Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

KONTRASEPSI HORMONAL POSTPARTUM

Pembimbing :
Dr Ferry Darmawan, Sp.OG

Disusun oleh :
Handhy Tanara 112016189

STASE ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSPAD GATOT SOEBROTO


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Periode 21 Mei – 4 Agustus 2018
PENDAHULUAN MENGENAI KONTRASEPSI
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Hal ini dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi fertilitas. Namun, sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang
100% ideal.
Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat,
tidak memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal. Berhasil tidaknya
sesuatu cara bergantung kepada apakah sel sperma (sperma) dapat dicegah dilumpuhkan-
dimatikan supaya tidak memasuki arena fertilitas, atau sel telur tidak dikeluarkan atau tidak
dapat bertemu dengan sel sperma. Beberapa cara kontrasepsi pasca persalinan sebagai usaha
medik dalam keluarga berencana yaitu : MAL (Metode Amenorea Laktasi), Kontrasepsi
kombinasi, kontrasepsi progestin, AKDR, kondom/spermisid, diafragma, KB alamiah, koitus
interuptus, kontrasepsi mantap (Tubektomi), Vasektomi. Namun, pada makalah ini, penulis
hanya akan membahas mengenai kontrasepsi hormonal pasca persalinan1

KONTRASEPSI PASCAPERSALINAN
Pada umumnya klien pasca persalinan ingin menunda kehamilan berikutnya paling sedikit 2
tahun lagi, atau tidak ingin tambahan anak lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau
metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pasca persalinan.1,2
Klien pasca persalinan dianjurkan :2
- Memberi ASI ekslusif kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan.
- Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI
diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.
- Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
- Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau
kesehatan bayi.

METODE KONTRASEPSI HORMONAL PASCA PERSALINAN


A. Metode Amenorea Laktasi (MAL)1-3
Mal adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya
diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya. Mal dapat dipakai
sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh dan lebih efektif bila pemberian ≥ 8x sehari
1
sampai 6 bulan, belum haid, umur bayi kurang dari 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan
pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
 Cara kerja : penundaan/penekanan ovulasi
Wanita yang menyusui setelah melahirkan akan mengalami penundaan masa ovulasi yang
diakibatkan terjadinya penurunan pelepasan hormon GnRH dari hipotalamus oleh
prolaktin. Hasilnya, kadar estradiol menurun sehingga terhambatnya ovulasi.2
 Keuntungan kontrasepsi :
- Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan)
- Segera efektif
- Tidak mengganggu senggama
- Tidak ada efek samping secara sistemik
- Tidak perlu pengawasan medis
- Tidak perlu obat atau alat
- Tanpa biaya
 Keuntungan non kontrasepsi
Untuk bayi :
- Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI)
- Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang
optimal
- Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atau
alat minum yang dipakai.
Untuk ibu :
- Mengurangi pendarahan pascaapersalinan
- Mengurangi risiko anemia
- Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi
 Hal yang harus diperhatikan1
- Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (bayi hanya sesekali diberi 1-2
teguk air/minuman pada upacara adat/agama)
- Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid)
- Bayi menghisap payudara secara langsung
- Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
- Kolostrum diberikan kepada bayi

2
- Pola menyusui on demand (menyusu setiap kali bayi membutuhkan) dan dari kedua
payudara
- Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari
- Hindari jarak antar menyusui lebih dari 4 jam
 Keterbatasan
- Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
pascapersalinan
- Mungkin sulit dilaksanankan karena kondisi sosial
- Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
- Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual (IMS) termasuk virus hepatitis
B/HBV dan HIV/AIDS
Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur
kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan. Sebaliknya yang seharusnya
tidak menggunakan MAL adalah klien yang sudah mendapat haid setelah bersalin, tidak
menyusui secara eksklusif, bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan, ibu yang bekerja dan
terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.2

