang isotonik dengan darah yaitu :
- Larutan Ringer
- Larutan Ringer-Locke dan Tyroda
Susunan sebagai berikut :
Garam Ringer Ringer Tyroda
(%) (%) Locke (%) (%)
NaCl 0,9 0,86 0,9 0,8
CaCl 0,033 0,024 0,02
KCl 0,03 0,042 0,02
NaHCO3 0,01-0,03 0,1
Glukosa 0,10-0,2 0,01
MgCl2 0,01
NaH2PO4 0,005

Mekanisme pembekuan darah :


Jika darah diambil dari saluran system peredarannya maka darah-darah tersebut
cenderung untuk membeku. Pembekuan darah sebenarnya adalah fenomena plasma,
dimana zarah-zarah darah ditangkap oleh jaringan fibrin yang tampak seperti selai.
Jika bekuan ini dibiarkan akan mengkerut dan memeras cairan kuning keluar. Cairan
ini dinamakan serum. Jadi perbedaan kimiawi antara plasma dan serum ialah bahwa
yang terakhir ini tidak lagi mengandung fibrinogen yang telah diubah menjadi fibrin
dalam proses koagulasi. Mekanisme perubahan fibrinogen menjadi fibrin melibatkan
beberapa komponen plasma yaitu protoatrombin, ion Ca, Ac, globulin plasma (Ac =
accelerator), factor anti hemofilik, komponen tromboplastin plasma, prokonvertin dan
beberapa factor jaringan dan faktor trombosit.
Pada garis besarnya proses koagulasi dan trombosit berlangsung berurutan sebagai
berikut :
1. Jaringan yang mengalami cedera dan trombosit yang mengalami aglutinasi (lisis)
melepaskan prekusor tromboplastin yang bereaksi dengan :
▪ Faktor antihemofilik (plasma)
▪ Komponen tromboplastin membentuk tromboplastin
2. Tromboplastin karena adanya ion Ca, mengubah protrombin menjadi thrombin.
3. Tromboplastin dengan adanya ion Ca dan konvertin mengubah protrombin
menjadi thrombin
4. Dengan adanya thrombin yang sedikit ini, Ac globulin plasma yang tadinya
inaktif, menjadi Ac globulin serum yang aktif.
5. Protombin dengan cepat diubah manjadi thrombin karena adanya :
- Ion Ca
- Tromboplastin
- Ac. Globulin serum
- Akselarator trombosit, (1) dan
- Konvertin
6. Thrombin mengkatalisis perubahan fibrinogen menjadi fibrin reaksi ini
dipercepat oleh akselerator trombosit (no.2)
Salah satu cara guna mencegah pembekuan darah ialah defibrinasi yaitu
menghilangkan fibrin, penambahan antikoagulan atau menurunkan kadar ion Ca
yang ada dalam larutan darah.
Defibrinasi dilangsungkan sebagai berikut :
Darah segera diaduk-aduk dengan sepotong kawat atau kaca
Pada prose pengadukan ini fibrin yang ada di dalam darah akan menempel pada
batang pengaduk, yang kemudian bisa dipisahkan. Darah yang telah difibrinasi
ini tidak lagi bisa menggumpal walaupun ditambahkan ion Ca ke dalamnya.
Cara yang dipergunakan pada yang terakhir ini ialah menambahkan ion oksalat
atau ion fluoride atau ion sitrat, ion tersebut akan bergabung dengan ion Ca
membentuk garam yang sukar larut atau sukar mendissosiasi.
Darah yang demikian itu disebut darah oksalat, darah fluorida atau darah sitrat.
Jenis darah tersebut diatas dapat digumpalkan lagi dengan membubuhkan CaCl2
ke dalamnya.
Antikoagulan : kebanyakan antikoagulan yang sering dipakai umumnya bersifat
dapat mengikat ion Ca, kecuali heparin yang bersifat antitromboplastin
(menghambat pembentukan thrombin dari protrombin).
1) Heparin
Ini merupakan antikoagulan yang baik, sebab ia tidak mengubah susunan
darah. Dibandingkan dengan antikoagulan yang lain, heparin lebih mahal.
Heparin dipakai dalam bentuk garamnya dengan Na, Li atau Ca jumlah yang
diperlukan cukup 2 mg/100 ml darah. Pemakaian yang terlalu banyak
mengakibatkan pergeseran air antara sel dan plasma. Sehingga pemeriksaan
kurang tepat.
2) K atau Na oksalat
Zat-zat ini mengandung ion Ca yang lazim dipakai ialah K oksalat, karena
sifatnya yang mudah larut. Untuk mencegah pembekuan darah diperlukan 10-
20 mg/ 10 ml darah. Dalam hal ini dinding tabung tempat penampungan
darah diliputi dengan lapisan K-oksalat yang tipis 0,1 ml larutan K-oksalat 30
% dimasukkan ke dalam tabung untuk menampung darah, kemudian cukup
kira-kira 10 ml darah.
3) Campuran Ammonium oksalat dan K-oksalat (dalam perbandingan 3:2).
Untuk 1 ml darah dibutuhkan 2 mg antikoagulan. Zat-zat ini tidak boleh
dipakai pada penetapan kadar urea. Protein atau non protein nitrogen menurut
Kyeldahl, sebab penggunaan garam – garam NH4 disini akan memberikan
hasil kadar M yang lebih tinggi.
4) Na citrate
Sitrat tidak mengendapkan ion Ca, akan tetapi mengikat ion Ca. Ca sitrat
yang terbentuk tidak berionisasi, sehingga pembekuan terhalang. Untuk
penetapan Ca lebih baik dipakai serum, sebab pemakaian plasma sitrat dapat
mengakibatkan pergeseran air dari sel. Untuk mencegah pembekuan
diperlukan 30 mg/10 ml darah.
5) Na-fluorida
Jumlah yang diperlukan untuk mencegah pembekuan lebih banyak dari pada
antikoagulan lainnya. Disamping sebagian antikoagulan fluoarida juga dapat
menghambat pekerjaan beberapa enzim sehingga juga dapat berfungsi
mempertahankan kadar beberapa macam zat (glukosa).
6) Ethylen Diamine Tetra Acid (EDTA)
Chelating agent ini atau garamnya dapat menegah pembekuan darah dengan
mengikat ion Ca. Untuk penyelidikan darah lebih baik diambil setelah puasa
10-12 jam supaya dapat dibandingkan dengan harga-harga normal yang biasa
ditetapkan dalam keadaan puasa.
Jika didiamkan darah dapat mengalami perubahan-perubahan dan sebagainya
:
• Perubahan zat-zat karena aktivitas enzim seperti :
- Glikolisis oleh enzim di dalam eritrosit dan lekosit (glukosa, piruvat,
laktat)
- Pembentukan ammonia dari urea
- Peninggian fosfat organic plasma, karena terjadinya pemecahan ester
fosfat di dalam sel yang kemudian berdifusi keluar sel.
- Keluarnya zat-zat dari dalam sel.
• Pengeluaran CO2 karena tekanan parsiil CO2 darah lebih besar daripada
pCO2 udara. Supaya didapatkan hasil yang baik pada penetapan susunan
darah terutama susunan kuantitatif, harus diperhatikan beberapa hal :
- Serum atau plasma harus secepat mungkin dipisahkan, untuk
penetapan macam-macam gas di dalam darah, darah ditampung
dibawah parafin dan plasma segera dipisahkan.
- Pemeriksaan hendaknya dilakukan tanpa menunggu terlalu lama,
untuk mencegah pengaruh enzim dan kuman-kuman. Alat-alat yang
dipakai harus bersih, jika mungkin steril dan kering. Jika akan
disimpan, tergantung dari jenis penetapan, darah serum atau plasma
dicampur dengan Na-fluorida dan disimpan dalam keadaan steril dan
atau pada suhu rendah.
- Banyak penetapan zat di dalam darah dipengaruhi oleh zat lain dapat
mengganggu reaksi-reaksi maupun pembacaan pada kolorimeter.
Gangguan – gangguan seperti tersebut di atas juga dapat mengganggu
pada penetapan kadar glukosa darah yang didasarkan atas reduksi.
Selain glukosa, dalam darah juga terdapat zat-zat lain dengan daya
reduksi. Oleh karena itu diusahakan untuk mengendalikan protein dan
zat-zat lain yang dapat mereduksi. Untuk itu dikenal beberapa cara
pembuatan filtrate darah yang bebas protein seperti filtrate Folin-Wr,
Somoyogi dan sebagainya yang akan diterangkan sendiri.

