Anda di halaman 1dari 20

i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu himpunan fuzzy adalah suatu himpunan objek-objek yang
keanggotanya tidak dapat ditentukan secara tegas, namun diterangkan dengan suatu
fungsi keanggotaan yang menentukan derajat keanggotaan objek-objek tersebut.
Istilah himpunan kabur mulai diperkenalkan di tahun 1965 oleh Lotfi Zadeh. Konsep
himpunan fuzzy sebagai generalisasi himpunan tegas telah dijelaskan pada bab
sebelumnya.
Suatu relasi adalah deskripsi matematis dari situasi di mana unsur unsur
tertentu dari himpunan terkait satu sama lain dalam beberapa cara. Relasi pada
himpunan tegas merepresentasikan adanya asosiasi, interaksi atau keterhubungan
diantara dua unsur atau lebih. Relasi antar elemen himpunan tegas dapat diperluas
menjadi relasi fuzzy, dan relasi tersebut akan dianggap sebagai himpunan fuzzy.
Hubungan fuzzy adalah konsep penting dalam teori kabur dan telah banyak
digunakan di berbagai bidang seperti clustering fuzzy, kontrol fuzzy dan
ketidakpastian penalaran. Mereka juga memainkan peran penting dalam diagnosis
kabur dan pemodelan fuzzy. Untuk memperdalam terkait himpunan fuzzy, maka
dalam bab ini, kita harus mengetahui arti yang tepat dari dua istilah: relasi tegas dan
sifat operasi pada himpunan tunggal akan diperkenalkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana relasi tegas?
2. Bagaimana sifat operasi pada himpunan tunggal?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana relasi tegas
2. Untuk mengetahui bagaimana sifat operasi pada himpunan tunggal

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Relasi Tegas


2.1.1 Product Set (Perkalian Himpunan)
Asumsikan bahwa perintah antara unsur-unsur x dan y ada, pasangan terbuat
dari dua elemen ini disebut pasangan terurut. Sebuah pasangan terurut biasanya
dilambangkan dengan ( x, y).

Definisi (Product set) Misalkan A dan B dua himpunan yang tidak


kosong, perkalian himpunan atau perkalian Kartesian A × B
didefinisikan sebagai berikut.
A X B= {( a ,b )|a ∈ A , b ∈ B }

Konsep perkalian Kartesian dapat diperluas untuk n himpunan. Untuk


himpunan A1, A2…, An, himpunan semua n-tupel (a1,…,an) dengan a1 ∈ A1, a2 ∈ A2…
an ∈ An , di sebut Cartesian product (perkalian Kartesian) dan ditulis sebagai A1 × A2
×…× An atau
n

∏ Ai
i=1

Dari pada A × A dan A × A × A × …× A , kita menggunakan notasi A2 dan An.


Perkalian ini digunakan untuk “komposisi” dari himpunan dan relasi pada bagian
selanjutnya. Sebagai contoh, relasi adalah perkalian ruang yang diperoleh dari dua
himpunan A dan B. R 3= R x R x R menunjukkan ruang 3 dimensi dari bilangan riil.

Gambar. 3.1. Perkalian himpunan A×B

2
Contoh 3.1 Ketika A= {a1, a2, a3}, B= {b1,b2} hasil perkalian Kartesian (Gambar 3.1).
A × B = {( a 1 , b1 ) , ( a1 , b2 ) , ( a2 , b1 ) , ( a2 , b2 ) ,(a3 , b1 )(a3 ,b2 )}

Hasil Kartesian A × A berikut ini dan juga ditampilkan dalam (Gambar 3.2)
A × A ={( a1 ,a 1 ) , ( a1 , a 2) , ( a 2 , a3) , ( a 2 , a1 ) , ( a 2 , a2) , ( a 2 , a3) , ( a 3 , a1) , ( a3 , a2) ,(
a3 ,a 3)}

Gambar. 3.2. Perkalian Kartesian A × A

2.1.2 Definisi Relasi


Definisi (Relasi Biner) Jika A dan B adalah dua himpunan dan ada
sifat tertentu antara unsur-unsur x dari A dan y dari B, sifat ini dapat
digambarkan dengan menggunakan pasangan yang di lambangkan
dengan (x, y). Satu pasangan himpunan tersebut ( x, y ), x ∈ A dan y
∈ B, disebut sebuah relasi R.
R = {(x, y) |x ∈ A , y ∈ B }

R adalah relasi biner dan himpunan bagian dari A × B.


