Anda di halaman 1dari 22

BAB 6

HIMPUNAN KABUR

6.1 Definisi Himpunan Kabur

Perhatikan Contoh 5.7 (Bagian 5.2). Keenam anggota dari U ={x 1 , x 2 , x 3 , x 4 , x 5 , x 6 } termasuk
atau tidak termasuk dalam himpunan A={x 2 , x 3 , x 5 } . Berdasarkan hal tersebut, karakteristik
fungsi μ A ( x) hanya mengambil jawaban 1 atau 0. Asumsi sekarang bahwa sebuah
karakteristik fungsi mungkin mengambil jawaban dalam interval [0,1]. Dengan cara ini
konsep eanggotaan tidak lagi mengenal (baik 1 atau 0), tapi menjadi kekaburan dalam arti
mewakili sebagian kepemilikan atau derajat keanggotaan.
Misalkan sebuah himpunan A dengan himpunan semesta U. Sebuah himpunan kabur A
didefinisikan dengan sebuah himpunan atau himpunan pasangan berurutan, sebuah relasi
biner,
A={( x , μ A (x ))∨x Є A , μ A (x )Є [0,1]} (6.1)

Dimana μ A ( x) adalah fungsi yang disebut fungsi keanggotaan; μ A (x) menentukan nilai
atau tingkat dimana setiap elemen x dalam A termasuk pada himpunan kabur A. Definisi
(6.1) mengasosiasikan dengan setiap elemen x dalam A sebuah bilangan asli μ A (x) dalam
interval [0,1] yang ditetapkan untuk x. Nilai lebih besar μ A ( x) menunjukkan derajat yang
lebih tinggi dari angggota.
Ayo kita mengartikan arti dari (6.1) dengan cara yang sedikit dimodifikasi . Elemen
pertama x dalam pasangan ( x , μ A ( x)) adalah memberikan bilangan atau objek dari himpunan
awal A; mereka memenuhi beberapa properti ( P) yang dipertimbangkan sebagian (sampai
berbagai tingkat) . Elemen kedua μ A ( x) termasuk dalam interval (himpunan awal) [0,1];
mereka menunjukkan sejauh mana (tingkat) elemen x memenuhi properti P .
Hal tersebut merupakan asumsi disini bahwa dalam fungsi keanggotaan umum μ A (x)
adalah antara bagian terus-menerus atau berkelainan. Kadangkala μ A (x)bisa menjadi
hubungan (Lihat bagian 5.2).
Himpunan kabur A berdasarkan dari definisi (6.1) merupakan persamaan resmi untuk hal
itu adalah fungsi keanggotaan μ A ( x) . Kita akan mengidentifikasi setiap himpunan kabur
dengan fungsi keanggotaannya dan juga menggunakan dua konsep sebagai sesuatu yang
dapat dipertukarkan . Disamping itu kita juga dapat melihat kepada sebuah himpunan kabur
lebih dari sebuah domain A sebagai sebuah fungsi pemetaan A untuk [0,1] .
Himpunan kabur dinotasikan dengan tulisan miring A , B , C ,.. . dan yang sesuai dengan
fungsi keanggotaan dengan μ A ( x ) , μ B ( x ) , μ C ( x ).
Elemen dengan nol derajat dari anggota dalam sebuah himpunan kabur biasanya tidak
terdaftar.
Himpunan klasik (Bab 5) bisa menjadi dianggap sebagai sebuah kejadin spesial dari
himpunan kabur dengan semua tingkat keanggotaan sama dengan 1 (Lihat contoh 5.7)
Sebuah himpunan kabur disebut normal ketika paling sedikit satu x Є A mencapai
maksimum keanggotaan tingkat 1; sisi lain himpunan tersebut tidak normal . Asumsikan
himpunan A tidak normal; kemudian max μ A ( x)<1. Kenormalan himpunan A artinya ke
kenormalan fungsi keanggotaan μ A ( x) yaitu untuk memperoleh itu dengan max μ A (x) ,

μ A ( x)
dengan .
max μ A (x )
A disebut himpunan kosong yang berlabel ∅ jika μ A ( x)=0 untuk setiap x Є A.
Himpuan kabur A={( x1 , μ A (x )) } , dimana x 1 adalah hanya jawaban dalam A ⊂ U dan
μ A ( x1 )Є [0,1] disebut kabur tunggal.
Jika dalam (6.1) A=U dan μU ( x )=1, maka semesta U, sebuah himpunan yang dapat
dituliskan dalam rumus himpunan kabur
U ={( x , μ U ( x ) )∨x Є U , μ U (x)=1}=U ×1

daripada (6.1) , beberapa yang lain menggunakan notasi


A={μ A ( x)/ x , x Є A , μ A (x) Є [0,1]} (6.2)

