Maria Simanjuntak-193030401133-4c
Maria Simanjuntak-193030401133-4c
FISIKA DASAR
MARIA SIMANJUNTAK
193030401133
KELOMPOK IV
i
LEMBAR PENGESAHAN
ASISTEN PRAKTIKUM
MAJU SIAGIAN
CAA 118 040
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ASISTEN PRAKTIKUM
MARTA N SITORUS
CAA 118 002
iii
LEMBAR PENGESAHAN
ASISTEN PRAKTIKUM
iv
LEMBAR PENGESAHAN
ASISTEN PRAKTIKUM
v
LEMBAR PENGESAHAN
ASISTEN PRAKTIKUM
MUHAMMAD RIZAL
CAA 117 127
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN BESARAN SATUAN DAN
PENGUKURAN....................................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN MENGUKUR DIAMETER DAN VOLUME
BENDA DENGAN JANGKA SORONG DAN MIKROMETER
SKRUP......................................................................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN HUKUM ARCHIMEDES.............................................iv
LEMBAR PENGESAHAN AZAS BLACK.................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUKURAN BERAT JENIS...............................vi
DAFTAR ISI...........................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................x
I. BESARAN SATUAN DAN PENGUKURAN DASAR.......................................1
A. Dasar Teori...................................................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................................4
C. Bahan dan Alat............................................................................................................4
D. Cara Kerja.....................................................................................................................4
E. Hasil Pengamatan.......................................................................................................5
F. Pembahasan..................................................................................................................6
G. Kesimpulan.................................................................................................................11
H. Daftar Pustaka............................................................................................................12
vii
G. Kesimpulan.................................................................................................................46
H. Daftar Pustaka............................................................................................................46
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Pengamatan Besaran, Satuan, dan Pengukuran................................5
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengukuran dengan Menggunakan Jangka
Sorong dan Mikrometer Sekrup.......................................................................................19
Tabel 3. Hasil Pengamatan Hukum Archimedes Gaya ke Atas dan
Massa Jenis Benda................................................................................................................40
Tabel 4. Hasil Pengamatan Peristiwa Hukum Archimedes......................................40
Tabel 5. Hasil Pengamatan Menentukan Kalor Lebur (L).......................................53
Tabel 6. Hasil Pengamatan Massa Jenis........................................................................60
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pengukuran Menggunakan Mistar.............................................................6
Gambar 2. Pengukuran Menggunakan Termometer.................................................6
Gambar 3. Pengukuran Menggunakan Busur Derajat..............................................7
Gambar 4. Pengukuran Menggunakan Timbangan Buah........................................7
Gambar 5. Pengukuran Menggunakan Stopwatch.....................................................8
Gambar 6. Pengukuran Menggunakan Speedometer................................................9
Gambar 7. Diameter Luar Batang Cabe dengan Jangka Sorong..........................20
Gambar 8. Diameter Luar Batang Tomat dengan Jangka Sorong.......................20
Gambar 9. Diameter Luar Batang Terung dengan Jangka Sorong......................20
Gambar 10. Diameter Dalam Pipa dengan Jangka Sorong......................................20
Gambar 11. Diameter Luar Pipa dengan Jangka Sorong..........................................20
Gambar 12. Tinggi Pipa dengan Jangka Sorong.........................................................20
Gambar 13. Diameter Luar Botol Parfume Jangka Sorong.....................................21
Gambar 14. Tinggi Botol Parfume Jangka Sorong.....................................................21
Gambar 15. Panjang Kotak dengan Jangka Sorong...................................................21
Gambar 16. Lebar Kotak dengan Jangka Sorong........................................................21
Gambar 17. Tinggi Kotak dengan Jangka Sorong......................................................21
Gambar 18. Diameter Luar Batang Cabe dengan Mikrometer Sekrup................28
Gambar 19. Diameter Luar Batang Tomat dengan Mikrometer Sekrup..............28
Gambar 20. Diameter Luar Batang Terung dengan Mikrometer Sekrup............28
Gambar 21. Tinggi Pipa AW dengan Mikrometer Sekrup.......................................29
Gambar 22. Tinggi Pipa D dengan Mikrometer Sekrup...........................................29
Gambar 23. Diameter Luar Baut 1 dengan Mikrometer Sekrup............................29
Gambar 24. Diameter Luar Baut 2 dengan Mikrometer Sekrup............................29
Gambar 25. Percobaan sebelum batu dicelupkan........................................................40
Gambar 26. Percobaan setelah batu dicelupkan..........................................................40
Gambar 27. Telur Dicelupkan dalam Air Biasa..........................................................42
Gambar 28. Telur Dicelupkan dalam Air Garam (2 Sendok)..................................42
Gambar 29. Telur Dicelupkan dalam Air Garam (4 Sendok)..................................42
x
Gambar 30. Telur Dicelupkan dalam Air Garam (6 Sendok)..................................42
Gambar 31. Telur Dicelupkan dalam Air Garam (8 Sendok)..................................42
Gambar 32. Buah Pepaya Dicelupkan dalam Gelas Berisi Air...............................63
Gambar 33. Buah Jeruk Nipis Dicelupkan dalam Gelas Berisi Air......................63
Gambar 34. Buah Jambu Air Dicelupkan dalam Gelas Berisi Air........................63
xi
5
A. Dasar Teori
Kata fisika berasal dari bahasa Yunani ‘fysikos’ yang memiliki arti alamiah dan
‘fysis’ yang berarti alam. Jadi fisika secara umum dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang alam dalam makna yang luas. Fisika adalah salah satu
cabang ilmu yang mengkaji tentang kejadian alam dari segi materi dan energi. Di
dalam ilmu fisika kita mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi
dalam lingkup ruang dan waktu. Di dalam sejarah, fisika merupakan suatu bidang
studi ilmu tertua, sebab ilmu fisika ini dimulai dengan pengamatan-pengamatan
terhadap suatu gerakan dari benda-benda langit, seperti bagaimana lintasannya,
periode, usianya, geraknya dan lainnya. Selain itu, bidang ilmu fisika juga telah
dimulai berabad-abad yang lalu, yang mulai berkembang pada zaman Galileo dan
Newton. Galileo merumuskan percobaannya tentang benda yang jatuh. Sedangkan
Newton mempelajari tentang gerak pada umumnya, seperti gerak planet dalam
sistem tata surya. Tujuan dalam mempelajari fisika sendiri ialah untuk
mendapatkan produk fisika yang memiliki sifat yang khas serta dapat digunakan
untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang terjadi. Produk fisika terdiri atas fakta,
teori, konsep, prinsp dan hukum, rumus, dan model fisika. Contoh konsep fisika
adalah suhu, gaya, kecepatan, massa jenis, energi, serta momentum. Beberapa
pengertian fisika menurut para ahli yaitu : a). Menurut Wartono, fisika adalah
bangun pengetahuan yang menggambarkan usaha, temuan, wawasan dan kearifan
yang bersifat kolektif dari umat manusia; b). Menurut Mundilarto, fisika sebagai
ilmu dasar memiliki karakteristik yang mencakup bangun ilmu yang terdiri atas
fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori serta metodologi keilmuan; c).
Menurut Kusuma, fisika merupakan sebuah ilmu yang mempelajari mengenai
berbagai gejala alam yang terjadi pada energi atau materi yang menempati ruang
serta mempunyai massa. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu yang
mempelajari tentanggejala alam keseluruhan; d). Menurut Deruxes, fisika ialah
suatu studi ilmu penegtahuan yang berusaha untuk dapat menguraikan serta
menjelaskan hukum alam dan berbagai kejadian alam dengan suatu gambaran
menurut pemikiran manusia (Genda, 2010).
1
2
ditetapkan) atau besaran yang tidak terdapat pada besaran lainnya. Dapat juga
dikatakan sebagai suatu besaran yang membentuk besaran turunan. Terdapat 7
besaran pokok dalam Standar Internasional, yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu
(s), Suhu (K), Kuat Arus Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat
(mol). Besaran pokok memiliki ciri tersendiri diantaranya : didapatkan dari
pengukuran langsung, memiliki satu satuan (bukan satuan ganda), ditetapkan
terlebih dahulu serta diakui secara internasional. Selain itu, pada besaran pokok
terdapat dua besaran tambahan yang tidak memiliki dimensi, yakni besaran sudut
bidang (rad) dan besaran sudut ruang (steradian/sr). Sedangkan besaran turunan
adalah besaran-besaran yang dibentuk atau diturunkan dari satu atau lebih besaran
2 3
pokok. Adapun beberapa contoh besaran turunan, yaitu luas (m ), volume (m ),
3 2 2
massa jenis (kg/m ), kecepatan (ms), percepatan (m/s ), gaya (N = kg.m/s ), usaha
2 2 2 3 -2 2
(J = kg.m s ), daya (W = kg.m /s ), tekanan (Pa = kg.m /s ) dan momentum
(kg.m/s) (Setiawan, 2012).
Satuan ialah membandingkan besaran dengan yang lain yang dipakai sebagai
patokan. Satuan adalah salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari
besaran tersebut. Satuan digunakan sebagai pembanding atau pembeda dalam
pengukuran yang dilakukan. Terdapat dua jenis satuan yaitu satuan baku dan
satuan tidak baku. Satuan baku adalah satuan yang berlaku dan ditentukan secara
internasional oleh para ilmuwan disebuah pertemuan di Paris, Prancis pada tahun
1960. Oleh karena itu, satuan baku disebut juga Satuan Internasional. Satuan baku
memiliki beberapa syarat diantaranya tidak mengalami perubahan oleh pengaruh
apapun, berlaku disemua tempat dan setiap saat, serta mudah ditiru. Adapun
contoh dari satuan baku yaitu : meter (m), kilogram (Kg), sekon (s), ampere (A),
o
derajat kelvin ( K), kandela (cd) dan mol (mol). Sedangkan satuan tidak baku
ialah satuan yang ditentukan secara tidak resmi dan setiap orang yang berbeda
akan menghasilkan pengukuran yang berbeda pula. Beberapa contoh satuan tidak
baku yang dikenal di Indonesia adalah jengkal (jarak dari ibu jari ke jari
kelingking), depa (bentangan tangan), langkah, posisi matahari, jam pasir,
punggung tangan dan hasta (Rusilowati, 2012).
4
B. Tujuan
Tujuan Praktikum Fisika Dasar dengan materi Besaran, Satuan dan Pengukuran
1. Mampu memahami dan menggunakan istilah besaran dan satuan secara benar.
2. Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar dengan benar.
3. Menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran dan hasil percobaan.
D. Cara Kerja
Cara yang dilakukan pada saat Praktikum Fisika Dasar dengan materi Besaran
Satuan, dan Pengukuran, yaitu :
1. Menyiapkan peralatan ukur yang akan digunakan dalam kegiatan.
2. Mencari tahu kegunaan dari masing-masing alat ukur dan mengetahui besaran
dan satuan yang digunakan alat tersebut.
3. Mempelajari cara penggunaan alat ukur dan mengetahui nilai satuan terkecil
(NST) yang digunakan.
4. Menggunakan alat sesuai kegunaannya untuk mengukur benda-benda ataupun
kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar.
5. Melakukan pengukuran secara berulang untuk mendapatkan hasil pengukuran
yang mendekati kebenaran (rata-rata).
6. Mencatat semua hasil pengukuran dan pengamatan pada tabel yang disediakan.
5
E. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Besaran, Satuan Dan Pengukuran
No Nama Alat Kegunaan Untuk Besaran Satuan NST Benda yang di Hasil Pengukuran
Ukur Mengukur Ukur
1 2 3 Rata-Rata
1 Mistar Mengukur Panjang Panjang Cm 1 mm Spidol 14,2cm 14,3cm 14,5cm 14,3 cm
2 Termometer Mengukur Suhu Suhu 0,1 Es batu 5 8 4 5,6
3 Busur Derajat Mengukur Sudut Derajat o o Sudut yang 60 º 59 º 60 º 59,6 º
1
digambar
4 Timbangan Mengukur Massa Massa Gram 40 gr Handphone 150gr 149gr 150gr 149,6 gr
Buah Benda
5 Stopwatch Mengukur Waktu Waktu Sekon 0,1 s Waktu 19,5 s 15 s 14,3 s 16,26 s
6 Speedometer Mengukur Kecepatan Kecepatan Km/jam Kecepatan 19 23 29 23,7
km/jam km/jam km/jam km/jam
1
6
F. Pembahasan
Berdasarkan pada tabel pengamatan mengenai materi Besaran, Satuan, dan
Pengukuran Dasar terdapat beberapa macam jenis alat ukur dimana setiap alat
ukut tersebut memiliki fungsinya masing-masing seperti yang terdapat pada tabel.
a. Mistar
Gambar 1. Mistar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa mistar adalah
alat yang digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dan besaran yang
digunakan adalah besaran panjang dengan satuan cm. Nilai satuan terkecil pada
mistar adalah 0,1 cm (1mm). Berdasarkan hasil pengukuran terhadap spidol yang
dilakukan dengan tiga kali pengulangan percobaan dapat diketahui pada
pengukuran pertama dihasilkan panjang spidol 14, 2 cm, pada pengukuran kedua
dihasilkan panjang spidol 14, 3 cm dan pada pengukuran ketiga didapatkan hasil
sebesar 14,5 cm. Berdasarkan ketiga data pengukuran tersebut didapatkan rata-
rata hasil pengukuran yaitu 14,3 cm.
b. Termometer
Gambar 2. Termometer
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa termometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan besaran yang digunakan
adalah besaran suhu dengan satuan . Nilai satuan terkecil pada termometer yang
digunakan adalah 0,1 . Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap
7
es batu dengan tiga kali pengulangan percobaan dapat diketahui pada pengukuran
pertama dihasilkan suhu pada es sebesar 5 , pada pengukuran kedua dihasilkan
suhu es batu 8 dan pada pengukuran ketiga dihasilkan suhu es batu 4 .
Berdasarkan ketiga data pengukuran tersebut didapatkan rata-rata hasil
pengukuran yaitu 5 .
c. Busur Derajat
Gambar 5. Stopwatch
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa stopwatch adalah
alat yang digunakan untuk mengukur waktu dan besaran yang digunakan adalah
besaran waktu dengan satuan sekon. Nilai satuan terkecil pada stopwatch yang
digunakan adalah 0.1 sekon. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap waktu untuk
mengelilingi satu putaran ruang lab yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan
percobaan dapat diketahui pada pengukuran pertama dihasilkan waktu untuk
menempuh keliling satu putaran ruang lab 19,5 sekon, pada pengukuran kedua
dihasilkan waktu sebesar 15 sekon dan pada pengukuran ketiga dihasilkan waktu
sebesar 14,3 sekon. Berdasarkan ketiga data pengukuran tersebut didapatkan rata-
rata hasil pengukuran yaitu 16,26 s.
9
f. Speedometer
Gambar 6. Speedometer
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa speedometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan dan besaran yang
digunakan adalah besaran kecepatan dengan satuan km/jam. Berdasarkan hasil
pengukuran terhadap kecepatan motor untuk mengelilingi satu putaran bundaran
yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan percobaan dapat diketahui pada
pengukuran pertama dihasilkan kecepatan motor sebesar 19 km/jam, pada
pengukuran kedua dihasilkan kecepatan motor 23 km//jam dan pada pengukuran
ketiga kecepatan motor yang dihasilkan adalah 29 km/jam. Berdasarkan ketiga
data pengukuran tersebut didapatkan rata-rata hasil pengukuran yaitu 23,7
km/jam.