Istilah " x adalah dalam relasi R dengan y ” dilambangkan sebagai (x,y)∈R
atau x R y dengan R ⊆ A × B.
Jika ( x, y ) ∉ R, x tidak dalam relasi R dengan y. Jika A=B atau R
adalah relasi dari A ke A, maka ditulis :
(x, x) ∈R atau x R x untuk R ⊆ A × A.

3
Definisi (relasi n-ary) Untuk himpunan, A1 , A 2 , A3 … An, relasi

antara unsur-unsur x1 ∈ A 1 , x2 ∈ A 2 , x3 ∈ A3 ,… xn ∈ A n dapat

dijelaskan oleh n- tuple (x1, x2,…,xn). Sebuah koleksi n-tupel

seperti ( x 1 , x2 , x3 , …, xn) adalah relasi R antara A1 , A 2 , A3 , … ,

A n itu adalah

( x1 , x2 , x3 , …, xn)∈ R

R ⊆ A 1 × A 2 × A 3 ×…× An

Definisi (Domain dan range) Misalkan R untuk relasi antara A


dan B. Domain dan range dari relasi ini didefinisikan sebagai
berikut (Gambar 3.3.):
dom (R) = {x | x ∈A, (x, y) ∈R untuk beberapa y ∈ B}

ran (R) = {y | y ∈B, (x, y) ∈ R untuk beberapa x ∈ A}

A B

R
dom (R) Ran (R)

Gambar. 3.3. Domain dan range

Di sini kita menyebut himpunan A sebagai dukungan dari dom(R) dan B


sebagai dukungan dari ran(R). dom(R)= A menghasilkan spesifikasi yang lengkap
dan dom(R)⊆ A yang tidak ditentukan secara lengkap. Relasi R⊆ A×B adalah
himpunan pasangan terurut (x, y). Jadi, jika kita memiliki elemen tertentu x di A
kita dapat menemukan y dari B, yaitu gambar yang dipetakan dari A. Kita

4
menyebutnya " y adalah pemetaan x" ( Gambar 3.4).

Gambar. 3.4. Pemetaan y =f (x)

Jika kita mengungkapkan pemetaan ini sebagai f, y disebut gambar dari x


yang dilambangkan sebagai f (x)

R = {(x, y) | x ∈A, y ∈B, y = f (x)} atau f : A→B

Jadi kita bisa mengatakan ran (R) adalah himpunan yang mengumpulkan f (x) ini
ran (R)= f (A) ={ f (x) | x ∈A}

2.1.3 Karakteristik/ Sifat Relasi


(1) One-to-many
R dikatakan one-to-many jika: ∃ x ∈ A,y1, y2 ∈ B (x, y1) R, (x, y2)∈ R

Gambar 3.5. Relasi one-to-many ( bukan fungsi )

(2) Surjection ( may-to-one)


R dikatakan menjadi surjection jika f (A) = B atau ran(R) = B.
∀ y ∈ B, ∃ x A, y =f (x) \
Jadi, bahkan jika x 1≠ x 2, f ( x 1)= f( x 2) dapat kita teruskan.

5
Gambar 3.6.(a). Surjection

(3) Injektion (into, one-to-one)


R dikatakan injection jika untuk semua x 1, x 2∈ A, jika x 1≠ x 2, f ( x 1) ≠ f( x 2).
Oleh karena itu, jika R adalah injection, ( x 1, y) ∈R dan ( x 2, y) ∈R maka x 1= x 2.

Gambar 3.6.(b). Injection

(4) Bijection (one-to-one correspondence)


R dikatakan bijection jika itu memenuhi surjection dan injection. Dengan
asumsi A dan B berada di bijection, ini merupakan relasi ekuivalen, yaitu elemen-
elemen dan jumlah elemen sesuai.

Gambar 3.6.(c). Bijection

Jika setiap anggota domain muncul tepat sekali di R, relasi R disebut pemetaan

6
atau fungsi. Ketika setidaknya satu anggota dari domain tersebut berelasi dengan
lebih dari satu elemen dari range, relasi tersebut bukan pemetaan dan disebut relasi
one-to-may. Oleh karena itu surjection, injektion dan bijection adalah fungsi, dan
dengan demikian unsur x di dom(R) dipetakan ke hanya satu elemen y di ran(R) oleh
fungsi R.

2.1.4 Cara Menyajikan Relasi


Ada empat cara untuk menyatakan relasi antara himpunan A dan B.
(1) Bipartigraph
Yang pertama adalah dengan mengilustrasikan A dan B dalam gambar dan
mewakili relasi dengan menggambar busur atau tanda panah (Gambar 3.7).

Gambar 3.7. Relasi biner dari A ke B

(2) Coordinate diagram


Yang kedua adalah dengan menggunakan diagram koordinat dengan memplot
anggota A di sumbu x dan anggota B pada sumbu y, dan kemudian para anggota A×B
berada pada ruang. Gambar 3.8 menunjukkan jenis representasi untuk relasi R, yaitu
x 2 + y 2 = 4 dimana x∈ A dan y ∈B.

7
Gambar 3.8. Relasi dari x 2 + y 2 = 4

(3) Matrix
Metode ketiga adalah dengan memanipulasi relasi matriks. Misalkan A
dan B menjadi himpunan yang terbatas yang masing-masing memiliki m dan n
elemen. Asumsikan R adalah relasi antara A dan B, kita dapat mewakili relasi
dengan matriks M R = ( mij ) yang didefinisikan sebagai berikut
M R =(mij )

{
mij = 1 ,(ai , b j )∈ R
0 ,(ai , b j)∉ R
i=1,2 , 3 , … ,m
j=1,2 ,3 , … , n
Matriks tersebut disebut matriks relasi, dan gambar dari relasi diberikan
berikut ini.(Gambar. 3.7)

(4) Digraph
Metode keempat adalah grafik diarahkan atau metode digraf. Elemen
direpresentasikan sebagai node, dan hubungan antara unsur-unsur sebagai tanda
panah.
A = { 1, 2, 3, 4} dan R= {( 1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (1, 3), (2, 4), (4,1)}
misalnya. (Gambar 3.9) menunjukkan grafik berarah sesuai dengan hubungan ini.
Ketika relasi simetris, sebuah grafik tidak berarah dapat digunakan sebagai pengganti
dari grafik berarah.

8
Gambar 3.9. Graf terarah
2.1.5 Operasi pada Relasi
Pada bagian sebelumnya, Relasi R didefinisikan sebagai himpunan. Artinya, R
adalah himpunan yang memuat pasangan – pasangan terurut (x,y) untuk x∈A, y∈ B .
Jika kita menganggap R dan S adalah relasi yang didefinisikan pada ruang yang sama
A × B, relasi ini mungkin memiliki operasi gabungan, irisan, invers, dan komposisi.
(1) Gabungan dari relasi
T =R ∪S dikatakan gabungan dari R dan S.
jika ( x , y ) ∈ R atau ( x , y ) ∈ S , maka(x , y )∈T
(2) Irisan dari relasi
T =R ∩ S dikatakan irisan dari R dan S.
jika ( x , y ) ∈ R dan ( x , y ) ∈ S , maka( x , y )∈ T
(3) Komplemen dari relasi
A × B mewakili semua kemungkinan hubungan yang dapat terjadi antara dua
himpunan. Artinya setara dengan konsep himpunan semesta, sekarang
R={( x , y)∈ A × B∨(x , y) ∉ R }
Itu adalah,
Jika ( x , y ) ∉ R , maka(x , y )∈ R
R dikatakan komplemen dari relasi R.
(4) Relasi Invers
Misalkan R suatu relasi dari A ke B. Invers R−1 didefinisikan sebagai,
R−1 ={( y , x) ∈ B × A∨( x , y) ∈ R , x ∈ A , y ∈ B }
(5) Komposisi
Misalkan R dan S adalah dua relasi yang didefinisikan pada himpunan A, B
dan C. T dikatakan komposisi dari R dan S.
R ⊆ A × B , S ⊆ B× C
T =S • R ⊆ A ×C
T ={( x , z )∨x ∈ A , y ∈ B , z ∈C ,(x , y )∈ R ,( y , z )∈ S }
Misalkan R adalah relasi yang mencirikan himpunan A. Komposisi R dan R

9
ditulis sebagai R•R atau R2. Rn adalah komposisi ke-n dari R.

2.1.6 Jalur dan Konektivitas dalam Grafik


Lintasan dengan panjang n pada grafik yang didefinisikan oleh suatu relasi
R ⊆ A × A adalah deret berhingga dari p=a , x 1 , x 2 , … , x n−1, b dimana setiap elemen
harus berupa a R x 1 , x 1 R x 2 , … , x n−1 R b . Selain itu, ketika n mengacu pada bilangan
bulat positif,
(1) Relasi Rn pada A didefinisikan, x R n y berarti terdapat lintasan dari x ke y yang
panjangnya n.
(2) Relasi R∞ pada A didefinisikan, x R ∞ y berarti terdapat lintasan dari x ke y.
Artinya, terdapat relasi xRy atau xR2 y atau x R3 y … dan. Relasi R∞ relasi
jangkauan, dan dinotasikan sebagai x R ∞ y
(3) Relasi jangkauan R∞ dapat diartikan sebagai relasi konektivitas dari A.

2.2 Sifat Relasi pada Himpunan Tunggal


Sekarang kita akan melihat sifat- sifat dasar dari relasi yang didefinisikan
pada suatu himpunan, yaitu, R ⊆ A × A . Kita akan meninjau sifat-sifat seperti relasi
refleksif, relasi simetris, relasi transitif, tertutup, relasi ekivalensi, relasi
kompatibilitas, relasi preorder dan relasi urutan secara rinci.

2.2.1 Sifat Dasar


(1) Relasi Refleksif
Jika untuk semua x ∈ A , relasi xRx atau (x , x )∈ R terbentuk, kita
menyebutnya relasi refleksif. Relasi refleksif dapat dilambangkan sebagai
x ∈ A → ( x , x ) ∈ R atau μ R ( x , x )=1 , ∀ x ∈ A
Dimana simbol “→” berarti “implikasi”
Jika tidak terpenuhi untuk beberapa x ∈ A , relasi tersebut disebut “irrefleksif”.
Jika tidak terpenuhi untuk semua x ∈ A , relasinya adalah “antirefleksif”.
Ketika anda mengubah relasi refleksif menjadi matriks relasi yang sesuai,
Anda akan dengan mudah melihat bahwa setiap anggota diagonal diatur ke 1.

10
Sebuah relasi refleksif sering dilambangkan dengan D.

(2) Relasi Simetris


Untuk semua x , y ∈ A , jika xRy= yRx , R dikatakan relasi simetris dan
dinyatakan sebagai
( x , y ) ∈ R → ( y , x ) ∈ R atau
μ R ( x , y )=μ R ( y , x ) , ∀ x , y ∈ A
Relasi dikatakan “asimetris” atau “nonsimetris” jika untuk beberapa
x , y ∈ A , ( x , y ) ∈ R dan( y , x)∉ R
(3) Relasi Transitif
Konsep ini dicapai ketika relasi yang didefinisikan pada A memverifikasi
property berikut.
Untuk semua x , y , z ∈ A
( x , y ) ∈ R ,( y , z) ∈ R →(x , z )∈ R
(4) Penutupan
Ketika relasi R didefinisikan dalam A, syarat penutupan adalah,
1) Himpunan A harus memenuhi property spesifik tertentu.
2) Perpotongan antara himpunan bagian A ' harus memenuhi relasi R.
Relasi terkecil R' yang mengandung sifat spesifik disebut penutupan R.

Contoh 3.2 Jika R didefinisikan pada A, dengan asumsi R bukan relasi refleksif,
maka R' =D ∪ R berisi R dan relasi refleksif. Pada saat ini, R ' dikatakan
penutupan refleksif dari R.

Contoh 3.3 Jika R didefinisikan pada A, penutupan transitif R adalah sebagai berikut
(gambar 3.10), yang sama dengan R∞ (relasi jangkauan).
R∞ =R ∪R 2 ∪ R3 ∪…
Penutupan transitif R∞ dari R untuk A = {1, 2, 3, 4,} dan R = {(1,2),
(2,3), (3,4), (2,1)} adalah,
R∞ ={( 1,1 ) , (1,2 ) , ( 1,3 ) , ( 1,4 ) , ( 2,1 ) , ( 2,2 ) , ( 2,3 ) , ( 2,4 ) , ( 3,4 ) }
(gambar 3.10) menjelaskan contoh ini.

11
Gambar 3.10. Penutupan Transitif

2.2.2 Relasi Ekivalensi


Definisi (Relasi Ekuivalensi) Relasi R⊆A × A adalah relasi
ekuivalensi jika kondisi berikut dipenuhi.
i) Relasi refleksif
x ∈ A →( x , x) ∈ R
ii) Relasi simetris
(x , y )∈ R →( y , x )∈ R
iii) Relasi transitif
( x , y ) ∈ R ,( y , z) ∈ R →( x , z )∈ R

Jika suatu relasi ekivalensi R diterapkan pada himpunan A, kita dapat


melakukan partisi A menjadi n himpunan bagian yang terpisah A1 , A 2 ,… yang
merupakan kelas – kelas ekivalen dari R. pada saat ini disetiap kelas ekivalen, ketiga
kondisi diatas adalah diverifikasi. Dengan asumsi relasi ekivalensi R dalam A
diberikan, kelas ekivalensi diperoleh. Himpunan kelas – kelas ini adalah partisi dari
A.

(a) Ekspresi dari himpunan

12
(a) Ekspresi oleh grafik tak terarah
Gambar. 3.11. Partisi dengan relasi ekivalensi

Oleh R dan dilambangkan sebagai π (A/R). gambar 3.11 menunjukkan relasi


ekivalensi yang diverifikasi pada A1 dan A2.
π (A/R) = { A1 , A 2 }={ { a , b , c } , {d , e } }

2.2.3 Relasi Kompatibel (Toleransi Relation)


Definisi (Relasi kompatibel) Jika relasi memenuhi kondisi berikut
untuk setiap x,y∈ A, relasi disebut relasi kompatibel.
i) Relasi refleksif
x ∈ A ⟶ (x, x) ∈ R

ii) Relasi simetris


( x , y ) ∈ R → ( y , x )∈ R

Jika relasi kompatibel R diterapkan pada himpunan A, kita dapat


menguraikan himpunan A ke himpunan bagian disjoin yang merupakan kelas
kompatibilitas. Di setiap kelas kompatibilitas, ada dua kondisi dipenuhi. Oleh
karena itu, hubungan kompatibilitas pada himpunan A memberikan partisi. Tapi
satu-satunya perbedaan dari relasi ekivalen adalah relasi transitif tidak lengkap
dalam relasi kompatibilitas.

13
(a) Ekspresi oleh himpunan

(b) Ekspresi oleh grafik tak terarah


Gambar. 3.12. Partisi dengan relasi kompatibel

(Gambar 3.12) menggambarkan partisi dari himpunan A oleh relasi


kompatibilitas. Di sini, kelas kompatibilitas adalah {a,b,c} dan {d,e}.

2.2.4 Pre-order Relasi


Definisi (Pre-order relasi) untuk setiap x, y, z ∈A, jika relasi
R⊆A×A memenuhi kedua kondisi ini, hal itu disebut pre-order
relasi.
i) Relasi refleksif.
x ∈ A⟶( x, x) ∈R
ii) Relasi transitif
(x, y) ∈ R, (y, z) ∈ R→ (x, z) ∈R

Gambar 3.13 adalah contoh dari pre-order untuk diberikan relasi R pada
A. Tepi (b,d) dan (f,h) simetris dan lainnya non-simetris. Melihat dari atas ( b,d)
dan (f,h), Anda akan melihat bahwa relasi ekuivalensi tetap. Sehingga anggota

14
tersebut dapat dikatakan sebagai kelas yang sama seperti pada gambar.
Akibatnya kita dapat menjamin bahwa jika pre-order ada, itu berarti
bahwa order ada diantara kelas, dan jumlah anggota di kelas bisa lebih dari 1.
Jika sifat relasi antisymmetric ditambahkan ke pre-order, jumlah anggota di kelas
harus 1 dan itu menjadi order relasi.

(a) Pre-order relasi

(b) Pre-order
Gambar. 3.13. Pre-order relasi

2.2.5 Order Relasi


Definisi (Order relasi) Jika relasi biner R⊆A× A memenuhi syarat
berikut untuk setiap x, y, z ∈ A, itu disebut sebagai order relasi (atau
order relasi parsial).
i) Relasi refleksif.
x ∈ A⟶ (x, x) ∈ R
ii) Relasi antisimetrik
(x, y) ∈ R→ (y, x) ∉ R

15
iii) Relasi transitif
(x, y) ∈ R, (y, z) ∈ R → (x, z) ∈ R

Ketika relasi R diberikan kepada himpunan pada himpunan A, perintah


menurut R didefinisikan antara unsur-unsur A (Gambar. 3.14). Jika kondisi (1)
diganti dengan

(i') Relasi Antirefleksi

x ∈ A → (x, x) ∉R

kita menerapkan istilah “order relasi tegas”.

Karena order ditentukan dalam (b, a) dan (d, g) pada gambar, mereka dapat
dibandingkan. Dalam hal ini dikatakan "sebanding". Tapi a dan c "tak tertandingi".
Pasangan yang sebanding (x, y) dilambangkan sebagai x ≥y. Dalam relasi order,
ketika kondisi berikut (iv) ditambahkan, relasi ini disebut sebagai relasi "order total"
atau "order linier".
iv) ∀ x,y ∈A,(x,y) ∈R atau (y,x) ∈ R

Total order juga disebut sebagai “rantai” karena dapat ditarik dalam garis.
Dibandingkan dengan total order, dengan urutan sebagai berikut kondisi (i), (ii)
dan (iii) saja disebut “order parsial”, dan satu himpunan mendefinisikan order
parsial disebut “himpunan order partial”.

Definisi (fungsi Ordinal) Untuk semua x, y ∈ A (x ≠ y),


i) Jika ( x , y ) ∈ R , xRy atau x > y ,
f ( x )=f ( y )+ 1

ii) Jika keterjangkauan relasi ada di x dan y, yaitu jika xR∞y,


f (x) > f (y)

Pasangan ( x, y) dapat ditulis sebagai x ≥ y. Menerapkan fungsi ordinal


ke dalam relasi order (Gambar. 3.14 (a)), hasil (Gambar. 3.14 (b)).
Sekarang dapat diringkas sebagai berikut:

16
(1) Dalam pre-order, symmetry atau nonsymmetry diperbolehkan. Tapi dalam
kasus order, hanya antisymmetry diperbolehkan. Dengan kata lain,
menambahkan antisymmetry untuk pre-order, kita mendapatkan order.
(2) Sebuah pre-order dikatakan order antara kelas. Dengan kata lain, order
adalah pre- order yang membatasi jumlah kelas adalah 1.
(3) Sebuah relasi ekivalen memiliki symmetry, sehingga dapat diperoleh
dengan menambahkan symmetry untuk relasi pre-order.

(a) Relasi Order

(b) Fungsi Ordinal


Gambar. 3.14. Order relasi dan fungsi ordinal

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Definisi (Relasi Biner) Jika A dan B adalah dua himpunan dan ada sifat
tertentu antara unsur-unsur x dari A dan y dari B, sifat ini dapat digambarkan
dengan menggunakan pasangan yang di lambangkan dengan (x, y). Satu
pasangan himpunan tersebut ( x, y), x ∈ A dan y ∈ B, disebut sebuah relasi R.
R = {(x, y) |x ∈ A , y ∈ B }
Ada beberapa karakter.sifat relasi yaitu One-to-many, Surjection/ (many-to-
one), Injection, dan Bijection.
2. Sifat operasi pada himpunan tunggal terdapat sifat dasar yang terbagi menjadi
4 yaitu: Relasi refleksif, Relasi Simetris, Relasi Transitif, Penutupan.
Kemudian relasi dikatakan ekivalen jika memenuhi kondisi relasi refleksif,
simetris dan transitif. Dan dikatakan kompatibel jika memenuhi kondisi relasi
refleksif dan simetris. Serta dikatakan relasi pre-order jika memenuhi kondisi
relasi refleksif dan transitif.

3.2 Saran
Mengenai materi yang dibahas pada makalah ini, penulis sangat berharap bagi
pembaca memberikan masukkan atau kritik agar penulis bisa memperbaiki
kekurangan yang ada pada makalah ini agar menjadi lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kwang, H. Lee. 2005. First Course on Fuzzy Theory and Applications. New
York: Springer.

19

Anda mungkin juga menyukai