Dimana simbol / adalah bukan definisi memenuhi tapi indikasi bahwa untuk bilangan
μ A ( x ) adalah anggota jawaban dari elemen x dalam bagian bawah .
Sementara himpunana A adalah himpunan bagian dari himpunan semesta U yang
mengena, himpunan kabur A adalah tidak. Bagaimanapun himpunan kabur A adalah sebuah
himpunan bagian dari dari hasil Cartesia,

{( x , μ A ( x ) )Є A ×[0,1]}⊂ U ×[0,1]. (6.3)


Contoh 6.1
A={( x1 , 0.1),(x 2 ,0.5),(x 3 ,0.3),(x 4 , 0.8), ( x5 , 1),(x 6 , 0.2)}

Adalah sebuah himpunan kabur konsisten dari enam pasangan berurutan. Elemen
x i , i=1 , ..., 6 , adalah bukan bilangan yang penting; mereka termasuk dalam himpunan klasik
A={x 1 , x 2 , x 3 , x 4 , x 5 , x 6 } yang disebut sebuah himpunan bagian dari sebuah himpunan
semesta U . Fungsi keanggotaan μ A (x) dari A mengambil jawaban mengikuti dari [0,1]:
μ A ( x1 )=0.1 , μ A ( x 2 )=0.5 , μ A ( x 3 )=0.3
μ A ( x 4)=0.8 , μ A ( x 5)=1 , μ A ( x 6)=0.2

Penafsiran tersebut bisa memberikan ke μ A ( x i ) , i=1 ,… , 6 . Elemen x 5 adalah sebuah


member penuh dari himpunan kabur A , sementara elemen x 1 adalah sebuah anggota dari A
sebuah kecil ¿ dekat ke 0); x 6 dan x 3 , adalah sebuah anggota kecil tambahan dari A; elemen
x 4 adalah sebuah anggota hampir penuh dari A , sementara x 2 adalah lebih atau kurang
sebuah anggota dari A.
Sekarang kita spesifikasikan dalam dua jalan berbeda elemen x 1 dalam A:
(a) Asumsi bahwa x i , i=1 , ..., 6 , adalah bulat, penamaan,
x 1=1 , x 2=2 , x 3=3 , x 4=4 , x5 =5 , x 6 =6; mereka termasuk dalam himpunan
A={1 , 2, 3 , 4 ,5 , 6 } , sebuah himpunan bagian dari himpunan semesta U =N. Himpunan
kabur A menjadi
A={(1, 0.1) ,(2 ,0.5) ,(3 , 0.3),( 4 , 0.8) ,(5 , 1) ,(6 , 0.2)}

Berikut adalah fungsi keanggotaan μ A ( x) ditunjukkan dalam gambar 6.1 adalah salah satu
kelainan.
Gambar 6.1 Himpunan kabur A={(1, 0.1) ,(2 ,0.5) ,(3 , 0.3),( 4 , 0.8) ,(5 , 1) ,(6 , 0.2)}

(b) Asumsi sekarang bahwa x i , i=1 , ..., 6 , adalah teman dari George yang nama-namanya
adalah sebagai berikut: x 1 adalah Ron , x 2 adalah Ted , x 3 adalah John , x 4 adalah Joe , x 5
adalah Tom , dan x 6 adalah Sam. Mereka adalah bentuk sebuah himpunan dari teman dari
George ,
A= { Ron , Ted , John , Joe , Tom , Sam }

Sebuah himpunan bagian dari himpunan semesta U ( semua teman dari George ).
Himpunan kabur A disini mengungkapkan kedekatan dari teman George dalam A ⊂ U :
A= { ( Ron , 0.1 ) , ( Ted , 0.5 ) , ( John , 0.3 ) , ( Joe , 0.8 ) , ( Tom , 1 ) , ( Sam , 0.2 ) }

Contoh 6.2
Misalkan kita mendeskripsikan bilangan tertutup ke 10.
(a) Pertimbangan pertama himpunan kabur
1
A1= {( x , μ A ( x ) )| x ∈[5,15], μ A ( x )= 2
}
1+( x−10)
1

Fungsi keanggotaan μ A ( x) ditunjukkan dalam gambar 6.2 adalah salah satu terus-menerus.
Gambar 6.2 Bilangan Riil yang mendekati 10

Himpunan kabur A1 kembali menghadirkan bilangan asli tertutup ke 10.

(b) Bilangan bulat mendekati 10 dapat diekspresikan dengan himpunan kabur terhingga

A2 = { ( 7 , 0.1 ), ( 8 , 0.3 ), ( 9 , 0.8 ), ( 10 , 1 ), ( 11 , 0.8 ), ( 12 , 0.3 ), ( 13 , 0.1 ) }.

Gambar 6.3 Bilangan Bulat yang mendekati 10

Fungsi keanggotaan dari A2 ditunjukkan dalam gambar 6.3 dengan titik; itu adalah sebuah
himpunan yang berlainan.

