Anda di halaman 1dari 14

Herlinda Fitria, Hiperrealitas dalam Social Media (Studi Kasus: Makan Cantik di Senopati pada Masyarakat ...

HIPERREALITAS DALAM SOCIAL MEDIA


(STUDI KASUS: MAKAN CANTIK DI SENOPATI PADA MASYARAKAT
PERKOTAAN)

Herlinda Fitria
Program S1 Sosiologi Universitas Indonesia
herlindafitria@gmail.com

Abstract
This study reviews the phenomenon of eating in restaurants that recently came out as
a new lifestyle known as “makan cantik” (aesthetic eating). This lifestyle is currently
trending among young people, especially those in the urban areas such as Jakarta. This
study uses qualitative methods to observe and describe makan cantik as a hyperreality on
social media, constructed through simulation. Makan cantik is done with an intention
of broadcasting the activity through social media. Makan cantik is a simulation that is
intentionally constructed to present certain image, such that represents the upper class
society. Beneath what’s been presented in social media, there is a contrasting condition
of real life. Therefore, it can be said that there is no clarity of class status on social
media, for social media nowadays is no longer presenting the reality, but instead the
hyperreality.

Abstrak
Penelitian ini akan mengkaji mengenai fenomena makan di restoran yang saat ini telah
menjadi sebuah gaya hidup baru disebut sebagai makan cantik. Kegiatan tersebut
sedang tren dilakukan anak muda khususnya yang tinggal di perkotaan seperti Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk melihat dan menggambarkan
makan cantik sebagai sebuah hiperealitas pada social media yang dibentuk melalui
simulasi.Makan cantik dilakukan dalam rangka untuk memberitahukan kegiatannya
kepada orang melalui social media. Makan cantik merupakan simulasi yang sengaja
dibentuk untuk menampilkan image tertentu, karena hal tersebut dianggap dapat
merepresentasikan masyarakat kelas atas. Di balik makan cantik yang di unggah di
social media, ternyata hal tersebut berlainan dengan kondisi yang nyata. Sehingga
dapat dikatakan bahwa telah terjadi pengaburan kelas dimana tidak adanya kejelasan
dari status kelas yang dimunculkan di social media. Social media saat ini tidak lagi
menampilkan realitas yang sebenarnya, namun menampilkan hiperrealitas.
Keywords: Hyperreality, Simulation, Makan Cantik

87
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

PENDAHULUAN bagi para pekerja adalah untuk menunjang


Makan adalah kebutuhan utama yang pekerjaan dimana kegiatan makan digunakan
harus dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan sebagai media kegiatan interaksi (relasi
lanjutan lainnya (Maslow, 1989). Makanan sosial) dengan sesama pekerja dan atasan
pada umumnya merupakan bagian dari (Djafaara, Febiana. 1994: 125).
per-tahanan hidup manusia. Makanan saat Kemudian menurut Meliono dan
ini mempunyai arti berbeda dari sekedar Budianto dominasi kebudayaan manusia
asupan makan untuk pertahanan hidup. menjadi sangat berperan terutama dalam
Makanan telah menjadi bagian penting dari pola makannya. Makanan terkategorisasi
gaya hidup. Hasil riset yang dilakukan oleh menjadi makanan yang boleh dimakan dan
Qraved.com--merupakan aplikasi kuliner tidak boleh dimakan (Meliono dan Budianto,
berbasis online. Aplikasi ini dapat digunakan 2004: 70). Penelitan yang dilakukan oleh
untuk melakukan reservasi restoran. Qraved. Murwani pada 2014 menyimpulkan bahwa
com menyediakan list berbagai restoran makan diluar dipengaruhi oleh internal
di Jabodetabek dan Bali, jenis makanan, forces yang terjadi melalui relasi-relasi kuasa
menu makanan dan minuman, harga, dalam struktur masyarakat yang membentuk
alamat dan jadwal buka dan tutup restoran- tentang habitus suatu makanan (Murwani,
-menunjukan telah terjadi pergerseran tren. Endah. 2014: 312).
Semakin banyak masyarakat Indonesia yang Sedangkan menurut Raditya makanan
memiliki kebiasaan makan di restoran. Hal yang estetik menciptakan sebuah pola
ini merupakan salah satu fenomena baru baru dalam pengklasifikasian kelas dimana
yang terjadi khususnya pada masyarakat mereka yang mengkonsumsi makanan estetik
perkotaan. akan dianggap sebagai orang yang berkelas
Hasil survei Nielsen Indonesia (2009) (Raditya, Michael HB. 2014: 158). Berpijak
pada 894 responden dari 6 kota besar di pada tahun 1988 sampai dengan tahun
Indonesia (Jakarta, Bandung, Surabaya, Se- 2000an, makanan sudah menjadi bagian dari
marang, Makassar dan Medan) menunjuk- gaya hidup yang berhubungan dengan relasi
kan 44% dari responden suka makan diluar sosial. Hal berbeda terjadi pada periode
rumah pada malam hari dengan frekuensi tahun 2014 dimana social media memiliki
1-3 kali perbulan. Dari survey tersebut juga peranan penting dalam pembentukan tren
diperoleh hasil bahwa kegiatan makan tidak makan saat ini.
hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan Makan di restoran dilakukan bukan
akan makanan namun lebih kepada sosial- dalam rangka untuk makan namun lebih
isasi. Selain itu, survey yang dilakukan Jakar- kepada menyiar-nyiarkan hal tersebut
ta Dining Index (2013) menyebutkan kunju- di social media. Kondisi ini dialami oleh
ngan orang Jakarta ke restoran sepanjang masyarakat kota-kota besar salah satunya
2013 mencapai 380 juta kali dan menghabis- Kota Jakarta. Masyarakat kota Jakarta saat
kan total Rp. 17 triliun pertahunnya. ini gemar melakukan kegiatan makan di
Pembahasan mengenai kegiatan makan restoran dan mengunggah kegiatannya di
di masyarakat telah banyak dikaji di berbagi social media, yang mereka sebut sebagai
Negara. Penelitian yang dilakukan oleh makan cantik.
Murcott pada 1988 menyebutkan bahwa Makan cantik merupakan sebuah konsep
kegiatan makan bukan hanya suatu kegiatan yang dibuat oleh masyarakat kelas tertentu di
untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah Jakarta. Salah satu daerah di Jakarta sebagai
tetapi juga untuk mencerminkan diri secara tempat terbentuknya konsep tersebut adalah
sosial yang berhubungan langsung dengan wilayah Senopati. Masyarakat kota yang
status, kesejahteraan dan pekerjaan tertentu makan cantik di daerah Senopati menyebar
(Murcott, Anne. 1988: 5-15). Bergeser ke luaskan kegiatannya melalui social media.
periode tahun selanjutnya Djaafara pada 1994 Makan cantik yang diunggah di dalam social
menyebutkan bahwa fungsi kegiatan makan media merupakan suatu hal yang berbeda

