Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK 1

Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur


Aceh atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA
Tampur

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara
Dosen : Dr. Eny Kusdarini, S. H., M.Hum

DisusunOleh:
Cici Dian Purnamasari : 19401241008
Dina Anisa Rahmasari : 19401241009
Muhammad Agung Nugroho : 19401241011
Madu Sari Ermayusnita : 19401241018
Dian Nurul Fathonah : 19401241039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
PEMBAHASAN
A. Analisis Posisi Kasus
Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA
Penggugat : Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)
Tergugat : Gubernur Aceh
Tergugat II Intervensi : PT. Kamirzu
Objek Sengketa :Keputusan Gubernur Aceh No.
522.51/DPMPTSP/1499/IPPKH/2017 Tanggal 9 Juni 2017 tentang Pemberian Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan Dalam Rangka Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air
Tampur-I (443 MW) Seluas ± 4.407 Ha atas nama PT. KAMIRZU di Kabupaten Gayo
Lues, Kabupaten Aceh Tamiang, dan Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh.
Berdasarkan analisis penulis tentang duduk gugatan Bahwa Penggugat telah mengajukan
Surat Gugatannya Tanggal 11 Maret 2019 yang diterima dan terdaftar di Kepaniteraan
Pengadilan Tata Usaha Negara Banda Aceh pada Tanggal 11 Maret 2019 dan telah
diperbaiki secara formal pada Tanggal 9 April 2019 di bawah Register Nomor
7/G/LH/2019/PTUN.BNA yang isinya sebagai berikut:
Bahwa yang menjadi Objek Sengketa dalam sengketa aquo adalah Keputusan Gubernur
Aceh Nomor 522.51/DPMPTSP/1499/IPPKH/2017 Tanggal 9 Juni 2017 tentang
Pemberian Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Dalam Rangka Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Air Tampur-I (443 MW) Seluas ± 4.407 Ha atas nama PT. KAMIRZU di
Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tamiang, dan Kabupaten Aceh Timur Provinsi
Aceh.
Tenggang waktu mengajukan gugatan:
1. Bahwa berdasarkan Surat WALHI Aceh Nomor 131/DE/WALHIAceh/XI/2018
Tanggal 14 November 2018 Perihal Permohonan Dokumen, Walhi Aceh telah
menyampaikan kepada Gubernur Aceh Cq. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu tentang Permohonan Informasi Perizinan PT. KAMIRZU;
2. Bahwa berdasarkan Surat Balasan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Nomor 540/DPMPTSP/3878/2018 Perihal Permintaan Dokumen PT.
KAMIRZU Tanggal 5 Desember 2018. Pemerintah Aceh telah memberikan balasan
berupa Surat Pengantar Balasan berserta lampirannya dengan cara mengirimkan e-mail
yang di dalamnya melampirkan;
a. Surat Gubernur Aceh perihat izin prinsip pembangunan Listrik Tenaga Air Tampur-
I dan II.
b. Keputusan Gubernur Aceh tentang kelayakan lingkungan hidup rencana
pembangunan pembangkit listrik tenaga air tumpur I Provinsi Aceh dengan
pemerkarsa PT.Kamirzu.
c. Surat keputusan Gubernur Aceh tentang pemerian izin pinjam pakai Kawasan hutan
dalam rangka pembangunan pembangkit listrik tenaga air tampur – I dikabupaten
Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tamiang, dan Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh.
3. Bahwa berdasarkan surat putusan gubernur aceh tentang Pemberian Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan dalam Rangka Pembangunan Pembangkit Listrik Tengaa Air,
penggugat merasa keberatan terhadap objek sengketa kepada Gubernur Aceh, namun
sampai saat ini belum terdapat jawaban terkait keberatan yang diajukan penggugat.
4. Tanggal 29 Januari 2019, Gubernur Aceh menerbitkan perubahan atas Objek Sengketa,
yaitu melalui Keputusan Gubernur Aceh No. 522.51/DPMPTSP/240/IPPKH/2019
Tanggal 29 Januari 2019 tentang Perubahan atas Keputusan Gubernur Aceh No.
522.51/ DPMPTSP/1499/IPPKH/2017 tentang Pemberian Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan Dalam Rangka Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Tampur-I 443
MW) Seluas ±4.407 ha atas nama PT KAMIRZU di Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten
Aceh Tamiang, dan Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh. Penerbitan perubahan atas
Objek Sengketa adalah karena pada pokoknya terdapat penyesuaian :
a. luasnya lahan yang telah ditetapkan dalam Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Dalam Rangka Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Tampur-I (443 MW)
dari seluas ± 4.407 ha menjadi ± 4.130 ha
b. kompensasi pembayaran PNBP penggunaan kawasan hutan
c. melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi Daerah Aliran Sungai dan sarana
penunjangnya pada Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Hutan Produksi.
5. Tanggal 13 Februari 2019, Penggugat menyampaikan Banding Administratif kepada
atasan Tergugat melalui Surat No. 31/DE/ WALHI Aceh/II/2019 Tanggal 13 Februari
2019 Perihal Banding Administratif Keberatan terhadap Objek Sengketa, namun
sampai dengan diajukannya Gugatan a quo ke Pengadilan Tata Usaha Negara Banda
Aceh, atasan Tergugat belum juga memberikan tanggapan terkait dengan Banding
Administratif yang diajukan Penggugat.
6. Tanggal 11 Maret 2019, penggugat mendaftarkan gugatan Tata Usaha Negara in-casu
di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Banda Aceh.
7. Tanggal 23 April 2019, Majelis Hakim mengeluarkan Putusan Sela No.
7/G/LH/2019/PTUN. BNA/INTV yang mengabulkan permohonan PT Kamirzu untuk
masuk sebagai pihak dalam perkara a quo dan mendudukkannya sebagai Tergugat II
Intervensi
8. Tanggal 7 Mei 2019, di hadapan persidangan Pihak Tergugat maupun Tergugat II
Intervensi mengajukan jawabannya.
9. Tanggal 19 Agustus 2019, setelah melalui proses persidangan, Majelis Hakim PTUN
Banda Aceh memutuskan bahwa Objek Sengketa tidak sah, dan mewajibkan Tergugat
untuk mencabut Objek Sengketa.
B. Pelanggaran-Pelanggaran yang Dilakukan
Berdasarkan analisis penulis dalam kasus sengketa tersebut, bahwasannya terdapat
beberapa hal yang menarik untuk dilakukan analisis atas larangan yang dilakukan,
antara lain:
a. Terkait Kewenangan Perbintan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
Dalam pokok perkara gugatan, penggugat menyatakan bahwa penerapan objek
sengketa bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
karena Gubernur Aceh selaku penerbit Objek Sengketa melampaui wewenangnya
untuk menerbitkan objek sengketa. Karena pada dasanrnya berdasarkan analisis penulis
kewenangan yang diberikan izin pinjam pakai Kawasan hutan (IPPKH) yang
dilimpahkan ke Gubernur sifatnya terbatas yaitu hanya bagi pembangunan fasilitas
umum non komersial. Sehingga Gubnernur Aceh yang telah menerbitkan IPPKH
kepada PT Kamirzu untuk pembangunan fasilitas umum non komersial yaitu
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) telah jelas-jelas bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yaitu dalam Pasal 2 Perdirjen Planologi
Kehutanan No, P.5/VII/-PKH/2014 tentang Petunjuk Pelaksana Pemberian Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan yang dilimpahkan Menteri Kehutanan kepada Gubernur jo. Pasal
8 Permen LHK No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan. Dengan demikian seharusnya pihak yang berwenang adalah Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dikarenakan luas areal dalam Objek Sengketa
melebihi kewenangan yang dilimpahkan kepada Gubernur. Berdasarkan pada Paasal
17 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Negara Pemerintahan,
dijelaskan:
(1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan wewenangnya.
(2) Larangan penyalahgunaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu:
a. Larangan melampaui wewenang
b. Larangan mencampuradukan wewenang dan/atau
c. Larangan bertindak sewenang-wenang.
Selain itu dari analisis diatas bahwa perbuatan atau tindakan hukum
Tergugat menerbitkan Objek Sengketa, merupakan katagori sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17 ayat (2) huruf a, Pasal 18 ayat (1) huruf c, sehingga
terkatagorikan sebagai perbuatan yang melampaui kewenangan yang dimiliki
Tergugat sehingga Objek Sengketa yang diterbitkan telah bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga haruslah dibatalkan dan
dinyatakan tidak sah.
b. Tentang Kewajiban Hukum Yang Berakibat Batalnya Obyek Sengketa
Berdasarkan analisis penulis dikaitkan dengan ketentuan sebagaimana yang dimuat di
dalam Diktum Kelima Objek Sengketa dengan Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor
105 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan, ada kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan
oleh pemegang izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang harus dipenuhi olej PT.
Kamirzu. Namun dari hasil analisis penulis kewajiban hukum tersebut belum terpenuhi
dan dilaksanakan oleh PT. Kamirzu. Sehingga seharusnya berdasarkan analisis
kewajiban yang tidak dijalankan harusnya batal objek sengketa akibat bertentangan
dengan hukum
c. Tentang Cacat Yuridis Objek Sengketa dalam Aspek Penerbitan Beberapa
Keputusan Di Dalam Satu Keputusan
