Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dunia, kesehatan merupakan hal yang mutlak untuk dimiliki oleh setiap manusia. Oleh
sebab itu maka didirikanlah sebuah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) adalah salah satu badan PBB yang bertindak sebagai koordinator
kesehatan umum internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss. WHO didirikan oleh PBB
pada 7 April 1948. Direktur Jendral sekarang adalah Margaret Chan menjabat mulai 8
November 2006. Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyai
karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan
Mandle. 1994) : Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh,
memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal, dan
penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. Tidak hanya organisasi
kesehatan saja didirikan untuk memajukan kesehatan maka butuhlah tenaga atau profesi
keperawatan sehingga profesi keperawatan berkembang karena tuntutan masyarakat serta
kebutuhan keperawatan kesehatan dan kebijakan. Keperawatan berespons dan beradaptasi
terhadap perubahan, memenuhi tantangan baru yang timbul.
Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan
menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan
jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan
konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang
relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi
menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart dengan
memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh
masyarakat dengan baik.
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan
prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah
dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide
untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta
yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.
Yang dimaksud Teori Keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau
menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar
dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.
Watson (1979) Tujuan Keperawatan: Untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan
klien pada kondisi sehatnya, dan mencegah kesakitan (Marriner-Torney, 1994)
Kerangka Kerja Praktik: Teori ini mencakup filosofi dan ilmu tentang caring; caring
merupakan proses interpersonal yang terdiri dari intervensi yang menghasilkan pemenuhan
kebutuhan manusia (Torres, 1986)

1|TEORI J.B.WATSON
1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka pertanyaan yang muncul adalah
bagaimana perawat dapat mempraktekan teori menurut jean Watson?

1.3  Tujuan

1. Tujuan Umum
Perawat dapat mempraktekan teori menurut Jean Watson.
2.   Tujuan Khusus
       a. Mengetahui sejarah keperawatanan
      b.Mengetahui pengetian keperawatan
       c. Mengetahui pengertian model konsep dan teori
      d. Mengetahui faktor pengaruh teori keperwatan
       e. Mengetahui tujuan teori keperawatan

2|TEORI J.B.WATSON
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Sejarah Keperawatan

Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini,
keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan
kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus berkembang, Pada awal sejarahnya
keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas dan pembentukannya berkaitan
dengan dorongan alami untuk melayani dan melindungi keluaga ( Donahue, 1995).
Keperawatan lahir sebagai bentuk keinginan untuk menjaga seseorang tetap sehat dan
memberikan rasa nnyaman, pelayanan dan keamanan bagi orang yang sakit. Walaupun secara
umum tujuan keperawatan relative secara sama dari tahun ke tahun, praktik keperawatan
dipengaruhi oleh perubahan kebutuhan masyarakat, sehingga keperawatan terilabat secara
bertahap.
Selama era Hipprocrates, kedokteran bekerja tanpa perawat selama abad pertengahan,
keperawatan bekerja tanpa dukungan medis. (Donahue, 1995; Deloghery, 1996).
Kekeristenan cukup besar memperngaruhi profesi keperawatan. Salah satu catatan diawal
sejarah digambarkan bahwa keperawatan merupakan bentuk perintah dari Diakonia, suatu
kelompok kerja seperti perawat kesehatan masyarakat atau yang mengunjungi orang sakit.
Pandangan Nigthingale terhadap keperawatan diturunkan dari philosofi spiritual yang
berkembang dalam mas remaja dan ia ketika dewasa (Macrae, 1995). Inti keyakinannya juga
terlihat dalam analisis statistik yang mengaitkan sanitasi yang buruk dengan terjadinya kolera
dan disentri. Ia memandang keperawatan sebagai suatu jalan untuk mencari kebenaran dalam
mendapat jawaban atas pertanyaan atau penelusuran terhadap masalah kesehatan dan
menggunakan hokum penyembuhan Tuhan dalam praktik keperawatan (Macrea, 1995).
Perang salib menjadi suatu stimulus untuk memperoleh asuhan keperawatan dan kesehatan.
Perawat militer membutuhkan perawat laki-laki dan didirikan rumah sakit. Setelah perang
salib kota-kota besar mulai berdiri dan berkembang dengan menurunkan faktor feodalisme.
Perkembangan populasi penduduk yang luas di kota-kota tersebut menyebabkan munculnya
masalah kesehatan tertentu dan meningkatnya kebutuhan perawatan kesehatan.
Dalam bulan Oktober 1846, Florence Nightingale memperoleh Year-book of the
Institution of Deaconesses at Kaiserswerth (Woodham-Smith, 1983). Pada tahun 1847, ia
pergi ke kaisersweth untuk bekerja pada Diakonia( Woodham-Smith,1983; Donehue, 1995).
Dalam tahun 1860, Nightingale menulis Notes on Nursing: What It Is and What It Is Not
untuk masyarakat umum. Filosofinya terhadap praktik keperawatan merupakan dari refleksi
dari perubahan kebutuhan masyarakat. Ia melihat peran perawat sebagai seseorang yang
bertugas menjaga kesehatan seseorang berdasarkan penghetahuan tentang bagaimana
menempatkann tubuh dalam suatu status yang terbebas dari penyakit atau sembuh dari suatu
penyakit (Nightingale, 1860; Schuyler, 1992). Dalam tahun yang sama, ia mengembangkan
program pelatihan untuk perawat pertama kali, sekolah Nightingale untuk perawat di St.
Thomas’s Hospital di London.
Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad ke-19, tetapi di komunitas,
keperawatan tidak menunjukan peningkatan yang berarti sampai tahun 1893 ketika Lilian
Wald dan Mary Brewster membuka The Henry Street Settlement, yang berfokus pada
kebutuhan kesehatan orang-orang miskin yang tinggal dirumah penampungan di New York
(Donahue, 1995; Silverstain, 1985). Perawat yang berkerja di tempat tersebut memiliki
tanggung jawab yang lebih besarterhadap klien mereka dari pada perawat yang bekerja di
rumah sakit karena mereka sering kalo menghadapi situasi yang membutuhkan tindakan
3|TEORI J.B.WATSON
mandiri dari perintah dokter. Lebih dari itu, dalam mengobati penyakit, orang miskin
membutuhkan terapi yang ditunjukan untuk memperbaikin nutrisi, memberikan penginapan,
dan mempertahankan kebersihan. Wald menulis buku yang menggambarkan aktivitasnya di
tempat bekerja, dengan judul : The House on Henry Sreet (1915) dan Windows on Henry
Street (1934). Perkembangan keperawatan di dunia :
1. Mother Instink, pekerjaan keperawatan sudah ada sejak manusia diciptakan,
keperawatan
ada sebagai suatu naluri (instink). Setiap manusia pada tahap ini menggunakan akal
pikirannya untuk menjaga kesehatan, menggurangi stimulus kurang menyengkan,
merawat anak, menyusui anak dan perilaku masih banyak perilaku lainnya.
2. Animisme, manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa keadaan sakit adalah
disebabkan oleh arwah/roh halus yang ada pada manusia yang telah meninggal atau
pada manusia yang hidup atau pada alam ( batu besar, pohon, gunung, sungai, api,
dll). Untuk mengupayakan penyembuhan atau perawatan bagi manusia yang sakit
maka roh jahat harus di usir, para dukun mengupayakan proses penyembuhan dengan
berusaha mencari pengetahuan tentang roh dari sesuatu yang mempengaruhi
kesehatan orang yang sakit. Setelah dirasa mendapatkan kemampuan, para dukun
berupaya mengusir roh dengan menggunakan mantra-mantra atau obat-obatan yang
berasal dari alam.
3. Keperawatan penyakit akibat kemarahan para dewa, pada tahap ini manusia sudah
memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-dewa, manusia yang sakit disebabkan
oleh kemarahan dewa. Untuk membantu penyembuhan orang yang sakit dilakukan
pemujaan kepada para dewa di tempat pemujaan (kuil), dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kuil adalah tempat pelayanan kesehatan.
4. Ketabiban, mulai berkembang kemungkinan sejak ± 14 abad SM, pada masa ini telah
dikenal teknik pembidaian, hygiene umum, anatomi manusia.
5. Diakones dan Philantrop berkembang sejak ± 400 SM, para diakones memberikan
pelayanan perawatan yang diberikan dari rumah ke rumah, tugas mereka adalah
membantu pendeta memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pada masa ini
merupakan cikal bakal berkembangnya ilmu keperawatan kesehatan masyarakat.
Philantop adalah kelompok yang mengasingkan diri dari keramaian dunia, dimana
mereka merupakan tenaga inti yang memberikan pelayanan di pusat pelayanan
kesehatan (RS) pada masa itu.
6. Perkembangan ilmu kedokteran islam pada tahun 632 Masehi, Agama Islam melalui
Nabi Muhamad SAW dan para pengikutnya menyebarkan agama Islam keseluruh
pelosok dunia. Selain menyebarkan ajaran agama beliau juga menyebarkan ilmu
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan pengobatan terhadap penyakit
(kedokteran).
7. Perawat terdidik ( 600 – 1583 ) Pada masa ini pendidikan keperawatan mulai
muncul, dimana program itu menghasilkan perawat-perawat terdidik. Pendidikan
keperawatan diawali di Hotel Dien dan Lion Prancis yang kemudian berkembang
menjadi rumah sakit terbesar disana. Pada awalnya perawat terdidik diseleksi dari
para pengikut agama dimana tenaga mereka diperbantukan dalam kegiatan perawatan
paska terjadinya perang salib. Tokoh perawat yang terkenal pada saat (1182 – 1226)
itu adalah St Fransiscas dari Asisi Italia.
8. Perawat Profesional (abad 18 – 19) Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat
sejak abad ini termasuk ilmu kedokteran dan keperawatan. Florence Nightingale
(1820-1910) adalah tokoh yang berjasa dalam pengembangan ilmu keperawatan,
beliau mendirikan sekolah keperawatan moderen pada tahun 1960 di RS St. Thomas
di London. Melihat perkembangan keperawatan di dunia dengan kemajuannya dari

