Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Metode Amenore Laktasi

1. Definisi Metode Amenore Laktasi (MAL)

Metode Aminorea Laktasi (MAL ) yaitu kontrasepsi yang dapat digunakan

pasca persalinan dimana kontrasepsi yang hanya mengandalkan pemberian

ASI secara eksklusif, artinya dengan metode ini haid tidak muncul teratur

selama 24 minggu atau 6 bulan. Ibu yang tidak menyusui bayinya selama

lebih dari 3 bulan, mereka lebih memiliki resiko hamil lebih besar, karena

lebih dari 80% mengalami haid dan ovulasi pada minggu ke 10 setelah

melahirkan. Amenore Laktasi sebagai metode ber KB alamiah yang

sifatnya sementara melalui pemberian ASI secara eksklusif segera setelah

melahirkan (post partum ) selama 6 bulan. Metode ini akan memberikan

perlindungan kepada ibu dari kehamilan berikutnya yang terlalu

dekat/cepat, dengan efektifitas 98,2% selama 9 sampai 10 bulan

(Muryanta, 2012)

Kadar prolaktin selama masa gestasi mengalami peningkatan, terjadi

perangsangan terhadap pertumbuhan payudara dan kelenjar mammae.

Peningkatan kadar prolaktin akan mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi

dan infertilisasi. Proses laktasi postpartum berperan penting dalam

menunda kembalinya ovulasi setelah persalinan. Estrogen dan

progesterone memiliki efek hambatan terhadap prolaktin pada ayudara.

Setelah persalinan, prolaktin bertindak sebagai hormone utama yang

mendukung produksi ASI dan terjadi penurunan kadar estrogen dan


progesterone beserta efek inhibitornya terhadap prolaktin dan

mempertahannkan produksi ASI. Pembesaran payudara dan sekresi ASI

secara penuh mulai terjadi pada hari ketiga hingga keempat pasca

persalinan ketika estrogen dan progesterone benar- benar telah hilang dari

sirkulasi wanita. Kontrasepsi hormonal khususnya yang mengandung

estrogen dapat mengganggu laktasi melalui efek inhibitornya terhadap

prolaktin yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI.

2. Cara Kerja MAL

Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya

ovulasi. Pada saat menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan

oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin dan hormon

gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor).

Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak

terjadi ovulasi (Marmi, 2016)

3. Keuntungan MAL

Menurut Handayani (2010) dalam Rosida (2017) MAL dapat

memberikan keuntungan kontrasepsi ataupun non kontrasepsi yaitu :

a. Keuntungan kontrasepsi

1. Efektivitas metode amenorea laktasi tinggi ( keberhasilan 98% pada

6 bulan pasca persalinan )

2.Tidak mengganggu senggama

3.Tidak ada efek samping secara sitemik

4.Tidak perlu pengawasan medis


5.Tidak perlu obat obatan atau alat

6.Tanpa biaya

b. Keuntungan non kontrasepsi

Untuk bayi :

1.Mendapat kekebalan pasif (mendapat antibody perlindungan lewat

ASI)

2.Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh

kembang bayi yang optimal

3.Terhindar dari keterpaparan kontaminasi dari air , susu lain atau

formula, atau alat minum yang dipakai.

Untuk ibu

1. Mengurangi pendarahan pasca persalinan

2.Mengurangi resiko anemia

3.Meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi.

4. Keterbatasan atau kekurangan dalam kontrasepsi MAL (Marmi,

2016)

1.Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui

dalam 30 menit persalinan

2.Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial

3.Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan

6 bulan

4.Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/ HBV dan

HIV/AIDS

5.Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak mneyusui


6.Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif

5. Indikasi MAL

Yang dapat menggunakan MAL (Marmi, 2016) yaitu :

1. Ibu menyusui secara eksklusif

2.Bayi berumur kurang dari 6 bulan

3.Ibu belum medapatkan haid sejak melahirkan

Wanita yang menggunakan MAL, harus menyusui dan memperhatikan

hal hal dibawah ini (Marmi, 2016) :

a. Dilakukan segera setelah melahirkan

b. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal

c. Pemberian ASI tanpa botol atau dot

d. Tidak mengkonsumsi suplemen

e. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan bayi sedang sakit

6. Kontra indikasi MAL

Yang tidak dapat menggunakan MAL (Marmi, 2016)

1. Sudah mendapatkan haid sejak setelah bersalin

2.Tidak menyusui secara eklusif

3.Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan

4.Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam

5.Harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan

6.Menggunakan obat yang mengubah suasana hati

7.Menggunakan obat- obatan jenis ergotamine, anti metabolism,

cyclosporine, bromocriptine, obat radio aktif, lithium, atau anti


koagulan.

