Anda di halaman 1dari 10

dunia kebidanan kita :)

Kamis, 13 Maret 2014


METODE AMENORE LAKTASI ( MAL )

BAB II

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera setelah ia
mendapatkan haid yang peetama, dan kesuburan perempuan akan terus berlangsung sampai
menapause.
Kehamilan dan kelahiran yang terbaik artinya resikonya lebih rendah untuk ibu dan
anak, adalah antara 20-35 tahun sedangkan persalinan pertama dan kedua paling rendah
resikonya bila jarak antara dua kelahiran adalah 2-4 tahun.
Dari data WHO (1990) didapatkan bahwa diseluruh dunia terjadi lebih dari 100 x
10(6) senggaama setiap harinya dan terjadi 1 juta kelahiran baru per hari dimana 50%
diantaranya tidak direncanakan dan 25% tidak diharapkan. Dari 150.000 kasus abortus
provokantus yang terjadi per hari, 50.000 diantaranya abortus ilegal dan 500 perempuan
meninggal akibat komplikasi abortus tiap harinya.
Dari faktor tersebut, kita dapat membuat perencanaan keluarga sebagai alat
penyejahtera para ibu dan anak serta mewujudkan masyarakat yang sehat. Beberapa alat
kontrasepsi yang ditawarkan memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode Amenorea Laktasi
merupakan salah satu metode dalam mengatur pertumbuhan dan kesejahteraan penduduk.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
2.      Bagaimana cara kerja Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
3.      Apa keuntungan Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
4.      Apa kekurangan Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
5.      Apa indikasi Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
6.      Apa kontra indikasi Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
7.      Apa kriteria Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
8.      Apa intruksi yang diberikan pada penggunaan Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
9.      Bagaimana keefektifan Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
C.     Tujuan
1.      Mahasiswa mampu mengerti dan paham mengenai pokok bahasan KB Metode Amenorea
Laktasi ( MAL ).
2.      Mahasiswa dapat menyebutkan keuntungan dan kekurangan / keterbatasan apa saja dalam
menggunakan KB Metode Amenorea Laktasi ( MAL ).
3.      Mahasiswa dapat mengetahuiindikasi, kontra indikasi dalam menggunakan KB Metode
Amenorea Laktasi ( MAL ).
4.      Mahasiswa dapat mengetahui kriteria menggunakan KB Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
dan;
5.      Mahasiswa dapat mengetahui intruksi yang diberikan serta keefektifan dalam menggunakan
KB Metode Amenorea Laktasi ( MAL ).
BAB II
METODE AMENORE LAKTASI

