Anda di halaman 1dari 39

Clinical Science Session

METODE KONTRASEPSI

Oleh:

Astri Sentyaningrum 2140312083

Nadhila Shafira Fitri 2040312108

Zhafira Ferin 2140312096

Preseptor:

Dr. dr. Hudila Rifa Karmia, Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS UNIVERSITAS ANDALAS

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah karena berkat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan Clinical Science Session (CSS) yang berjudul
“Metode Kontrasepsi”.

CSS ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik di bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. dr. Hudila Rifa
Karmia, Sp.OG sebagai preseptor yang telah memberikan arahan dan petunjuk serta
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan CSS ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa CSS ini masih memiliki banyak


kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
CSS ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kontrasepsi merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya kehamilan.1


Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 penggunaan
kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika
Latin dan terendah di Afrika. Kependudukan merupakan masalah yang sedah
dihadapi oleh negara kita yaitu Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan
penduduk di Indonesia tahun 2015 sebesar 1,49% dimna kondisi tersebut sangat
mengkhawatirkan karena setiap tahun penduduk Indonesia bertambah 4.5 juta jiwa.
Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah Indonesia menerapkan
program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang diharapkan dapat menekan laju
pertumbuhan penduduk.2,3
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, 305 per 100.000
kelahiran hidupberdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
Indonesia gagal mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) penurunan
AKI sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, dan perlu upaya besar
mencapai target RPJMN penurunan AKI sampai 183 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2024. Penguatan program KB untuk mencegah kehamilan tidak diinginkan
dan kehamilan berisiko menjadi penting untuk membantu percepatan penurunan AKI.
Memasuki awal tahun 2000-an, peningkatan angka kontrasepsi melambat hanya naik
3% poin dari 60% menjadi 63%, dan angka kelahiran total menurun dari 2,6 anak
menjadi 2,3 anak pada tahun 2017.
Untuk lebih berkontribusi menurunkan angka kematian maternal, program KB
masih perlu meningkatkan dan memenuhi permintaan ber-KB terutama pada
perempuan usia subur berisiko, termasuk perempuan usia 15-19 dan 35-49 tahun,
perempuan dengan paritas 4 atau lebih, dan ibu pasca melahirkan. Angka pemenuhan
ber-KB (memakai kontrasepsi) bagi perempuan dengan kebutuhan KB masih pada
angka 86%, belum mencapai 100%. Pemakaian alat kontrasepsi masih didominasi
oleh metode kontrasepsi jangka pendek, terutama suntikan dan pil. Hanya seperempat
peserta KB menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang, seperti AKDR dan
implan. Dominasi pemakaian metode kontrasepsi jangka pendek membuat angka
putus pakai kontrasepsi dalam satu tahun relatif tinggi (34%) (SDKI, 2017). Angka
putus pakai yang tinggi mengurangi efektivitas perlindungan kontrasepsi terhadap
kehamilan berisiko. Kualitas pelayanan kontrasepsi masih belum memadai. Sebagian
pelayanan kontrasepsi belum memberikan pelayanan konseling pilihan kontrasepsi.4
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan berlangsung
dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam 13 minggu, trimester kedua
14 minggu (minggu ke-14 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke-28 hingga ke-40).1
B. Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang metode kontrasepsi.
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca
mengenai metode kontrasepsiss.
D. Metode Penulisan
Makalah ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk
kepada berbagai literatur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan suatu usaha pencegahan terbuahinya sel telur oleh


sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
ke dinding rahim. Kontrasepsi dapat bersifat sementara dan permanen.3

Pengambilan keputusan untuk metode kontrasepsi biasanya membutuhkan


pertimbangan keuntungan dan kerugian dari berbagai metode yang ada, dan ini
bervariasi sesuai keadaan, persepsi, dan interpretasi masing-masing individu.
Faktor-faktor ini meliputi karakteristik calon klien, risiko penyakit yang dimiliki,
profil efek samping dari berbagai produk, biaya, serta ketersediaan dan preferensi
pasien. Secara umum metode kontrasepsi yang digunakan saat ini, yaitu :
• Kontrasepsi hormonal.
• Kontrasepsi mekanis.
• kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau obat-obatan.
• Alat Kondrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
• Kontrasepsi mantap
B. Kontrasepsi Hormonal
1. Kontrasepsi Oral Kombinasi6
a. Cara Kerja
Merupakan pil yang mengandung 2 hormon dosis rendah, progestin dan
estrogen. Cara kerja utamanya adalah menekan terjadinya ovulasi (90-95%)
dengan menekan sekresi gonadotropin di kelenjar pituitari sehingga
menghambat sekresi LH dan FSH. Sekresi LH dan FSH yang menurun
menyebabkan folikel tidak terstimulasi untuk berkembang, dan
menyebabkan tidak terjadinya ovulasi. Selain itu, kontrasespsi oral
kombinasi juga bekerja dengan mengentalkan mukosa servik (menurunkan
penetrasi sperma), menebalkan endometrium (membatasi implantasi) dan
menurunkan motilitas tuba falopii
b. Waktu Mulai
Seorang wanita dapat mulai menggunakan kontrasepsi oral kombinasi (KOK)
kapan saja dia inginkan jika yakin tidak hamil.
Situasi Waktu Memulai
Memiliki siklus Dapat mulai minum pil kapan saja.
menstruasi atau beralih • Jika klien mulai dalam 5 hari setelah mulai haid, tidak perlu
dari metode non- metode cadangan.
hormonal • Jika lebih dari 5 hari setelah menstruasi dimulai, klien
dapat mulai menggunakan KOK kapan pun jika yakin ia
tidak hamil. Ia akan membutuhkan metode cadangan untuk
7 hari pertama menggunakan pil KOK.

Beralih dari metode • Segera, jika klien telah menggunakan metode hormonal
hormonal secara konsisten dan benar atau dipastikan tidak hamil.
Tidak perlu menunggu periode menstruasi berikutnya.
Tidak perlu menggunakan metode cadangan.
• Jika klien beralih dari metode suntik, klien dapat mulai
minum KOK pada jadwal suntikan akan diberikan.
Menyusui secara • Berikan klien KOK dan katakan pada klien untuk mulai
eksklusif atau hampir menggunakan pil tersebut 6 bulan setelah melahirkan atau
eksklusif : ketika ASI bukan lagi merupakan sumber asupan bayi yang
utama.
Kurang dari 6 bulan • Jika belum mulai mendapatkan menstruasi, klien dapat
setelah melahirkan mulai minum KOK kapan pun jika yakin tidak hamil. Klien
membutuhkan metode cadangan untuk 7 hari pertama
Lebih dari 6 bulan menggunakan KOK
setelah melahirkan • Jika sudah mulai mendapatkan menstruasi, klien dapat
mulai meminum KOK seperti yang disarankan untuk
wanita yang memiliki siklus menstruasi.

Menyusui secara • Berikan klien KOK dan katakan pada klien untuk mulai
parsial : meminumnya 6 minggu setelah melahirkan.
Kurang dari 6 minggu • Dan juga berikan klien metode cadangan untuk digunakan
setelah melahirkan sampai 6 minggu setelah melahirkan jika menstruasi
bulanan kembali sebelum 6 minggu pasca melahirkan.
Menyusui secara o Jika belum mendapatkan menstruasi bulanan, klien dapat
parsial : mulai menggunakan KOK kapan pun jika benar-benar
Lebih dari 6 minggu yakin ia tidak hamil. Klien akan membutuhkan metode
setelah melahirkan cadangan dalam 7 hari pertama meminum pil.
• Jika klien sudah mulai mendapatkan menstruasi, klien
dapat mulai meminum KOK sebagaimana yang disarankan
pada wanita yang memiliki siklus menstruasi.
Tidak Menyusui: • Klien dapat menggunakan KOK kapanpun pada hari ke 21-
Kurang dari 4 minggu 28 setelah melahirkan. Berikan klien pil kapan saja untuk
setelah melahirkan memulai pada 7 hari tersebut. Tidak perlu menggunakan
metode cadangan. (Jika ada resiko untuk Tromboemboli
Vena, tunggu sampai 6 minggu).
Tidak Menyusui: • Jika klien belum mendapatkan menstruasi bulanannya, ia
Lebih dari 4 minggu dapat mulai menggunakan KOK kapan pun jika benar-
setelah melahirkan benar yakin klien tidak hamil. Klien membutuhkan metode
cadangan untuk 7 hari pertama meminum pil ini
• Jika klien sudah mulai mendapatkan menstruasi, klien
dapat mulai meminum KOK sebagaimana yang disarankan
pada wanita yang memiliki siklus menstruasi
Tidak ada menstruasi • Klien dapat mulai meminum KOK kapan pun ia benar-
bulanan (tidak benar yakin tidak hamil. Klien membutuhkan metode
berkaitan dengan cadangan untuk 7 hari pertama meminum pil ini
melahirkan atau
menyusui)
Setelah meminum Pil • Klien dapat mulai meminum KOK sehari setelah dia
Kontrasepsi Darurat selesai meminum pil kontrasepsi darurat. Tidak perlu
menunggu periode menstruasi berikutnya untuk memulai
meminum pil KOK.
- Pengguna KOK baru harus memulai paket pil baru
- Klien yang sedang meminum KOK yang
membutuhkan pil kontrasepsi darurat karena kesalahan
dalam mengkonsumsi pil KOK, dapat melanjutkan
menggunakan pil KOK yang tersisa.
- Semua klien membutuhkan metode cadangan untuk 7
hari pertama meminum pil ini.

c. Penggunaan Kontrasepsi Oral Kombinasi


• Memberikan Pil
Berikan paket sebanyak mungkin yang dibutuhkan, dapat diberikan
sebanyak pasokan 1 tahun (13 paket)
• Paket Pil
- Tunjukkan jenis paket: 21 atau 28 pil. Pada paket 28 pil, tunjukkan
bahwa 7 pil terakhir warnanya berbeda dan tidak mengandung hormon.
- Tunjukkan bagaimana menggunakan pil pertama dari paket dan
bagaimana mengikuti petunjuk atau panah dari paket sampai pil yang
terakhir.
• Instruksi Utama
Minum 1 pil setiap hari- sampai paket habis. Minum pil pada waktu yang
sama setiap hari membantu untuk mengingat. Hal ini juga dapat
mengurangi beberapa efek samping. Pada paket 28 pil, ketika klien
selesai dengan satu paket, tepat pada hari berikutnya klien harus
meminum pil pertama dari paket selanjutnya. Pada paket 21 pil, etelah
klien meminum pil terakhir dari satu paket, klien harus menunggu tidak
lebih dari 7 hari dan kemudian minum pil pertama dari paket selanjutnya.
Hal yang sangat penting untuk memulai paket selanjutnya tepat waktu.
Terlambat memulai paket baru dapat beresiko kehamilan. Tetap perlu
metode cadangan seperti saat klien lupa minum pil,metoda yang dapat
digunakan yaitu termasuk abstinens, kondom wanita atau pria, spermisid,
dan metode penarikan.
d. Penanganan pada Ketidakteraturan Penggunaan KOK
Pesan Utama • Minum satu pil hormonal yang terlupa sesegera mungkin
• Tetap minum pil seperti biasanya, satu pil setiap hari (Klien boleh
meminum 2 pil pada saat yang sama atau pada hari yang sama)
Lupa 1 atau 2 pil atau • Minum satu pil hormonal sesegera mungkin
terlambat mulai paket baru 1 • Resiko kecil untuk terjadi kehamilan
atau 2 hari
- Lupa minum 3 pil atau lebih • Minum satu pil hormonal sesegera mungkin.
berturut-turut pada minggu • Gunakan metode cadangan dalam 7 hari kedepan
pertama atau kedua • Dan apabila klien berhubungan seksual dalam 5 hari sebelumnya, dapat
- Terlambat 3 hari atau lebih dipertimbangkan Pil Kontrasepsi Darurat.
dalam memulai paket baru
Lupa minum 3 pil atau lebih • Minum satu pil hormonal sesegera mungkin
pada minggu ketiga • Selesaikan semua pil hormonal dalam paket. Buang 7 pil non-hormonal
yang ada dalam paket 28 pil.
• Mulai paket baru pada keesokan hari
• Gunakan metode cadangan dalam 7 hari kedepan
• Jika klien berhubungan seksual dalam 5 hari sebelumnya, dapat
dipertimbangkan Pil Kontrasepsi Darurat
Lupa minum pil non-hormonal • Buang pil nonhormonal yang terlupa
(7 pil terakhir dalam paket 28 • Tetap minum pil KOK, satu setiap hari. Mulai paket baru seperti biasa.
pil)
Muntah hebat atau diare • Jika klien muntah dalam 2 jam setelah minum pil, klien harus meminum pil
yang lain dari paketnya sesegera mungkin, lalu setelahnya minum pil
seperti biasa.
• Jika klien muntah-muntah atau diare selama lebih dari dua hari, ikuti
instruksi untuk Lupa minum 3 pil atau lebih di atas.

e. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan Kekurangan
Efektivitasnya dapat dipercaya 95-98% Pil harus diminum setiap hari,
Frekuensi koitus tidak perlu diatur sehingga kadang-kadang merepotkan
Siklus haid jadi teratur
Keluhan-keluhan dismenorea yang primer menjadi Motivasi harus kuat
berkurang atau hilang sama sekali
Tidak mengganggu hubungan seksual. Adanya efek samping walaupun
Siklus haid teratur. sifatnya sementara, seperti mual, sakit
Dapat mengurangi kejadian anemia. kepala, dan muntah, nyeri payudara
Dapat mengurangi ketegangan Kadang-kadang setelah berhenti
sebelum menstruasi (premenstrual tension). minum pil dapat timbul amenorea
Dapat digunakan dalam jangka panjang. persisten
Mudah dihentikan setiap waktu. Kadang-kadang setelah berhenti
Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat. minum pil dapat timbul amenorea
persisten
Dapat digunakan pada Untuk golongan penduduk tertentu
usia remaja sampai menopause. harganya masih mahal
Membantu mengurangi kejadian kehamilan
ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista
ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak
pada payudara, dismenorea dan jerawat.
2. Pil Progestin
Pil Progestin merupakan pil yang mengandung Progestin dengan dosis yang
sangat rendah seperti dosis hormon progesteron alami dalam tubuh wanita. Pil
ini tidak mengandung estrogen sehingga dapat digunakan dalam kondisi
menyusui dan pada wanita yang tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi
yang mengandung estrogen. Bekerja terutama dengan cara,
menebalkan mukus serviks (menghalangi sperma bertemu dengan sel telur) dan
mengganggu siklus menstruasi, termasuk mencegah pelepasan sel telur dari
ovarium (ovulasi).3
a. Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum terbukti,
lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan darah atau
nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan diperkirakan
lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala premenstruasi.
b. Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik
apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista ovarium
fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum paa waktu yang sama
atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun hanya 3 jam
untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain sebagai tambahan.
c. Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional.
d. Efektivitas
Efektivitas penggunaan dari pil progestin (mini pil) sama dengan
kontrasepsi oral kombinasi yaitu dengan angka kegagalan 0,3%-8%.
3. Pil Kontrasepsi Darurat
Pil kontrasepsi darurat adalah pil yang mengandung progestin saja, atau dua
hormon yaitu progestin dan estrogen. Pil kontrasepsi darurat terkadang
disebut sebagai pil “morningafter” atau kontrasepsi post-koitus. Bekerja
secara utama dengan mencegah atau menunda pelepasan sel telur dari
ovarium (ovulasi). Cara kerja ini tidak berfungsi jika wanita tersebut sudah
hamil sebelumnya. Pil kontrasepsi darurat diminum sesegera mungkin
setelah hubungan seksual tanpa proteksi. Semakin cepat pil kontrasepsi
darurat diminum setelah hubungan seksual tanpa proteksi, maka akan
semakin baik untuk mencegah kehamilan. Pil kontrasepsi darurat dapat
mencegah kehamilan ketika diminum dalam 5 hari setelah hubungan
seksual tanpa proteksi.
a. Indikasi Pil Kontrasepsi Darurat
- Hubungan seksual dengan pemaksaan atau pemerkosaan
- Hubungan seksual tanpa proteksi
- Kesalahan pemakaian kontrasepsi, seperti: kondom tidak digunakan
secara benar, lepas atau bocor
- Tidak tepat menggunakan metode kesadaran kesuburan (contohnya gagal
pantang atau menggunakan metode lain selama masa subur).
- Pria gagal menarik sebelum ejakulasi.
- Klien lupa minum pil KOK 3 hari atau lebih atau terlambat memulai
paket baru 3 hari atau lebih.
- IUD lepas dari tempat seharusnya
- Klien terlambat lebih dari 4 minggu untuk mengulang suntik DMPA,
terlambat lebih dari 2 minggu untuk mengulang suntik NET-EN, atau
terlambat lebih dari 7 hari untuk mengulang suntik bulanan.
b. Edukasi
- Jelaskan bahwa pil kontrasepsi darurat tidak akan melindungi klien dari
kehamilan akibat hubungan seksual selanjutnya bahkan untuk satu hari
setelahnya. Diskusikan perlunya dan pilihan pencegahan kehamilan dan,
jika beresiko, perlindungan dari IMS termasuk HIV.
- Jika klien belum mau untuk memulai metode kontrasepsi sekarang,
berikan ia kondom atau kontrasepsi oral dan minta ia untuk
menggunakannya jika ia berubah pikiran.
- Jika memungkinkan berikan klien beberapa pil Kontrasepsi Darurat
untuk digunakan di masa depan seadainya terjadi hubungan seksual tanpa
proteksi.
4. Injeksi Progestin
Injeksi kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) dan
Norethisterone Enanthate (NET-EN) masing-masing mengandung hormon
progestin seperti progesteron alami dalam tubuh wanita. Kontrasepsi ini
tidak mengandung estrogen, sehingga dapat digunakan selama menyusui
dan oleh wanita yang tidak dapat menggunakan metode dengan estrogen.
DMPA dikenal juga dengan istilah Depo, Depo-Provera, Megestron,
Petogen. NET-EN juga dikenal dengan istilah norethindrone enanthate,
Noristerat dan Syngestal. Kontrasepsi ini diberikan secara IntraMuscular.
Bekerja secara utama dengan mencegah pelepasan sel telur dari ovarium
(Ovulasi), peningkatan kekentalan mukus serviks, dan pembentukan
endometrium yang kurang ramah bagi implantasi ovum. Kontrasepsi
progestin suntik memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrasepsi hormonal oral. Angka kegagalan yaitu sekitar 0,3% -
3%.
a. Keunggulan
Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara
dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan
lama dengan hanya 4 – 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi
yang minimal.
b. Kekurangan
Kekurangannya mencakup amenore berkepanjangan, perdarahan uterus
selama dan setelah pemakaian, dan anovulasi yang lama setalah
penghentian kontrasepsi. Pemulihan kesuburan akan lambat namun tidak
terhambat, pada pemakaian jangka panjang trigliserida dan kolesterol HDL
menurun tetapi kolesterol LDL tidak meningkat, hanya terjadi sedikit
modifikasi metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi besi menurun.
Disamping itu terjadi juga peningkatan berat badan yang nyata. Pada
pemakaian Depo medroksiprogesteron jangka panjang terdapat
kemungkinan penurunan kepadatan mineral tulang, namun akan pulih
setelah terapi dihentikan.
5. Implan Progestin
Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah plastik yang
diimplantasikan dijaringan subdermal. Setiap wadah memiliki panjang 34mm,
garis tengah 2,4mm, dan mengandung 36 mg levonorgestrel. Dosis kombinasi
sebesar 216 mg menghasilkan pembebasan ke dalam plasma sekitar 85 μg/hari
untuk 6 sampai 8 hari pertama dan menghasilkan kontrasepsi yang efektif. Ini
merupakan salah satu metode yang paling efektif yang tersedia. Dan yang
paling utama, bahwa setelah penghentian pemakaian fertilitas akan segera pulih
dengan segera.
Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral, kecuali
efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah pemakaian 6
bulan, kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan pada wanita
nondiebetik. Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna, tetapi akan
sangat mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetik.Pada
pemakaian sistem norplant tampaknya tidak terjadi pengurangan kepadatan
tulang.
Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga masalah yang
berkaitan dengan infeksi lokal. Dan apabila tidak dimasukkan sesuai petunjuk,
maka pengeluarnnya akan menjadi lebih sulit. Walaupun demikian, kontrasepsi
implant progestin memiliki efektivitas yang tinggidengan rata-rata angka
kegagalan 0,05%.3
C. Kontrasepsi Mekanis
1. Pria (Kondom)
Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap penyakit
kelamin yang telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Kini paling umum dipakai
ialah kondom dari karet; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. Kini telah tersedia
berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Pada waktu sekarang kondom
telah dipergunakan secara luas di seluruh dunia dalam program keluarga
berencana.7-9
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang
buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-
36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang
mempunyai sifat spermatisid.7
Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi
perlindungan terhadap penyakit kelamin.10 Kekurangannya ialah ada kalanya
pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai
penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan
memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang
disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. Efek
sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk
membuat karet.7
Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian
dalam penggunaannya. Rata-rata kegagalan kontrasepsi ini adalah sekitar 2-21%.
Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut:9
1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.
2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria
yang tidak bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.
3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma.
Pada kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah
udara terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.
4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk
mencegah terjadinya robekan.
5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan
tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina,
supaya sperma tidak tumpah
2. Wanita (Pessarium)
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara
umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal;
dan (2) cervical cap.7
a. Diafragma Vaginal

Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan


untuk pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan. Dewasa ini
diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per
elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat
berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan
mempunyai sifat seperti per.7,11
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga
jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat
diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada
pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal
seperti :7,9
1) keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.
2) jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan
perlindungan yang terus-menerus.
3) jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara
waktu oleh karena sesuatu sebab.
Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul
yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.Pada keadaan-
keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya pada 1)
sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4) hiperantefleksio atau
hiperretrofleksio uterus.

Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan.


Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat
spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan
bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama
terpasang di situ.7
Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan
6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama).9
Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah:7
1) diperlukan motivasi yang cukup kuat;
2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk
dipergunakan secara massal;
3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan;
4) tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.
Keuntungan cara ini ialah:7
1) hampir tidak ada efek sampingan;
2) dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup
memuaskan;
3) dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang
tidak boleh mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu sebab.
b. Cervical Cap
Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk
yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari
diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil daripada diafragma vaginal. Cap
ini dipasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini
jarang dipakai untuk kontrasepsi.7
D. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat
1. Senggama Terputus (Coitus Interruptus)
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh
manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai
sekarang. Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari
sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1
detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan
biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk
mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan
bisa mengurangi kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya
penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni.7
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per
100 perempuan per tahun). Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma
dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini
dapat disebabkan oleh:7,9,12
1) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid) yang
dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang (repeated
coitus);
2) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
3) Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.

2. Pembilasan Pasca Senggama (Postcoital Douche)


Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan
obat (cuka atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah lama sekali
dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma
secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek
spermasida serta menjaga asiditas vagina.7,8
Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-
batas tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam
jumlah besar telah memasuki servik uteri.7

3. Perpanjangan Masa Menyusui Anak (Prolonged Lactation)

Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk


menjadi hamil lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya segera setelah
melahirkan. Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi
sementara yang cukup efektif, selama ibu belum mendapat haid, dan waktunya
kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1. Hal ini
dapat efektif bila ibu menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup
asupan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca
persalinan.7,9,10
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan
adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului
haid pertama sehingga apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja dapat
memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat dipertimbangan pemakaian
kontrasepsi lain.9
Tabel 2. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui
Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan
Metode Amenorea Laktasi
✓ ✓ ✓
(MAL)
AKDR ✓ ✓ ✓

