Anda di halaman 1dari 15

I.

LATAR BELAKANG

Sejak masuknya investasi perkebunan kelapa sawit ke Provinsi


Kalimantan Tengah pada tahun 1992, bencana kabut asap telah menjadi
momok menakutkan bagi masyarakat provinsi ini. Bencana kabut asap
diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi hampir
setiap tahunnya. Menurut data WALHI Kalimantan Tengah, selama tahun
2018 terdapat sekitar 3.861 titik api yang berada di dalam area konsesi
perkebunan di Provinsi Kalimantan Tengah.
Kebakaran lahan yang terjadi pada 2018 lalu di area perusahaan
perkebunan kelapa sawit PT Kalimantan Lestari Mandiri (KLM) di Kecamatan
Mantangai, Kabupaten Kapuas Provinsi Kalteng, digugat oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sebagaimana diketahui, pada
2018 lalu terjadi kebakaran lahan seluas 511 hektare. Lahan tersebut
merupakan milik PT KLM. Kebakaran pada lahan perusahaan seluas itu,
mengakibatkan terjadinya kabut asap di wilayah Kota Palangka Raya,
Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Kapuas. Kebakaran itu pun
memaksa berbagai pihak untuk turun tangan ikut melakukan pemadaman.
Pihak penggugat adalah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia, sedangkan yang menjadi pihak tergugat adalah PT KLM
dengan nomor gugatan perkara: 51/Pdt.G/LH/2018/PN Klk. Dalam hal ini,
PT KLM harus mempertanggungjawabkan kebakaran lahan tersebut, karena
dampak kerugian sangatlah luas. Karena PT KLM ini berbadan hukum, maka
wajib mematuhi aturan yang berlaku.
Atas dampak lingkungan yang diakibatkan, PT KLM dijerat tindak
pidana korporasi pada UU No. 32 tahun 2009. Dengan nomor perkara:
51/Pdt.G/LH/2018/PN Klk, PN Kapuas memutuskan bahwa PT KLM telah
melakukan perbuatan melawan hukum. Perusahaan pun harus membayar
ganti rugi ± Rp 89 milyar dan melakukan pemulihan lingkungan sebesar ±
Rp 210 milyar. Selain itu, PT KLM juga dilarang untuk melakukan
penanaman kembali lahan bekas terbakar dan bertanggung jawab atas
biaya perkara.
Berdasarkan kasus tersebut, sehingga dilakukan penulisan makalah
mengenai bagaimana proses hukum yang dilakukan terhadap PT KLM
bagaimana analisis penegakkan hukum terkait kasus kebakaran hutan dan
lahan perkebunan yang bersangkutan, serta bagaimana solusi penyelesaian
permasalahan secara hukum dan dalam bentuk lainnya.
II. PEMBAHASAN

Seperti yang telah disebutkan di dalam latar belakang, kasus


kebakaran hutan dan lahan perkebunan kelapa sawit yang dihadapikan oleh
PT KLM berujung pada penyelesaian secara hukum dengan permasalahan
yang diselesaikan secara hukum, Pengadilan Tinggi Kuala Kapuas, telah
memeriksa dan mengadili dalam peradilan tingkat banding, sehingga
menjatuhkan Putusan Pengadilan Tinggi Atas dampak lingkungan yang
diakibatkan, PT KLM dijerat tindak pidana korporasi pada UU No. 32 tahun
2009. Dengan nomor perkara: 51/Pdt.G/LH/2018/PN Klk, PN Kapuas
memutuskan bahwa PT KLM telah melakukan perbuatan melawan hukum.
Perusahaan pun harus membayar ganti rugi ± Rp 89 milyar dan melakukan
pemulihan lingkungan sebesar ± Rp 210 milyar. Selain itu, PT KLM juga
dilarang untuk melakukan penanaman kembali lahan bekas terbakar dan
bertanggung jawab atas biaya perkara.
Pengadilan Negeri Kapuas memenangkan gugatan Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terhadap PT Kalimantan Lestari
Mandiri (KLM) pada tanggal 8 Mei 2019. Perusahaan perkebunan kelapa
sawit yang terletak di Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas,
Kalimantan Tengah ini terjerat kasus kebakaran lahan pada tahun 2018.
Kebakaran seluas 511 hektar yang terjadi di atas area tanah gambut
tersebut telah mengakibatkan kabut asap dengan dampak yang cukup luas.
Sebaran dampak meliputi wilayah Kabupaten Kapuas, Kabupaten Pulang
Pisau, sampai ke Kota Palangka Raya.
Dalam penyelesaian secara, pastilah muncul suatu kronologi yang
menyebabkan terjadinya suatu kasus sehingga berujung pada proses
hukum. Dalam bab pembahasan yang telah disebutkan, penulis akan
menjelaskan kronologi terkait dengan peristiwa hukum tersebut.
KRONOLOGI
Sehubungan dengan peristiwa kebakaran Lahan pada wilayah konsesi
usaha perkebunan PT. Kalimantan Lestari Mandiri di wilayah Kec. Mantangai
Kab. Kapuas Prov. Kalteng, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 Ayat
(1) Sub Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sesuai dengan Laporan
Polisi Nomor: LP/K/134/VII/RES.5.3./2018/Kalteng/Res Kapuas tanggal 25
Juli 2018.
PT. Kalimantan Lestari Mandiri merupakan perusahan perkebunan kelapa
sawit yang merupakan anak perusahaan Julong Group (PT. Graha Inti Jaya,
PT. Antang Sawit Perkasa dan PT. Kalimantan Lestari Mandiri) yang terletak
di Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas.

1. Pelaksanaan sidang dilaksanakan pada Pukul 15.00 WIB Tanggal 20


Februari 2019, dihadiri oleh Hakim sebanyak 3 (tiga) orang, Jaksa
Penuntut Umum (KLHK), Ahli dan Saksi Fakta (tanpa dihadiri oleh PT.
Kalimantan Lestari Mandiri);
2. Jaksa Penuntut dari Kementerian Lingkungan Hidup menyampaikan
36 Bukti kepada Panitera dan Hakim, berdasarkan hasil pemeriksaan
bahwa 10 bukti tidak bisa diterima dan perlu perbaikan terlebih
dahulu antara lain bukti tidak sah(tidak ada stempel) atau tidak
keterangan (peta dan foto);
3. Pemeriksaan AHLI dan SAKSI FAKTA tidak dapat dilakukan sampai
dengan kelengkapan bukti terpenuhi;
4. Berdasarkan keputusan Majelis Hakim, bahwa Sidang Pemenuhan
bukti akan dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2019 dan Majelis
Hakim meminta Permintaan Setempat (PS), yaitu melaksanakan
sidang/verifikasi dilapangan dilanjutkan dengan pemeriksaan AHLI
dan Saksi Fakta yang akan dilaksanakan pada tanggal 04-05 Maret
2019.
5. Lebih lanjut, Pemeriksaan Setempat akan melibatkan Majelis Hakim,
Jaksa Penuntut, Ahli dan Saksi Fakta

