Anda di halaman 1dari 20

Pedoman Simbol Hari Baik dan Hari Buruk.....

(Fahmi Gunawan) 435

PEDOMAN SIMBOL HARI BAIK DAN HARI BURUK


MASYARAKAT BUGIS DI KOTA KENDARI
SYMBOL GUIDELINES OF GOOD AND BAD DAYS
OF BUGIS COMMUNITY IN KENDARI

Fahmi Gunawan
Institut Agama Islam Negeri Kendari
Jalan Sultan Qaimuddin No 17 Baruga Kendari
e-mail: fgunawanp@gmail.com

Naskah Diterima: 9 September 2018 Naskah Direvisi: 27 Oktober 2018 Naskah Disetujui: 8 November 2018

Abstrak
Hampir semua aktivitas masyarakat Bugis Kendari dimulai dengan mempertimbangkan
kualitas waktu yang dikenal dengan istilah hari baik dan hari buruk. Kualitas waktu ini memiliki
pedoman dan menggunakan simbol-simbol tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
simbol hari baik dan hari buruk masyarakat Bugis Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedoman
simbol hari baik dan hari buruk masyarakat Bugis di Kota Kendari diklasifikasi menjadi
sebelas, yaitu (1) simbol bahasa Arab, (2) simbol matematika, (3) simbol tulisan tangan, (4)
Simbol lontara Bugis, (5) simbol lontara Bugis dan gambar, (6) simbol aksara Soewandi, (7)
simbol hewan, (8) simbol bintang, (9) simbol bendera, (10) simbol Haji Daud, dan (11) simbol
Hj. Nursiah. Penelitian ini akhinrya menegaskan bahwa simbol pedoman ini merepresentasikan
masyarakat bugis Kendari yang penuh perencanaan dan memiliki rasa optimisme untuk
menggapai hasil maksimal sebuah aktivitas.
Kata Kunci: pedoman; smbol hari, baik dan hari buruk.

Abstract
Almost all activities of the Bugis Kendari community begin by considering the quality of
time known as good days and bad days. This quality of time has guidelines and uses certain
symbols. This study aims to examine the symbols of good days and bad days of the Bugis people of
Kendari city. This study uses a qualitative descriptive approach with a case study method. Data
collection is done by in-depth interviews and observations. The results showed that the guideline
of the symbol of good days and bad days of Bugis people in Kendari city was classified into eleven,
(1) Arabic symbols, (2) mathematical symbols, (3) handwriting symbols, (4) Bugis symbol, (5 )
Bugis symbols and drawings, (6) Soewandi alphabet symbols, (7) animal symbols, (8) star
symbols, (9) flag symbols, (10) Haji Daud symbols, and (11) Hj. Nursiah symbols. This research
finally emphasizes that the symbol of this guideline represents the Bugis Kendari community which
is full of planning and has a sense of optimism to achieve the maximum results of an activity.
Keywords: Guidelines, symbol; good day and bad day.

A. PENDAHULUAN hanya terbatas dalam kegiatan keseharian,


Pemilihan hari baik dan hari buruk seperti menempati rumah baru, pindah
dalam memulai sebuah aktivitas ruko dan melaksanakan pesta perkawinan,
merupakan fenomena umum yang tetapi juga membeli mobil baru dan
ditemukan pada masyarakat Bugis di Kota membuat kapal. Tidak hanya masyarakat
Kendari. Pemilihan hari baik ini tidak biasa yang menggunakan pedoman hari
436 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 435 - 454

baik dan hari buruk, tetapi juga para dan berakhir dengan baik. Mereka yakin
profesional, dosen, cendekiawan pun juga bahwa dengan mengikuti pedoman
melakukan hal yang sama. Semua kegiatan penentuan hari, pernikahan Nalia akan
itu dimulai dengan melihat kualitas waktu langgeng dan bahtera rumah tangganya
dalam sehari, apakah waktu itu baik atau dapat berjalan dengan damai, dan
kah tidak untuk memulai sebuah aktivitas. renggang konflik. Budaya masyarakat
Karena adanya kualitas waktu yang baik Bugis, hal ini biasa disebut dengan
dan yang tidak, masyarakat Bugis klausa deq na mapella bola’e “rumah
menyebutnya dengan istilah hari baik dan tidak akan panas membara”. Jika
hari buruk. pernikahan itu tetap dilakukan pada waktu
Hari baik adalah hari yang di yang tidak ditentukan, resikonya adalah
dalamnya terdapat kualitas waktu yang masa pernikahannya tidak dapat
baik untuk memulai melakukan sebuah bertahan lama dan bahtera rumah tangga
aktivitas, sementara hari buruk adalah hari penuh dengan konflik dan akhirnya
yang di dalamnya terdapat kualitas waktu berujung pada perceraian. Meskipun
yang buruk untuk memulai melakukan demikian, penentuan hari baik dan hari
sebuah aktivitas. Ibu Nia, misalnya, buruk dikembalikan kepada Tuhan.
ketika hendak menempati ruko baru pada Masyarakat Bugis Kota Kendari seringkali
hari Ahad, 27 Juni 2017 pukul. 16.00 menyebut frase Insya Allah dalam
WITA harus dimajukan waktunya pada memulai segala aktivitas. Ini juga berarti
pukul 06.00 WITA karena pukul 06.00 bahwa dalam penentuan hari baik dan
WITA dianggap sebagai waktu dengan hari nahas, masyarakat Bugis memiliki
kualitas terbaik menurut perhitungan orang semangat yang sesuai dengan syariat
tuanya (Gunawan, 2014). Hal serupa juga Islam dan tidak melanggar aturan Allah.
terjadi pada kasus pernikahan Ibu Salma Pedoman penentuan hari baik dan
yang hendak menikahkan putrinya Nalia, hari buruk itu oleh para tetua adat, tokoh
pada Sabtu, pukul 10.00 WITA harus agama atau imam masjid, akademisi,
diundurkan pada keesokan harinya menggunakan simbol-simbol tertentu.
karena hari Ahad pukul 10.00 WITA Simbol itu berupa lambang-lambang
dianggap sebagai hari baik menurut khusus yang dibuat sedemikian rupa
perhitungan waktu orang tuanya. Jika ibu sebagai sebuah warisan budaya dari nenek
Salma tidak melaksanakan pernikahan moyang Bugis dahulu. Simbol itu tentu
anaknya pada hari Ahad sebagai hari memiliki makna tersendiri dan hanya
baik, pernikahan anaknya dipastikan orang-orang tertentu yang dapat
batal dan dicarikan waktu lain di bulan memahaminya. Kamaluddin dkk (2016)
berikutnya. Hal ini karena hari Sabtu menjelaskan bahwa pedoman penentuan
merupakan hari nakkaseng “hari nahas” hari dan waktu baik itu dimiliki dan
menurut orang tua ibu Salma. diwariskan secara turun temurun.
Karena tidak mau berselisih paham Pedoman itu dapat berbeda antara satu
dan menakzimkan orang tuanya, ibu desa dengan desa lainnya. Pedoman itu
Salma pun menyetujui permintaan orang tidak memiliki pendahuluan seperti
tuanya. sebuah buku, akan tetapi langsung kepada
Fenomena budaya di atas isi naskah tanpa menyebutkan nama
menjelaskan betapa pentingnya penentuan pengarangnya. Untuk mempertegas
hari baik dan buruk bagi masyarakat pendapat Kamaluddin, berikut ini
Bugis. Penentuan waktu yang baik dalam disajikan simbol hari baik dan hari buruk
sebuah hari memiliki pedoman tersendiri. yang penulis peroleh dalam penelitian
Dengan mengikuti pedoman, mereka awal.
yakin bahwa apa yang mereka lakukan
dapat berjalan dengan baik, sesuai rencana
Pedoman Simbol Hari Baik dan Hari Buruk..... (Fahmi Gunawan) 437

memiliki makna sangat penting. Jadi, dua


atau lebih individu cenderung
mengeluarkan simbol yang bermakna.
Bukan hanya pikiran, perilaku seseorang
juga dipengaruhi oleh simbol yang
diberikan oleh orang lain (Siregar, 2016).
Ini juga berarti bahwa seseorang dapat
memberikan makna kepada segala sesuatu
yang dapat mengontrol sikap dan tingkah
laku mereka. Makna itu berasal dari
Gambar 1. Simbol Pedoman Hari Baik dan interaksi antara individu yang satu dengan
Hari Buruk individu yang lain, atau masyarakat yang
Sumber: Rahmatunnair, 2016.
satu dengan masyarakat yang lain baik
secara verbal maupun nonverbal. Dengan
berinteraksi kita memberikan makna
kepada kata-kata atau perilaku yang kita
lakukan sehingga kita dapat saling
memahami antar satu dengan yang lain.
Penelitian hari baik dan hari buruk
masyarakat Bugis sudah dikaji beberapa
peneliti. Penelitian itu membahas hari baik
dan hari buruk dalam perspektif Imam
Gambar 2. Makna Pedoman Hari Baik dan
Jafar dan Lontara Pananrang (Munawwar,
Hari Buruk 2012), sains dan lontara (Yusmar, 2008),
Sumber: Rahmatunnair, 2016. pertanian (Kamaluddin dkk, 2016), dan
Sunnah Nabawiyyah (Gunawan, 2014;
Berdasarkan gambar (1─2) diketahui 2015). Hal ini menjelaskan bahwa belum
bahwa hari baik dan hari buruk ada satupun penelitian yang membahas
masyarakat Bugis Kendari menggunakan hari baik dan hari buruk dalam perspektif
simbol-simbol tertentu. Simbol ini interaksionisme simbolik di kalangan
menjelaskan waktu yang baik dan buruk masyarakat Bugis Kota Kendari. Oleh
untuk melakukan sebuah aktivitas. karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
Gambar (1) menjelaskan simbol hari baik membahas simbol-simbol hari baik dan
dan hari buruk, sementara gambar (2) hari buruk masyarakat Bugis di Kota
mengungkapkan makna hari baik dan hari Kendari.
buruk.
Penelitian ini menggunakan teori B. METODE PENELITIAN
interaksi simbolik George Harbert Mead. Penelitian ini menggunakan
Teori ini menjelaskan bahwa komunikasi pendekatan deskriptif kualitatif. Data
merupakan hakikat terjadinya interaksi penelitian ini adalah data linguistik yang
sosial antara individu satu dengan yang berupa simbol-simbol waktu dan
lain dan kelompok masyarakat yang satu maknanya secara sosial kebudayaan dalam
dengan yang lain (Effendy, 1989). Di perspektif masyarakat Bugis Kendari.
dalam sebuah interaksi, pikiran seseorang Koentjaraningrat (2009) mengatakan
dapat dipengaruhi baik secara verbal bahwa bentuk kebudayaan terdiri dari ide,
maupun nonverbal. Setiap pesan verbal perbuatan dan artefak-artefak. Artefak
dan nonverbal dimaknai berdasarkan adalah objek hasil pemikiran manusia,
kesepakatan bersama oleh semua pihak seperti kamus, alat dan simbol-simbol yang
yang terlibat dalam suatu interaksi dan dibuat manusia. Simbol hari baik dan hari
merupakan satu bentuk simbol yang buruk masyarakat Bugis tentu buatan
438 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 435 - 454

