Surat Klarifikasi Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si
Surat Klarifikasi Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si
Assalamu’alaikum wrwb
Selamat siang, salam sejahtera bagi kita semua
Selamat Tahun Baru 2021 bagi kita semua
Semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
NIP : 197409302005011002
1
Sumatera mengadakan rapat dengan agenda memberikan pertimbangan atas
dugaan plagiat yang dilakukan oleh Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si,
berdasarkan surat Ketua Komisi I DGB USU Nomor:
02/UN5.1.DGB/KOMISI A/KPM/2020 tanggal 14 Desember 2020, hal:
Undangan Rapat Komisi I.
3. Saya juga telah memberikan keterangan/penjelasan/klarifikasi atas adanya
dugaan plagiat tersebut dihadapan Rapat Komisi I Dewan Guru Besar USU.
4. Pada tanggal 22 Desember 2020, Dewan Guru Besar Universitas Sumatera
Utara melakukan rapat pleno dengan agenda pembahasan mengenai Dugaan
Plagiat yang ditujukan kepada saya.
5. Saya belum mendapatkan konfirmasi tentang hasil dari pemeriksaan
sebagaimana tersebut di atas dan saat ini saya diminta kembali untuk
memberikan keterangan atas hal yang pada dasarnya adalah sama.
6. Sehubungan dengan hal tersebut, izinkan saya meminta
penjelasan/keterangan apakah pemeriksaan/permintaan keterangan ini
merupakan bagian dari atau kelanjutan dari proses yang sudah berlangsung
atau merupakan proses baru yang terpisah dari proses yang telah berjalan
sebelumnya.
Artikel saya yang berjudul “Relasi Jaringan Organisasi Pemuda Dalam Pemilihan
Gubernur Sumatera Utara”, yang dipublikasikan pada Jurnal Komunitas, 6(1)
(2014): 151-158. DOI: 10.15294/komunitas.v6i1.2951, UNNES Journal,
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas, merupakan bagian dari penelitian
disertasi Doktor pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu
Politik, Program Pascasarjana Ilmu Politik UI.
Menurut Saya bahwa hal tersebut bukan merupakan pelanggaran etika akademik
apalagi jika dikategorikan sebagai plagiat atau autoplagiarism dengan alasan saya
sebagai berikut:
2
Science (2008) yang diterbitkan APSA malah diatur masalah pengulangan
publikasi ilmiah. Misalnya, dinyatakan bahwa Tesis/Desertasi bila
dipublikasikan sebagian atau keseluruhan oleh penulisnya, yang
bersangkutan tak punya kewajiban etik memberitahukan. Pun penulis
dibolehkan mengirim suatu naskah kepada lebih dari satu jurnal profesional,
namun wajib memberitahukannya kepada editor. Buku ini jelas menuliskan
aturan Self Plagiat tidak ada pada APSA
b. Sesuai dengan kode etik A Guide to Professional Ethics in Political Science
(2008) yang diterbitkan APSA seperti saya jelaskan di atas, saya sebagai
penulis/peneliti disertasi tersebut tidak punya punya kewajiban etik untuk
memberitahukannya.
c. Perbuatan saya melakukan submit atas artikel tersebut yang merupakan bagian
dari hasil penelitian disertasi saya ke Jurnal Komunitas adalah dalam
melaksanakan ketentuan yang berlaku kepada saya sebagai mahasiswa
Program Doktor di Universitas Indonesia.
d. Berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Indonesia No. 0696/SK/R/UI/2010
tentang Penyelenggaraan Program Doktor di Universitas Indonesia dalam
Pasal 7 huruf b disebutkan bahwa “Program Doktor melalui Kuliah dan Riset
mewajibkan mahasiswa menyerahkan satu naskah artikel ilmiah yang menurut
kelompok pakar sebidang layak muat dalam jurnal internasional.”