4|TEORI J.B.WATSON
tahap yang paling klasik sampai dengan terciptanya tenaga keperawatan yang
professional dan diakui oleh dunia internasional tentu dapat dijadikan cerminan bagi
perkembangan keperawatan di Indonesia. Mengikuti perkembangan keperawatan di
dunia, keperawatan di Indonesia juga terus berkembang, adapun perkembangannya
adalah sebagai berikut :
1. Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia, di Indonesia pada awalnya
pelayanan perawatan masih didasarkan pada naluri, kemudian berkembang
menjadi aliran animisme, dan orang bijak beragama.
2. Penjaga Orang Sakit (POS/zieken oppasser) sejak masuknya Vereenigge Oost
Indische Compagine di Indonesia mulai didirikan rumah sakit, Binnen Hospital
adalah RS pertama yang didirikan tahun 1799, tenaga kesehatan yang melayani
adalah para dokter bedah, tenaga perawat diambil dari putra pertiwi. Pekerjaan
perawat pada saat itu bukan pekerjaan dermawan atau intelektual, melainkan
pekerjaan yang hanya pantas dilakukan oleh prajurit yang bertugas pada kompeni.
Tugas perawat pada saat itu adalah memasak dan membersihkan bagsal (domestik
work), mengontol pasien, menjaga pasien agar tidak lari/pasien gangguan
kejiwaan.
3. Model Keperawatan Vokasional (abad 19) Berkembangnya pendidikan
keperawatan non formal, pendidikan diberikan melalui pelatihan-pelatihan model
vokasional dan dipadukan dengan latihan kerja.
4. Model Keperawatan Kuratif (1920) Pelayanan pengobatan menyeluruh bagi
masyarakat dilakukan oleh perawat seperti imunisasi/vaksinasi, dan pengobatan
penyakit seksual.
5. Keperawatan semi professional. Tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan
(keperawatan) yang bermutu oleh masyarakat, menjadikan tenaga keperawatan
dipacu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan.
Pendidikan-pendidikan dasar keperawatan dengan sistem magang selama 4 tahun
bagi lulusan sekolah dasar mulai bermunculan.
6. Keperawatan preventif pemerintahan belanda menganggap perlunya hygiene
dan sanitasi serta penyuluhan dalam upaya pencegahan dan pengendalian wabah,
pemerintah juga menyadari bahwa tindakan kuratif hanya berdampak minimal
bagi masyarakat dan hanya ditujukan bagi mereka yang sakit. Pada tahun 1937
didirikan sekolah mantri higene di Purwokerto, pendidikan ini terfokus pada
pelayanan kesehatan lingkungan dan bukan merupakan pengobatan.
7. Menuju keperawatan professional sejak Indonesia merdeka (1945) perkembangan
keperawatan mulai nyata dengan berdirinya Sekolah Pengatur Rawat (SPR) dan
Sekolah Bidan di RS besar yang bertujuan untuk menunjang pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Pendidikan itu diberuntukan bagi mereka lulusan SLTP ditambah
pendidikan selama 3 tahun, disamping itu juga didirikan sekolah bagi guru
perawat dan bidan untuk menjadi guru di SPR. Perkembangan keperawatan
semakin nyata dengan didirikannya organisasi Persatuan Perawat Nasional
Indonesia tahun 1974.
8. Keperawatan professional melalui Lokakarya Nasional keperawatan dengan
kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI dan DPP PPNI, ditetapkan definisi,
tugas, fungsi dan kompetensi tenaga perawat professional di Indonesia. Diilhami
dari hasil lokakarya itu maka didirikanlah akademi keperawatan, kemudian
disusul pendirian PSIK FK-UI (1985) dan kemudian didirikan pula program paska
sarjana (1999).