manusia. Data linguistik ini terbatas pada Bagi masyarakat Bugis, setiap sub-
simbol-simbol waktu hari baik dan hari waktu dalam sehari memiliki petunjuk hari
buruk dalam beberapa aktivitas tertentu. mana yang baik atau tidak untuk
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memulai melakukan setiap aktivitas.
wawancara mendalam, observasi, dan Misalnya, hari senin (esso Senneng),
dokumentasi (Mahsun, 2005). Teknik Minggu (Aha), Rabu (Araba) dan Jum’at
pengambilan data dilakukan dengan cara (Juma) adalah hari baik sementara hari
purposive sampling atau theoretical- based Selasa (Salasa) adalah hari buruk atau hari
sampling (Santosa, 2012). nahas. Salasa dikatakan hari nahas karena
Wawancara dilakukan terhadap memiliki kemiripan huruf dengan kata
dua puluh informan yang terdiri dari sala-sala, sisala,lari sala yang dalam
kepala desa, Imam desa, pemuka agama, budaya Bugis dikenal dengan suara
para orang tua di setiap kecamatan yang kematian dan keburukan. Setiap sub-waktu
memiliki manuskrip pedoman hari baik dianggap sebagai waktu baik dan waktu
dan hari buruk selama tiga bulan di buruk dalam sehari. Untuk mengetahui hal
kantong-kantong masyarakat Bugis Kota tersebut, masyarakat Bugis memiliki
Kendari, yaitu Kecamatan Kendari Kota pedoman tersendiri yang terdiri dari
Lama, Kecamatan Nambo Kelurahan simbol-simbol. Berdasarkan penelitian,
Bungkutoko dan Kecamatan Mandonga. ada 11 macam simbol hari baik dan hari
Analisis data dilakukan dengan cara buruk yang ditemukan di Kota Kendari,
reduksi data, display data dan pengambilan yaitu (1) simbol tulisan Arab, (2) simbol
kesimpulan berdasarkan konsep sosial Matematika, (3) simbol tulisan tangan, (4)
budaya masyarakat setempat (Miles & simbol lontara Bugis, (5) simbol lontara
Huberman, 1984; Riley, 2007). Bugis dan gambar, (6) simbol aksara
Soewandi, (7) simbol hewan, (8) simbol
C. HASIL DAN BAHASAN bintang, (9) simbol bendera, (10) simbol
Penggunaan simbol hari baik dan hari H. Daud, (11) simbol Hj. Nursia.
buruk sangat berkaitan dengan konsep
waktu masyakat Bugis. Konsep waktu ini 1. Simbol Tulisan Arab
meliputi hari, bulan dan tahun. Perhitungan Simbol tulisan Arab adalah simbol
tahun dalam setahun dihitung berdasarkan yang menggunakan tulisan Arab dalam
waktu panen atau setiap enam bulan. Di manuskrip pedoman hari baik dan hari
dalam sebulan, ada 29 atau 30 hari. Lathief buruk. Manuskrip ini diperoleh dari
(2005) menjelaskan bahwa hari dalam seorang pengusaha Kota Kendari, Ibu Eni.
pandangan masyarakat Bugis dikenal Manuskrip ini disebut dengan simbol
dengan sebutan tertentu, yaitu Masuara, tulisan Arab karena tulisan simbolnya
Bisnong, Sirri, Barahamang, and Kala. menggunakan bahasa Arab. Berdasarkan
Namun demikian, karena pengaruh wawancara, Ibu Eni mengatakan bahwa
penyebaran agama Islam dan Kristen, naskah ini merupakan warisan yang
masyarakat Bugis mengenal istilah tujuh diperoleh dari almarhum KH. Abdul Hafid
hari dalam seminggu, yaitu Aha, Senneng, sebelum wafatnya. KH. Abdul Hafid
Salasa, Araba, Kammisi, Juma, dan merupakan seorang ulama Bugis dari
Sattu. Waktu dalam 24 pukul Bungkutoko yang belajar agama langsung
diklasifikasi lagi menjadi 16 sub waktu, dari Guruttta almarhum KH.
yaitu Pajang, Elek Kelek, Pammulang, Abdurrahman Ambo Dalle, seorang ulama
Enrekesso, Tanggasso, Tanreesso, besar dari Sulawesi Selatan yang juga
Araweng, Sarakesso, Petteng, Labbukesso, belajar agama lama di Mekah.
Sumpang Wenni, Laleng Penni, Naskah ini memiliki 7 (tujuh) istilah
Tengabenni, Sarawenni, Denniari, Wajeng tertentu dalam bahasa Arab yang
Pajeng. digunakan untuk menyatakan hari baik dan
Pedoman Simbol Hari Baik dan Hari Buruk..... (Fahmi Gunawan) 439

hari buruk, yaitu musṭār, marīḥā, syamsi, terjadi pada waktu malam. Dimulai pada
ṣaḥrīhi, aturīd, qamar, dan zuḥal. pukul 18.00 dan diakhiri pukul 05.00.
Pemberian nama ini tentu memiliki makna Ini berarti bahwa ada 24 pukul waktu
tertentu. Ketika dikonfirmasi mengenai yang disediakan untuk penggunaan hari
makna leksikal nama-nama itu, dia pun baik dan hari buruk. Berikut ini akan
mengatakan ketidaktahuannya. Namun ditampilkan pedoman waktu setiap hari
demikian, secara kontekstual, nama-nama mulai hari Sabtu hingga Jumat.
tersebut mempunyai makna jika
dihubungkan dengan baik atau buruknya
suatu hari. Musṭār bermakna mujur atau
beruntung. Marīḥā bermakna kecil pun
buruk, apalagi besar, lebih-lebih buruknya.
Syamsi bermakna baik waktunya. ṣaḥrīhi
bermakna baik waktunya. Aturīd
bermakna adakalanya baik dan seringkali
juga buruk, kecuali kebaikan yang
ditentukan waktunya pada hari Rabu
pukul 6. Qamar bermakna adakalanya Gambar 3. Pedoman Hari Baik dan Hari Buruk
baik dan adakalanya buruk kecuali Simbol Tulisan Arab
kebaikan yang dlakukan pada hari Senin. Sumber: Eni, 2017.
Zuḥal bermakna tidak ada baiknya,
Gambar (3) menunjukkan bahwa
kecilnya pun buruk, lebih-lebih besarnya.
terdapat waktu baik dan tidak dalam waktu
Jika dianalisis, terdapat sembilan 24 pukul mulai Sabtu hingga Jumat.
(9) pola pedoman hari baik dan hari Berdasarkan wawancara dengan pimpinan
buruk di dalam naskah ini. Hal ini karena pondok pesantren Taḥfīẓ, Baitu al- qur’ān,
ada dua kata yang merujuk kepada hari diketahui bahwa ketika hendak menikahkan
baik dan sekaligus hari buruk, yaitu putrinya, Ibu Eni menggunakan pedoman
aturīd dan qamar. Aturīd merujuk kepada hari baik dan hari buruk karena dianggap
hari baik dan hari buruk dengan sebagai sebuah sennu-sennuang. Sennu-
pengecualian hari Rabu pukul 06.00 sennuang adalah sebuah rasa optimisme
pagi, sementara qamar merujuk pada hari dalam hati bahwa aktivitas ini akan
baik dan hari buruk dengan pengecualian berjalan dengan lancar.
hari Senin. Empat (4) istilah lainnya
merujuk kepada hari buruk, yaitu marīḥā,
zuḥal, aturīd, dan qamar, sementara lima
(5) istilah merujuk kepada hari baik, yaitu
musṭār, syamsi, ṣaḥrīhi, Aturīd dan
qamar. Pedoman hari baik dan hari
buruk pada naskah ini dimulai pada hari
Sabtu dan diakhiri pada hari Jumat.
Semua hari yang ada di dalam naskah
menggunakan tulisan Arab, yaitu al-sabt
berarti Sabtu, al-aḥad berarti Ahad, al- Gambar 4. Makna Simbol Hari baik dan Hari
isnaini berarti Senin, al-ṡulasa berarti Buruk Simbol Tulisan Arab
Selasa, al-arbia’ā berarti Rabu, al- Sumber: Eni, 2017.
khamis berarti kamis, dan al-jum’ah
berarti Jumat. Setiap hari diklasifikasi Selain penentuan waktu berdasarkan
menjadi dua bagian, siang dan malam. pukul dan hari, ada juga penentuan waktu
Siang dimulai pada pukul 06.00 dan berdasarkan bulan. Bulan yang digunakan
diakhiri pukul 17.00. Hal yang sama juga adalah bulan Qamariyah, yaitu Muḥarram,
440 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 435 - 454