A.    Pengertian
Metode amenore laktasi ( MAL ) merupakan alat kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian air susu ibu ( ASI ). Metode ini dapat dijadikan alat kontrasepsi jika memenuhi
syarat, yaitu:
a)      Menyusui secara penuh ( full breast feeding )
b)      Belum menstruasi
c)      Usia bayi kurang dari 6 bulan
d)     Metode ini bisa efektif sampai 6 bulan
e) Harus dilanjutkan dengan pemakaaian metode kontrasepsi lainnya
Penggunaan MAL bagi ibu-ibu postpartum sebagai metodekontrasepsi dapat
diandalkan sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi. Hanya saja yang menjadi persoalannya
adalah sampai sekarang masih sukar sekali untuk menentukan kapan ovulasi akan kembali,
kebanyakan ( tetapi tidak semua ) ibu-ibu yang sedang menyusui tidak akan mengalami
ovulasi untuk 4-24 minggu setelah melahirkan, sedankan ibu-ibu yang tidak menyusui dapat
mengalami ovulasi lebihdini, yaitu 1-2 bulan setelah melahirkan.
Semakin lama ibu tidak menyusui bayinya, menstruasi akan cenderung cepat kembali
selama masa menyusui tersebut, dan makin cenderung timbul ovulasi yang mendahului
menstruasi pertama postpartum. Sebaliknya, semakin sering bayi mengisap ASI maka
semakin lama kembalinya atau tertundanya menstruasi ibu.
Penelitian Howie dan kawan-kawan (1981) menemukan bahwa ovulasi tidak akan
terjadi bila laktasi yang ketat dipertahankan. Tampaknya bayi yang mengisap ASI sebanyak 6
kalih atau lebih dalam 24 jam, dengan lama menyusu > 60 menit per 24 jam, serta menyusu
pada malam hari, ,merupakan faktor-faktor penting dalam penundaan ovulasi.
Setelah melahirkan, ovulasi dapat terjadi dalam 28 hari bila ibu tidak menyusui
bayinya.ovulasi akan tertunda selama lebih dari 10 minggu dan mungkin selama masa laktasi,
asalkan frekuensi, intensitas, dan kebutuhan bayi diperhatikan.
B.     Cara kerja Metode Amenore Laktasi
Konsentrasi prolaktin meningkat sebagai respons terhadap stimulus pengisapan
berulang ketika menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi yang cukup,kadar prolaktin akan
tetap tinggi. Hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI juga mengurangi kadar
hormon LH yang diperlukan untuk memelihara dan melangsungkan siklusmenstruasi.
Kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurandg sensitif terhadap
perangsangan gonadotropin yang memang sudah rendah, dengan akibat timbulnya inaktivasi
ovarium, kadar estrogen yang rendah dan an-ovulasi. Bahkan pada saat aktivitas ovarium
mulai pulih kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal yang singkat dan
fertilitas menurun. Jadi, intinya cara kerja Metode Amenore Laktasi ( MAL ) ini adalah
dengan penundaan atau penekanan ovulasi.
C.     Keuntungan Metode Amenore Laktasi
         Keuntungan kontrasepsi
a.       Efektifitas tinggi ( keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan )
b.      Segera efektif
c.       Tidak mengganggu senggama
d.      Tidak ada efek samping secara sistemik
e.       Tidak perlu pengawasan medis
f.       Tidak perlu obat atau alat
g.      Tanpa biaya
h.      Menstruasi sudah mulai kembali
i.        Bayi sudah tidak terlalu sering menyusu ( on demand )
j.        Bayi sudah berusia 6 bulan atau lebih
         Keuntungan nonkontrasepsi
Untuk bayi
a.       Mendapatkan kekebalan pasif
b.      Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal
c.       Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formuula, atau alat
minum yang dipakai
Untuk ibu
a.       Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
b.      Mengurangi resiko anemia.
c.       Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi.
D.    Kekurangan / keterbatasan Metode Amenore Laktasi
1.      Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca
persalinan.
2.      Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3.      Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid sampai dengan 6 bulan. Hanya wanita
amenore yang memberikan ASI secara eksklusif dengan interval teratur, termasuk pada
waktu malam hari, yang selama 6 bulan pertama mendapatkan perlindungan kontrasepstif
sama dengan perlindungan yang diberikan oleh kontrasepsi oral. Dengan munculnya
menstruasi atau setelah 6 bulan, resiko ovulasi meningkat.
4.      Tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Saifuddin,
2003).
E.     Indikasi Metode Amenore Laktasi
Ibu yang dapat menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan
belum mendapat haid setelah melahirkan. Kita dapat mendorong ibu untuk memilih metode
lain dengan tetap menganjurkan untuk melanjutkan ASI, saat terjadi keadaan-keadaan
seperti :
Keadaan Anjuran
Ketika mulai memberikan makanan Membantu klien memilih metode
pendamping secara teratur (menggantikan lain.walaupun metode kontrasepsi lain
satu kali menyusui) dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap
melanjutkan pemberian ASI.
Ketika haid sudah kembali Membantu klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap
melanjutkan pemberian ASI.
Bayi sudah tidak terlalu sering menyusu (on Membantu klien memilih metode lain.
demand) Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap
melanjutkan pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan atau lebih Membantu klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap
melanjutkan pemberian ASI.