V. Laju Endap Eritrosit


Pemeriksaan ini dipakai dalam klinik sebagai cara pemeriksaan non spesifik
untuk mengetahui adanya infeksi. Laju endapan eritrosit ini tergantung terutama
dari fibrinogen dan globulin serta konsentrasi sel darah merah. Fibrinogen dan
globulin dalam plasma disebut juga sebagai makromolekul asimetris plasma.
Bila konsentrasi makromolekul dalam plasma meningkat seperti pada pelbagai
keadaan radang, sel darah merah berkelompok dan mengendap lebih sempurna.
Sehingga laju endapan eritrosit meningkat. Cara yang paling sering dipakai untuk
pengukuran laju endapan eritrosit adalah teknik WINTROBE dan
WESTERGREEN. Cara WINTROBE memakai tabung 100 mm panjang. Cara
WESTERGREEN memakai tabung 180 mm panjang. Tabung westergreen
mempunyai lubang yang lebih kecil. Darah diencerkan 1:3 dengan larutan garam.
Darah yang diencerkan dimasukkan dalam tabung pengulur dan banyaknya
endapan (sedimentasi) dicatat setelah 1 jam.

PRAKTIKUM DARAH
1. Hemolisa sel darah merah
Larutan hipotonis
Siapkan sederetan tabung reaksi berisi campuran berikut :
Tab Air (ml) NaCl 2 % (ml)
1 10,0 0,0
2 9,0 1,0
3 8,0 2,0
4 7,5 2,5
5 7,0 3,0
6 6,5 3,5
7 6,0 4,0
8 5,5 4,5
9 5,0 5,0
10 4,5 5,5
- Campur dengan baik pada masing-masing tabung
- Tambahkan 2 tetes eritrosit yang telah dicuci pada masing-masing tabung
- Campur lagi dengan membaliknya perlahan-lahan, lalu diamkan selama 1
jam.
- Catatlah derajad hemolisa pada masing-masing tabung
- Berapakah resistensi osmotic minimum sel darah merah?

2. Pengaruh zat kimia


- Isilah 6 tabung reaksi dengan 10 ml NaCl 0,9 %
- Tabung pertama digunakan sebagai control
- Pada kelima tabung lainnya diisi masing-masing dengan 2 tetes : chloroform,
eter aceton, toluene dan alcohol.
- Lalu pada keenam tabung tersebut tambahkan 2 tetes darah yang telah dicuci
- Kocok dan biarkan selama ½ jam
- Bandingkan dengan control

3. Pengaruh ion Ca
- Ke dalam 2 tabung reaksi ditambahkan masing-masing 2 ml darah oksalat
(darah sitrat) dan darah non fibrin.
- Kemudian ke dalam tiap tabung ditambahkan 5 tetes 5% CaCl2
- Kocoklah amati terjadinya pembekuan dan catat waktu pembekuan.

4. Pengendapan globulin
- Tambahkanlah 3 ml larutan (NH)4SO4 jenuh ke dalam tabung yang
sebelumnya telah diisi dengan 3 ml serum.
- Gojoklah. Endapan globulin yang terjadi dipisahkan dengan jalan
menyaring larutan.
- Simpan filtrate untuk percobaan berikutnya
- Endapan diatas dipindahkan ke dalam tabung, kemudian dituangi sedikit air
dan digojok supaya bekuannya larut
- Encerkanlah dengan air.
- Biarkanlah dan catat apa yang terjadi

5. Pengendapan albumin
- Ke dalam filtrate (p.l) ditambahkan ammonium sulfat padat berlebihan.
Gojoklah, akan tampak terjadinya endapan (albumin)
- Saring endapannya dipindahkan ke dalam tabung, tambahkan air dan gojok
- Endapannya akan larut, encerkan lagi, biarkan.
- Amati dan catat ada atau tidak adanya endapan lagi.

6. Deproteinasi serum darah


- Tambahkan 5 ml darah dengan 10 ml air dan didihkan
- Selanjutnya tambahkan setetes demi setetes 2 % larutan asam asetat ke dalam
didihan diatas, sehingga terjadi endapan.
- Saringlah endapan yang terjadi
- Teteskan indicator khlorofenol merah. Kemudian asamkan hingga pH
menunjukkan 5,4 (warna indikator tepat hilang)
- Didihkan dan bila perlu saringlah
- Filtrate ini dipergunakan untuk percobaan berikutnya

7. Uji klorida
- Ambil sedikit filtrate (pl) dan tambahkan 1 tetes HNO3 pekat dan beberapa
larutan AgNO3
- Larutan menjadi putih atau terjadi endapan putih
- Endapan akan larut lagi bila dituangkan NH4OH ke dalamnya.

