Ilovepdf Merged PDF
Ilovepdf Merged PDF
2.
A. Gambar apa? Kalo terjadi peningkatan disebut apa?
B. Penyakit pd peningkatan jumlah sel tsb
Jawab :
A. Eosinophil, eosinophilia
B. Pada asma bronkial, askariasis
4.
A. Gambaran di seperti gambar di atas adalah gambaran? Jwb mikrofilaria
B. Pada cacing perempuan apa alat kelaminnya ? Ovojektor
5. A. Konsentrasi nacl yang menyebabkan hemolisa sebagian? 0,34-0,44 %
B. garam fisiologis adalah ?
Larutan garam fisiologi merupakan larutan isotonis yang memiliki kisaran konsentrasi
0.9% (b/v) NaCl
Atau larutan garam yang mempunyai konsentrasi yang sama dengan cairan tubuh
fisiologis manusia
5. Sebutkan 2 vektor dari genus yg berbeda dari gambar diatas Mansonia sp. & Anopheles sp.
6. Klinis : bengkak diseluruh tubuh, pembesaran pada scrotum.....
a) Nama penyakitnya apa? Wuchereriasis, Filariasis Bancrofti
b) Genusnya apa? Wuchereria sp.
Spesiaesnya Wuchereria bancrofti
7. Soal gambar PA. Hodgkin limophoma
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018
19. A.Leukopenia itu kadar leukositnya berapa pada orang dewasa? <5.000/uL
B. Reaksi leukomoid itu kadar leukositnya berapa? >50.000/uL
Pembahasan:
Normal : 5.000-10.000/uL
Leukositosis : >10.000/uL
Leukopenia : <5.000/uL
Leukositosis ringan : 10.000-15.000/uL
Leukositosis sedang : 15.000-20.000/uL
Leukositosis berat :20.000-50.000/uL
Reaksi leukomoid : >50.000/uL
20. Preparat
Polisitemia vera, leukemia graulositik kronik, alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa,
dan kolisitis ulserativa.
33. .
Stadium infektif cacing filaria adalah ? Larva stadium 3
Cara transmisi penyakit ke manusia ? gigitan nyamuk yang mengandung larva stadium 3, larva
menempel di kulit kemudian masuk ke aliran darah manusia secara aktif melalui lubang gigitan
nyamuk
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018
A. Sebutkan diagnosis dari kasus diatas non hodgkins lymphoma (diffuse lymphoma)
B. Ciri mikroskopis
• Struktur kelenjar getah bening normal sama sekali hilang
• Didominasi sel-sel tumor kecil diferensiasi jelek yang berstruktur difus
• Sel tumor hiperkromatik, besar, sitoplasma sedikit, tercat basofil, inti bulat/oval nukleus jelas
• Mitosis patologis
35. Sebutkan 3 fase proses pembekuan :
Fase I : pembentukan PROTROMBINASE
Fase II : pembentukan TROMBIN dari PROTROMBIN
Fase III : pembentukan FIBRIN dari FIBRINOGEN
RESPONSI BLOK HEMATOLOGY 2017/2018
36.
45. Narasi soal tentang penyakit elepantiasis. (lihat perbedaan dg brugiasis diatas)
A. Elepantiasis wuchereria/ wuchereriasis >> ada genital dan seluruh tungkai kena
B. Wuchereria bancrofti
A. Apakah diagnosa yang tepatttt pada penyakit di atas? Limfadenitis kronis non
spesifik
B. Bagaimanakah struktur mikroskopisnya??
A. PROSES INFEKSI
Reaktif Hyperplasia Limfoid
Reaktif hyperplasia limfoid adalah proses patologis yang terkait dengan peningkatan
intensitas produksi (proliferasi) sel sel kelenjar limfoid. Pembesaran kelenjar tersebut bersifat
jinak. Penyebab dari reaktif hyperplasia limfoid bermacam-macam, dapat karena alergi maupun
infeksi yang mengenai organ sekitar yang terletak berdekatan dengan kelenjar limfoid.
Pembesaran bisa mulai dari sebesar kacang hijau sampai 2 cm. bisa satu benjolan maupun multiple.
Karena terdapat suatu infeksi dalam tubuh, sehingga tubuh harus menghasilkan sel sel limfosit
lebih banyak lagi, maka kelenjar limfoid bekerja lebih untuk menghasilkan sel limfosit lebih
banyak lagi. Sehingga kelenjar menjadi reaktif dan mengalami hiperplasi.
Klinis : Limfadenopati
Mikroskopis :
• Sediaan terdiri atas hyperplasia folikel-folikel limfoid yang masih mengandung centrum
germinativum disertai dilatasi sinus sinus histiosit dalam stroma jaringan ikat fibrous
sembab hiperemis disertai sebukan sel limfoisit histiosit
• Tidak tampak tanda keganasan pada sediaan ini.
Proliferasi neoplastic jaringan limfe disebut limfoma. Semuanya adalah ganas, tidak ada
yang benigna. Tumor ini berasal dari sel sel limfoblast. Penyebabnya adalah berawal dari
mutasi dan kerusakan dari sel-sel darah putih.
Keganasan pada kelenjar limfe :
• Primer:
- Non Hodgkin limfoma (NHL)
- Limfoma Hodgkin / Hodgkin disease
- Limfoma Burkitt
• Sekunder :
Metastase sel tumor pada kelenjar limfe
Klasifikasi :
I. Neoplasma Sel B Prekursor
II. Neoplasma Sel Perifer
III. Neoplasma Sel T Prekursor
IV. Neoplasma Sel T dan Sel NK Perifer
Klinis :
- Seperti limfoma pada umumnya
- Pembesaran kelenjar limfe
- Awalnya satu dua kelenjar terkena kemudian dengan cepat menyebar merata ke kelenjar
yang lain menyebar secara limfogen.