3
2. Perihal artikel berjudul “A New Patronage Networks of Pemuda
Pancasila in Governor Election of North Sumatra Year 2013”, yang
diterbitkan oleh The Social Science Medwell Journal 12(8): 1456-1465,
Tahun terbit 2017 dan hubungan dengan artikel saya yang berjudul
“Relasi Jaringan Organisasi Pemuda Dalam Pemilihan Gubernur
Sumatera Utara”, yang telah dipublikasikan pada Jurnal Komunitas, 6(1)
(2014): 151-158
Perihal artikel atas nama saya dengan judul “A New Patronage Networks of Pemuda
Pancasila in Governor Election of North Sumatra Year 2013”, yang diterbitkan oleh
The Social Science Medwell Journal 12(8): 1456-1465, Tahun terbit 2017 yang
tidak menyebutkan bahwa artikel tersebut berasal dari artikel saya yang berjudul
“Relasi Jaringan Organisasi Pemuda Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara”,
yang telah dipublikasikan pada Jurnal Komunitas, 6(1) (2014): 151-158 dan tidak
mencantumkannya sebagai sumber rujukan.
Terhadap hal ini, saya menolak jika disebutkan bahwa saya telah melanggar etika
akademik, plagiat atau auto plagiarism atau hanya mengganti nama tokoh dalam
artikel tersebut sebagaimana disebutkan dalam kesimpulan Tim Penelusuran,
dengan alasan-alasan sebagai berikut :
a. Kedua artikel tersebut tidak sama dari segi substansi atau objek analisisnya.
Pada jurnal Komunitas (terbit 2014), yang merupakan bagian dari hasil
penelitian disertasi saya, maka artikel tersebut menganalisis Pilkada Sumut
2008 dimana calon yang unggul Syamsul Arifin. Sementara jurnal yang
berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh The Social Science Medwell Journal
(meskipun saya sudah mencabutnya) menganalisis Pilkada 2013. Maka jelas
ini menganalisis objek yang berbeda bukan hanya mengganti ganti nama
tokoh saja.
b. Saya tidak merujuk pada artikel yang terbit pada Komunitas (terbit 2014) dan
tidak menyatakan bahwa artikel berbahasa Inggris tersebut telah pernah
dipublikasikan pada Jurnal Komunitas adalah memang karena kedua artikel
tersebut bukan artikel yang sama karena objek analisisnya berbeda.
c. Memang saya akui metodenya sama karena itu adalah kompetensi saya.
Penelitian saya adalah tentang Tendensi Ketokohan dalam Pemilu yang bisa
berbeda di setiap pemilu. Trend pemilu sangat dipengaruhi waktu dan
konstelasi politik.
Artikel atas nama saya dengan judul “A New Patronage Networks of Pemuda
Pancasila in Governor Election of North Sumatra Year 2013”, yang diterbitkan oleh
4
The Social Science Medwell Journal 12(8): 1456-1465, Tahun terbit 2017 memiliki
tingkat kemiripan yang sama dengan artikel yang berjudul “New Patronage
Networks of Pemuda Pancasila in Governor Election of North Sumatra in 2013”,
yang diterbitkan oleh jurnal Man in India 97(18): 23-36, Tahun terbit 2017. Saya
juga tidak mencantumkan bahwa artikel yang diterbitkan pada jurnal Man in India
97(18): 23-36, Tahun terbit 2017 adalah pernah diterbitkan pada The Social Science
Medwell Journal 12(8): 1456-1465, Tahun terbit 2017.
Keadaan ini menurut saya bukan merupakan pelanggaran etika akademik/keilmuan,
bukan pula merupakan tindakan plagiat atau autoplagiarisme, dengan alasan-alasan
sebagai berikut:
a. (3) Tiga jurnal internasional (The Social Science, Man in India, dan
IJSRM), itu adalah artikel yang sama tetapi terbit karena “kesalahan yang
diluar kendali saya”.