88
Herlinda Fitria, Hiperrealitas dalam Social Media (Studi Kasus: Makan Cantik di Senopati pada Masyarakat ...

dari fakta yang ada. Terdapat perbedaan man dilakukan secara langsung di sebuah
kondisi pelaku pada apa yang diunggah restoran di Senopati. Selain wawancara, data
dengan kondisi yang nyata. Dalam hal ini sekunder diperoleh dari jurnal, literature,
masyarakat melakukan apa yang disebut oleh buku, data publikasi serta observasi tidak
Baudrillard sebagai simulasi. langsung melalui media elektronik dan me-
dia cetak. Logika berpikir dalam penelitian
METODE ini merupakan logika induktif, yaitu dalam
membangun sebuah kesimpulan yang ber-
Di dalam sebuah penelitian dibutuhkan sifat umum dari hal hal yang khusus pada
satu metode yang paling tepat untuk bisa temuan data di level empirik.
mendapatkan data yang valid. Metode Pene-
litian yang banyak digunakan adalah metode
penelitian secara kuantitatif dan kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan Hiperrealitas
kualitatif agar mendapatkan data yang Berbagai tulisan Baudrillard mengan-
lebih mendalam terhadap subjek penelitian dung ciri dari teori postmodern. Empat isti-
di mana peneliti menjadi instrument itu lah kunci yang mendasari analisisnya adalah
sendiri. Peneliti menggunakan metode simulasi, media massa, tanda dan komunikasi.
kualitatif untuk menggambarkan makan Namun penelitian ini hanya membahas
cantik sebagai hiperealita pada social media. satu pembahasan saja mengenai simulasi
Penelitian kualitatif menurut Lincoln dalam yang berarti citra, simbol, gambar buatan,
Neuman (2003: 72) adalah penelitian yang atau segala hal yang “menyembunyikan”
menekankan pada proses dan pemaknaan kenyataan (Baudrillard 1981). Dalam bukunya
atas realitas sosial yang tidak diuji atau diukur Simulations, Simulasi bukan menutupi
secara ketat dari segi kuantitas, ataupun kenyataan, namun kenyataan yang menutupi
frekuensi. ketiadaan. Sehingga dapat dikatakan simulasi
Fokus dari penelitian kualitatif adalah adalah nyata.
menjelaskan bagaimana gejala sosial dibentuk Terdapat Empat citra dari penampilan
dan diberi makna. Penelitian ini merupakan yang telah membentuk kultur Barat antara
penelitian cross-sectional research dimana lain realistic yaitu keadaan sebenarnya,
penelitian ini hanya dilihat dari kurun waktu counterfeit yakni tahap alami yang dapat
tertentu saja. Karena penelitian ini dilakukan ditemukan lewat imitasi, production
selama 2 bulan terhitung selama bulan yaitu tahap produksi dan simulation
Oktober dan November 2015. Terdapat dua yang merupakan simulacra dari simulasi,
jenis data yang digunakan dalam penelitian pembuatan informasi dan kode. Citra satu
ini, yaitu data primer dan data sekunder. sampai tiga merupakan sebuah citra yang
Data Primer diperoleh dengan melaku- sudah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
kan wawancara mendalam dengan 3 orang Sedangkan citra ke empat yaitu simulasi
informan. Informan penelitian dipilih de- menggambarkan kehidupan masyarakat saat
ngan kriteria makan di restoran dan meng- ini. Simulasi berarti bahwa citra tidak terkait
unggah kegiatannya di social media. juga dengan kenyataan apapun (Baudrillard
pada saat itu sedang berada di restoran Se- 1983).
nopati. Informan pertama, berinisial MT ia Simulasi tidak hanya berkaitan dengan
merupakan seorang mahasiswa yang rutin tanda, namun juga menyangkut kekuasaan
makan di restoran setiap weekend. Informan dan relasi sosial, dimana yang berlaku adalah
kedua, berinisial B merupakan seorang kar- tanda murni yang kehilangan referensinya.
yawan swasta yang memiliki hobi makan di Simulasi dan kode seluruh realitas menuju
restoran. Dan informan GO merupakan pe- hiperealitas dimana tidak ada lagi distingsi
gawai di sebuah instansi perpajakan. antara realitas dengan khayalan, antara hasil
Wawancara dengan tiga orang infor- kopian dengan realitas aslinya, dan dimana

89
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

realitas diuapkan menuju kelenyapan Terus gue liat dari plating makanannya,
(Baudrillard, 1983 dalam Kushendrawati, apakah penyajianya menarik apa
2006: 131). Sehingga dapat disimpulkan engga soalnya percuma nih gue udah
bahwa tidak ada lagi realitas dasar yang ketempat mahal tapi ga bagus duit gue
diacu oleh objek dan tanda-tanda. Ini adalah sayang. Kaya kemaren tuh saya makan
era hiperrealitas. Disneyland adalah model tuna salad, itu ga kenyang sih tapi bagus
banget buat di foto. Padahal tuna juga
sempurna dari bagaimana masing-masing
gue beli dipasar juga cuma 20ribu. Nah
orde saling berkaitan. Di sana ada perompak, itu harganya 150rb”.
frontir, dunia masa depan, kastil-kastil,
dunia robot. Sebuah dunia buatan di mana (Wawancara dengan MT, 27 Oktober
semua nilai dimuliakan, disimulasikan, dan 2015)
dihadirkan kepada pemirsa (Baudrillard 1983
dalam Denzin, 1986).
Berdasarkan penuturan informan diatas,
makanan yang dipesan tidak terlalu penting
Makan Cantik di Senopati untuk di pertimbangkan. Menurutnya, de-
Makan cantik merupakan sebuah kata sign interior dan penyajian makanannya lah
untuk menggambarkan kegiatan makan yang yang paling diutamakan dalam makan can-
dilakukan di restoran-restoran tertentu dalam tik. Hal ini dikarenakan pelaku makan can-
rangka untuk menyiar-nyiarkan kegiatannya tik membutuhkan dekorasi yang sekiranya
ke dalam social media. Masyarakat kota saat menarik untuk berfoto. Karena kunci dari
ini banyak memilih makan di restoran untuk makan cantik itu sendiri adalah mengung-
mengisi leisure time yang mereka miliki. gah kegiatannya dengan semenarik mungkin
Makan cantik bukanlah kegiatan makan yang di social media yang mereka miliki. Menarik
dilakukan 3 kali sehari seperti pada umumnya. dalam artian apa yang di unggah akan mem-
Namun makan cantik biasanya dilakukan buat orang lain merasa tertarik untuk datang
2 sampai 3 kali setiap bulannya. Hal yang ke restoran tersebut.
pertama-tama dilakukan masyarakat dalam Hal penting yang kedua adalah pe-
melakukan makan cantik adalah pemilihan nyajian makanan. Sama halnya dengan
restoran. Pemilihan restoran menjadi hal design interior restoran, makan cantik juga
yang paling penting untuk melakukan sangat membutuhkan penyajian makanan
aktifitas ini. Karena pemilihan restoranlah yang menarik dan unik. Karena pelaku akan
yang akan menentukan apakah hal tersebut mengabadikan gambar makanan tersebut
masuk kedalam kategori makan cantik atau untuk di unggah ke dalam social media.
tidak. Oleh sebab itu, penyajian makanan ditata
Makan cantik biasanya dilakukan di sedemikian rupa agar menarik perhatian
restoran-restoran kelas menengah dan atas. orang lain dianggap penting. Tidak menjadi
Berbagai aspek menjadi pertimbangan permasalahan jika makanan yang disediakan
masyarakat dalam memilih restoran, antara kurang enak, karena bukan hal tersebut yang
lain dekorasi atau design interior ruangan, diutamakan. Pelaku makan cantik cenderung
penyajian makanan dan lokasi restoran. Na- menutupi kekurangan dari makanan tersebut.
mun yang menarik adalah rasa dari makanan Salah satunya dengan cara mengambil
yang seharusnya menjadi pertimbangan ses- beberapa sisi dari makanan agar terlihat
eorang untuk memilih restoran, kini tidak menarik. Selain itu pelaku juga tidak akan
terlalu menjadi perhatian bahkan dibuang berkeluh kesah atau menampilkan kesan yang
sama sekali. Menurut informan MT, jelek tentang makanan yang dipesan. Justru
pelaku seolah-olah sedang mempromosikan
“Pertama gue liat dari ambiance nya restoran yang sedang ia kunjungi, sekalipun
dulu. Ambiance tuh kaya mulai dari
hal itu tidak mendapat reward apa-apa dari
design interiornya, panas apa engga
tempatnya. Jadi gue liat tempatnya dulu. restoran yang bersangkutan.

90
Herlinda Fitria, Hiperrealitas dalam Social Media (Studi Kasus: Makan Cantik di Senopati pada Masyarakat ...

Dan hal penting yang ketiga adalah jenis makanan Western paling banyak
lokasi restoran. Lokasi-lokasi restoran di gemari dan jumlahnya pun memiliki
tertentu menjadi sorotan para pelaku proporsi terbanyak dari jenis makanan
untuk menambah pengalaman makannya lain diluar makanan Indonesia. Dari hasil
di berbagai restoran yang ada. Di Jakarta wawancara ketiga informan, mereka
sendiri wilayah-wilayah yang menjadi lebih sering mencoba restoran-restoran
highlight untuk melakukan makan cantik yang menyediakan makanan western.
seperti Senopati, Kemang, Thamrin. Ketiga Hasil observasi yang dilakukan peneliti
wilayah tersebut merupakan lokasi favorit menyebutkan bahwa terdapat 17 restoran
para pelaku makan cantik untuk berburu Western di Senopati. Jumlahnya paling
restoran yang dianggap dapat mewakili banyak bila dibandingkan dengan Korean
kelas sosial tertentu. Namun yang lokasinya Restaurant, Chinese Restaurant, dan jenis
paling strategis dan berada di tengah kota restoran lainnya. Restoran yang ada di Jalan
adalah Senopati. Tidak hanya itu, wilayah Senopati ini biasanya akan ramai di hari-hari
ini banyak berdiri restoran dengan berbagai tertentu seperti pada hari Sabtu dan Minggu.
macam jenis restoran, mulai dari masakan Karena kegiatan ini biasanya dilakukan
Indonesia, Western, Korean, Japanese, dan untuk mengisi waktu luang. Dan memang
lain-lainnya tersedia di wilayah ini. kebanyakan masyarakat yang makan di
lokasi ini adalah mahasiswa, karyawan muda
dan hanya sedikit sekali orang tua (Hasil
observasi langsung di beberapa restoran di
Senopati).
Pemilihan restoran yang akan dikunjungi
untuk melakukan makan cantik mengalami
proses yang cukup panjang. Para pelaku
makan cantik juga menjadikan social media
sebagai acuan dalam pemilihan restoran.
Gambar 1.1 Map Lokasi Restoran di Senopati Platform kuliner berbasis aplikasi seperti
Sumber: Google Maps
Zomato dan Qraved menjadi acuan dalam
memilih restoran. Sebab kedua aplikasi
tersebut menampilkan informasi yang
Gambar diatas menunjukan gambaran sangat lengkap tentang kuliner seperti menu
wilayah Senopati. Secara geografis lokasi Jl. dan harga, peta lokasi, bahkan pelaku bisa
Senopati dan Gunawarman berada pada jalan mengetahui restoran lebih lengkap lewat
yang berbeda. Namun Senopatiyangadadalam foto-foto yang tersedia di aplikasi tersebut.
pikiran masyarakat adalah Senopati secara Kedua aplikasi ini tidak hanya menampilkan
keseluruhan yang mencakup Jl. Senopati, informasi mengenai restoran namun juga
Jl. Gunawarman, Jl. Rajasa , Jl. Belitung dan merekomendasikan restoran-restoran sesuai
jalan-jalan lain yang ada di sekelilingnya. Hal dengan keinginan masyarakat.
ini diperkuat dengan pernyataan informan
MT, menurutnya Senopati itu bukan hanya
dilihat dari sepanjang Jalan Senopati itu
saja, namun daerah disekelilingnya dianggap
masih termasuk daerah Senopati. Letak dari
satu restoran ke restoran lainnya di Senopati
sangat berdekatan. Banyak anggapan bahwa
wilayah ini merupakan lokasi yang tepat
untuk berburu kuliner yang berbeda dari
yang lain.
Di Senopati, restoran yang menjual

91
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

terhadap restoran tersebut. Sehingga secara


tidak langsung apa yang orang lain unggah
di social media mempengaruhi pemilihan
restoran yang akan dikunjungi.
Setelah tahap pemilihan selesai
selanjutnya masuk kedalam kegiatan inti
yaitu makan cantik. Sesampainya di restoran
pelaku memesan makanan seperti makan
di restoran pada umumnya. Namun ada hal
yang membedakan dengan makan cantik dan
makan biasa di restoran. Setelah makanan
Gambar 1.3 Laman Aplikasi Qraved yang dipesan datang, pelaku makan cantik
tidak langsung memakan makanan yang
dipesan. Pelaku terlebih dahulu memotret
makanan tersebut dari berbagai sisi. Tentunya
tidak hanya di potret satu kali saja, namun
berkali-kali sampai pelaku mendapatkan
hasil yang terbaik. Baik dalam hal ini adalah
menarik, unik dan membuat orang tertarik
untuk datang ke restoran tersebut.
Sering kali makanan yang dipesan
tidaklah sesuai dengan selera lidah
mereka. Namun makanan tersebut dipesan
karena makanan tersebut menarik secara
estetika. Pelaku memilih makanan yang
penyajiannya menarik dan unik karena
pelaku membutuhkan hal tersebut untuk
difoto dan diunggah di social media. Apapun
Gambar 1.2 Laman Aplikasi Zomato
makanannya walaupun tidak enak ataupun
porsinya sedikit, asalkan penampilannya
Gambar diatas merupakan beberapa menarik pelaku akan memesan makanan
tampilan dalam aplikasi Zomato dan Path. tersebut.
Pengguna aplikasi tersebut dapat dengan Setelah selesai memotret makanan, ada
mudah melihat berbagai restoran yang ada 1 hal lagi yang biasa dilakukan oleh pelaku
di Jakarta. Pengguna juga dapat men sortir makancantikyaitu memotretinteriorruangan.
restoran yang dimaksud, mulai dari lokasi, Hal ini dilakukan untuk memberitahukan
jenis makanan yang dijual dan lain-lain. kepada orang banyak bahwa pelaku saat ini
Pengguna juga bisa mengetahui perihal sedang makan ditempat yang unik. Memotret
restoran secara lengkap, seperti harga, interior ruangan bisa dilakukan dengan dua
makanan, minuman, jam buka dan lain opsi. Opsi yang pertama adalah memotret
sebagainya. Oleh sebab itu aplikasi ini sedikit interior ruangannya saja. Atau opsi kedua
banyak mempengaruhi pelaku makan cantik adalah memotret dirinya sendiri, karna
dalam pemilihan restoran. dengan memotret dirinya sendiri secara
Selaindari aplikasi kulinerberbasisonline tidak langsung akan menampilkan interior
diatas, status yang diunggah oleh orang lain ruangan secara bersamaan.
di social media juga menjadi pertimbangan Kemudian setelah menyantap makanan,
pemilihan restoran untuk makan cantik. pelaku makan cantik tidak langsung
Semakin banyak orang yang mengunggah meyudahi kegiatannya kemudian pulang.
keberadaannya di restoran tersebut, akan Disinilah inti dari kegiatan ini, yaitu
menambah rasa ingin tahu orang lain memberitahukan kegiatan makannya di

92
Herlinda Fitria, Hiperrealitas dalam Social Media (Studi Kasus: Makan Cantik di Senopati pada Masyarakat ...

social media yang mereka miliki. Social


media yang menjadi platform pelaku untuk
mengunggah statusnya antara lain adalah
Path, Instagram, dan berbagi social media
lainnya. Begitu juga yang dilakukan informan
GO yang menjelaskan hal-hal yang di posting
didalam akun social media nya,
“Biasanya gue nunjukin tuh location gue
dimana. Soalnya itu yang paling penting
ya jadi percuma ya kalo update di suatu
tempat tapi ga keliatan tempatnya tuh
jadi gue bisa nunjukin gue ada dimana.
Karena kan yang menjual dari makan Tabel. 1.1 Media Sosial Utama dalam
cantik itu kan lokasinya kan. Nah itu Mengunggah Foto Makanan
satu. Yang kedua mungkin gue update Sumber: Kompas.com
pake foto sih biasanya. Jadi ini loh
restoran yang mahal, ini loh restoran
yang lagi inn, ini loh makan cantik gue. Data di atas menunjukan bahwa
Kaya gitu sih.” masyarakat saat ini menggunakan berbagai
platform social media seperti, Facebook,
(Wawancara dengan GO, 8 November Instagram, Twitter, Path dan lain sebagainya.
2016) Namun data yang didapat dari ketiga
Pernyataan informan diatas menjelas- informan, mereka menggunakan platform
kan status yang diunggah di akun social Path dan Instagram saja. Menurutnya
media yang ia gunakan. Ia menggunakan penggunaan social media lainnya diluar
berbagai fitur-fitur yang ada di social me- Path dan Instagram tidak mewakili kelas
dia untuk menunjukan kegiatannya. Namun sosial atas. Pemilihan platform Path untuk
yang paling utama untuk diposting di social memberitahukan kegiatannya juga dilatar
media adalah foto. Pelaku makan cantik juga belakangi karena path memiliki fitur yang
menghabiskan waktunya berjam-jam untuk dapat menujukan keberadaan pelaku saat
sekedar bermain gadget. Tak heran bahwa ini. Didalam path terdapat fitur-fitur yang
setiap restoran yang ada selalu menyedia- memungkinkan kita untuk memposting
kan wifi sebagai fasilitasnya, sehingga pelaku foto, lokasi, lagu, dan lain-lainnya. Sehingga
betah untuk berlama-lama direstoran terse- pelaku bisa memposting foto bersaman
but. Karena kegiatan makan cantik merupa- dengan lokasi dan caption apa yang ingin
kan kegiatan yang tidak terlepas dari gadget diberitahukan. Namun dalam kasus makan
sehingga dibutuhkan listrik untuk dapat cantik hal yang biasa diunggah oleh pelaku
menunjang kegiatan ini. Oleh sebab itu tak adalah berupa foto makanan ataupun foto
jarang pelaku makan cantik terlebih dahulu dirinya yang sedang berada di restoran
menanyakan ’colokan’ (listrik) kepada pe- tersebut.
layan restoran sebelum memesan makanan.

93
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

penting dalam kegiatan ini sebab makan


cantik tidak bisa disebut sebagai makan
cantik ketika pelaku tidak menyebar luaskan
kegiatan yang mereka lakukan di sosial
media.

Makan Cantik sebagai Hiperrealitas


dalam Sosial Media
Makan cantik telah menjadi bagian dari
gaya hidup masyarakat perkotaan. Gaya hidup
sering dihubungkan dengan kelas sosial
ekonomi dan citra yang dimiliki seseorang.
Gambar 1.5 Seorang informan BS Makan cantik sebagai gaya hidup ditunjukan
mengunggah staus makannya di Instagram dalam keputusan pemilihan restoran yang
dikunjungi dan makanan yang disantap. Hal
tersebut dianggap dapat merepresentasikan
kelas sosial seseorang. Gaya hidup yang
ditunjukan dalam makan cantik adalah
makan direstoran yang dilengkapi dengan
interior ruangan yang mewah ataupun
menarik, penyajian makanan yang menarik
dan penggunaan pakaian yang rapih ataupun
semi formal. Sehingga hal tersebut dapat
membentuk citra masyarakat kelas atas.
Masyarakat kota merupakan masyarakat
yang dibanjiri oleh citra dan informasi,
membuat simulasi dan citra menjadi suatu
hal yang paling diminati dan diperhatikan
dalam kebudayaan masyarakat pascamodern.
Gambar 1.4 Seorang informan MT Di sinilah kenyataan diproduksi oleh simulasi
mengunggah status makannya di media berdasarkan model-model (yang tidak
sosial Path memiliki asal-usul atau referensi realitas)
dan secara artifisial direproduksi sebagai
Gambar 1.4 merupakan foto makanan kenyataan (Baker, Chris. 2011: 166 dalam
yang ada pada restoran The Holy Crab. Alfian. 2014).
Pelaku sengaja memotret kepiting tersebut Fenomena menarik terkait dengan hal
lebih dekat agar kepiting tersebut terlihat yang dibayangkan dalam pikiran mendahului
lebih besar dan menarik. Selain itu penyajian realitas adalah makan cantik, secara tidak
yang tidak lazim membuat foto ini sangat langsung memberikan suguhan tentang
menarik karna tidak menggunakan piring. penggambaran makan yang dilakukan
Sehingga orang lain akan tergugah untuk oleh orang yang berada pada kelas sosial
mencoba makanan tersebut. Sedangkan atas. Makan seharusnya hanya menjadi
untuk gambar 1.5 pelaku memotret foto representasi dari kehidupan nyata, namun
makanan beserta interior ruangan sehingga saat ini telah menjadi realitas sendiri. Makan
menjadi sangat menarik dan terlihat sangat cantik yang diunggah di social media telah
unik. Pelaku makan cantik selalu berusaha menggantikan posisi pada ruang nyata atau
mengambil sisi yang paling menarik dari rill yang menjadi sumber utama reproduksi.
sebuah makanan agar tidak terlihat biasa. Baudrillard menyebut fenomena ini sebagai
Social media memiliki peranan yang paling hiperrealitas dimana suatu hal berkembang

94
Herlinda Fitria, Hiperrealitas dalam Social Media (Studi Kasus: Makan Cantik di Senopati pada Masyarakat ...

dengan sendirinya membentuk realita baru makan cantik maka pamor dan gengsinya
yang penuh dengan rekayasa. pada tataran sosial secara otomatis akan
Makan cantik merupakan sebuah naik. Artinya dengan makan di restoran
kegiatan yang dilakukan dengan maksud sebenarnya ia sedang menunjukan sesuatu
dan tujuan tertentu. Masyarakat kota saat ini dengan kegiatan tersebut. Kemudian ia juga
sedang berlomba-lomba untuk melakukan ingin memperlihatkan kemampuannnya
makan cantik , sebab kegiatan ini dianggap pada orang lain, baik kepada sesama pelaku
memiliki nilai-nilai tambahan dari sekedar makan cantik maupun tidak. Dengan cara ini,
makan. Makan cantik dan social media secara sengaja pelaku ingin memperlihatkan
merupakan satu kesatuan yang utuh karena siapa dirinya, kemampuan ekonominya atau
tidak bisa disebut sebagai makan cantik kelasnya.
jika hal tersebut tidak di siar-siarkan di Kemudian dengan makan cantik di
social media. Social media menjadi ruang restoran, pelaku ingin memperlihatkan kelas
terbaik hiperrealitas, karena social media sosialnya dengan berusaha mencari restoran-
dapat merepresentasikan hiperrealitas restoran yang sedang ramai di perbincangkan
menjadi realitas palsu. Makan cantik yang atau restoran unik yang baru saja dibuka.
di siar-siarkan di social media merupakan Hal ini tentunya memiliki arti bahwa pelaku
simulasi yang menayangkan kondisi realitas selalu ingin mengikuti mode walaupun
kehidupan. Dalam hal ini makan cantik yang dengan berbagai konsekuensi yang harus
di unggah di social media sudah tidak lagi dipenuhi, tak terkecuali mengeluarkan biaya
berfungsi seperti fungsi sebenarnya. yang tidak sedikit.
Social media merupakan arena sosial Menurut informan GO, biaya yang
dalam rangka memberitahukan kegiatan harus dikeluarkan untuk sekali makan
tersebut, yang tidak semata-mata untuk berdua adalah Rp.200.000. Bahkan menurut
menunjukan bahwa ia makan. Jika dipahami informan BS ia menghabiskan Rp.350.000
secara lebih mendalam sebenarnya sampai dengan Rp.2.000.000 untuk satu
makan cantik merupakan praktek untuk kali makan di restoran. Informan BS juga
menunjukan kemampuan finansial, kelas menyebutkan bahwa ia pernah datang
ataupun eksistensi diri. Menurut informan di berbagi restoran yang ada di Senopati,
MT, sekalipun makanan yang dijual relatif sama.
Dengan datang ke banyak restoran orang lain
“Gue makan cantik gara-gara awalnya
akan menganggap bahwa pelaku memiliki
mungkin gue penasaran sama
bentuknya. Kaya misalnya gue liat dari kemampuan ekonomi yang tinggi dan secara
update an orang difoto disitu bagus. Trus tidak langsung gengsinya pun akan naik.
kalo gue makan di tempat kaya gitu ya Secara tidak langsung dapat dikatakan
secara ga langsung sih pengen nunjukin bahwa seseorang yang melakukan aktifitas
yang namanya status sosial, kaya gitu. makan cantik mempunya finansial yang kuat
Ya kita juga ngeluarin duit segitu juga sehingga dapat dikategorikan sebagai kelas
bukan buat ya… misalnya ada makna sosial atas. Peran dari social media lah yang
lah dibalik itu. Jadi ya antara 2 itu either kemudian memunculkan kesan siapa orang
ya gue pengen update ke orang tapi kalo tersebut dari kegiatan yang dilakukan. Mereka
misalnya ga pengen update ya engga.
yang melakukan makan cantik dianggap
Yang gue tunjukin itu tadi, ya mungkin
gue juga bisa berbagi ke orang kalo sebagai orang yang berkelas. Sedangkan
misalnya platingnya bagus atau apanya mereka yang tidak akan dianggap sebaliknya.
bagus.” Hal ini tentunya sudah terkonstruksi di
dalam pikiran masyarakat dan telah menjadi
(Wawancara dengan MT, 27 Oktober gaya hidup baru khususnya pada masyarakat
2015) perkotaan.
Berdasarkan penuturan informan Makan cantik merupakan representasi
tersebut dapat terlihat bahwa dengan kelas atas yang difasilitasi oleh social media

