BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana relasi tegas
2. Untuk mengetahui bagaimana sifat operasi pada himpunan tunggal
1
BAB II
PEMBAHASAN
∏ Ai
i=1
2
Contoh 3.1 Ketika A= {a1, a2, a3}, B= {b1,b2} hasil perkalian Kartesian (Gambar 3.1).
A × B = {( a 1 , b1 ) , ( a1 , b2 ) , ( a2 , b1 ) , ( a2 , b2 ) ,(a3 , b1 )(a3 ,b2 )}
Hasil Kartesian A × A berikut ini dan juga ditampilkan dalam (Gambar 3.2)
A × A ={( a1 ,a 1 ) , ( a1 , a 2) , ( a 2 , a3) , ( a 2 , a1 ) , ( a 2 , a2) , ( a 2 , a3) , ( a 3 , a1) , ( a3 , a2) ,(
a3 ,a 3)}
3
Definisi (relasi n-ary) Untuk himpunan, A1 , A 2 , A3 … An, relasi
A n itu adalah
( x1 , x2 , x3 , …, xn)∈ R
R ⊆ A 1 × A 2 × A 3 ×…× An
A B
R
dom (R) Ran (R)
4
menyebutnya " y adalah pemetaan x" ( Gambar 3.4).
Jadi kita bisa mengatakan ran (R) adalah himpunan yang mengumpulkan f (x) ini
ran (R)= f (A) ={ f (x) | x ∈A}
5
Gambar 3.6.(a). Surjection
Jika setiap anggota domain muncul tepat sekali di R, relasi R disebut pemetaan
6
atau fungsi. Ketika setidaknya satu anggota dari domain tersebut berelasi dengan
lebih dari satu elemen dari range, relasi tersebut bukan pemetaan dan disebut relasi
one-to-may. Oleh karena itu surjection, injektion dan bijection adalah fungsi, dan
dengan demikian unsur x di dom(R) dipetakan ke hanya satu elemen y di ran(R) oleh
fungsi R.
7
Gambar 3.8. Relasi dari x 2 + y 2 = 4
(3) Matrix
Metode ketiga adalah dengan memanipulasi relasi matriks. Misalkan A
dan B menjadi himpunan yang terbatas yang masing-masing memiliki m dan n
elemen. Asumsikan R adalah relasi antara A dan B, kita dapat mewakili relasi
dengan matriks M R = ( mij ) yang didefinisikan sebagai berikut
M R =(mij )
{
mij = 1 ,(ai , b j )∈ R
0 ,(ai , b j)∉ R
i=1,2 , 3 , … ,m
j=1,2 ,3 , … , n
Matriks tersebut disebut matriks relasi, dan gambar dari relasi diberikan
berikut ini.(Gambar. 3.7)
(4) Digraph
Metode keempat adalah grafik diarahkan atau metode digraf. Elemen
direpresentasikan sebagai node, dan hubungan antara unsur-unsur sebagai tanda
panah.
A = { 1, 2, 3, 4} dan R= {( 1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (1, 3), (2, 4), (4,1)}
misalnya. (Gambar 3.9) menunjukkan grafik berarah sesuai dengan hubungan ini.
Ketika relasi simetris, sebuah grafik tidak berarah dapat digunakan sebagai pengganti
dari grafik berarah.
8
Gambar 3.9. Graf terarah
2.1.5 Operasi pada Relasi
Pada bagian sebelumnya, Relasi R didefinisikan sebagai himpunan. Artinya, R
adalah himpunan yang memuat pasangan – pasangan terurut (x,y) untuk x∈A, y∈ B .
Jika kita menganggap R dan S adalah relasi yang didefinisikan pada ruang yang sama
A × B, relasi ini mungkin memiliki operasi gabungan, irisan, invers, dan komposisi.
(1) Gabungan dari relasi
T =R ∪S dikatakan gabungan dari R dan S.
jika ( x , y ) ∈ R atau ( x , y ) ∈ S , maka(x , y )∈T
(2) Irisan dari relasi
T =R ∩ S dikatakan irisan dari R dan S.
jika ( x , y ) ∈ R dan ( x , y ) ∈ S , maka( x , y )∈ T
(3) Komplemen dari relasi
A × B mewakili semua kemungkinan hubungan yang dapat terjadi antara dua
himpunan. Artinya setara dengan konsep himpunan semesta, sekarang
R={( x , y)∈ A × B∨(x , y) ∉ R }
Itu adalah,
Jika ( x , y ) ∉ R , maka(x , y )∈ R
R dikatakan komplemen dari relasi R.
(4) Relasi Invers
Misalkan R suatu relasi dari A ke B. Invers R−1 didefinisikan sebagai,
R−1 ={( y , x) ∈ B × A∨( x , y) ∈ R , x ∈ A , y ∈ B }
(5) Komposisi
Misalkan R dan S adalah dua relasi yang didefinisikan pada himpunan A, B
dan C. T dikatakan komposisi dari R dan S.
R ⊆ A × B , S ⊆ B× C
T =S • R ⊆ A ×C
T ={( x , z )∨x ∈ A , y ∈ B , z ∈C ,(x , y )∈ R ,( y , z )∈ S }
Misalkan R adalah relasi yang mencirikan himpunan A. Komposisi R dan R
9
ditulis sebagai R•R atau R2. Rn adalah komposisi ke-n dari R.