Sterilisasi ✓ ✓

Kondom / spermasida ✓ ✓ ✓ ✓

Kontrasepsi Progestin ✓ ✓

KB Alamiah ✓ ✓

Kontrasepsi Kombinasi ✓

4. Pantang Berkala (Rhythm Method)


Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan
Hermann Knaus dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931. Oleh
karena itu cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari
hasil penyelidikan bahwa seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari
saja dalam tiap daur haidnya. Masa subur yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48
jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah
masa itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur.7,9
a. Mekanisme Kerja
Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan suami isteri pada masa subur
isteri. Untuk menetukan masa subur istri dipakai 3 patokan, yaitu :
1. Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang
2. Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi.
3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Jadi jika ingin dicegah, koitus harus dihindari sekurang-kurangnya selama
3 hari (72 jam), yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam esudah ovulasi terjadi.
b. Cara Menentukan Masa Aman
Awalnya dicatat lama siklus haid selama 3 bulan terakhir. Tentukan lama
haid terpendek dan terpanjang. Siklus terpendek dikurangi 18 hari dan siklus haid
terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range
masa subur. Dalam masa ini merupakan masa pantang sanggama, diluarnya
merupakan masa aman
Cara lain untuk menentukan masa aman ialah dengan suhu basal badan.
Menjelang ovulasi suhu basal badan akan turun. Suhu basal dicatat dengan teliti
setiap hari.
Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk
ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang
akan datang. Pada wanita dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang
tidak jauh berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan: “Daur haid
terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11 hari”. Masa
aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi.7

E. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


1. AKDR Copper
a. Definisi
AKDR Copper (AKDR Cu) adalah suatu rangka plastik yang lentur dan
kecil dengan lengan atau kawat Copper (tembaga) di sekitarnya. Terdapat 2
jenis AKDR Cu yaitu AKDR Cu T-380A dan AKDR Nova T-380. AKDR-
Cu ini paling banyak beredar di Indonesia karena termasuk dalam program
KB pemerintah.15,16
b. Cara Kerja dan Efektivitas
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke saluran telur karena
tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi steril yang toksik
terhadap sperma. Memiliki efektivitas tinggi berkisar 0,6-0,8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
AKDR Cu juga sangat efektif dan bersifat reversibel. AKDR Cu dapat
dipakai oleh perempuan selama usia reproduksi, termasuk remaja. 15,16
c. Jangka Waktu Pemakaian
Hasil studi menunjukkan bahwa AKDR CuT-380A efektif hingga 12 tahun,
namun ijin edar berlaku untuk 5-10 tahun penggunaan. 15,16
d. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan: 15,16
- Efektif segera setelah pemasangan
- Metode KB berjangka panjang
- Tidak mempengaruhi hubungan seksual
- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
- Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
- Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
- Kesuburan segera kembali setelah AKDR dilepas
- Mengurangi risiko terjadinya kanker endometrial, kanker serviks,
dan kehamilan ektopik
Keterbatasan: 15,16
- Pemasangannya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih
karena membutuhkan prosedur medis termasuk pemeriksaan dalam
- Tidak ada perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual
(IMS)/HIV
- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan
- Pasangan mungkin merasakan benang ketika bersanggama
- Klien tidak bisa melepas AKDR sendiri
- AKDR mungkin keluar dari uterus tanpa diketahui
- Klien perlu memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
Pada saat melakukannya, klien harus memasukkan jarinya ke vagina
yang seringkali membuat rasa tidak nyaman
e. Kriteria Kelayakan Medis
Yang boleh menggunakan AKDR Cu
AKDR-Cu aman dan efektif bagi hampir semua perempuan dengan kriteria
berikut: 15,16
- Telah atau belum memiliki anak
- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia lebih
dari 40 tahun
- Baru saja mengalami keguguran (jika tidak ada infeksi)
- Sedang menyusui
- Melakukan pekerjaan fisik yang berat
- Pernah mengalami kehamilan ektopik
- Pernah mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP)
- Menderita infeksi vagina
- Menderita anemia
- Menderita penyakit klinis HIV ringan atau tanpa gejala baik sedang
atau tidak dalam terapi antiretroviral
Yang tidak boleh menggunakan AKDR Cu
AKDR-Cu sebaiknya tidak digunakan oleh perempuan dengan kriteria
sebagai berikut: 15,16
- Antara 48 jam hingga 4 minggu setelah melahirkan
- Penyakit trofoblas gestasional nonkanker (jinak)
- Menderita kanker ovarium, kanker endometrial, kanker serviks, dan
pelvic tuberculosis
- Memiliki risiko individual sangat tinggi untuk IMS pada saat
pemasangan
- Mengidap penyakit klinis HIV berat atau lanjut
- Menderita systemic lupus erythematosus dengan trombositopenia
berat.
f. Waktu Pemasangan
Seorang perempuan dapat menjalani pemasangan AKDR Copper kapanpun
menghendaki selama ia yakin tidak hamil dan tidak ada kondisi medis yang
menghambat. Tunda pemasangan jika pasien memiliki kondisi: 15,16
- Infeksi pasca persalinan/keguguran
- Perdarahan pervaginam yang tidak biasa
g. Efek Samping dan Komplikasi
Efek samping: 15,16
- Menstruasi ireguler
- Mentruasi banyak dan lama
- Kram dan nyeri perut
- Anemia
- Pasangan dapat merasakan benang AKDR copper T saat senggama
Komplikasi: 15,16
- Nyeri hebat di perut bawah (curiga kehamilan ektopik)
- Perforasi uteri
- AKDR copper T keluar Sebagian (ekspulsi sebagian)
- AKDR copper T keluar sempurna (ekspulsi lengkap)
- AKDR patah
- Benang hilang
- Perdarahan pervaginam yang tidak dapat dijelaskan
- Kehamilan
- Pada wanita yang hamil saat AKDR copper T terpasang dapat
mengalami keguguran, kelahiran prematur, atau infeksi.
2. AKDR LNG
a. Definisi
AKDR Levonorgestrel (LNG) adalah suatu alat berbahan plastik berbentuk
T yang secara terus-menerus melepaskan sejumlah kecil hormon progestin
(levonorgestrel) setiap hari. 15,16
b. Cara Kerja dan Efektivitas
Menghambat sperma membuahi sel telur. 15,16
c. Jangka Waktu Pemakaian
Jangka waktu pemakaian berjangka panjang, efektif untuk pemakaian 5
tahun dan bersifat reversibel. AKDR LNG dapat dipakai oleh perempuan
selama usia reproduksi.15,16
d. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan: 15,16
- Mencegah Kehamilan dengan sangat efektif
Kurang dari 1 kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan
AKDR-LNG selama tahun pertama (2 per 1.000 perempuan)
- Berjangka Panjang
Studi menunjukkan bahwa AKDR LNG efektif hingga 7 tahun,
namun ijin edar berlaku untuk 5 tahun penggunaan.
- Tidak mempengaruhi hubungan seksual
- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
- Kesuburan segera kembali setelah AKDR dilepas
- Mengurangi nyeri haid
- Mengurangi jumlah darah haid sehingga dapat mencegah anemia
defisiensi besi
- Sebagai pengobatan alternatif pengganti operasi pada perdarahan
uterus disfungsional dan adenomiosis
Keterbatasan: 15,16
- Pemasangan dan pencabutan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih secara khusus memasangnya pada uterus.
- Harganya relatif mahal.
e. Kriteria Kelayakan Medis
Yang boleh menggunakan AKDR-LNG
AKDR-LNG aman dan efektif bagi hampir semua perempuan dengan
kriteria berikut: 15,16
- Telah atau belum memiliki anak
- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia lebih
dari 40 tahun
- Baru saja mengalami keguguran (jika tidak ada infeksi)
- Sedang menyusui
- Melakukan pekerjaan fisik yang berat
- Pernah mengalami kehamilan ektopik
- Pernah mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP)
- Menderita infeksi vagina
- Menderita anemia
- Menderita penyakit klinis HIV ringan atau tanpa gejala baik sedang
atau tidak dalam terapi antiretroviral
Yang tidak boleh menggunakan AKDR-LNG
AKDR-LNG sebaiknya tidak digunakan oleh perempuan dengan kriteria
sebagai berikut: 15,16
- Antara 48 jam hingga 4 minggu setelah melahirkan
- Penggumpalan daerah vena dalam di kaki atau paru akut
- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan tidak
muncul kembali
- Sirosis berat atau tumor hepar berat
- Penyakit trofoblas gestasional nonkanker (jinak)
- Menderita kanker ovarium
- Memiliki risiko individual sangat tinggi untuk IMS pada saat
pemasangan
- Menderita dan HIV berat atau lanjut
- Penderita systemic lupus erythematosus dengan antibodi
antifosfolipid positif (atau tidak diketahui), dan tidak dalam terapi
imunosupresif.
f. Waktu Pemasangan
Seorang perempuan dapat menjalani pemasangan AKDR LNG kapanpun ia
menghendaki selama yakin ia tidak hamil dan tidak ada kondisi medis yang
menghambat. 15,16
g. Efek Samping
Efek samping: 15,16
- Tusukan (perforasi) pada dinding uterus oleh AKDR LNG yang
digunakan pada pemasangan
- Nyeri hebat pada perut bagian bawah
- AKDR keluar sebagian atau seluruhnya
- Keguguran
- Kelahiran prematur atau infeksi pada wanita hamil dengan AKDR
LNG
3. Pemasangan AKDR15,16
Langkah 1
- Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan
klien untuk mengajukan pertanyaan
- Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada
beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila
sampai pada Langkah-langkah tersebut
- Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya
- Bantu klien berbaring diatas meja ginekologi
Langkah 2
- Lakukan pemeriksaan genitalia eksterna Untuk memeriksa adanya
ulkus, pembengkakan kelenjar getah bening (bubo), pembengkakan
kelenjar bartholin dan kelenjar skene
- Lakukan pemeriksaan genitalia interna dengan spekulum (inspekulo)
Untuk memeriksa adanya cairan vagina, servisitis dan pemeriksaan
mikroskopik bila diperlukan
- Lakukan pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan panggul Untuk
menentukan besar, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus Untuk
memeriksa adanya nyeri goyang serviks dan tumor pada adneksa atau
cavum douglas
- Lakukan pemeriksaan mikroskopok bila tersedia dan ada indikasi
Langkah 3
Masukkan sonde uterus. Untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum
uteri
- Pakai sarung tangan steril atau DTT.
- Pasang spekulum.
- Bersihkan serviks dengan larutan antiseptik dua kali atau lebih.
- Jepit serviks dengan tenakulum yang steril/DTT pada posisi vertikal
(pada jam 10 atau jam 2) dengan pelan-pelan dan hati-hati untuk
mengurangi rasa sakit.
- Masukkan ujung sonde yang steril/DTT ke dalam kanalis servikalis
dengan hati-hati tidak menyentuh spekulum maupun dinding vagina,
sementara tangan yang satu tetap mempertahankan tarikan pada
tenakulum.
- Masukkan sonde secara hati-hati ke dalam kavum uteri sambil
mempertahankan tarikan tenakulum ke arah luar dan ke bawah. Bila
terasa ada tahanan pada ostium servikalis interna, gunakan sonde
uterus yang kecil (bila tersedia). Jangan mencoba untuk melakukan
dilatasi serviks, kecuali oleh dokter spesialis.
- Memasukkan sonde uterus akan lebih mudah bila menggunakan
tarikan secara hati-hati pada tenakulum. Bila klien mulai
menunjukkan tanda-tanda akan pingsan atau pucat dengan denyut
jantung menjadi lambat, maka tindakan harus segera dihentikan.
- Bila terasa tahanan yang ringan menandakan ujung sonde sudah
mencapai fundus, perhatikan arah kavum uteri dan cabut sonde.
- Tentukan kedalaman uterus dengan melihat batas lendir atau darah
pada sonde. Kedalaman uterus rata-rata antara 6 sampai 8 cm.
- Jangan mencoba untuk memasang AKDR bila kedalaman uterus
kurang dari 6,5 cm.
- Apabila pada pemasangan masa interval kedalaman uterus > 8 cm,
maka tindakan harus dihentikan karena kemungkinan telah terjadi
perforasi uterus
Langkah 4
Masukkan AKDR. Pastikan batang AKDR seluruhnya berada di dalam tabung
inserter (sebagian batang AKDR sering keluar dari tabung inserter meskipun
kemasannya belum dibuka) dan ujung tabung inserter yang berlawanan dengan
ujung yang berisi AKDR berada di dekat tempat membuka kemasan.
- Letakkan kemasan di atas permukaan datar, keras dan bersih, dengan
kertas penutup yang transparan berada di atas. Buka kertas penutup
di bagian ujung yang berlawanan dari tempat AKDR sampai kira-
kira sepanjang setengah jarak dengan leher biru.
- Angkat kemasan dengan memegang bagian
yang sudah dibuka (hati-hati jangan sampai
AKDR keluar dari tabung inserter). Kedua
bagian kertas penutup yang sudah terbuka
dilipat ke masing-masing sisinya dan dipegang
saat mengangkat sehingga pendorong tetap
steril waktu dimasukkan ke dalam tabung
inserter. Dengan tangan yang lain, masukkan pendorong ke dalam
tabung inserter dan dorong hati-hati sampai menyentuh ujung batang
AKDR.
- Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian
transparan menghadap ke atas.
- Pegang dan tahan ke 2 ujung lengan AKDR dari atas penutup
transparan dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Tangan kanan
mendorong kertas pengukur dari ujung kemasan yang sudah dibuka
sampai ke ujung kemasan yang masih tertutup sehingga lengan
AKDR berada di atas kertas pengukur.
- Sambil tetap memegang ujung ke 2 lengan, dorong inserter dengan
tangan kanan sampai ke pangkal lengan sehingga ke 2 lengan akan
terlipat mendekati tabung inserter.