8. Uji fosfat
- Tuangkan sedikit filtrate (pl) ke dalam tabung dan tambahkanlah beberapa
tetes ammonium molibdat dan 1 tetes HNO3 pekat.
- Panaskan akan terjadi endapan kuning.

9. Uji kalsium
- Tambahkan ke dalam filtrate (pl) beberapa tetes larutan Kalium oksalat
- Warna putih keruh atau terjadinya endapan putih menunjukkan adanya Ca
dalam filtrate

10. Uji Glukosa


- 2 ml sisa filtrate (pl) diatas dibubuhi dengan 2 tetes gliserol, sedikit bubuk
Na2CO3 bebas air dan 2 tetes 2,5 % larutan CuSO4
- Didihkan selama beberapa menit
- Bila terjadi warna kuning keruh atau merah bata maka hal itu menunjikkan
adanya glukosa (gula reduksi)

11. Pigmen Darah (Uji Benzidin)


- Encerkan satu tetes darah dengan 10 ml air
- Ambil 1 ml larutan diatas dan tambahkan berturut-turut 1,5 ml larutan
Benzidin dan 0,5 ml larutan H2O2
- Amati warna biru yang terjadi

12. Uji Hematin


- Ratakanlah 1 tetes darah diatas obyek lalu keringkanlah diatas api kecil
(keringkan bagian bawah gelas)
- Tambahkan 2 tetes 0,1 5 larutan KCL dalam asam acetat glacial pada darah
kering diatas
- Tutuplah dengan gelas penutup dan panaskan di atas api kecil sampai
mendidih.
- Tambahkanlah 1 atau 2 tetes pereaksi tersebut diatas melalui tepi gelas
penutup dan kemudian lihatlah di bawah mikroskop. Amati bentuk dan warna
Kristal yang ada di gelas obyek.
PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Pada era sekarang tekonologi mengalami perkembangan sangat pesat termasuk di dunia
kesehatan. Untuk menegakkan sebuah diagnosis dan respon pengobatan selain dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan adanya pemeriksaan laboratorium untuk
melengkapi data yang tidak bias diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk
itulah sebagai seorang dokter (klinisi) diharuskan mempunyai pengetahuan tentang
pemeriksaan diagnostic menggunakan laboratorium.
Salah satu pemeriksaan diagnostic yang digunakan adalah pemeriksaan darah. Darah
merupakan bagian tubuh berbentuk cair yang jumlahnya kurang lebih 5 liter (1/3 dari
berat tubuh). Darah terbagi menjadi dua komponen yaitu 3 liter plasma dan 2 liter sel
darah. Plasma darah berasal dari system limfatik dan intestine yang berfungsi sebagai
pembawa sel darah. Sel darah diproduksi terutama di sumsum tulang. Sel darah
diklasifikasikan dalam
1. Leukosit / sel darah putih ( granulosit,limfosit,monosit,eosinofil dan basofil)
2. Eritrosit / sel darah merah
3. Dan platelet / trombosit
Sebelum lahir hematopoiesis terjadi di hepar, pada pertengahan usia janin limpa dan
“lymph nodes” mulai berperan dalam produksi sel darah. Segera setelah lahir
hematopoiesis terjadi di sumsum tulang.
Berikut adalah gambaran hematopoiesis
PENGAMBILAN BAHAN PEMERIKSAAN
A. SIKAP DAN PERSIAPAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan bahan untuk pemeriksaan
hematology
1. Faktor pemeriksa
 Tidak kasar / sabar
 Tidak menakutkan terutama bila penderita anak kecil
 Tidak menunjukkan sikap ragu – ragu
 Terampil dan tidak ceroboh
 Bekerja secara sistematis
 Bekerja secara aseptis, bersih
 Tidak makan / minum / merokok di laboratorium
 Hindarkan pencemaran lingkungan
 Perhatikan keselamatan orang lain dan diri sendiri
2. Persiapan penderita
 Bila tidak ada keperluan tertentu, bahan pemeriksaan diambil dalam
keadaan puasa 12 jam
 Bila penderita makan sesaat sebelum diambil darahnya, maka akan
meningkatkan volume plasma
 Aktifitas fisik akan meningkatkan Hb, Eritrosit, LED
 Posisi pada saat pengambilan tidur akan menurunkan nilai Hb dan
hematokrit.
 Beberapa jenis obat akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
B. MACAM BAHAN PEMERIKSAAN
Macam bahan yang akan diambil sesuai dengan pemeriksaan yang akan
dilakukan. Misalnya darah vena : untuk pemeriksaan darah rutin, darah kapiler
untuk hitung sel.
Macam bahan pemeriksaan :
1. Darah vena
Bayi baru lahir : Vena Umbilicalis
Bayi : Vena Jugularis externa
Dewasa : Semua Vena Superficial
Terbaik : Vena Mediana Cubiti
2. Darah kapiler
Anak : Ujung ibu jari kaki
Dewasa : Ujung jari tangan
C. CARA PENGAMBILAN
Darah kapiler
Sample darah kapiler dapat digunakan untuk pemeriksaan : Hb,Hitung sel
Mikrohematokrit/
Golongan darah Parasit malaria
Alat yang dipergunakan : Lancet steril dan kapas.
Reagensia : Alkohol 70 %
Cara pengambilan :
1. Masase jari tangan ( Telunjuk, jari tengah atau jari manis ). Desinfeksi dengan
alcohol 70 %, biarkan kering tanpa ditiup.
2. Lokasi penusukan ujung jari tangan sebelah kiri / kanan ( lihat gambar ).
Lakukan penusukan dengan lancet cesara sekonyong-konyong, sedalam
kurang lebih 2 – 3 mm sampai darah mengalir bebas.
3. Buang 3 tetesan yang pertama
4. Mengambil sample langsung dari jari
5. Gunakan kapas untuk menghentikan darah sesudah pengambilan sample
selesai.
Catatan :
 Bila melakukan penusukan kemungkinan akan mendapatkan kesulitan,
bungkus dulu ujung jari dengan kain yang telah dicelupkan kedalam air
hangat.
 Harus bekerja secara cepat agar darah tidak membeku.
 Bila penusukan lambat akan menyebabkan darah membeku sebagian dan akn
menyebabkan hasil rendah palsu.
 Bila tusukan kurang dalam dan kemudian diperas – peras akan meyebabkan
hasil rendah palsu.
 Tempat tusukan cyanosis juga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Darah Vena
Sample darah yang dapat ditampung dengan atau tanpa antikoagulan. Dengan
darah vena dapat diperoleh bermacam-macam sample, yaitu :
 Whole bood / darah penuh
 Plasma
 Serum
 Defibrinated blood
 Clot blood
Tempat pengambilan : Semua Vena superficialis, biasanya vena mediana cubiti.
Alat yang dipergunakan :
 Disposable spuit
 Tourniquet
 Kapas
 Botol penampung
Reagensia : - Alkohol 70 %
- Anti koagulan ( sesuai kebutuhan )
Cara pengambilan :
1. Bendung disebelah proximal vena yang akan diambil agar tampak lebih jelas,
penderita diminta mengepal-ngepalkan tangannya.
2. Lakukan disinfeksi pada daerah tersebut dengan kapas alcohol 70 %
3. Periksa spuit, adakah udara, jarum kencang, bias dihisap dengan mudah
4. Setelah alcohol kering ( tidak boleh ditiup-tiup ), kulit ditegangkan, tusuk
dengan jarum dengan sudut 450, arah jarum sejajar dengan arah vena, jarum
menghadap keatas.