Safar, Rabī’u al-Awwal, Rabī’ al-Ākhīr,


Jumād al-Awwal, Jumād al-Ākhir, Rajāb,
Sya’bān, Ramaḍān, Syawwāl, Zulqā’idah,
dan Zulḥijjah. Hari buruk atau disebut juga
hari nahas juga terdapat pada tanggal
tertentu setiap bulan, ketika munculnya
bulan dan munculnya bulan yang bertolak
belakang. Hari buruk pada bulan nahas
jatuh pada tanggal 3 Rabī’u al-Awwal, 5
Rabī’ al-Ākhīr, 13 Jumād al-Awwal, 16 Gambar 6. Pedoman Hari Baik dan Hari Buruk
Jumād al-Ākhir, 21 Rajāb, 24 Ramaḍān, Versi Simbol Tulisan Indonesia
dan 25 Syawwāl. Selain itu, setiap hari Sumber: Eni, 2017.
Rabu pada akhir bulan juga dianggap
sebagai hari buruk. Adapun munculnya 2. Simbol Matematika
bulan yang bertolak belakang juga Simbol matematika adalah simbol
dianggap sebagai hari nahas. Hari nahas itu pedoman hari baik dan hari buruk yang
jatuh pada hari Rabu tanggal 2, 12, dan 22, menggunakan simbol matematika, seperti
Selasa 3, 13, dan 23, Senin tanggal 4, 14, simbol tambah (+), lingkaran (o), dan
dan 24, Ahad tanggal 5, 15, dan 25, Sabtu sebagainya. Simbol ini ditemukan di rumah
6, 16, 26, Jumat 7, 17, dan 27, Kamis imam masjid Kelurahan Bungkutoko,
tanggal 8, 18, dan 28. Hal ini dapat dilihat Ambo Sakka. Berdasarkan wawancara
pada keterangan berikut ini. yang dilakukan tentang mengapa pedoman
hari baik dan hari buruk berbentuk simbol
matematika, dia hanya mengatakan bahwa
dia juga mewarisi pedoman itu secara turun
temurun dari orang tuanya. Dia tidak
mengetahui secara pasti mengapa
manuskrip pedomannya menggunakan
simbol demikian. Hal ini karena ada
beberapa bentuk pedoman itu
menggunakan simbol matematika. Dia pun
Gambar 5. Pedoman Hari Baik dan Hari Buruk melanjutkan bahwa, “Orang tua saya
Berdasarkan Hitungan Bulan dengan Simbol senantiasa memberikan arahan agar dalam
Tulisan Arab memulai suatu pekerjaan haruslah disertai
Sumber: Eni, 2017. dengan niat baik dan senantiasa mengikuti
pedoman waktu hari baik dan hari buruk.
Senada dengan manuskrip pada Apa saja aktivitasnya terutama yang
gambar (3─5), manuskrip pedoman hari berkaitan dengan pesta pernikahan, pindah
baik dan hari buruk pada gambar (6) rumah, dan pergi melaut. Dengan
merupakan manuskrip yang sama dengan mengikuti pedoman tersebut, kita dapat
manuskrip sebelumnya. Hanya saja, memperoleh keselamatan dan
manuskrip pada gambar (3─5) kebahagian.”
menggunakan tulisan Arab dan manuskrip Naskah ini menggunakan bahasa
pada gambar (6) menggunakan bahasa Bugis latin. Di dalam naskah, terdapat
Indonesia. Perbedaannya adalah naskah tulisan pedoman atau petunjuk bilang
ditemukan pada orang yang berbeda. wettu ri lalenna ta siessoe, iya engka ri
poji, ri seseta (pedoman waktu dalam
sehari yang engkau sukai).
Pedoman Simbol Hari Baik dan Hari Buruk..... (Fahmi Gunawan) 441

menggunakan angka 0 berarti pulan


poko (Impas). Simbol anak panah
dengan kedua ujung tapukul bermakna
uju (kematian). Simbol tambah
menandakan tuo (kehidupan). Waktu
yang baik untuk memulai suatu
aktivitas menurut pedoman waktu ini
adalah waktu berisi dan tuo karena
merujuk pada makna berkualitas dan
kehidupan. Ini berarti bahwa semua
aktivitas yang dimulai pada waktu ini
Gambar 7. Pedoman Hari Baik dan Hari Buruk akan diberi kehidupan, keselamatan,
(Simbol Matematika) kesejahteraan dan keberkahan. Di sisi
Sumber: Ambo Sakka, 2017. lain, waktu yang dianggap buruk
dalam memulai sebuah aktivitas adalah
Naskah pada gambar (7) ini
uju dan lobbang karena bermakna
memuat beberapa informasi. Informasi
kematian dan lubang. Ini berarti bahwa
pertama yang terdapat pada kolom
apapun aktivitas yang dimulai pada
pertama memuat peringatan bagi
waktu ini berujung pada
pembaca. Dikatakan bahwa,
ketidakselamatan, ketidakberkahan dan
“tempeddingngi ri photo kopi detto
tidak baik hasilnya. Sementara itu,
hallalakeng salingngi narekko de gaga
pulan poko hanya merujuk kepada
isinna to punnaingngi boe, iyarega tau
sebuah makna sunnah atau
susungengngi uki malaju (tidak
diperbolehkan melakukan sebuah
diperbolehkan salin dan tidak
aktivitas karena terkadang mengandung
dihalalkan menulis ulang jika tidak ada
kebaikan dan terkadang pula
izin dari orang yang memiliki buku ini
mengandung keburukan.
atau orang yang menuliskan tulisan
Hal ini kemudian dipertegas lagi
Bugis melayu). Kolom kedua dari atas
dalam sub-waktu dalam sehari.
memuat 6 jalur. Jalur pertama dari
Misalnya, untuk memulai sebuah
kiri ke kanan memuat masalah waktu
aktivitas pada hari Jum’at bagus
(wettunna) memulai sebuah aktivitas.
dilakukan pada pukul 11.00-12.00
Waktu itu dimulai hari Jumat (juma),
karena merujuk pada kata tou dan
Sabtu (sattu), Ahad (aha), Senin
pukul 15.00-18.00 merujuk pada kata
(asseneng), Selasa (salasa), Rabu
berisi. Sementara itu, pukul 08.00-
(araba), dan Kamis (kammisi). Waktu
10.00 dan pukul 12.00-15.00 tidaklah
memulai (mappammula) aktivitas
dianjurkan sebab merujuk pada kata
dibagi menjadi mapamula, ele,
lobbang dan uju. Hal ini tentu dapat
abueng, tangaso, loro, dan assara. Ele
dimengerti jika pukul 11.00-12.00
dimulai pukul 06.00-08.00. Abueng
dikatakan sebagai waktu berkualitas
pukul 08.00-11.00. Tangaso dimulai
karena memang waktu itu adalah waktu
pukul 11.00-12.00. Loro dimulai pukul
untuk menunaikan ṣolat Jum’at.
12.00-15.00. Assara dimulai pukul
Siapapun yang menunaikan solat
15.00-18.00.
Jum’at berarti akan mendapatkan
Adapun simbol hari baik dan hari
keberkahan, keselamatan dan
buruk yang digunakan adalah simbol
ketenangan hidup.
matematika yang menggunakan huruf
Bugis latin. Simbol dadu angka 5
3. Simbol Tulisan Tangan
bermakna berisi (berkualitas). Angka
Simbol tulisan tangan adalah
kosong (0) berarti lobbang (lubang).
simbol pedoman hari baik dan hari
Simbol anak panah dengan kedua ujung
442 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 435 - 454

buruk yang menggunakan tulisan


tangan. Dikatakan demikian, karena
simbolnya menggunakan tulisan
tangan, seperti simbol orang, simbol
sama dengan (=), dan sebagainya.
Pemilihan waktu dilakukan berdasarkan
pedoman simbol ini. Ketika ada
kegiatan peletakan batu pertama untuk
pembangunan masjid Nur Ikhlas di
Tunggala, dalam wawancara yang
penulis lakukan, Amir Hudo
Gambar 8. Pedoman Hari Baik dan Hari
melakukannya pada pukul 06.00 WITA Buruk (Simbol Tulisan Tangan)
di hari Sabtu karena menunjukkan Sumber: Amir Hudo, 2017.
makna berisi dengan simbol bendera.
Dia berharap bahwa suatu saat nanti 4. Simbol Lontara Bugis
ketika sudah selesai dibangun, masjid Simbol lontara Bugis adalah
ini akan dipenuhi banyak orang untuk simbol pedoman hari baik dan hari buruk
melakukan salat lima waktu dan selain yang menggunakan huruf aksara Bugis
itu, masjid ini juga dapat dipenuhi yang disebut lontara. Simbol ini
dengan berbagai kegiatan keagamaan menggunakan aksaran lontara yang
sehingga penuh dengan keberkahan. berjumlah 23, yaitu ka, ga, nga, ngngka,
Pedoman simbol ini diperoleh secara pa, ba, ma, mpa, ca, ja, nya, nca, ta, da,
turun temurun dari orang tuanya. Akan na, nra, ya, ra, la, wa, sa, a, ha. Hal ini
tetapi karena manuskrip aslinya sudah dapat dilihat pada gambar (9) berikut.
lusuh, dia pun menuliskannya dalam
sebuah tulisan tangan.
Simbol yang terdapat dalam
naskah ini adalah simbol orang, sama
dengan (=), bundaran (0), bendera
kosong, dan tambah (+). Simbol orang
bermakna mayat, simbol bundaran
bermakna kosong, simbol bendera
kosong bermakna berisi, simbol sama
dengan bermakna pulih, dan simbol
tambah bermakna umur panjang. Hari Gambar 9. Pedoman Hari Baik dan Hari
itu dikatakan baik jika simbolnya Buruk (Simbol Lontara Bugis)
bermakna berisi dan umur panjang. Sumber: Syamsuddin, 2017.
Sementara hari dikatakan buruk jika
simbolnya bermakna mayat, kosong, Gambar (9) ini menjelaskan nama
dan pulih. Pulih ini merupakan bahasa dan kondisi hari. Jalur pertama secara
Bugis yang diserap langsung ke bahasa vertikal diisi oleh nama hari, seperti hari
Indonesia dan bermakna sama dengan. juma, satu, aha, eseneng, salasa, araba,
Itu berarti bahwa hari itu bisa pertanda dan kammisi, sementara secara horizontal
baik dan bisa juga pertanda buruk. diisi oleh kondisi hari atau waktu. Waktu
Berikut ini adalah gambar pedoman yang dimaksud adalah ele, abueng,
hari baik dan hari buruk simbol tulisan tanggasso, leso essoe, dan araweng.
tangan Waktu ele dimulai pada pukul 06.00-08.00.
Abueng dimulai pada pukul 08.00-11.00,
tanggaso dimulai pada pukul 11.00-12.00.
Lesa essoe dimulai pada pukul 12.00-
Pedoman Simbol Hari Baik dan Hari Buruk..... (Fahmi Gunawan) 443