- Umumnya pada usia diatas 40 tahun, tapi dapat menyerang anak.
- Pria = wanita. Prognosis lebih baik dari jenis diffuse
- Penderita tampak pucat, lemah penurunan berat badan
- Kadang demam dengan anemia sekunder
- Nyeri tekan tidak nyata
Prognosis : Lebih ganas dibandingkan dengan Hodgkin limfoma
Makroskopis :
- Pembesaran kelenjar lengket dengan jaringan sekitarnyakarena tumor menembus simpai.
Dapat saling melekat kelenjar satu dengan yang lain.
- Warna kelabu atau merah jambu
- Konsistensi kenyal lunak
- Tampak jaringan nekrotik di beberapa tempat
Mikroskopis :
- Proliferasi sel limfoblast padat, difuse, dengan inti sel bulat oval, relative monoton,
pleimorfik, hiperkromatin, kromatin kasar.
- Struktur kelenjar getah bening yang normal sama sekali hilang.
- Kadang terdapat mitosis patologis.
- Bersebukan limfosit histiosit
Prognosis : Lebih jinak dibandingkan dengan Non hodgkin limfoma (tapi tetap ganas)
Makroskopis :
✓ Pembesaran kelenjar limfe
✓ Tidak ada perlengketan
✓ Penampakan kuning abu abu
Mikroskopis :
Merupakan tumor ganas berasal dari sel limfosit dan reticulum
Bervariasi dari :
1. Proliferasi limfosit merata diikuti hilangnya struktur normal kelenjar
2. Bentuk peralihan menyerupai radang dgn infiltrasi sel radang dan fibrosis luas
disebut dengan reticulum cell sarcoma.
Patognomonic bila dijumpai sel Dorothy reed carl Sternberg (sel reed Sternberg), yaitu :
➢ Sel datya berdiameter 40
➢ Sitoplasma banyak,tercat asidofil atau basophil ( betuk tidak teratur)
➢ Inti sel :
▪ Satu dua atau beberapa inti : uni atau multilobuler ( mengisi lebih dari
separuh diameter sel)
▪ Nukleus prominen
▪ Kromatin berkelompok besar besar
▪ Mitosis sering ditemukan disertai sebaran sel eosinofil
▪ Inti dikililingi halo jernih seperti mata burung hantu (owl-eye appearance)
Perbedaan Antara Hodgkin Limfoma dgn Non Hodgkin Limfoma
Limfoma Burkitt
Definisi:
Limfoma Burkitt adalah Penyakit endemik di beberapa bagian Afrika dan sporadik
ditempat lain termasuk Amerika Serikat. Limfoma burkitt berhubungan erat dengan translokasi
yang melibatkan gen MYC pada kromosom 8.
Mikroskopis:
✓ Perkembangan limfoma biasanya difusse
✓ Sel – sel tumor kecil dan bulat
✓ Nukleus bulat/oval dan memiliki beberapa nukleus basofil
✓ Kromatin kasar dan membran nukleus relatif tebal
✓ Vakuola – vakuola kecil yang berisikan lemak
✓ Mitosis tidak teratur yang menonjol sebagai penampakan “Starry sky”
C. METASTASIS
Metastasis pada Kelenjar Getah Bening
Metastasis adalah keganasan yang berasal dari organ lain yang menyebar mengenai
kelenjar getah bening. Seperti contoh metastasis Adenokarsinoma pada mammae yang
bermetastasis pada kelenjar getah bening axilla.
Mikroskopis :
✓ Sediaan axilla mammae terdapat hyperplasia sel sel limfoid yang terdiri dari kelompok
kelompok sel maligna
✓ Struktur tubuler dengan inti sel pleimorfik sedang, hiperkromatik, berkromatin kasar dan
sitoplasma luas eosinofilik
PETUNJUK PRAKTIKUM PARASITOLOGI
BLOK HEMATOLOGY 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UMS
1.2. Pendahuluan
Terdapat enam spesies cacing nematoda darah dan jaringan yang dapat
menginfeksi manusia yaitu :
a. Wuchereria bancrofti
b. Brugia malayi
c. Brugia timori
d. Loa-loa
e. Oncocherca volvulus
f. Mansonella ozzardi
Yang terpenting ada 3 spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia
timori, termasuk cacing filaria.
Cacing filaria mempunyai tiga stadium dalam daur hidupnya, yaitu :
1. stadium larva : dalam tubuh nyamuk yang berperan sebagai vektor
2. stadium mikrofilaria : dalam darah tepi manusia
3. stadium dewasa : dalam saluran limfe manusia
Mikrofilaria yang masuk ke dalam tubuh nyamuk bersama darah penderita
filariasis akan mengalami metamorfosis menjadi larva stadium I, II, III atau L1, L2, L3.
Larva stadium 3 (L3) merupakan stadium infektif.
Larva stadium 3 masuk ke tubuh manusia melalui tusukan nyamuk sebagai vektor.
Proboscis nyamuk menusuk kulit manusia untuk mengambil darah, L3 keluar dari
proboscis nyamuk, sejenak berada di permukaan kulit manusia, kemudian masuk melalui
lubang tusukan proboscis setelah proboscis dicabut.
Sedangkan cacing nematoda darah lain (Loa-loa, Oncocherca volvulus, Mansonella
ozzardi) mempunyai habitat masing-masing.
1.3. Morfologi
A. Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori
Berikut ini morfologi mikrofilaria dan stadium dewasa cacing filaria, larva tidak
dipelajari karena ada di tubuh nyamuk sebagai vektor.
A B
Gambar 1. Mikrofilaria Wuchereria bancrofti. A. Mikrofilaria pada apusan darah tepi, sarung
mikrofilaria tidak tercat dengan Giemsa; B. Skematis.