Contoh 6.3
Kita telah melihat contoh 5.8 bahwa deskripsi dari (himpunan pria tinggi) dengan himpunan
classical adalah tidak memenuhi syarat. Sekarang kita menggunakan untuk tujuan yang sama
himpunan kabur T ={(x , μT ( x))} , dimana x diukur dalam cm termasuk dalam [160,200] dan
µT(x) adalah adalah didefinisikan dengan (lihat gambar 6.4)
1

{
μT ( x )=
2 ( 30 )
−1
2 ( 30 ) 2
2
( x−140)2 for 160 ≤ x ≤ 170 ,

( x−200 )2+1 for 170≤ x ≤ 200

Fungsi keanggotaan μT (x) adalah sebuah bagian (cabang kiri) dari fungsi kuadrat-bagian
daerah (3.15) (BAB 3) dengan α 1=140 , β=30 , ρ=200. Bilangan di sumbu horizontal x
memberikan tinggi dalam cm. Dan sumbu vertikal µ menunjukkan derajat untuk seorang pria
diberi label tinggi. Berdasarkna grafik pada gambar 6.4, jika tinggi seseorang adalah 160 cm,
orang tersebut adalah seorang yang sedikit tinggi (derajat 0.22) , 180 cm hampir tinggi , 200
cm untuk tinggi (derajat 1). Segmen [0.22,1] dari sumbu vertikal µ mengerkspresikan
kuantifikasi dari derajat keambiguan dari variabel linguistik tinggi.

Gambar 6.4 Mendeskripsikan tinggi laki-laki dengan himpunan kabur

Misalkan sebuah himpunan kabur A. Kita menetapkan dukungan dari A dengan label SA
sebagai himpunan yang mengena
S A ={ x| x ∈ A , μ A ( x)>0 } A ⊂U (6.4)

Contoh 6.4
Himpunan kabur A1 (x) dan A2 (x) dianggap dalam contoh 6.2 telah didukung
SA1 = [5,15]
SA2 = { 7 , 8 , 9 , 10 , 11 , 12 , 13 }

Selanjutnya kita mendefinisikan α-level himpunan atau α-cut, sebagai himpunan yang
mengenal dari elemen-elemen yang termasuk pada A pada setidaknya pada derajat α:
A={x∨x ∈ U , μ A ( x )> α }, α ∈[0,1] (6.5)

Sebuah himpunan α-level kuat atau α-cut kuat didefinisikan dengan


A' ={ x∨x ∈ U , μ A (x)>α }, α ∈[0,1] (6.6)

Contoh 6.5
Misalkan himpunan kabur
A = { ( 1 , 0 ) , ( 2 , 0.1 ) , ( 3 , 0.5 ) , ( 4 , 1 ) , ( 5 , 0.7 ) }

Berdasarkan pada (6.4) dengan bantuan A


SA = { 2 , 3 , 4 , 5 };

Sin µA(1) = 0 , bilangan 1 adalah bukan sebuah elemen dari SA


Himpunan-himpunan α-level atau α-cuts dari A adalah (lihat (6.5)) :
A0.1 = { 2 , 3 , 4 , 5 }
A0.5 = { 3 , 4 , 5 }
A0.7 = { 4 , 5 }
A1 = { 4 }

Himpunan α-level kuat untuk α=0.5 (lihat (6.6)) adalah


A0.5 = { 4 , 5 }

Dalam gambar 6.5 adalah menunjukkan himpunan kabur A (dengan titik-titik) dan
Himpunan-himpunan α-level ( dengan lingkarang-ingkaran kecil)
Gambar 6.5 Himpunan kabur A dan Himpunan α-levelnya.

Sebuah himpunan kabur A, dimana semestanya U = R, adalah cembung jika dan hanya
jika Himpunan α-level A (lihat (6.5)) adalah cembung untuk semua α dalam interval (0,1].
Definisi lain dari keadaan cembung bahwa A adalah cembung jika dan hanya jika
μ A (δ x 1+(1−δ ) x 2 )≥ min( μ A ( x 1), μ A (x 2))
Untuk semua x 1 , x 2 ∈ R dan semua δ ∈[0,1].
Itu bisa membuktikan bahwa kedua definisi tersebut ekivalen.
Cembung kenormalan dan ketidaknormalan himpunan kabur ditunjukkan dalam gambar
6.6 , (a) dan (b) , berturut-turut ; noncembung kenormalan dan noncembung ketidaknormalan
himpunan kabur ditunjukkan dalam gambar 6.6 , (c) dan (d) , berturut-turut.

Gambar 6.6 (a) cembung kenormalan himpunan kabur; (b) cembung ketidaknormalan
himpunan kabur; (c) noncembung kenormalan himpunan kabur; (d) noncembung
ketidaknormalan himpunan kabur.
Sebuah himpunan kabur A cekung jika dan hanya jika
μ A (δ x 1+(1−δ ) x 2 )≥ min( μ A ( x 1), μ A (x 2))
∀ x1 , x 2 Є R

Kecekungan himpunan kabur (kenormalan dan ketidaknormalan) akan ditunjukkan


dalam 6.7 , (a) dan (b) , sejalan dengan itu.