5. Setelah vena terasa tertusuk, jarum diputar menghadap kebawah. Tusukan
dilanjutkan menghadap ke vena. Darah akan mengalir dengan sendirinya bila
tusukan tepat. Kepalan tangan dibuka, darah dihisap pelan-pelan, ambil darah
sesuai kebutuhan.
6. Lepas tourniquet, jarum ditarik, tekan dengan kapas alcohol. Penderita
diminta untuk tetap menekan dengan kapas alcohol.
7. Lepas jarum dari spuit, tuang darah kedalam botol penampung dengan cara
mengalirkan darah lewat dinding botol penampung. Campur perlahan-lahan
dengan menggeser atau membolak-balikkan botol.
8. Jangan lupa identitas penderita.
Catatan :
 Daerah pengambilan mengalami kongesti akan menyebabkan hemo konsentrasi.
 Khusus untuk pemeriksaan koagulasi penusukan harus satu kali / tidak di ulang-
ulang.
 Alat penampung harus bersih dan kering.
 Bila akan menunda pemeriksaan harus diberi antikoagulan.
 Pada saat menuang darah spuit kedalam botol, jarum harus dilepas, tidak boleh
disemprotkan ( harus dialirkan lewat dinding tabung ) dan tidak boleh dikocok
terlalu keras.
D. ANTIKOAGULANSIA
Karena suatu hal kadang-kadang kita tidak dapat segera melakukan pemeriksaan
sehingga kita memerlukan zat yang menyebabkan darah tidak membeku. Ada
bermacam-macam cara yang dapat dilakukan :
1. Dengan memakai antikoagulansia
2. Dengan memperoleh darah defebrinasi
3. Dengan menggunakan alat-alat yang dilapisi silicon ( dengan alat ini pembekuan
diperlambat )
Macam antikoagulansia :
1. EDTA ( Ethylen Diamine Tetra Acetic acid )
 Dipakai dalam bentuk garam Natrium, Kalium, atau Lithium.
 Sedikit Toxic
 Dipakai untuk hematology rutin
 Takaran yang diperlukan adalah 1,25 – 1,75 mg / ml darah
 Bila dosis > 2 mg / ml darah akan menyebabkan :
 Sel darah merah degenerasi
 Hematokrit menurun
 MCV menurun
 MCHC meningkat
 Trombosit false meningkat
Digunakan untuk pemeriksaan :
 Rutin
 Hematokrit
 Osmotic Fragility Test
 Golongan darah
 Hitung sel
 Tidak dapat digunakan dalam studi koagulasi, protrombin time
 Dapat digunakan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 10 %
2. Heparin
 Takaran menurut Dacie : 12,5 – 17,5 IU / ml darah
 Kosasih : 1,0 mg / 10 ml darah
 Harga mahal
 Guna untuk pemeriksaan :
 Osmotic Fragility Test
 Hemoglobin
 Hitung sel
 Hematokrit
 Golongan darah
 Tidak dapat digunakan untuk darah hapus yang menggunakan cat
Romanowsky.
3. Tri Sodium sitrat
 Dipergunakan dalam bentuk larutan : 0,106 M = 3,13 %
 Takaran = 9 volume darah : 1 volume antikoagulan
 Digunakan untuk study koagulasi
4. Natrium Sitrat 3,8 %
 Tidak toxic, maka dapat dicampur dalam spuit saat pengambilan darah
 Aturan pakai : Untuk study koagulasi dipakai perbandingan darah dan
antikoagulan 9:1
 LED dipakai darah dan antikoagulan 4 : 1
 Kadar Hb
 LED
 Study koagulasi
 Transfuse
5. Double Oxalat
 Bersifat toxic
 Digunakan dalam bentuk kering
 Dengan takaran : 2 mg / ml darah
 Mempengaruhi bentuk sel darah sehingga terjadi hemolisa
 Dapat digunakan untuk pemeriksaan :
 Kadar Hb
 LED
 Perhitungan sel darah
 Pemeriksaan OFT
 Golongan darah
6. Natrium Flouride
 Digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah
 Antikoagulan ini dapat mencegah Glikolisis
 Takaran pemakaian 10 mg / ml darah
7. A C D ( Acid Citrate Dextrose )
 Takaran pakai tiap 1 ml untuk 4 ml darah
 Digunakan dalam : Dinas transfuse
Menyimpan darah
Pemeriksaan radioisotope ( pemeriksaan hematology )
Penyimpanan bahan :
Untuk pemeriksaan hematology sedapat mungkin tidak menunda pemeriksaan, tetapi
bila terpaksa harus menunda harus diberi antikoagulan. Batas waktu yang disarankan
bila darah disimpan ditemperatur ruang :
 Hemoglobin : relative stabil
 Leukosit : 2 jam
 Eritrosit / hematokrit : 6 jam
 Hapusan darah : 1 jam
 LED : 2 jam
 Trombosit : 1 jam
 Retikulosit : 6 jam
Pengiriman bahan :
Bila bahan pemeriksaan hematology harus kita kirim / rujuk ke lain tempat maka harus
diperhatikan hal-hal dibawah ini :
 Jarak tempat rujukan dengan batas kadaluwarsa bahan
 Penampung harus benar-benar rapat, terfixir sehingga tak ada yang tumpah, tidak
hemolisis karena goncangan, tidak ada es yang tercampur.
 Harus diberi es / es kering
 Perhatikan proses pengangkutan bila kita tidak mengirim sendiri bahan tersebut.
E. PROSES PEMERIKSAAN
Dipengaruhi oleh berbagai macam sebab :
 Bahan pemeriksaan
 Alat yang digunakan
 Reagensia yang dipakai, batas daluwarsa dan kualitasnya.
 Suhu ruangan
 Stabilitas tegangan listrik
 Metode yang digunakan
 Faktor pemeriksa : # Penguasaan teori # Terampil
# Teliti # Motivasi
F. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan sangat penting sebab walaupun semua proses berjalan
dengan baik kalau proses pencatatan dan pelaporan tidak baik, hasil yang keluar
juga tidak baik.
G. SISTEM SATUAN, NILAI, DAN NILAI RUJUKAN
Dalam pelaporan hasil harus diperhatikan :
 Satuan yang dipergunakan menggunakan satuan konvensional atau satuan
internasional (SI)
 Nilai normal yaitu nilai yang didapatkan pada kelompok orang yang Nampak
sehat.
 Nilai rujukan yaitu nilai yang didapatkan pada kelompok tertentu.
PRAKTIKUM 1
KADAR HEMOGLOBIN, HEMATOKRIT, JUMLAH
ERITROSIT,RETIKULOSIT DAN MORFOLOGI SEL DARAH MERAH
ABNORMAL
Pada praktikum blok hematologi akan dikerjakan praktikum jumlah eritrosit, retikulosit
dan morfologi sel darah merah abnormal, mengingat pemeriksaan kadar Hemoglobin
dan Hematokrit sudah pernah dikerjakan di blok-blok sebelumnya.
PEMERIKSAAN JUMLAH ERITROSIT
Metode untuk menghitung eritrosit dengan menggunakan hematology analyzer dari
Medonic M-series
Cara kerja
1. Darah yang telah dicampur dengan EDTA dibiarkan selama 10-15 menit
2. Darah EDTA kemudian “dikocok” ulang menggunakan mixer selama 10-15
menit.
3. Hisap sampel melalui aspiration needle dengan menekan tombol start
4. Ikuti petunjuk yang ada pada layar menu.
5. Tunggu hingga muncul hasil pada layar
6. Pemeriksaan selesai dan siap untuk sampel berikutnya setelah new sample
button kembali berwarna hijau
Nilai rujukan normal untuk hitung eritrosit :
Pria dewasa : 4,5 – 6,5 juta/mm3
Wanita dewasa : 3,9 – 5,6 juta/mm3
< 3 bulan : 4,0 – 5,6 juta/mm3
3 bulan : 3,2 – 4,5 juta/mm3
1 tahun : 3,5 – 5,0 juta/mm3
12 tahun : 4,2 – 5,2 juta/mm3

