195-Original Article-503-1-10-20170916
195-Original Article-503-1-10-20170916
Original Article
191
Konsumsi Asam Lemak Omega 3 Menurunkan Postpartum Blues di RS Aisyiyah Muntilan
192
Medica Hospitalia | Vol. 2, No. 3, November 2014
TABEL 1
Distribusi Frekuensi Responden
Umur
Umur resiko rendah 23 42,59 22 40,74 45 83,33 0,721
20–35 tahun
Umur resiko tinggi 4 7,41 5 9,26 9 16,67
<20 tahun atau >35 tahun
Pendidikan
Rendah 14 25,93 12 22,22 26 48,15 0,594
SD–SMP
Tinggi 13 24,07 15 27,78 28 51,85
SMA–Perguruan Tinggi
Pekerjaan
Tidak bekerja 19 35,19 2 38,89 40 74,07 0,543
Bekerja 8 14,81 6 11,11 14 25,93
Paritas
Primipara 11 20,37 15 27,78 26 48,15 0,285
Multipara 16 29,63 12 22,22 28 51,85
Dukungan sosial
Ada 27 50,00 27 50,00 54 100,00 0,000
Tidak ada 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Parameter yang digunakan adalah OR yaitu sebesar 5,641 terhadap bayinya. Ibu tidak mampu merawat bayinya
dengan IK 95% 1,754–18,142. Artinya, responden yang secara optimal mengakibatkan kondisi kesehatan dan
tidak mengkonsumsi asam lemak omega 3 mempunyai kebersihan bayinya tidak optimal, ibu tidak bersemangat
kemungkinan 6 kali mengalami postpartum blues menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan
dibandingan dengan responden yang mengkonsumsi perkembangan bayinya tidak seperti bayi-bayi dengan
asam lemak omega 3. Nilai OR sebesar 6 dapat juga ibu yang sehat.6 Pengaruh postpartum blues pada ibu yaitu
diintrepretasikan bahwa nilai probabilitas responden mengalami gangguan aktivitas sehari-hari, mengalami
yang tidak mengkonsumsi asam lemak omega 3 gangguan dalam berhubungan dengan orang lain
mengalami postpartum blues adalah sebesar 84%. (keluarga dan teman), resiko menggunakan zat-zat
Para ahli mengatakan bahwa predisposisi berbahaya seperti: rokok, alkohol, obat-obatan/
terjadinya postpartum blues pada ibu postpartum dapat narkotika, kemungkinan terjadi peningkatan kearah
disebabkan oleh faktor hormonal, berupa kadar estrogen, depresi postpartum yang lebih berat, kemungkinan
progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah. melakukan suicide/infanticide. Pengaruh postpartum
Kadar estrogen turun secara bermakna setelah blues pada bayi adalah bayi sering menangis dalam
melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi jangka waktu lama, mengalami masalah tidur dan
aktifitas enzim monoamine oksidase, yaitu suatu enzim gangguan makan, kemungkinan mengalami infanticide .6
otak yang bekerja menginaktifasi baik noradrenalin Selama kehamilan, kadar estrogen (estradiol,
maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan estriol, dan estron) dan progesteron meningkat akibat
kejadian postpartum blues.5 dari plasenta yang memproduksi hormon tersebut.
Postpartum blues mempunyai pengaruh yang Akibat dari kelahiran plasenta saat persalinan, kadar
penting pada interaksi bayi dan ibu selama tahun estrogen dan progesteron menurun tajam, mencapai
pertama, karena bayi tidak mendapatkan rangsangan kadar sebelum kehamilan. Kadar dari beta-endorfin,
cukup. Pada ibu dengan minat dan ketertarikan terhadap human chorionic gonadotropin (HCG), dan kortisol yang
bayinya berkurang sehingga tidak berespon positif meningkat saat kehamilan dan mencapai kadar
193
Konsumsi Asam Lemak Omega 3 Menurunkan Postpartum Blues di RS Aisyiyah Muntilan
TABEL 2 TABEL 3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Distribusi frekuensi responden berdasarkan
konsumsi asam lemak Omega 3 (n=54) Postpartum Blues (n=54)
TABEL 4
Hubungan konsumsi asam lemak Omega 3 dengan Postpartum Blues (n=54)
maksimal saat menjelang aterm juga mengalami berkurang. Konsumsi asam lemak omega 3 selama
penurunan saat persalinan. Kadar estrogen yang tinggi sebulan terakhir sebelum melahirkan dikaitkan dapat
selama kehamilan merangsang produksi dari thyroid mempertahankan produksi hormon serotonin, sehingga
hormone binding globulin, mengikat T3 (triiodothyronine) saat melahirkan hormon serotonin tidak terlalu menurun
dan T4 (thyroxine), sehingga kadar T3 dan T4 bebas drastis.9
menurun. Sebagai konsekuensinya, thyroid-stimulating Perubahan pada axis HPA terjadi selama