Gambar 6.7 (a) kecekungan normal himpunan kabur; (b) kecekungan tidak normal himpunan
kabur.

6.2 Himpunan Kabur dan Bilangan Kabur

Itu sudah jelas dari bagian 6.1 dan contoh (6.1)-(6.5) bahwa konsep dari bilangan kabur (bab
4) adalah sebuah kasus tertentu dari konsep himpunan kabur yang mendukung adalah sebuah
himpunan bagian dari semesta U = R (garis asli R).
Sebuah bilangan kabur A (lihat(3.2)) dideskripsikan dengan fungsi keanggotaannya α
=FA(x) (3.1). Jika himpunan kabur (6.1) adalah cembung dan kenormalan maka
F A ( x)=μ A ( x )∧α =μ. Oleh karena itu, sebuah bilangan kabur satu maksimum adalah sebuah
cembung kenormalan himpunan kabur dan sebaliknya. Kesamaan yang cocok untuk sebuah
bilangan kabur dengan sebuah permukaan datar. Bilangan-bilangan kabur dalam bab 3,
bagian 3.1-3.7 bisa diekspresikan sebagai himpunan-himpunan kabur. Interval α-level atau α-
cut dalam bilangan kabur (lihat (3.3)) adalah sebuah kasus tertentu dari (6.5), α-cuts dari
himpunan kabur (6.1) dengan A ⊂ R.
Bilangan-bilangan kabur digambarkan besar (section 3.7) bisa dikaitkan dengan (cekung)
kenormalan himpunan-himpunan kabur.
Sebuah bilangan kabur lengkap dalam Z (section 3.8) adalah sebuah himpunan kabur
terhingga. Sebuah pendefinisian ulang bilangan kabur dalam Z bisa dipertimbangkan sebagai
sebuah himpunan kabur terhingga dimana µA(x) adalah sebuah hubungan sebagai ganti dari
sebuah fungsi.
Bagaimanapun, sebuah ketidakcembungan himpunan kabur bukan sebuah bilangan kabur.

Contoh 6.6
Pertimbangan ketidakcembungan himpunan kabur (gambar 6.8)
A={( x , μ A (x ))∨x ∈[0,2 π ], μ A (x )=¿ sin x∨}

Gambar 6.8 Himpunan kabur yang bukan bilangan kabur

Himpunan A bukan sebuah bilangan kabur. Fungsi keanggotaan µ A ( x )=¿ sin x∨¿
memiliki dua (maxima) dalam [0,2 π ].

6.3 Operasi Dasar dalam Himpunan Kabur

Mempertimbangkan himpunan-himpunan kabur A dan B dalam semesta U ,


A={( x , μ A ( x )) } , μ A ( x )Є [0,1]

B= {( x , μ B ( x ) ) } , μ B (x )Є [0,1]

Operasi A dan b adalah pengenalan melalui operasi dalam fungsi keanggotaannya μ A ( x )


dan μ B ( x ), sejalan dengan itu.

Persamaan
Himpunan-himpunan kabur A dan B adalah sama dinotasikan dengan A=B jika dan
hanya jika untuk setiapx ∈ U,
μ A ( x )=μ B ( x ) (6.7)

Penyertaan
Himpunan A termasuk dalam himpunan kabur B dinotasikan dengan A ⊆ B jika untuk
setiap x ∈ U ,
μA ( x ) ≤ μB( x ) (6.8)
Maka A disebut sebuah himpunan bagian dari B.

Himpunan bagian
Himpunan kabur A dikatakan himpunan bagian yang tepat dari himpunan kabur B
dinotasikan A ⊂ B ketika A adalah sebuah himpunan bagian dari B dan A ≠ B, bahwa
μ A ( x ) ≤ μ B ( x ) untuk setiap x ϵ U
μ A ( x )< μ B ( x ) untuk paling sedikit satu x ∈U } (6.9)

Contoh 6.7
Misalkan himpunan
A = { (x1 , 0.1 ) , (x2 , 0 ) , ( x3 , 0.9 ) , ( x4 , 0.6 ) }
B = { ( x1 , 0.3 ) , ( x2 , 0 ) , ( x3 , 1 ) , ( x4 , 0.7 ) }
Ketika
μ A ( x1 )=0.1 , μB (x 1 )=0.3 , 0.1<0.3
μ A ( x 2 )=0 , μ B ( x2 ) =0 , 0=0
μ A ( x 3 )=0.9 , μ B ( x3 ) =1 , 0.9< 1
μ A ( x 4 ) =0.6 , μB ( x 4 )=0.7 , 0.6< 0.7

berdasarkan (6.9) A adalah sebuah himpunan bagian yang layak dari B, yaitu A ⊂ B.