F.      Kontra indikasi penggunaan MAL


a)      Sudah mendapat menstruasi setelah melahirkan
b)      Tidak menyusui secara eksklusif
c)      Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d)     Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
G.    Kriteria Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
Syarat ibu untuk menggunakan metode KB alami Amenorea Laktasi ( MAL ) yaitu:
a.       ibu yang menyusui secara eksklusif.
b.      ibu belum menstruasi sejak melahikan (belum haid).
c.       ibu memberikan Asi kepada bayinya secara ”penuh” (hanya sesekali diberi satu sampai dua
teguk air minum,misalnya pada upacara adat/keagamaan).
d.      bayi berusia 6 bulan. (Saifuddin, 2003)
H.    Intruksi kepada klien (hal yang harus disampaikan kepada klien)
         Seberapa sering harus menyusui.
Bayi disusui secara ondemand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menyelesaikan
menghisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat
cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara
berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan
payudara lain padda waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi
banyak susu.
         Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepasskan hisapannya.
         Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam membanttu
mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
         Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
         ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
         Kapan mulai memberiksan makanan padat sebagai makanan pendamping ASI. Selama bayi
tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berta badan cukup, bayi tidak
memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan.
         Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan menghisap
kurang sering dan akibatnya menyusui tidak efektif lagi sebagai metode konttrasepsi.
         Haid, ketika ibu sudah mendapatkan haidnya lagi, maka pertanda ibu sudah subur kembali
dan harus segera memulai menggunakan metode KB lainnya.
         Untuk kontrasepsi dan kesehatan.
1.      Memerlukan metode kontraspsi lain ketika seorang ibu mulai dapat haid lagi, jika tidak lagi
menyusui secara eksklusif atau bila bayi sanda sudah berumur 6 bulan.
2.      Konsultassi dengan bidan atau dokter atau tempat pelayanan kesehatan sebelum memulai
menggunakan alat kontrassepsi lainnya.
3.      Jika suami atau pasangan beresiko tinggi terpapar IMS, termasuk AIDS, sebaiknya
menggunakan kondom ketika MAL.
         Apa yang harus dilakukan bila ibu menyusui tidak secara eksklusif atau berhenti menyusui.
1.      Sebaikanya menggunakan kondom atau metode kontrasepsi lain ketika anda tidak menyusui
lagi secara eksklusif.
2.      Ke klinik atau pelayanan kesehatan untuk membantu memilihkan atau memberikan metode
kontrasepsi lain yang sesuai.
I.       Keefektifan Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
Beberapa catatan dari konsensus bellagio (1988) untuk mencapai keefektifan 98%
adalah:
1.      Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk
air/minuman pada upacara adat atau agama).
2.      Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid).
3.      Bayi menghisap secara langsung
4.      Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
5.      Kolostrum diberikan kepada bayi.
6.      Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara
7.      Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.
8.      Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.
Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetapi
dapat juga tanpa didahului haid. Efek ketidakssuburan karena menyusui sanagat dipengaruhi
oleh aspek-aspek:
1.      Cara menyusui.
2.      Seringnya menyusui.
3.      Lamanya setiap kali menyusui.
4.      Jarak antara menyusui.
5.      Kesungguhan menyusui.
Langkah-langkah penentuan saat pemakaian KB MAL
*bagaimanapun, klien dapat memilih salah satu cara ber-KB tamabahan pada setiap saat
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Metode amenore laktasi ( MAL) merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI ). Metode ini menberikan banyak keuntungan
bagi pemakainya. Selain memberikan keuntungan kontraseptif. Namun sebagai mana layak
nya jenis metode kontrasepsi lainnya,MAL juga mempunyai beberapa keterbatasan.
Metode Amenore Laktasi (MAL ) bekerja dengan cara menekan atau menunda
terjadinya proses ovulasi,yaitu dengan peningkatan hormon prolaktin sebagai akibat
responsterhadap stimulus pengisapan berulang pada saat menyusui. Penggunaan MAL bagi
ibu pospartum sebagai metode kontrasepsi dapat diandalkan sepanjang ibu tidak mengalami
ovulasi. Semakinlama ibu memulai untuk menyusui bayinya,menstruasi akan semakin
cenderung terjadi kembali selama masa meyusui tersebut,dan makin cenderung timbul
ovulasi yang mendahului menstruasi pertama postpartum. Sebaliknya, semakin sering
mengisap ASI, maka semakin lama kembalinya atau tertundanya menstruasi ibu.
B.     Saran
Sebaiknya metode kontrasepsi amenore laktasi ( MAL ) menjadi pilihan KB bagi ibu
yang menyusui, karena metode ini selain digunakan sebagai alat kontrasepsi juga dapat
mempererat hubungan anatara ibu dengan bayinya, dan metodde ini tidak mengganggu
senggama antara ibu dengan suami serta tidak mempunyai efek samping.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, Abdul bari.2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: yayasan
bina pustaka sarwono prawirohajo.
Varney, Helen. 2006. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.
Wikhjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Saifudin, AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi edisi 2. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifudin, AB.2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono.
Setya, A & Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Nuha
Medika.
Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
BKKBN. 2009.Jumlah Peserta KB aktif.
Dinas kesehatan. 2009. Pelayanan Keluarga Berencana.
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta.: Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai