Anda di halaman 1dari 5

Teori Kritis Jean Baudrillard

Santana Sembiring
Mahasiswa Pascasarjana MIP
UGM 2017

Review Pemikiran Seorang Jean Baudrillard


Di era sekarang ini penggunaan akan produk teknologi khususnya smartphone
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Inovasi terbaru yang terus diciptakan mendorong
kita untuk mengikuti perkembangan salah satu produk tersebut. Ada kebangaan tersendiri jika
memiliki smartphone dengan model terbaru dan harga juga menentukan nilai dari
kepemilikkan. Misalnya saja jika kita memiliki smartphone dengan harga diatas 10 juta
rupiah tentunya ada kesombongan kecil dalam diri kita secara individu. Padahal teknologi
smartphone yang diciptakan dilakukan secara bertahap artinya teknologi yang didalamnya
akan terus diperbaharui. Pernahkah kita bertanya mengapa masyarakat khususnya di
Indonesia sendiri kepemilikkan akan smartphone lebih dari satu padahal smartphone yang
sebelumnya dibeli masih layak untuk dipergunakan. Dilansir dari situs
goodnewsfromindonesia.id berdasarkan data dari DS Annual Data Report, pada tahun 2015
diketahui bahwa jumlah pengguna internet pada smartphone mencapai 83,6 juta lebih tinggi
33% dari tahun lalu dan fakta mengejutkan jumlah pengguna smartphone melebihi populasi
di Indonesia yang hanya 30 % untuk pengguna orang tua sedangkan 70 % untuk pengguna
orang muda.
Fenomena diatas relevan jika dikaitkan dengan pemikiran kritis seorang Jean
Baudrillard. Menurut Baudrillard dalam Haryatmoko (2016) mengatakan bahwa masyarakat
harus mengikuti ritme barang kebutuhan dan pergantiannya terus menerus. Dengan adanya
pergantian secara terus menerus konsumen tidak lagi membeli barang karena manfaat yang
terkandung didalamnya melainkan karena pemaknaan keseluruhan objek. Artinya barang
tersebut bermakna jika objek para konsumerisme terpenuhi. Misalnya jika kebutuhan akan
seorang berfoto sendiri (selfie) tinggi, otomatis pencarian akan produk smartpone khusus
untuk selfie akan tinggi sehingga mendorong untuk membeli produk teknologi lagi. Hal-hal
seperti ini yang dikritik oleh seorang Baudrillard salah satunya mengenai konsumerisme.

Biografi Singkat Seorang Jean Baudrillard


Jean Baudrillard merupakan seorang pemikir berasal dari Prancis tepatnya didaerah
Reims. Jean Baudrillard lahir pada tahun 1929 dan dibesarkan dalam keluarga menengah ke
bawah. Ketertarikan Baudrillard akan sosiologi menghasilkan sebuah karya yang dirasa para
ahli politik dan cendikiawan merupakan sebuah karya yang kompleks dan abstrak karena
karya-karya Baudrillard merupakan karya menegangkan, menjemukkan, mengesalkan, tidak
masuk akal serta adanya hubungan antara realita dan ironi yang bagi anggapan beberapa
pemikir Baudrillard adalah ancaman bagi pemikiran yang mapan dan paling keras kepala
(Debrix, 2009:71). Dengan ketertarikan akan sosiologi karya yang dihasilkan oleh
Baudrillard adalah The System of Objects, The Consumer Society, For a Critique of the
Political Economy of the Sign, Symbolic Exchange and Death. Baudrillard berpikir
bagaimana cara mengembalikan realitas asli sedangkan menurut Baudrillard simulasi berisi
tentang ketidakpastian dan semu, artinya ada pergantian kepercayaan antara realitas yang
sesungguhnya dengan realitas yang semu. Atas dasar pemikiran tersebut juga Baudrillard
menciptakan karya sehingga dia dikenal dengan pemikirannya atas Simulakra dan simulasi
serta hyper reality melalui karya Simulacra and Simulation (Debrix, 2009:72-73).

Kritik Jean Baudrillard Tentang Simulasi dan Simulakra serta kaitannya dengan
Hyperreality
Dengan berkembang teknologi saat ini banyak masyarakat tidak dapat membedakan
bagaimana realitas yang sesungguhnya dengan realitas buatan. Masyarakat saat ini sudah
dimanipulasi oleh teknologi dan diperantarai oleh media. Sebagai contoh misalnya
pemaknaan berbeda sering kali terjadi dalam media sosial, saya ambil contoh instagram.
Kebanyakan foto-foto yang dimuat dan disebarkan melalui instagram adalah foto cantik dan
terbaik. Sehingga orang melihat foto yang diunggah tersebut akan tertarik karena terlihat
cantik. Padahal jika dilihat realitas sesungguhnya bisa saja foto yang ada dalam instagram
tersebut sudah diedit dan dipoles sedemikian rupa atau diambil dari tempat dan jarak yang
sudah diatur sebelumnya. Dengan contoh tersebut, menurut Baudrillard sudah terjadi proses
merusak realitas itu sendiri sehingga dia menyebutnya dengan hyperrealitas. Baudrillard
mengatakan bahwa simulasi adalah sebuah representasi dari realitas yang asli, namun yang
terjadi adalah simulasi muncul sebagai upaya dari media untuk menciptakan kembali realitas
sesuai dengan kode produksi media sehingga yang terjadi adalah ada upaya untuk membuat
tiruan (simulakra) yang benar berdasarkan persepktif media sehingga persepktif dari media
tersebut adalah realitas yang sesungguhnya (Debrix, 2009:74).
Pemikiran Boudrillard mengenai pemaknaa tentang simulasi, simulakra serta
berakhirnya pada hyperrealitas pada dipergunakan dalam contoh politik. Saya ambil contoh
kasus poliltik yang lain. Sebagai contoh misalnya menjelang pemilihan Presiden Amerika
Serikat periode kedua, Barack Obama sebagai calon petahana membuat sebuah simulakra
yang cukup hebat sehingga menghasilkan hyperrealitas yang hebat pula. Dengan mengatakan
bahwa teroris Osama Bin Laden telah mati pada saat ditangkap oleh militer As. Belakangan
diketahui bahwa foto yang menyatakan teroris telah mati diragukan kebenarannya.
Pasalnya foto tersebut telah diedit dan diambil gambar janggut yang serupa kemudian
ditempelkan pada orang yang dibuat mirip dengan sasaran. Selain hal ini seperti film Rambo
II, dalam film tersebut dikatakan bahwa militer AS menang melawan militer Vietnam
padahal realitas sesungguhnya militer AS lah yang kalah dalam peperangan itu. Dari contoh
diatas dapat kita ketahui bahwa peran media dan model sangat menentukan realitas tiruan
yang dibuat. Media yang berperan bisa kamera, media elekronik, internet, ataupun melalui
produksi film yang ditambahkan melalui skenario dan teknik permainan kamera.
Dengan adanya permainan dari media sedemikian rupa menyebabkan yang
hiperrealitas menjadi pengganti kenyataan yang sesungguhnya. Pillang dalam Azwar (2014,
39) mengatakan hiperrealitas komunikasi, media dan makna menciptakan satu kondisi
dimana semuanya dianggap lebih benar daripada kebenaran. Kita tak dapat membedakan lagi
antara kebenaran dengan kepalsuan, antara isu dengan realitas ini semuanya tidak lepas dari
perkembangan teknologi yang dapat mensimulasi pemikiran manusia.

Kritik Boudrillad Tentang Masyarakat Konsumtif


Tingkat masyarakat konsumstif di Indonesia merupakan yang tertinggi dari berbagai
negara. Tingginya perilaku konsumtif tidak lepas dari perkembangan teknologi yang terus
menerus diperbaharui sesuai dengan pangsa pasar. Diakses dari situs oke zone.com (2013)
dari data penelitian VNI Forecast Cisco diketahui bahwa hanya dalam satu tahun pemilik
ponsel di Indonesia meningkat dari 50 juta menjadi 300 juta pengguna. Pertumbuhan akan
terus berkembang hingga 2017 menjadi 370 juta pengguna ponsel atau komputer tablet.
Diakses dari berita yang sama, perilaku konsumtif di Indonesia selain disebabkan oleh
perkembangan teknologi juga disebabkan oleh harga yang murah dan munculnya smartphone
bekas. Jadi jangan heran ketika seseorang memiliki ponsel lebih dari dua bahkan empat.
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa perilaku konsumtif bukan dipengaruhi
akan penggunaan namun disebabkan karena haus akan namanya kompleksitas nafsu dari
seseorang. keterangan diatas dapat diketahui bahwa perilaku konsumtif bukan dipengaruhi
akan penggunaan namun disebabkan karena haus akan namanya kompleksitas nafsu dari
seseorang. Perilaku seperti ini bukan berdasarkan pada hubungan kepentingan dan tanggung
jawab melainkan hanya ingin kesesuaian dengan gaya hidup yang sesuai dengan kelas sosial.
Boudrillard mengatakan konsumsi menggambarkan masalah tekanan psikologis dan sosial
karena tuntutan mobilitas yang tinggi. Pemborosan atau mengonsumsi secara berlebih dapat
dikatakan perlu berarti tidak hanya ada melainkan mau membangun persepsi pada diri
sendiri. Boudrillad juga mengatakan bahwa adanya dorongan mengomsumsi secara terus
menerus dikarenakan kompensasi terhadap tidak terpenuhinya kenaikan tangga sosial ke atas
(Haryatmoko 2016).
Sebagai contoh misalnya ketika seseorang memiliki mobil mewah tentunya dalam
benak masyarakat orang tersebut merupakan dari kalangan menengah ke atas. Meskipun
kebenaran akan mobil tersebut masih belum dibayar lunas (kredit). Dengan persepktif sendiri
tentunya memiliki kebanggaan sendiri dan secara tidak langsung menstimulus dalam dirinya
sendiri bahwa dia memiliki status sosial yang tinggi. Inilah yang menurut Boudrillad sebagai
bentuk manipulasi sistem pertukaran.
Perilaku konsumsi dibagi Boudrillad menjadi dua logika yakni logika sosial dan
logika hasrat. Menurut Baudrillard dengan adanya kedua logika ini maka kebutuhan satu bila
dipuaskan akan muncul kebutuhan lain berikutnya sehingga menyebabkan kepuasan akan
kebutuhan tidak akan pernah puas dan penuh. Serta Boudrillad juga melihat sifat konsumsi
merupakan bentuk pertukaran. Baudrillard mengatakan manusia menjadi konsumen
dikarenakan untuk menambah kontak dan relasi, serta memaksimalkan kebutuhan akan
insentif (Haryatmoko 2016, 70).

Daftar Rujukan
Aditya, Ramadhan. (2013). Masyarakat Indonesia Keranjingan Gadget Hingga 2017. Diakses
dari okezone.com
https://techno.okezone.com/read/2013/08/22/57/854018/masyarakat-indonesia-
keranjingan-gadget-hingga-2017

Azwar, Muhammad. (2014). Teori Simulakrum Jean Baudrillard dan Upaya Pustakawan
Mengidentifikasi Informasi Realitas. Khzanah Al-Hikmah. Vol. 2 No.1. 38-48

Debrix, Francois. (2009). Walter Benjamin. Edkins, Jenny & Williams, Nick Vaughan. Teori-
teori Kritis: Menantang Pandangan Utama Studi Politik Internasional. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Haryatmoko. (2016). Membongkar Rezim Kepastian: Pemikiran Kritis Post-Strukturalis.


Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius.

Ramadhan, Bagus. (2016). Data Terbaru, Ternyata Jumlah Ponsel di Indonesia Melebihi
Jumlah Populasi. Diakses dari goodnewsfromindonesia.id
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/01/21/data-terbaru-ternyata-jumlah-
ponsel-di-indonesia-melebihi-jumlah-populasi

Anda mungkin juga menyukai