Anda di halaman 1dari 8

Muharraman, Selikuran dan Nyukur

A. Latar belakang
Berbagai macam tradisi ada di Indonesia. Tradisi yang ada hampir
setiap daerah memiliki perbedaan. Perbedaan ini membuat banyak
perbedaan antara tradisi yang satu dengan yang lainnya. hal ini yang
membuat Indonesia kaya. Kekayaan tradisi Indonesia dari ras melayu,
Jawa dan lainnya membuatnya beragam. Budaya yang ada pada suku
sesama Melayu pun beragam.
Keberagaman ini terjadi untuk membuat sesuatu yang indah.
Melayu juga memiliki beragam tradisi dan budaya. Hampir setiap daerah
ini memiliki tradisi yang berbeda-beda. Mulai dari perayaan hari besar
Islam sampai dengan tradisi yang lainnya. seperti perayaan Muharraman,
Selikuran dan Nyukur. Tradisi ini hampir setiap daerah di Melayu
merayakan dengan cara yang berbeda-beda. Perayaan ini juga terjadi di
wilayah melayu Bangka Belitung.
Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang terdapat
suku melayu. Pengetahuan masyarakat terhadap kebudayaan melayu
terutama tentang Muharraman, selikuran dan nyakur kurang memadai. Hal
inilah yang membuat penulis membahas sedikit tentang Muharraman,
Selikuran dan Nyukur ini.

1
B. Pembahasan
a. Muharraman
a) Pengertian muharram

Nama Muharram berasal dari kata haram atau sighat maf’ul


dari kata dalam bahasa Arab yakni Harrama-Yuharrimu,yang dapat
diartikan bulan yang diharamkan. Bulan muharram disebut demikian
karena pada bulan ini Allah melarang umatnya dan memberikan
perintah atau tekanan yang kuat bahwa di bulan ini tidak boleh
melakukan segala bentuk penganiayaan termasuk berperang.Secara
istilah bulan Muharram juga disebut sebagai Bulan Allah atau dengan
kata lain bulan muharram adalah bulan memuliakan Allah SWT.
Meskipun pada bulan ini awalnya peperangan dan segala bentuk
pertikaian dilarang, namun akhirnya hal tersebut dihapuskan dari
masyarakat Jahiliyah dan kala itu umat islam boleh berperang pada
bulan tersebut.1

Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang ada dalam


kalender Hijriyah atau sistem kalender umat Islam yang didasarkan
pada peredaran bulan. Bulan Muharram dikenal sebagai bulan pertama
dalam penanggalan kalender Hijriyah dan umat Islam merayakan
tahun baru Hijriyah pada setiap tanggal 1 Muharram.

b) Sejarah dan Awal Penetapan 1 Muharram


Para Pakar Sejarah menyatakan, “Sebelum sampai di Madinah
(waktu itu bernama Yastrib). Rasulullah SAW singgah di Quba pada
hari senin 12 Rabiul Awal Tahun 12 Kenabian waktu Dhuha. Di
tempat ini, Beliau tinggal di keluarga Amr bin ‘Auf selama empat hari
(hingga hari Kamis 15 Rabi’ul Awal). Dan membangun masjid

1
Endang Rochmiatun. Tradisi Tabot Pada Bulan Muharram di Bengkulu (paradigma
deskonstruksi). Jurnal Sejarah Kebudayaan Islam, januari vol II,2013. Hlm.13-14.

2
pertama (yang disebut Masjid Quba’). Pada hari Jum’at 16 Rabiul
Awal, beliau berangkat menuju Madinah. Di tengah perjalanan, ketika
beliau berada di Bathni Wadin (lembah di sekitar Madiah) milik
keluarga Banu Salim bin ’Auf, datang kewajiban Jum’at (dengan
turunnya ayat 9 Surah Al-Jumu’ah). Maka Nabi Shalat Jum’at bersama
mereka dan berkhutbah di tempat itu. Inilah Shalat Jum’at yang
pertama di dalam Sejarah Islam. Setelah melaksanakan Shalat Jum’at,
Nabi melanjutkan perjalanan menuju Madinah”. 2