FAKTA TEMUAN
1. Fakta Administrasi

1. Perusahaan memiliki Akta Pendirian Nomor 13 Tanggal 10 Oktober


2006 Notaris Khantsafikni, SH.,MH dan Nomor 49 Tanggal 19 Juni
2014 Notaris Khantsafikni, SH.,MH Tentang Perubahan Susunan
Dewan Direksi dan Pemegang Sahan Perseroan Terbatas PT.
Kalimantan Lestari Mandiri;
2. PT. Kalimantan Lestari Mandiri memiliki Izin Lokasi dari Bupati
Kapuas berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 388/ADMINSDA
Tahun 2014 Tanggal 22 Juli 2014 Tentang Pemberian Izin Lokasi
Kepada PT. Kalimantan Lestari Mandiri Untuk Keperluan Perkebunan
Kelapa Sawit Di Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas. Luas
Areal yang diberikan seluas 5.081,31 Hektar, berlaku selama 3 (tiga)
tahun;
3. Perusahaan telah memiliki dokumen lingkungan (AMDAL) dan telah
mendapatkan Keputusan Kelayakan Lingkungan berdasarkan
Keputusan Bupati Nomor 266/BLH Tahun 2015 Tanggal 17 April 2015
Tentang Kelayakan Lingkungan Hidup Pembangunan Perkebunan
dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Di Kecamatan Mantangai,
Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah Oleh PT. Kalimantan
Lestari Mandiri;
4. Luas areal yang dinyatakan layak seluas 5.081,31 Hektar dengan
Kapasitas 90 Ton TBS/Jam. Salah satu rencana kegiatan, yaitu
pembukaan lahan dilakukan dengan sistem Pembukaan Lahan Tanpa
Bakar (PLTB);
5. PT. Kalimantan Lestari Mandiri telah memiliki Izin Lingkungan dari
Bupati Kapuas berdasarkan Keputusan Nomor 267/BLH Tahun 2015
Tanggal 17 April 2015 Tentang Izin Lingkungan Pembangunan
Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Di Kecamatan
Mantangai, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah Oleh PT.
Kalimantan Lestari Mandiri.
6. PT. Kalimantan Lestari Mandiri memiliki Izin Usaha Perkebunan
melalui Keputusan Bupati Kapuas Nomor 459/DISHUTBUN Tahun
2016 Tanggal 07 Nopember 2016 Tentang Izin Usaha Perkebunan
Untuk Budidaya (IUP-B) Kepada PT. Kalimantan Lestari Mandiri;

2. Fakta/Temuaan Lapangan.

1. PT. Kalimantan Lestari Mandiri merupakan perkebunan kelapa sawit


dengan perincian alokasi lahan untuk kebun inti seluas 4.065,05
Hektar dan Kebun Masyrakat seluas 1.016,26 Hektar
2. PT. Kalimantan Lestari Mandiri terbagi menjadi 3 (tiga) divisi kebun,
yaitu Divisi I meliputi Blok A dan Blok B, Divisi II meliputi Blok C
serta Divisi III meliputi Blok D dan Blok E
3. PT. Kalimantan Lestari Mandiri mulai melakukan pembukaan lahan
pada Tahun 2015 seluas ±1.700 Ha. Pembukaan lahan dilakukan
oleh kontraktor. SPK Antara perusahaan dengan Kontraktor Land
Clearing akan disampaikan menyusul.
4. Luas lahan yang tertanam kelapa sawit dari bukaan lahan pada tahun
2015 seluas ± 1.400 Ha
5. PT. Kalimantan Sawit Mandiri belum merencanakan pembukaan
lahan pada tahun 2018. Perusahaan lebih fokus pada sisipan
tanaman
6. PT. Kalimantan Lestari Mandiri mempunyai kebijakan tentang
lingkungan (21 April 2014), dengan komitmen untuk tidak melakukan
pembakaran laha (zero burning) pada aktivitas pembukaan lahan
dan persiapan lahan perkebunan kelapa sawit;
7. Perusahaan memiliki Standard Operating Procedure terkait Persiapan
Lahan Nomor JGI/JAR-SOP/3.00/2014/RO dan Standard Operating
Procedure terkait Penanaman Kelapa Sawit Nomor JGI/JAR-
SOP/3.00/2014/RO . Persiapan pada lahan rawa dan dataran rendah
dilakukan secara mekanis dengan memperhatikan pasang surut air
pada saluran drainase;
8. Pada saat verifikasi lapangan ditemukan bekas kebakaran dan
kejadian kebakaran pada Blok B, Blok C dan Blok D.