Komplement
Himpunan-himpunan kabur A dan Á akan saling melengkapi jika
μ Á ( x )=1−μ A ( x ) ∨μ A ( x )+ μ Á ( x ) =1

Fungsi keanggotaan μ Á ( x ) simetri pada μ A ( x ) dengan memenuhi pada garis μ=0.5

Contoh 6.8
Mari kita menemukan pelengkap untuk himpunan kabur
A = { ( 1 , 0.2 ) , ( 2 , 0.4 ) , ( 3 , 0.8 ) , ( 4 , 1 ) , ( 5 , 0.7 ) , ( 6 , 0.5 ) }

Menggunakan (6.10) memberikan


μ Á ( 1 )=1−μ A ( 1 )=1−0.2=0.8 ,
μ Á ( 2 )=1−μ A ( 2 )=1−0.4=0.6
μ Á ( 3 ) =1−μ A ( 3 ) =1−0.8=0.2
μ Á ( 4 )=1−μ A ( 4 )=1−1=0
μ Á ( 5 ) =1−μ A ( 5 ) =1−0.7=0.3
μ Á ( 6 )=1−μ A ( 6 )=1−0.5=0.5

Sehingga
Á={ ( 1,0.8 ) , ( 2,0.6 ) , ( 3,0.2 ) , ( 4,0 ) , (5,0.3 ) ,( 6,0.5) }

Grafik persentasi dari A dan A ditunjukkan pada gambar 6.9 ( titik untuk A , lingkaran
kecil untuk A )

Gambar 6.9 Himpunan kabur A dan Kompelemnya

Irisan
Operasi irisan dari A dan B dinotasikan sebagai A ∩ B didefinisikan dengan
μ A ⋂ B (x )=min( μ A ( x), μB (x)), x Є U (6.11)

Gabungan
Operasi penyatuan dari A dan B dinotasikan sebagai A ∪ B didefinisikan dengan
μ A ⋃ B (x )=max (μ A (x ), μ B ( x)), x Є U (6.12)

Contoh 6.9
Misalkan semesta U = { x1 , x2 , x3 , x4 } dan himpunan-himpunan kabur A dan B
didefinisikan dengan tabel
x x1 x2 x3 x4
μ A ( x) 0.2 0.7 1 0
μ B ( x) 0.5 0.3 1 0.1

Gunakan (6.11) dan (6.12) memberikan


x x1 x2 x3 x4
μ A ∩ B (x) 0.2 0.3 1 0
μ A ∪ B ( x) 0.5 0.7 1 0.1

Selisih
Operasi perbedaan dinotasikan A – B didefinisikan dengan
μ A −B ( x )=min(μ A (x) , μB́ (x )) ; (6.13)

Dengan (6.11) bisa dipersentasikan sebagai


μ A −B ( x )=μ A ∩ B́ ( x)

Juga dari definisi (6.13) dan dengan (6.11) kita punya


μ B− A ( x ) =min ( μB ( x ) , μ Á ( x ) ) =μ Á ∩ B ( x)

Contoh 6.10
Untuk himpunan-himpunan kabur A dan B diberikan dalam contoh 6.9 kita menemukan
penggunakan (6.10) dan (6.13),
x x1 x2 x3 x4
μ B́ ( x) 0.5 0.7 0 0.9
μ Á ( x) 0.8 0.3 0 1
μ A −B ( x ) 0.2 0.7 0 0
μ B− A ( x ) 0.5 0.3 0 0.1

Representasi skematik dari operasi dalam himpunan-himpunan kabur


Himpunan-himpunan kabur kembali ditunjukkan secara skematik dengan fungsi
keanggotaannya (diasumsikan secara terus-menerus) bagian dalam persegi panjang. Dalam
gambar 6.10 ditunjukkan µA(x) dan µB(x) dan dalam gambar 6.11 pelengkap µA(x) dan µB(x.)

Gambar 6.10. fungsi keanggotaan µA(x) , µB(x).

Gambar 6.11. fungsi keanggotaan µA(x) , µB(x).

Operasi penggabungan dan beririsan ditunjukkan dalam 6.12 dan perbedaan dalam
gambar 6.13

Gambar 6.12. fungsi keanggotaan yang irisan dan Gabungan.


Gambar 6.13. fungsi keanggotaan yag selisih

6.4 Sifat-sifat Himpunan Kabur

Misalkan himpunan kabur A, B, dan C. Tanpa pembuktian, di bawah memperkenalkan


properties penting menyertakan komplemen, irisan, dan gabungan (lihat formula (6.10),
(6.11), (6.12)). Kita menggunakan notasi himpunan dibandingkan fungsi keanggotaan untuk
membuat perbandingan dengan himpunan klasik.
A ∩ A= A ,
A ∪ A= A , } Idempoten (6.14)

A ∩ ( U × [ 0,1 ] )= A ,
A ∪ϕ= A , } Identitas (6.15)

A ϕ=ϕ ,
A ( U × [ 0,1 ] )=U × [ 0,1 ] , } Identitas (6.16)

A ∩ B=B∩ A ,
A ∪B=B∪ A , } Komutatif (6.17)

( A ∩ B ) ∩C= A ∩ ( B∩C ) ,
( A ∪B ) ∪ C= A ∪ ( B ∪C ) , } Asosiatif (6.18)

A ∩ ( B ∪C )=( A ∩ B ) ∪ ( A ∩C ) ,
A ∪ ( B ∩C )=( A ∪ B ) ∩ ( A ∪C ) , } Distributif (6.19)

Á=A Komplemen ganda (6.20)


´
A ∩B= Á ∪ B́ ,
A∪ ´ B= Á ∩ B́ } Hukum De Morgan (6.21)

Properties (6.14)-(6.21) mempunyai struktur yang sama pada himpunan klasik (Bagian
5.1 (5.7)-(5.14)) dengan perbedaan yang tidak berarti di (6.15) dan (6.16) mengikutsertakan
U × [ 0,1 ] daripada U. Hanya properti (5.15), hukum tiada jalan tengah, tidak berlaku untuk
himpunan kabur sejak A ∩ Á ≠ ϕdan A ∪ Á ≠U (di (5.15) mempunyai tanda sama dengan).
Ini adalah penggambaran di gambar 6.14 (Diagram venn untuk himpunan klasik) dan gambar
6.15 (Penyajian bagan untuk himpunan kabur)

Gambar 6.14. Hukum tiada jalan tengah untuk himpunan klasik

Gambar 6.15. Hukum tiada jalan tengah tidak berlaku untuk himpunan kabur
Fakta bahwa hukum tiada jalan tengah tidak berlaku untuk himpunan kabur adalah
kelaziman. Di teori himpunan klasik, setiap objek salah satu atau tidak mempunyai properti
tentu, menyatakan dengan 1 atau 0. Direalita ada elemen yang mempunyai properti derajat
antara 0 dan 1. Ada banyak perbedaan warna abu-abu antara hitam dan putih.
Kurangnya hokum tiada jalan tengah di himpunan kabur membuatnya lebih sedikit
spesifik daripada di teori himpunan klasik. Tetapi, di waktu yang sama, kekurangan ini
membuat himpunan kabur lebih umum dan mudah disesuaikan dibandingkan himpunan
klasik dan sangat cocok untuk mendeskripsikan ketidakjelasan dan proses dengan tidak
lengkap dan informasi ambigu.

6.5 Hasil Perkalian dan Penjumlahan Himpunan Kabur Secara Aljabar

Hasil perkalian secara aljabar


Hasil perkalian dari himpunan kabur A dan B, dinotasikan dengan A . B, didefinisikan
μ A . B ( x )=μ A ( x ) μ B ( x ), x∈U (6.22)
Hasil Penjumlahan (Probabilistic sum)
Hasil penjumlahan dari A dan B, dinotasikan A ^
+¿ B ¿, didefinisikan
μ A +¿
^ B ( x )= μ A
( x ) + μB ( x ) −μ A ( x ) μB ( x ) ¿ , x∈U (6.23)

Contoh 6.11
Misalkan himpunan kabur A dan B
A={( x 1 ,0.1 ) , ( x 2 ,0.7 ) , ( x3 , 1 ) , ( x 4 , 0 ) } ,

B= {( x 1 , 0.4 ) , ( x 2 , 0.3 ) , ( x 3 , 1 ) , ( x 4 , 0.2 ) }.

Menggunakan (6.22) dan (6.23) kita menemukan hasil perkalian dan penjumlahan;
A . B={( x1 , ( 0.1 )( 0.4 ) ) , ( x 2 , ( 0.7 ) ( 0.3 ) ) , ( x 3 , ( 1 ) ( 1 ) ) , ( x 4 , ( 0 )( 0.2 ) ) }

¿ {( x 1 , 0.04 ) , ( x 2 , 0.21 ) , ( x 3 , 1 ) , ( x 4 , 0 ) }

A +¿ B={ ( x1 , 0.1+0.4−0.04 ) , ( x 2 , 0.7+0.3−0.21 ) , ( x 3 , 1+ 1−1 ) , ( x 4 , 0+0.2−0 ) } ¿

¿ {( x 1 , 0.46 ) , ( x 2 , 0.79 ) , ( x 3 , 1 ) , ( x 4 , 0.2 ) }

Secara aljabar sifat-sifat hasil perkalian dan penjumlahan


A .U = A ,
A+ ∅=A , } Identity (6.24)

A . ∅= A ,
A +U =U , }
(6.25)

A . B=B . A ,
A + B=B+ A , } Komutatif (6.26)

( A . B ) . C=A .( B. C) ,
( A + B ) +C=A +(B+C ), } Asosiatif (6.27)

A ´. B= Á + B́ ,
A+ ´ B= Á . B́ } Hukum De Morgan (6.28)