B. Kontrasepsi kombinasi (hormone estrogen dan progesteron)


Bentuk pemberian kontrasepsi kombinasi dapat berbentuk tablet atau berupa depo injeksi.
Kontrasepsi oral biasanya dikemas dalam satu kotak yang berisi 21 atau 22 tablet, dan sebagian
kecil berisi 28 tablet. Minipil digunakan tanpa masa istarahat yang terdiri dari 35 tablet.
Sediaan depo injeksi dapat berupa injeksi mikro kristalin (depoprovera) atau cairan minyak
dari asam lemak steroid ester. Sediaan estrogen – gestagen dibagi menjadi kombinasi
monofasik, bertingkat, dan sekuensial bifasik.
Pil kombinasi adalah pil kontrasepsi yang berisi estrogen maupun progesterone. Dosis estrogen
ada yang 0,05; 0,08 dan 0,1 mg per tablet. Sedangkan dosis dan jenis progesteronnya bervariasi
dari masing-masing pabrik pembuatnya.1-4

Mekanisme Kerja Estrogen


Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan
ovum atau implantasi. Estrogen alamiah adalah estradiol, estron, dan estriol. Ovulasi dihambat
melalui pengaruh estrogen terhadap hypothalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH.
Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung estrogen 50 mcg,

3
meskipun dengan dosis tinggi efek menghambat ovulasi sekitar 95-98%. Hal ini dipengaruhi
oleh efek dari progesterone disamping estrogen.1,2
Estrogen merupakan hormon seks yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tuba falopi, ovarium, uterus, dan alat kelamin eksternal serta karakteristik seks
sekunder. Hormon tersebut berkaitan dengan perubahan siklus normal yang terjadi pada
endometrium selama siklus haid. Estradiol merupakan estrogen alami utama yang diproduksi
oleh ovarium disamping beberapa estrogen yang diproduksi secara metabolik di hati. Beberapa
sediaan estrogen alami atau sintetik dikembangkan untuk pemakaian oral, parenteral, maupun
topikal. Absorpsi oleh membran mukosa saluran kelamin dan pencernaan biasanya baik dan
absorpsi melalui kulit juga bisa menimbulkan efek sistemik.1

Mekanisme Kerja Progesteron


Progesteron adalah suatu steroid C21 yang disekresikan oleh korpus luteum, plasenta (dalam
jumlah kecil) dan folikel. Progesteron secara alami diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta
yang berperan dalam reproduksi dengan mempersiapkan endometrium untuk implantasi telur
dan membantu perkembangan kelenjar mammary. Di samping efek progestationalnya,
progestin sintetik tertentu memiliki efek anabolik, androgenik, dan estrogenik (biasanya
lemah). Progesteron merupakan progestin alami yang paling banyak yang selain memiliki efek
prazat untuk hormon, juga memiliki efek prazat untuk produksi berbagai androgen,
kortikosteroid, dan estrogen secara endogen.1
Beberapa jenis turunan progesteron dapat bekerja langsung pada reseptor progesteron misalnya
levonogestrel dan norethindrone dan beberapa jenis turunan lain harus melalui proses
bioaktivasi misalnya desogestrel menjadi etonogestrel. Beberapa derivat progesteron lain juga
bekerja pada reseptor lain misalnya drospirenon yang juga memiliki efek anti
mineralokortikoid sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan menekan androgen pada
PCOS.3
Progesterone juga sebagai kontrasepsi yang memberi efek:1
a. Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat sehingga penetrasi dan
transportasi sperma selanjutnya menjadi lebih sulit.
b. Kapasitas sperma dihambat oleh progesterone. Kapasitas diperlukan oleh sperma untuk
membuahi sel telur dan menembus rintangan di sekeliling ovum.
c. Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan
dihambat.

4
d. Implantasi akan dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun
ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus luteum akan berkurang sehingga
implantasi dihambat.
e. Penghambatan ovulasi melalui fungsi hypothalamus-hipofisi-ovarium.

Pil kombinasi tersedia dalam bentuk monofasik dan multifasik:1


1) Pil monofasik mengandung estrogen dan progestin yang sama dalam tiap pilnya.
2) Pil multifasik mengandung kadar estrogen yang berbeda dalam tiap pilnya:
a) Pil bifasik: mengandung dosis yang sama untuk estrogen dalam tiap pil, tetapi dosis
progestogen yang berbeda. Pada setengah siklus pertama dosis progestogen lebih rendah.
b) Pil trifasik: dosis estrogen sedikit berbeda sesuai dengan siklus haid, dan terdapat tiga
fase dari dosis progestogen.

Manfaat :2
- Memiliki efektivitas yang tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai aturan pakainya
- Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan kembali dengan cepat
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
- Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang, tidak terjadi nyeri haid
- Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk
mencegah kehamilan
- Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
- Mudah dihentikan setiap saat
- Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
- Dikatakan dapat mengurangi angka kejadian kanker ovarium

Kekurangan :
- Pil harus dimakan setiap hari, kurang cocok bagi wanita yang pelupa
- Mual, terutama pada 3 bulan pertama
- Perdarah bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama
- Pusing, nyeri payudara, berat badan naik sedikit
- Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI)
- Meningkatkan tekanan darah, retensi cairan, sehingga resiko stroke, dan gangguan

5
- pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat
- Tidak mencegah IMS

Yang dapat menggunakan pil kombinasi :2


- Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak
- Gemuk atau kurus
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui
- Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua cara
kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut
- Pascakeguguran, anemia, nyeri haid hebat, siklus haid tidak teratur
- Riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak, DM tanpa komplikasi, penyakit
tiroid, penyakit radang panggul dll
- Varises vena

Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi :2


- Hamil atau dicurigai hamil, menyusui eksklusif <6 minggu post partum
- Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
- Penyakit hati akut
- Perokok usia > 35 tahun
- Riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah > 180/110 mmhg, riwayat gangguan
pembekuan darah atau DM > 20 tahun, kanker payudara, migraine dan gejala neurologi
fokal
- Tidak dapat menggunakan pil secara teratur.

Waktu mulai menggunakan pil kombinasi :2


- Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.
- Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
- Boleh menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang
lain mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai
paket pil tersebut habis
- Setelah melahirkan :
 Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
 Setelah 3 bulan dan tidak menyusui

6
 Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
- Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.

C. Kontrasepsi Progestin2
Kontrasepsi yang paling sering digunakan adalah DMPA (Depot Medroxyprogesterone
Acetate, Depo Proveral®). Tiap injeksi terdiri dari 150 mg DMPA yang diberikan
setiap 3 bulan dengan cara suntikan intramuskular (IM) atau 104 mg untuk suntikan
subkutan.2
MPA adalah 17-acetoxy-6-methylprogestin yang memiliki aktivitas prostogenik pada
manusia. Karena MPA tidak dimetabolisme secara cepat seperti komponen progesteron
alami, hormon ini dapat diberikan dalam dosis yang lebih kecil dari progesterone
dengan efek progestasional yang setara. DMPA, formula suntikan jangka panjang dari
MPA, terdiri dari suspensi kristal. Dosis IM untuk DMPA 150 mg yang diberikan
secara injeksi di m.deltoideus atau m.gluteus. Setelah disuntikan, progestin dilepaskan
secara perlahan ke dalam sirkulasi sistemik. Area injeksi sebaiknya jangan diurut
sehingga obat dapat dilepaskan secara perlahan ke dalam sirkulasi dan
mempertahankan efek dari kontrasepsi paling kurang 4 bulan. Formulasi untuk
penyuntikan subkutaneus (SC) yang terbaru terdiri atas 104 mg DMPA dalam 0.65 mL
diluent dan diinjeksikan secara SC di paha anterior atau dinding perut.2
Depo-subQ Provera 104, adalah jenis DMPA untuk penyuntikan subkutan, pertama kali
diterima PDA tahun 2005. Dosisnya 30% lebih rendah dibanding DMPA IM. Karena
penyuntikan secara subkutan, kadarnya dalam darah adekuat untuk menahan ovulasi
13 minggu pada subyek yang diteliti, dengan waktu rata-rata sekitar 30 minggu untuk
mengembalikan fungsi ovulasi yang normal. Kadar dalam darah lebih rendah pada
wanita dengan berat badan berlebih tetapi masih tetap efisien untuk menekan ovulasi
dengan baik.2
Perempuan seharusnya dikonselingkan mengenai kemungkinan munculnya perdarahan
abnormal atau amenorrhea selama penggunaan DMPA sebelum menerima injeksi
pertama. Wanita yang menginginkan kehamilan dan menghentikan penggunaan DMPA
seharusnya diberitahukan bahwa akan terdapat penundaan kesuburan (fertilitas) hingga
obat hilang dari sirkulasi. Penggunaan DMPA tidak mencegah kembalinya kesuburan,
DMPA hanya menunda kembalinya kesuburan secara cepat. Setahun setelah injeksi