95
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

sebagai pembentuk indentitas. Makan Namun hal ini tidak berlaku bagi
cantik menjadi sebuah gambaran atau sebagian orang, dimana makan cantik
citra yang melambangkan eksistensi dan merupakan ritual yang rutin harus dilakukan.
kelas sosial masyarakat. Sehingga “Apa Walaupun dengan berbagai kendala yang
yang dimakan”, “Dimana memakannya?”, dihadapi, terutama permasalahan finansial.
Kapan memakannya?”, Bagaimana cara Pelaku makan cantik memerlukan biaya
memakannya?”, menjadi sebuah simbol yang tidak sedikit untuk bisa makan di
dari kelas sosial baru yang memperlihatkan restoran-restoran cantik ini. Namun hal
“siapa Anda?”. Makan cantik secara tidak tersebut tak menghalangi niat pelaku untuk
langsung dikonstruksi oleh individu lewat makan cantik. Berbagai usaha dilakukan agar
social media, namun dalam perjalannya, hal tersebut dapat terwujud, salah satunya
makan cantik sebagai suatu hal yang dengan menyisihkan uang agar makan cantik
dikonstruksi ternyata dapat mengkonstruksi di akhir minggu dapat terpenuhi. Seperti
orang lain. Sehingga menjadikan orang lain yang dikatakan oleh informan MT, bahwa
juga terpengaruh untuk melakukan makan
“Kalo soal rasa sih kebetulan gue
cantik dari apa yang di posting pelaku makan
ga peduli sama rasa. Kadang kalo
cantik di social media. Hal ini dirasakan oleh makanannya dikit tp enak udah
informan GO yang menyatakan, nggapapa walaupun gue ga kenyang.
“Gue juga tau restoran-restoran gitu Gue bakal Menuhin kekenyangan gue
dari update-an temen gue di path nanti ditempat lain yang ga mewah
dan gue malah ngerasa sekarang gue itu. Misalnya gue makan di hotel mulia
jadi trendsetter. Jadi kaya misalnya makan salad gitu. Ujung-ujungnya gue
gue berkunjung kesuatu tempat terus bakal makan nasi goreng dipinggir jalan
makin banyak aja orang yang kesana. sampe kenyang”.
Gue punya pengaruh buat orang
lain dan secara ga langsung gue juga (Wawancara dengan MT, 27 Oktober
dipengaruhi orang lain.” 2015)

(Wawancara dengan GO, 8 November


Cara lain diungkapkan oleh informan
2015)
GO agar makan cantik dapat terealisasi,
“Kalo dari apa yang gue lakuin mungkin
Informan GO menyadari bahwa dalam iya. Karna gue yakin orang-orang ngeliat
hal ini ada konstruksi-konstruksi yang gue ih Bella makan ke tempat mahal
dilakukan oleh social media, yang juga mulu, Bella tajir ya, Bella hedon banget
secara tidak langsung dirinya pun ikut makan ke tempat-tempat cantik mulu.
mengkonstruksi makan cantik tersebut. Tapi kan pada kenyataannya gue ga
Dan hal tersebut diakui oleh informan GO makan kan disana, gue cuma minum,
merupakan salah satu tujuannya dalam gue cuma beli sesuatu yang murah lah
melakukan makan cantik. Makan cantik disana. Padahal kan sebelum dateng
merupakan kegiatan yang tidak murah dan kesitu gue makan pecel lele dipinggir
tidak semua orang bisa melakukannya. jalan dulu. Jadi Rahasianya itu,
Hanya beberapa kalangan saja yang bisa sebelum ketempat yang mewah yang
menikmati pengalaman makan diberbagai kaya Senopati yang makanannya mahal
padahal sebenernya sih gue minum
restoran. Hal ini dikarenakan harga makanan
doang.”
yang dijual di restoran-restoran tersebut
diatas Rp.50.000 untuk satu menu makanan (Wawancara dengan GO, 8 November
ataupun minuman. Sehingga orang-orang 2015)
yang tidak memiliki kemampuan finansial
yang cukup tidak dapat melakukan kegiatan
ini. Hal di atas menunjukan bahwa pelaku
makan cantik telah memanipulasi siapa
96
Herlinda Fitria, Hiperrealitas dalam Social Media (Studi Kasus: Makan Cantik di Senopati pada Masyarakat ...

dirinya. Saat sedang melakukan makan Makan cantik dianggap representasi


cantik ia menyiar-nyiarkan kegiatannya di kelas atas dan makan dipinggir jalan meru-
dalam sosial media. Sedangkan saat makan pakan representasi kelas bawah. Oleh karna
di warteg atau warung pinggir jalan hal itu telah terjadi pengaburan kelas dimana
tersebut tidak diberitahukan kedalam arena tidak adanya kejelasan dari status kelas yang
sosial. Sehingga memunculkan pertanyaan dimunculkan di sosial media. Social media
mengapa hanya makan cantiknya saja yang saat ini tidaklah lagi menampilkan realitas
diunggah namun yang makan di warung yang sebenarnya, namun menampilkan hi-
dipinggir jalan tidak? Ada hal yang ingin perealitas. Yang dilakukan oleh social media
dibentuk oleh pelaku agar membentuk saat ini adalah simulasi, manipulasi, rekaya-
pandangan tertentu didalam masyarakat sa dan mengubah bentuknya sendiri menjadi
terhadap dirinya. pesan itu sendiri (Kushendrawati, 2006: 146)
Sosial media dalam hal ini merupakan Makan cantik merupakan sebuah hi-
tempat terjadinya proses simulasi perealitas dimulai dengan gejala timbulnya
berlangsung. Manusia didalam pascamodern realiatas-realitas buatan yang pada akhirnya
ini menjadikan sosial media sebagai acuan menjadi lebih rill daripada yang rill. Kegiatan
dari kehidupan nyata. Sehingga apa yang makan cantik membuat orang berfikir bahwa
ada pada social media dianggap sebagai orang yang melakukan hal tersebut adalah
hal yang nyata. Namun sebenarnya makan orang yang memiliki kemampuan ekonomi
cantik yang diunggah di dalam social media yang cukup. Padahal untuk bisa mewujudkan
merupakan suatu hal yang berbeda dari fakta hal tersebut pelaku harus melakukan usaha-
yang ada. Terdapat perbedaan kondisi pelaku usaha terlebih dahulu. Realitas yang diunggah
pada apa yang diunggah dengan kondisi yang oleh pelaku di social media akan memberikan
nyata. Dalam kondisi nyata pelaku bukanlah gambaran bahwa pelaku merupakan kelas
mereka yang berasal dari golongan atas, atas. Social media memudahkan masyarakat
pelaku berasal dari kelas bawah maupun untuk membuat simbol bersama tanpa harus
menengah yang mencoba menunjukan kelas bertemu ataupun berinteraksi, bahkan tidak
yang sebenarnya bukan bagian dari dirinya. kenal sekalipun. Namun simulasi ini tidak
Pelaku makan cantik tidak selalu dapat terwujud jika pelaku makan cantik
mengeluarkan uang yang besar dalam makan tidak memotret-motret kegiatannya tersebut
cantik. Karena beberapa dari mereka hanya kemudian mengunggahnya di sosial media.
memesan minuman saja ataupun makanan Pelaku makan cantik melakukan be-
yang harganya murah. Terkadang mereka berapa simulasi dalam membentuk realitas
memesan air mineral atau es teh manis saja yang ingin dibangun. Pertama pelaku makan
di sebuah restoran. Namun berlama-lama cantik harus memotret makanan semenarik
menikmati keindahan restoran tersebut mungkin. Karena ada anggapan bahwa me-
dan mengunggah foto seolah-olah mereka reka yang mengkonsumsi makanan estetik
memang sedang makan-makan di sana. akan dianggap sebagai masyarakat kelas atas
Dalam hal ini masyarakat melakukan apa (Raditya, Michael HB. 2014; 158). Sehingga
yang disebut oleh Baudrillard sebagai pelaku makan cantik harus bisa menunjukan
simulasi. aksen keunikan ataupun kemewahan dari
Lalu dari kedua hal tersebut antara makanan yang pesan. Kemudian simulasi
makan direstoran dan makan-makan di lainnya dilakukan adalah pelaku makan can-
tempat rumah makan pinggir jalan, mana tik memotret dirinya berada pada restoran
yang sebenarnya menjadi realita nyata dari tersebut. Simulasi ini dibalut dengan peng-
pelaku? Apakah yang makan cantik? Ataukah gunaan pakaian yang menyesuaikan dengan
yang makan di rumah makan pinggir jalan? tema dari restoran tersebut.
Dalam hal ini realita yang sebenarnya sudah Jika restoran tersebut merupakan
runtuh. Hal ini digantikan oleh simulasi yang restoran fine dining biasanya pelaku me-
membuat realitas menjadi kabur. nyesuaikan diri dengan menggunakan dress