PEMERIKSAAN JUMLAH RETIKULOSIT

Retikulosit merupakan seri erytrosit, satu stadium lebih muda. Sel ini mempunyai
granula filamentosa yang hanya dapat dilihat dalam keadaan hidup. Untuk menghitung
retikulosit menggunakan cat supra vital yaitu Methylene blue atau Brilliant Cresyl Blue.
Macam pemeriksaan :
1) Basah / Inkubasi
2) Kering / Coverslip
Table. Perbedaan 2 metode pemeriksaan jumlah retikulosit
Perbedaan Kering Basah
Bahan Darah Vena + EDTA Darah Vena
Darah kapiler
Alat Objek glass Objek glass
Speader Speader
Botol Botol
Reagen BCB in Citras saline BCB in Methanol
R/
BCB 1 gram
Na sitrat 20 gram
NaCl 0,9 % 80 ml

Hitung dalam 1000 erytrosit dengan mempersempit lapangan pandang ( letakkan kertas
dengan lubang didalam lensa okuler mikroskop ).
Nilai rujukan menurut Dacie : 0,5 – 1,5 %
Contoh :
Missal dalam 1000 erytrosit ada 30 retikulosit, maka :
Jumlah retikulosit = 30 x 100 % = 3 %
1000

NILAI ERYTROSIT RATA-RATA (Nilai Indeks Eritrosit)

Untuk memperkirakan :
 Ukuran eritrosit rata-rata
 Banyaknya Hemoglobin tiap eritrosit
Macam :
1. MCV ( Mean Corpusculer Volume )
2. MCH ( Mean Corpusculer Hemoglobin )
3. MCHC ( Mean Corpusculer Hemoglobin Consentration )
1. MCV ( Mean Corpusculer Volume )
= Volume erytrosit rata-rata ( VER ) : Satuan Femtoliter
M C V = V E R = Hematoktit x 10
Jumlah erytrosit
Catatan : Erytrosit dalam juta.
Nilai normal = 82 – 92 Femtoliter
2. MCH ( Mean Corpusculer Hemoglobin )
= Hemoglobin Erytrosit rata-rata (H E R )
Adalah banyaknya Hb per Erytrosit
Satuannya Pikogram
MCH = HER = Hematoktit x 10
Jumlah erytrosit
Nilai normal : 27 – 32 pikogram
3. MCHC ( Mean Corpusculer Hemoglobin Consentration )
= Konsentrasi Hemoglobin Erytrosit rata-rata ( K H E R )
Adalah kadar hemoglobin erytrosit yang di dapat per erytrosit.
Satuannya : %
MCHC = KHER = Hb x 100 %
Ht
Nilai normal = 32 – 37 %
Catatan :
Nilai erytrosit rata-rata
Memerlukan pemeriksaan :
 Hb
 Ht
 Jumlah erytrosit
Hb : Dihitung dengan foto elektrik ( Cyanmeth hemoglobin )
Erytrosit : In duplo ( 2 kali pemeriksaan )
Control : dilakukan dengan pemeriksaan preparat darah hapus, bila tidak sesuai
hasilnya, pemeriksaan jumlah erytrosit diulangi.