e. Pada tanggal 16 Februari 2017, pukul 5:30 PM saya mendapatkan email dari
Editor pada Madwell Journal yang memberitahukan bahwa jurnal sudah
dibayar dan siap untuk dipublikasikan (accepted for publication) atau
menunggu terbit, sebagaimana tercantum dalam bukti komunikasi email
yang dikirimkan oleh Madwell Journal Support Team;
f. Pada tanggal 15 Maret 2017 (setelah proses review selesai dan pembayaran
telah dilakukan namun jurnal belum dipublikasikan), saya mendapatkan
informasi bahwa Publisher Medwell tersebut bukan publisher yang baik dan
jurnal tersebut sudah ditarik dari Scopus (discontinued from Scopus).
g. Informasi ini langsung saya tindak lanjuti di hari yang sama pada pukul
8:49 AM dengan mengirimkan email kepada Editor Madwell Journal yang
menyatakan bahwa saya (author) MENARIK (Withdraw) artikel tersebut
5
dan meminta kepada pihak Madwell Journal agar artikel saya TIDAK
DITERBITKAN/TIDAK DIPUBLIKASIKAN, sebagaimana tercantum
dalam bukti komunikasi email yang saya kirimkan kepada editor pada
Madwell Journal;
i. Email yang dikirimkan oleh oleh Editor Madwell Journal pada tanggal 15
Maret 2017 merupakan bukti yang kuat bagi saya untuk menyatakan dan
meyakini bahwa:
1) pihak Madwell Journal telah menyetujui untuk tidak
menerbitkan/mempublikasikan artikel yang saya kirimkan :
2) sehubungan dengan pernyataan pihak Editor Madwell Journal
tersebut, maka saya memiliki hak untuk melakukan upaya proses
penerbitan artikel yang telah saya tarik tersebut ke jurnal ilmiah yang
lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka saya selanjutnya mengirimkan artikel yang semula
saya kirimkan kepada Madwell Journal tersebut ke jurnal ilmiah lainnya dengan
berbagai perbaikan/penyempurnaan. Atas dasar pertimbangan bahwa Editor
Medwell Journal sudah memberikan PERSETUJUAN penarikan artikel tersebut,
maka saya melakukan proses submisi ke Jurnal “Man in India”.
Setelah proses berjalan, akhirnya artikel ini terbit pada Jurnal Man in India dan
memang terbukti terindeks di database Scopus. Artikel inilah yang SAYA AKUI
sebagai tulisan saya yang sah karena saya merasa telah melakukan proses submisi
dengan benar.
Pada tanggal 8 Desember 2020, saya mendapatkan informasi bahwa pihak Medwell
Journal tetap menerbitkan artikel yang telah saya nyatakan untuk ditarik/dibatalkan
dan telah disetujui penarikannya oleh Editor Medwell Journal.
Dengan diterbitkannya artikel yang pertama oleh pihak Medwell Journal tersebut
meskipun telah saya nyatakan ditarik/dibatalkan dan terbitnya artikel saya dengan
6
judul yang sama pada Jurnal “Man in India”, maka terdapat tingkat kesamaan yang
tinggi pada kedua artikel tersebut.
Saya menduga ini adalah KELALAIAN EDITOR jurnal yang tidak bekerja secara
profesional dan memang sudah terbukti dikeluarkan oleh pengindeks bereputasi
Scopus.
5. Perihal kemiripan journal The Social Sciences dengan artikel yang dimuat
dalam Jounal Komunitas, dan adanya dugaan hanya mengubah kata
Pemuda menjadi Pemuda Pancasila.
Seperti yang pernah saya sampaikan pada nota pembelaan saya di Rapat Komisi I
DGB, bahwa benar 3 artikel pada jurnal internasional (The Social Science, Man in
India, dan IJSRM) adalah artikel yang mirip tetapi terbit 3 kali. Hal terjadi di luar
kontrol saya. Artikel yang saya akui adalah hanya pada jurnal Man in India.
Jika pertanyaan ini dibetulkan menjadi kenapa artikel pada Jurnal Komunitas mirip
dengan artikel Man in India? maka jawaban saya adalah sebagai berikut:
a. Secara prinsip isinya itu adalah berbeda. Pada Jurnal Komunitas tema yang
diangkat adalah “Penjelasan mengenai relasi jaringan organisasi PP di Pilgub
Sumut 2008” sementara pada jurnal Man in India tema yang diangkat adalah:
“Temuan Pola Patronase Baru Organisasi di Pilgub Sumut 2013”. Jadi terlalu
menyederhakan masalah kalau disebut hanya mengganti “Pemuda” menjadi
“Pemuda Pancasila”.
7
b. Memang saya akui bahwa metode dan teori yang digunakan berasal dari
sumber yang sama yaitu Disertasi. Sangat wajar jika kedua tulisan ini
meskipun menggunakan Bahasa yang berbeda menunjukkan kemiripan yang
tinggi.
c. Dengan kata lain yang saya lakukan adalah menggunakan metode yang sama
menganalisis peran organisasi PP pada Pilgub 2008 dan munculnya pola
patronase baru oleh PP pada Pilgubsu 2013. Maka menurut saya tidak ada
pelanggaran etika dalam hal ini.
Pada tanggal 15 Maret 2017 (setelah proses review selesai dan pembayaran telah
dilakukan namun jurnal belum dipublikasikan), saya mendapatkan informasi bahwa
Publisher Medwell tersebut bukan publisher yang baik dan jurnal tersebut sudah
ditarik dari Scopus (discontinued from Scopus). Informasi ini langsung saya tindak
lanjuti di hari yang sama pada pukul 8:49 AM dengan mengirimkan email kepada
Editor Madwell Journal yang menyatakan bahwa saya (author) MENARIK
(Withdraw) artikel tersebut dan meminta kepada pihak Madwell Journal agar artikel
saya TIDAK DITERBITKAN/TIDAK DIPUBLIKASIKAN, sebagaimana
tercantum dalam bukti komunikasi email yang saya kirimkan kepada editor pada
Madwell Journal.
Berdasarkan email yang saya kirimkan tersebut, maka pada tanggal 15 Maret 2017
pada pukul 11:23 AM Editor pada Madwell Journal mengirimkan email balasan
kepada saya yang menyatakan bahwa Editor MENYETUJUI PENARIKAN,
sebagaimana tercantum dalam bukti komunikasi email yang dikirimkan oleh Editor
Madwell Journal.
Alasan saya menarik/mencabut (withdraw by author) atas artikel tersebut dari The
Social Science Madwell Journal adalah sebagai berikut:
8
a. Pada tanggal 15 Maret 2017 (setelah proses review selesai dan pembayaran
telah dilakukan namun jurnal belum dipublikasikan), saya mendapatkan
informasi dari Klinik Publikasi (KPI) USU bahwa jurnal The Social Science
sudah dikeluarkan dari Scopus (discontinued from Scopus).
b. Berdasarkan informasi tersebut sangat wajar jika saya merasa khawatir bahwa
jurnal tersebut kemungkinan besar adalah jurnal yang tidak diakui oleh Dikti
c. Saya akan berupaya semaksimal mungkin untuk menghindarkan diri saya
menjadi korban jurnal predator, tidak professional dan tidak bereputasi.
Apalagi saya sangat sadar membawa nama Universitas Sumatera Utara.
d. Selanjutnya saya secara cepat melakukan penelusuran dan pengumpulan
informasi, dan ternyata benar bahwa Jurnal tersebut telah discontinued pada vol.
12 (21), 2016
Saya mencabut pada tanggal 15 Maret 2017 dan Editor langsung menjawab pada
tanggal yang sama dengan status Artikel sudah ditarik oleh Penulis. Artinya
sebelum terbit sudah saya cabut dan sudah mendapat persetujuan editor. Tetapi
tanpa sepengetahuan saya Editor tetap menerbitkannya pada bulan Agustus 2017.
Dalam hal ini saya menganggap Medwell adalah jurnal yang tidak profesional dan
termasuk jurnal abal abal dan terbukti ditarik dari Scopus. Oleh karena saya sudah
memegang surat persetujuan bahwa artikel sudah ditarik maka saya merasa itu
sudah cukup. Ketika saya mencoba menghubungi editornya lagi untuk menarik
artikel ini, malah editor meminta saya agar ada institusi menyurati secara resmi.
