Anda di halaman 1dari 3

Misteri Kesehatanku

Suatu hari, di pagi yang cerah dengan sinaran mentari dan dengan aktifitas yang seperti biasa
pula . Namun, ada yang tidak biasa di pagi yang cerah ini, keadaan tubuhku yang kurang sehat atau
bersemangat. Walapun begitu, tapi semua itu tidak menghalangi aku untuk melaksanakan kewajibanku
sebagai pelajar.

Seperti biasa aku berangkat menuntut ilmu (atau bisa kupersingkat dengan sekolah saja agar
tidak terlalu panjang lebar) dengan diantar kontraaanku setiap harinya. Kontraaanku memang tidak
pernah telat setiap harinya, kecuali ketika ada kepentingan beliau pasti memberitahu terlebih dahulu.
Aku berangkat selalu lebih pagi dari teman – temanku yang lainnya. Sering pula aku yang membuka
pintu kelas pertama kali. Suasana sekolah saat itu memang tak seperti biasanya, karena saat itu
sekolahku sering terjadi kesurupan massal yang sebagian besar banyak terjadi pada teman-teman
perempuan.

Pada saat itu aku memang tidak bersemangat seperti hari – hari biasanya karena tubuhku yang
kurang sehat, tapi aku harus tetap mengikuti pelajaran. Bel sekolah berbunyi, jam pelajaran pertama,
kedua, ketiga telah selesai. Sekarang dilanjut untuk jam pelajaran keempat/terakhir yaitu mata pelajaran
fisika, ditengah – tengah pelajaran aku merasa sangat pusing, dan badanku tidak enak. Aku
mengisyaratkan pada tubuhku sendiri untuk kuat, kuat dan kuat dan aku yakin Allah SWT ada
disampingku. Aku memberitahu keadaanku saat itu kepada temanku dan guruku, guruku saat itu mulai
merasa resah karena keadaanku, karena takut hal yang tidak diinginkan terjadi. Aku melihat keluar kelas
saat itu, ada selang air yang mengaliri air yang membasahi taman – taman depan kelasku. Aku meminta
izin untuk sekedar berwudu’. Guruku mengiyakan keinginanku itu. Memang sakit yang aku rasa saat itu
tidak seperti sakit kepala biasa. Entah mengapa, aku mulai berbicara sendiri, “Aku harus kuat, aku harus
kuat. Aku tidak mungkin seperti teman – temanku yang lainnya.”

Bel pulang berbunyi, itu berarti jam untuk pulang tiba, saat itu seakan surga didepan mata. Aku
ingin sekali berbaring ditempat tidur kala itu. Memang, sakit kepalaku bertambah, bertambah sakit. Aku
bergegas keluar dan menemui kontraaanku yang sudah menunggu diluar sekolah. “Mengapa aku
seperti ini? Tumben sekali aku seperti ini.” Ujarku dalam hati saat berada diperjalanan pulang.

Akhirnya, aku sudah sampai dirumahku. Tanpa fikir panjang, tanpa berganti pakain sekolah, aku
bergegas menuju ranjang kamar tidurku untuk membaringkan tubuhku yang lemah saat itu. Sinar
mentari yang muncul di jendela kamarku seakan ingin menanyakan keadaanku saat itu. Aku tak bisa
terlelap walaupun sekejap saat itu. Mungkin karena rasa lapar yang aku rasa kala itu. Karena
ketidakberdayaanku, aku mengirim pesan pendek pada kakekku, yang saat ini sudah tiada kalau aku
sedang lapar saat itu. Kemudian beliau mulai mencariku dan menyuruh nenekku untuk menyuapi
makanan untukku.

Sore hari tiba, aku dianjurkan untuk periksa keperawat yang masih keluargaku saat itu. Aku tak
berdaya saat itu, berjalan saja sangat pusing sekali kepalaku. Seakan bumi ini berputar bak halilintar.
Setelah diperiksa aku didiagnosa kalau mengidap penyakit tifus. Berapa hari berlalu, sakitku belun juga
sembuh. Selanjutnya aku periksa kembali kedokter didaerah tempat tinggalu. Dan sama, aku didiagnosa
mengidap penyakit tifus juga. Setelah berapa hari periksa dan mengonsumsi obat dari dokter tersebut,
aku belum juga pulih. Setelah kesekian kalinya aku periksa kedokter, aku hanya memperlihatkan lidahku.
Dan, dokter langsung menganjurkan aku untuk opname. Entah bagaimana persaanku saat itu, tak
karuan.
Aku dan keluargaku langsung berangkat keRSUD terdekat dari tempat dokter tadi. Disaat akan
menyuntikkan jarum infus ketanganku, perawat yang menangani merasa kesulitan karena pembuluh
darahku yang mengecil dan tidak terlihat, dikarenakan kekurangan cairan. Memang benar, disaat sakit
makanan dan minuman sangat sulit masuk ketubuhku.

Setelah jarum infus menancap ditanganku, dan aku segera dipindahkan keruang opname. Saat
itu, aku meneteskan air mata. Karena tak menyangka aku bisa berbaring diatas ranjang opname rumah
sakit. Melihatku meneteskan air mata, nenekku menenangkanku saat itu. Agar aku sabar dan tabah.
Bahwa itu semua sudah kehendak Allah SWT.

Sore hari di rumah sakit, seorang perawat mengambil darahku untuk diuji dilab dan memastikan
penyakit apa yang sebenarnya ada dialam tubuhku. Tak lama, pada malam harinya dokter yang
menanganiku datang kekamar opnameku dan memberitahu hasil lab. Ternyata diagnosa – diagnosa dari
dokter dan perawat yang memeriksaku salah, aku mengidap penyakit DBD (Demam Berdarah) penyakit
yang disebabkan oleh nyamuk Aides Aigepti. Dan dari saat itu aku ditangani, dan diberi obat untuk
penyakit DBD.

Beberapa hari telah kuhabiskan diatas ranjang opname. Dihari kelima aku diperbolehkan pulang
dari rumah sakit, tepatnya pada sore hari aku keluar dari RSUD. Betapa bahaginya aku dapat kembali
kerumah dengan keadaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Setibanya di rumah, keluarga besarku menjengukku. Mereka bercanda tawa bersama. Betapa
bahagianya aku melihat keluarga besarku berkumpul dihadapanku.

 Struktur Cerpen :

1. Abstrak
Pengalamanku ketika sakit
2. Orientasi
Terdapat pada paragraph 1 – 4
3. Konflik
Terdapat pada paragraph 5 – 8
4. Evaluasi
Terdapat pada paragraph 9
5. Resolusi
Terdapat pada paragraph 10
6. Koda
Terdapat pada paragraph 11

 Sinopsis :

Aman merasa keadaan tubuhnya kurang sehat. Sejak saat itu, Aman periksa dan tak kunjung
sembuh. Kesekian kalinya Aman periksa, Aman disarankan untuk opname dirumah sakit. Hasil uji lab
darahnya membuktikan kalau Aman mengidap DBD. Beberapa hari diopname, akhirnya Aman
diperbolehkan pulang. Dia sangat gembira karena akan bertemu keluarganya dirumah.

Anda mungkin juga menyukai