Karena itu, penetapan Bulan Muharram oleh Umar bin


Khaththab RA sebagai permulaan Tahun Hijriyah tidak didasarkan atas
pengagungan dan peringatan hari lahir, hari wafat atau peristiwa hijrah
Nabi SAW. Sebagai bukti, beliau tidak menetapkan bulan Rabi’ul
Awal sebagai permulaan bulan pada kalender Hijriyah. Akan tetapi ia
bermula atas balasan surat dari Abu Musa Al-’Asy’ari, yang karenanya
Beliau mengumpulkan para sahabat utama. Kemudian dari usulan Ali
bin Abi Thalib RA serta para sahabat waktu itu pun menyepakatinya,
sehingga diputuskanlah oleh Beliau tahun Hijrah Nabi SAW dan bulan
Muharram sebagai awal Kalender Hijriyah.

c) Tradisi Muharraman di tanah Melayu

Berbagai jenis tradisi yang ada di tanah melayu terutama


melayu Bangka tentang merayakan tahun baru hijriyah. Tahun barunya
umat Islam ini tidak dirayakan seperti tahun baru Internasional yang
dirayakan dengan kembang api, trompet dan lain-lainnya, akan tetapi
perayaan tahun baru Islam ini dirayakan dengan penuh rasa syukur.
Berbagai bentuk rasa syukur yang mereka lakukan ialah dengan
memanjatkan do’a kepada Allah SWT. Kegiatan do’a bersama ini
dilakukan di Mesjid-mesjid di daerah masing-masing.

2
Ibid, hlm. 1516.

3
Do’a bersama ini dilakukan dengan beragam cara, ada yang
secara khusus untuk masyarakat di desa ataupun dengan mengundang
masyarakat dari desa lain dan mengundang para ulama atau kyai dari
luar daerah Bangka. Hal ini seperti dilakukan oleh beberapa daerah di
Bangka Belitung dalam menyambut awal tahun hijriyah seperti di
kampung Pangkalarang kecamatan Pangkal Balam kota Pangkal
Pinang dan desa Kenanga, kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Dua tempat ini menjadi contoh tempat yang merayakan tahun baru
hijriyah dengan cara besar-besaran. Mereka akan mengundang
masyarakat dari daerah lain

Mereka akan menyiapkan hidangan yang sangat banyak seperti


halnya lebaran idul fitri dan Idul adha. Hal inilah yang menjadi cirri
khas tradisi Islam di bumi Bangka Belitung. Hal ini merupakan bentuk
rasa syukur masyarakat dan dalam rangka untuk menyambung tali
silaturrahmi antar warga. Semakin banyak tamu yang dating semakin
besar barakah yang didapatkan. Namun secara keseluruhan masyarakat
Islam melayu Bangka merayakan tahun baru Islam dengan do’a
bersam yang khusus untuk mayarakat desa masing-masing.

b. Selikur
a) Pengertian Selikur

Likur adalah Lampu yang dinyalakan pada bulan Ramadhan.3


Ternyata likur itu adalah singkatan dari “lingguh kursi”, sebuah
perumpamaan yang berarti “duduk di kursi”.4 Karena orang Jawa
paham dan percaya bahwa pada rentang usia antara 21 sampai dengan
29 tahun itulah manusia pada umumnya sudah mendapatkan “tempat

3
Wahyu Untara. Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:Indonesiatera, 2013). Hlm. 229.
4
Vita Ery Oktaviyani. Pengkultusan dan Tradisi Selikuran Makam Sunan GesengDusun
Tirto desa TirtoKecamatan Grabag Kabupaten Magelang Jawa tengah. Jurnal Sejarah Peradaban
Islam Vol 1 No.2, 2017. Hlm.293.

4
duduk” atau lebih tepatnya “kedudukan” dalam arti beroleh pekerjaan
tetap dan sudah seharusnya memilih profesi yang jelas, yang layak
ditekuni dalam kehidupannya sehari-hari. Inilah pesan moral dari para
orang tua di Jawa kepada anak-anak mereka agar senantiasa memiliki
semangat dalam mempersiapkan masa depannya, dan giat bekerja demi
kehidupan terbaik sebagaimana yang diharapkan. Tentu saja tanpa
melupakan pemenuhan kriteria terbaik dalam memilih pekerjaan
tersebut, terutama dalam hal halal dan haramnya. Karena pilihan itulah
yang akan menentukan nasib kita, baik di dunia saat ini maupun di
akhirat kelak.5

Selikur adalah tradisi di Bangka Belitung pada saat satu


minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri. Selama satu minggu sampai
malam Takbiran orang-orang di Bangka Belitung menghidupkan
lampu minyak di depan rumah mereka. Biasanya pada hari pertama,
lampu minyak yang dihidupkan satu buah, kemudian bertambah satu
lagi pada hari keduanya. Begitu seterusnya sampai pada hari ketujuh
atau malam takbiran lampu minyak yang dihidupkan sebanyak tujuh
buah. Pada masa sekarang, sering sekali diadakan perlombaan kreasi
lampu likur antar desa di Bangka Belitung. Ada yang dibentuk
menyerupai masjid dan sebagainya, biasanya lampu likur hasil kreasi
warga ini diletakkan di pintu gerbang desa masing-masing.

c. Nyukur
Nyukur berasal dari kata cukur yaiutu mencukur atau Memotong.6
Salah satu yang disyariatkan dalam Islam adalah mencukur rambut bayi

5
Yuhana. Tradisi Bulan Ramadhan dan Kearifan Budaya Komunitas Jawa

Di Tanah datar Kecamatan Regat baru Kabupaten Indagiri Hulu. JOM Fisif, Februari Vol.3 No
1,2016. Hlm.9.

6
Abdul Rahmat, Tradisi Potong Rambut Gorontalo (Hundigo). Ibda Jurnal Kebudayaan
Islam,Juli-Desember Vol 13 No 2,2015. Hlm. 13.

5
setelah dia lahir, yaitu pada hari ketujuh. Para ulama berbeda pendapat
tentang hukum dalam masalah ini. Namun mayoritas menyatakan bahwa
hukum mencukur rambut bayi merupakan hal yang disunahkan. Namun
sebagian berpendapat bahwa hal itu hanya mubah (dibolehkan). Mencukur
rambut adalah anjuran Nabi yang sangat baik untuk dilaksanakan ketika
anak yang baru lahir pada hari ketujuh.7
Dalam hadits Samirah disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Setiap anak terikat dengan ‘aqiqahnya. Pada hari ketujuh disembelihkan
hewan untuknya, diberi nama, dan dicukur” (HR. al-Tirmidzi). Dalam
kitab al- Muwaththa, Imam Malik meriwayatkan bahwa Fatimah
menimbang berat rambut Hasan dan Husein lalu beliau menyedekahkan
perak seberat rambut tersebut.

Tidak ada ketentuan apakah harus digundul atau tidak. Tetapi yang
jelas pencukuran tersebut harus dilakukan dengan rata; tidak boleh hanya
mencukur sebagian kepala dan sebagian yang lain dibiarkan. Tentu saja
semakin banyak rambut yang dicukur dan ditimbang semakin insya Allah-
semakin besar pula sedekahnya. Pendapat jumhur lebih kuat, hal ini karena
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap anak itu tergadaikan dengan
aqiqahnya, disembelih sembelihan darinya pada hari ketujuh, dicukur
rambutnya, dan diberi nama.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi) Praktik
mencukur rambut bayi yang baru dilahirkan s ebenarnya bukanlah
hanya sekadar tradisi yang sudah lama melekat di masyarakat, tetapi juga
anjuran dan ajaran agama. Tentu di balik tradisi mencukur rambut terdapat
banyak manfaat, banyak nilai positif terutama bagi kesehatan bayi. Tradisi
mencukur rambut bayi merupakan suatu perayaan bagi karena hadirnya
sebuah pelita hati, permata baru. Perlu mengundang kerabat dekat, sahabat
atau tetangga untuk ikut menyaksikan kebahagiaan yang dirasakan
keluarga itu sekaligus memberikan nama yang bagus yang bermakna doa,