Seharusnya editor yang baik begitu ada persetujuan tidak diterbitkan lagi maka
seharusnya komit pada janjinya tidak menerbitkan lagi.
Melalui kesempatan ini saya mengusulkan agar USU membentuk tim agar para
penulis yang dirugikan seperti saya bisa melakukan proses pencabutan atas nama
institusi.
7. Perihal article dalam Journal Man in India adalah artikel yang diduga
merupakan terjemahan dari artikel dalam Journal Komunitas dengan
kemiripan yang sama yakni lk 88 % dan hanya penggantian dari Tokoh
nama Gubernur
Dalam hal memandang kedua artikel ini mohon alur pemikirannya tidak
disederhanakan dengan mengganti tokoh nama gubernur. Kejadian sebenarnya
adalah kedua artikel itu menggunakan metode yang sama dari Disertasi saya untuk
menganalisis organisasi kepemudaan pada 2 pilgubsu yang berbeda. Kalau toh ada
bagian yang mirip itu menurut saya wajar karena memang menggunakan
metodologi yang sama yaitu Disertasi.
Saya mengetahui bahwa metode mencari kemiripan ini (sesuai laporan tim
penelusuran) sebenarnya terlalu dipaksakan karena harus diterjemahkan dulu lalu
dihitung kemiripannya menggunakan software. Meskipun itu dilakukan oleh
penerjemah yang profesional. Perubahan Bahasa ini tentu akan bisa disesuaikan
selera penerjemah mau mirip berapa persen itu bisa saja.
Contoh:
9
Kalimat “Saya makan pisang” dengan “I eat banana”. Jika Saya makan pisang
diterjemahkan menjadi “I eat banana” maka kemiripan akan menjadi 100%. Tetapi
kalau saya terjemahkan menjadi “I put banana to my mouth” kemiripannya hanya
33%.
Maka metodologi di atas menurut saya terlalu mengada-ada karena akan bisa
disesuaikan dengan berapa persen kemiripan.
Maka saya sangat keberatan jika dikatakan hanya pergantian nama tokoh gubernur.
Saya benar mengetahuinya dan itu adalah spesialisasi keilmuan saya yang
mengambil tema pemilu pada organisasi kepemudaan dan pola patronase. Maka
sekali lagi saya tegaskan tentang kedua artikel itu yang benar adalah: Saya
menggunakan metode dan teori yang digunakan berasal dari sumber yang
sama yaitu Disertasi. Secara substansi, yang saya lakukan adalah
menggunakan metode yang sama menganalisis peran dan jaringan organisasi
Pemuda yang terkait Pilgub 2008 pada Jurnal Komunitas. Sementara pada
Jurnal Man In India, saya memaparkan tentang munculnya pola patronase
baru oleh Pemuda Pancasila pada Pilgubsu 2013.
Sekali lagi karena saya merujuk pada ketentuan A Guide to Professional Ethics in
Political Science (2008) yang diterbitkan APSA. Maka menurut saya tidak ada
pelanggaran etika dalam hal ini.
Saya ingin menegaskan bahwa tidak pernah terbersit niat dan pemikiran saya untuk
melakukan tindakan yang tidak benar, tidak etis apalagi sampai melanggar aturan-
aturan hukum berkenaan dengan publikasi ilmiah. Tidak pernah terbersit dalam
pemikiran saya melakukan tindakan tidak terpuji, tidak terhormat dan tercela
dengan mengakal-akali hasil penelitian dengan hanya mengganti atau mengubah-
ubah bahasa atau tokoh dalam penelitian ilmiah.
Perlu saya tambahkan bahwa Rektor USU memberikan kepercayaan kepada saya
sebagai salah seorang Editor di salah satu Jurnal yang ada di lingkungan USU,
yaitu Jurnal POLITEIA. Sebagai Editor saya menyadari betul makna Etika
Menerbitkan Artikel ilmiah yang harus bebas dari pelanggaran etika ilmiah yang
tidak terpuji, tidak bermartabat, dan bebas plagiat.