7
DMPA terakhir, 94,7% wanita yang menerima DMPA secara IM dan 97.4% secara SC
mengalami ovulasi. Beberapa peneliti menemukan bahwa waktu rata-rata terjadinya
konsepsi setelah penghentiaan DMPA bervariasi menurut berat badan. Peningkatan
berat badan memilki hubungan dengan peningkatan waktu rata-rata dari konsepsi, dan
hal ini disebabkan obat diabsorpsi dalam jaringan adiposa sehingga tidak dapat
dieliminasi secara cepat.1,2,6
Injeksi awal sebaiknya diberikan pada hari kelima dari siklus untuk mencegah ovulasi.
Karena salah satu efek kontrasepsi ini menghambat aktivitas thrombogenik, injeksi
pertama sebaiknya diberikan 5 hari postpartum pada ibu yang tidak menyusui, tetapi
bila ibu ingin menyusui injeksi pertama sebaiknya ditunda hingga 6 minggu
postpartum. DMPA tidak mempengaruhi kuantitas atau kualitas ASI atau kesehatan
bayi yang disusui. Perempuan yang tidak haid sebaiknya memeriksakan hormon HCG,
dan bila negatif, yang menandakan perempuan tersebut tidak hamil, injeksi DMPA
dapat dilakukan. Akan tetapi, bila terdapat keraguan, dapat dianjurkan penggunaan
kontrasepsi metode barrier selama 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan HCG
ulangan, dan bila tetap negatif dapat dilakukan penyuntikan. Hal yang sama juga
berlaku pada wanita yang sebelumnya mendapat DMPA tetapi terlambat 13 minggu
untuk injeksi berikutnya dan tetap amenorrhea. Bila timbul kehamilan tidak terduga,
tidak terdapat bukti bahwa DMPA menimbulkan efek teratogenik pada bayi.6

1. Profil
- Sangat efektif
- Aman
- Suntikan ini juga dapat di pakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
- Kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan
- Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
2. Cara Kerja
- Mencegah Ovulasi.
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperna.
- Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
3. Efektivitas
Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0.3

8
kehamilan per 100 kehamilan per 100 perempuan per tahun , asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
4. Keuntungan
- Sangat efektif.
- Pencegahan kehamilan jangka panjang.
- Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
- Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius pada penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah.
- Tidak mempengaruhi produksi ASI.
- Sedikit efek samping.
5. Keterbatasan.1,2
- Sering ditemukan gangguan haid
- Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan).
- Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
- Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
- Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
- Permasalahan berat badan merupakan permasalahan tersering.
- Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis
B virus ,atau infeksi virus HIV.
- Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
- Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada
organ genitalia melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari depo
nya.
- Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
- Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas).
- Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido ,gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas,jerawat.

9
D. AKDR Hormonal1-5
AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim) hormonal yang saat ini beredar mengandung
sekitar 25% dari kadar hormon progestin yang digunakan pada kontrasepsi hormonal
yaitu sekitar 46-60 mg dengan pelepasan 20 mcg per hari. AKDR levonorgestrel efektif
digunakan selama 5 tahun. Bentuknya menyerupai AKDR copper Nova-T, namun
tanpa mengandung copper. Komponen vertikalnya mengandung 52 mg hormon
levonorgestrel sintesis. IUD dengan progesteron/levonorgestrel (Mirena) menghambat
ovulasi menyebabkan penebalan mukus serviks hingga menghambat penetrasi sperma,
juga menyebabkan endometrium menjadi tipis sehingga sulit terjadi implantasi janin di
endometrium dan progesteron juga menyebabkan endometrium menjadi atrofi. Selain
itu, sama seperti IUD dengan tembaga, Mirena juga menstimulasi pengeluaran mediator
inflamasi yang bersifat spermisidal dan ovisidal