15.00, dan araweng dimulai pada pukul pole bola adalah waktu yang terkadang
15.00-18.00. Setiap kondisi memiliki baik dan terkadang juga buruk untuk
makna masing-masing, yaitu mate, tuwo, memulai sebuah aktivitas. Waktu mallise
maddara, lobbang, dan mallise. Mate disimbolkan dengan gambar dadu angka
bermakna mati. Tuwo bermakna hidup. lima dan bermakna berisi. Waktu lobba
Mallise bermakna berisi. Maddara disimbolkan dengan gambar persegi empat
bermakna berdarah. Lobbang bermakna dan bermakna beruntung. Waktu makerre
pulang pokok. Hari itu dianggap baik disimbolkan dengan gambar tulang yang
waktunya jika menunjukkan tuwo dan membentuk huruf x dan bermakna sulit,
mallise, sementara hari dianggap buruk uju amateng disimbolkan dengan gambar
waktunya jika menunjukkan mate dan garis panjang hitam dan bermakna
maddara. Sementara lobbang kematian, sementara pole bola ditandai
menunjukkan waktu yang terkadang baik dengan gambar huruf x. Hal ini dapat
dan terkadang pula buruk. dilihat pada data berikut ini.
Sebagai contoh, hari Senin pukul
06.00-08.00 menunjukkan waktu lobbang,
08.00-11.00 menunjukkan waktu tuwo,
11.00-12.00 menunjukkan waktu maddara,
12.00-15.00 menunjukkan waktu mallise,
dan 15.00-18.00 menunjukkan waktu mate.
Ini berarti bahwa aktivitas pergi melaut,
pindah rumah atau pernikahan anak, jika
dilaksanakan pada hari Senin, maka bagus
dilakukan pada pukul 08.00-11.00 dan
12.00-15.00. hal ini karena kedua waktu
ini menunjukkan waktu tuwo dan mallise Gambar 10. Pedoman Hari Baik dan Hari
yang bermakna kehidupan dan berkualitas Buruk (Simbol Lontara dan Gambar)
waktunya. Sumber: Syamsuddin, 2017.

6. Simbol Ejaan Soewandi


5. Simbol Lontara Bugis dan Gambar
Simbol ejaan Soewandi yang
Yang dimaksud simbol lontara
dimaksud adalah simbol pedoman hari
Bugis dan gambar adalah simbol pedoman
baik dan hari buruk yang menggunakan
hari baik dan hari buruk yang
ejaan Soewandi. Simbol ini dikatakan
menggunakan gabungan lontara Bugis
simbol ejaan Soewandi karena
dan gambar. Simbol ini senada dengan
menggunakan ejaan Soewandi. Ejaan ini
simbol lontara Bugis dalam hal klasifikasi
dapat diidentifikasi karena menggunakan
kualitas hari menjadi 5, ele, abueng,
/dj/ untuk fonem /j/, /j/ untuk fonem /y/,
tengga esso, lohoro, dan assara,
/nj/ untuk fonem /ny/, /sj/ untuk fonem /sy/,
pembagian waktu dalam seminggu, yaitu
/b/ untuk fonem /p/, /e/ untuk fonem /a/.
aha, esseneng, salasa, araba, kammisi,
Fonem ini digunakan oleh masyarakat
juma, dan sattu. Hanya saja perbedaannya
bangsa Indonesia sejak 1947 hingga 1972.
terletak pada penggunaan nama yang
Sebagai contoh, naskah ini menggunakan
maknanya juga sama dengan simbol
fonem /dj/ pada kata Djumat untuk kata
lontara Bugis. Di antara namanya adalah
Jum’at. Harinja untuk kata harinya.
mallise, lobba, makerre, uju amateng, dan
Bahaja untuk kata bahaya. Hidub untuk
pole bola. Mallise dan lobba merujuk pada
kata hidup. Kemis untuk kata kamis. Rebo
waktu yang bagus digunakan untuk
untuk kata rabu. Hal ini dipertegas dengan
memulai aktivitas, makerre dan uju
tanggal penulisan naskah pada bagian
amateng merujuk pada waktu yang buruk
bawah kanan, 14 Mei 1965.
digunakan untuk memulai aktivitas, dan
444 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 435 - 454

Pedoman hari baik dan hari buruk juga diberikan penafsiran dan
dalam naskah ini dikhususkan untuk orang pembandingan dengan menyebut nama-
yang melakukan perjalanan. Pedoman ini nama Nabi yang dapat bermakna baik.
hanya menggunakan nama hari dan waktu H. Daud dalam wawancaranya
untuk bepergian. Sementara simbol yang mengatakan bahwa ada hewan tertentu
digunakan itu juga ada lima. Simbol yang diasosiasikan sebagai hari baik dan
lingkaran yang mempunyai titik di tengah hari buruk, dan ada pula hewan tertentu
bermakna kubur. Simbol orang bermakna yang diasosiasikan baik pada hari baik
beruntung. Simbol X bermakna bahaya, maupun hari buruk. Hewan yang
simbol dadu angka 5 bermakna isi, simbol diasosiasikan dengan hari baik berjumlah
huruf I besar bermakna hidup. Simbol sebelas (11). Hewan yang diasosiasikan
orang, angka 5, dan huruf I menandakan dengan hari buruk berjumlah tiga (3).
waktu yang baik untuk bepergian, Hewan yang diasosiasikan dengan hari
sementara simbol huruf X dan lingkaran baik dan hari buruk berjumlah delapan (8).
yang di tengahnya ada titik menunjukkan Hewan yang diasosiasikan dengan hari
waktu yang tidak baik untuk melakukan baik adalah (1) anynyarang (kuda) pada
perjalanan atau bepergian. Hal ini dapat tanggal 1, tedong (kerbau) pada tanggal 6,
dilihat pada gambar (11) berikut ini. saping (sapi) jatuh pada tanggal 8, bembei
(kambing) pada tanggal 11, gajai (gajah)
pada tanggal 12, sarigala (serigala) pada
tanggal 14, lanceng (monyet) pada tanggal
19, ula (ular) pada tanggal 20, ancale
(belalang) pada tanggal 23, dongi-dongi
(burung pipit) pada tanggal 29, manu
(ayam) pada tanggal 30, dan macang
(macan). Hal ini senada dengan penjelasan
dalam naskah pananrang sebagaimana
berikut.

Gambar 11. Pedoman Hari Baik dan Hari Data 1


Buruk (Simbol Ejaan Soewandi) “Esso anynyarang asenna, ana-ana jaji
Sumber: Muhammad Iman, 2017. malampe sunge’i pegaui passurong Puang,
matturu’i ripajajianna, masempo dalle’i
7. Simbol Hewan
nasaba esso ripancajinna Nabi Adam. Agi-
Berdasarkan wawancara dengan
agi pura tempeddingngi riappammulang”
salah seorang Imam desa di Kecamatan
Kendari Kota Lama, pedoman hari baik “Hari Kuda namanya; bayi yang lahir
dan hari buruk juga menggunakan simbol panjang umur dan taat perintah Allah,
hewan. Berbeda dengan simbol lainnya menurut pada orang tua, murah rezki
yang menggunakan waktu hanya dalam karena hari kelahiran Nabi Adam as.
seminggu mulai dari Jumat, atau Sabtu, Apapun yang telah selesai tidak boleh
atau Ahad, simbol ini menggunakan dimulai lagi”.
tanggal mulai dari tanggal 1 hingga
tanggal 30 dalam setiap bulan, mulai bulan Data 2
Januari hingga Desember. Dengan “Esso tedong asenna,makessing mua
demikian, tanggal 1 hingga tanggal 30 rilaoang mabela, runtu’ki alabang,
menggunakan simbol hewan yang berbeda. makessing muto rikawingang, najajiang
Ada hewan yang digunakan untuk ana tanra maccai mabbicara toriolo,
menyatakan hari baik dan ada hewan pugau’i passurong Puang, tapi kasi-asiwi,
tertentu yang digunakan untuk menyatakan makessingngi riangelliang tedong (saping)
hari buruk. Penggunaan simbol hewan ini iyarega olo-kolo mawijai, makessingngi
Pedoman Simbol Hari Baik dan Hari Buruk..... (Fahmi Gunawan) 445