Pada data hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang dapat kita
lihat bahwa hasil yang diperoleh tiap pengulangan berbeda-beda. Hal ini karena
adanya ketidakpastian pada pengukuran yang dilakukan. Alat apapun yang kita
gunakan selalu memiliki angka yang mengandung ketidakpastian, dalam hal ini
dikarenakan kemampuan alat yang digunakan. Seperti keterbatasan skala terkecil
pada alat ukur tersebut. Contoh pada neraca biasa seperti timbangan buah yang
hanya memiliki ketelitian 40 gr tentu ketidakpastian yang dihasilkan lebih besar
daripada saat kita mengukur menggunakan neraca ohause yang memiliki ketelitian
hingga 0,01 gr ataupun neraca digital dengan ketelitian 0,001 gr. Ketidakpastian
ini tidak hanya ditimbulkan oleh keterbatasan skala baca pada alat ukur saja, tetapi
banyak sumber lain seperti bahan dari alat ukur yang digunakan misalnya bahan
mistar yang mudah mengembang dan menyusut dengan adanya perubahan suhu
yang menyebabkan hasil pengukuran berbeda-beda tergantung pada suhu saat kita
menggunakan mistar tersebut. Selain itu, keterbatasan pada sipengamat juga
10
menjadi salah satu faktor yang meyebabkan ketidakpastian pada data hasil
pengukuran. Kurangnya keterampilan menggunakan alat ukur dan kurang
tajamnya mata sipengamat saat membaca skala yang halus membuat hasil
pengukuran yang dilakukan tiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu,
dilakukanlah pengulangan pengukuran hingga 3 kali pengulangan agar dapat
memperoleh hasil pengukuran yang lebih pasti melalui perhitungan akhir (rata-
rata) yang dilakukan berdasarkan rumus yang telah ditentukan.
Adapun perhitungan rata-rata dari data hasil pengukuran yang dilakukan, yaitu:
a. Mistar X =
∑
= 14,3 cm
X=∑
Jadi rata-rata pengukuran yang diperoleh menggunakan mistar adalah 14,3 cm.
b. Termometer X = ∑
o
X=∑ = 5,6 C
Jadi rata-rata pengukuran yang diperoleh menggunakan termometer adalah 5,6
oC
c. Busur Derajat
X=∑
X=∑
e. Stopwatch X =
∑
X=∑
G. Kesimpulan
Pada ilmu fisika terdapat besaran yang dinyatakan dengan angka serta memiliki
satuan.. Besaran diperoleh melalui sebuah pengukuran. Besaran dibagi dua, yakni
besaran pokok dan turunan. Besaran pokok adalah besaran yang membentuk
besaran turunan seperti panjang, massa, waktu, suhu, intensitas cahaya, jumlah zat
dan arus listrik. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diperoleh dari
penggunaan satu tau lebih besaran pokok seperti gaya, daya, kecepatan, volume,
luas dan lainnya. Dan dalam besaran sendiri ada satuan. Satuan adalah
pembanding atau pembeda dalam meakukan suatu pengukuran. Satuan juga dibagi
menjadi dua jenis, yaitu satuan baku dan satuan tidak baku. Contoh dari satuan
o
ialah kg, mol, m, ampere, cd, K, sekon, jengkal, depa, langkah dan lain
sebagainya.
Di dalam ilmu fisika diperlukan alat ukur guna membantu kita untuk dapat
mengungkap berbagai kejadian alam melalui sebuah pengamatan, pengukuran
maupun perhitungan. Adapun beberapa contoh alat ukur tersebut yaitu : jangka
sorong, mistar, termometer zat, timbangan pegas, altimeter, timbangan buah,
termometer ruangan, busur derajat, hygrometer, ampere meter, mikrometer sekrup,
soil tester dan lainnya.
12
Melalui alat ukur juga mampu membantu kita menjawab ketidakpastian yang
terjadi pada hasil pengukuran. Ketidakpastian ini ditimbulkan oleh beberapa hal,
salah satunya keterbatasan skala pada alat ukur. Alat ukur yang memilki skala
terkecil dengan tingkat ketelitian yang tinggi dapat membantu kita untuk
mengatasi ketidakpastian pada hasil pengukuran. Alat ukur yang digunakan akan
menetukan nilai rata-rata dari semua percobaan, sehingga akan terjawab data yang
lebih akurat dengan rumus yang sudah ditentukan.
H. Daftar Pustaka
Genda. 2010. Ilmu Fisika. Jakarta : Media Pustio.
Rusilowati. 2012. Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan Kelestrikan Siswa
SMA di Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 01 (02) : 7-
14. (Journal.unnes.ac.id). Diakses pada 08 April 2020.
Serway, Raymond. 2011. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba
Teknika.
Setiawan, A. 2012. Metode Dalam Pembelajaran Pengantar Fisika : Studi Pada
Konsep Besaran dan Satuan. Jurnal Pendidikan Fisika 13 (01) : 1-9.
(repository.unej.ac.id). Diakses pada 08 April 2020.
S. Hakim. 2012. Perbedaan Hasil Kooperatif dengan Menggunakan Model
Kooperatif Tipe NHT Pada Materi Pokok Besaran Satuan. Jurnal Sains MIPA
01 (08) : 1-8. (Digilib.unimed.ac.id). Diakses pada 08 April 2020.
Siana. 2013. Dasar dan Konsep Fisika Modern. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
13
LAMPIRAN
Date 2020-06-06
Words 937
Kata fisika berasal dari bahasa Yunani ‘fysikos’ yang memiliki arti alamiah dan
‘fysis’ yang berarti alam. Jadi fisika secara umum dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang alam dalam makna yang luas. Fisika adalah salah satu
cabang ilmu yang mengkaji tentang kejadian alam dari segi materi dan energi. Di
dalam ilmu fisika kita mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi
dalam lingkup ruang dan waktu. Di dalam sejarah, fisika merupakan suatu bidang
studi ilmu tertua, sebab ilmu fisika ini dimulai dengan pengamatan- pengamatan
terhadap suatu gerakan dari benda-benda langit, seperti bagaimana lintasannya,
periode, usianya, geraknya dan lainnya. Selain itu, bidang ilmu fisika juga telah
dimulai berabad-abad yang lalu, yang mulai berkembang pada zaman Galileo dan
Newton. Galileo merumuskan percobaannya tentang benda yang jatuh. Sedangkan
Newton mempelajari tentang gerak pada umumnya, seperti gerak planet dalam
sistem tata surya. Tujuan dalam mempelajari fisika sendiri ialah untuk
mendapatkan produk fisika yang memiliki sifat yang khas serta dapat digunakan
untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang terjadi. Produk fisika terdiri atas fakta,
teori, konsep, prinsp dan hukum, rumus, dan model fisika. Contoh konsep fisika
adalah suhu, gaya, kecepatan, massa jenis, energi, serta momentum. Beberapa
pengertian fisika menurut para ahli yaitu : a). Menurut Wartono, fisika adalah
bangun pengetahuan yang menggambarkan usaha, temuan, wawasan dan kearifan
yang bersifat kolektif dari umat manusia; b). Menurut Mundilarto, fisika sebagai
ilmu dasar memiliki karakteristik yang mencakup bangun ilmu yang terdiri atas
fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori serta metodologi
14
keilmuan; c). Menurut Kusuma, fisika merupakan sebuah ilmu yang mempelajari
mengenai berbagai gejala alam yang terjadi pada energi atau materi yang
menempati ruang serta mempunyai massa. Fisika merupakan salah satu cabang
ilmu yang mempelajari tentanggejala alam keseluruhan; d). Menurut Deruxes,
fisika ialah suatu studi ilmu penegtahuan yang berusaha untuk dapat menguraikan
serta menjelaskan hukum alam dan berbagai kejadian alam dengan suatu
gambaran menurut pemikiran manusia. Dalam mempelajari ilmu fisika tentu
diperlukan adanya suatu pengukuran. Bahkan pengukuran tidak hanya diperlukan
dalam ilmu fisika saja, namun dikehidupan sehari-hari juga dibutuhkan.
Pengukuran dalam fisika dipandang sebagai suatu kegiatan mengukur atau
membandingkan sebuah besaran yang diukur dengan sebuah alat ukur yang
digunakan sebagai satuan. Misal, saat kita melakukan suatu kegiatan pengukuran
pada pintu dengan mistar plastik. Maka, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
tersebut kita membandingkan panjang pintu dengan panjang mistar plastik.
Panjang mistar plastik yang kita gunakan ialah sebagai satuan. Pengukuran dapat
dilakukan tidak hanya pada besaran panjang saja, namun juga pada besaran lain
seperti massa, suhu, waktu, arus listrik, intensitas cahaya bahkan jumlah molekul
pada suatu zat. Sedangkan alat ukur yang digunakan pada suatu pengukuran pun
tidak hanya menggunakan mistar palstik saja, tetapi juga dapat digunakan alat
ukur lain seperti timbangan buah, termometer, stopwatch, busur derajat dan lain
sebagainya. Beberapa definisi pengukuran menurut para ahli yaitu : a).
Pengukuran adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi besar
kecilnya objek atau gejala (Hadi, 1995); b). Pengukuran didefinisikan secara
sederhana bahwa pengukuran terdiri atas aturan-aturan untuk mengenakan
bilangan-bilangan kepada sesuatu objek untuk mempresentasikan kuantitas objek
tersebut (Suryabrata, 1984); c). Pengukuran ialah suatu kegiatan untuk
mendapatkan informasi data secara kuantitatif (Umar, 1991); d). Pengukuran yang
menyatakan kualitas dan kuantitas banyak bergantung pada jenis dan mutu alat
ukur yang digunakan (Hamalik, 1989). Di dalam suatu pengukuran terdapat
besaran. Besaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur melalui suatu
pengukuran, yang dinyatakan dengan angka serta memiliki satuan. Besaran Fisika
sendiri merupakan besaran yang diperoleh dari hasil sebuah pengukuran. Karena
diperoleh melalui sebuah pengukuran
15
maka harus terdapat alat ukurnya. Besaran fisika sendiri terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok merupakan besaran yang
telah ditentukan terlebih dahulu (satuannya telah ditetapkan) atau besaran yang
tidak terdapat pada besaran lainnya. Dapat juga dikatakan sebagai suatu besaran
yang membentuk besaran turunan. Terdapat 7 besaran pokok dalam Standar
Internasional, yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K), Kuat Arus
Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok
memiliki ciri tersendiri diantaranya : didapatkan dari pengukuran langsung,
memiliki satu satuan (bukan satuan ganda), ditetapkan terlebih dahulu serta diakui
secara internasional. Selain itu, pada besaran pokok terdapat dua besaran
tambahan yang tidak memiliki dimensi, yakni besaran sudut bidang (rad) dan
besaran sudut ruang (steradian/sr). Sedangkan besaran turunan adalah besaran-
besaran yang dibentuk atau diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok. Adapun
beberapa contoh besaran turunan, yaitu luas (m2), volume (m3), massa jenis
(kg/m3), kecepatan (ms), percepatan (m/s2), gaya (N = kg.m/s2), usaha (J =
kg.m2s2), daya (W = kg.m2/s3), tekanan (Pa = kg.m-2/s2) dan momentum
(kg.m/s) (Setiawan, 2012). Satuan ialah membandingkan besaran dengan yang lain
yang dipakai sebagai patokan. Satuan adalah salah satu komponen besaran yang
menjadi standar dari besaran tersebut. Satuan digunakan sebagai pembanding atau
pembeda dalam pengukuran yang dilakukan. Terdapat dua jenis satuan yaitu
satuan baku dan satuan tidak baku. Satuan baku adalah satuan yang berlaku dan
ditentukan secara internasional oleh para ilmuwan disebuah pertemuan di Paris,
Prancis pada tahun 1960. Oleh karena itu, satuan baku disebut juga Satuan
Internasional. Satuan baku memiliki beberapa syarat diantaranya tidak mengalami
perubahan oleh pengaruh apapun, berlaku disemua tempat dan setiap saat, serta
mudah ditiru. Adapun contoh dari satuan baku yaitu : meter (m), kilogram (Kg),
sekon (s), ampere (A), derajat kelvin (oK), kandela (cd) dan mol (mol). Sedangkan
satuan tidak baku ialah satuan yang ditentukan secara tidak resmi dan setiap orang
yang berbeda akan menghasilkan pengukuran yang berbeda pula. Beberapa contoh
satuan tidak baku yang dikenal di Indonesia adalah jengkal (jarak dari ibu jari ke
jari kelingking), depa (bentangan tangan), langkah, posisi matahari, jam pasir,
punggung tangan dan hasta.
13
A. Dasar Teori
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan dengan benda mati
maupun benda hidup. Namun didalam fisika, kita mengungkap tentang berbagai
kejadian-kejadian alam yang bersangkutan dengan benda mati tersebut melalui
suatu pengamatan, pengukuran maupun perhitungan. Pengukuran adalah suatu
kegiatan dalam proses fisika dimana kita mengumpulkan berbagai informasi baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengukuran ini dapat dilakukan secara
langsung atau tidak lansung. Pengukuran langsung ialah pengukuran suatu
besaran yang berasal dari besaran pokok sehingga tidak memerlukan besaran lain.
Seperti pada saat kita mengukur panjang ranting pohon dengan mistar atau
mengukur waktu dengan stopwatch/jam. Sedangkan pengukuran tidak langsung
memerlukan besaran lain untuk dijadikan acuan dengan cara membandingkannya.
Contohnya saat kita mengukur suhu dengan cara mengukur perubahan volume air
raksa. Dalam pengukuran yang kita lakukan diperlukan alat-alat guna membantu
kita menentukan hasil dari pengukuran tersebut. Alat ukur adalah suatu benda
yang dipakai untuk mengetahui ukuran dari berbagai macam benda yang diukur.
Banyak macam-macam alat ukur yang sering kita jumpai diantaranya mistar,
jangka sorong, mikrometer sekrup yang digunakan untuk mengukur panjang
benda, necara/timbangan untuk mengukur massa benda, termometer untuk
mengukur suhu, jam dan stopwatch untuk mengukur waktu dan lainnya. Alat ukur
panjang seperti jangka sorong dan mikrometer sekrup berfungsi tidak hanya untuk
mengukur panjang saja, tetapi juga dapat dipakai untuk mengetahui ukuran
diameter, kedalaman, keliling, luas, bahkan volume pada berbagai benda
(Murdoko, 2017).