5|TEORI J.B.WATSON
2.2 SEJARAH TOKOH KEPERAWATAN J.B.WATSON

John Broadus Watson (9 Januari 1878 - 25 September 1958) adalah


seorang psikolog Amerika yang mendirikan sekolah psikologibehaviourisme . Watson
mempromosikan perubahan dalam psikologi melalui alamatnya Psychology sebagai the
Behaviorist Views it , yang diberikan di Universitas Columbia pada tahun 1913. Melalui
pendekatan behaviorisnya, Watson melakukan penelitian tentang perilaku hewan,
membesarkan anak, dan iklan. Selain itu, ia melakukan eksperimen " Little Albert " yang
kontroversial dan eksperimen Kerplunk .Watson mempopulerkan penggunaan teori ilmiah
dengan behaviorisme. Ia juga editor Psychological Review dari tahun 1910 hingga 1915.
Sebuah survei Tinjauan Psikologi Umum , yang diterbitkan pada tahun 2002, menempatkan
Watson sebagai psikolog ke 17 yang paling banyak dikutip pada abad ke-20.

Watson lahir di Travelers Rest, South Carolina , dari Pickens Butler dan Emma Kesiah
(née Roe) Watson. Ibunya, Emma Watson, seorang wanita yang sangat religius yang
menganut larangan minum, merokok, dan menari, bernama Watson setelah seorang pendeta
Baptis terkemuka dengan harapan itu akan membantunya menerima panggilan untuk
mengkhotbahkan Injil. . Dalam membesarkannya, ia menjadikan Watson mengikuti pelatihan
agama yang keras yang kemudian membuatnya mengembangkan antipati seumur hidup
terhadap semua bentuk agama dan menjadi seorang ateis . Ayahnya yang pecandu alkohol
meninggalkan keluarganya untuk tinggal bersama dua wanita India ketika Watson berusia 13
tahun (pelanggaran yang tidak pernah diampuni Watson). Dalam upaya untuk keluar dari
kemiskinan, ibu Watson menjual pertanian mereka dan membawa Watson ke Greenville,
Carolina Selatan , untuk memberinya kesempatan yang lebih baik untuk sukses. Pindah dari
lokasi terpencil di pedesaan ke desa besar Greenville terbukti penting bagi Watson dengan
memberinya kesempatan untuk mengalami berbagai jenis orang yang berbeda, yang ia
gunakan untuk mengolah teorinya tentang psikologi. Watson memahami bahwa perguruan
tinggi penting bagi keberhasilannya sebagai seorang individu: "Saya tahu sekarang bahwa
saya tidak akan pernah bisa berarti apa pun di dunia pendidikan kecuali saya memiliki
persiapan yang lebih baik di universitas sungguhan."

Meskipun kinerjanya buruk dan telah ditangkap dua kali selama sekolah menengah
(pertama karena berkelahi, kemudian karena melepaskan senjata api dalam batas
kota), Watson dapat menggunakan koneksi ibunya untuk mendapatkan izin masuk
ke Universitas Furman di Greenville, Carolina Selatan . Watson menganggap dirinya sebagai
siswa yang miskin. Yang lain menyebutnya anak yang pendiam, malas, dan tidak
patuh. Watson menyelesaikan beberapa kursus psikologi di Furman, tetapi tidak unggul. Ia
berjuang untuk melakukan transisi dari daerah pedesaan ke perkotaan, yang diekspresikan
melalui keterampilan sosialnya yang lemah.Seorang siswa dewasa sebelum waktunya, ia
memasuki perguruan tinggi pada usia 16, dan pergi dengan gelar master pada usia 21. Watson
membuat jalan melalui perguruan tinggi dengan upaya yang signifikan, berhasil di kelas yang
siswa lain gagal. Dia memegang beberapa pekerjaan di kampus untuk membayar biaya
kuliahnya. Dia terus melihat dirinya sebagai "tidak sosial" dan berteman. Setelah lulus, ia
menghabiskan satu tahun di "Batesburg Institute", nama yang ia berikan ke sekolah satu
kamar di Greenville.Dia adalah kepala sekolah, petugas kebersihan, dan tukang untuk seluruh
sekolah.

6|TEORI J.B.WATSON
Setelah mengajukan petisi kepada Presiden Universitas Chicago , Watson masuk ke
universitas. Permohonannya yang sukses kepada presiden Universitas Chicago adalah pusat
pendakiannya ke dunia psikologi. Dia mulai belajar filsafat di bawah John Dewey atas
rekomendasi profesor Furman, Gordon Moore. Pengaruh gabungan Dewey, James Rowland
Angell , Henry Herbert Donaldson, dan Jacques Loeb memimpin Watson untuk
mengembangkan pendekatan yang sangat deskriptif dan obyektif terhadap analisis perilaku
yang kemudian ia sebut "behaviorisme."

Dalam pengalaman kuliah Watson, ia bertemu dengan para profesor dan kolega yang
akan membantunya dalam perjalanannya untuk menjadi seorang psikolog terkenal. Rekan-
rekan ini memainkan peran penting dalam keberhasilannya dalam mengembangkan psikologi
menjadi bidang studi yang kredibel dan pemahamannya tentang behaviorisme . Bagi Watson,
behaviorisme adalah pernyataan iman. Itu didasarkan pada gagasan bahwa metodologi dapat
mengubah psikologi menjadi ilmu. Dia ingin membuat psikologi lebih dapat diterima secara
ilmiah. Kemudian, Watson menjadi tertarik pada karya Ivan Pavlov (1849–1936), dan
akhirnya memasukkan versi yang sangat disederhanakan dari prinsip-prinsip Pavlov dalam
karya-karya populernya.

