Anda di halaman 1dari 4

Potret Kesederhanaan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam

Yulian Purnama, S.Kom.  12 Comments

Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam adalah seorang pemimpin umat, seorang khalifah, manusia terbaik, ash shadiqul
mashduq (orang yang benar dan dibenarkan oleh Allah). Namun apakah kehidupan beliau bergelimang harta dan kemewahan?
Ternyata tidak demikian. Sebaliknya kehidupan beliau sangat-sangat sederhana dan bersahaja.

Kita akan simak riwayat-riwayat berikut ini yang menunjukkan betapa sederhananya kehidupan beliau.

Gelas pecah ditambal oleh Nabi

Anas bin Malik radhiallahu’anhu mengatakan:

ً
‫ فض ٍة‬2‫سلسلة من‬ 2ِ ْ‫ ال َّشع‬2‫ فاتخ َذ مكان‬، ‫انكسر‬
‫ب‬ 2َ ‫م‬2َ َّ‫أنَّ َق َد َح النب ِّي صلَّى هللا ُ علي ِه وسل‬

“Gelas Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pecah. Kemudian beliau menambal bagian pangkal gagangnya dengan perak ” (HR. Bukhari
no. 3109).

Sebagian kita mungkin memiliki gelas-gelas yang cantik dan menarik. Ketika retak, atau pecah, maka biasanya tak lagi berselera untuk
memakainya dan akan berpikir untuk menggantinya dengan yang baru. Namun ternyata tidak dengan Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam, gelas yang pecah ditambal boleh beliau. Betapa sederhananya.

Sederhananya cara berpakaian Nabi

Dalam suatu hadits Bukhari-Muslim, diceritakan tentang seorang Arab Badwi (daerah gurun/desa pinggiran) yang mengajukan
beberapa pertanyaan penting dan mendasar kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, ketika beliau sedang berkumpul bersama para
sahabatnya di masjid.

Baca Juga: Kisah Perginya Rasulullah Ke Syam Bersama Abu Thalib

Namun yang menarik, perhatikan bagaimana ketika orang Badwi ini masuk ke masjid. Dari Abu Hurairah  radhiallahu’anhu, beliau
mengatakan:

2‫ب؟‬ َّ ‫د ْالم‬2ِ ‫ ابْنُ َع ْب‬2‫ أَ ُّي ُك ُم‬:َ‫ة َف َقال‬2ِ ‫ِن أَهْ ِل ْالبَا ِد َي‬2ْ ‫م رَ ُج ٌل م‬2ْ ‫ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم مَعَ أَصْ حَ ِاب ِه جَ ا َء ُه‬2ُ‫صلَّى هللا‬
ِ ِ‫ُط ل‬ َ ُّ‫َب ْي َنمَا ال َّن ِبي‬

“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sedang bersama para sahabatnya, datanglah seorang lelaki Badwi lalu bertanya: ‘siapakah
diantara kalian yang merupakan cucu Abdul Muthalib?’”

Dalam riwayat lain:

‫د ؟‬2ٌ ‫ مُحَ َّم‬2‫ أَيُّكم‬: 2‫ قال لهم‬2‫ ثم‬،ُ‫د ثم َع َقلَه‬2ِ ‫ فأناخه في المسج‬، ‫ دخل رج ٌل على جَ َم ٍل‬، ‫بينما نحن جلوسٌ مع النب ِّي صلَّى هللا ُ علي ِه وسلَّم في المسج ِد‬

“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sedang bersama para sahabatnya, datanglah seorang lelaki sambil menunggang unta, lalu ia
meminggirkan untanya di masjid kemudian mengikatnya. Ia bertanya: ‘siapakah diantara kalian yang bernama Muhammad?” (HR.
Bukhari no. 63, Muslim no. 12).

Jadi lelaki Badwi ini hendak mencari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, seorang Rasul, namun dia melihat tidak ada orang
penampilannya mencolok atau beda sendiri. Sehingga dia perlu untuk bertanya. Ini menunjukkan bahwa Nabi  Shallallahu’alaihi
Wasallam berbusana dan berpenampilan sebagaimana para sahabat, tidak beda sendiri, tidak mencolok perhatian, walaupun beliau
seorang yang paling mulia di antara mereka.

Nabi meminta rezeki sekedar yang memenuhi kebutuhan pokok

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam meminta rezeki kepada Allah bagi keluarganya sekedar makanan yang pas memenuhi kebutuhan
pokok, bukan harta yang berlimpah ruah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa:

ِ َ‫م اجْ َع ْل ِر ْزق‬2َّ ُ‫اللَّه‬


‫د قُو ًتا‬2ٍ ‫آل مُحَ َّم‬

“Ya Allah, jadikan rezeki keluarga Muhammad berupa makanan yang secukupnya” (HR. Muslim, no. 1055).

Beliau juga menegaskan bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan pokok seseorang di hari ia bangun dari tidurnya, itu sudah kenikmatan
yang luar biasa. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ت له ال ُّد ْنيا‬ ُ ُ‫ ق‬2ُ‫ عن َده‬، 2‫ مُعا ًفى في ج َس ِد ِه‬، ‫ آ ِم ًن ا في سِ رْ بِ ه‬2‫ أصب َح مِن ُكم‬2‫َمن‬
َ ‫ ح‬2‫ َفكأ َّن َما‬، 2‫وت يَو ِمه‬
2ْ ‫ِيز‬
“Barangsiapa bangun di pagi hari dalam keadaan merasakan aman pada dirinya, sehat badannya, dan ia memiliki makanan untuk hari
itu, maka seolah-olah seluruhnya dunia dikuasakan kepadanya” (HR. Tirmidzi no.2346, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash
Shahihah, no. 2318).

Sebagian kita memiliki persediaan makanan bahkan tidak hanya untuk hari ini, bahkan beberapa hari ke depan, atau bahkan sampai
berbulan-bulan ke depan. Belum lagi harta dalam bentuk lain yang bisa ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan juga
kebutuhan tersier (tambahan). Namun ternyata tidak demikian dengan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, justru rezeki beliau sebatas
kebutuhan pokok saja.

Baca juga : Benarkah Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib Poligami?

Nabi tidak pernah mendapati banyak makanan dalam kesehariannya

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan keluarga tidak mendapati makanan yang melimpah dalam kesehariannya. Namun hanya sekedar
tidak kelaparan dan terpenuhinya kebutuhan pokok, sebagaimana dalam hadits-hadits yang sebelumnya.

Dari Malik bin Dinar radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:

ٍ ‫ض َف‬
‫ف‬ 2ُّ ‫ِن ُخب ٍْز َق‬2ْ ‫ م‬2‫مَا َشبِعَ رَ سُو ُل هللا ِ صلى هللا عليه وسلم‬
َ ‫ط َوال َ لَحْ ٍم إِال َّ َعلَى‬

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti atau kenyang karena makan daging,
kecuali jika sedang menjamu tamu (maka beliau makan sampai kenyang)” (HR. Tirmidzi dalam Asy Syamail no. 70, dishahihkan Al
Albani dalam Mukhtashar Asy-Syama’il Al-Muhammadiyah no. 109).

Biasanya sekali dalam dua atau tiga hari beliau dan keluarga baru merasakan kenyang. Itu pun sekedar makan roti gandum, makanan
yang sangat sederhana. Aisyah radhiallahu’anha mengatakan:

ٍ ‫َأدوم ثالث َة‬


2ِ‫ِق باهلل‬2َ ‫أيام حتى لح‬ ِ ‫ من ُخ‬2‫د صلَّى هللا ُ عليه وسلَّم‬2ٍ ‫ما شبِعَ آ ُل محم‬
2ٍ ‫بز ُب ٍّر م‬

“Keluarga Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti gandum yang
diberi idam (semacam kuah) dalam tiga hari, sampai ia bertemu dengan Allah (wafat)” (HR. Bukhari no. 5423, Muslim no. 2970).

Dalam riwayat lain:

‫ عليه وسلَّ َم‬2ُ‫ حتى قُبِضَ رسو ُل هللا ِ صلَّى هللا‬، ‫ين‬
2ِ ‫ مُتتابِ َع‬2‫ يومَين‬، ‫شعير‬
ٍ ِ ‫م من‬2َ َّ‫د صلَّى هللا ُ عليه وسل‬2ٍ ‫ما شبع آ ُل محم‬
‫خبز‬

“Keluarga Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti gandum dalam dua hari,
sampai beliau wafat” (HR. Bukhari no. 6454, Muslim no. 2970).

Sebagian kita setiap hari merasakan kenyang bahkan tidak hanya sekali, namun berkali-kali dalam satu hari. Karena melimpahnya
makanan yang kita dapati. Namun sangat sederhananya kehidupan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sampai-sampai hanya merasakan
kenyang hanya sekali dalam dua hari atau tiga hari.