Keuntungan dari Mirena2


 Darah haid berkurang secara drastis ( dapat digunakan sebagai terapi untuk
menorrhagia
 Mengurangi gejala dysmenorea
 Mengurangi pertumbuhan fibroid pada uterus
 Inflamasi pelvik jarang terjadi
 Mencegah hiperplasia endometrial
 Angka ekspulsi rendah (2-5%), dan umumnya terjadi pertama setelah
pemasangan
Efek samping yang biasa muncul berupa pendaran atau bercak dalam 3-4 bulan dan
terjadi gangguan haid.2
Kontraindikasi penggunaan mirena sama misalnya sedang hamil, perdarahan
pervaginam yang tidak diketahui, menderita infeksi genital, kelainan uterus yang
abnormal, gangguan pada panggul(radang). Pasien sebaiknya melakukan pengecekan 6
minggu setelah pemasangan.1,2

E. KB Alamiah2
1. Definisi
Metode keluarga berencana alamiah atau natural family planning adalah metode
pengendalian kelahiran yang tidak membutuhkan alat, bahan kimia maupun obat-

10
obatan (metode hormonal). Bagi wanita maupun pasangan yang ingin menghindari efek
samping dari penggunaan alat kontrasepsi sederhana dengan alat maupun kontrasepsi
modern, maka lebih memilih cara KB alami.1-3
2. Macam KBA2
- Metode kalender atau pantang berkala (Calendar method or periodic abstinence).
- Metode suhu tubuh basal (Basal body temperature method).
- Metode mukosa serviks (Cervical mucous method or ovulasi billings).
- Metode simptothermal (Method simptothermal yaitu perpaduan suhu tubuh basal
dan ovulasi billings).
3. Manfaat2
Manfaat kontrasepsi
- Untuk mencegah kehamilan, bila digunakan dengan benar.
- Membantu untuk mencapai kehamilan, bila pasangan menginginkan kehamilan.
- Tidak ada efek samping sistemik.
- Murah atau tanpa biaya.
Manfaat non kontrasepsi
- Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
- Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
- Mempererat tanggung jawab dan kerjasama antar pasangan.
- Menjalin komunikasi antara pasangan.
4. Keterbatasan2
- Tidak cukup efektif sebagai metode kontrasepsi (angka kegagalan 9-20 kehamilan
per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian).
- Tingkat efektifitas tergantung dari ketaatan dan konsistensi dalam mengikuti
instruksi.
- Memerlukan konseling bahkan pelatihan untuk dapat menggunakan dengan benar.
- Memerlukan mediator atau tenaga terlatih untuk kesinambungan informasi dan
komunikasi.
- Mampu mengendalikan hasrat untuk tidak melakukan senggama pada saat masa
subur (agar tidak hamil).
- Perlu pencatatan setiap hari (tentang mukus, suhu basal, dan gejala biologis
lainnya).
- Gangguan (misal infeksi vagina) akan menyulitkan interpretasi lendir serviks.

11
- Memerlukan termometer khusus untuk metode suhu tubuh basal.
- Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV
maupun HIV/AIDS.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editors. Ilmu Kebidanan Sarwono


Prawirohardjo. Ed 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
2. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis kontrasepsi
pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi Pertama. 2013.
4. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Immediate Postpartum Long-
Acting Reversible Contraception : Committee Opinion. The American College of
Obstetricians and Gynecologists. 2016 August; 670.
5. Sober S, Schreiber Courtney A. Postpartum Contraception. Clinical Obstetrics and
Gynecology. 2014;57:763-76.
6. Lobo R, Gershenson D, Lentz G. Family Planning. In: Comprehensive of
Gynaecology.7th edition. New York : Mosby. 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai