MATERI I
KELAS : A
A. Pengertian Spektrofotometri
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum
dengan panjang gelombangtertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energy relatif jika energy tersebutditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara
ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada
fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek
pada panjang gelombang tertentu.
KELAS : A
KELAS : A
Warna komplementer
Panjang gelombang (nm) Warna warna yang diserap
(warna yang terlihat)
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu
larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk
warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun
kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau
sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan
kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam
bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga analisis yang didasarkan
pada pembentukan larutan berwarna disebut juga metode kolorimetri.
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara memberi
reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang
akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna (chromogenik reagent).
Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk warna:
Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan tersebut harus
memiliki lima sifat di bawah ini:
Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang diturunkan dari
hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = ε . b . c). Namun ada cara lain yang dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu larutan yakni
dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum
Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat dengan kurva
kalibarasi:
1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau transmitansi
sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan digunakan untuk analisis,
satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam melakukan analisis Maching kuvet harus
dilakukan agar kesalahannya makin kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu larutan
yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi larutan standar dibuat
dari yang lebih kecil sampai lebih besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.
3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai panjang gelombang.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa, absorbansi yang
dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi paling
besar atau paling tinggi disebut panjang gelombang maksimum (lmaks).
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang gelombang
maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian alurkan pada
grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu kurva yang
disebutkurvakalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika absorbansi yang dihasilkan
berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak
dapat dipastikan.
Misalkan absorbansi yang dihasilkan dari larutan standar yang telah dibuat adalah :
Absorbansi 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
konsentrasi 2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm 12 ppm 14 ppm 16 ppm
6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Setelah diperoleh
absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik yang diperoleh pada langkah 5.
Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6. Maka jika ditarik garis lurus konsentrasi
sampel akan sama dengan konsentrasi larutan standar 10 ppm. Selain dengan cara
diatas konsentrasi sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi linear, absorbansi
sampel yang diperoleh dimasukan sebagai nilai y sehingga diperoleh nilai x. Nilai x
yang diperoleh merupakan konsentrasi sampel yang dianalisis.
MATERI IV
“KURVA KALIBRASI”
KELAS : A
DOSEN PENGAMPU : Apt, Elmitra, M.Farm
KELAS : A
1. PENDAHULUAN
Salah satu campuran zat aktif yang paling sering dijumpai dalam sediaan obat sakit
kepala adalah parasetamol dan kafein. Parasetamol merupakan salah satu obat yang
paling umum digunakan diberbagai belahan dunia karena khasiatnya yang membantu
mencegah nyeri sendi, sakit gigi, sakit kepala seperti migrain, nyeri otot, dan juga
digunakan untuk menurunkan demam yang berasal dari virus dan bakteri.
Kafein (1, 3, 7, trimethylxanthine) merupakan sejenis alkaloid heterosiklik yang
termasuk dalam golongan methylxanthine. Menurut definisi artinya senyawa organik
yang mengandung nitrogen degan struktur dua cincin atau dua siklik .Kafein memiliki
berat molekul 194,19 g/mol dan fungsinya untukmenstimulasi susunan saraf pusat serta
dapat memperkuat efek analgetik parasetamol.
Penetapan kadar kafein dan parasetamol sediaan obat multikomponen dapat
dilakukan dengan metode titrimetri dan metode kromatografi cair kinerja tinggi.
Kelebihan menggunakan metode titrimetri yakni biaya yang digunakan relatif murah,
namunkekurangannyamemerlukan waktuanalisis yang lama dan kurang sensitif untuk
penentuanzat yang kadarnya kecil. Sedangkan metode kromatografi cair kinerja tinggi
yang memilikisensitifitas analisis yang tinggi namun memerlukan biaya yang relatif
mahal.
Tujuan dari penelitian ini untuk menetapkan kadarparasetamol dan kafein dalam
sediaan obat multikomponen dengan spektrofotometri UV-Vis secara simultan. Manfaat
penelitian ini yakni untuk memberikan alternatif metode penetapan kadar parasetamol dan
kafein dalam sediaan obat sakit kepala multikomponen.
2. METODE
2.1. Alat
Peralatan yang digunakandalam penelitian ini, meliputi seperangkat alat gelas,
Instrumen HitachiUH5300 spektrofotometer UV-Vis Double Beam, neraca analitik
Ohaus, magnetic stirrer, spatula, lumpang alu, dan pro pipet.
2.2. Bahan
Bahan-bahan yangdigunakan dalam penelitian ini, meliputi Sampel obat
Panadol, kafein standarpro analisiskadar 98-101%, parasetamol standar, metanol pro
analisiskadar 100%, kertas whatman No. 41,dan akuades yang diperoleh dari
Laboratorium Kimia Terapan Universitas Islam Indonesia.
2.3. Prosedur Kerja
2.3.1Pembuatan Larutan Baku Kafein 100 ppm
Serbuk kafein standar sebanyak 25 mg dilarutkan dengan 37,5 mL metanol.
Larutan tersebut diadukselama 15 menitmenggunakan magnetic stirrerkemudian
dipindahkan ke dalam labu ukur 250 mL. Larutan diencerkan menggunakan
akuades hingga volume 1/3 di bawah tanda batas. Sebelum ditepatkan, larutan
dalam labu ukur diseka terlebih dahulu agar tidak terjadi penambahan volume,
kemudian larutan dihomogenkan.
2.3.2Pembuatan Larutan Baku Parasetamol 100 ppm
Serbuk parasetamolstandar sebanyak 25 mg dilarutkan dengan 37,5 mL
metanol. Larutan tersebut diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit
kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 250 mL. Larutan diencerkan
menggunakan akuades hingga volume 1/3 di bawah tanda batas. Sebelum
ditepatkan, larutan dalam labu ukur diseka terlebih dahulu agar tidak terjadi
penambahan volume, kemudian larutan dihomogenkan.
2.3.3Pembuatan Kurva Standar Kafein
Larutan deret standar dengan konsentrasi 6, 8, 10, 12, 14 ppm dibuat dari
larutan baku kafein 100 ppm yang dilarutkan dalam 10 mL metanol:akuades (1,5 :
8,5).
2.3.4Pembuatan Kurva Standar Parasetamol
Larutan deret standar dengan konsentrasi 4, 6,8, 10, 12 ppm dibuat dari
larutan baku parasetamol 100 ppm yang dilarutkan dalam 10 mL metanol:akuades
(1,5 : 8,5).
2.3.5Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum kafein yaknimengukur absorbansi
pada larutan standar kafein rentang panjang gelombang 250-300 nm
menggunakan spektrofotometer UV-VisDouble Beam.Penentuan panjang
gelombang maksimum parasetamol adalah mengukur absorbansi pada larutan
standar parasetamol rentang panjang gelombang 200-300 nm menggunakan
spektrofotometer UV-VisDouble Beam.
2.3.6Penentuan Nilai Koefisien Absorptivitas Molar
Larutan standar kafein 10 ppm dibuat dari larutan baku kafein 100 ppm yang
dilarutkan dalam 10 mL metanol:akuades (1,5 : 8,5). Larutan standar kafein 10
ppm dibaca absorbansinya menggunakan spektroftometer UV-Vis Double
Beampada panjang gelombangoptimum.Larutan standar parasetamol 10 ppm
dibuat dari larutan baku parasetamol 100 ppm yangdilarutkan dalam 10 mL
methanol;akuades (1,5 : 8,5). Larutan standar kafein 10 ppm dibaca
absorbansinya menggunakan spektroftometer UV-Vis Double Beampada panjang
gelombang optimum,
2.3.7Pembuatan Larutan Sampel 1000 ppm
Dua puluh tablet merek dagang digerus hingga halus. Tablet diserbukkan
lalu ditimbang sebanyak 0,1 gram. Serbuk sampel ditambahkan 15 mL metanol
dan diaduk menggunakan magnetic stirrerselama 15 menit. Larutan disaring
menggunakan kertas whatmann no. 41. Larutan diencerkanke dalam labu ukur
100 mLmenggunakan akuades hingga volume 1/3 di bawah tanda batas. Sebelum
ditepatkan, larutan dalam labu ukur diseka terlebih dahulu agar tidak terjadi
penambahan volume, kemudian larutan dihomogenkan.
2.3.8Penentuan Kadar Sampel
Larutan sampel pengenceran 80 kali dan 100 kali dibaca absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis Double Beampada panjang
gelombangoptimum.Penentuan kadar parasetamol dan kafein pada sampel
menggunakan persamaan 1 dan 2 :
A273=kafein273 Ckafein+ parasetamol273 Cparasetamol....(1)
A244=kafein244 Ckafein+ parasetamol244 Cparasetamol....(2)
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar
parasetamol dalam sampel dengan pengenceran 80 kali dan 100 kali berturut-turut sebesar
88,80 mg/100 mg dan 87,75 mg/100 mg. Sedangkan kadar kafein dalam sampel dengan
pengenceran 80 kali dan 100 kali berturut-turut sebesar 9,37 mg/100 mg dan 8,26 mg/100
mg. Kadar yang diperoleh pada pengujian tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada
kemasan yang seharusnya 83,33 mg/100 mg untuk parasetamol dan 10,83 mg/100 mg
untuk kafein. Kadar parasetamol dan kafein yang diperoleh menggunakan metode
konvesinal sangat kecil.Oleh karena itu, untuk pengujian kadar zat dalam sediaan
multikomponen disarankan menggunakan metode simultan, menggunakan pelarut yang
sesuai dan mengetahui % recoveryuntuk keakuratan hasil.