7
Ibid, Ihlm 15.

6
agar setiap orang yang memanggil namanya ikut mendoakan sesuai nama
si bayi. 8
Biasanya acara itu dilakukan dalam acara tasmiyah atau aqiqah
dalam agama Islam. Acaranya dikemas dalam bentuk syukuran atau
tasyakuran. Tak jarang sebuah keluarga mengundang grup rebana,
marawis, habsi atau markabanan untuk melengkapi acara aqiqah itu.
Bunyi tabuhan gendang disertai puji-pujian terus berkumandang sambil
mencicipi hidangan dari tuan rumah. Riuh-rendah suaranya, tapi
senandung puji itu mampu membangkitkan semangat, mampu memotivasi
seluruh yang hadir untuk tetap duduk sampai acara berakhir. Suasana
bertambah meriah tatkala sang ayah keluar dari kamar menuju ruang acara
sambil menggendong si buah hati, diayun-ayun sebentar, tak lama
kemudian semua hadirin berdiri sambil membaca shalawat nabi yang
diunjukkan kepada nabi Muhammad SAW. Acara cukur rambut bayi pun
dimulai. Orang-orang dekat dan tamu-tamu kehormatan diberi kesempatan
untuk mencukur rambut si bayi. Bayi dibawa memutari para hadirin untuk
dicukur rambutnya, kemudian rambut yang telahdigunting itu dimasukkan
ke dalam sebuah wadah yang berisi air dan beberapa kuntum bunga.
Praktik mencukur rambut bayi bukanlah hal langka. Hampir di
setiap sudut wilayah Indonesia mudah ditemukan. Tidak harus mewah,
sederhana sekalipun biasanya tetap digelar, sebab praktik mencukur
rambut itu bersumber dari ajaran agama. Uniknya dalam acara itu
disiapkan sejumlah telur rebus yang diberi pewarna merah atau biru
ditancapkan pada sebilah bambu yang dihiasi pita berwarna-warni dan di
atas bambu dipasang bendera merah. Di tengah-tengah potongan bambu
diselipkan uang kertas dengan nominal paling besar hingga paling kecil
ikut dipasang. Biasanya, usai acara mencukur rambut si bayi, merah yang
ditancapi telor dan uang kertas tersebut dibagi-bagikan pada anak-anak
kecil yang turut meramaikan suasana.

8
Ibid, hlm. 15.

7
Dalam tradisi Islam, sebelum melakukan acara cukur rambut, bayi
yang baru dilahirkan dikumandangkan azan pada telinga kanannya dan
iqamah di telinga kirinya agar si bayi kelak dapat mengingat si pencipta-
Nya dan mengabdi pada-Nya. Lalu “tahnik”, yaitu mengusapkan madu
pada langit-langit mulut anak. Barulah pada hari ketujuh dari kelahirannya
diadakan acara cukur rambut. Mencukur rambut adalah sunah Rasulullah
SAW. Setelah dicukur, rambut ditimbang. Berat rambut hasil timbangan
itu di ukur dengan nilai harga emas saat itu. Misalkan berat rambutnya ½
gram maka orang tua diharuskan sedekah pada fakir miskin, anak-anak
terlantar atau yang berhak menerima sedekah seharga ½ gram emas setelah
diuangkan (sedekah berwujud uang).9
C. Kesimpulan
Muharram adalah Bulan yang urutan pertama dalam sistem
penanggalan hijriyah. Pada bulan ini terdapat berbagai peristiwa penting di
dalam Islam sehingga banyak masyarakat yang merayakannya. Perayaan
ini sekarang menjadi tradisi di masyarakat umum.
Selikuran adalah tradisi menyalakan lilin atau lampu minyak di
depan rumah pada bulan Muharram.
Nyukur adalah sebuah tradisi yang ada di masyarakat yang
mencukur rambut bayi pada umur 7 hari atau kelipatannya. Di dalam
ajaran Islam tradisi ini dinamakan dengan Aqiqah.

9
Ibid, hlm 16.

Anda mungkin juga menyukai