MORFOLOGI DARAH TEPI


Pemeriksaan morfologi sel darah merah abnormal diawali dengan pembuatan
apusan darah yang kemudian diwarnai dengan pewarna khusus (lihat Student's guide
blok-blok sebelumnya). Kemudian amati dengan mikroskop menurut kaidah-kaidah
yang berlaku.
Sel Darah Merah
Anisositosis (kelainan variasi ukuran eritrosit)
Dibagi menjadi :
Ringan :
Kriteria :
Dijumpai Normosit sampai mikrosit atau normosit
sampai makrosit
Variasi tersebut jumlahnya tak banyak.
Sedang :
Kriteria :
Kriteria sama dengan ringan
Variasi tersebut jumlahnya lebih dari ringan
Berat :
Kriteria :
Dijumpai mikrosit sampai makrosit
Variasi tersebut jumlahnya sangat banyak
Normal ukuran eritrosit adalah 6,9 – 9,6 mikron
< 6,9 Mikrosit
> 9,6 Makrosit
Poikilositosis : Kelainan variasi bentuk Eritrosit
Dibagi menjadi :
Ringan
Dijumpai normosit sampai ovalosit
Ovalosit sampai eliptosit
Eliptosit sampai sel sigar
Sedang
Idem ringan, ada Tear Drop Cell
Pear Shape Cell dsb.

Berat
Idem sedang, ada Fragmentosit
Sel sabit
Target sel dsb.
Kelainan bentuk eritrosit :
Ovalosit
Ciger cell/sel cerutu
Elliptosit
Sferosit (Bulat seperti bola)
Sel Burr
Sel krenasi
Acantosit (duri lebih panjang daripada crenasi)
Target cell/Mexican hat cell/ sel topi meksiko/ sel sasaran.
Anulosit/Leptosit
Tear Drop Cell/ Sel tetes air mata
Pear Shape cell / seperti buah pear
Fragmentosit / Schistosit
Sel Sabit/ Sickle cell
Sel Lepuh/ Blister cell
Fragmentosit, helmet cell
i. Fragmentosit
ii. Helmet cell/ sel topi baja
Stomatosit/ central pallor seperti mulut
Triangulosit
Warna
Ditentukan oleh central pallor.
Disebut kromasi Normokrom : normal
Hipokrom : central pallor melebar
Hiperkrom : gelap
Polikromasi : ada sel yang warnanya lebih
gelap.

Benda Inklusi Eritrosit:


 Basophilic stippling
 Pappenheimer body (granula sideroblastik)
 Howell Jolly (lebih besar dari pappenheimer body)
 Cincin Cabot (denaturasi protein)
 Benda Heinz (hanya terlihat dengan cat supra vital)
Susunan sel darah merah :
1. Autoaglutinasi oleh karena Antibodi
2. Rouleaux oleh karena susunan protein serum yang abnormal normal di zone
III – IV
Kelainan kombinasi
Misal : Mikrosferosit
Eritrosit normal Mikrosferosit Makrosit
oval
Laporan praktikum sementara :
PRAKTIKUM II
HITUNG TROMBOSIT & PEMERIKSAAN KOAGULASI
 Pendahuluan :
 Hemostasis adalah usaha tubuh menghentikan keluarnya darah dari
pembuluh darah dan mempertahankan supaya darah tetap cair dan mengalir
dalam pembuluh darah sehingga keadaan faali tubuh dapat terpelihara.
 Mekanisme hemostasis dipelihara oleh :
1. Sistem pembuluh darah
2. Trombosit
3. Faktor-faktor koagulasi
 Kegagalan dalam proses hemostasis dapat menyebabkan perdarahan yang
abnormal, sedangkan kegagalan dalam memelihara viskositas supaya darah
tetap cair mengakibatkan trombosis.
 Untuk mendeteksi adanya kelainan dalam proses hemostasis/thrombosis
dilakukan pemeriksaan skrining dengan tujuan untuk mengetahui/mengarahkan
letak defek hemostasis dan selanjutnya dapat dilakukan tes khusus untuk
mencari kelainan tertentu.
 Pemeriksaan skrining koagulasi antara lain :
a. Rumpel Leed
b. Jumlah trombosit
c. Waktu perdarahan
d. Waktu pembekuan
e. Retraksi bekuan dan konsistensi bekuan
f. Lisis bekuan
g. PPT
h. APPT
 Waktu perdarahan, waktu pembekuan, PPT & APPT dipergunakan untuk pre
operasi. Dalam diktat ini hanya dibicarakan pemeriksaan skrining No. 1 – 6.

HITUNG TROMBOSIT
Metode untuk menghitung trombosit dengan menggunakan hematology analyzer dari
Medonic M-series
Cara kerja
7. Darah yang telah dicampur dengan EDTA dibiarkan selama 10-15 menit
8. Darah EDTA kemudian “dikocok” ulang menggunakan mixer selama 10-15
menit.
9. Hisap sampel melalui aspiration needle dengan menekan tombol start
10. Ikuti petunjuk yang ada pada layar menu.
11. Tunggu hingga muncul hasil pada layar
12. Pemeriksaan selesai dan siap untuk sampel berikutnya setelah new sample
button kembali berwarna hijau
Nilai Normal :
1. Bayi : 100.000 - 450.000
2. Anak-anak : 170.000 – 450.000
3. Dewasa : 150.000 – 400.000
PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
 Pemeriksaan Rumpel Leed adalah satu pemeriksaan penyaring untuk
mendeteksi kelainan system vaskuler dan trombosit
 Alat : - Tensimeter
- Stetoskop
 Cara pemeriksaan :
a. Ukur tekanan systole dan diastole, ambil rata-ratanya
b. Lakukan bendungan pada lengan atas dengan tekanan rata-rata tersebut
maksimal 100 mmHg dan pertahankan selama 10 menit
c. Baca hasilnya pada volar lengan bawah kira-kira 4 cm di bawah lipat
siku dengan penampang 5 cm.
 Penilaian hasil:
- Normal : bila dalam waktu 10 menit tak tampak perdarahan pada area
pembacaan atau timbul petechiae kurang dari 5 buah
- Positip : dalam waktu 10 menit timbul 10 atau lebih petechiae
- Negatif: dalam waktu 10 menit atau lebih tidak timbul potechiae atau
kurang dari 10 buah
 Catatan :
a. Bila dalam waktu kurang dari 10 menit sudah tampak lebih dari 10 buah
petechiae , percobaan di hentikan
b. Bila dalam 10 menit tak tampak petechiae atau timbul bercak kurang
dari 10 buah percobaan dihentikan, tungu 5 menit dan ulangi
pembacaan. Bila tak ada perubahan penilaian negative
c. Sebelum percobaan perhatikan apakah ada bekas gigitan nyamuk pada
daerah volar lengan bawah/ noda hitam yang mungkin yang
menyebabkan hasil menjadi positip palsu.
d. Bila rata-rata tekanan darah lebih dari 100 mmHg lakukan bendungan
vena maksimal pada tekanan 90 mmHg
 Arti klinis :
R. L. Positip : Gangguan Vaskuler
PEMERIKSAAN WAKTU PERDARAHAN
Pemeriksaan ini terutama menilai faktor – faktor hemostatis yang letaknya
ekstravaskuler, tetapi keadaan dinding vaskuler dan trombosit juga berpengruh.
Metode Pemeriksaan : IVY
Prinsip Pemeriksaan : Masa perdarahan dapat dihitung waktu darah keluar pertama kali
setelah dilakukan penusukan pada volar lengan bawah sampai darah tidak dapat diisap
kembali oleh kertas saring pada tekanan 40 mmHg.
Alat dan Bahan :
1. Stopwatch
2. Lancet
3. Sphygmomanometer
4. Kertas saring
5. Kapas alcohol
Prosedur Pemeriksaan
1. Pasang sphygmomanometer pada lengan atas, pompa sampai 20 mmHg,
pertahankan tekanan.
2. Desinfeksi volar lengan bawah dengan kapas alkohol.
3. Tegangkan kulit, tusuk dengan lancet kira-kira 3 jari dari lipatan siku, hidupkan
stopwacth saat darah mulai keluar.
4. Isap darah dengan kertas saring setiap 30 detik.
5. Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak dapat diisap lagi dan catat waktunya.
Interpretasi Hasil
- 1 – 6 menit : normal
- 6 – 11 menit : meragukan
- > 11 menit : patologis