97
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

ataupun high heels untuk perempuan atau- untuk merepresentasikan kehidupan pelaku
pun kemeja dan sepatu untuk laki-laki agar makan cantik. Namun disisi yang lain, kelas
terlihat lebih rapih. Oleh karena itu sebelum sosial yang ingin ditampilkan tersebut
datang ke restoran, pelaku harus memilih menjadi hiperealitas. Oleh sebab itu dapat
restoran mana yang akan ia kunjungi agar disimpulkan bahwa makan cantik tidak lebih
pelaku bisa menyesuaikan dengan pakaian dari kegiatan permanipulasian dan penipuan
yang ia kenakan saat itu. Penggunaan pakai- yang dilakukan lewat proses simulasi.
an yang rapih, dan mengikuti mode yang ada
akan menggambarkan bahwa pelaku adalah SIMPULAN
orang yang selalu mengikuti tren. Tentunya
tren berpakaian yang menjadi pijakan ada- Fenomena makan cantik terlah menjadi
lah tren berpakaian kelas atas, ataupun artis- bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan
artis tertentu baik berasal dari dalam negri saat ini. Dalam melakukan makan cantik,
maupun luar negeri. memberitahukan kepada masyarakat secara
Pelaku makan cantik harus memper- luas sangat perlu untuk dilakukan. Pelaku
siapkan simulasi tersebut sebaik mungkin makan cantik menggunakan social media
agar apa yang ia ingin gambarkan di sosial untuk menyiar-nyiarkan kegiatan. Karena
media dapat menunjukan bahwa ia berada makan cantik dan social media merupakan
pada kelas sosial atas, sesuai dengan apa yang satu kesatuan yang utuh. Hal ini dianggap
ia diinginkan. Proses manipulasi menjadikan karena social media merupakan ruang terbaik
realitas buatan tersebut terputus hubungan terbentuknya hiperrealitas. Hiperrealitas
dengan realitas aslinya. dalam social media dapat terwujud karena
soeial media dapat merepresentasikan
Simulasi yang dihadirkan di sosial media hiperrealitas menjadi realitas palsu. Dalam
yang bertujuan untuk menampilkan kelas pelaksanaanya makan cantik dianggap
tidak hanya dilakukan dalam satu waktu. dapat merepresentasikan kelas atas sebagai
Namun harus dilakukan berulang-ulang pembentuk identitas. Makan cantik
agar orang lain menganggap hal tersebut menjadi sebuah gambaran atau citra yang
merupakan bagian dari gaya hidup pelaku. Hal melambangkan eksistensi dan kelas sosial
tersebut tidak terlepas karena makan cantik masyarakat.
dianggap sebagai gaya hidup masyarakat
kelas atas. Simulasi yang dilakukan berulang- Oleh sebab itu simulasi menjadi hal yang
ulang dapat memunculkan reealitas yang penting dalam pembentukan hiperrealitas.
bukan realitas. Dalam hal ini simulasi dimulai sejak
pemilihan restoran yang memang menyajikan
Realitas yang dihadirkan di sosial media interior ruangan, peyajian makanan yang
menjadi acuan utama, bahkan lebih menjadi menarik. Adapun simulasi dilakukan
realitas itu sendiri. Sedangkan realitas dengan memotret foto makanan sebaik
utamanya perlahan-lahan hilang ataupun mungkin ataupun ruangan yang semenarik
blur. Masyarakat seolah-olah meyakini mungkin serta penggunaan caption yang
bahwa yang nyata adalah makan cantik itu eye catching agar orang lain tertarik untuk
lah yang menjadi gambaran kehidupan si datang ke tempat tesebut. Makan cantik
pelaku dalam sosial medianya. Sehingga itu sendiri dikonstruksi oleh social media,
apa yang tidak ditampilkan di social media bahkan apa yang diunggah oleh pelaku di
bukanlah realitas dari pelaku. Sehingga sosial media juga secara tidak langsung telah
muncul pertanyaan bahwa sejauh mana mengkontruksi orang lain. Baik yang gemar
makan cantik menyembunyikan fakta bahwa makan cantik maupun tidak.
yang nyata (makan di pinggir jalan sebagai
representasi kelas bawah) tidak lagi nyata? Namun pada kenyataannya makan
Sehingga dapat dikatakan bahwa makan cantik yang diunggah di dalam social media
cantik itu sendiri sebenarnyaadalah fenomena merupakan suatu hal yang berbeda dari
hiperealitas. Di satu sisi makan cantik ada fakta yang ada. Karena terdapat perbedaan

98
Herlinda Fitria, Hiperrealitas dalam Social Media (Studi Kasus: Makan Cantik di Senopati pada Masyarakat ...

kondisi pelaku pada apa yang diunggah DAFTAR PUSTAKA


dengan kondisi yang nyata. Simulasi yang
dilakukan oleh pelaku makan cantik di
sosial media menampilkan kondisi kelas Alfian, Pandu Rizki. 2014. “Musik Dangdut
sosial atas, namun ternyata pelaku makan Koplo Menurut Perspektif Jean
cantik bukan dari kelas sosial tersebut. Baudrillard”. Skripsi tidak diterbitkan,
Sehingga dapat dikatakan bahwa realita yang Fakultas Ushuludin dan Filsafat
sebenarnya sudah runtuh. Hal ini digantikan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
oleh simulasi yang membuat realitas menjadi Barker, Chris. (2011) Cultural Studies: Teori
kabur. Hiperrealita menyebabkan terjadinya dan praktik (terjemahan: Tim Kunci
pengaburan kelas yang pada akhirnya Cultural Studies Centre). Yogyakarta:
memberikan dampak adanya ketidak jelasan Bentang (PT Bentang Pustaka)
dari status kelas sosial seseorang yang di Denzin. Norman K. 1986. “Post Moderns
tampilkan pada social media. Social Theory”. Jurnal Sociological
Theory, Vol. 4, Number. 2 (Autumn,
1986), 194-204
Djaafara, Febiana. 1994. “Kegiatan Makan
di Luar Rumah Pada Masyarakat
Perkotaan: Studi Kasus Fungsi Institusi
Makan Bagi Para Pekerja pada Kawasan
Sudirman – Thamrin di Jakarta.” Skripsi
tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Irfani, Bunga. 2014. “Eating Out Sebagai Gaya
Hidup Dan Konsumerisme Di Nanamia
Pizzeria dan Il Mondo Yogyakarta.”
Tesis tidak diterbitkan, Program Kajian
Budaya dan Media Universitas Gajah
Mada.
Jean Baudrillard. 1981. Simulacra and
Simulation. United State of Amerika:
The University of Michigan Press.
........................., 1983. Simulations. Massa-
chusetts: The MIT Press.
Kushendrawati, Selu Margaretha. 2006.
“Hiperrealitas Dalam Media Massa:
Suatu Kajian Filsafat Jean Baudrillard.”
Disertasi tidak diterbitkan, Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia.
Maslow, Abraham H. 1987. Motivation and
Personality. NY: Addison-Wesley.
Meliono, V Irmayanti dan Boediono. 2004.
“Dimensi Etis Terhadap Budaya Makan
dan Dampaknya pada Masyarakat”.
Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol.
8, Nomor. 2, Agustus: 65-70.

99
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

Murcott, Anne. 1988. “Sociological and


Social Antrhopological Approaches to
Food and Eating”. Jurnal World Review
of Nutrition and Dietetics. Vol. 55
Murwani, Endah. 2015. “‘Eating Out’ Makanan
Khas Daerah: Komoditas Gaya Hidup
Masyarakat Urban.” Jurnal Universitas
Multimedia Nusantara.
Neuman. W Lawrence. 2006. Social Research
Methods Sixth Edition. Boston: Allyn
and Bacon.
Raditya, Michael HB. 2014. “Antara Rasa dan
Estetika Komodifikasi Nilai Konsumsi
Pada Pangan Sebagai Wujud Eksistensi”.
Jurnal Kawistara. Vol. 4: 111- 224.
Wawancara dengan MT, 27 Oktober 2015.
Wawancara dengan GO, 8 November 2016.

100

Anda mungkin juga menyukai