Jangka sorong (vernier capiler) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengukur besaran panjang yang terdiri dari rahang tetap yang mempunyai skala
utama dan rahang geser yang padanya terdapat skala nonius. Alat ukur ini
memiliki tingkat ketelitian mencapai 0.1 mm dan dapat mengukur panjang benda
14
pada alat-alat kendaraan atau spare part mesin. Secara umum, bagian pada jangka
sorong terdiri dari dua bagian yaitu rahang tetap yang padanya terdapat skala
utama dan rahang geser yang padanya terdapat skala nonius (vernier). Berikut
bagian-bagian jangka sorong beserta fungsinya : a) Rahang dalam, terdiri dari dua
rahang yakni rahang tetap dan rahang geser. Berfungsi untuk mengukur diameter
luar atau ketebalan dari suatu benda; b) Rahang luar, juga terdiri atas dua rahang
yakni rahang geser dan rahang tetap. Berfungsi untuk mengukur diamter dalam
pada benda; c) Depth probe (pengukur kedalaman), bagian ini berfungsi untuk
mengukur kedalaman benda; d) Skala utama (dalam cm), memiliki fungsi untuk
menyatakan hasil pengukuran utama pada benda dalam bentuk centimeter (cm);
e) Skala utama (dalam inchi), berfungsi menyatakan hasil utama pengukuran
dalam bentuk inchi; f) Skala nonius (dalam mm), memiliki fungsi sebagai
pengukuran fraksi dalam bentuk milimeter (mm); g) Skala nonius (dalam inchi),
berfungsi sebagai pengukuran fraksi dalam satuan inchi. Adapun cara kerja pada
jangka sorong adalah pada jangka sorong terdapat dua skala yaitu skala utama dan
skala nonius. Pada skala utama dengan skala terkecil dalam milimeter (1mm = 0.1
cm). Sepuluh skala utama mempunyai panjang 1 cm, sehingga jarak dua skala
pada utama yang saling berdekatan adalah 0.1 cm. Sedangkan pada skala nonius,
sepuluh skala nonius mempunyai panjang 0.9 cm, sehingga jarak dua skala yang
saling berdekatan adalah 0.09 cm. Maka beda satu skala utama dengan skala
nonius adalah 0.1 cm – 0.09 cm = 0.01 cm (0.1 mm). Oleh karena itu, skala
terkecil pada jangka sorong adalah 0.1 mm. Berbeda dengan skala terkeci,
ketelitian pada jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil yaitu X = ½ x
0.01 cm = 0.005 cm. Pembacaan hasil pengukuran pada jangka sorong yaitu
dengan rumus : skala utama + (skala nonius x skala terkecil) (Abdullah, 2016).
Mikrometer sekrup (micrometer screw) adalah sebuah alat ukur yang berguna
untuk mengukur suatu besaran panjang yang terdiri dari poros tetap yang berperan
sebagai skala utama juga poros putar sebagai skala noniusya. Pada mikrometer
sekrup, tingkat ketelitiannya mencapai 0.01 mm serta mampu mengukur ketebalan
atau diamter benda yang sangat kecil hingga batas maksimal panjang benda 25
mm. Sama halnya dengan jangka sorong, mirkometer sekrup juga memiliki
16
B. Tujuan
Tujuan Praktikum Fisika Dasar dengan materi Mengukur Diameter dan
Volume Benda dengan Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup, yaitu :
1. Mengetahui fungsi jangka sorong dan mikrometer sekrup.
2. Mampu menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup untuk mengukur
benda dengan benar.
3. Mampu menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup untuk mengukur
diameter dan volume benda dengan benar.
D. Cara Kerja
Cara yang dilakukan pada saat Praktikum Fisika Dasar dengan materi
Mengukur Diameter dan Volume Benda dengan Jangka Sorong dan Mikrometer
Sekrup, yaitu :
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan.
18
2. Mempelajari cara penggunaan alat ukur dan mengetahui nilai satuan terkecil
(NST) yang digunakan.
3. Menggunakan alat sesuai dengan kegunaannya untuk mengukur benda yang
telah disiapkan.
4. Membaca dan mencatat angka-angka yang ditunjukkan oleh alat dan
memasukkannya kedalam rumus kemudian menghitung sehingga memperoleh
nilai dari hasil pengukuran.
5. Melakukan pengukuran secara berulang untuk mendapatkan hasil pengukuran
yang mendekati kebenaran (rata-rata).
6. Mencatat semua hasil pengukuran dan pengamatan pada tabel yang disediakan.
19
E. Hasil Pengamatan
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengukuran dengan Menggunakan Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup
No. Alat Ukur dan Besaran/Satuan yang di ukur
Bahan yang diukur Diameter Diameter Jari-jari (r) Panjang Lebar Luas Tinggi/Tebal Volume
dalam luar
A. JANGKA SORONG
1. Batang tanaman
- Cabe (cm) - 0,268 cm - - - - - -
- Tomat (cm) - 0,320 cm - - - - - -
- Terung (cm) - 0,402 cm - - - - - -
2. Pipa dan botol
2 3
- Pipa 3,834 cm 4,206 cm 2,103 cm - - 13,88 cm 3,202 cm 44,46 cm
2 3
- Botol parfum - 2,586 cm 1,243 cm - - 5,66 cm 5,168 cm 29,26 cm
3. Kotak kecil - - - 7,504 cm 5,702 cm - 2,610 cm 3
111,67 cm
B. MIKROMETER SKRUP
1. Batang tanaman
- Cabe (mm) - 2,73 mm - - - - - -
- Tomat (mm) - 3,12 mm - - - - - -
- Terung (mm) - 3,62 mm - - - - - -
2. Pipa PVC
- Pipa AW - - - - - - 2,35 mm -
- Pipa D - - - - - - 1,85mm -
3. Baut
- Baut 1 - 7,73 mm - - - - - -
- Baut 2 - 5,72 mm - - - - - -
20
F. Pembahasan
Berdasarkan pada tabel pengamatan mengenai materi Pengukuran Diameter
dan Volume Benda dengan Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup. Terdapat hasil
pengamatan pada benda-benda yang diukur seperti pada tabel.
1. Jangka Sorong
1.1. Batang Tanaman
2
2,103 cm, dan luas dari lingkaran pada pipa PVC adalah 13,88 cm . Dapat juga
diketahui pipa PVC yang diukur memiliki tinggi/ketebalan 3,202 cm dan volume
3
pipa PVC yang diukur adalah 44,46 cm .
1.2.2. Botol Parfume
Gambar 13. Diameter Luar Gambar 14. Tinggi Botol Sumber : Dok.
Pribadi Sumber : Dok. Pribadi
Dari hasil pengukuran yang dilakukan menggunakan jangka sorong dapat
diketahui bahwa diameter luar pada botol parfume yang diukur adalah 2,586 cm,
jari-jari pada botol parfume adalah 1,243 cm, dan luas dari botol parfume yang
2
diukur adalah 5,66 cm . Dapat juga diketahui bahwa botol parfume yang diukur
3
memiliki tinggi 5,168 cm dan volume sebesar 29,26 cm .
1.3. Kotak Kecil
Gambar 15. Panjang Gambar 16. Lebar Kotak Gambar 17. Tinggi Kotak
Kotak Sumber : Dok. Pribadi Sumber : Dok. Pribadi
Sumber : Dok. Pribadi
Jawab : r = ½ x d = ½ x 4,206 cm
= 2,103 cm
Jadi hasil pengukuran jari-jari pada pipa PVC menggunakan jangka sorong adalah
2,103 cm.
d) Luas Pipa
Dik : r = 2,103 cm
π = 3,14
2
= 3,14 x 2,103 cm
2
= 13,88 cm
Jadi hasil pengukuran luas pipa PVC menggunakan jangka sorong adalah 13,88
2
cm .
e) Tinggi Pipa
Dik : Skala utama = 32 mm
Skala nonius = 1 mm
Dit : Tinggi pipa?
Jawab : Su + (sn x 0,02)
= 32+ (1 x 0,02) = 32 + 0,02 mm
= 32,02 mm = 3,202 cm
Jadi hasil pengukuran tinggi pada pipa PVC menggunakan jangka sorong adalah
3,202 cm.
f) Volume Pipa
Dik : r = 2,103 cm
π = 3,14
t = 3,202 cm
Dit : Volume pipa?
2
Jawab : V = πr t
2
= 3,14 x 2,103 x 3,202 cm
3
= 44,46 cm
Jadi hasil pengukuran volume dari pipa PVC menggunakan jangka sorong adalah
3
44,46 cm .
26
2
= 3,14 x 1,293 cm
2
= 5,24 cm
Jadi hasil pengukuran luas pada botol parfume menggunakan jangka sorong
2
adalah 5,24 cm .
d) Tinggi Botol
Dik : Skala utama = 51 mm
Skala nonius = 34 mm
Dit : Tinggi botol?
Jawab : Su + (sn x 0,02)
= 51 + (34 x 0,02) = 51 + 0,68 mm
27
= 51,68 mm = 5,168 cm
Jadi hasil pengukuran tinggi menggunakan jangka sorong adalah 5,168 cm.
e) Volume Pipa
Dik : r = 1,293 cm
π = 3,14
t = 5,168 cm
Dit : Volume pipa?
2
Jawab : V = πr t
2
= 3,14 x 1,293 x 5,168 cm
3
= 27,13 cm
Jadi hasil pengukuran volume dari botol parfume menggunakan jangka sorong
3
adalah 27,13 cm .
1.3. Kotak Kecil
a) Panjang Kotak
Dik : Skala utama = 75 mm
Skala nonius = 2 mm
Dit : Panjang kotak?
Jawab : Su + (sn x 0,02)
= 75+ (2 x 0,02) = 75 + 0,04 mm
= 75,04 mm = 7,504 cm
Jadi hasil pengukuran panjang kotak menggunakan jangka sorong adalah 7,504
cm.
b) Lebar Kotak
Dik : Skala utama = 57 mm
Skala nonius = 1 mm
Dit : Lebar kotak?
Jawab : Su + (sn x 0,02)
= 32+ (1 x 0,02) = 57 + 0,02 mm
= 57,02 mm = 5,702 cm
Jadi hasil pengukuran lebar kotak menggunakan jangka sorong adalah 5,702 cm.
c) Tinggi Kotak
Dik : Skala utama = 26 mm
28
Skala nonius = 5 mm
Dit : Tinggi kotak?
Jawab : Su + (sn x 0,02)
= 26 + (5 x 0,02) = 26 + 0,10 mm
= 26,10 mm = 2,610 cm
Jadi hasil pengukuran tinggi kotak menggunakan jangka sorong adalah 2,610 cm.
d) Volume Kotak
Dik : p = 7,504 cm
l = 5,702 cm
t = 2,610 cm
Dit : Volume kotak?
Jawab : V = p x l x t
= 7,504 cm x 5,702 cm x 2,610 cm
3
= 111,67 cm
Jadi hasil pengukuran volume kotak menggunakan jangka sorong adalah 111,67
3
cm .
2. Mikrometer Sekrup
2.1. Batang Tanaman
Gambar 23. Diameter Luar Baut 1 Gambar 24. Diameter Luar Baut 2
Sumber : Dok. Pribadi Sumber : Dok. Pribadi
Dari hasil pengukuran yang dilakukan menggunakan mikrometer sekrup dapat
diketahui bahwa diameter luar baut 1 yang diukur adalah 7,73 mm sedangkan baut
2 yang diukur memiliki diameter luar sebesar 5,72 mm.
Sama halnya dengan jangka sorong, mikrometer sekrup juga terdiri dari
beberapa jenis, diantaranya : a) Mikrometer luar merupakan jenis mikrometer
yang berfungsi untuk mengukur diameter luar dari suatu benda; b) Mikrometer
dalam adalah mikrometer yang dipakai untuk mengukur diameter dalam pada
benda; c) Mikrometer kedalaman ialah jenis mikrometer yang dimanfaatkan untuk
mengukur kedalaman lubang pada suatu benda. Dalam menggunakan mikrometer
sekrup guna mengukur suatu benda, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Meletakkan secara menempel objek/benda yang akan diukur pada bagian poros
30
G. Kesimpulan
Jangka sorong (dalam bahasa asing disebut vernier capiler) merupakan sebuah
alat yang digunakan untuk mengukur besaran panjang, juga diameter bahkan
ketebalan suatu benda. Alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian mencapai 0.1 mm
dan dapat mengukur panjang benda hingga 20 cm. Sedangkan mikrometer sekrup
(dalam bahasa asing disebut micrometer screw) adalah sebuah alat ukur yang
berguna untuk mengukur besaran panjang yang memiliki tingkat ketelitian
mencapai angka 0.01 mm serta mampu mengukur ketebalan atau diamter benda
yang sangat kecil hingga batas maksimal panjang benda 25 mm.
Jangka sorong dan mikrometer mampu mengukur panjang benda dengan
ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mistar. Ketelitian masing-
masing alat yaitu jangka sorong dengan ketelitian 0.1 mm serta mikrometer
sekrup dengan ketelitian 0.01 mm. Dikarena memiliki ketelitian yang lebih baik
dibanding alat pengukur panjang yang lain, penggunaan jangka sorong dan
mikrometer sekrup dapat dipakai untuk mengukur benda-benda yang berukuran
kecil bahkan tipis.
Selain untuk mengukur panjang benda, jangka sorong dan mikrometer sekrup
juga dapat digunakan untuk mengukur diameter, luas, volume bahkan ketebalan
suatu benda dengan ukuran yang kecil atau tipis yang sulit diukur oleh mistar.
Beberapa contoh penggunaan jangka dan mikrometer dikehidupan sehari-hari
adaah pengukuran diameter batang tanaman, diameter pipa, diameter cincin
maupun botol. Cara melihat pengukuran pada benda dengan jangka sorong dan
mikrometer adalah dengan memperhatikan angka-angka yang ditunjukkan oleh
kedua alat tersebut kemudian menghitungnya dengan rumus : skala utama + (skala
nonius x skala terkecil).
H. Daftar Pustaka
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Iradaty, Fithri. 2017. Peraga Mikrometer Sekrup Braille untuk Siswa Tunanetra.
Jurnal Pendidikan Disabilitas 04 (01) : 71-92 (ejournal.uin-suka.ac.id)
Diakses pada 09 April 2020.
34
LAMPIRAN
Date 2020-06-06
Words 1169
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan dengan benda mati maupun
benda hidup. Namun didalam fisika, kita mengungkap tentang berbagai kejadian-
kejadian alam yang bersangkutan dengan benda mati tersebut melalui suatu
pengamatan, pengukuran maupun perhitungan. Pengukuran adalah suatu kegiatan
dalam proses fisika dimana kita mengumpulkan berbagai informasi baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Pengukuran ini dapat dilakukan secara langsung
atau tidak lansung. Pengukuran langsung ialah pengukuran suatu besaran yang
berasal dari besaran pokok sehingga tidak memerlukan besaran lain. Seperti pada
saat kita mengukur panjang ranting pohon dengan mistar atau mengukur waktu
dengan stopwatch/jam. Sedangkan pengukuran tidak langsung memerlukan
besaran lain untuk dijadikan acuan dengan cara membandingkannya. Contohnya
saat kita mengukur suhu dengan cara mengukur perubahan volume air raksa.
Dalam pengukuran yang kita lakukan diperlukan alat-alat guna membantu kita
menentukan hasil dari pengukuran tersebut. Alat ukur adalah suatu benda yang
dipakai untuk mengetahui ukuran dari berbagai macam benda yang diukur.
Banyak macam-macam alat ukur yang sering kita jumpai diantaranya mistar,
jangka sorong, mikrometer sekrup yang digunakan untuk mengukur panjang
benda, necara/timbangan untuk mengukur massa benda, termometer untuk
mengukur suhu, jam dan stopwatch untuk mengukur waktu dan lainnya. Alat ukur
panjang seperti jangka sorong dan mikrometer sekrup berfungsi tidak hanya untuk
mengukur panjang saja, tetapi juga dapat dipakai untuk mengetahui ukuran
diameter, kedalaman, keliling, luas, bahkan volume pada
36
lainnya atau jarak lubang dengan tepi permukaan suatu benda; e) Jangka sorong
cakram, digunakan untuk mengukur ketebalan suatu lempengan cakram logam;
f) Jangka sorong gigi, berfungsi untuk mengukur ketebalan pada gigi-gigi gear
yang umumnya terdapat pada alat-alat kendaraan atau spare part mesin. Secara
umum, bagian pada jangka sorong terdiri dari dua bagian yaitu rahang tetap yang
padanya terdapat skala utama dan rahang geser yang padanya terdapat skala
nonius (vernier). Berikut bagian-bagian jangka sorong beserta fungsinya: a)
Rahang dalam, terdiri dari dua rahang yakni rahang tetap dan rahang geser.
Berfungsi untuk mengukur diameter luar atau ketebalan dari suatu benda; b)
Rahang luar, juga terdiri atas dua rahang yakni rahang geser dan rahang tetap.
Berfungsi untuk mengukur diamter dalam pada benda; c) Depth probe (pengukur
kedalaman), bagian ini berfungsi untuk mengukur kedalaman benda; d) Skala
utama (dalam cm), memiliki fungsi untuk menyatakan hasil pengukuran utama
pada benda dalam bentuk centimeter (cm); e) Skala utama (dalam inchi), berfungsi
menyatakan hasil utama pengukuran dalam bentuk inchi; f) Skala nonius (dalam
mm), memiliki fungsi sebagai pengukuran fraksi dalam bentuk milimeter (mm); g)
Skala nonius (dalam inchi), berfungsi sebagai pengukuran fraksi dalam satuan
inchi. Adapun cara kerja pada jangka sorong adalah pada jangka sorong terdapat
dua skala yaitu skala utama dan skala nonius. Pada skala utama dengan skala
terkecil dalam milimeter (1mm = 0.1 cm). Sepuluh skala utama mempunyai
panjang 1 cm, sehingga jarak dua skala pada utama yang saling berdekatan adalah
0.1 cm. Sedangkan pada skala nonius, sepuluh skala nonius mempunyai panjang
0.9 cm, sehingga jarak dua skala yang saling berdekatan adalah 0.09 cm. Maka
beda satu skala utama dengan skala nonius adalah 0.1 cm – 0.09 cm = 0.01 cm
(0.1 mm). Oleh karena itu, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0.1 mm.
Berbeda dengan skala terkeci, ketelitian pada jangka sorong adalah setengah dari
skala terkecil yaitu X = ½ x 0.01 cm = 0.005 cm. Pembacaan hasil pengukuran
pada jangka sorong yaitu dengan rumus : skala utama + (skala nonius x skala
terkecil) (Abdullah, 2016). Mikrometer sekrup (micrometer screw) adalah sebuah
alat ukur yang berguna untuk mengukur suatu besaran panjang yang terdiri dari
poros tetap yang berperan sebagai skala utama juga poros putar sebagai skala
noniusya. Pada mikrometer sekrup, tingkat ketelitiannya mencapai 0.01 mm serta
mampu mengukur ketebalan atau diamter benda yang sangat kecil
38
hingga batas maksimal panjang benda 25 mm. Sama halnya dengan jangka
sorong, mirkometer sekrup juga memiliki beberapa fungsi diantaranya : a) Untuk
mengukur ketebalan benda yang yang memiliki ukuran sangat tipis seperti
lempengan baja, aluminium dan kertas; b) Untuk mengukur diameter luar suatu
benda yang berukuran sangat kecil seperti diamater luar bantalan peluru, kabel,
kawat dan lainnya; c) Untuk mengukur garis tengah lubang pada benda yang
berukuran kecil; d) Untuk mengukur kedalaman lubang suatu benda yang
berukuran kecil seperti lubang pipa dan lainnya. Mikrometer sekrup bemacam-
macam jenisnya berdasarkan skala dan fungsinya. Berdasarkan skalanya, jenis
mikrometer sekrup yaitu : a) Mikrometer sekrup manual, yang mana skalanya
terdiri atas skala utama dan nonius. Seperti namanya pembacaan hasil pengukuran
pada mikrometer sekrup ini dilakukan secara manual melalui perhitungan dari
skala utama dan noniusnya; b) Mikrometer sekrup digital, mikrometer jenis ini
memiliki layar digital dimana hasil pengukuran menggunakan alat ini dapat
langsung terbaca oleh layar sehingga memudahkan penggunanya. Adapun
berdasarkan fungsinya, jenis mikrometer sekrup yaitu : a) Mikrometer luar
merupakan jenis mikrometer yang berfungsi untuk mengukur diameter luar dari
suatu benda; b) Mikrometer dalam adalah mikrometer yang dipakai untuk
mengukur diameter dalam pada benda; c) Mikrometer kedalaman ialah jenis
mikrometer yang dimanfaatkan untuk mengukur kedalaman lubang pada suatu
benda. Bagian-bagian mikrometer sekrup sendiri terdiri atas : a) Frame (bingkai)
dimana bagian ini berbentuk C atau U dan terbuat dari bahan logam yang tahan
panas. Pada frame juga dilapisi dengan lapisan plastik yang berguna untuk
menghindari terjadinya transfer panas dari tangan pengukur terhadap logam pada
proses pengukuran;
b) Anvil (poros tetap) merupakan bagian yang berfungsi untuk menahan benda
yang akan diukur; c) Spindle (poros gerak) adalah silinder logam yang dapat
digerakkan maju-mundur dan menjauh atau mendekat pada poros tetap; d) Lock
nut (pengunci) merupakan bagian yang berguna sebagai penahan pada poros gerak
supaya tidak bergerak pada saat proses pengukuran dilakukan; e) Sleeve adalah
bagian yang menjadi tempat terletaknya skala utama (dalam satuan mm) dan
terbuat logam; f) Thimble adalah sebuah batang logam yang dapat diputar dan
menjadi tempat terletaknya skala nonius. Ukurannya lebih besar dari sleeve; g)
Ratchet adalah bagian yang memiliki fungsi untuk
39
A. Dasar Teori
Archimedes merupakan seorang Yunani kuno yang menemukan cara dan
rumus untuk menghitung benda yang tidak memiliki bentuk baku. Archimedes
lahir di kota Syracuse, Sisilia pada tahun 287 SM dan meninggal pada tahun 212
SM. Beliau dijuluki sebagai Bapak Eksperimen, karena mendasarkan pada
penemuannya melalui percobaannya. Penemuannya ini terjadi saat Raja Hiero II
tidak mempercayai pembuatan mahkota miliknya yang diperkirakan dicampur
dengan perak. Maka Raja Hiero II pun memanggil Archimedes untuk mencari
tahu kebenarannya. Berhari-hari Archimedes berpikir keras, ia tidak tahu cara
membuktikan kecurangan pandai emas itu. Pada waktu itu belum ada alat
elektronik yang dapat mendeteksi apakah sebuah benda terbuat dari emas murni
atau emas campuran. Ketika kepala Archimedes terasa suntuk karena terlalu
banyak berpikir, maka ia pun mandi dan masuk ke dalam bak mandi yang terisi
penuh oleh air. Saat ia berendam dalam bak mandinya, ia melihat air di dalam bak
mandinya tertumpah keluar sebanding dengan besar tubuhnya. Archimedes pun
akhirnya menyadari bahwa efek yang terjadi ini dapat digunakan untuk
menghitung volume dan isi dari mahkota tersebut. Dengan membagi berat
mahkota dengan volume air yang dipindahkan, ia pun memperoleh kerapatan dan
berat jenis dari mahkota Raja Hiero II. Dari hasil penemuannya ini terbuktilah
bahwa mahkota tersebut terbuat dari emas campuran. Dari peristiwa penemuannya
ini, ia menemukan sebuah hukum yang disebut hukum Archimedes. Hukum
Archimedes terjadi karena adanya gaya apung pada zat cair, dimana gaya apung
yang terjadi disebabkan oleh tekanan pada tiap bagian permukaan benda yang
bersentuhan dengan zat cair (fluida) pada kedalaman yang berbeda. Tekanan pada
zat cair akan bertambah terhadap kedalaman. Semakin dalam zat cair, maka
semakin besar pula tekanan zat cair tersebut. Zat cair yang berada dibagian bawah
benda mempunyai tekanan yang lebih besar daripada zat dibagian atas benda.
Hukum Archimedes didefinisikan sebagai suatu prinsip tentang pengapungan
benda yang terjadi di atas zat cair. Saat suatu benda tercelup sepenuhnya atau
36
sebagian sisinya di dalam fluida, fluida tersebut akan memberikan gaya apung
(gaya ke atas) pada benda yang tercelup tersebut, dimana besar gaya apung sama
dengan berat fluida (zat cair) yang dipindahkan. Gaya apung yang terjadi pada
benda merupakan selisih dari gaya yang bekerja pada benda jika benda dicelupkan
atau berada dalam zat cair. Berat benda yang berada di dalam zat cair akan terasa
lebih ringan dibandingkan dengan berat benda saat di udara. Pada peristiwa ini
sebenarnya bukan karena berat benda di dalam air menjadi berkurang,
sesungguhnya gaya tarik bumi terhadap benda besarnya tetap, hanya saja zat cair
mengadakan gaya yang arahnya ke atas pada setiap benda yang tercelup di
dalamnya. Hal inilah yang menyebabkan berat benda seakan-akan berkurang.
Sesuai bunyi hukum Archimedes yaitu sebuah benda yang dicelupkan ke dalam
zat cair baik sebagian ataupun seluruhnya akan mengalami gaya ke atas (gaya
apung) sebesar zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. Misalnya dapat kita
lihat pada air yang memiliki volume tertentu, apabila sebuah benda dimasukkan
ke dalam air tersebut, maka permukaan air akan terdesak dan naik. Dengan kata
lain, berat benda seolah-olah menjadi berkurang yang disebabkan oleh adanya
gaya ke atas atau yang disebut hukum Archimedes (Agusni, 2015).
Pada hukum Archimedes, apabila benda dicelupkan ke dalam air, maka ada tiga
peristiwa yang berkemungkinan terjadi yaitu : a) Benda tenggelam, sebuah benda
dikatakan tenggelam di dalam zat cair (fluida) jika posisi benda selalu berada di dasar
tempat zat cair tersebut berada. Pada benda tenggelam terdapat tiga gaya yaitu W =
gaya benda, Fa = gaya archimedes dan N = gaya normal bidang. Dimana dalam
keadaan seimbang W = N + Fa, sehingga W > Fa, yang artinya benda akan tenggelam
di dalam zat cair apabila berat benda (W) lebih besar dari gaya apung (F a); b) Benda
melayang, sebuah benda dikatakan melayang di dalam zat cair (fluida) apabila posisi
benda di bawah permukaan zat cair dan di atas dasar tempat zat cair berada. Pada
benda melayang terdapat dua gaya yaitu F a = gaya archimedes dan W = gaya benda.
Dimana dalam keadaan seimbang W = Fa, yang artinya benda akan berada pada posisi
melayang di dalam zat cair jika berat benda (W) sama dengan gaya apung (F a); c)
Benda terapung, sebuah benda dikatakan terapung di dalam zat cair (fluida) apabila
posisi benda sebagian
37
muncul pada permukaan atas fluida (zat cair) dan sebagian lagi terbenam dalam zat
cair. Pada benda terapung terdapat dua gaya yaitu F a = gaya archimedes dan W
= gaya benda. Dimana dalam keadaan terapung W < Fa, yang artinya benda akan
berada pada posisi terapung apabila berat benda (W) lebih kecil dari gaya ke atas
(Fa) (Jawet, 2010).
Massa jenis diperlukan dalam perhitungan dengan hukum Archimedes. Massa
jenis ialah kuantitas (angka) yang menunjukkan massa tiap satuan volume suatu
zat. Massa jenis pun menjadi salah satu sifat dari suatu zat sebab setiap zat yang
berbeda, berbeda pula massa jenisnya. Misalnya pada produk yang biasa diukur
massa jenisnya seperti susu, oli, minyak goreng, air mineral telah memiliki
standar massa jenis yang sudah ditetapkan yang menggambarkan kualitas dari zat
cair tersebut. Hidrometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui
massa jenis suatu zat cair. Hidrometer mempunyai prinsip kerja yang berdasarkan
pada hukum Archimedes. Dimana pada prinsip kerja tersebut, jika semakin rendah
kerapatan zat cair, maka hidrometer akan semakin tenggelam pula. Namun pada
perkembangannya, hidrometer hingga kini sangatlah langkah keberadaannya.
Meskipun masih dapat dijumpai, namun pemakaiannya terbatas untuk keperluan
industri dan penelitian di laboratorium saja. Sehingga, pada saat pengukuran nilai
suatu massa jenis masih banyak yang memakai metode konvensional yaitu dengan
menghitung massa dibagi volume serta menerapkan hukum Archimedes (Setyo,
2015).
Dengan mempelajari hukum Arcimedes beberapa manfaat dalam kehidupan
sehari-hari yang kita dapat yaitu untuk teknologi perkapalan dimana kapal laut
tidak tenggelam di dalam laut, padahal massa jenis besi lebih besar dari massa
jenis air. Hal ini karena pada bagian tengah kapal laut memiliki rongga udara yang
bertujuan menampung udara sebanyak-banyaknya agar volume kapal dapat
semakin besar dan menjadikan massa jenis kapal menjadi lebih kecil dari massa
jenis air. Selain itu juga pada pembuatan jembatan ponton, hukum Archimedes
sangat dibutuhkan. Dengan menyusun drum-drum kosong yang ditutup supaya air
tidak dapat masuk menjadikan massa jenis drum menjadi lebih kecil dari massa
jenis air, sehingga drum dapat terapung. Juga pada balon udara diperlukan prinsip
38
Archimedes. Hukum Archimedes tidak hanya berlaku pada zat cair saja, tetapi
pada fluida yang artinya semua zat seperti zat cair dan gas yang bisa mengalir
dapat memanfaatkan prinsip ini. Balon udara dapat terbang itu disebabkan oleh
massa jenis gas yang diisi kedalam balon lebih kecil daripada massa jenis udara di
atmosfer, menjadikannya terangkat ke atas (Abdullah, 2016).
B. Tujuan
Tujuan Praktikum Fisika Dasar dengan materi Hukum Arcimedes, yaitu :
1. Menentukan massa jenis zat cair berdasarkan hukum Archimedes.
2. Membuktikan peristiwa tenggelam, terapung, dan melayang.
D. Cara Kerja
Percobaan 1
Cara kerja pada percobaan pertama pada praktikum Fisika Dasar dengan materi
Hukum Archimedes, yaitu :
1. Mersiapkan air sebanyak 440 ml (2 gelas aqua), kemudian memasukannya ke
dalam gelas capcin atau pada wadah lain dengan jenis, diameter serta volume
yang sama (volume awal) dan setelah itu menimbangnya (mair).
2. Mempersiapkan batu sebagai bahan untuk mengukur massa benda dengan
menimbang batu tersebut terlebih dahulu (mbenda).
3. Mempersiapkan wadah penyangga untuk mengikat batu tersebut dengan
menggunakan benang, kemudian menggantung batu pada penyangga.
4. Memasukan batu yang telah digantung pada penyangga secara perlahan ke
dalam gelas capcin dengan keadaan batu seperti peristiwa melayang di dalam
air pada capcin.
5. Menandai ketinggian air pada saat batu berada di dalam gelas capcin
menggunakan spidol, lalu kemudian mengangkat kembali batu tersebut.
6. Menambahkan air hingga batas yang telah ditandai menggunakan spidol.
39
Cara kerja pada percobaan kedua pada praktikum Fisika Dasar dengan materi
Hukum Archimedes, yaitu :
1. Mempersiapkan gelas capcin atau pada wadah lain dengan jenis, diameter serta
volume yang sama dan telur sebanyak 5 buah serta garam secukupnya sesuai
perlakuan.
2. Memasukan air sebanyak 220 ml (1 gelas aqua) pada masing–masing gelas
capcin.
3. Memberikan perlakuan yaitu :
P1 = Capcin hanya berisi air 220 ml,
P2 = Capcin berisi air 220 ml + garam 2 sendok,
P3 = Capcin berisi air 220 ml + garam 4 sendok,
P4 = Capcin berisi air 220 ml + garam 6 sendok,
P5 = Capcin berisi air 220 ml + garam 8 sendok,
Lalu mengaduk masing – masing hingga rata.
4. Memasukan telur pada masing–masing perlakuan, kemudian mengamati
peristiwa yang terjadi.
5. Menghitung massa jenis larutan, peningkatan massa jenis pada setiap bahan
dan mengukur ketinggian telur dari permukaan capcin.
40
E. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Hasil Pengamatan Hukum Archimedes Gaya Apung dan Massa Jenis
Benda
No mbenda Wudara mair Wair FA Vo Vt Vb ρb
3 3)
(Kg) (N) (Kg) (N) (N) (ml) (ml) (m ) (Kg/m
1 0,35 3,5 0,440 2,7 0,8 440 520 0,00008 4375
Tabel 4. Hasil Pengamatan Peristiwa Hukum Archimedes
F. Pembahasan
Berdasarakan percobaan mengenai mengenai Hukum Archimedes gaya apung
dan massa jenis benda menggunakan percobaan sebuah batu yang diikat dan
digantungkan pada neraca pegas kemudian dicelupkan dalam air dapat diperoleh
data seperti pada tabel.
Gambar 25. Percobaan Sebelum Batu Gambar 26. Percobaan Setelah Batu
Dicelupkan Dicelupkan
Sumber : Dok. Pribadi Sumber : Dok. Pribadi
Pada hasil pengamatan percobaan pertama dapat diketahui bahwa massa benda
sebesar 0,35 kg, berat di udara sebesar 3,5 N, massa air sebesar 0,440 kg, berat di
air sebesar 2,7 N, gaya ke atas yang dihasilkan sebesar 0,8 N. Adapun volume
awal air sebesar 440 ml, volume air setelah ditambahkan sebesar 520 ml, volume
41
3
benda yang diperoleh sebesar 0,00008 m , dan massa jenis benda yang diperoleh
3
adalah sebesar 4375 kg/m .
Pada hasil pengamatan percobaan pertama batu ditimbang dengan timbangan buah
sehingga diperoleh massa batu sebesar 0,35 kg kemudian mengukur juga air dalam
gelas capcin sebanyak 440 ml. Air dalam gelas capcin kemudian ditimbang sehingga
diperoleh massa air dalam gelas capcin sebesar 0,448 kg dikurang massa gelas 0,008
kg, jadi massa air saja adalah 0,440 kg. Batu kemudian digantung menggunakan tali
dan dicelupkan ke dalam air yang berada dalam gelas capcin sehingga ketinggian air
menjadi bertambah. Dari percobaan tersebut diperoleh volume air setelah
ditambahkan menjadi 520 ml. Untuk memperoleh W uadara cara yang dilakukan
dengan mengalikan massa benda dengan percepatan gravitasi yaitu 0,35 kg dikali 10
2
10 m/s sehingga diperoleh hasil 3,5 N untuk W uadara. Untuk mencari nilai volume
benda dengan cara mengurangi volume akhir dari percobaan dengan volume awal air
yaitu 520 ml - 440 ml sehingga diperoleh hasil untuk volume benda 80 ml = 0,00008
3
m . Sedangkan untuk mencari besar gaya apung (F A) adalah dengan cara mengalikan
ρair dengan volume benda yaitu 1000 kg/m 3 dikali 0,00008 m3 sehingga diperoleh
hasil sebesar 0,8 N. Untuk mencari nilai W air (berat air) adalah dengan cara
mengurangi berat udara dengan besar gaya apung yaitu 3,5 N – 0,8 N sehingga
diperoleh berat air sebesar 2,7 N. Dan untuk
ρbenda
mencari adalah dengan cara membagi massa benda dengan volume benda
3 3
yaitu 0,35 kg dibagi 0,00008 m sehingga diperoleh ρbenda sebesar 4.375 kg/m .
Adapun hasil perhitungan pada pengamatan percobaan pertama, yaitu :
a. Diketahui : Mbenda = 0,35 kg b. Diketahui : Vo = 440 ml
Mair = 0,440 kg Vt = 520 ml
Vo = 440 ml Ditanya : Vb ?
Vt = 520 ml Jawab : Vb = Vt – Vo
Ditanya : Wuadara ? = 520 – 440
Jawab : 3
= 80 ml = 0,00008 m
Wuadara = Mbenda x percepatan gravitasi
2
= 0,35kg x 10 m/s
= 3,5 N
42
Gambar 27. Telur Dicelup Gambar 28. Telur Dicelup Gambar 29. Telur Dicelup
dalam Air Biasa dalam Air + Garam 2 dalam Air + Garam 4
Sumber : Dok. Pribadi Sendok Sendok
Sumber : Dok. Pribadi Sumber : Dok. Pribadi
Gambar 30. Telur Dicelup dalam Air + Gambar 31. Telur Dicelup dalam Air +
Garam 6 Sendok Garam 8 Sendok
Sumber : Dok. Pribadi Sumber : Dok. Pribadi
43
Vlarutan = 247 ml
Dit : ρlarutan?
3 3
Jawab : ρb = Mlarutan = 248 gr = 1,004 gr/cm = 1.004 kg/m
Vlaruatan 247 ml
∆ρ = ρb – ρair
3
= 1.004 - 1000 = 4 kg/m
c. Percobaan dengan menggunakan air + 4 sendok garam
Dik : Mlarutan (garam 4 sendok + air) = 276 gr
Vlarutan = 260 ml
Dit : ρlarutan?
3 3
Jawab : ρb = Mlarutan = 276 gr = 1,061 gr/cm = 1.061 kg/m
Vlaruatan 260 ml
∆ρ = ρb – ρair
3
= 1.061 - 1000 = 61 kg/m
d. Percobaan dengan menggunakan air + 6 sendok garam
Dik : Mlarutan (garam 6 sendok + air) = 304 gr
Vlarutan = 275 ml
Dit : ρlarutan?
3 3
Jawab : ρb = Mlarutan = 304 gr = 1,105 gr/cm = 1.105 kg/m
Vlaruatan 275 ml
∆ρ = ρb – ρair
3
= 1.105 - 1000 = 105 kg/m
e. Percobaan dengan menggunakan air + 8 sendok garam
Dik : Mlarutan (garam 8 sendok + air) = 332 gr
Vlarutan = 295 ml
Dit : ρlarutan?
3 3
Jawab : ρb = Mlarutan = 332 gr = 1,125 gr/cm = 1.125 kg/m
Vlaruatan 295 ml
∆ρ = ρb – ρair
3
= 1.125 - 1000 = 125 kg/m
Dari pengamatan percobaan kedua dapat diketahui bahwa untuk mencari massa
jenis larutan dapat dilakukan dengan cara melakukan perhitungan sesuai dengan
rumus yang sudah ditentukan yaitu membagikan massa larutan dengan volume
larutan tersebut dan untuk mengetahui peningkatan massa jenis pada tiap larutan
45
dapat dilakukan dengan mengurangi massa jenis tiap larutan dengan massa jenis air
biasa. Pada percobaan dengan air biasa, massa larutan sebesar 220 gr dibagi volume
3
larutan sebesar 220 ml sehingga diperoleh massa jenis larutan sebesar 1 gr/cm =
3 3
1000 kg/m kemudian mengurangkan massa jenis larutan sebesar 1000 kg/m dengan
3
massa jenis air 1000 kg/m sehingga diperoleh peningkatan massa jenis air sebesar 0
3
kg/m yang artinya tidak ada peningkatan. Pada percobaan air + garam 2 sendok,
massa larutan sebesar 248 gr dibagi volume larutan sebesar 247 ml sehingga
3 3
diperoleh massa jenis larutan sebesar 1,004 gr/cm = 1.004 kg/m kemudian
3
mengurangkan massa jenis larutan sebesar 1.004 kg/m dengan massa jenis air 1000
3 3
kg/m sehingga diperoleh peningkatan massa jenis air sebesar 4 kg/m . Pada
percobaan air + garam 4 sendok, massa larutan sebesar 276 gr dibagi volume larutan
3
sebesar 260 ml sehingga diperoleh massa jenis larutan sebesar 1,061 gr/cm = 1.061
3 3
kg/m kemudian mengurangkan massa jenis larutan sebesar 1.061 kg/m dengan
3
massa jenis air 1000 kg/m sehingga diperoleh peningkatan massa jenis air sebesar 61
3
kg/m . Pada percobaan air + garam 6 sendok, massa larutan sebesar 304 gr dibagi
volume larutan sebesar 275 ml sehingga diperoleh massa jenis larutan sebesar 1,105
3 3
gr/cm = 1.105 kg/m kemudian mengurangkan massa jenis larutan sebesar 1.105
3 3
kg/m dengan massa jenis air 1000 kg/m sehingga diperoleh peningkatan massa jenis
3
air sebesar 105 kg/m . Pada percobaan air + garam 8 sendok, massa larutan sebesar
332 gr dibagi volume larutan sebesar 295 ml sehingga diperoleh massa jenis larutan
3 3
sebesar 1,125 gr/cm = 1.125 kg/m kemudian mengurangkan massa jenis larutan
3 3
sebesar 1.125 kg/m dengan massa jenis air 1000 kg/m sehingga diperoleh
3
peningkatan massa jenis air sebesar 125 kg/m . Dari percobaan di atas juga dapat
diketahui ketinggian telur dari permukaan gelas capcin juga berbeda-beda tergantung
kadar garam pada air. Semakin tinggi kadar garam dalam air semakin tinggi pula telur
mengapung karena massa jenis air semakin besar dari massa jenis benda (telur).
Terlihat dari percobaan yang dilakukan di atas bahwa telur yang dicelup dalam air
biasa hanya mencapai ketinggian 4 cm sedangkan telur lain yang dicelupkan dalam
air garam masing-masing 2, 4, 6, dan 8 sendok mencapai ketinggian 9 cm, 10,5 cm,
11 cm, dan 11,8 cm. Tampak perbedaan yang cukup signifikan. Selain itu, peristiwa
yang
46
terjadi pada telur yang dicelup dalam air biasa dan dalam air garam juga berbeda-
beda. Pada telur yang dicelupkan dalam air biasa mengalami peristiwa tenggelam,
sedangkan pada telur yang dicelup dalam air garam mengalami peristiwa
melayang dan terapung. Hal ini terjadi karena pada saat air diberi garam, maka
massa jenisnya akan bertambah sehingga massa jenis air akan lebih besar dari
massa jenis telur sehingga air akan mendorong telur ke atas dengan gaya apung
lebih besar dari berat telur (W). Sedangkan pada air biasa, massa jenis air tawar
lebih kecil dari massa jenis telur, oleh karena itu air tidak dapat mendorong telur
naik ke permukaan sebab gaya apung yang diberi lebih kecil dari berat telur (W).
G. Kesimpulan
Hukum Archimedes didefinisikan sebagai suatu prinsip tentang pengapungan
yang terjadi di atas zat cair. Saat suatu benda tercelup sepenuhnya atau sebagian
sisinya di dalam fluida, fluida tersebut akan memberikan gaya apung (gaya ke
atas) pada benda yang tercelup tersebut, dimana besar gaya apung sama dengan
berat fluida (zat cair) yang dipindahkan. Untuk menentukan massa jenis fluida
dengan adalah dengan dengan menghitung massa dibagi volume serta menerapkan
hukum Archimedes.
Dalam percobaan hukum Archimedes terdapat tiga peristiwa antara lain : a)
Benda tenggelam, suatu benda jatuh hingga dasar air karena massa jenis benda
dari massa jenis air. Misalnya batu dan pasir di dalam air; b) Benda terapung,
suatu benda dikatakan terapung bila benda tersebut berada dipermukaan air karena
massa benda lebih kecil daripada massa jenis air. Misalnya gabus, botol plastik,
dan perahu yang berada di permukaan air; c) Benda melayang, suatu benda
dikatakan melayang jika benda tersebut berada di atas permukaan air dan di dasar
air karena massa benda tersebut sama dengan massa jenis air. Misalnya seperti
kapal selam.
H. Daftar Pustaka
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Agusni, Ayu. 2015. Fisika Dasar Tentang Penerapan Hukum Archimedes. Aceh :
Politeknik Indonesia Venezuela.
47
Jawet, Serway. 2010. Fisika Dasar Untuk Sains dan Teknik Edisi 6 jilid 1.
Jakarta : Salemba Teknika.
Late, Maksem Niksoni, dkk.. 2017. Peningkatan Pemahaman Konsep Tekanan
Hidrostatis dan Hukum Archimedes Siswa SMP. Jurnal Pendidikan 02
(09) : 1215-1219 (Journal.um.ac.id) Diakses pada 19 April 2020.
Setyo, N. 2015. Analisis Pemahaman Siswa SMA Terhadap Fluida pada Hukum
Archimedes. Jurnal Fisika 05 (01) : 375-379
(http://journal.unnes.ac.id) Diakses pada 19 April 2020.
Surtono, A. 2015. Desain dan Realisasi Alat Ukur Massa Jenis Zat Cair
Berdasarkan Hukum Archimedes. Jurnal MIPA Fisika 11 (01) : 9-15.
(journal.fmipa. unila.ac.id) Diakses pada 19 April 2020.
48
LAMPIRAN
Date 2020-06-06
Words 998
Characters 6643
0% 100%
Archimedes merupakan seorang Yunani kuno yang menemukan cara dan rumus
untuk menghitung benda yang tidak memiliki bentuk baku. Archimedes lahir di
kota Syracuse, Sisilia pada tahun 287 SM dan meninggal pada tahun 212 SM.
Beliau dijuluki sebagai Bapak Eksperimen, karena mendasarkan pada
penemuannya melalui percobaannya. Penemuannya ini terjadi saat Raja Hiero
II tidak mempercayai pembuatan mahkota miliknya yang diperkirakan dicampur
dengan perak. Maka Raja Hiero II pun memanggil Archimedes untuk mencari
tahu kebenarannya. Berhari-hari Archimedes berpikir keras, ia tidak tahu cara
membuktikan kecurangan pandai emas itu. Pada waktu itu belum ada alat
elektronik yang dapat mendeteksi apakah sebuah benda terbuat dari emas murni
atau emas campuran. Ketika kepala Archimedes terasa suntuk karena terlalu
banyak berpikir, maka ia pun mandi dan masuk ke dalam bak mandi yang terisi
penuh oleh air. Saat ia berendam dalam bak mandinya, ia melihat air di dalam bak
mandinya tertumpah keluar sebanding dengan besar tubuhnya. Archimedes pun
akhirnya menyadari bahwa efek yang terjadi ini dapat digunakan untuk
menghitung volume dan isi dari mahkota tersebut. Dengan membagi berat
mahkota dengan volume air yang dipindahkan, ia pun memperoleh kerapatan dan
berat jenis dari mahkota Raja Hiero II. Dari hasil penemuannya ini terbuktilah
bahwa mahkota tersebut terbuat dari emas campuran. Dari peristiwa penemuannya
ini, ia menemukan sebuah hukum yang disebut hukum Archimedes. Hukum
Archimedes terjadi karena adanya gaya apung pada zat cair, dimana gaya apung
yang terjadi disebabkan oleh tekanan pada tiap bagian permukaan benda yang
bersentuhan dengan zat cair (fluida) pada kedalaman yang berbeda. Tekanan pada
zat cair akan bertambah terhadap
49
kedalaman. Semakin dalam zat cair, maka semakin besar pula tekanan zat cair
tersebut. Zat cair yang berada dibagian bawah benda mempunyai tekanan yang
lebih besar daripada zat dibagian atas benda. Hukum Archimedes didefinisikan
sebagai suatu prinsip tentang pengapungan benda yang terjadi di atas zat cair. Saat
suatu benda tercelup sepenuhnya atau sebagian sisinya di dalam fluida, fluida
tersebut akan memberikan gaya apung pada benda yang tercelup tersebut, dimana
besar gaya apung sama dengan berat fluida yang dipindahkan. Gaya apung yang
terjadi pada benda merupakan selisih dari gaya yang bekerja pada benda jika
benda dicelupkan atau berada dalam zat cair. Berat benda yang berada di dalam
zat cair akan terasa lebih ringan dibandingkan dengan berat benda saat di udara.
Pada peristiwa ini sebenarnya bukan karena berat benda di dalam air menjadi
berkurang, sesungguhnya gaya tarik bumi terhadap benda besarnya tetap, hanya
saja zat cair mengadakan gaya yang arahnya ke atas pada setiap benda yang
tercelup di dalamnya. Hal inilah yang menyebabkan berat benda seakan-akan
berkurang. Sesuai bunyi hukum Archimedes yaitu sebuah benda yang dicelupkan
ke dalam zat cair baik sebagian ataupun seluruhnya akan mengalami gaya ke atas
sebesar zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. Misalnya dapat kita lihat
pada air yang memiliki volume tertentu, apabila sebuah benda dimasukkan ke
dalam air tersebut, maka permukaan air akan terdesak dan naik. Dengan kata lain,
berat benda seolah-olah menjadi berkurang yang disebabkan oleh adanya gaya ke
atas atau yang disebut hukum Archimedes Pada hukum Archimedes, apabila
benda dicelupkan ke dalam air, maka ada tiga peristiwa yang berkemungkinan
terjadi yaitu : a) Benda tenggelam, sebuah benda dikatakan tenggelam di dalam
zat cair jika posisi benda selalu berada di dasar tempat zat cair tersebut berada.
Pada benda tenggelam terdapat tiga gaya yaitu W = gaya benda, Fa= gaya
archimedes dan N = gaya normal bidang. Dimana dalam keadaan seimbang W
= N + Fa, sehingga W > Fa, yang artinya benda akan tenggelam di dalam zat cair
apabila berat benda (W) lebih besar dari gaya apung (Fa); b) Benda melayang,
sebuah benda dikatakan melayang di dalam zat cair (fluida) apabila posisi benda
di bawah permukaan zat cair dan di atas dasar tempat zat cair berada. Pada benda
melayang terdapat dua gaya yaitu Fa = gaya archimedes dan W = gaya benda.
Dimana dalam keadaan seimbang W = Fa, yang artinya benda akan berada pada
posisi melayang di dalam zat cair jika berat benda (W)
50
sama dengan gaya apung (Fa); c) Benda terapung, sebuah benda dikatakan
terapung di dalam zat cair (fluida) apabila posisi benda sebagian muncul pada
permukaan atas fluida (zat cair) dan sebagian lagi terbenam dalam zat cair. Pada
benda terapung terdapat dua gaya yaitu Fa = gaya archimedes dan W = gaya
benda. Dimana dalam keadaan terapung W < Fa, yang artinya benda akan berada
pada posisi terapung apabila berat benda (W) lebih kecil dari gaya ke atas (Fa)
Massa jenis diperlukan dalam perhitungan dengan hukum Archimedes. Massa
jenis ialah kuantitas yang menunjukkan massa tiap satuan volume suatu zat. Massa
jenis pun menjadi salah satu sifat dari suatu zat sebab setiap zat yang berbeda,
berbeda pula massa jenisnya. Misalnya pada produk yang biasa diukur massa
jenisnya seperti susu, oli, minyak goreng, air mineral telah memiliki standar massa
jenis yang sudah ditetapkan yang menggambarkan kualitas dari zat cair tersebut.
Hidrometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui massa jenis
suatu zat cair. Hidrometer mempunyai prinsip kerja yang berdasarkan pada hukum
Archimedes. Dimana pada prinsip kerja tersebut, jika semakin rendah kerapatan
zat cair, maka hidrometer akan semakin tenggelam pula. Namun pada
perkembangannya, hidrometer hingga kini sangatlah langkah keberadaannya.
Meskipun masih dapat dijumpai, namun pemakaiannya terbatas untuk keperluan
industri dan penelitian di laboratorium saja. Sehingga, pada saat pengukuran nilai
suatu massa jenis masih banyak yang memakai metode konvensional yaitu dengan
menghitung massa dibagi volume serta menerapkan hukum Archimedes Dengan
mempelajari hukum Arcimedes beberapa manfaat dalam kehidupan sehari-hari
yang kita dapat yaitu untuk teknologi perkapalan dimana kapal laut tidak
tenggelam di dalam laut, padahal massa jenis besi lebih besar dari massa jenis air.
Hal ini karena pada bagian tengah kapal laut memiliki rongga udara yang
bertujuan menampung udara sebanyak-banyaknya agar volume kapal dapat
semakin besar dan menjadikan massa jenis kapal menjadi lebih kecil dari massa
jenis air. Selain itu juga pada pembuatan jembatan ponton, hukum Archimedes
sangat dibutuhkan. Dengan menyusun drum- drum kosong yang ditutup supaya air
tidak dapat masuk menjadikan massa jenis drum menjadi lebih kecil dari massa
jenis air, sehingga drum dapat terapung. Juga pada balon udara
diperlukanprinsipArchimedes.
48
A. Dasar Teori
Azas Black merupakan salah satu bentuk prinsip hukum fisika yang berkaitan
dengan suhu suatu zat yang saling bercampur atau bersentuhan. Secara singkat, dapat
dijabarkan sebagai jumlah kalor yang diterima yang diterima oleh suatu benda sama
dengan jumlah kalor yang dilepas oleh benda lainnya. Azas Black juga dapat
didefinisikan sebagai kaidah yang berasal dari hukum kekekalan energi, yaitu dimana
jumlah seluruh energi selalu tetap. Azas Black diperkenalkan oleh seorang fisikawan
asal Inggris yang bernama Joseph Black, ia adalah orang pertama yang mengukur
kalor yang dilepas oleh suatu benda sama dengan kalor yang diterima jika kedua
benda saling bersentuhan. Azas ini menjabarkan beberapa poin diantaranya, yaitu : a)
Apabila dua buah benda yang berbeda suhunya saling bersentuhan atau dicampurkan,
benda yang panas akan memberi kalor pada benda yang dingin sehingga akhirnya
kedua benda memiliki suhu yang sama; b) Jumlah kalor yang diserap oleh benda yang
memiliki suhu rendah (dingin) sama dengan jumlah kalor yang dilepas oleh benda
yang suhunya tinggi (panas); c) Benda yang didinginkan akan melepaskan kalor yang
sama besarnya dengan kalor yang diserap oleh benda yang dipanaskan. Adapun bunyi
dari Azas Black adalah pada percampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas oleh
zat dengan suhu yang lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima oleh
zat dengan suhu yang lebih rendah. Azas Black juga membuktikan bahwa setiap
benda akan menyerap kalor yang berbeda untuk menaikkan suhunya sebanyak 1º.
Untuk mengukur jumlah kalor, baik yang dilepas atau diterima suatu zat dapat
menggunakan alat yang disebut kalorimeter yang mana diciptakan oleh Joseph Black
sendiri. Jumlah kalor yang dilepas atau diterima zat pada setiap perpindahan energi
berbeda, diantaranya : a) Qlepas = Qterima, artinya jumlah kalor yang dilepas oleh zat
sama dengan jumlah kalor yang diterima oleh zat; b) Q lepas > Qterima, artinya jumlah
kalor yang dilepas oleh suatu zat lebih besar dari jumlah kalor yang diterima zat pada
perpindahan energi; c) Qlepas < Qterima, artinya jumlah kalor yang dilepas zat lebih
kecil dari jumlah kalor yang diterima zat pada saat
49
perpindahan energi terjadi. Perpindahan kalor dapat terjadi melalui beberapa cara,
yaitu : a) Konduksi, adalah perpindahan panas melalui zat padat yang tidak ikut
mengalami perpindahan energi. Yang artinya bahwa perpindahan kalor pada zat
tersebut tidak disertai oleh perpindahan partikel-partikelnya; b) Konveksi,
merupakan perpindahan panas melalui aliran yang mana zat perantaranya juga
ikut berpindah. Konveksi dapat terjadi pada zat berbentuk cai dan gas, dimana
pada zat partikel perantara ikut berpindah dan mengakibatkan kalor merambat
sehingga terjadi konveksi; c) Radiasi, merupakan perpindahan kalor secara
langsung tanpa adanya zat perantara, namun biasanya disertai cahaya. Contoh
radiasi panas matahari ke bumi (Zerina, 2010).
Perpindahan kalor dapat terjadi secara konduksi, konveksi ataupun radiasi yang
masing-masing dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi perpindahan kalor secara konduksi, antara lain : a) Perbedaan
suhu (∆T) pada kedua permukaan benda dimana perpindahan kalor semakin cepat
apabila perbedaan suhu semakin besar pula; b) Jarak (tebal) permukaan benda,
dimana semakin besar jarak (tebal) benda akan semakin lama perpindahan kalor
terjadi; c) Luas permukaan benda yang bersangkutan yang menyebabkan kalor
berpindah semakin cepat apabila permukaan benda makin luas ; d) Konduktivitas
termal zat (k) atau kemampuan zat dalam menghantarkan kalor dimana semakin
besar nilai k maka perpindahan kalor yang terjadi juga makin cepat. Perpindahan
kalor secara konveksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : a) Perbedaan
suhu (∆T) dimana apabila perbedaan suhu benda dengan permukaan fluida makin
besar, maka perpindahan kalor juga akan semakin cepat; b) Luas permukaan (A)
dimana kalor akan semakin cepat berpindah apabila luas permukaan benda yang
bersentuhan dengan fluida juga semakin luas; c) Koefisien konveksi (h) dimana
nilai h ini bergantung pada kedudukan permukaan maupun bentuk benda. Dapat
diperoleh melalui suatu percobaan. Sedangkan perpindahan kalor secara radiasi
dipengaruhi oleh faktor yang dinyatakan dalam bentuk hukum Stefan-Boltzman.
Hukum ini menjelaskan tentang bagaimana jenis bahan radiasi, suhu bidang yang
mengalami pancaran kalor dan luas permukaan suatu bidang dapat mempengaruhi
perpindahan kalor (Surya, 2011).
50
Secara umum rumus Azas Black dapat ditulis sebagai berikut : Q lepas = Qterima.
Dimana Qlepas merupakan jumlah kalor yang dilepas oleh zat yang suhunya lebih
tinggi dan Qterima adalah jumlah kalor yang diterima oleh suatu zat. Berikut
merupakan penjabaran dari rumus Azas Black :
Qlepas = Qterima
(M1 x C1) (T1-Ta) = (M2 x C2) (Ta-T2)
Dengan keterangan :
Qlepas : Kalor yang dilepas benda/zat yang memiliki suhu lebih tinggi.
Qterima : Kalor yang diterima benda/zat yang memiliki suhu lebih rendah.
M1 : Massa benda/zat yang memiliki suhu yang lebih tinggi.
C1 : Kalor jenis benda/zat yang memiliki suhu yang lebih tinggi.
T1 : Temperatur/suhu benda yang memiliki tingkat temperatur lebih tinggi.
M2 : Massa benda/zat yang memiliki suhu yang lebih rendah.
C2 : Kalor jenis benda/zat yang memiliki suhu yang lebih rendah.
T2 : Temperatur/suhu benda yang memiliki tingkat temperatur lebih renah.
Ta : Temperatur akhir percampuran kedua zat/benda (Kholifudin, 2017).
Manfaat mempelajari Azas Black dikehidupan sehari-hari salah satunya dapat
membuat kita menjadi tahu bagaimana proses mencairnya es ketika terkena panas.
Dari peristiwa tersebut dapat kita ketahui bahwa jika semakin tinggi suhu suatu
zat atau benda, maka akan semakin banyak pula kalor yang dipunyai benda atau
zat tersebut. Kalor sendiri merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke
benda lain karena adanya perbedaan temperatur atau suhu. Oleh karena itu, ketika
kontak antar benda yang memiliki suhu tinggi dan suhu rendah terjadi, maka
benda dengan suhu tinggi akan melepas kalornya untuk benda dengan suhu yang
lebih rendah. Peristiwa akan berlangsung hingga kedua benda tersebut memiliki
suhu yang seimbang. Yang mana Qlepas = Qterima.. Selain itu, juga kita menjadi
tahu apa saja penerapan Azas Black dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : a) Pada
termos, termos dibuat dengan tabung kaca yang berlapis dimana bagian dalamnya
dibuat mengkilat agar dapat mencegah kalor masuk atau keluar dari dalam termos,
sehingga ketika kita memasukkan air panas ke dalam termos menjadi tidak mudah
dingin. Tabung kaca pada bagian dalam termos berfungsi mencegah kalor keluar
51
secara konduksi. Sedangkan dinding luar termos dibuat mengkilat guna mencegah
perpindahan kalor secara radiasi; b) Rumah kaca, merupakan bangunan tertutup
yang dilengkapi dengan lingkungan yang dapat dikendalikan. Dinding atau atap
rumah kaca terbuat dari kaca dengan tujuan agar saat hari panas, radiasi matahari
dengan panjang gelombang yang pendek dapat masuk dan menembus kaca yang
kemudian akan diserap oleh tanaman didalamnya; c) Energi listik menajdi energi
panas, seperti yang kita ketahui energi dapat diubah bentuknya, seperti pada
setrika, energi listrik yang digunakan untuk menghidupkan setrika akan diubah
menjadi energi panas yang selanjutnya akan dikonduksikan oleh alas besi tebal
pada bagian bawah setrika sehingga dapat digunakan untuk menyetrika baju.
Namun, pada setrika tidak terjadi perpindahan energi secara konveksi atau radiasi;
d) Pipa penukar kalor, pipa ini biasa digunakan pada bidang industri yang
memiliki fungsi untuk memanaskan zat cair atau gas (air atau udara) pada suatu
wadah. Di dalam pipa dialirkan air panas atau udara panas yang merupakan hasil
dari proses pemanasan alat yang disebut boiler. Kemudian pipa ini dimasukkan ke
dalam wadah berisi air atau udara yang dipanaskan sehingga terjadi perpindahan
kalor secara konveksi dan konduksi. Proses ini berlangsung dengan cara air panas
yang dialirkan dalam pipa akan menghantarkan kalor secara konveksi kebagian
dalam pipa, lalu dari bagian dalam pipa kalor akan dihantarkan secara konduksi
pada zat cair atau gas (Ainiyah, 2018).
B. Tujuan
Tujuan Praktikum Fisika Dasar dengan materi Azas Black, yaitu :
1. Menerapkan Azas Black dalam menentukan kalor lebur es.
2. Menentukan besarnya kalor lebur es.
D. Cara Kerja
Cara kerja pada pada praktikum Fisika Dasar dengan materi Azas Black, yaitu :
1. Mempersiapkan gelas capcin sebanyak 2 buah.
2. Menimbang gelas capcin kosong tanpa isi.
3. Memasukan perlakuan pada kedua gelas capcin, antara
lain: Gelas capcin 1 : Air panas sebanyak 220 ml.
Gelas capcin 2 : Air normal sebanyak 220 ml.
4. Menimbang perlakuan gelas capcin 1 kemudian hasilnya dikurangi dengan
berat gelas capcin kosong tanpa isi (m1) dan menimbang perlakuan gelas
capcin 2 lalu hasilnya dikurangi dengan berat gelas capcin kosong tanpa isi
(m2).
5. Mengukur suhu gelas capcin 1 menggunakan thermometer (T1) dan mengukur
suhu gelas capcin 2 menggunakan thermometer (T2).
6. Mencampurkan air panas pada gelas capcin 1 dengan air normal pada gelas
capcin 2, kemudian mengukur suhu campurannya (TC).
7. Menghitung kalor lebur (L), jumlah kalor yang dilepaskan oleh zat (Qlepas) dan
jumlah kalor yang diterima oleh zat (Qterima).
53
E. Hasil Pengamatan
Tabel 5. Hasil Pengamatan Menentukan Kalor Lebur (L)
Percobaan m1 (kg) m2 (kg) T1 T2 Tc Cair Qlepas Qterima L (J/Kg)
o o o o
( C) ( C) ( C) (J/Kg C)
Kelompok 1 0,169 0,199 61 29 37 4200 17.035,2 J 6.686,4 J 33.600
Kelompok 2 0,176 0,21 61 29 37 4200 17.740,8 J 7.056 J 33.600
Kelompok 3 0,186 0,192 61 29 37 4200 18.748,8 J 6.451,2 J 33.600
Kelompok 4 0,152 0,20 61 29 37 4200 15.321,6 J 6.720 J 33.600
F. Pembahasan
Dari hasil percobaan mengenai Azas Black di atas dapat kita ketahui masing-
masing data tiap kelompok seperti yang terdapat di dalam tabel. Dari percobaan
kelompok satu dapat diketahui massa air panas di dalam gelas (m1) sebesar 0,169
kg, massa air normal di dalam gelas (m 2) sebesar 0,199 kg. Suhu awal air panas
o o
(T1) sebesar 61 C, suhu awal air normal sebesar (T2) 29 C, dan ketika kudua zat
cair tersebut dicampurkan maka diperoleh suhu campuran antara air panas dengan
55
o
air normal (TC) sebesar 37 C. Diketahui juga kalor jenis pada air adalah sebesar
o
4200 J/Kg C, kalor yang dilepas air panas (Qlepas) sebesar 17.136 J, dan kalor
yang diterima oleh air normal (Qterima) sebesar 6.686,4 J sehingga diperoleh kalor
lebur dari percampuran kedua zat tersebut (L) sebesar 33.600 J/Kg. Dari
percobaan kelompok dua dapat diketahui massa air panas di dalam gelas (m 1)
sebesar 0,176 kg, massa air normal di dalam gelas (m 2) sebesar 0,21 kg. Suhu
o o
awal air panas (T1) sebesar 61 C, suhu awal air normal sebesar (T 2) 29 C, dan
ketika kudua zat cair tersebut dicampurkan maka diperoleh suhu campuran antara
o
air panas dengan air normal (TC) sebesar 37 C. Diketahui juga kalor jenis pada air
o
adalah sebesar 4200 J/Kg C, kalor yang dilepas air panas (Qlepas) sebesar
17.740,8 J, dan kalor yang diterima oleh air normal (Q terima) sebesar 7.056 J
sehingga diperoleh kalor lebur dari percampuran kedua zat tersebut (L) sebesar
33.600 J/Kg. Dari percobaan kelompok tiga dapat diketahui massa air panas di
dalam gelas (m1) sebesar 0,186 kg, massa air normal di dalam gelas (m 2) sebesar
o
0,192 kg. Suhu awal air panas (T1) sebesar 61 C, suhu awal air normal sebesar
o
(T2) 29 C, dan ketika kudua zat cair tersebut dicampurkan maka diperoleh suhu
o
campuran antara air panas dengan air normal (TC) sebesar 37 C. Diketahui juga
o
kalor jenis pada air adalah sebesar 4200 J/Kg C, kalor yang dilepas air panas
(Qlepas) sebesar 18.748,8 J, dan kalor yang diterima oleh air normal (Qterima)
sebesar 6.451,2 J sehingga diperoleh kalor lebur dari percampuran kedua zat
tersebut (L) sebesar 33.600 J/Kg. Dari percobaan kelompok empat dapat diketahui
massa air panas di dalam gelas (m1) sebesar 0,152 kg, massa air normal di dalam
o
gelas (m2) sebesar 0,20 kg. Suhu awal air panas (T 1) sebesar 61 C, suhu awal air
o
normal sebesar (T2) 29 C, dan ketika kudua zat cair tersebut dicampurkan maka
o
diperoleh suhu campuran antara air panas dengan air normal (T C) sebesar 37 C.
o
Diketahui juga kalor jenis pada air adalah sebesar 4200 J/Kg C, kalor yang
dilepas air panas (Qlepas) sebesar 15.321,6 J, dan kalor yang diterima oleh air
normal (Qterima) sebesar 6.720 J sehingga diperoleh kalor lebur dari percampuran
kedua zat tersebut (L) sebesar 33.600 J/Kg.
Dari percobaan tentang Azas Black yang dilakukan kita dapat ketahui bahwa
pada peristiwa yang terjadi saat kita mencampurkan air panas ke dalam air normal
56
akan terjadi perpindahan kalor diantara kedua zat tersebut. Dimana air panas yang
memiliki suhu lebih tinggi akan melepaskan kalornya untuk diberikan kepada air
normal yang kemudian diterima oleh air normal yang memiliki suhu lebih rendah.
Percampuran ini akan meyebabkan air percampuran memiliki suhu yang berbeda dari
masing-masing suhu awal kedua zat tersebut. Pada percobaan yang dilakukan ada dua
kemungkinan yang terjadi yaitu Q lepas > Qterima, yang artinya jumlah kalor yang
dilepas oleh suatu zat lebih besar dari jumlah kalor yang diterima zat pada
perpindahan energi atau Qlepas < Qterima, yang artinya jumlah kalor yang dilepas zat
lebih kecil dari jumlah kalor yang diterima zat pada saat perpindahan energi terjadi.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan yang terjadi adalah Q lepas > Qterima dapat
dilihat dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan rumus yang telah ditentukan
berdasarkan data pengukuran suhu dan massa zat (air) yang dilakukan.
Dari percobaan Azas Black juga dapat diketahui bahwa Qlepas ≠ Qterima yang
artinya kalor yang dilepas zat tidak sama dengan kalor yang diterima zat saat
terjadi perpindahan energi. Jelas terlihat seperti data ditabel dan perhitungan yang
menunjukkan bahwa Qlepas > Qterima. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor suhu
kedua zat dimana perbedaan suhu kedua zat sangat signifikan. Air panas memiliki
suhu lebih tinggi yaitu 61ºC sedangkan suhu air biasa hanya 29ºC. Akibatnya air
panas melepaskan kalor lebih besar saat dicampurkan ke dalam air biasa. Oleh
karena itu suhu campuran yang diperoleh dari kedua zat tersebut sebesar 37ºC dan
dalam kondisi hangat. Jika suatu zat memiiki suhu yang tinggi maka ia akan
melepaskan kalor untuk menurunkan suhunya sedangkan pada zaat yang memiliki
suhu rendah cenderung menerima kalor dari benda bersuhu tinggi saat terjadi
perpindahan energi agar dapat menaiikan suhunya sehingga suhu diantara kedua
zat menjadi seimbang.
G. Kesimpulan
Dalam penerapan Azas Black untuk menentukan kalor lebus es, maka sebelum
menentukan kalor jenisnya kita perlu mengetahu massa zat. Massa zat yang lebih
tinggi suhunya kita kalikan dengan kalor jenis zat yang suhunya lebih tinggi
setelahnya mengalikan kembali hasil yang didapat dengan suhu zat yang tinggi
temperaturnya yang dikurangi dengan suhu campuran kedua zat. kalor merupakan
57
energi yang berpindah dari benda yang memiliki suhu tinggi kebenda yang
suhunya lebih rendah dengan syarat kedua benda/zat bersentuhan atau bercampur.
Seperti pada saat kita menuangkan air panas ke dalam wadah berisi es batu, maka
kalor dari air panas akan dilepaskan dan diterima oleh es batu. Selanjutnya suhu es
batu akan meningkat dan melebur menjadi air hingga suhu antar es batu dan air
panas menjadi seimbang. pada keadaan ini berlaku Azas Black, yang mana dalam
pengertiannya benda/zat yang paling tinggi suhunya akan memberikan kalor pada
benda/zat dengan suhu yang lebih rendah dan banyak kalor yang diterima sama
dengan jumlah kalor yang diberikan.
Besarnya kalor lebur pada es batu dapat ditentukan dengan cara kalor jenis es
yang diterima dibagi dengan massa es batu (benda yang temperaturnya lebih
rendah). Maka akan diperoleh hasil kalor lebur es.
H. Daftar Pustaka
Ainiyah, Kurrotul. 2018. Bedah Fisika Dsar. Yogyakarta : Deepublish.
Kholifudin, M. Yasin. 2017. Metode Grafik; Solusi Problematika Azaz Black.
Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Fisika 04 (02) : 54-59
(journal.uad.ac.id) Diakses pada 29 April 2020.
Rimadani, dkk. 2015. Identifikasi Kemampuan Penalaran Suhu dan Kalor. Jurnal
Pendidikan 03 (12) : 14-20 (Journal.uma.ac.id). Diakses pada 29 April
2020.
Soedojo, Peter. 2010. Azas-Azas Ilmu Fisika Jilid 4 ; Fisika Modern. Yogyakarta :
UGM PRESS.
Surya, Yohanes. 2011. Suhu dan Termodinamika. Tangerang : PT. Kandel.
Zerina, E.. 2010. Perpindahan Suhu dan Kalor Jenis. Jurnal Pembelajaran Fisika
11 (04) : 12-15 (Journal.unsrat.ac.id) Diakses pada 29 April 2020.
58
LAMPIRAN
Date 2020-06-06
Characters 6150
2% 98%
Words 901
Azas Black merupakan salah satu bentuk prinsip hukum fisika yang berkaitan
dengan suhu suatu zat yang saling bercampur atau bersentuhan. Secara singkat,
dapat dijabarkan sebagai jumlah kalor yang diterima yang diterima oleh suatu
benda sama dengan jumlah kalor yang dilepas oleh benda lainnya. Azas Black
juga dapat didefinisikan sebagai kaidah yang berasal dari hukum kekekalan energi,
yaitu dimana jumlah seluruh energi selalu tetap. Azas Black diperkenalkan oleh
seorang fisikawan asal Inggris yang bernama Joseph Black, ia adalah orang
pertama yang mengukur kalor yang dilepas oleh suatu benda sama dengan kalor
yang diterima jika kedua benda saling bersentuhan. Azas ini menjabarkan
beberapa poin diantaranya, yaitu : a) Apabila dua buah benda yang berbeda
suhunya saling bersentuhan atau dicampurkan, benda yang panas akan memberi
kalor pada benda yang dingin sehingga akhirnya kedua benda memiliki suhu yang
sama; b) Jumlah kalor yang diserap oleh benda yang memiliki suhu rendah
(dingin) sama dengan jumlah kalor yang dilepas oleh benda yang suhunya tinggi
(panas); c) Benda yang didinginkan akan melepaskan kalor yang sama besarnya
dengan kalor yang diserap oleh benda yang dipanaskan. Adapun bunyi dari Azas
Black adalah pada percampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas oleh zat
dengan suhu yang lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima oleh
zat dengan suhu yang lebih rendah. Azas Black juga membuktikan bahwa setiap
benda akan menyerap kalor yang berbeda untuk menaikkan suhunya sebanyak 1º.
Untuk mengukur jumlah kalor, baik yang dilepas atau diterima suatu zat dapat
menggunakan alat yang disebut kalorimeter yang mana diciptakan oleh Joseph
Black sendiri. Jumlah kalor yang dilepas atau diterima zat pada setiap perpindahan
energi berbeda, diantaranya : a) Qlepas = Qterima, artinya jumlah kalor yang
dilepas oleh zat sama dengan jumlah kalor yang diterima oleh zat;
59
b) Qlepas > Qterima, artinya jumlah kalor yang dilepas oleh suatu zat lebih besar
dari jumlah kalor yang diterima zat pada perpindahan energi; c) Qlepas < Qterima,
artinya jumlah kalor yang dilepas zat lebih kecil dari jumlah kalor yang diterima
zat pada saat perpindahan energi terjadi. Perpindahan kalor dapat terjadi melalui
beberapa cara, yaitu : a) Konduksi, adalah perpindahan panas melalui zat padat
yang tidak ikut mengalami perpindahan energi. Yang artinya bahwa perpindahan
kalor pada zat tersebut tidak disertai oleh perpindahan partikel-partikelnya; b)
Konveksi, merupakan perpindahan panas melalui aliran yang mana zat
perantaranya juga ikut berpindah. Konveksi dapat terjadi pada zat berbentuk cai
dan gas, dimana pada zat partikel perantara ikut berpindah dan mengakibatkan
kalor merambat sehingga terjadi konveksi;
c) Radiasi, merupakan perpindahan kalor secara langsung tanpa adanya zat
perantara, namun biasanya disertai cahaya. Contoh radiasi panas matahari ke bumi
(Zerina, 2010). Perpindahan kalor dapat terjadi secara konduksi, konveksi ataupun
radiasi yang masing-masing dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor secara konduksi, antara
lain : a) Perbedaan suhu (?T) pada kedua permukaan benda dimana perpindahan
kalor semakin cepat apabila perbedaan suhu semakin besar pula; b) Jarak (tebal)
permukaan benda, dimana semakin besar jarak (tebal) benda akan semakin lama
perpindahan kalor terjadi; c) Luas permukaan benda yang bersangkutan yang
menyebabkan kalor berpindah semakin cepat apabila permukaan benda makin
luas ; d) Konduktivitas termal zat (k) atau kemampuan zat dalam menghantarkan
kalor dimana semakin besar nilai k maka perpindahan kalor yang terjadi juga
makin cepat. Perpindahan kalor secara konveksi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain : a) Perbedaan suhu (?T) dimana apabila perbedaan suhu benda dengan
permukaan fluida makin besar, maka perpindahan kalor juga akan semakin cepat;
b) Luas permukaan (A) dimana kalor akan semakin cepat berpindah apabila luas
permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida juga semakin luas; c) Koefisien
konveksi (h) dimana nilai h ini bergantung pada kedudukan permukaan maupun
bentuk benda. Dapat diperoleh melalui suatu percobaan. Sedangkan perpindahan
kalor secara radiasi dipengaruhi oleh faktor yang dinyatakan dalam bentuk hukum
Stefan-Boltzman. Hukum yang menjelaskan tentang bagaimana jenis bahan
radiasi, suhu bidang yg mengalami
48
Date 2020-06-06
Words 276
Unique
bagian dalamnya dibuat mengkilat agar dapat mencegah kalor masuk atau keluar
dari dalam termos, sehingga ketika kita memasukkan air panas ke dalam termos
menjadi tidak mudah dingin. Tabung kaca pada bagian dalam termos berfungsi
mencegah kalor keluar secara konduksi. Sedangkan dinding luar termos dibuat
mengkilat untuk mencegah perpindahan kalor secara radiasi;
b) Rumah kaca, merupakan bangunan tertutup yang dilengkapi dengan
lingkungan yang dapat dikendaikan. Dinding atau atap rumah kaca dibuat dari
kaca dengan tujuan agar ketika hari panas, radiasi matahari dengan panjang
gelombang yang pendek dapat masuk dan menembus kaca yang kemudian akan
diserap oleh tanaman didalamnya; c) Energi listik menajdi energi panas, seperti
yang kita ketahui energi dapat diubah bentuknya, seperti pada setrika, energi
listrik yang digunakan untuk menghidupkan setrika akan diubah menjadi energi
panas yang selanjutnya akan dikonduksikan oleh alas besi tebal pada bagian
bawah setrika sehingga dapat digunakan untuk menyetrika baju. Namun, pada
setrika tidak terjadi perpindahan energi secara konveksi maupun radiasi; d) Pipa
penukar kalor, pipa ini biasa digunakan pada bidang industri yang memiliki fungsi
untuk memanaskan zat cair atau gas (air/udara) pada suatu wadah. Di dalam pipa
dialirkan air panas atau udara panas yang merupakan hasil dari proses pemanasan
alat yang disebut boiler. Kemudian pipa ini dimasukkan ke dalam wadah yang
terisi air atau udara yang dipanaskan sehingga terjadi perpindahan kalor secara
konveksi dan konduksi. Proses ini berlangsung dengan cara air panas yang
dialirkan dalam pipa akan menghantarkan kalor secara konveksi ke bagian dalam
pipa, lalu dari bagian dalam pipa kalor akan dihantarkan secara konduksi pada zat
cair atau gas.