- Tahan ke 2 lengan yang sudah terlipat tersebut dengan menggunakan


ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik tabung inserter melewati
ke 2 ujung lengan, kemudian dorong kembali dan putar sampai ke 2
ujung lengan masuk ke dalam tabung inserter dan terasa ada tahanan
yaitu pada batas lempengan tembaga.

- Bagian lengan yang mempunyai lempengan tembaga tidak bisa


dimasukkan kedalam tabung inserter, oleh karena itu tabung inserter
jangan didorong terus kalau sudah terasa ada tahanan.
- Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda kedalaman
kavum uteri dan penunjuk ke arah mana lengan akan membuka saat
dikeluarkan dari tabung inserter.
- Pegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong tabung
inserter sampai jarak antara ujung lengan yang terlipat dengan ujung
leher biru bagian depan (dekat batang AKDR) sama panjangnya
dengan kedalaman kavum uteri
yang telah diukur dengan sonde.
Putar tabung inserter sampai
sumbu panjang leher biru berada
pada posisi horizontal sebidang
dengan lengan AKDR.
- AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus. Buka seluruh
penutup transparan secara hati-hati. Pegang tabung inserter yang
sudah berisi AKDR dalam posisi horizontal agar AKDR maupun
pendorong tidak jatuh. Jangan melepas AKDR sebelum tabung
inserter mencapai fundus. Sebelum memasang, tabung inserter
jangan sampai tersentuh permukaan yang tidak steril agar tidak
terkontaminasi.

- Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter dan dorong perlahan


hingga ujung pendorong hampir menyentuh bagian bawah T.
- Pegang alat safe load
dengan ibu jari dan jari
telunjuk.

- Dorong Lengan T ke
alat safe load

- Dorong sampai lengan T berada


di dalam alat safe load
- Tarik perlahan tabung inserter
dari lengan AKDR yang terlipat
sampai keluar dari alat safe load
- Dorong perlahan dan putar tabung
inserter kembali ke ujung lengan
T yang terlipat sehingga kedua
ujung berada di dalam tabung inserter
- Lepaskan AKDR dari alat safe load dengan memutar tabung inserter
90 derajat

Langkah 5
Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan sondase
uterus) sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu
garis lurus. Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah
berisi AKDR ke dalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher
biru ke arah horizontal. Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong
tabung inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada
tahanan dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal.
- Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan,
sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal
pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan berada tepat di
fundus (puncak kavum uteri).

- Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung


inserter.

- Setelah pendorong keluar dari tabung inserter, dorong kembali


tabung inserter dengan pelan dan hati-hati sampai terasa ada tahanan
dari fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan AKDR akan
berada pada tempat yang setinggi mungkin dalam kavum uteri.
- Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada
waktu benang tampak keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4 cm,
potong benang tersebut dengan menggunakan gunting mayo yang
tajam. Dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu keluarkan seluruh
tabung inserter dari kanalis servikalis. Gunakan forceps untuk
menjepit benang AKDR kurang lebih 3 - 4 cm dari lubang serviks.
Forsep didorong ke arah uterus dan potong benang di depan jepitan
forsep sehingga benang yang tersembul hanya 3-4 cm. Memotong
benang dengan menggunakan cara ini dapat mengurangi risiko
tercabutnya AKDR (bila gunting tumpul dan benang tidak terpotong
benar sehingga hanya terjepit).

- Lepas tenakulum Bila ada perdarahan banyak dari tempat bekas


jepitan tenakulum, tekan dengan kasa sampai pendarahan berhenti.