Metode amenorea laktasi tidak direkomendasikan pada kondisi ibu

yang memiliki HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun demikian, MAL

boleh digunakan dengan pertimbangan penilian klinis medis, tingkat

keparahan kondisi ibu, kesediaan dan penerimaan metode kontrasepsi lain

(Marmi, 2016)

7. Syarat menggunakan Kontrasepsi MAL

Metode Amenore Laktasi (MAL)dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :

1. Menyusui secara penuh (full breast feeding)

Menyusui secara penuh lebih efektif bila pemberian > 8 kali sehari.

American Academy of Pediatrics/APP (1997, dalam Kemenkes RI, 2013)

merekomendasikan frekuensi menyusui perhari( 24 jam) sebanyak 8-12

kali dengan durasi menyusui selama 10-15 menit untuk tiap payudara.

Minggu pertama pasca melahirkan, meskipun bayi tidak memberi tanda

untuk menyusu, bayi tetap rutin diberi ASI setiap 4 jam setelah terakhir

menyusui. Pemberian suplemen makanan dan minuman apapun tidak

diperbolehkan kecuali obat- obatan atas indikasi medis.

2. Belum Haid

Wanita yang tidak menyusui biasanya mendapatkan menstruasi

pertamanya 6 minggu setelah persalinan. Namun wanita yang menyusui

secara teratur mengalami amenore 25 sampai 30 minggu

3. Umur bayi kurang 6 bulan dan efektif sampai 6 bulan

Jika dipakai secara benar, metode amenore laktasi merupakan metode

kontrasepsi yang dapat dipercaya, yaitu jika ibu tersebut pehuh atau
hampir penuh menyusui siang dan malam dan

mengalami amenore selama 6 bulan pertama sampai ibu memberikan

makanan pendamping.

8. Faktor yang Mendukung Keberhasilan MAL

Efektivitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara

benar dan memenuhi persyaratan seperti digunakan selama enam bulan

pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan

menyususi secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman

tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada

frekuensi dan intensitas menyusui. (Marmi, 2016)

Beberapa catatan dari konsesnus Bellagio (1988) untuk mencapai

efektivitas MAL 98% , yaitu : ( Affandi dkk, 2011) dalam Rosida (2017)

Ibu harus menyusu penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2

teguk air/ minuman pada upacara adat/ agama)

1. Pendarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum

dianggap haid)

2. Bayi menghisap secara langsung

3. Menyusui dimulai dari setengah sampai 1 jam setelah bayi lahir

4. Kolostrum diberikan kepada bayi

5. Pola menyusui on demand (menyusui setiap bayi membutuhkan) dan dari

kedua payudara

6. Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari

7. Hindari jarak menyusui > 4 jam


Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid,

tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek ketidak suburan karena menyusui

sangat dipengaruhi oleh Cara menyusui, seringnya menyusui, lamanya setiap

kali menyusui, jarak antara menyusui dan kesungguhan menyusui.

9. Mekanisme Menyusui sebagai Metode Amenore Laktasi (MAL)

Yeti, Anggraini, (2012) menyatakan proses menyusui dapat menjadi

metode kontrasepsi alami karena hisapan bayi pada putting susu dan areola akan

merangsang ujung- ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke

hipotalamus.

Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor- faktor yang menghambat sekresi

prolaktin. Namun hal ini sebaliknya akan merangsang faktor- faktor tersebut

merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin. Hormone

prolaktin akan merangsang sel- sel alveoli yang memproduksi air susu.

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal dari isapan

bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang kemudian dikeluarkan

oksitosin melalui aliran darah. Hormone ini kemudian diangkut menuju uterus

sehingga terjadilah proses involusi.

Oksitosin yang sampai pada alveoli akan merangsang kontraksi dari sel akan

memeras ASI yang telah terbuat dari alveoli dan masuk

ke sistem duktulus yang selanjutnya mengalirkan melalui duktus laktiferus

masuk ke mulut bayi.

Hipotesa lain yang menjelaskan efek kontrasepsi pada ibu menyusui meyatakan

bahwa rangsangan syarafdari putting susu diteruskan ke hypothalamus,


mempunyai efek merangsang pelepasan beta endropin yang akan menekan

sekresi hormone gonadotropin oleh hypothalamus. Akibatnya adalah penurunan

sekresi dari hormone Leutenizing Hormon (LH) yang menyebabkan kegagalan

ovulasi.

10. Teknik/Intruksi dalam Penggunaan Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1. Keadaan yang Memerlukan Perhatian dalam Penggunaan MAL

No. Keadaan Anjuran

1 Ketika mulai Membantu klien memilih metode


memberiakan lain. Walaupun metode kontrapsesi
makanan lain dibutuhkan, klien harus
pendamping secara didorong untuk tetap melanjutkan
teratur pemberian ASI
(menggantikan
satu kali
menyusui)
2 Ketika haid sudah Membantu klien memilih metode
kembali lain. Walaupun metode kontrapsesi
lain dibutuhkan, klien harus
didorong untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI
3 Bayi menghisap Membantu klien memilih metode
susu tidak sering lain. Walaupun metode kontrapsesi
(on demand) atau lain dibutuhkan, klien harus
jika kurang daari didorong untuk tetap melanjutkan
8x sehari pemberian ASI
4 Bayi berumur 6 Membantu klien memilih metode
bulan atau lebih lain. Walaupun metode kontrapsesi
lain dibutuhkan, klien harus
didorong untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI.
Sumber: (Affandi, 2014)
2. Langkah Penentuan Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Dibawah ini merupakan langkah- langkah menentukan dalam

menggunakan kontrasepsi MAL (Marmi, 2016)

Gambar 2.1 Langkah Penentuan Metode Amenorea Laktasi (MAL)

(Rosida, 2017)

3. Hal- hal yang Harus Disampaikan Kepada Klien

Menurut Affandi (2014) beberapa hal yang harus disampaikan dalam

penggunaan Metode Amenore Laktasi (MAL) yaitu :

a. Bayi disusui secara on demand. Biarkan bayi menyelesaikan

hisapan dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain,

supaya bayi mendapatkan cukup banyak susu akhir (hind milk).

Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau

sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan

memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya

sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.


b. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam

c. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan

hisapannya

d. Susui bayi juga pada malam hari, karena menyusui pada malam hari

dapat membantu mepertahankan kecukupan persediaan ASI

e. Bayi terus disusukan walaupun ibu dan bayi sakit

f. ASI dapat disimpan di lemari pendingin

g. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan

berat badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI

sampai dengan umut 6 bulan. (berat badan naik sesuai umur, sebulan

BB naik minimal 0,5 kg, BAK setidaknya 6 kali sehari).

h. Apabila ibu menghentikan ASI dengan minuman atau makanan lain,

bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya tidak lagi efektif

sebagi metode kontrasepsi

i. Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda bahwa ibu sudah subur

kembali dan harus segera mengunakan kontrasepsi lainnya.

j. Bila menyusui tidak secara ekklusif atau berhenti menyusui maka

perlu ke klinik KB untuk membantu memilihkan atau memberikan

metode kontrasepsi lain yang sesuai. Jika suami atau pasangan

beresiko tinggi terpapar infeksi menular seksual, harus menggunakan

kondom walaupun sudah menggunakan KB MAL.

k. Apabila pemberian ASI tidak eksklusif atau berhenti menyusui maka

diperlukan kondom atau metode kontrasepsi lain.


B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan KB

Pengkajian

A. Data Subyektif

1. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan ibu saat ini atau yang menyebabkan klien datang

seperti ingin menggunakan kontrasepsi.

2. Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui menarche, banyaknya menstruasi, teratur atau tidak.

Siklus menstruasi teratur atau tidak, pada ibu yang memilih KB pantang

berkala harus menghitung masa subur ibu sehingga dapat menghindari

kehamilan.

3. Riwayat kehamilan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya

(abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam

kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi intervensi pada

kehamilan, persalinan, ataupun nifas sebelumnya dan apakah ibu tersebut

mengetahui penyebabnya.

4. Riwayat Keluarga Berencana

Yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor KB. Kalau

pernah, kontrasepsi apa yang pernah digunakan, berapa lama, keluhan pada

saat ikut KB.

5. Riwayat Penyakit Sistemik

Riwayat kesehatan yang lalu ditanyakan untuk mengidentifikasi kondisi

kesehatan dan untuk mengetahui penyakit yang diderita dahulu seperti


hipertensi, diabetes, PMS, HIV/AIDS.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Dikaji dengan penyakit yang menurun dan menular yang dapat

mempengaruhi kesehatan akseptor KB. Sehingga dapat diketahui

penyakit keturunan misalnya hipertensi, jantung, asma, demam dan

apakah dalam keluarga memiliki keturunan kembar, baik dari pihak istri

maupun pihak suami.