riakkabbureng wakke nasaba teai agi-aginna madecengngi nasaba


lobbang wakke’na ritu, makessing muto barakka’na Nabitta Muhammad saw.”
riappanorang bine (ase).”
“Hari Gajah namanya. Tidak masalah
“Hari kerbau namanya. Baik untuk orang yang ditinggalkan, orang yang
melakukan perjalanan jauh, terkadang datang karena itu hari lahir nabi
mendapatkan musibah, bagus untuk Muhammad. jika melahirkan anak, ia akan
mengadakan pernikahan, jika mempunyai menjadi anak yang beruntung, taat agama.
anak, maka ia akan pintar berbicara Baik untuk menurunkan benih. Apa saja
tentang sejarah, taat kepada Allah, tapi yang dilakukan bisa berdampak baik
mempunyai keterbatasan harta, bagus karena berkah nabi Muhammad.”
untuk membeli kerbau atau hewan ternak
lainnya untuk dipelihara, bagus jika untuk Data 6
menanam benih.” “Esso serigala asenna, sininna jama-
jamang madecengnge salama’I ripugau,
Data 3 makessingngi rilaoang mammusu,
“Esso sapingngi asenna, ana-ana jaji dangkang, sibawa rikawingeng nasaba
malomo patulungngi ripadanna tau, iyanaritu narijajiang Nabi Sulaiman,
masempo dalle’i, madecengngi najajiangngi ana sugi’i.”
rikawingeng nenniya riappatettongeng
“Hari serigala namanya. Semua pekerjaan
bola nasaba mattiro camming asenna,
bagus dilakukan. Baik untuk pergi
madeceng muto rilaoang sompe (tega-
berperang. Bisnis dan juga pernikahan
tega), madeceng riappammulang balu-
karena hari itu adalah hari dilahirkan nabi
balu.”
Sulaeman. Hari dilahirkan anak kaya.”
“Hari sapi namanya. Jika melahirkan anak,
dia akan mudah membantu banyak orang, Data 7
murah rezeki, bagus untuk mengadakan “Esso lancengngi asenna, najajiang ana
pernikahan, mendirikan rumah, bagus juga pogau’i passurongna Puang Allah Ta’ala,
untuk bepergian dan memulai berdagang.” malomoi sugi, malomo atiwi ripadanna
tau sibawa ripajajianna, esso
Data 4 najajiangnge Nabi Yakub, makessingngi
“Esso bembe’i asenna, makessingngi rilaoang dangkang.”
nasaba iyanaritu nariputtama Nabi Adam
“Hari monyet namanya. Ketika melahirkan
ri surugae, najajiangngi ana’ turu’,
anak, ia akan taat kepada Allah. Mudah
maupe’i, malampe sunge’i napugau’i
untuk menjadi orang kaya. Murah hati
passuroangna Puang Allah Ta’ala.”
kepada sesama manusia. Hari diciptakan
“Hari kambing namanya. Hari ini bagus nabi Yakub. Bagus untuk pergi
karena Nabi Adam masuk surga pada hari berdagang.”
ini. Jika melahirkan anak, ia akan menjadi
anak yang beruntung. Panjang umur. Taat Data 8
kepada Allah.” “Esso ula’ asenna, makessing ladde
rilaoang madduta, najajiangngi ana teyai
tessugi, esso najajiangnge Nabi Ismail”
Data 5
“Hari ular namanya. Bagus untuk pergi
“Esso gajai asenna, temmagagai tau
laloe, toriwelaiye, tau ripoleiye nasaba meminang. Jika melahirkan anak, pasti jadi
iya najajiang Nabi Muhammad SAW, orang kaya. Hari diciptakan nabi Ismail.”
najajiang ana maupe’i pogau’i
passuroang, madeceng riappanorang bine,
446 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 435 - 454

Data 9 Kalapung (kura-kura) pada tanggal 5, dan


“Esso incale asenna, makessingngi singa (singa) pada tanggal 13. Hal ini
riabbottingeng, sawei mawase’ki, sejalan dengan dokumen naskah pananrang
riangelliang appakeng temmaradde’i sebagaimana berikut ini.
ridi, tapi makessingngi riangelliang
balu-balu, magatti’i tarala namakessing Data 12
sarona.” “Esso macang asenna, nakase’i nasaba
esso najajiangnge Kabil ana’na Adam.
“Hari belalang namanya. Bagus untuk
Ana-ana jaji madorakai ripajajianna,
melakukan pesta pernikahan. Bagus juga
maja’i riappabbottingeng, majai
untuk membeli dagangan karena cepat laku
riattanengeng, rilaoangngi
dan banyak untungnya.”
mabelanakennai sukkara, iyanaro
naripassu’ Adam-Hawa pole ri surugana
Data 10
Puang Allah Ta’ala.”
“Esso sikadongngi asenna, madeceng
riallantikeng tomapparenta nasaba “Hari Macan namanya. Nahas sebab hari
mattuppu batui batena mapparenta, kelahirannya Kabil putra Adam as. Anak-
madeceng to riangelliang balu-balu anak yang lahir, durhaka pada orang
nasaba magatti’i taralla, naekiya maja’i tuanya. Tidak baik untuk pernikahan, tidak
riangelliang appakeng nasaba nalai baik untuk menanam, tidak baik untuk
pelolang atau tabbei, madecetto rilaoang perjalanan (sebab) mendapatkan
sompe, riattanengeng, agi-agi jama- kesukaran, adalah (hari) dikeluarkannya
jamang madeceng manengi ritu.” Adam- Hawa dari Surga”.
Hari burung namanya. Bagus untuk
Data 13
melakukan pelantikan pejabat karena pasti “Esso kalapui asenna, najajiangngi
akan mendapatkan banyak halangan dalam ana madorakai ripajajianna, nakase’i
pemerintahannya. Bagus untuk membeli
denawedding riappanorang bine”.
barang dagangan karena akan cepat laku.
Tapi jelek untuk membeli perhiasan karena “Hari kura-kura namanya. Jika melahirkan
dapat dicuri atau tercecer hilang. Bagus anak, ia akan menjadi anak durhaka, tidak
untuk melakukan perjalanan, menanam diperbolehkan untuk menurunkan benih-
benih, semua pekerjaan yang dilakukan benih untuk menanam”.
akan menghasilkan hasil yang bagus.
Data 14
Data 11 “Esso singa asenna, nakase’i (maja’i)
“Esso manu asenna, makessingi rilaoang nasaba esso ritununna api Nabi
dangkang nasaba salama’I iyatonaro Ibrahim, ripakkerina Raja Namrud,
naripaturung dalle’e risininna ripancajie, najajiangngi ana mabbiasai ujangeng,
makessingngi riellau doangeng rimunri rilaoangngi mabela biasai nakennaki
sempajang assara’, iyatonae esso aminang lasa ritengnga laleng atau mateki
macoa, appettung bicaratoi sininna rilaotta.”
pananrangnge rilangi’e, ana jaji” “Hari singa namanya. Hari ini buruk
Hari ayam namanya. Bagus untuk karena hari dibakarnya nabi Ibrahim. Jika
berdagang karena akan mendapatkan melahirkan anak, biasanya menjadi gila.
keselamatan. Rezeki akan datang Jika bepergian jauh, biasana mendadak
menghampiri. Bagus untuk berdoa setelah jatuh sakit di tengah perjalanan atau
solat ashar. Ini juga hari yang tertua. meninnggal dalam perjalanan.”
Adapun hari buruk disimbolkan dengan Adapun hari baik dan hari buruk secara
binatang Macang (macan) pada tanggal 1, sekaligus disimbolkan dengan hewan
Pedoman Simbol Hari Baik dan Hari Buruk..... (Fahmi Gunawan) 447

jonga (rusa) pada tanggal 2, meyong makessingngi riakkebbureng pakkakkasa


(kucing), balawo (tikus) pada tanggal 7, no’ ri salo’e/ri tasi’e, madeceng muto
asu (anjing) pada tanggal 9, Nagai (naga) rikawingeng nasaba weddingngi sugi.”
pada tanggal 10, iti (itik) pada tanggal 15,
“Hari tikus namanya. Tidak boleh
bawi (babi) pada tanggal 16, balipeng
meminjam karena tidak akan bisa
(kalajengking) pada tanggal 17. Hal ini
membayar hutang. Tidak bagus untuk
sejalan dengan data naskah pananrang
mengalirkan air sawah karena bisa
sebagaimana berikut ini.
dimakan padinya, bagus untuk membuat
peralatan untuk berlayar, bagus juga
Data 15
melakukan pernikahan karena bisa
“Esso jonga asenna, najajiangngi ana’
menjadi kaya.”
pertama, maupe’i namasiga mallakkai,
apa iyanaritu naripancaji neneta Hawa.
Data 18
Agi-agi madecengnge wedding mua
“Esso asui asenna, madecengngi
ripugau, rilaoangngi sompe, runtu’ki
riappammulang mattaneng rigalungnge
alabang, tapi de’ nawedding rilaoangngi
sibawa waena galungnge mappammula
mammusu.”
malaki’ wae galung, mauni sibotolo’
“Hari Rusa namanya; apabila melahirkan muna naripenre riakkeangnge,
anak, dia akan beruntung (sebab) cepat najajiangngi ana-ana madorakai
bersuami. Karena hari diciptakannya nenek ripajajianna sibawa ri Puang Allah
kita siti Hawa as. Apapun hal baik dapat Ta’ala. Narekko rikawingengngi malomoi
dilakukan pada hari ini (seperti) perjalanan massarang iyarega matei masitta
jauh/merantau, mendapatkan alabang. makkunraie.”
Akan tetapi kurang baik berperang.”
“Hari anjing namanya. Bagus untuk
memulai menanam di sawah dan air sawah
Data 16
dapat diawali untuk ambil dari air sawah
“Esso meyong asenna, najajiangngi ana
meskipun hanya sebotol. Jika mempunyai
baraniwi, makessingngi riappanorang
anak, akan menjadi anak yang durhakan
bine, tapi ompo 4-5-6-7-13-15-17 majai
atas perintah Allah. Jika menikah, akan
riappammulang mattaneng ase nasaba
mudah bercerai atau istrinya dapat cepat
nanrei ule, makessing muto rilaoang
meninggal.”
mabela, narekko tau kawing
pangkagarengngi nadenaullei massarang, Data 19
narekko riakkalangngi inreng denariullei “Esso nagai asenna, maja’i
waja’i.” riappammulang mattaneng
“Hari kucing namanya. (jika) melahirkan rigalungnge/ridare’e, makessing tosi
anak, (maka ia akan) berani. Baik untuk rilaloang mangolo riarungnge,
menebar bibit. Akan tetapi tanggal 4-5-6- makessing riabbottingeng, najajiangngi
7-13-15-17 (Bulan hijrah) tidak baik ana’ maupe’i.”
dimulai menanam padi sebab dimakan “Hari naga namanya. Tidak bagus untuk
hama/ulat. Baik untuk pergi jauh/merantau. memulai bersawah atau berkebun. Bagus
Jika orang menikah (di hari ini) tidak bisa untuk menghadap kepada para pejabat.
bercerai. Jika berutang, sulit terbayar.” Bagus untuk melakukan pernikahan. Jika
melahirkan anak, ia akan menjadi anak
yang beruntung.”
Data 17
“Esso balawo asenna, tempeddingngi
riakkalang inreng nasaba tenriullei
waja’i, maja’ toi riellauang wae galung
nasaba nanrei kare ase ritu, tapi
448 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 435 - 454

Data 20 diciptakan matahari. Baik untuk


“Esso iti asenna, ana-ana jaji melakukan bepergian atau perjalanan jauh.
pogau’i passuroang, naniriwi Ketika melahirkan anak, ia akan menjadi
pappesangka, turu’i ripajajianna, anak yang menyakitkan hati orang tuanya,
riammasei ri padanna tau, macanti’i tapi taat kepada Allah.”
tappana nasaba najajiangnge Nabi Yusuf,
Persoalan mengapa hari baik dan
tempeddingngi riappatettongeng bola
hari buruk disimbolkan dengan hewan-
nasaba teyai nasalai lasa punnana,
hewan tertentu hanya karena semua
rilaoangngi sompe nakennaki lasa atau
binatang tersebut menjadi sangat akrab
halangeng.”
dalam kehidupannya, terutama generasi
“Hari itik namanya. Anak yang dilahirkan etnis Bugis masa lampau.
menjadi anak yang taat agama. Berbaik
sangka. Taat kepada orang tuanya. Sayang 8. Simbol Bintang
kepada sesama manusia. Tampan Sebuah wawancara dengan tetua
mukanya karena hari dilahirkannya nabi adat di Kecamatan Abeli menunjukkan
Yusuf. Boleh membangun rumah karena bahwa simbol bintang juga digunakan
pemilik rumahnya tidak akan mendapatkan untuk mengetahui bahwa hari baik dan hari
musibah sakit. Jika bepergian, ia akan buruk. Pedoman itu biasanya digunakan
mendapatkan musibah atau halangan.” bagi para nelayan yang hendak berlayar
mencari ikan. Orang Bugis dapat
Data 21 mengetahui nama-nama bulan yang
“Esso bawi asenna, nakase’i nasaba muncul di langit dengan memperhatikan
esso ribuanna Nabi Yusuf posisi bintang ketika matahari tenggelam.
rikalebbongnge ri padaranena, ana-ana Posisi bintang di langit diperhatikan
jaji ujangengngi, agi-agi maja’i ripugau sebelum dan selama berlayar dan mencari
kecuali mattaneng ikkaju ki’, mabbuai, ikan. Di antara posisi bintang itu adalah
madecengngi riakkabbureng onrong doi’ bittoeng tanra tellu, bittoeng
teyai lobbang.” warongmprong, bittoeng manu 'lai,
bittoeng eppang, bittoeng tobalu and
“Hari babi namanya. Hari ini hari nahas
bittoeng lamuru.
karena hari ini adalah hari ketika nabi
Ketika bittoeng tanra tellu
Yusuf dibuang ke lubang sumur oleh
(bintang tanda tiga) muncul di timur, angin
saudara laki-lakinya. Ketika melahirkan
kencang akan datang. Jika bittoeng
anak, ia akan menjadi gila. Apapun buruk
warongpong (bintang warongpong)
dilakukan kecuali menanam sayur. Bagus
muncul di timur, ada banyak ikan di laut.
dibuatkan tempat berkumpul.”
Jika bintang warongpong muncul di atas
Data 22 kepala, angin beliung akan datang. Jika
“Esso balipeng asenna, nakase’i nasaba bintang manu lai (bintang ayam jantan)
esso najajiangnge Nabi Isa, najajiangngi muncul di timur, matahari akan terbit. Jika
ana macanti’i, iyatonaro naripancaji bittoeng eppang (bintang empat) tampak
matanna essoe, salama’i rilaoang di bagian selatan ketika matahari terbenam,
mabela atau sompe, narekko jajiang ikan terbang akan banyak muncul. Jika
ana napeddiri ati tomatoanna, tapi Bittoeng tobalu (bintang Tobalu) tampak
pogau’i passuroang Puang Allah di bagian selatan, dan bintang itu
Ta’ala.” menunjukkan posisi 180 derajat pada
musim timur, akan datang angin kencang.
“Hari balipeng namanya. Hari ini hari Jika bittoeng lamuru (bintang Lamuru)
buruk karena hari diciptakannya nabi Isa. muncul di bagian tenggara, bintang ini
Ketika melahirkan anak, dia akan menjadi menandakan banyaknya jumlah ikan di
anak yang cantik. Hari ini juga hari laut.
Pedoman Simbol Hari Baik dan Hari Buruk..... (Fahmi Gunawan) 449

9. Simbol Bendera
Simbol bendera adalah simbol
pedoman hari baik dan hari buruk yang
menggunakan simbol bendera. Dikatakan
simbol bendera sebab salah satu simbol di
dalam pedoman tersebut menggunakan
bendera Brazil, yaitu bendera berwarna
kuning dengan titik hijau di tengahnya.
Simbol ini diklasifikasikan menjadi 7 hari
dan 5 waktu. Dari hari Jumat hingga
Kamis. Mengenai pembagian waktu, waktu Gambar 12. Pedoman Hari Baik dan Hari
06.00-08.00 menunjukan ele, 08.00-11.00 Buruk (Simbol Hj. Daud)
menunjukkan abueng, 11.00-12.00 Sumber: Hj. Daud, 2015.
menunjukkan tengnga esso, 12.00-15.00
menunjukkan loro, dan 15.00-18.00 11. Simbol Hj. Nursiah
menunjukan assara. Pedoman ini Simbol Hj. Nursiah adalah simbol
memiliki 5 simbol, yaitu mallise, tuo, pole pedoman hari baik dan hari buruk yang
bola, lobbang, dan uju. Waktu yang bagus dinisbatkan kepada pemiliknya. Pedoman
untuk memulai sebuah aktivitas adalah ini seringkali digunakan dalam memulai
ketika menunjukkan waktu mallise atau sebuah aktivitas. Wawancara yang penulis
tuo karena keduanya menunjukkan waktu lakukan menunjukkan bahwa ketika suami
baik, sementara lobbang dan uju Hj. Nursiah hendak melaut mencari ikan,
menunjukkan waktu yang tidak baik. Pole dia menggunakan pedoman ini. Walhasil,
bola terkadang menunjukkan waktu baik ikan yang diperolehnya melimpah ruah.
dan terkadang pula menunjukkan waktu Lanjut dikatakan bahwa pernah dia pergi
tidak baik. Hal ini dapat dilihat melaut saja tanpa memperhatikan waktu
sebagaimana yang telah dijelaskan pada baiknya atau hari baiknya, dia pun pulang
gambar (1−2). dengan hasil yang kurang
menggembirakan.
10. Simbol H. Daud Ada 4 simbol yang digunakan dalam
Simbol Hj. Daud adalah simbol pedoman ini. Simbol segiempat bermakna
pedoman hari baik dan hari buruk yang rejeki, tanda silang bermakna halangan,
dinisbatkan kepada pemiliknya, H. Daud. tanda sama dengan silang bermakna sial,
Dia adalah seorang di Imam Masjid di kota dan huruf O berekor bermakna selamat.
lama. Dalam kesehariannya, dia selalu Hal ini dapat dilihat pada gambar (13).
menggunakan pedoman waktu untuk
memulai sebuah aktifitas, misalnya ketika
pergi melaut, pindah rumah, pesta
pernikahan, melakukan perjalanan selalu
menggunakan pedoman waktu tersebut.
Pedoman waktu sudah digunakan sejak 23
Januari 1956 sebagaimana tertuang dalam
manuskrip gambar (12).
Di dalam manuskrip pedoman ini,
terdapat 7 hari dan 4 simbol waktu dan
maknanya. Simbol bujursangkar Gambar 13. Pedoman Hari Baik dan Hari
bermakna rezeki, simbol tanda tambah Buruk (Simbol Hj. Nursiah)
berekor bermakna celaka, simbol huruf X Sumber: Hj. Nursiah, 2015.
besar bermakna halangan, dan simbol
angka nol bermakna selamat.
450 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 435 - 454