PEMERIKSAAN WAKTU PEMBEKUAN


- Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan darah untuk membeku, hasilnya
dapat dijadikan ukuran aktivitas factor – factor koagulasi.
- Alat :
1. Spuit 3 cc
2. Alkhol swab
3. Objek glas
4. Lidi
5. Stopwatch
- Cara pemeriksaan :
1. Ambil darah vena 3 ml secara legeartis
2. Letakkan darah di objek gelas
3. Diamkan darah selama 30 detik
4. Cek dengan menggunakan lidi apakah sudah terbentuk gumpalan
5. Ulangi setiap 30 detik lakukan sampai terjadi gumpalan darah dengan sempurna
- Arti klinis :
Normal : 9-15 menit
Memanjang : kelainan beberapa factor koagulasi (koagulopati) inhibitor dalam darah
misal heparin.
- Catatan :
1. Pengambilan darah tidak boleh terlalu banyak tusukan supaya cairan jaringan tak
ikut masuk dalam darah (mempercepat timbulnya bekuan darah).
2. Waktu pengambilan darah tidak boleh lebih dari 30 detik supaya tak terjadi proses
pembekuan sebelum pemeriksaan dikerjakan.
3. Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan harus bebas kotoran dan kering.
LAPORAN PRAKTIKUM SEMENTARA
PRAKTIKUM DARAH TEPI ABNORMAL
 Tujuan : Mengetahui jenis/bentuk abnormal pada darah tepi dan
melaporkan hasilnya dengan benar
 Prinsip pemeriksaan :
 Pemeriksaan darah tepi abnormal meliputi :
a. Hitung Jenis Lekositdengan hematoanalizer
b. Gambaran darah tepi : Lekosit, Eritrosit, Trombosit
 Materi preparat :
1. AML, CML, ALL, CLL
2. Lekositosis, Lekemoid reaksi
3. LPB (Limfosit Plasma Biru), Thalasemia
 Alat dan Bahan :
1. Mikroskop
2. Oil imersi
 Harga normal hitung jenis lekosit darah tepi
- Eosinofil : 1-4 %
- Basofil : 0-1 %
- Staf : 2-5 %
- Segmen : 50-70 %
- Limfosit : 20-40 %
- Monosit : 1-6 %
- Blast :0%
- Promielosit :0%
- Mielosit : 0 %
- Metamielosit : 0 %

 Cara kerja :
1. Pasang preparat pada mikroskop
2. Sinari dengan obyektif : 10 x, 40 x, dan 100 x (sesuai kebutuhan)
3. Gambarkan masing-masing sel yang ditemukan (identifikasi)
4. Lakukan Hitung Jenis Lekosit
 KETERANGAN PREPARAT
1) AML : Akut Mieloid Leukemia
o Biasanya lekositosis
o Hitung jenis :
- Mieloblas meninggi
- Promielosit meninggi juga
- Mielosit jumlahnya kecil
- Metamielosit jumlah kecil
- Sel Batang meninggi
- Sel Segmen jumlah tinggi
o Hiatus lekemikus (+)
o Smudge sel meninggi
2) CML : Kronik Mieloid Leukemia
o Lekositosis : 100.000 – 500.000/mm3
o Hitung jenis :
- Mieloblas dan promielosit ada 5 %
- Mielosit, metamielosit, batang, segmen banyak
- Jadi hiatus lekemikus negative (semua stadium ada)
o Eritrosit : kurang dari Normal
o Retikulosit normal/sedikit meninggi
o Kadang-kadang Basofil dan eosinofil meningkat
3) ALL : Akut Limfositik Leukemia
o Lekosit Predominan Limfoblas 50-90 %
o Gambaran limfoblas :
 Sel besar, inti besar
 Sitoplasma relative sedikit
 Kromatin inti agak gelap
 Nucleoli 1 – 2
 Bentuk limfosit tua sedikit

4) CLL : Kronik Limfositik Leukemia


o Lekosit : Lekositosis, Predominan limfosit kecil 65-75 %
o Stadium lanjut : limfosit kecil 95 -98 %
o Limfoblas sedikit
o Limfosit besar sedikit
o Kadang-kadang tampak gambaran monoton.
5) Lekositosis
o Jumlah lekosit dalam darah tepi meningkat
o Jumlah lekosit > 12.000/mm3
o Variasi bentuk sel : netrofilia, eosinofilia, Basofilia, lymfositosis,
monositosis
6) Reaksi Lekemoid
Gambaran darah perifer seperti leukemia :

Lekositosis jarang > 50.000/mm3
 Bentuk sel khas (normal)
 Banyak bentuk matang, ada bentuk muda
 Anemia tidak berat dan bersifat sementara
 Akibat dari : infeksi berat, hemolisis cepat, luka bakar.
7) Limfosit Plasma Biru:
 Merupakan bentuk limfosit atipik
 Limfosit dengan cytoplasma kebiruan
 Inti bervariasi, seperti inti monosit, plasmosit
 Mempunyai nucleoli (blastoid)
 Dijumpai pada penyakit virus, khususnya DHF
Dilaporkan dalam : Berapa sel/100 lekosit
8) Thalasemia
 Eritrosit menunjukkan gambaran bentuk dan ukuran yang normal
 Anisositosis berat (makrosit, mikrosit)
 Poikilositosis berat : Target sel, Schistocyt, Basofilik stipling, Dll