hormone (TSH) meningkat untuk mengkompensasi kehamilan sebagai akibat perubahan dari kadar
rendahnya kadar hormon tiroid bebas, sehingga kadar T3 progesteron dan estrogen. Corticotrophin releasing homone
dan T4 bebas tetap normal.7, 8 (CRH) diproduksi oleh trofoblas, fetal membran dan
Estradiol dan estriol merupakan bentuk aktif dari desidua, di regulasi oleh steroid, berkurang kadarnya
estrogen yang dibentuk oleh plasenta yang meningkat karena pengaruh progesteron, dan berlawanan dengan
selama kehamilan 100 sampai 1000 kali lipat. Sintesis umpan balik pada hipotalamus, kadar CRH plasenta
estradiol berasal dari aktifitas metabolism hati janin. meningkat karena pengaruh glukokortikoid. CRH
Berdasarkan percobaan pada hewan, estradiol plasenta selanjutnya diregulasi (seperti di hipotalamus)
menguatkan fungsi neurotransmitter melalui oleh vasopressin, norepinefrin, angiotensin II,
peningkatan sintesis dan mengurangi pemecahan prostaglandin, neuropeptida Y, dan oksitosin. Pelepasan
serotonin, sehingga secara teoritis penurunan kadar CRH dirangsang oleh activin dan interleukin, dan
estradiol akibat persalinan berperan dalam dihambat oleh inhibin dan nitrit oksida. Peningkatan
menyebabkan depresi pasca persalinan.8 progresif kadar CRH maternal selama kehamilan akibat
Kadar prolaktin meningkat selama kehamilan, sekresi CRH intrauterin kedalam sirkulasi maternal.
mencapai puncaknya saat persalinan, dan pada wanita Kadar tertinggi ditemukan selama persalinan. Kadar
yang tidak menyusui kembali seperti keadaan sebelum CRH maternal meningkat selama kehamilan dalam
hamil dalam 3 minggu pasca persalinan. Dengan keadaan stres, preeclampsia, dan persalinan
pelepasan oksitosin, hormon yang merangsang sel preterm.9,10,11
lactotropik di hipofisis anterior, pemberian ASI Protein pengikat untuk CRH terdapat pada
mempertahankan kadar prolaktin tetap tinggi. Namun sirkulasi manusia, dan diproduksi di plasenta, fetal
pada wanita menyusui sekalipun, kadar prolaktin tetap membran dan desidua. Kadar protein pengikat pada
akan kembali seperti sebelum hamil. Prolaktin diduga sirkulasi maternal selama kehamilan tidak berbeda
memiliki peran dalam terjadinya perasaan cemas dan dengan saat tidak hamil, sedikit meningkat pada usia
depresi.9, 10 kehamilan 35 minggu dan menurun drastis hingga
Konsumsi asam lemak omega 3 meningkatkan aterm. Placental CRH dan maternal CRH merangsang
produksi hormon serotonin, hormon yang membuat hipofisis anterior untuk meningkatkan ACTH, sehingga
bahagia sehingga perasaan cemas dan depresi dapat merangsang sekresi maternal kortisol dari korteks
194
Medica Hospitalia | Vol. 2, No. 3, November 2014
195
Konsumsi Asam Lemak Omega 3 Menurunkan Postpartum Blues di RS Aisyiyah Muntilan
5. Rosenthal, M. Sara. 2003. Woman Depression: A Same 11. Yamashita H, Yoshida k, Nakano K, Tashiro K. 2000. Postnatal
Approach to Mood Disorder. Los Angeles: Lowell House. Depression in Japanese Women Detecting the Early Onset of
6. Lubis, L. N. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis, Edisi 1. Jakarta: Postnatal Depression by Closely Monitoring the Postpartum
Kencana. Mood. Journal of Affective Disorders; 58: 145–54.
7. Yim IS, et al. 2009. Risk of Postpartum Depressive Symptoms 12. Cohen LS, Nonacs RM. 2005. Postpartum Mood Disorder. In
With Elevated Corticotropin-Releasing Hormone in Human Mood and Anxiety Disorder During Pregnancy and
Pregnancy. Arch Gen Psychiatry; 66(2): 162–169. Postpartum. Review of Psychiatry Vol. 24, 77–96 Arlington:
8. Bloch M, Rotenberg N, Koren D, Klein E. 2006. Risk Factors for American Psychiatric Publishing.
Early Postpatum Depressive Symptoms. General Hospital 13. Bramardianto. 2012. Gejala Kekurangan Omega 3. Diunduh
Psychiatry; 28: 3–8. tanggal 13 Maret 2014 http://bramardianto.com/gejala-
9. Beck CT. 2002. Revision of The Postpartum Depression kekurangan-omega-3.html
Predictors Inventory. JOGHN, 31 : 394–402
10. Dennis CL. 2005. Psychosocial and Psychological Interventions
for Prevention of Postnatal Depression: Systematic Review.
British Medical Journal 331 : 1–8.
196