2.3 TEORI YANG DIKEMUKAKAN

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori
kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat
cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan di antaranya :

 Kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan


makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi.
 Kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan
istirahat, kebutuhan seksual.
 Kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi.
 Kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan
aktualisasi diri.

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah
mahluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam
upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental
dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa
sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meninggalkan
status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori
Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian  kebutuhan dasar manusia
yang saling berhubungan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang  lain.
Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah
makhluk yang sempurna dan memiliki berbagai ragam perbedaan, sehingga dalam upaya

7|TEORI J.B.WATSON
mencapai kesehatan, manusia sebenarnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial,
serta spiritual.

2.4 Konsep Caring

Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap
proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga science
lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui kesatuan dalam
hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik dari
individu, pada orang lain, pada masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semesta
(Watson, 2004).

Watson (1988) dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari


sebuah exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya caring adalah
ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritualnya meningkat
ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan dari dalam
diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga pertanggungjawaban
hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu partisipsi klien, membantu
memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan.

Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979, hanya
berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu
bentuk dan focus terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors”
terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu
konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep
tersebut adalah “clinical caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok
dengan ide-ide dan ara perkembangan teorinya (Watson, 2004).

2.6 Asumsi Dasar Science of  Caring

Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari transpersonal
caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.
Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of caring. Asumsi dasar tersebut yaitu:

1.  Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktekkan secara interpersonal.


2.  Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya faktor carativeyang menghasilkan
kepuasan pada kebutuhan manusia.
3.  Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan
individu dan keluarga.
4.  Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang sebagaimana mereka
sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nanti.
5.  Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan
perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi sesorang untuk memilih kegiatan
yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah di tentukan.
6.  Asuhan keperawatan lebih “healthgenic” (menyehatkan) daripada curing (pengobatan).
praktek asuhan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal dengan

8|TEORI J.B.WATSON
pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu
individu yang sakit. ilmu caring melengkapi curing.
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan. Dalam penilaian Watson, penyakit
mungkin saja teratasi dengan upaya pengobatan. Akan tetapi, tanpa perawatan, penyakit itu
akan tetap ada dan kondisi sehat tidak akan tercapai. Caring merupakan intisari
keperawatan dan mengandung arti responsive antara perawat dan klien. Caring dapat
membantu seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan, dan dapat meningkatkan
kesehatan.

2.7 CONTOH PENGGUNAAN TEORI WATSON

Caring merupakan sesuatu yang sangat penting sekali untuk diterapkan dalam pelayanan
keperawatan. Menurut Watson (2006) menyatakan bahwa caring akan memberikan
pengalaman kepada pasien yang akan memberikan kepuasan tersendiri bagi pasien. Beberapa
penelitian telah mengungkapkan tentang pentingnya caring dalam pelayanan kesehatan.
Dengan petugas kesehatan memberikan caring yang maksimal kepada pasien, akan dapat
meningkatkan kerjasama diantara para petugas kesehatan. Hal tersebut merupakan sebuah
kenyataan bahwa caring akan meningkatkan hubungan antara staf, pengguna pelayanan
kesehatan maupun tim kesehatan lain.

Berikut dijelaskan dampak dari perilaku caring :

1)    Bagi pasien
(1)  Kemampuan emosional spiritualnya menjadi lebih baik (martabat, pengendalian
diri, kepribadian)
(2)  Peningkatan penyembuhan fisik, lebih nyaman, mengurangi biaya
(3)  Meningkatkan kepercayaan, meningkatkan hubungan kekeluargaan

2)    Bagi perawat
(1)  Mnegembangkan rasa keberhasilan, kepuasan, mencapai tujuan dan rasa
bersyukur        
(2)  Meningkatkan integritas, keutuhan dan harga diri
(3)  Mengembangkan tanggung jawab
(4)  Merefleksikan diri
(5)  Mengembangkan kasih saying, meningkatkan pengetahuan

3 Pengertian Keperawatan

Teori Keperawatan merupakan usaha untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri, yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka
bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan, mengingat dalam model praktek
keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang
mendasari sebuah model. Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian
keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk

9|TEORI J.B.WATSON
pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu,
kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Florence Nightingale (A. Potter,Anne Grifiin Perry 2005) mendefinisikan
keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien alam kondisi paling
baik bagi alam dan isinya untuk bertindak. Watson (Azis Alimul Hidayat 2002)
mendefinisikan keperawatan untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan klien pada
kondisi sehatnya, dan mencegah kesakitan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa Keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan
professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan dengan berpegang teguh
kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau memalui upaya
kolaborasi.

4 Pengertian Model Konsep Dan Teori

Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan
prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah
dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir dengan simbol-simbol yang nyata, sedangkan Konsep Keperawatan merupakan
ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori adalah
sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang
menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah di
observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung. Teori Keperawatan adalah usaha-
usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori
keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan,dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan. Berikut ini adalah ringkasan beberapa teori keperawatan yang perlu diketahui
oleh para perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang
didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan : Penyusun Teori: Nightingale (1860)
Tujuan Keperawatan: Untuk memfasilitasi “proses penyembuhan tubuh” dengan
memanipulasi lingkungan klien (Torres, 1986) Kerangka Kerja Praktik: Lingkungan klien
dimanipulasi untuk mendapatkan ketenangan, nutrisi, kebersihan, cahaya, kenyamanan,
sosialiasi, dan harapan yang sesuai Penyusun Teori: Henderson (1955) Tujuan Keperawatan:
Untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan (Marriner-Torney,
1994), membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin
Kerangka Kerja Praktik: Praktik keperawatan membentuk klien untuk melakukan 14
kebutuhan dasar Henderson (Henderson, 1966) Penyusun Teori: Roy (1979) Tujuan
Keperawatan: Untuk mengidentifikasi tipe kebutuhan klien, mengkaji kemampuan adaptasi
terhadap kebutuhan dan membantu klien beradaptasi Kerangka Kerja Praktik: Model adaptasi
ini didasari oleh model adaptasi fisiologis, psikologis, sosiologis, serta ketergantungan dan
kemandirian (Roy, 1980). Penyusun Teori: Watson (1979) Tujuan Keperawatan: Untuk
meningkatkan kesehatan, mengembangkan klien pada kondisi sehatnya, dan mencegah
kesakitan (Marriner-Torney, 1994) Kerangka Kerja Praktik: Teori ini mencakup filosofi dan
ilmu tentang caring; caring merupakan proses interpersonal yang terdiri dari intervensi yang
menghasilkan pemenuhan kebutuhan manusia (Torres, 1986)

10 | T E O R I J . B . W A T S O N
5 Tujuan Teori Keperawatan

Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan
dalam perkembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai diantaranya :
1. Dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi
dalam pelayanan keperawatan.
2. Membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan.
3. Membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan memberikan arah
yang jelas.
4. Memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan.

11 | T E O R I J . B . W A T S O N
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian,
yaitu:
         Kemanusiaan (Human Beeing)
         Kesehatan
         Lingkungan sosial
         Keperawatan
2. Sepuluh faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
         Membentuk sistem nilai humanistic altruistic
         Membangkitkan rasa percaya dan harapan
         Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain
         Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”
       Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif,
maupun negatif
        Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk
mengambil keputusan
         Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”
    Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki
kondisi mental, fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
         Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia
         Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.

Saran
Semoga model keperawatan Jean Watson ini bisa diterapkan dalam praktek
keperawatan.

12 | T E O R I J . B . W A T S O N
DAFTAR PUSTAKA

Hj. Dyah Setyorini, Skp, Etn. (2005). Garis-Garis Besar Program Pengajaran Mata
Ajaran Teori dan Model Keperawatan. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan –
Universitas Padjadjaran.
Hidayat A. dan Alimul A. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

13 | T E O R I J . B . W A T S O N

Anda mungkin juga menyukai