10
Sebuah relasi refleksif sering dilambangkan dengan D.
Contoh 3.2 Jika R didefinisikan pada A, dengan asumsi R bukan relasi refleksif,
maka R' =D ∪ R berisi R dan relasi refleksif. Pada saat ini, R ' dikatakan
penutupan refleksif dari R.
Contoh 3.3 Jika R didefinisikan pada A, penutupan transitif R adalah sebagai berikut
(gambar 3.10), yang sama dengan R∞ (relasi jangkauan).
R∞ =R ∪R 2 ∪ R3 ∪…
Penutupan transitif R∞ dari R untuk A = {1, 2, 3, 4,} dan R = {(1,2),
(2,3), (3,4), (2,1)} adalah,
R∞ ={( 1,1 ) , (1,2 ) , ( 1,3 ) , ( 1,4 ) , ( 2,1 ) , ( 2,2 ) , ( 2,3 ) , ( 2,4 ) , ( 3,4 ) }
(gambar 3.10) menjelaskan contoh ini.
11
Gambar 3.10. Penutupan Transitif
12
(a) Ekspresi oleh grafik tak terarah
Gambar. 3.11. Partisi dengan relasi ekivalensi
13
(a) Ekspresi oleh himpunan
Gambar 3.13 adalah contoh dari pre-order untuk diberikan relasi R pada
A. Tepi (b,d) dan (f,h) simetris dan lainnya non-simetris. Melihat dari atas ( b,d)
dan (f,h), Anda akan melihat bahwa relasi ekuivalensi tetap. Sehingga anggota
14
tersebut dapat dikatakan sebagai kelas yang sama seperti pada gambar.
Akibatnya kita dapat menjamin bahwa jika pre-order ada, itu berarti
bahwa order ada diantara kelas, dan jumlah anggota di kelas bisa lebih dari 1.
Jika sifat relasi antisymmetric ditambahkan ke pre-order, jumlah anggota di kelas
harus 1 dan itu menjadi order relasi.
(b) Pre-order
Gambar. 3.13. Pre-order relasi
15
iii) Relasi transitif
(x, y) ∈ R, (y, z) ∈ R → (x, z) ∈ R
x ∈ A → (x, x) ∉R
Karena order ditentukan dalam (b, a) dan (d, g) pada gambar, mereka dapat
dibandingkan. Dalam hal ini dikatakan "sebanding". Tapi a dan c "tak tertandingi".
Pasangan yang sebanding (x, y) dilambangkan sebagai x ≥y. Dalam relasi order,
ketika kondisi berikut (iv) ditambahkan, relasi ini disebut sebagai relasi "order total"
atau "order linier".
iv) ∀ x,y ∈A,(x,y) ∈R atau (y,x) ∈ R
Total order juga disebut sebagai “rantai” karena dapat ditarik dalam garis.
Dibandingkan dengan total order, dengan urutan sebagai berikut kondisi (i), (ii)
dan (iii) saja disebut “order parsial”, dan satu himpunan mendefinisikan order
parsial disebut “himpunan order partial”.
16
(1) Dalam pre-order, symmetry atau nonsymmetry diperbolehkan. Tapi dalam
kasus order, hanya antisymmetry diperbolehkan. Dengan kata lain,
menambahkan antisymmetry untuk pre-order, kita mendapatkan order.
(2) Sebuah pre-order dikatakan order antara kelas. Dengan kata lain, order
adalah pre- order yang membatasi jumlah kelas adalah 1.
(3) Sebuah relasi ekivalen memiliki symmetry, sehingga dapat diperoleh
dengan menambahkan symmetry untuk relasi pre-order.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Definisi (Relasi Biner) Jika A dan B adalah dua himpunan dan ada sifat
tertentu antara unsur-unsur x dari A dan y dari B, sifat ini dapat digambarkan
dengan menggunakan pasangan yang di lambangkan dengan (x, y). Satu
pasangan himpunan tersebut ( x, y), x ∈ A dan y ∈ B, disebut sebuah relasi R.
R = {(x, y) |x ∈ A , y ∈ B }
Ada beberapa karakter.sifat relasi yaitu One-to-many, Surjection/ (many-to-
one), Injection, dan Bijection.
2. Sifat operasi pada himpunan tunggal terdapat sifat dasar yang terbagi menjadi
4 yaitu: Relasi refleksif, Relasi Simetris, Relasi Transitif, Penutupan.
Kemudian relasi dikatakan ekivalen jika memenuhi kondisi relasi refleksif,
simetris dan transitif. Dan dikatakan kompatibel jika memenuhi kondisi relasi
refleksif dan simetris. Serta dikatakan relasi pre-order jika memenuhi kondisi
relasi refleksif dan transitif.
3.2 Saran
Mengenai materi yang dibahas pada makalah ini, penulis sangat berharap bagi
pembaca memberikan masukkan atau kritik agar penulis bisa memperbaiki
kekurangan yang ada pada makalah ini agar menjadi lebih baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kwang, H. Lee. 2005. First Course on Fuzzy Theory and Applications. New
York: Springer.
19