SUMSUM TULANG
 Sumsum tulang merupakan tempat yang aktif didalam proses hematopoiesis.
 Sumsum tulang selain terisi sel-sel darah juga terisi oleh lemak.
 Pemeriksaan meliputi :
3. Hitung jenis sel lekosit
4. Hitung jenis sel eritrosit
5. Hitung jenis sel limfosit
6. Hitung jenis sel monosit
7. Hitung jenis sel plasma
8. Hitung megakariosit
9. Penilaian trombosit
10. Ada tidaknya metastase sel ganas.
11. Ada tidaknya parasit
12. Aktifitas granulosit dan eritrosit
13. M:E Ratio
14. Penilaian selularitas
a. Perbesaran Mikroskop :
 Obyektif 10 x dipakai untuk :
a. Menguji pulasan
b. Memilih bagian yang diperiksa /fragmen yang baik
c. Menilai selularitas
d. Melihat megakariosit
 Obyektif 40 x dan 100 x (oli imersi), dipakai untuk :
i. Identitas/ morfologi sel
j. Selularitas
k. Megakariosit
l. Sel asing/ganas
m. M:E Ratio
n. Hitung jenis
b. Preparat sumsum tulang ada 2 macam :
a) Preparat Spread : Dibuat seperti hapusan darah tepi, dicari/dipilih fragmen yang
baik, dibaca di daerah trail.
 Fragmen : Terletak di daerah ekor daripada preparat, digunakan untuk
identifikasi sel, hitung jenis sel dan selularitas sumsum tulang.
a. Gambar :
Darah Tepi
Fragmen Trail

Komponen Fragmen :

Trail
Arah gerak lapangan
pandang
Sel lemak Sel Darah Hemopoiesis (Pada hitung jenis)

b) Preparat Squash : Dibuat dengan cara sumsum tulang dikumpulkan fragmennya


kemudian dijepit diantara dua gelas obyek.
b. Membaca Preparat Squash :
1. Dibaca di daerah tengah (core)
2. Untuk estimasi selularitas dengan jenis sel
c. Gambar :

Darah Tepi
Core

c. Harga normal menurut Dacie dan Lewis :


Myeloblas : 0,1 – 3,5 %
Promyelosit : 0,5 – 5 %
Myelosit Netrofil : 5 – 20 %
Myelosit Eosinofil : 0,1 – 3 %
Myelosit Basofil : 0 – 0,5 %
Metamyelosit : 10 – 30 %
Segmen Netrofil : 0,7 – 2,5 %
Segmen eosinofil : 0,2 – 3 %
Segmen Basofil : 0 – 0,5 %
Limfosit : 5 – 20 %
Monosit : 0 – 0,2 %
Plasma sel : 0,1 – 3,5 %
Reticulum sel : 0,1 – 2 %
Megakariosit : 0,1 – 0,5 %
Pro eritroblass : 0,5 – 5 %
Polikromatik Eritroblas : 2 – 20 %
Orthokromatik Eritroblas : 2 – 10 %
M:E Ratio : 2-4 : 1

d. Pemeriksaan selularitas:
d. Selularitas dibedakan menjadi :
1. Normoseluler : sel lemak kurang lebih 25% sel hemopoietik
Sel lemak (bulat dan kepucatan) Sel hemopoietik (daerah yang tercat biru)

2. Hiperseluler : hampir semua sel lemak diganti sel hemopoietik

3. Hiposeluler : Sebagian besar fragmen merupakan sel lemak

e. M : E Ratio : Perbandingan jumlah sel sistim mieloid dan sistim eritoid yang masih
berinti.
e. Normal, M : E ratio = (2 – 4) : 1
f. Megakariosit : tentukan jumlah dan morfologinya.
g. Hitung jenis sel berinti :
a. Seri mieloid/granuler
b. Seri eritroid
c. Seri limfosit
d. Seri monosit
e. Seri plasmosit
LAPORAN PRAKTIKUM SEMENTARA

Bentuk-Bentuk Eritrosit Abnormal

1. Sperositosis 2. Target sel

3. Cross-Section dari :
A. Eritrosit B. Spherosit

C. Spheroidosit D. Target sel

4. Hipokrom = Anulosit 5. Spherosit

6. Normal eritrosit 7. Mikrosit

8. Makrosit 9. Ovalosit-
eliptosit

10. Acantosit 11. Burr sel

12. Sel krenasi 13. Schistosit

14. Sel crescent 15. Sel sikle

16. Formasi rouleoux


Seri erytrosit

Erytoblas Basofilik
erytroblas

Poli kromatik erytroblas Ortinokromat

Retikulosit

Benda inklusi pada Erytrosit


1. Basophilic stipling 4. Pappenheimer bodies

2. Cabot rings 5. Howell Jolly Bodies

3. Formasi Rouleaux

Gambar dan beri keterangan!

1. Kelainan ukuran / anisositosis 4. Kelainan bentuk sel / poikilositosis

2. Hiperkromasi 5. Hipokromasi
GAMBAR DAN BERI KETERANGAN!

1. Barr Bodies/Drum stick 2. Toxic Granulasi

3. Hipersegmentasi 4. Dohle Bodies

5. Neutrofil degenerasi 6. Pelger-Huet Anomali

7. Vakuolisasi Neutrofil 8. Auer-Rods

9. Smudge cell/ Basket cell 10. Giant Lisosom/


Supras Bodies
Morfologi Sel Darah

A. Seri Leukosit Granulosit :


Myeloblas
Promielosit

Mielosit mielosit mielosit


Eosinofil basofil netrofil

Metamielosit Metamielosit Metamielosit


Eosinofil basofil netrofil

Staf Staf Staf


Eosinofil basofil netrofil

Segmen Segmen Segmen


Eosinofil basofil netrofil

Seri limfosit Seri Monosit


Limfoblas Monoblas

Prolimfosit Promonosit

Small Limfosit Monosit

Medium Limfosit
Large Limfosit
D. Seri Plasma Sel
Plasmoblas Proplasmosit

Plasmosit

Anda mungkin juga menyukai