A B
Gambar 2. Mikrofilaria Brugia malayi. A. Mikrofilaria pada apusan darah tepi, sarung
mikrofilaria tidak tercat dengan Giemsa; B. Skematis.
Gambar 3. Mikrofilaria Brugia timori pada apusan darah tepi, sarung mikrofilaria tidak tercat
dengan Giemsa.
Gambar 6. Mikrofilaria Loa-loa dalam sediaan darah tebal yang dicat Giemsa. Perhatikan
nukeus di ujung ekor (Sumber : cdc.gov)
Gambar 7. Loa-loa dewasa yang diambil dari mata seorang pasien (Sumber : cdc.gov)
b. Oncocherca volvulus
Morfologi cacing ini adalah sebagai berikut :
1) Mikrofilaria, termasuk kelompok tidak bersarung. Terdapat dua ukuran
yaitu 285-368 x 6-9 µm dan 150-287 x 5-7 µ, bagian anterior dan posterior
tidak berinti.
2) Cacing dewasa berwarna putih dengan garis transversal pada kutikula.
Pada bagian anterior terdapat 8 buah papila kecil yang tersusun dalam 2
c. Mansonella ozzardi
Morfologi cacing ini adalah sebagai berikut :
1) Mikrofilaria, termasuk yang tidak memiliki sarung, didapat di dalam darah
perifer.
2) Cacing dewasa memiliki bentuk silindris seperti benang. Cacing jantan
mempunyai ukuran 38x0,2 mm, bagian posterior melengkung ke ventral
dengan ujung agak membengkak. Cacing betina berukuran (65-81)x(0,21-
0,25) mm, diliputi kutikula halus, pada bagian caudal terdapat sepasang
lipatan yang mengkilat.
1.4. Vektor
Penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria disebut filariasis. Lebih khusus,
penyakit yag disebabkan oleh Wuchereria bancrofti disebut Wuchereriasis, Brugia malayi
disebut Brugiasis malayi dan Brugiasis timori untuk penyakit yang disebabkan oleh
spesies Brugia timori.
Vektor yang bisa menularkan penyakit ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Vektor penyakit filariasis
No. Nyamuk Penyakit Agen penyakit Spesies
1. Anopheles sp. Filariasis Wuchereria An. barbirostris,
bancrofti, Brugia An. maculatus,
malayi, An. sinensis,
Brugia timori An. subpictus
2. Culex sp. Filariasis W. bancrofti, Cx. quinquefasciatus
B. malayi,
B. timori
3. Mansonia sp. Filariasis W. bancrofti, M. uniformis,
B. malayi, M. dives
B. timori
-RSB’20-
Gambarlah preparat awetan stadium mikrofilaria cacing filaria pada manusia dan beri
keterangan. Gambarlah skematisnya juga.
a. Mikrofilaria Wuchereria bancrofti
• panjang : 224-296 m
• ruang kepala : panjang = lebar
• ujung ekor : tidak ada inti
• badan : inti tersusun teratur
• selubung : +
Keterangan gambar :
1. ruang kepala
2. ujung ekor
3. inti badan
4. selubung
5.
6.
d. Loa-loa
f. Mansonella ozzardi
Pengesahan praktikum
Tanggal : ...............................................
Dosen/Asisten : ........................................
Tandatangan : ...........................................
Blok Hematology - 10 -
FK UMS
PRAKTIKUM BIOKIMIA DARAH
Tujuan Umum :
1. Memahami darah sebagai jaringan cairan tubuh yang mempunyai fungsi penting
2. Memahami hemolisis sel darah merah
3. Memahami zat-zat yang terdapat dalam darah
Tujuan Khusus :
1. Agar dapat mengenal susunan dan sifat-sifat darah
2. Agar dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi hemolisa darah
3. Agar dapat mengetahui zat-zat normal maupun abnormal.
PRAKTIKUM DARAH
I. Definisi
Darah adalah jaringan yang beredar dalam sistem pembuluh darah yang
sebenarnya tertutup.
II. Fungsi
1. Respiras i : Transport oksigen dari paru-paru ke jaringan, dari jaringan ke
paru-paru.
2. Gizi : Transport zat makanan yang diserap dari tractus digestivus.
3. Ekskresi : transport sisa-sisa metabolism (metabolit) yang tidak diperlukan
untuk tubuh melalui ginjal, paru-paru, kulit dan saluran pencernaan (usus)
untuk dibuang.
4. Mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh
5. Mengatur keseimbangan air yang terdapat di dalam darah dan jaringan.
Kelebihan air akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal, kulit, paru-paru dan
saluran pencernaan.
6. Mengatur suhu tubuh dalam batas normal
7. Berperan dalam mengatasi suatu infeksi yang merupakan fungsi leukosit dan
zat-zat anti yang beredar dalam tubuh
8. Transport hormon
9. Transport metabolit
Jumlah darah dalam ± 5-7 % B.B atau ± 85 ml/kg BB pada laki-laki, sedangkan
pada wanita sedikit lebih rendah.
B.D. darah ± 1.054 – 1.060
Viskositas : 4,5 kali viskositas air. Viskositas ini berubah-ubah tergantung dari :
1. Jumlah sel yang ada
2. Suhu tubuh
3. Derajat hidrasi tubuh
Karena keadaan 1,2 dan 3 itu dalam keadaan normal relative konstan maka
viskositas darah biasanya tidak dipengaruhi faal sirkulasi.
