Skrining Resep
Skrining Resep
Tahap pertama yang dilakukan oleh seorang apoteker dalam proses pelayanan resep
adalah melakukan skrining, yaitu memeriksa persyaratan administratif, kesesuaian
farmasetis, dan pertimbangan klinis pada resep. Saat apoteker menemukan suatu
permasalahan dari resep, maka apoteker harus mampu memberikan pengatasan masalah,
dan pada kasus tertentu harus berkonsultasi dengan dokter dengan memberikan
pertimbangan dan alternatif solusinya.
a. Persyaratan administratif
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku. Resep mempunyai dua makna penting yaitu sebagai dokumen legal
dan sebagai alat komunikasi antara penulis resep (prescriber) dan penerima resep
(dispenser). Oleh karena itu, resep harus memenuhi persyaratan administratif dan
ditulis dengan jelas agar tidak menimbulkan salah interpretasi bagi dispenser.
Resep memiliki:
7. Informasi lainnya
Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam resep antara lain:
1. Jika informasi yang diperlukan tidak ada maka apoteker harus menanyakan
kepada pasien dan/atau dokter.
2. Jika dokter menginginkan resep diulang, maka diberi tanda “iter”. Jika “iter”
ditulis di sebelah kiri R/ maka yang diulang hanya R/ di sebelah kanannya, jika
ditulis di atas R/ maka semua resep diulang sesuai jumlah yang ditulis. Iter 3x
artinya pasien akan mendapatkan obat 4 kali.
4. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis pada bagian
kanan resep sebagai berikut: cito, statim, urgent, atau PIM (periculum in mora,
berbahaya bila ditunda)
5. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras diulang tanpa
sepengetahuan dokter, dokter akan menulis n.i. (ne iteratur, tidak boleh diulang)
6. Resep dapat ditulis kembali dalam bentuk salinan resep (apograph, copy resep).
Selain memuat keterangan resep asli, copy resep juga memuat nama apotek dan
alamatnya, nama apoteker dan nomor SIPA-nya, tanda tangan apoteker pengelola
apotek, dan tanda “det” (jika obat sudah diserahkan) atau “nedet” (jika obat belum
diserahkan).
7. Jika copy resep ternyata mengandung narkotika (misalnya karena jumlah obat
yang diminta sebelumnya baru diberikan sebagian), maka copy resep hanya dapat
ditebus di apotek yang memiliki resep aslinya.
8. Resep yang mengandung narkotika tidak dapat ditebus di luar kota tempat obat
diresepkan.
Fisika
Inkompatibiltas fisika adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak
diinginkan pada pencampuran 2 obat atau lebih tanpa ada perubahan susunan
kimianya.
Kimia
c. Pertimbangan klinis
2. Efek samping
3. Interaksi Obat
4. Kesesuaian dosis, durasi, dan jumlah obat yang diminta Dalam pengobatan
perlu dipastikan bahwa kadar obat selalu berada di atas KEM (konsentrasi efektif
minimum) dan di bawah KTM (konsentrasi toksis minimum), sehingga perlu
aturan dosis yang mengatur dosis dan jarak waktu pemberian agar obat mencapai
konsentrasi terapi sesuai dengan yang dikehendaki. Aturan dosis dapat diberikan
dalam tiga dasar kategori:
Dosis pemeliharaan, yaitu pada konsentrasi efektif. Efek obat harus selalu
terpelihara pada jendela terapi.
Dosis terapi pada periode waktu tertentu. Dosis yang diberikan hanya dalam
waktu tertentu tingkat terapi yang diinginkan, seperti pada pemberian antibiotika
terhadap pengobatan infeksi dan obat-obat dengan t1/2 pendek.
Dosis tunggal atau terapi jangka pendek. Dosis ini diberikan pada keadaan efek
obat yang diinginkan hanya untuk sesaat, seperti pada pengobatan simptomatik.
Usia
bayi dan anak-anak sangat peka terhadap obat karena fungsi hati, ginjal, dan
sistem enzimnya belum sempurna. Begitu juga pada orang tua karena fungsi hati
dan ginjal yang telah menurun.
Bobot badan
Jenis Kelamin
Beratnya penyakit
Karena banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan dosis, perlu
dicek kembali apakah dosis yang diminta di resep sesuai dengan dosis lazim anak
atau dewasa, dan tidak melebihi dosis maksimal sesuai usia pasien. Dosis lazim
adalah jumlah obat yang sering digunakan dan merupakan dosis terapi. Dosis
maksimal adalah jumlah maksimal obat yang dapat diberikan tanpa menimbulkan
efek toksis.
Resep :
Skrining Resep
1) Administratif (Kelengkapan Resep)
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter
2 SIP dokter
3 Alamat dokter
4 Nomor telepon
5 Tempat dan tanggal penulisan
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan
resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat
8 Kekuatan obat
9 Jumlah obat
Signatura
10 Nama pasien
11 Jenis kelamin
12 Umur pasien
13 Berat badan
14 Alamat pasien
15 Aturan pakai obat
16 Iter/tanda lain
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai
berat badan pasien dan paraf dokter.
Cara pengatasan Berat badan pasien dapat ditanyakan langsung kepada
pasien/keluarga pasien dan paraf dokter perlu diingatkan kembali.
2) Kesesuaian Farmasetis
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan pakai - Sesuai
3) Dosis
No Kesimpula
Nama Obat Dosis Resep Dosis Literatur Rekomendasi
. n
1 Vomerin 3 x sehari 0,2–0,4 mg/KgBB sehari Sesuai -
1/2 sendok
teh 15 menit
sebelum
makan
Dapus:
RI. Jakarta.
Vancouver. Washington
Washington
M. Aslam, Chik Kaw Tan, Adji Prayitno. 2003. Farmasi Klinis. Elex Media
Komputindo. Jakarta
William&Wilkins
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Elex Media Komputindo.
Jakarta.