Berdasarkan analisis penulis pada Diktum Keduabelas objek Sengketa, sebagai berikut:
“Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan ini berlaku juga sebagai izin Pemanfaatan Kayu,
serta izin Pemasukan dan Penggunaan Peratalatan.
Hal ini menandakan bahwa dalam keputusan tersebut mengandung dua izin, sedangkan
jika mengakaji dari ketentuan khusus dalam Pasal 1 angka 1 dan 2 serta Pasal 4
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-11/2009 tentang Pemasukan dan
Penggunaan Alat untuk Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hutan atau Izin Pemanfaatan
Kayu. Sehingga berdasarkan peraturan tersebut jelas bahwa izin tersebut tidak dibuat
satu bentuk keputusan melainkan dalam putusan yang berbeda-beda. Dari uraian
tersebut penulis dapat menganalisis bahwasanya Objek Sengketa dalam perkara
tersebut merupakan Objek Sengketa yang mengandung catata yuridis serta
bertentangan dengan hukum peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga
haruslah dibatalkan dan dinyatakan tidak sah.
d. Tentang Tidak Adanya Rekomendasi Bupati Kabupaten Aceh Timur
Analisis penulis berdasarkan “Konsideran Memperhatikan” sebagaimana termuat
dalam Objek Sengketa ditemukan yang bahwa hanya terdapat 2 (dua) Surat
Rekomendasi dari Pemerintah Kabupetan yang menjadi areal izin pinjam pakai
Kawasan hutan, yaitu Surat Bupati Gayo Lues dan Surat Bupati Aceh Tamiang.
Sedangkan Objek Sengketa sendiri diterbitkan 3 (tiga) kabupaten yaitu Gayo Lues,
Kabupaten Aceh Tamiang, dan Kabupaten Aceh Timur terkait dengan Pembangunan
PLTA Tampur.
Jika ditinjau dari ketentuan dari Surat Keputusan Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan Nomor SK.8/VII-PHK/2013 tentang Standar Pelayanan Pemberian Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan harus memenuhi syarat administratif. Yang mana salah
satunya ada surat rekomendasi, sehingga dari analisis surat keputusan tersebut hal ini
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dinyatakan
batal/tidak sah Objek Sengketa.
e. Tentang Waktu Penerbitan Objek Sengketa Yang Diluar Nalar Sama dengan
Diterbitkannya Objek Sengketa
Dari analisis penulis Objek Sengketa diterbitkan berdasarkan Rekomendasi dari Kepala
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh yang juga diterbitkan pada tanggal yang
sama, yaitu 9 Juni 2017, sementara menurut nalar pikir rasional tidak mungkin
diterbitkan pada hari dan tanggal yang sama. Hal ini di luar nalar, bagaimana cara dan
sikap Tergugat saat itu dalam hal penerbitan Objek Sengketa, kapan Tergugat
memeriksa kebenaran segala berkas-berkas persyaratan administratif yang disuguhkan
kepadanya tersebut, dan kapan Tergugat memeriksa persyaratan teknis di lapangan,
sehingga kiranya dapat memberikan gambaran dengan serinci-rincinya permasalahan-
permasalahan hukum yang terkadung di dalam Objek Sengketa, dan kiranya dapat
menambah keyakinan Majelis Hakim dalam memberikan putusan dalam perkara aquo
yang Penggugat mohonkan batal atau tidak sah suatu keputusan yang dibuat atau
diterbitkan akibat bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Berdasarkan beberapa poin larangan yang telah dilakukan, kasus tersebut menunjukkan
adanya pelanggaran atas asas-asas umum pemerintahan yang baik yaitu asas kepastian
hukumn dan penyalahgunaan wewenang, sehingga putusan tersebut bertentangan
dengan undang-undang
C. Hasil Putusan Hakim
Dalam pokok sengketa antara Walhi melawan Gubernur Aceh atas penerbitan izin pinjam
pakai kawasan hutan untuk pembangunan PLTA Tampur tersebut, hakim memutuskan
bahwa mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya. Kemudian, menyatakan tidak
sah yang meliputi :
1. Keputusan Gubernur Aceh Nomor 522.51/DPMPTSP/1499/IPPKH/2017 Tanggal
9 Juni 2017 tentang Pemberian Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Dalam Rangka
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Tampur-I (443 MW) Seluas ± 4.407
Ha atas nama PT. KAMIRZU di Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh
Tamiang, dan Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh.
2. Keputusan Gubernur Aceh Nomor 522.51/DPMPTSP/240/IPPKH/2019, Tanggal
29 Januari 2019, tentang Perubahan atas Keputusan Gubernur Aceh Nomor
522.51/DPMPTSP/1499/2017 tentang Pemberian Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan Dalam Rangka Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Tampur-I
(443 MW) Seluas ± 4.407 Ha atas nama PT. KAMIRZU di Kabupaten Gayo Lues,
Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh.