Rumus volume darah :
Volume darah total (L) = Volume plasma (L)
1 – Vp Rc
L = Liter
Vp RC = volume of packed Red Cells (Hematokrit)
PRAKTIKUM DARAH
1. Hemolisa sel darah merah
Larutan hipotonis
Siapkan sederetan tabung reaksi berisi campuran berikut :
Tab Air (ml) NaCl 2 % (ml)
1 10,0 0,0
2 9,0 1,0
3 8,0 2,0
4 7,5 2,5
5 7,0 3,0
6 6,5 3,5
7 6,0 4,0
8 5,5 4,5
9 5,0 5,0
10 4,5 5,5
- Campur dengan baik pada masing-masing tabung
- Tambahkan 2 tetes eritrosit yang telah dicuci pada masing-masing tabung
- Campur lagi dengan membaliknya perlahan-lahan, lalu diamkan selama 1
jam.
- Catatlah derajad hemolisa pada masing-masing tabung
- Berapakah resistensi osmotic minimum sel darah merah?
3. Pengaruh ion Ca
- Ke dalam 2 tabung reaksi ditambahkan masing-masing 2 ml darah oksalat
(darah sitrat) dan darah non fibrin.
- Kemudian ke dalam tiap tabung ditambahkan 5 tetes 5% CaCl2
- Kocoklah amati terjadinya pembekuan dan catat waktu pembekuan.
4. Pengendapan globulin
- Tambahkanlah 3 ml larutan (NH)4SO4 jenuh ke dalam tabung yang
sebelumnya telah diisi dengan 3 ml serum.
- Gojoklah. Endapan globulin yang terjadi dipisahkan dengan jalan
menyaring larutan.
- Simpan filtrate untuk percobaan berikutnya
- Endapan diatas dipindahkan ke dalam tabung, kemudian dituangi sedikit air
dan digojok supaya bekuannya larut
- Encerkanlah dengan air.
- Biarkanlah dan catat apa yang terjadi
5. Pengendapan albumin
- Ke dalam filtrate (p.l) ditambahkan ammonium sulfat padat berlebihan.
Gojoklah, akan tampak terjadinya endapan (albumin)
- Saring endapannya dipindahkan ke dalam tabung, tambahkan air dan gojok
- Endapannya akan larut, encerkan lagi, biarkan.
- Amati dan catat ada atau tidak adanya endapan lagi.
7. Uji klorida
- Ambil sedikit filtrate (pl) dan tambahkan 1 tetes HNO3 pekat dan beberapa
larutan AgNO3
- Larutan menjadi putih atau terjadi endapan putih
- Endapan akan larut lagi bila dituangkan NH4OH ke dalamnya.
8. Uji fosfat
- Tuangkan sedikit filtrate (pl) ke dalam tabung dan tambahkanlah beberapa
tetes ammonium molibdat dan 1 tetes HNO3 pekat.
- Panaskan akan terjadi endapan kuning.
9. Uji kalsium
- Tambahkan ke dalam filtrate (pl) beberapa tetes larutan Kalium oksalat
- Warna putih keruh atau terjadinya endapan putih menunjukkan adanya Ca
dalam filtrate
Pada era sekarang tekonologi mengalami perkembangan sangat pesat termasuk di dunia
kesehatan. Untuk menegakkan sebuah diagnosis dan respon pengobatan selain dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan adanya pemeriksaan laboratorium untuk
melengkapi data yang tidak bias diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk
itulah sebagai seorang dokter (klinisi) diharuskan mempunyai pengetahuan tentang
pemeriksaan diagnostic menggunakan laboratorium.
Salah satu pemeriksaan diagnostic yang digunakan adalah pemeriksaan darah. Darah
merupakan bagian tubuh berbentuk cair yang jumlahnya kurang lebih 5 liter (1/3 dari
berat tubuh). Darah terbagi menjadi dua komponen yaitu 3 liter plasma dan 2 liter sel
darah. Plasma darah berasal dari system limfatik dan intestine yang berfungsi sebagai
pembawa sel darah. Sel darah diproduksi terutama di sumsum tulang. Sel darah
diklasifikasikan dalam
1. Leukosit / sel darah putih ( granulosit,limfosit,monosit,eosinofil dan basofil)
2. Eritrosit / sel darah merah
3. Dan platelet / trombosit
Sebelum lahir hematopoiesis terjadi di hepar, pada pertengahan usia janin limpa dan
“lymph nodes” mulai berperan dalam produksi sel darah. Segera setelah lahir
hematopoiesis terjadi di sumsum tulang.
Berikut adalah gambaran hematopoiesis
PENGAMBILAN BAHAN PEMERIKSAAN
A. SIKAP DAN PERSIAPAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan bahan untuk pemeriksaan
hematology
1. Faktor pemeriksa
Tidak kasar / sabar
Tidak menakutkan terutama bila penderita anak kecil
Tidak menunjukkan sikap ragu – ragu
Terampil dan tidak ceroboh
Bekerja secara sistematis
Bekerja secara aseptis, bersih
Tidak makan / minum / merokok di laboratorium
Hindarkan pencemaran lingkungan
Perhatikan keselamatan orang lain dan diri sendiri
2. Persiapan penderita
Bila tidak ada keperluan tertentu, bahan pemeriksaan diambil dalam
keadaan puasa 12 jam
Bila penderita makan sesaat sebelum diambil darahnya, maka akan
meningkatkan volume plasma
Aktifitas fisik akan meningkatkan Hb, Eritrosit, LED
Posisi pada saat pengambilan tidur akan menurunkan nilai Hb dan
hematokrit.
Beberapa jenis obat akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
B. MACAM BAHAN PEMERIKSAAN
Macam bahan yang akan diambil sesuai dengan pemeriksaan yang akan
dilakukan. Misalnya darah vena : untuk pemeriksaan darah rutin, darah kapiler
untuk hitung sel.