58
A. Dasar Teori
Berat jenis adalah tetapan atau konstanta suatu bahan yang dipengaruhi oleh
suhu baik dalam bentuk cair, padat, maupun gas homogen. Berat jenis merupakan
perbandingan berat suatu volume bahan pada suatu temperatur tertentu terhadap
berat air dengan volume yang sama pada benda pada temperatur tersebut. Dalam
artian lain, berat jenis dapat diartikan sebagai perbandingan antara massa jenis
suatu benda terhadap massa jenis air. Berat jenis menunjukkan rasio dari berat
suatu benda terhadap volumenya. Berat jenis mirip dengan massa jenis, namun
bedanya adalah jika massa jenis setiap benda atau zat adalah tetap dengan jenis
benda yang sama, maka berat jenis suatu benda dapat berubah-ubah sesuai dimana
letak benda tersebut terhadap pusat bumi. Hal tersebut dapat terjadi akibat berat
benda relatif berubah-ubah dipermukaan bumi sesuai dengan seberapa besar
percepatan gravitasi bumi. Selain itu juga berat jenis juga merupakan besaran
vektor yang artinya berat jenis memiliki nilai dan arah yang dipengaruhi oleh
besarnya percepatan gaya gravitasi bumi terhadap letak suatu zat atau benda
berada. Sedangkan massa jenis adalah besaran skalar, yang artinya massa jenis
hanya memiliki nilai saja yang mana nilai ini dipengaruhi oleh kelembapan benda
tersebut, sehingga semakin besar massa benda maka akan semakin besar juga
kelembapannya. Dari pengertian berat jenis di atas, dapat diartikan, bahwa berat
jenis merupakan massa jenis realif dari suatu benda yang artinya berat jenis adalah
perbandingan antara berat suatu benda dengan volume benda tersebut. Persamaan
Dengan keterangan :
S = Berat jenis benda
W = Berat benda
V = Volume benda
M = Massa benda
G = Percepatan gravitasi bumi (Kusuma, 2017).
59
Berat jenis dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : a) Massa zat,
dimana apabila massa yang dimiliki suatu zat tersebut besar maka kemungkinan
berat jenis zat tersebut juga menjadi lebih besar; b) Volume zat, dimana apabila
volume suatu zat besar maka berat jenisnya juga akan terpengaruh menjadi besar,
tergantung juga dari massa zat tersbut, yang mana ukuran partikel zat, kekentalan
zat tersbut, dan berat molekul suatu zat akan berpengaruh terhadap berat jenisnya;
c) Gaya gravitasi, gravitasi bumi yang merupakan gaya tarik bumi terhadap segala
benda yang berada di atasnya akan mempengaruhi berat jenis suatu benda. Hal
tersebut dapat terjadi akibat berat benda relatif berubah-ubah dipermukaan bumi
sesuai dengan seberapa besar percepatan gravitasi bumi; d) Temperatur, dimana
suhu akan mempengaruhi berat jenis tergantung dari seberapa tinggi suhu pada zat
atau benda yang diukur berat jenisnya. Jika suhu zat atau benda tinggi akan terjadi
penguapan yang mempengaruhi berat jenis zat atau benda tersbut, demikian pula
yang terjadi apabila suhu benda atau zat rendah maka terjadi pembekuan sehingga
akan kesulitan untuk menghitung berat jenis zat atau benda tersebut. Oleh sebab
itu, suhu yang digunakan untuk menghitung berat jenis adalah pada suhu ruangan
(25º) (Jawet, 2010).
Penerapan terhadap pengukuran berat jenis dalam kehidupan sehari-hari dapat
kita lihat dalam beberapa hal sebagai berikut: a) Penerapan hukum Archimedes
pada teknologi perkapalan dimana kapal laut tidak tenggelam di dalam laut,
meskipun kapal laut memiliki massa jenis lebih besar dari massa jenis air. Hal ini
karena pada bagian tengah kapal laut memiliki rongga udara yang bertujuan
menampung udara sebanyak-banyaknya agar volume kapal dapat semakin besar
dan menjadikan massa jenis kapal menjadi lebih kecil dari massa jenis air; b) Pada
pembuatan jembatan ponton, prinsip berat jenis sangat dibutuhkan. Dengan
menyusun drum-drum kosong yang ditutup supaya air tidak dapat masuk
menjadikan massa jenis drum menjadi lebih kecil dari massa jenis air, sehingga
drum dapat terapung; c) Pada balon udara diperlukan prinsip berat jenis. Balon
udara dapat terbang itu disebabkan oleh massa jenis gas yang diisi kedalam balon
lebih kecil daripada massa jenis udara di atmosfer menjadikannya terangkat ke
atas; d) Hidrometer yang merupakan alat ukur massa jenis benda (Agusni, 2015).
60
B. Tujuan
Tujuan Praktikum Fisika Dasar dengan materi Pengukuran Berat Jenis, yaitu :
1. Mengetahui berat bahan.
2. Mengukur volume bahan.
3. Menghitung massa jenis bahan.
D. Cara Kerja
Cara kerja pada pada praktikum Fisika Dasar dengan materi Pengukuran Berat
Jenis, yaitu :
1. Mempersiapkan 3 jenis buah berbeda (bebas, menyesuaikan dengan yang ada
di lingkungan masing – masing) berukuran sedang cukup untuk dimasukan
kedalam gelas capcin.
2. Mempersiapkan 3 gelas capcin.
3. Menimbang massa gelas capcin tanpa berisi air.
4. Menyiapkan air 220 ml pada setiap gelas capcin kemudian ditimbang.
5. Menimbang massa air pada setiap gelas capcin (X2).
6. Menimbang massa masing - masing buah-buahan (X1).
7. Menimbang massa campuran air dan buah pada setiap gelas capcin (X3).
8. Menghitung volume bahan, berat jenis bahan, dan massa jenis bahan.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 6. Hasil Pengamatan Massa Jenis
No. Nama Bahan X1 (g) X2 (g) X3 (g) Volume Berat Jenis Massa Jenis
3 3 3
Bahan (cm ) Bahan (g/cm ) (g/cm )
1. Pepaya 250 200 500 300 0,83 0,83
2. Jeruk Nipis 100 200 300 100 1 1
3. Jambu Air 50 200 250 50 1 1
61
= =
3 3
= 300 cm = 0,83 g/cm
ρ = =
3
= 0,83 g/cm
= =
3 3
= 100 m = 1 g/cm
ρ ==
3
= 1 g/cm
= =
3 3
= 50 m = 1 g/cm
ρ ==
3
= 1 g/cm
F. Pembahasan
Dari hasil percobaan mengenai Pengukuran Massa Jenis di atas dapat kita
ketahui masing-masing data tiap buah yang diukur seperti yang terdapat di dalam
tabel. Pada buah pepaya diketahui massa buah sebesar 250 gram, massa air
sebesar 200 gram, dan massa campuran (buah pepaya + air + gelas capcin) sebesar
3
500 gram. Diketahui pula volume bahan dari buah pepaya sebesar 300 cm , berat
3
jenis buah pepaya sebesar 0,83 g/cm , dan massa jenis buah pepaya sebesar 0,83
3
g/cm . Pada buah jeruk nipis diketahui massa buah sebesar 100 gram, massa air
sebesar 200 gram, dan massa campuran (buah jeruk nipis + air + gelas capcin)
62
sebesar 300 gram. Diketahui pula volume bahan dari buah jeruk nipis sebesar 100
3 3
cm , berat jenis buah jeruk nipis sebesar 1 g/cm , dan massa jenis buah jeruk nipis
3
sebesar 1 g/cm . Pada buah jambu air diketahui massa buah sebesar 50 gram,
massa air sebesar 200 gram, dan massa campuran (buah jambu air + air + gelas
capcin) sebesar 250 gram. Diketahui pula volume bahan dari buah jambu air
3 3
sebesar 50 cm , berat jenis buah jambu air sebesar 1 g/cm , dan massa jenis buah
3
jambu air sebesar 1 g/cm .
Hubungan antara berat jenis dan massa jenis sangatlah erat. Dimana yang kita
ketahui satuan massa adalah kg, sedangkan berat adalah hasil perkalian dari massa
dengan percepatan gravitasi bumi sehingga diperoleh satuan dari berat adalah
2
kg.m/s maka bisa didapatkan hubugan langsung antara berat jenis dan massa jenis
3
tetapi dengan syarat satuan massa jenis harus kg/m . Apabila satuan massa jenis
3
sudah dalam bentuk kg/m maka didapatkan langsung hubungan keduanya yaitu
dimana berat jenis merupakan hasil perkalian massa jenis dikali dengan
3
percepatan gravitasi dibagi volume yang menghasilkan satuan N/m . Juga dapat
kita ketahui bahwa berat jenis merupakan massa jenis relatif dari suatu bahan.
Yang artinya berat jenis adalah massa jenis benda yang dapat berubah tergantung
pada letak bahan tersebut terhadap pusat bumi sebab dipengaruhi oleh besarnya
gaya tarik bumi terhadap bahan. Massa jenis yaitu perbandingan antara massa
dengan volume zat sedangkan berat jenis adalah perbandingan antar berat dengan
volume benda.
Dari hasil pengamatan massa jenis benda yang dilakukan dapat diketahui
bahwa benda memiliki beberapa sifat berdasarkan massa jensinya, yaitu : a)
Tenggelam, benda dikatakan tenggelam apabila massa jenis benda lebih besar dari
massa jenis air (ρbenda > ρair) dan letak benda berada didasar air; b) Melayang
benda dikatakan melayang, apabila massa jenis benda sama dengan massa jenis air
(ρbenda = ρair) dan letak benda berada di antara permukaan dan dasar air; c)
Terapung, benda dikatakan terapung apabila massa jenis benda lebih kecil dari
massa jenis air (ρbenda < ρair) dan letak benda berada atas permukaan air. Adapun
sifat-sifat bahan yang diuji adalah sebagai berikut :
63
G. Kesimpulan
Untuk mengetahui berat jenis benda, cara yang dilakukan adalah pertama-tama
dengan mengukur berat air sebanyak 220 ml dalam gelas capcin, kemudian
memasukkan buah-buahan (pepaya muda, jambu air, dan jeruk nipis) ke dalam
gelas capcin dan menimbangnya. Setelah didapatkkan berat air dalam gelas capcin
dan berat gelas capcin setelah dimasukkan bahan-bahan. Selanjutnya dilakukan
perhitungan dengan rumus berat air yaitu mengalikan massa masing-masing buah
dalam gelas capcin berisi air dikurang massa air dalam gelas capcin dan massa
gelas capcin kemudian dibagi dengan volume air dalam gelas capcin.
64
H. Daftar Pustaka
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Agusni, Ayu. 2015. Fisika Dasar Tentang Penerapan Hukum Archimedes. Aceh :
Politeknik Indonesia Venezuela.
Jawet, Serway. 2010. Fisika Dasar Untuk Sains dan Teknik Edisi 6 jilid 1.
Jakarta : Salemba Teknika
Kusuma, Rama Indera, dkk. 2017. Stabilitasi Tanah Lempung Dengan
Menggunakan Pasir Laut dan Pengaruhnya Terhadap Nilai CBR
(California Bearing Ratio) Jurnal Fondasi 6 (2) : 24-33
(jurnal.untirta.ac.id) Diakses pada 20 Mei 2020.
Manuhuwa, E. 2010. Kadar Air dan Berat Jenis Pada Posisi Aksial dan Radial
Kayu Sukun. Jurnal Agroforestri 2 (1) : 9-15. (https://jurnalee.files.
Wordpress.com) Diakses pada 20 Mei 2020.
Toruan, Armin L, dkk.. 2013. Pengaruh Porositas Agregat Terhadap Berat Jenis
Maksimum Campuran. Jurnal Sipil Statik 1 (3) : 190-195
(ejournal.unsrat.ac.id) Diakses pada 20 Mei 2020.
65
LAMPIRAN
Berat jenis adalah tetapan atau konstanta suatu bahan yang dipengaruhi oleh suhu
baik dalam bentuk cair, padat, maupun gas homogen. Berat jenis merupakan
perbandingan berat suatu volume bahan pada suatu temperatur tertentu terhadap
berat air dengan volume yang sama pada benda pada temperatur tersebut. Dalam
artian lain, berat jenis dapat diartikan sebagai perbandingan antara massa jenis
suatu benda terhadap massa jenis air. Berat jenis menunjukkan rasio dari berat
suatu benda terhadap volumenya. Berat jenis mirip dengan massa jenis, namun
bedanya adalah jika massa jenis setiap benda atau zat adalah tetap dengan jenis
benda yang sama, maka berat jenis suatu benda dapat berubah-ubah sesuai dimana
letak benda tersebut terhadap pusat bumi. Hal tersebut dapat terjadi akibat berat
benda relatif berubah-ubah dipermukaan bumi sesuai dengan seberapa besar
percepatan gravitasi bumi. Selain itu juga berat jenis juga merupakan besaran
vektor yang artinya berat jenis memiliki nilai dan arah yang dipengaruhi oleh
besarnya percepatan gaya gravitasi bumi terhadap letak suatu zat atau benda
berada. Sedangkan massa jenis adalah besaran skalar, yang artinya massa jenis
hanya memiliki nilai saja yang mana nilai ini dipengaruhi oleh kelembapan benda
tersebut, sehingga semakin besar massa benda maka akan semakin besar juga
kelembapannya. Dari pengertian berat jenis di atas, dapat diartikan, bahwa berat
jenis merupakan massa jenis realif dari suatu benda yang artinya berat jenis adalah
perbandingan antara berat suatu benda dengan volume benda tersebut. Persamaan
berat jenis dapat diketahui sebagai berikut : s=W/V atau s=mg/v dengan
penjabaran BJ = Berat/Volume = N/m3 oleh karena itu satuan dari berat jenis
adalah N/m3 atau Kg/dm3. Dengan keterangan : S = Berat jenis benda W = Berat
66