Terkadang keluarga Nabi tidak mendapati makanan di suatu hari

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan:

ُ
‫ ! ما عندنا ش ٌي ء قال فإني صائ ٌم‬2ِ‫ يا رسو َل هللا‬: ‫فقلت‬ ‫ ش ٌي ء ؟ قالت‬2‫يوم يا عائش ُة ! هل عندكم‬
2ٍ َ‫ ذات‬، ‫ صلَّى هللا ُ علي ِه وسلَّ َم‬2ِ‫قال لي رسو ُل هللا‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadaku pada suatu hari: ‘Wahai Aisyah, apakah engkau memiliki sesuatu (untuk
dimakan pagi ini?)’. Aku menjawab: ‘wahai Rasulullah, kita tidak memiliki sesuatupun (untuk dimakan)’. Beliau lalu bersabda: ‘kalau
begitu aku akan puasa’” (HR. Muslim no. 1154).

Dari Nu’man bin Basyir radhiallahu’anhu, beliau berkata kepada para sahabat yang lain:

‫ به بط َنه‬2ُ‫ ما يمأل‬، ‫ ال َّد َق ِل‬2‫ج ُد من‬


ِ ‫ عليه وسلَّ َم وما ي‬2ُ‫ صلَّى هللا‬2‫رأيت نبيَّكم‬
2ُ ‫ب ما شئ ُتم ؟ لقد‬
ٍ ‫طعام وشرا‬
2ٍ ‫ألس ُتم في‬

“Bukankah kalian bisa makan dan minum semau kalian? Sungguh aku melihat Nabi kalian Shallallahu’alaihi Wasallam tidak memiliki
daql (kurma yang sudah kurang bagus) sama sekali. Dan tidak ada makanan yang bisa memenuhi perutnya ” (HR. Muslim no. 2977).

Ternyata Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tidak selalu memiliki makanan setiap harinya, bahkan makanan yang sederhana sekalipun.
Tidak sebagaimana kebanyakan kita yang –walhamdulillah– masih bisa mendapati makanan setiap hari bahkan hingga
mengenyangkan perut kita.

Baca Juga: Inilah Kisah-Kisah Unik Sarat Faidah

Istri Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, Ummul Mukminin Aisyah radhiallallahu’anha juga mengatakan:

‫ إال أن نؤتى باللُّ َح ِيم‬،ُ‫ر والماء‬2ُ ‫ إنما هو التم‬،‫د فيه نارً ا‬2ُ ِ‫كان يأتي علينا الشه ُر ما نوق‬
“Pernah kami melalui suatu bulan yang ketika itu kami tidak menyalakan api sekali pun. Yang kami miliki hanya kurma dan air. Kecuali
ada yang memberi kami hadiah berupa potongan daging kecil untuk dimakan” (HR. Bukhari no. 6458, Muslim no. 2282).

Sederhananya sandal Nabi

Sandal Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bukanlah sandal para raja dan kaisar. Namun sekedar sandal jepit biasa yang terbuat dari
kulit. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:

‫ِباالن‬
2ِ ‫ ق‬2‫م كان لهما‬2َ َّ‫أنَّ نعلَي النب ِّي صلَّى هللا ُ علي ِه وسل‬

“Sandal Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memiliki dua tali ikatan” (HR. Bukhari no. 5857).

Dalam riwayat lain:

‫ علي ِه وسلَّ َم‬2ُ‫ نعال النبيِّ صلَّى هللا‬2‫ أ َّن هما‬: ‫أنس‬ ُ
ٍ 2‫د عن‬2ُ ‫ثابت البنانيُّ بع‬ 2‫ فح َّد ثني‬. ‫َاالن‬
2ِ ‫ قِب‬2‫ْن لهما‬
ِ ‫نعلين جرداوي‬
ِ ٌ‫أخرج إلينا أنس‬

“Suatu hari Anas bin Malik keluar rumah menemui kami, ia memakai sandal kulit yang tidak berbulu dan terdapat dua tali ikatan. Tsabit
Al Bunani menuturkan kepadaku, dari Anas bin Malik, beliau berkata: dua sandal tersebut adalah milik Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam” (HR. Bukhari no. 3170).

Sederhananya tempat tidur Nabi

Tempat tidur yang digunakan Nabi Shallallahu’alahi Wasallam sangat sederhana, terbuat dari kulit yang diisi oleh sabut atau dedaunan.
Dari Aisyah radhiallahu’anha:

ٍ ‫ لِي‬2‫ من‬2‫ وحَ شوُ ه‬، ‫ أ َد ٍم‬2‫ عليه وسلَّم من‬2ُ‫ صلَّى هللا‬2ِ‫رسول هللا‬
‫ف‬ ِ ُ‫كان فِراش‬

“Tempat tidur Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dari kulit yang diisi dengan sabut” (HR. Bukhari no. 6456, Muslim no. 2082).

Dan terkadang beliau juga tidur di atas tikar yang terbuat dari dedaunan, sehingga berbekas di kulit beliau jika tidur di atasnya. Dalam
hadits Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma:

‫ لِل ُّد نيا وما‬2‫ لي ولِل ُّد نيا وما‬2‫ ما‬:َ‫ هذا فقال‬2‫لو ا َّت خذتَ فِرا ًشا أَوثرَ ِمن‬ ِ ‫صير قد َّأث رَ في‬
ِ ،ِ ‫ يا رَ سو َل هَّللا‬:َ‫جنب ِه فقال‬ 2ٍ َ‫هو علَى ح‬ َ ‫ عن ُه علَى ال َّن ب ِّي صلَّى هَّللا ُ علي ِه وسلَّ َم َو‬2ُ ‫ب رضيَ هَّللا‬ َّ
ِ ‫الخط ا‬ ُ‫ر بن‬2ُ ‫َدخ َل عم‬
2‫م را َح وترَ َكها‬2َّ ‫هار ث‬
ٍ َ
‫ن‬ 2
‫ن‬ ‫م‬ ً
‫ساعة‬ 2
‫ة‬
ٍ ‫جر‬ ‫ش‬َ َ‫تحت‬ ‫ل‬
َّ ‫ظ‬ َ
‫ت‬ ‫فاس‬ ‫ف‬
ٍ ‫صائ‬ ‫َوم‬
2 ‫ي‬ ‫في‬ َ‫سار‬ ‫ب‬
2
ٍ ‫راك‬ َ
‫ك‬ ‫اَّل‬ ‫إ‬ ‫نيا‬ ُّ
‫د‬ ‫ال‬ ‫ل‬
ُ َ
‫ث‬ ‫م‬
َ ‫و‬ ‫لي‬ َ
‫ث‬ ‫م‬
َ ‫ما‬ 2
‫ه‬
ِ ‫د‬
ِ ‫بي‬ ‫فسي‬ ‫ن‬َ 2
‫ي‬ ‫ذ‬ َّ ‫ل‬ ‫وا‬ ،‫لي‬
ٍ

“Umar bin Khattab datang ketika beliau sedang tidur di atas tikar yang membuat bekas pada kulit beliau di bagian sisi. Sontak Umar
pun berkata: “Wahai Nabi Allah! Andaikan engkau menggunakan permadani tentu lebih baik dari tikar ini”. Maka beliau pun bersabda:
“Apa urusanku terhadap dunia? Permisalan antara aku dengan dunia bagaikan seorang yang berkendaraan menempuh perjalanan di
siang hari yang panas terik, lalu ia mencari teduhnya di bawah pohon beberapa saat di siang hari, kemudian ia istirahat di sana lalu
meninggalkannya” (HR. At Tirmidzi 2/60, Al Hakim 4/310, Ibnu Majah 2/526. dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1/800).

Sederhananya rumah Nabi

Rumah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sangat sederhana. Sehingga jika istri beliau, Aisyah radhiallahu ta’ala an’ha, tidur di sana
maka sebagian tubuhnya menghalangi Nabi yang sedang shalat. Dari Aisyah radhiyallahu anha, istri Nabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
ia berkata,

2‫ت ِرجْ لَيَّ َفإِ َذا َقا َم َب َس ْط ُتهُ َما‬ 2ْ ‫ َب ْينَ َي َد‬2‫ت أَ َنا ُم‬
ُ ْ‫ َف َق َبض‬2‫ي رَ س ُْو ِل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم َو ِرجْ الَيَ فِي قِ ْبلَتِ ِه َفإِ َذا َسجَ َد َغم ََزنِي‬ 2ُ ‫ُك ْن‬

“Aku tidur di depan Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang sedang shalat-pen), dan kedua kakiku pada kiblat beliau. Jika beliau
hendak bersujud, beliau menyentuhku dengan jarinya, lalu aku menarik kedua kakiku. Jika beliau telah berdiri, aku meluruskan kedua
kakiku” (HR. Bukhari no. 382, Muslim no. 512).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, ia berkata,

ْ ‫ِي َعلَى ب‬
ِ ْ‫ن َق َد َم ْي ِه وَ هُوَ فِي ْال َمس‬2ِ ‫َط‬
‫ج ِد‬ 2ْ ‫ت َيد‬ ِ َ‫ِن ْالفِر‬2ْ ‫ لَ ْيلَ ًة م‬2‫ت رَ س ُْو َل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم‬
ْ ‫اش َف ْال َت َمسْ ُت ُه َفوَ َق َع‬ 2ُ ْ‫َفقَد‬

“Suatu malam aku kehilangan Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari tempat tidur, kemudian aku mencarinya, lalu tanganku
mengenai kedua telapak kaki beliau sebelah dalam ketika beliau sedang di tempat sujud” (HR. Muslim no. 486).

Baca Juga: Kisah Menakjubkan Ummu Sulaim Saat Ditinggal Mati Anaknya

Nabi tidak meninggalkan warisan berupa harta

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tidak meninggalkan warisan harta bagi keluarganya. Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia mengatakan:

‫ بشي ٍء‬2‫ وال أوصى‬، ‫ وال بعيرً ا‬، 2‫ وال شا ًة‬، ‫ وال دره ًم ا‬، ‫ عليه وسلَّ َم دينارً ا‬2ُ‫ صلَّى هللا‬2ِ‫ما ترك رسو ُل هللا‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak meninggalkan dinar, dirham, kambing atau unta. Dan tidak memberikan wasiat harta
kepada siapapun” (HR. Muslim no. 1256).

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri bersabda:

ٍّ َ‫ذ بِح‬2َ ‫م َف َمنْ أَ َخ َذ بِ ِه أَ َخ‬2َ ‫إِنَّ اأْل َ ْنبِيَا َء لَ ْم ي َُورِّ ُثوا دِي َنارً ا َواَل دِرْ َهمًا إِ َّنمَا َو َّر ُثوا ْال ِع ْل‬
‫ظ َواف ٍِر‬

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Namun mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa menuntut ilmu ia telah
mengambil warisan para Nabi dengan jumlah banyak” (HR. Abu Daud no.3641, At Tirmidzi no.2682, Ibnu Majah no. 223, dishahihkan
Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).

Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:


‫سمعت‬ :‫بكر‬
ٍ ‫ فقال لهما أبو‬، َ‫ خيبر‬2‫ من‬2‫ما‬2‫ وسهمه‬2،‫ك‬
َ ‫ من ف َد‬2‫ وهما حينئ ٍذ يطلبان أرضيهما‬،‫رسول هللا ِ صلى هللا عليه وسلم‬
ِ ُ
2‫ من‬2‫ميراثهما‬ ‫بكر يلتمسان‬ٍ ‫ أتيا أبا‬، ‫ السال ُم‬2‫ة والعباسَ عليهما‬2َ ‫أن فاطم‬
‫المال‬
ِ ٌ ُ ُ
‫ هذا‬2‫د من‬2ٍ ‫ إنما يأك ُل آ ُل محم‬، ‫ ما تركنا صدقة‬، ‫ ال نورث‬:ُ‫رسو َل هللا ِ صلى هللا عليه وسلم يقول‬

“Fathimah dan Al Abbas ‘alaihimassalam datang kepada Abu Bakar (sepeninggal Nabi). Kemudian keduanya menanyakan mengenai
jatah warisan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yaitu sebidang tanah di Fadak dan juga di Khaibar. Maka Abu Bakar berkata: aku
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “aku tidak mewariskan harta, apa yang aku tinggalkan itu untuk sedekah”.
Namun keluarga Muhammad makan dari harta ini (ketika Nabi masih hidup)” (HR. Bukhari no. 6725, Muslim no. 1379).

Demikianlah sekelumit kehidupan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang sangat sederhana. Karena akhirat adalah tujuan beliau, bukan
dunia. Maka beliau tidak ada keinginan untuk memperbanyak dunia dan bermewah-mewah di dalamnya. Sebagaimana dalam hadits
Umar di atas, beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫هار ثمَّ را َح وترَ َكه‬ ً


ٍ ‫ َن‬2‫ساعة من‬ 2‫ف فاس َتظ َّل تحتَ َشجر ٍة‬
ٍ ‫َوم صائ‬ 2ٍ ‫ه ما َم َث لي و َم َث ُل ال ُّد نيا إاَّل َكراك‬2ِ ‫ َن فسي بي ِد‬2‫ والَّذي‬،‫ما لي ولِل ُّد نيا وما لِل ُّد نيا وما لي‬
2ٍ ‫ب سارَ في ي‬

“Apa urusanku terhadap dunia? Permisalan antara aku dengan dunia bagaikan seorang yang berkendaraan menempuh perjalanan di
siang hari yang panas terik, lalu ia mencari teduhnya di bawah pohon beberapa saat di siang hari, kemudian ia istirahat di sana lalu
meninggalkannya” (HR. At Tirmidzi 2/60, Al Hakim 4/310, Ibnu Majah 2/526. dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1/800).

Washallallahu’ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/43655-potret-kesederhanaan-rasulullah-shallallahualaihi-wasallam.html

Anda mungkin juga menyukai