Macam bahan pemeriksaan :
1. Darah vena
Bayi baru lahir : Vena Umbilicalis
Bayi : Vena Jugularis externa
Dewasa : Semua Vena Superficial
Terbaik : Vena Mediana Cubiti
2. Darah kapiler
Anak : Ujung ibu jari kaki
Dewasa : Ujung jari tangan
C. CARA PENGAMBILAN
Darah kapiler
Sample darah kapiler dapat digunakan untuk pemeriksaan : Hb,Hitung sel
Mikrohematokrit/
Golongan darah Parasit malaria
Alat yang dipergunakan : Lancet steril dan kapas.
Reagensia : Alkohol 70 %
Cara pengambilan :
1. Masase jari tangan ( Telunjuk, jari tengah atau jari manis ). Desinfeksi dengan
alcohol 70 %, biarkan kering tanpa ditiup.
2. Lokasi penusukan ujung jari tangan sebelah kiri / kanan ( lihat gambar ).
Lakukan penusukan dengan lancet cesara sekonyong-konyong, sedalam
kurang lebih 2 – 3 mm sampai darah mengalir bebas.
3. Buang 3 tetesan yang pertama
4. Mengambil sample langsung dari jari
5. Gunakan kapas untuk menghentikan darah sesudah pengambilan sample
selesai.
Catatan :
Bila melakukan penusukan kemungkinan akan mendapatkan kesulitan,
bungkus dulu ujung jari dengan kain yang telah dicelupkan kedalam air
hangat.
Harus bekerja secara cepat agar darah tidak membeku.
Bila penusukan lambat akan menyebabkan darah membeku sebagian dan akn
menyebabkan hasil rendah palsu.
Bila tusukan kurang dalam dan kemudian diperas – peras akan meyebabkan
hasil rendah palsu.
Tempat tusukan cyanosis juga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Darah Vena
Sample darah yang dapat ditampung dengan atau tanpa antikoagulan. Dengan
darah vena dapat diperoleh bermacam-macam sample, yaitu :
Whole bood / darah penuh
Plasma
Serum
Defibrinated blood
Clot blood
Tempat pengambilan : Semua Vena superficialis, biasanya vena mediana cubiti.
Alat yang dipergunakan :
Disposable spuit
Tourniquet
Kapas
Botol penampung
Reagensia : - Alkohol 70 %
- Anti koagulan ( sesuai kebutuhan )
Cara pengambilan :
1. Bendung disebelah proximal vena yang akan diambil agar tampak lebih jelas,
penderita diminta mengepal-ngepalkan tangannya.
2. Lakukan disinfeksi pada daerah tersebut dengan kapas alcohol 70 %
3. Periksa spuit, adakah udara, jarum kencang, bias dihisap dengan mudah
4. Setelah alcohol kering ( tidak boleh ditiup-tiup ), kulit ditegangkan, tusuk
dengan jarum dengan sudut 450, arah jarum sejajar dengan arah vena, jarum
menghadap keatas.
5. Setelah vena terasa tertusuk, jarum diputar menghadap kebawah. Tusukan
dilanjutkan menghadap ke vena. Darah akan mengalir dengan sendirinya bila
tusukan tepat. Kepalan tangan dibuka, darah dihisap pelan-pelan, ambil darah
sesuai kebutuhan.
6. Lepas tourniquet, jarum ditarik, tekan dengan kapas alcohol. Penderita
diminta untuk tetap menekan dengan kapas alcohol.
7. Lepas jarum dari spuit, tuang darah kedalam botol penampung dengan cara
mengalirkan darah lewat dinding botol penampung. Campur perlahan-lahan
dengan menggeser atau membolak-balikkan botol.
8. Jangan lupa identitas penderita.
Catatan :
Daerah pengambilan mengalami kongesti akan menyebabkan hemo konsentrasi.
Khusus untuk pemeriksaan koagulasi penusukan harus satu kali / tidak di ulang-
ulang.
Alat penampung harus bersih dan kering.
Bila akan menunda pemeriksaan harus diberi antikoagulan.
Pada saat menuang darah spuit kedalam botol, jarum harus dilepas, tidak boleh
disemprotkan ( harus dialirkan lewat dinding tabung ) dan tidak boleh dikocok
terlalu keras.
D. ANTIKOAGULANSIA
Karena suatu hal kadang-kadang kita tidak dapat segera melakukan pemeriksaan
sehingga kita memerlukan zat yang menyebabkan darah tidak membeku. Ada
bermacam-macam cara yang dapat dilakukan :
1. Dengan memakai antikoagulansia
2. Dengan memperoleh darah defebrinasi
3. Dengan menggunakan alat-alat yang dilapisi silicon ( dengan alat ini pembekuan
diperlambat )
Macam antikoagulansia :
1. EDTA ( Ethylen Diamine Tetra Acetic acid )
Dipakai dalam bentuk garam Natrium, Kalium, atau Lithium.
Sedikit Toxic
Dipakai untuk hematology rutin
Takaran yang diperlukan adalah 1,25 – 1,75 mg / ml darah
Bila dosis > 2 mg / ml darah akan menyebabkan :
Sel darah merah degenerasi
Hematokrit menurun
MCV menurun
MCHC meningkat
Trombosit false meningkat
Digunakan untuk pemeriksaan :
Rutin
Hematokrit
Osmotic Fragility Test
Golongan darah
Hitung sel
Tidak dapat digunakan dalam studi koagulasi, protrombin time
Dapat digunakan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 10 %
2. Heparin
Takaran menurut Dacie : 12,5 – 17,5 IU / ml darah
Kosasih : 1,0 mg / 10 ml darah
Harga mahal
Guna untuk pemeriksaan :
Osmotic Fragility Test
Hemoglobin
Hitung sel
Hematokrit
Golongan darah
Tidak dapat digunakan untuk darah hapus yang menggunakan cat
Romanowsky.