Berdasarkan penelusuran penulis, sore yang diklasifikasi menjadi 5 macam,


pedoman hari baik atau petunjuk waktu yaitu ele (pagi), abuang (duha), tengnga
mempunyai banyak versi. Versi ini esso (tengah hari), loro (siang), assara
didasarkan pada pengalaman masing- (sore). Sementara itu, kualitas waktu juga
masing para leluhur Bugis sesuai dengan dibagi menjadi 5, yaitu mallise (berisi),
apa yang dirasakan dan dialami. Ketika mate atau uju (kematian), pola bola
mengalami sebuah peristiwa yang baik (impas), salama (keselamatan), dan
pada suatu waktu dan kejadian tertentu dan lobbang (berlubang). Lima kualitas waktu
kejadian itu terjadi berulang kali, maka inilah yang menjadi pemicu sehingga
seringkali mereka menuliskannya dan muncul istilah hari baik dan hari buruk.
mengabadikannya dalam lontara. Dengan Lima kualitas waktu dalam sehari
demikian, perbedaan pengalaman leluhur menunjukkan bahwa meskipun hari itu
Bugis yang satu dengan yang lain menjadi bagus, namun ada yang sangat bagus,
sesuatu yang tidak dapat dihindari. Karena bagus, lebih bagus, cukup bagus dan
berdasarkan pengalaman pribadi masing- kurang bagus. Hal yang sama dalam
masing itulah mengapa simbol pedoman penelitian kuantitatif dikenal dengan
hari baik dan hari buruk itu ada. Antara sebutan, skala Likert untuk
satu pedoman dengan pedoman lain tidak membandingkan sesuatu hal dengan hal
ada yang dikatakan paling benar dan tidak lainnya. Perbandingan itu dapat dilihat
ada pula dikatakan paling salah. Semua pada salah satu contoh hari berikut ini.
benar sesuai versi dan pengalaman mereka Hari senin waktu ele, simbol
masing-masing. Salah satu tokoh adat matematika, simbol komputer, simbol
Bugis mengatakan bahwa lontara, simbol bendera, dan simbol bahasa
Arab merujuk pada kualitas waktu
“Mengapa Allah menjadikan waktu itu lobbang; Simbol bugis dan gambar,
dalam 7 hari itu pasti ada hikmahnya. simbol bahasa Arab, simbol aksara
Allah menjadikan waktu 7 hari karena Suwandi merujuk pada waktu kualitas
pada tiap-tiap hari itu, pasti ada faedahnya. waktu mallise; simbol Hj Daud dan
Dalam sehari, misalnya hari Senin, aka simbol Hj Nursia merujuk pada kualitas
nada waktu yang bagus untuk memulai waktu salama; simbol aksara Suwandi
melaksanakan suatu kegiatan. Sementara merujuk pada kualitas waktu uju;
waktu lainnya bukanlah waktu yang buruk. sementara simbol bahasa Arab merujuk
Hanya saja dalam bahasa Bugis, ada pada kualitas waktu pole bola . Hari Senin
disebut dengan malebbi wettue atau waktu waktu abueng, simbol lontara dan simbol
yang lebih baik. Itu bukan berarti bahwa aksara Soewandi merujuk pada kualitas
ada waktu yang buruk. Semua waktu baik. waktu mallise; simbol komputer, simbol
Hanya ada yang lebih baik dari yang baik bugis dan gambar, simbol H Daud, simbol
untuk memulai melakukan sebuah Hj. Nursia, simbol bendera, dan simbol
aktifitas. Senada dengan pandangan di bahasa arab merujuk pada kualitas waktu
atas, Rasulullah bersabda, barangsiapa uju; sementara simbol matematika merujuk
yang mencela waktu, maka ia telah pada kualitas waktu pole bola. Hari Senin
mencela Allah. Karena Allah itu adalah waktu tengnga esso, semua simbol
waktu.” merujuk pada kualitas waktu uju kecuali
Pedoman simbol sebelumnya simbol matematika merujuk pada kualitas
menjelaskan bahwa dalam sehari itu tidak waktu pole bola. Hari senin waktu loro,
ada yang disebut hari baik dan hari buruk. simbol lontara, simbol H Daud, dan
Yang ada adalah hari dengan kualitas simbol Hj Nursia merujuk pada kualitas
waktu dengan segala konsekuensinya. waktu mallise; simbol bahasa Arab, simbol
Dengan demikian, pilihan waktu yang komputer, simbol aksara Soewandi, dan
dimaksud adalah waktu dari pagi sampai simbol bendera merujuk pada kualitas
Pedoman Simbol Hari Baik dan Hari Buruk..... (Fahmi Gunawan) 451

waktu salama; Simbol bahasa Arab, simbol lontara, bintang, dan hewan karena
simbol matematika, simbol komputer, masyarakat Bugis yang memiliki aksara
simbol lontara dan gambar, simbol bendera lontara adalah masyarakat pelaut yang
merujuk pada kualitas waktu pole bola. dekat dengan alam sehingga
Senin waktu araweng, simbol lontara dan memanfaatkan hewan dan bintang dalam
gambar merujuk pada kualitas waktu mencari ikan, maka masyarakat Jawa
lobbang; simbol H Daud dan simbol Hj menggunakan simbol wayang, mata angin,
Nursiah merujuk pada kualitas waktu bunga, pisau belati, dan primbon dan
mallise; simbol matematika, simbol masyarakat Bali menggunakan simbol
komputer, simbol aksara Suwandi, simbol meteorologi (Simpen, 1987).
bendera merujuk pada kualitas waktu Tradisi perhitungan waktu ini tidak
salama; sementara simbol lontara merujuk hanya ada di Indonesia, tetapi juga di
pada kualitas waktu uju. Eropa, Amerika, Inggris, China, India dan
Demikianlah perbedaan antara satu Arab. Masyarakat Arab yang tinggal di
simbol dengan simbol lainnya berdasarkan daerah pedesaan masih memiliki
perhitungan waktu hari Senin. Hal ini tentu keyakinan bahwa bulan Safar adalah bulan
berbeda jika perhitungan waktunya hari ketidakberuntungan. Hal ini kemudian
Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan membuat mereka tidak melakukan
Ahad. kegiatan-kegiatan penting, seperti
Tradisi perhitungan waktu yang mengadakan pesta pernikahan, banyak
dikenal dengan hari baik dan hari buruk beperjalanan, dan melakukan bisnis dalam
tidak hanya ditemukan pada masyarakat bulan tersebut (Luling dan Adam, 2015).
Bugis Kendari, tetapi juga masyarakat di Ada juga di antara mereka yang masih
hampir seluruh Indonesia. Masyarakat memiliki keyakinan bahwa hari baik dan
Buton di Kendari (Burhan, 2013) dan hari buruk dapat ditentukan dengan
Bugis di Sulawesi Selatan dan Sulawesi melihat arah burung yang melintas di
Tenggara mengenal tradisi ini dengan hadapannya. Jika arah burung berasal dari
istilah Kutika (Gunawan, 2014). Di Jawa, kanan, mereka akan pergi keluar rumah
masyarakatnya mengenal istilah Pranata untuk berdagang. Sebaliknya, jika burung
Mangsa. Pranata Mangsa berfungsi untuk datangnya dari arah kiri, mereka akan
memberikan pedoman kepada masyarakat mengurungkan niatnya untuk melakukan
untuk melakukan segala aktivitas. bisnis. Bahkan, ketika mereka sudah keluar
Pedoman ini dapat ditemukan di dalam rumah dan sementara dalam perjalanan
Primbon (Woodwark, 2004). Di Sumatera menuju suatu tempat dan melihat burung
Utara, orang Batak memiliki istilah datang dari arah kirinya, maka mereka
Porhalaan (Kristoko dkk, 2012). Di Bali, akan kembali ke rumahnya untuk
tradisi ini dikenal dengan istilah wariga menghindari hari nahas (Luling dan
(Simpen, 1987; Wisnubroto, 1999). Di Adam, 2015). Tradisi masyarakat Arab
Kalimantan Barat, masyarakat Dayak dulu ini senada dengan masyarakat India.
mengenal tradisi Bulan Berladang Mereka berkeyakinan bahwa tanggal 1
(Muryanti dan Rokhiman, 2017). hingga tanggal 13 bulan Safar adalah hari
Meskipun perhitungan waktu untuk ketidakberuntungan yang akan membawa
menentukan hari baik dan hari buruk di bencana, malapetaka dan membuat semua
hampir semua suku di Indonesia sama usaha menjadi sia-sia (Mazaheri dan
dalam perspektif kosmologi, namun Dalfard, 2015).
perbedaannya terletak pada penggunaan Berbeda dengan masyarakat
simbolnya. Penggunaan simbol ini tentu Indonesia, Arab dan India, perhitungan
berkaitan erat dengan kondisi sosial hari baik dan hari buruk di China, Eropa
budaya setempat. Jika masyarakat Bugis dan Amerika memiliki keunikan tersendiri.
Kendari menggunakan 11 simbol, seperti Di China, masyarakat menggunakan
452 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 435 - 454