7. Pola kebiasaan sehari-hari

Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari dalam

menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makanan sehari-hari

apakah terpenuhi gizinya atau tidak.

a) Pola Nutrisi

Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien. Dengan

mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien.

b) Pola Eliminasi

Untuk mengetahui BAB dan BAK berapa kali sehari warna dan

konsistensi.

c) Pola istirahat

Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa lama ibu tidur

pada malam hari.

d) Pola seksual

Untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan akseptor dalam

hubungan seksual.

e) Pola hygiene
Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, kebersihan perawatan tubuh

terutama genetalia berapa kali dalam sehari-hari.

f) Aktivitas

Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah atau

adanya nyeri akibat penyakit-penyakit yang dialaminya.

g) Data Psikologis

Data psikososial untuk mengetahui pengetahuan dan respon ibu

terhadap alat kontrasepsi yang digunakan saat ini, bagaimana

keluhannya, respons suami dengan pemakaian alat kontrasepsi yang

akan digunakan saat ini, dukungan dari keluarga, dan pemilihan

tempat dalam pelayanan KB (Muslihatun dkk, 2009).

B. Data Obyektif

Data Obyektif adalah data yang didapat dari hasil observasi melalui

pemeriksaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB.

1) Keadaan Umum:

Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.

Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai berikut:

a) Baik. Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap

lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami

ketergantungan dalam berjalan.

b) Lemah. Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak

memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain,

dan pasien sudah tidak mampu berjalan sendiri


2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat

melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien.

3) Pemeriksaan tanda vital (Vital Sign)

a) Tekanan darah

Mengetahui faktor risiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuan

mmHg. Keadaan normal antara 120/80 mmHg sampai 130/90 mmHg

atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan

diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan pasien normal

b) Pengukuran suhu

Mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal adalah 36°C

sampai 37°C.

c) Nadi

Memberi gambaran kardiovaskuler. Denyut nadi normal 70x/menit

sampai 88x/menit.

d) Pernapasan

Mengetahui sifat pernapasan dan bunyi napas dalam satu menit.

Pernapasan normal 22x/menit sampai 24x/menit.

4) Pemeriksaan Sistematis

a) Kepala

(1) Muka

Pada ibu penggunaan KB yang lama akan menimbulkan flek- flek

jerawat atau flek hitam pada pipi dan dahi.

(2) Mata
Konjungtiva berwarna merah muda atau tidak, untuk mengetahui

ibu menderita anemia atau tidak, sklera berwarna putih atau tidak.

(3) Leher

Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, tumor dan

pembesaran kelenjar limfe.

(4) Abdomen

Apakah ada pembesaran pada uterus, apakah bekas luka luka

operasi, pembesaran hepar, dan nyeri tekan

(5) Genetalia

Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,

pembesaran kelenjar bartholini, dan perdarahan.

(6) Ekstremitas

Apakah terdapat varices, oedema atau tidak pada bagian

ekstremitas.

C. Analisa

Diagnosa Kebidanan :

Ny ... P...Ab…Ah…umur…tahun dengan calon akseptor KB ...

Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu mengerti

tentang metode kontrasepsi dan ingin menggunakan kontrasepsi yang

tepat sesuai dengan keinginan ibu.

Kriteria hasil : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 100/60-140/90 mmHg


N : 60-80x/menit

S : 36-37,5°C

RR : 16-24x/menit

Ibu mengerti penjelasan tentang metode kontrasepsi dan mengerti efek

samping dari semua metode kontrasepsi.

D. Perencanaan

1. Lakukan pendekatan Terapeutik pada klien dan keluarga

Rasional: Pendekatan yang baik kepada ibu atau klien akan dapat

membangun kepercayaan ibu dengan petugas.

2. Tanyakan pada klien informasi dirinya tentang riwayat KB

Rasional: informasi yang diberikan ibu sehingga petugas dapat

mengerti dengan keinginan ibu.

3. Beri penjelasan tentang macam-macam metode KB

Rasional: Dengan informasi/penjelasan yang diberikan, ibu akan

mengerti tentang macam metode KB yang sesuai.

4. Lakukan informed consent dan bantu klien menentukan pilihannya

Rasional: Bukti bahwa klien setuju menggunakan metode KB yang

tepat.

5. Beri penjelasan secara lengkap tentang metode kontrasepsi yang

digunakan

Rasional: Supaya ibu mengerti kerugian dan keuntungan metode

kontrasepsi yang digunakan.

6. Anjurkan ibu kapan kembali/kontrol dan tulis pada kartu aseptor

Rasional: Agar ibu tahu kapan waktunya klien datang kepada petugas.

Anda mungkin juga menyukai