3. Tri Sodium sitrat
Dipergunakan dalam bentuk larutan : 0,106 M = 3,13 %
Takaran = 9 volume darah : 1 volume antikoagulan
Digunakan untuk study koagulasi
4. Natrium Sitrat 3,8 %
Tidak toxic, maka dapat dicampur dalam spuit saat pengambilan darah
Aturan pakai : Untuk study koagulasi dipakai perbandingan darah dan
antikoagulan 9:1
LED dipakai darah dan antikoagulan 4 : 1
Kadar Hb
LED
Study koagulasi
Transfuse
5. Double Oxalat
Bersifat toxic
Digunakan dalam bentuk kering
Dengan takaran : 2 mg / ml darah
Mempengaruhi bentuk sel darah sehingga terjadi hemolisa
Dapat digunakan untuk pemeriksaan :
Kadar Hb
LED
Perhitungan sel darah
Pemeriksaan OFT
Golongan darah
6. Natrium Flouride
Digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah
Antikoagulan ini dapat mencegah Glikolisis
Takaran pemakaian 10 mg / ml darah
7. A C D ( Acid Citrate Dextrose )
Takaran pakai tiap 1 ml untuk 4 ml darah
Digunakan dalam : Dinas transfuse
Menyimpan darah
Pemeriksaan radioisotope ( pemeriksaan hematology )
Penyimpanan bahan :
Untuk pemeriksaan hematology sedapat mungkin tidak menunda pemeriksaan, tetapi
bila terpaksa harus menunda harus diberi antikoagulan. Batas waktu yang disarankan
bila darah disimpan ditemperatur ruang :
Hemoglobin : relative stabil
Leukosit : 2 jam
Eritrosit / hematokrit : 6 jam
Hapusan darah : 1 jam
LED : 2 jam
Trombosit : 1 jam
Retikulosit : 6 jam
Pengiriman bahan :
Bila bahan pemeriksaan hematology harus kita kirim / rujuk ke lain tempat maka harus
diperhatikan hal-hal dibawah ini :
Jarak tempat rujukan dengan batas kadaluwarsa bahan
Penampung harus benar-benar rapat, terfixir sehingga tak ada yang tumpah, tidak
hemolisis karena goncangan, tidak ada es yang tercampur.
Harus diberi es / es kering
Perhatikan proses pengangkutan bila kita tidak mengirim sendiri bahan tersebut.
E. PROSES PEMERIKSAAN
Dipengaruhi oleh berbagai macam sebab :
Bahan pemeriksaan
Alat yang digunakan
Reagensia yang dipakai, batas daluwarsa dan kualitasnya.
Suhu ruangan
Stabilitas tegangan listrik
Metode yang digunakan
Faktor pemeriksa : # Penguasaan teori # Terampil
# Teliti # Motivasi
F. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan sangat penting sebab walaupun semua proses berjalan
dengan baik kalau proses pencatatan dan pelaporan tidak baik, hasil yang keluar
juga tidak baik.
G. SISTEM SATUAN, NILAI, DAN NILAI RUJUKAN
Dalam pelaporan hasil harus diperhatikan :
Satuan yang dipergunakan menggunakan satuan konvensional atau satuan
internasional (SI)
Nilai normal yaitu nilai yang didapatkan pada kelompok orang yang Nampak
sehat.
Nilai rujukan yaitu nilai yang didapatkan pada kelompok tertentu.
PRAKTIKUM 1
KADAR HEMOGLOBIN, HEMATOKRIT, JUMLAH
ERITROSIT,RETIKULOSIT DAN MORFOLOGI SEL DARAH MERAH
ABNORMAL
Pada praktikum blok hematologi akan dikerjakan praktikum jumlah eritrosit, retikulosit
dan morfologi sel darah merah abnormal, mengingat pemeriksaan kadar Hemoglobin
dan Hematokrit sudah pernah dikerjakan di blok-blok sebelumnya.
PEMERIKSAAN JUMLAH ERITROSIT
Metode untuk menghitung eritrosit dengan menggunakan hematology analyzer dari
Medonic M-series
Cara kerja
1. Darah yang telah dicampur dengan EDTA dibiarkan selama 10-15 menit
2. Darah EDTA kemudian “dikocok” ulang menggunakan mixer selama 10-15
menit.
3. Hisap sampel melalui aspiration needle dengan menekan tombol start
4. Ikuti petunjuk yang ada pada layar menu.
5. Tunggu hingga muncul hasil pada layar
6. Pemeriksaan selesai dan siap untuk sampel berikutnya setelah new sample
button kembali berwarna hijau
Nilai rujukan normal untuk hitung eritrosit :
Pria dewasa : 4,5 – 6,5 juta/mm3
Wanita dewasa : 3,9 – 5,6 juta/mm3
< 3 bulan : 4,0 – 5,6 juta/mm3
3 bulan : 3,2 – 4,5 juta/mm3
1 tahun : 3,5 – 5,0 juta/mm3
12 tahun : 4,2 – 5,2 juta/mm3
Retikulosit merupakan seri erytrosit, satu stadium lebih muda. Sel ini mempunyai
granula filamentosa yang hanya dapat dilihat dalam keadaan hidup. Untuk menghitung
retikulosit menggunakan cat supra vital yaitu Methylene blue atau Brilliant Cresyl Blue.
Macam pemeriksaan :
1) Basah / Inkubasi
2) Kering / Coverslip
Table. Perbedaan 2 metode pemeriksaan jumlah retikulosit
Perbedaan Kering Basah
Bahan Darah Vena + EDTA Darah Vena
Darah kapiler
Alat Objek glass Objek glass
Speader Speader
Botol Botol
Reagen BCB in Citras saline BCB in Methanol
R/
BCB 1 gram
Na sitrat 20 gram
NaCl 0,9 % 80 ml
Hitung dalam 1000 erytrosit dengan mempersempit lapangan pandang ( letakkan kertas
dengan lubang didalam lensa okuler mikroskop ).