Operasi aljabar perkalian (.) dan penjumlahan (+) dibandingkan dengan operasi himpunan
irisan (∩) dan gabungan (∪) (Bagian 6.4) banyak yang membatasi. Tidak ada sifat yang
cocok idempoten (6.14) dan distributif (6.19).
Dalam penambahan kami memberi empat sifat yang menyertakan keduanya, operasi
himpunan dan operasi aljabar.
A . ( B ∩C ) =( A . B ) ∩ ( A .C ) ,
A . ( B ∪C ) =( A . B ) ∪ ( A .C ) , } (6.29)

¿ (6.30)
Kita mengamati bahwa operasi aljabar berhubungan dengan distibutif pada operasi himpunan

6.6 Pangkat dan Hubungan Operasi di Himpunan Kabur

Pangkat
Jika p adalah sebuah bilangan positif dan A adalah sebuah himpunan kabur dengan fungsi
keanggotaan μ A ( x), maka A pangkat p, dinotasikan dengan A p didefinisikan
p
A p ={(x , μ A ( x ))} =¿ (6.31)

Contoh 6.12
Untuk himpunan kabur
A={ ( 1 ,0.1 ) , ( 2 ,0.8 ) , ( 3 , 1 ) ,( 4 ,0.2) }
dan bilangan p = 3 kami mempunyai dari (6.31)
3 3 3 3
A3 ={( 1 , ( 0.1 ) ) , ( 2 , ( 0.8 ) ) , ( 3 , ( 1 ) ) , ( 4 , ( 0.2 ) )}
¿ { ( 1 , 0.001 ) , ( 2 , 0.512 ) , ( 3 , 1 ) ,(4 , 0.008) }
Sekarang kita menganggap tiga kasus spesial dari A p which are sangat digunakan dalam
mendeskripsikan variabel linguistik

Konsentrasi
Operasi konsentrasi himpunan kabur A didefinisikan
CON ( A ) =A 2=¿ (6.32)
Hasil konsentrasi di penurunan dari nilai fungsi keanggotaan μ A ( x ) seperti: Untuk nilai kecil

dari μ A ( x ) ( 0< μ A ( x )< 0.5 ) penurunan yang secara relatif besar; untuk nilai besar dari μ A ( x )

( 0.5 ≤ μ A ( x )< 1 ) penurunan yang secara relatif kecil.

Pembesaran
Operasi pembesaran himpunan kabur A didefinisikan
1
DIL ( A )= A 2 =¿ (6.33)
Pembesaran memberrikan efek kebalikan pada A dibandingkan dengan efek pada
konsentrasi.

Contoh 6.13
Untuk himpunan kabur di contoh 6.12, menggunakan (6.32) dan (6.33), kita menemukan
CON ( A ) =A 2={ ( 1 , 0.01 ) , ( 2 , 0.64 ) , ( 3,1 ) , ( 4 , 0.04 ) } ,
1
1 2 1
DIL ( A )= A 2 = 1,
{( √ 10)( )
, 2,
√5
, (3,1 ) , 4 , (
√5
. )}
Contrast intensification
Operasi ini didefinisikan
2 A 2 for 0 ≤ μ A ≤ 0.5 ,
∫ ( A )= { 2
2 Á for 0.5 ≤ μ A ≤ 1
(6.34)

Dimana “batang” menjelaskan untuk komplemen (Lihat 6.10)


Perkalian himpunan kabur A2 dan Á2 dengan 2 di (6.35) didefinisikan sebagai perkalian dari
fungsi keanggotaan himpunan tersebut dengan 2. Perbandingan intensifikasi nilai yang
bertambah dari μ A ( x ) dimana lebih besar dari 0.5 dan menurun lebih kecil dari 0.5.
Fungsi keanggotaan (6.35) dapat diperkenalkan dalam bentuk
μ 2
2 [ μ A ( x ) ] for 0 ≤ μ A ≤ 0.5 ,
∫ ¿( A ) ( x )= { 2
1−2 ( 1−μ A ( x )) for 0.5 ≤ μ A ≤1
¿ (6.35)

Contoh 6.14
Misalkan kita menghitung ∫ ( A ) untuk himpunan kabur di contoh 6.12. tepat menggunakan
(6.35).
Untuk 0 ≤ μ A ( x )≤ 0.5 kita mempunyai
2 2
2 ( μ A ( 1 ) ) =2 ( 0.1 ) =0.02,
2 2
2 ( μ A ( 4 ) ) =2 ( 0.2 ) =0.08.
Untuk 0.5 ≤ μ A ( x )≤ 1 kita menghitung
2 2 2
1−2 ( 1−μ A ( 2 ) ) =1−2 ( 1−0.8 ) =1−2 ( 0.2 ) =1−0.08=0.92,
2 2
1−2 ( 1−μ A ( 2 ) ) =1−2 ( 1−1 ) =1
Karena itu,
∫ ( A )= { 1,0.002 ,( 4,0.08)} for 0 ≤ μ A ( x )≤ 0.5 ,
{ ( )
{ ( 2,0.92 ) ,(3,1)} for 0.5 ≤ μ A (x) ≤ 1.

6.7 Perluasan Prinsip

Misalkan sebuah fungsi y=f (x )(lihat bagian 5.2), dimana x ϵ X dan y ϵ Y ; f memetakan X ke
Y, y is the image of x under f. Juga menganggap sebuah himpunan kabur

A={( x , μ A ( x )) } , μ A ( x ) ∈ [ 0,1 ]
Perluasan prinsip didefinisikan dengan operasi
f ( A )=f ( {( x , μ A ( x ) ) })= {(f ( x ) , μ A ( x )) } , x ∈ X . (6.36)

Demikian the image of A under f adalah himpunan kabur dengan pasangan terurut pada
komponen pertama f ( x ), the image of x, saat komponen kedua μ A ( x) tidak diganti. Dilain hal
aplikasi dari perluasan prinsip mengubah x ke dalam f ( x ), yaitu mengubah domain x tapi
tidak memberi efek pada fungsi keanggotaan μ A ( x ).
Untuk himpunan kabur dengan bilangan terbatas dari elemen,
A={( x 1 , μ A ( x 1) ) , ( x 2 , μ A ( x2 ) ) , .. . , ( x n , μ A (x n ) ) } ,
Perluasan prinsip (6.36) menyatakan bahwa
f ( A )=f ( {( x , μ
1 A ( x 1 ) ) , ( x 2 , μ A ( x 2 ) ) , . . ., ( x n , μ A ( x n ) ) } ) .
¿¿ (6.37)

Contoh 6.15
Jika y=f ( x )=x 2 dan
A={ ( 1,1 ) , ( 2,1 ) , ( 3,0.8 ) ,(4,0.5) } ,
maka menggunakan notasi A2e sebagai ganti A2 memberikan

f ( A )= A2e = {( 12 ,1 ) , ( 22 ,1 ) , ( 32 , 0.8 ) ,( 42 , 0.5) }


¿ { ( 1,1 ) , ( 4,1 ) , ( 9,0.8 ) ,(16,0.5)}
Notasi A2e digunakan untuk membedakan aplikasi perluasan prinsip dari operasi pangkat
didefinikan oleh (6.31).
Himpunan kabur A dan its image f ( A )= A2e ditunjukkan pada gambar 6.16 dengan titik dan
lingkaran yang selalu berhubungan.
Gambar 6.16 Perluasan prinsip untuk A={ ( 1,1 ) , ( 2,1 ) , ( 3,0.8 ) ,(4,0.5)} dengan f ( x )=x 2

Contoh 6.16
Jika lagi y=f ( x )=x 2 tapi
A={ ( 0.1,1 ) , ( 0.2,1 ) , ( 0.3,0 .8 ) ,(0.4,0 .5) } ,
Maka
f ( A )= A2e =¿
¿ { ( 0.01,1 ) , ( 0.04,1 ) , ( 0.09,0 .8 ) ,(0.16,0 .5) }
Himpunan A dan f ( A )= A2e ditunjukkan pada gambar 6.17, A dengan titik, A2e dengan
lingkaran.

Gambar 6.17. perluasan prinsip untuk A={ ( 0.1,1 ) , ( 0.2,1 ) , ( 0.3,0 .8 ) ,(0.4,0 .5) } , dengan

f ( x )=x 2 .
Asumsikan kita mendeskripsikan kata yang kecil (variabel linguistik) dari himpunan A
pada contoh 6.15. Maka terlihat jelas untuk mendeskripsikan variabel linguistic diubah
menjadi sangat kecil (kecil )2e yaitu oleh A2e . Namun ini tidak benar. Alasannya adalah elemen
x di A dari himpunan yaitu x= {1 , 2, 3 , 4 } ketika subjek dioperasi kuadrat menghasilkan
2
x 2={ 1 , 4 , 9 , 16 }, karena memperpanjang bentuk himpunan kabur A dengan Ae (Lihat gambar
6.16). Sekarang dijelaskan lebih kecil himpunan A pada contoh 6.16. Maka sangat kecil dapat
dideskripsikan dengan A2e dengan x={0.1, 0.2 , 0.3 , 0.4 } diubah menjadi
2
x 2={ 0.001 , 0.04 , 0.09 , 0.16 }. Bentuk A dirapatkan mendekati 0 menghasilkan Ae (Lihat
gambar 6.17). Tipe ini tidak sulit ditemukan jika kita mendeskripsikan sangat kecil dengan
pangkat A2 (Lihat (6.31) dengan p=2). Pada Bab 9 kita akan belajar dengan detail bagaimana
menggambarkan variabel linguistik dan perubahannya.

Anda mungkin juga menyukai