Melalui pertimbangan bahwa artikel yang dimuat dalam jurnal Man in India
tersebut adalah jurnal yang benar dan diterbitkan oleh penerbit yang bereputasi dan
terindeks di scopus. Pada prinsipnya saya telah mengajukan insentif dan menerima
hanya pada satu artikel yaitu artikel yang terbit pada jurnal Man in India. Format
surat pengajuan sudah ada termasuk adanya surat bebas plagiat. Dalam proses
pengajuan ini, saya minta staff saya untuk mengisi surat pengajuan yang sesuai
dengan format. Pengajuan itu memerlukan 3 lembar dokumen (Borang Verifikasi,
Surat Permohonan, dan Surat Pernyataan bebas plagiat). Saya tahu persis bahwa
yang berhak mendapat insentif adalah jurnal yang terindeks di Scopus maka yang
saya ajukan adalah artikel yang ada di jurnal Man in India, tetapi pada salah satu
10
dokumen (Surat Pernyataan bebas Plagiat) ada kesalahan penulisan nama jurnal
menjadi The Social Science, walaupun judulnya sudah benar yaitu artikel yang ada
di jurnal Man in India. Kesahalan penulisan tersebut tidak ada maksud saya untuk
mengelabui atau mengambil keuntungan.
9. Perihal dugaan adanya ghost author pada artikel yang terbit pada di
International Journal of Scientific Research and Management/IJSRM
Pada nota pembelaan sudah saya sebutkan bahwa artikel itu saya diskusikan kepada
2 pihak yang berbeda, yaitu KPI dan senior saya Prof Sismudjito, seperti kronologi
berikut (sudah ditampilkan pada nota pembelaan)
11
untuk dipertimbangkan diterbitkan.
Alasannya karena saya tidak ingin
mengecewakannya dan menghidari
publikasi ganda
Artikel ini pada awalnya saya diskusikan dengan KPI USU dan dengan senior saya
Prof Sismudjito. Sejak tahun 2017, saya masih harus banyak berdiskusi tentang cara
menerbitkan jurnal internasional. Maka pada awalnya saya juga menyampaikan
artikel tersebut kepada Prof Sismudjito untuk diberikan saran perbaikan dari sisi
penulisannya. Saya tahu Prof. Sismudjito sudah memiliki artikel jurnal Terindeks
Scopus. Seiring dengan berjalannya waktu, Prof. Sismudjito belum memberikan
saran penulisan maupun rekomendasi ke jurnal manapun sementara artikel tersebut
sudah terbit di jurnal “Man in India”. Oleh karena, Prof Sismudjito sudah memiliki
niat baik membantu saya, maka saya berusaha memberikan artikel lain untuk
ditelaah.
12
• Jika ada orang lain yang bidangnya mirip dengan sama dengan nama
misalnya Muhammad Amin (Singkatan Amin M). Maka tulisan saya bisa
tersedot ke account nya atau sebaliknya.
Maka menurut saya kalaupun itu muncul di Account Google Scholar saya, bukan
berarti saya melanggar etika karena itu muncul otomatis dan meskipun saya hapus
itu bisa lagi masuk secara otomatis.
Sebagai tambahan, saya mencoba membuka google Scholar Prof Budiman Ginting.
Saya menjumpai 109 artikel. Namun, yang menarik ada 2 tulisan tentang Teknik
yang masuk ke Account Google Scholar Prof Budiman. Setelah saya selidiki
ternyata itu tulisan dari Berthalina Ginting Dosen Polmed yang inisialnya sama
dengan Prof Budiman Ginting. Tentu saja Prof Budiman Ginting akan marah jika
dituduh melanggar Etika karena tulisan ini masuk secara otomatis ke account Prof
Budiman.
13
Kesimpulan :
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, ijinkan saya menyampaikan
kesimpulan saya sebagai berikut:
1. Saya tidak pernah memiliki niat, keinginan dan tidak melakukan perbuatan
yang tidak terpuji, tidak beretika, melanggar etika akademik, publikasi ganda,
pelanggaran hak cipta, plagiat, auto-plagiarism (self plagiarism) seperti yang
didugakan kepada saya.
2. Dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah pada bidang keilmuan
saya yakni Ilmu Politik, saya tetap mengacu dan menerapkan secara konsisten
pedoman perilaku professional sebagaimana dalam A Guide to Professional
Ethics in Political Science (2008) yang diterbitkan oleh The American
Political Science Association (APSA) yang banyak diikuti/ dipedomani oleh
akademisi pada rumpun ilmu bidang Ilmu Politik.
14
Ethics in Political Science (2008) yang diterbitkan oleh The American
Political Science Association (APSA).
b. berkonsultasi dengan pihak KPI USU mengenai artikel dan jurnal tujuan
c. berkonsultasi, berdiskusi dan meminta saran dan masukan dari senior yang
memiliki pengalaman dan keilmuan yang lebih baik dari saya
d. berkonsultasi dengan promotor sebelum melakukan submit artikel yang
merupakan bagian dari hasil penelitian disertasi.
e. Mengikuti proses penerbitan artikel mulai dari submittion sampai dengan
dinyatakan accepted to publish dan dipublikasikan secara tertib dan sesuai
aturan pada jurnal yang bersangkutan.
f. menarik tulisan/manuscript (withdraw by author) dari Jurnal yang tidak
professional, tidak terindeks atau (discontinued from Scopus)
g. menarik tulisan/manuscript (withdraw by author) dari jurnal internasional
untuk menghindari terjadinya publikasi ganda ;
h. tidak menggunakan artikel yang tidak saya akui, karena telah saya tolak
dan penolakan telah diterima, untuk tujuan mendapatkan keuntungan
apapun.
i. Mengikuti seluruh proses pemeriksaan dugaan plagiat yang ditujukan
kepada saya baik pada konteks pemeriksaan di Komisi I Dewan Guru Besar
USU maupun Komisi Etik;
4. Etika tidak memiliki standar yang berlaku umum. Etika sangat subyektif dan
ditentukan oleh situasi tempat di mana pandangan etis itu diberlakukan. Etika
sering pula bergatung pada tempat dan waktu. Sulit kita mengatakan seorang
yang sedang minum teh dengan mengeluarkan suara ketika menghirup teh
tersebut dari gelas, bahwa itu pelanggaran etika. Dalam jamuan makan malam
di Jepang, seseorang harus mengeluarkan bunyi ketika menghirup teh. Tuan
rumah Jepang akan tersanjung ketika bunyi hirupan teh terdengar dari tiuap
gelas yang dihirup olkeh tamu. Itu di Jepang. Akan tetapi di Eropa hal itu tidak
boleh dilakukan. Begitulah etika ditentukan secara subyektif. Dalam konteks
agar standar etika itu menjadi mengikat maka harus dituangkan dalam aturan
formal. Sampai hari ini belum ada aturan formal yang mengatakan self
plagiarism dan double publication, dianggap sebagai perbuatan melanggar
etika akademik, termasuk peraturan yang diterbitkan oleh Universitas
Sumatera Utara.
15
tidak termasuk pada kategori perbuatan plagiat. Oleh karena itu tak ada
perbuatan yang "melampaui batas" secara etika dalam kasus ini.
6. Oleh karena itu sangat jauh dari rasa keadilan, jika ketentuan ini ditafsirkan
secara bebas, apalagi satu-satunya aturan normatif yang berlaku saat ini adalah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 17 Tahun
2010.
9. Berdasarkan uraian tersebut di atas, saya memohon kepada Tim Etik yang
memeriksa perkara ini agar:
a. Menyatakan saya tidak bersalah dalam dugaan Plagiat yang ditudukan
kepada saya.
b. Menyatakan tidak ada pelanggaran norma hukum dan etika dalam perkara
aquo.
c. Melakukan pemulihan nama baik saya.
Demikian saya sampaikan, terima kasih kesempatan yang diberikan dan mohon
maaf jika ada kata atau penuturan saya yang kurang pada tempatnya.
16
Lampiran :
17