Nilai rujukan menurut Dacie : 0,5 – 1,5 %
Contoh :
Missal dalam 1000 erytrosit ada 30 retikulosit, maka :
Jumlah retikulosit = 30 x 100 % = 3 %
1000
Untuk memperkirakan :
Ukuran eritrosit rata-rata
Banyaknya Hemoglobin tiap eritrosit
Macam :
1. MCV ( Mean Corpusculer Volume )
2. MCH ( Mean Corpusculer Hemoglobin )
3. MCHC ( Mean Corpusculer Hemoglobin Consentration )
1. MCV ( Mean Corpusculer Volume )
= Volume erytrosit rata-rata ( VER ) : Satuan Femtoliter
M C V = V E R = Hematoktit x 10
Jumlah erytrosit
Catatan : Erytrosit dalam juta.
Nilai normal = 82 – 92 Femtoliter
2. MCH ( Mean Corpusculer Hemoglobin )
= Hemoglobin Erytrosit rata-rata (H E R )
Adalah banyaknya Hb per Erytrosit
Satuannya Pikogram
MCH = HER = Hematoktit x 10
Jumlah erytrosit
Nilai normal : 27 – 32 pikogram
3. MCHC ( Mean Corpusculer Hemoglobin Consentration )
= Konsentrasi Hemoglobin Erytrosit rata-rata ( K H E R )
Adalah kadar hemoglobin erytrosit yang di dapat per erytrosit.
Satuannya : %
MCHC = KHER = Hb x 100 %
Ht
Nilai normal = 32 – 37 %
Catatan :
Nilai erytrosit rata-rata
Memerlukan pemeriksaan :
Hb
Ht
Jumlah erytrosit
Hb : Dihitung dengan foto elektrik ( Cyanmeth hemoglobin )
Erytrosit : In duplo ( 2 kali pemeriksaan )
Control : dilakukan dengan pemeriksaan preparat darah hapus, bila tidak sesuai
hasilnya, pemeriksaan jumlah erytrosit diulangi.
Berat
Idem sedang, ada Fragmentosit
Sel sabit
Target sel dsb.
Kelainan bentuk eritrosit :
Ovalosit
Ciger cell/sel cerutu
Elliptosit
Sferosit (Bulat seperti bola)
Sel Burr
Sel krenasi
Acantosit (duri lebih panjang daripada crenasi)
Target cell/Mexican hat cell/ sel topi meksiko/ sel sasaran.
Anulosit/Leptosit
Tear Drop Cell/ Sel tetes air mata
Pear Shape cell / seperti buah pear
Fragmentosit / Schistosit
Sel Sabit/ Sickle cell
Sel Lepuh/ Blister cell
Fragmentosit, helmet cell
i. Fragmentosit
ii. Helmet cell/ sel topi baja
Stomatosit/ central pallor seperti mulut
Triangulosit
Warna
Ditentukan oleh central pallor.
Disebut kromasi Normokrom : normal
Hipokrom : central pallor melebar
Hiperkrom : gelap
Polikromasi : ada sel yang warnanya lebih
gelap.
HITUNG TROMBOSIT
Metode untuk menghitung trombosit dengan menggunakan hematology analyzer dari
Medonic M-series
Cara kerja
7. Darah yang telah dicampur dengan EDTA dibiarkan selama 10-15 menit
8. Darah EDTA kemudian “dikocok” ulang menggunakan mixer selama 10-15
menit.
9. Hisap sampel melalui aspiration needle dengan menekan tombol start
10. Ikuti petunjuk yang ada pada layar menu.
11. Tunggu hingga muncul hasil pada layar
12. Pemeriksaan selesai dan siap untuk sampel berikutnya setelah new sample
button kembali berwarna hijau
Nilai Normal :
1. Bayi : 100.000 - 450.000
2. Anak-anak : 170.000 – 450.000
3. Dewasa : 150.000 – 400.000
PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
Pemeriksaan Rumpel Leed adalah satu pemeriksaan penyaring untuk
mendeteksi kelainan system vaskuler dan trombosit
Alat : - Tensimeter
- Stetoskop
Cara pemeriksaan :
a. Ukur tekanan systole dan diastole, ambil rata-ratanya
b. Lakukan bendungan pada lengan atas dengan tekanan rata-rata tersebut
maksimal 100 mmHg dan pertahankan selama 10 menit
c. Baca hasilnya pada volar lengan bawah kira-kira 4 cm di bawah lipat
siku dengan penampang 5 cm.
Penilaian hasil:
- Normal : bila dalam waktu 10 menit tak tampak perdarahan pada area
pembacaan atau timbul petechiae kurang dari 5 buah
- Positip : dalam waktu 10 menit timbul 10 atau lebih petechiae
- Negatif: dalam waktu 10 menit atau lebih tidak timbul potechiae atau
kurang dari 10 buah
Catatan :
a. Bila dalam waktu kurang dari 10 menit sudah tampak lebih dari 10 buah
petechiae , percobaan di hentikan
b. Bila dalam 10 menit tak tampak petechiae atau timbul bercak kurang
dari 10 buah percobaan dihentikan, tungu 5 menit dan ulangi
pembacaan. Bila tak ada perubahan penilaian negative
c. Sebelum percobaan perhatikan apakah ada bekas gigitan nyamuk pada
daerah volar lengan bawah/ noda hitam yang mungkin yang
menyebabkan hasil menjadi positip palsu.
d. Bila rata-rata tekanan darah lebih dari 100 mmHg lakukan bendungan
vena maksimal pada tekanan 90 mmHg
Arti klinis :
R. L. Positip : Gangguan Vaskuler
PEMERIKSAAN WAKTU PERDARAHAN
Pemeriksaan ini terutama menilai faktor – faktor hemostatis yang letaknya
ekstravaskuler, tetapi keadaan dinding vaskuler dan trombosit juga berpengruh.