simbol bilangan (Wang, 2006) dan warna India, China, Eropa, Inggris, dan Amerika.
(Kramer dan Block, 2008) untuk Namun demikian, simbol yang digunakan
menentukan hari baik dan hari buruk. untuk menentukan hari baik dan hari buruk
Warna merah dianggap sebagai hari buruk tentu berbeda-beda karena perbedaan
dan warna celaka, sementara di Amerika sosial budaya, agama, dan lingkungan
dan Eropa menganggap warna hitam setempat. Untuk masyarakat Bugis
sebagai warna celaka dan Kendari, ada 11 simbol yang digunakan
ketidakberuntungan. Di China, angka untuk menentukan hari baik dan hari
keberuntungan adalan angka 3, 6, 8, dan 9, buruk, yaitu (1) simbol bahasa Arab, (2)
sementara angka 4 dan 7 dianggap sebagai simbol matematika, (3) simbol tulisan
angka sia (Bai dan Guo, 2010). Hal ini tangan, (4) Simbol lontara bugis, (5)
karena angka bilangan dan suara kata simbol lontara Bugis dan gambar, (6)
keberuntungan dan ketidakberuntungan simbol aksara Soewandi, (7) simbol
memiliki kesamaan. Di China, angka 4 hewan, (8) simbol bintang, (9) simbol
disebut si. Kata si ini bermakna kematian. bendera, (10) simbol haji Daud, dan (11)
Sebaliknya, angka 3 dan 7 dianggap simbol Hj. Nursiah. Namun secara garis
sebagai angka keberuntungan. Bilangan 3 besar, pedoman simbol itu diklasifikasi
dianggap angka keberuntungan sebab berdasarkan waktu ele (pagi), abueng
mereka mengasumsikan bahwa dunia (duha), tangasso (tengah hari), loro
disusun dari macam item; tanah, laut dan (siang), dan assara (sore) pada hari
langit dan 3 sumber daya alam; binatang, asseneng (Senin), salasa (Selasa), araba
tumbuhan dan mineral. Mereka memiliki (Rabu), kammisi (Kamis), juma (Jumat),
istilah “the third time is the carm”, dan sattu (sabtu) dan kualitas waktu,
“number three is always fortune” (Bai dan seperti mate (kematian), tuwo (kehidupan),
Guo, 2010). In addition, Shakespeare maddara (berdarah), lobbang (pulang
memiliki istilah tersendiri “All good things pokok) dan mallise (berisi). Dalam hal ini,
back to the three standards” (Hariyanto, semua masyarakat Bugis Kendari akan
2013). memilih untuk memulai sebuah aktifitas
Di dalam budaya Barat, pada kondisi tuwo (kehidupan) dan mallise
masyarakat tidak menggunakan angka 2 (berisi) dan sebaliknya, tidak akan memilih
dan 13 karena 2 merupakan bentuk jamak memulai mengerjakan suatu pekerjaan
dari kata die yang bermakna kematian. pada kondisi mate (kematian) dan
Angka 13 dianggap sebagai simbol maddara (berdarah). Hal ini disebabkan
berbahaya bagi negara. Di Inggris dan karena adanya keyakinan kuat yang
Amerika, ada ungkapan yang mengatakan mengatakan bahwa mereka akan
bahwa "thirteen is an unlucky number." mendapatkan keuntungan, kebahagian,
Angka 13 adalah angka kesenangan, kebaikan jika menggunakan
ketidakberuntungan. Di Inggris dan kualitas waktu mallise dan tuwo, dan
Amerika, ruangan hotel dan rumah sakit sebaliknya mereka akan mendapatkan
tidak memiliki angka 13. Nomor rumah abalang (malapetaka) dan musibah jika
juga tidak menggunakan angka 13 menggunakan waktu maddara dan mate.
(Puryandani, 2015; Westjohn, Roschk, dan Di era millineal, keyakinan itu masih
Magnusson, 2017). lekat dalam sanubari orang tua kita atau
generasi di atas 50 tahun ke atas,
D. PENUTUP sementara generasi muda saat ini belum
Penelitian ini menegaskan bahwa bisa menentukan sikap mereka yang
perhitungan waktu hari baik dan hari terkadang mengikuti perintah orang tua
buruk dapat ditemukan tidak hanya hampir dan terkadang pula tidak dalam hal
pada semua suku di Indonesia, tetapi juga menggunakan pedoman simbol hari baik
di belahan dunia lainnya, seperti Arab, dan hari buruk. Penelitian ini masih jauh
Pedoman Simbol Hari Baik dan Hari Buruk..... (Fahmi Gunawan) 453

dari kesempurnaan. Sampel data Dalam Northeast African Studies, Vol.


penggunaan pedoman simbol hari baik 15, No. 1, hlm. 139-165.
dan hari buruk hanya terbatas pada Mazaheri, A.M.A. and Dalfard, N.S., 2015.
kecamatan tertentu di kota Kendari. "Anthropological Recognition of
Dengan demikian, penelitian ini dapat Customs and Traditions of Mate
diperluas jangkauannya ke kota-kota Selection in Sirjan, Iran".
kabupaten sebagai basis orang Bugis di Dalam European Online Journal of
Sulawesi Tenggara, seperti Bombana, Natural and Social Sciences, Vol. 4, No.
Kolaka, Kolaka Utara, Desa Tinobu 3, hlm. 536.
Konawe Utara untuk melihat lebih jauh Munawwar, A. R. 2012.
bagaimana masyarakat Bugis di lokasi "Komparasi Lontara Pananrang dengan
tersebut memperlakukan simbol dan Pendapat Imam Ja'far al-Shadiq tentang
meyakini apa yang terdapat di dalam Hari Baik dan Hari Nahas". Dalam
simbol itu. Selain itu, penggunaan simbol Jurnal Qurba, Vol. 2, No. 3, hlm. 270-
291.
itu dapat dikaitkan dengan simbol
menolak bala dan dikaji dalam perspektif Muryanti, M. and Rokhiman, R., 2017. "Bambi
Islam. Ari’sebagai Wujud Kearifan Lokal
Masyarakat Dayak Dalam Penanganan
Bencana Kabut Asap Di Kabupaten
DAFTAR SUMBER Kapuas Hulu, Kalimantan
1. Jurnal Barat". Dalam Jurnal Sosiologi
Hariyanto, H. Y. 2013. Reflektif, Vol. 11, No. 1, hlm. 21-39.
"Pandangan Mahasiswa Universitas
Puryandani, S., 2015.
Kristen Petra terhadap Angka Sial dan
"The Javanese Lunar Calendar's Effect
Angka Keberuntungan". Dalam Century,
on Indonesian Stock Returns". Dalam
Vol. 1, No. 1.
Gadjah Mada International Journal of
Kamaluddin, A., Nurdiah, H., Nurbaya, B., Business, Vol. 17, No. 2, hlm. 125.
Saleh, S. 2016.
Yusmar, S. 2008.
“Pananrang”: A Guidance of Bugis
"Penanggalan Bugis-Makassar dalam
Farmers in Farming". Dalam
Penentuan Awal Bulan Kamariyah
International Journal of Agriculture
menurut Syari'ah dan Sains". Dalam
system, Vol. 4, No. 2, hlm. 168-177.
Jurnal Hunafa, Vol 5, No. 3 Desember,
Kramer, T, and Block, L. 2008. hlm. 265-286.
"Conscious and Unconscious
Components of Superstitions Belief in 2. Buku
Judjement and Decision Making". Bai, C. Y and Guo Y. R. 2010.
Dalam Journal of Consumer Research, Zhong Xifang Shuzi Wenhua Chayi.
Vol. 34, hlm. 783-794. Henan: Henan Keji Xueyuan Xuebao.

Kristoko, H., Eko, S., Prasetyo, S.Y. and Burhan. 2013.


Simanjuntak, B., 2012. Effort on Climate Change Adaptation
"Updated Pranata Mangsa: Determination Early Season Planting
Recombination of Local Knowledge and Time (Buton Community Local Wisdom.
Agro Meteorology using Fuzzy Logic Dalam The International Conference on
for Determining Planting Climate Change and Local Wisdom:
Pattern". Dalam International Journal of Living in Harmony within Our
Computer Science Issues, hlm. 1694- Environment, Makassar: The
0814. Department of Architecture Alauddin
State Islamic University Makassar.
Luling, V. and Adam, A.S., 2015.
"Continuities and changes: Marriage in Effendy, O. U. (1989).
southern Somalia and the diaspora. Kamus komunikasi. Bandung: Mandar
Maju.
454 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 435 - 454

Gunawan, F. 2014. pertanian dan sosial. Mitra Gama


The Prophetic Spirit in Lontara Widya.
Pananrang Script at Islamic Bugis
Woodward, M. R., & HS, H. S. 2004.
Society. Dalam International
Islam Jawa: Kesalehan Normatif
Conference on Islamic Civilization:
Versus Kebatinan. Yogyakarta: LKIS.
I'adat Tafsir Al-Sirah an-Nabawiyyah fi
Daui at-Taqaddum al-Basyary.
Yogyakarta: Aura Pustaka.
Gunawan, F. 2015.
Good and Terrible Days Symbols in
Pananrang Manuscript: Cultural
Linguistic Persepective. Dalam The 2nd
International Seminar on Linguistics.
Padang: Postgraduate Programe on
Linguistics Andalas University and
Linguistics Society of Indonesia
Universitas Andalas.
Koentjaraningrat. 2009.
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Lathief, H. 2005.
Kepercayaan Asli Bugis di Sulawesi
Selatan. Makassar: Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Mahsun. 2005.
Metode Penelitian Bahasa: Tahapan,
Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Miles, M. B., and Huberman, A. M. (1984).
Qualitative data analysis. Beverly Hills.
Riley, P. 2007.
Language, Culture, and Identity,
London: Continuum.
Santosa, R. 2012.
Metode penelitian kualitatif
kebahasaan. Surakarta: UNS.
Simpen. 1987.
Pelajaran Wariga. Denpasar: Toko
Buku Munia.
Siregar, N. S. S. 2016.
Kajian tentang Interaksionisme
Simbolik. Perspektif, 4(2).
Wang, P. 2006.
Xieyin Jinji de Wenhua Xinli Toushi.
Beijing: Ningbo Daxue Wenxue Yuan.
Wisnubroto, S. 1999.
Pengenalan waktu tradisional pranata
mangsa dan wariga menurut jabaran
meteorologi: manfaatnya dalam

Anda mungkin juga menyukai