Selanjutnya, mewajibkan Tergugat untuk mencabut beberapa hal berikut ini :


1) Keputusan Gubernur Aceh Nomor 522.51/DPMPTSP/1499/IPPKH/2017 Tanggal 9
Juni 2017 tentang Pemberian Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Dalam Rangka
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Tampur-I (443 MW) Seluas ± 4.407
Ha atas nama PT. KAMIRZU di Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tamiang,
dan Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh.
2) Keputusan Gubernur Aceh Nomor 522.51/DPMPTSP/240/IPPKH/2019, Tanggal 29
Januari 2019,tentang Perubahan atas Keputusan Gubernur Aceh Nomor
522.51/DPMPTSP/1499/2017 tentang Pemberian Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Dalam Rangka Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Tampur-I (443 MW)
Seluas ± 4.407 Ha atas nama PT. KAMIRZU di Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten
Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh.
3) Kemudian, menghukum Tergugat dan Tergugat II Intervensi secara tanggung renteng
membayar biaya yang timbul dalam sengketa ini sebesar Rp. 21.963.000,- (dua
puluh satu juta sembilan ratus enam puluh tiga ribu rupiah).
Demikianlah diputus dalam Rapat Musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Tata
Usaha Negara Banda Aceh pada Hari Senin, Tanggal 19 Agustus 2019 oleh Muhammad
Yunus Tazryan, S.H., selaku Hakim Ketua Majelis, Fandy Kurniawan Pattiradja, S.H.,
M.Kn., dan Miftah Sa’ad Caniago, S.H., M.H., masing-masing selaku Hakim Anggota.
Putusan tersebut diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada Hari Rabu,
Tanggal 28 Agustus 2019 oleh Majelis Hakim tersebut, dengan dibantu oleh Anda
Kurnia, S.H., selaku Panitera Pengganti pada Pengadilan Tata Usaha Negara Banda
Aceh, dengan dihadiri oleh Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Hukum Tergugat dan
Kuasa Hukum Tergugat II Intervensi.

Anda mungkin juga menyukai