Metode Pemeriksaan : IVY
Prinsip Pemeriksaan : Masa perdarahan dapat dihitung waktu darah keluar pertama kali
setelah dilakukan penusukan pada volar lengan bawah sampai darah tidak dapat diisap
kembali oleh kertas saring pada tekanan 40 mmHg.
Alat dan Bahan :
1. Stopwatch
2. Lancet
3. Sphygmomanometer
4. Kertas saring
5. Kapas alcohol
Prosedur Pemeriksaan
1. Pasang sphygmomanometer pada lengan atas, pompa sampai 20 mmHg,
pertahankan tekanan.
2. Desinfeksi volar lengan bawah dengan kapas alkohol.
3. Tegangkan kulit, tusuk dengan lancet kira-kira 3 jari dari lipatan siku, hidupkan
stopwacth saat darah mulai keluar.
4. Isap darah dengan kertas saring setiap 30 detik.
5. Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak dapat diisap lagi dan catat waktunya.
Interpretasi Hasil
- 1 – 6 menit : normal
- 6 – 11 menit : meragukan
- > 11 menit : patologis
Cara kerja :
1. Pasang preparat pada mikroskop
2. Sinari dengan obyektif : 10 x, 40 x, dan 100 x (sesuai kebutuhan)
3. Gambarkan masing-masing sel yang ditemukan (identifikasi)
4. Lakukan Hitung Jenis Lekosit
KETERANGAN PREPARAT
1) AML : Akut Mieloid Leukemia
o Biasanya lekositosis
o Hitung jenis :
- Mieloblas meninggi
- Promielosit meninggi juga
- Mielosit jumlahnya kecil
- Metamielosit jumlah kecil
- Sel Batang meninggi
- Sel Segmen jumlah tinggi
o Hiatus lekemikus (+)
o Smudge sel meninggi
2) CML : Kronik Mieloid Leukemia
o Lekositosis : 100.000 – 500.000/mm3
o Hitung jenis :
- Mieloblas dan promielosit ada 5 %
- Mielosit, metamielosit, batang, segmen banyak
- Jadi hiatus lekemikus negative (semua stadium ada)
o Eritrosit : kurang dari Normal
o Retikulosit normal/sedikit meninggi
o Kadang-kadang Basofil dan eosinofil meningkat
3) ALL : Akut Limfositik Leukemia
o Lekosit Predominan Limfoblas 50-90 %
o Gambaran limfoblas :
Sel besar, inti besar
Sitoplasma relative sedikit
Kromatin inti agak gelap
Nucleoli 1 – 2
Bentuk limfosit tua sedikit
SUMSUM TULANG
Sumsum tulang merupakan tempat yang aktif didalam proses hematopoiesis.
Sumsum tulang selain terisi sel-sel darah juga terisi oleh lemak.
Pemeriksaan meliputi :
3. Hitung jenis sel lekosit
4. Hitung jenis sel eritrosit
5. Hitung jenis sel limfosit
6. Hitung jenis sel monosit
7. Hitung jenis sel plasma
8. Hitung megakariosit
9. Penilaian trombosit
10. Ada tidaknya metastase sel ganas.
11. Ada tidaknya parasit
12. Aktifitas granulosit dan eritrosit
13. M:E Ratio
14. Penilaian selularitas
a. Perbesaran Mikroskop :
Obyektif 10 x dipakai untuk :
a. Menguji pulasan
b. Memilih bagian yang diperiksa /fragmen yang baik
c. Menilai selularitas
d. Melihat megakariosit
Obyektif 40 x dan 100 x (oli imersi), dipakai untuk :
i. Identitas/ morfologi sel
j. Selularitas
k. Megakariosit
l. Sel asing/ganas
m. M:E Ratio
n. Hitung jenis
b. Preparat sumsum tulang ada 2 macam :
a) Preparat Spread : Dibuat seperti hapusan darah tepi, dicari/dipilih fragmen yang
baik, dibaca di daerah trail.
Fragmen : Terletak di daerah ekor daripada preparat, digunakan untuk
identifikasi sel, hitung jenis sel dan selularitas sumsum tulang.
a. Gambar :
Darah Tepi
Fragmen Trail
Komponen Fragmen :
Trail
Arah gerak lapangan
pandang
Sel lemak Sel Darah Hemopoiesis (Pada hitung jenis)
Darah Tepi
Core
d. Pemeriksaan selularitas:
d. Selularitas dibedakan menjadi :
1. Normoseluler : sel lemak kurang lebih 25% sel hemopoietik
Sel lemak (bulat dan kepucatan) Sel hemopoietik (daerah yang tercat biru)
e. M : E Ratio : Perbandingan jumlah sel sistim mieloid dan sistim eritoid yang masih
berinti.
e. Normal, M : E ratio = (2 – 4) : 1
f. Megakariosit : tentukan jumlah dan morfologinya.
g. Hitung jenis sel berinti :
a. Seri mieloid/granuler
b. Seri eritroid
c. Seri limfosit
d. Seri monosit
e. Seri plasmosit
LAPORAN PRAKTIKUM SEMENTARA
3. Cross-Section dari :
A. Eritrosit B. Spherosit
8. Makrosit 9. Ovalosit-
eliptosit
Erytoblas Basofilik
erytroblas
Retikulosit
3. Formasi Rouleaux
2. Hiperkromasi 5. Hipokromasi
GAMBAR DAN BERI KETERANGAN!
Prolimfosit Promonosit
Medium Limfosit
Large Limfosit
D. Seri Plasma Sel
Plasmoblas Proplasmosit
Plasmosit