Bekas Kebakaran Lahan di dalam areal konsesi (Blok B)

kejadian Kebakaran Lahan Pada Blok B dan Blok C (masih


terdapat sisa bekas kebakaran saat tim melakukan pengecekan
lapangan, tidak terlihat adanya upaya pemadaman dari pihak
perusahaan-Foto Drone)

9. Tim telah melakukan pengambilan foto scan dengan menggunakan


drone deploy untuk rute jalur terbang di lokasi areal bekas terbakar.
10. Perusahaan memiliki SOP Penanganan dan Pencegahan Kebakaran
Nomor JGI/SUS-SOP/010/2014/RO Tanggal 01 Agustus 2014.
Prosedur Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Lahan, yaitu
1) Pembentukan Team Pemadam Kebakaran.
2) Mengidentifikasi, memelihara dan menjaga sumber air dalam
upaya penanggulangan kebakaran.
3) Membuat dan memasang tanda-tanda/signboard “AWAS
BAHAYA KEBAKARAN”.
4) Mempersiapkan dan mensiagakan alat-alat pemadam kebakaran
5) Melakukan pengawasan dengan patrol secara rutin
6) Melaporkan kejadian kebakaran kepada pihak ekternal (Kepala
Desa, Camat, Kapolsek, Koramil, Instansi/Pihak lainnya)

11. Perusahaan memiliki SOP Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun


Nomor JGI/CA-SOP/001/2018/RO Tanggal 01 Juli 2018.
12. Perusahaan telah memiliki sarana prasarana pengendalian
kebakaran lahan, yaitu:

Aktual

No Jenis Peralatan

Jumlah Satuan Ket

Perlengkapan Pribadi atau


Individu

1. Helm Pengaman 30 Buah

2. Lampu Kepala 30 Buah

I 3. Kacamata Pengaman 30 Buah

4. Masker 30 Buah

5. Sarung Tangan Kulit 30 Pasang

6. Sepatu Pemadam 32 Pasang

7. Baju Pemadam 30 Buah


Aktual

No Jenis Peralatan

Jumlah Satuan Ket

− Menara Pantau ( 1 / 500 ha


II 3 Titik
)

Peralatan Tangan

1. Kapak Dua Fungsi ( Kapak


5 Buah
Cangkul )

2. Gepyok ( Pemukul Api ) 5 Buah

III 3. Garu Tajam 5 Buah

4. Garu Pacul 5 Buah

5. Sekop 5 Buah

6. Pompa Punggung 10 Buah

9. Ember + Tali Ciduk Air 30 Buah

Pompa Air dan


Kelengkapannya

a. Selang Hisap ( panjang


20 Rol
IV minimal 4 m / buah )

b. Selang Keluar ( panjang


30 Rol
minimal 20 m / rol )

c. Nozzle 20 Buah
Aktual

No Jenis Peralatan

Jumlah Satuan Ket

d. Suntikan Gambut

( khusus untuk perusahaan


1 Buah
perkebunan di lahan gambut
)

e. Y Connector 2 Buah

Pompa Jinjing ( minimal 5 HP ) 34 Buah

a. Selang Hisap ( panjang


30 Rol
minimal 4 m / buah )

b. Selang Keluar ( panjang


20 Rol
minimal 20 m / rol )

c. Nozzle 1 Buah

Sarana Pengolahan Data dan

V Komunikasi

1. GPS 1 Buah

Sarana Transportasi (
memperhatikan kondisi
VI wilayah kerja )

1. Sarana Transportasi
4 Unit
Pengangkut Personil untuk
Aktual

No Jenis Peralatan

Jumlah Satuan Ket

Kapasitas 15 Orang ( mobil,


perahu dan atau speed boat )

Excavator 2 Unit

13. PT. Kalimantan Lestari Mandiri telah Melaporkan kejadian kebakaran


pada tanggal 10 Juli 2018 kepada pihak ekternal (Kecamata, Polsek,
Koramil, BPBD dan Manggala Agni);
14. Perusahaan belum melaporkan kejadian kebakaran beserta upaya
pengendalian kebakaran ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kapuas dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah

AKIBAT HUKUM
Dari penyelesaian hukum yang disebutkan pada kronologi, maka PT KLM
dijerat tindak pidana korporasi pada UU No. 32 tahun 2009. Dengan nomor
perkara: 51/Pdt.G/LH/2018/PN Klk, PN Kapuas memutuskan bahwa PT
KLM telah melakukan perbuatan melawan hukum. Perusahaan pun harus
membayar ganti rugi ± Rp 89 milyar dan melakukan pemulihan lingkungan
sebesar ± Rp 210 milyar. Selain itu, PT KLM juga dilarang untuk melakukan
penanaman kembali lahan bekas terbakar dan bertanggung jawab atas
biaya perkara.
III. PENUTUP

Sengketa adalah permasalahan antara dua orang atau lebih dimana


keduanya saling mempermasalahkan suatu objek tertentu, hal ini terjadi
dikarenakan kesalahpahaman atau perbedaan pendapat atau persepsi
antara keduanya yang kemudian menimbulkan akibat hukum bagi
keduanya. Tanah sebagai obyek kehidupan masyarakat juga bisa menjadi
obyek sengketa karena adanya keterikatan antara kebutuhan dan hasrat
untuk memiliki sehingga orang akan selalu berusaha memiliki dan
menguasainya atas berbagai faktor yang ada.
Pihak penggugat adalah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia, sedangkan yang menjadi pihak tergugat adalah PT KLM
dengan nomor gugatan perkara: 51/Pdt.G/LH/2018/PN Klk. Dalam hal ini,
PT KLM harus mempertanggungjawabkan kebakaran lahan tersebut, karena
dampak kerugian sangatlah luas. Karena PT KLM ini berbadan hukum, maka
wajib mematuhi aturan yang berlaku. Atas dampak lingkungan yang
diakibatkan, PT KLM dijerat tindak pidana korporasi pada UU No. 32 tahun
2009. Dengan nomor perkara: 51/Pdt.G/LH/2018/PN Klk, PN Kapuas
memutuskan bahwa PT KLM telah melakukan perbuatan melawan hukum.
Perusahaan pun harus membayar ganti rugi ± Rp 89 milyar dan melakukan
pemulihan lingkungan sebesar ± Rp 210 milyar. Selain itu, PT KLM juga
dilarang untuk melakukan penanaman kembali lahan bekas terbakar dan
bertanggung jawab atas biaya perkara.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Achmad, “Sosiologi Hukum: Kajian Empiris Terhadap


Pengadilan”,(Jakarta, STIH IBLAM : 2004)

http://walhikalteng.org/2019/05/09/ketukan-palu-penegakan-
hukum-kejahatan-korporasi-pt-klm-divonis-bersalah-
atas-kebakaran-lahan-2018/

M. Rainoer, “ Penyelesaian Konflik Agraria Melalui Reforma


Hukum Agraria Dan Pengadilan Agraria”,
(http://www.scribd.com/doc/164812604/Makalah-
Teori-Hukum-Reforma-Agraria)

Nasution, Agussalam, “Teori Hukum Pertanahan yang pernah


Berlaku di Indonesia”, (Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara, Medan : 2012)
http://books.google.co.id/books/about/Sosiologi_huku
m.html?id=9bqatgAACAAJ&redir_esc=y

Utomo, Setyo, “Penyelesaian Sengketa Agraria dan Metode-


metode Penyelesaiannya”, Fakultas Hukum Universita
Panca Bhakti Pontianak.
(http://supremasihukumusahid.org/attachments/articl
e/107/%5BFull%5D%20Penyelesaian%20Sengketa%
20Agraria%20Dan%20Model-
Model%20Penyelesaiannya%20-
%20Setyo%20Utomo,%20SH,%20M.Hum.pdf)

Anda mungkin juga menyukai