Langkah 6
Bantu klien bangun dan turun dari meja ginekologi (hati-hati mungkin klien
merasa pusing). Beritahu klien kapan dan bagaimana cara memeriksa benang
AKDR. Bila tidak melanggar budaya dan pribadi klien, persilahkan klien untuk
mencoba memeriksa sendiri benang AKDR tersebut. Beri kesempatan klien
untuk bertanya dan beritahu kapan untuk periksa kembali. Setelah pemasangan,
klien diminta menunggu di klinik selama 15 - 30 menit sebelum diperbolehkan
pulang.
Langkah 7
Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung
tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi. Lakukan dekontaminasi
alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai.
Langkah 8
Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR (dengan menggunakan
model bila tersedia). Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah
pemasangan AKDR
F. Kontrasepsi Mantap
1. Tubektomi
a. Definisi
Prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan secara permanen
pada perempuan yang tidak ingin anak lagi. Terdapat 2 jenis tubektomi
yaitu: 15,16
i. Mini laparotomi dengan membuat insisi kecil pada perut. Tuba
fallopi ditarik ke irisan untuk dipotong dan diikat. Terdapat dua jenis
mini laparotomi, yaitu:
- Mini laparotomi suprapubik: pada masa interval
- Mini laparotomi sub umbilikus: pada pasca persalinan
ii. Laparoskopi dengan memasukkan pipa kecil panjang dengan lensa
di dalamnya ke dalam perut melalui insisi kecil. Laparoskopi
memungkinkan dokter untuk mencapai dan memblok atau
memotong tuba falopi di dalam perut.
b. Cara Kerja
Mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. 15,16
c. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan: 15,16
- Sangat efektif, klien tidak perlu khawatir menjadi hamil atau
khawatir mengenai kontrasepsi lagi (0,5 kehamilan per 100
perempuan dalam tahun pertama pemakaian)
- Segera efektif dan bersifat permanen
- Tidak mempengaruhi produksi ASI
- Tidak mengganggu sanggama
- Tidak memiliki efek samping dalam jangka panjang
- Klien tidak perlu melakukan atau mengingat apapun setelah prosedur
dilakukan
- Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
- Mengurangi risiko terjadinya Pelvic Inflammatory Disease (PID),
kanker ovarium, dan kehamilan ektopik
Keterbatasan: 15,16
- Kesuburan tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi
rekanalisasi
- Rasa sakit dalam jangka pendek setelah tindakan
- Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (untuk laparoskopi
dilakukan oleh Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi)
- Risiko pembedahan bertambah jika menggunakan anestesi umum
- Meningkatkan risiko kehamilan ektopik
- Tidak melindungi klien dari IMS dan HIV/AIDS
d. Kriteria Kelayakan Medis
Yang boleh menjalani tubektomi, antara lain: 15,16
- Perempuan berusia >22 tahun hingga <45 tahun
- Perempuan yang pada kehamilannya akan menimbulkan risiko
kesehatan serius
- Perempuan yang paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur
ini
- Pasca Persalinan/ pasca keguguran dalam 7 hari terakhir
- Ibu menyusui
- Pasien HIV, sedang dalam pengobatan antiretroviral atau tidak
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi, antara lain: 15,16
- Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum terjelaskan
- Perempuan dengan infeksi sistemik atau pelvik yang akut
- Perempuan yang kurang pasti mengenai keinginan untuk fertilitas di
masa depan
- Perempuan yang belum memberikan persetujuan medis
e. Waktu Pengerjaan
Seorang perempuan dapat memulai prosedur tubektomi kapanpun ia
menghendaki selama yakin ia tidak akan hamil dan tidak ada kondisi medis
yang menghambat. Tubektomi sebaiknya ditunda pelaksanaannya jika: 15,16
- Sedang hamil
- Hari ke-7-42 pasca persalinan
- Pasca persalinan dengan kondisi kehamilan disertai
preeklampsia/eklampsia
- Terjadi komplikasi serius pasca persalinan/keguguran (infeksi,
hemoragik, trauma) kecuali ruptur uteri dan perforasi (butuh
penanganan khusus)
- Hematometra
- Penyakit jantung akibat blokade/penyempitan arteri
- Penyumbatan pembuluh darah vena di kaki atau paru
- Hepatitis viral akut
- Gallbladder disease bergejala
- Hb <7 g/dL
- Bronkitis atau pneumonia
- Infeksi sistemik atau gastroenteritis berat
- Infeksi kulit pada abdomen
f. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi: 15,16
- Infeksi
- Abses pada luka operasi
- Demam pasca operasi
- Luka pada kandung kemih atau intestinal
- Hematoma
- Emboli gas
- Nyeri pada lokasi pembedahan
- Perdarahan superfisial
- Reaksi hipersensitivitas saat dilakukan anestesi
2. Vasektomi
a. Definisi
Prosedur bedah sukarela yang memiliki risiko rendah untuk menghentikan
kesuburan secara permanen pada pria yang tidak ingin anak lagi. Vasektomi
dilakukan dengan memotong dan mengikat vas (ductus) deferens tanpa
menggunakan pisau bedah, dengan tujuan memutuskan aliran sperma dari
testis sehingga terjadi azoospermia. 15,16
b. Cara Kerja
Mengikat dan memotong setiap saluran vas deferens sehingga sperma tidak
bercampur dengan semen. Semen dikeluarkan, tetapi tidak dapat
menyebabkan kehamilan15,16
c. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan: 15,16
- Aman, dan nyaman
- Sangat efektif dengan sekali tindakan
- Permanen
- Pria mengambil tanggung jawab untuk kontrasepsi, mengambil alih
beban dari perempuan
- Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Keterbatasan: 15,16
- Tidak segera efektif (WHO menyarankan kontrasepsi tambahan
selama 3 bulan setelah tindakan, kurang lebih 20 kali ejakulasi)
- Komplikasi minor seperti infeksi, perdarahan, nyeri pasca operasi.
Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan
nyeri dibandingkan teknik inisiasi
- Harus dilakukan oleh dokter umum terlatih atau Dokter Spesialis
Bedah dan Dokter Spesialis Urologi
d. Kriteria Kelayakan Medis
Dengan konseling dan informed consent yang tepat, semua pria dapat
menjalani vasektomi secara aman, termasuk pria dengan kriteria berikut:
15,16

- Sudah memiliki jumlah anak >2


- Mempunyai istri usia reproduksi
- Menderita penyakit anemia sel sabit (sickle cell anemia)
- Berisiko tinggi terinfeksi HIV atau IMS lainnya
- Terinfeksi HIV, sedang dalam pengobatan antiretroviral atau tidak
e. Waktu Tindakan
Jika tidak ada alasan medis untuk menunda, seorang pria dapat menjalani
prosedur vasektomi kapanpun ia menghendaki. Klien disarankan untuk
menunggu selama 3 bulan sebelum mengandalkan vasektomi. Selama
periode ini, pengguna boleh melakukan hubungan seksual dengan catatan:
15,16

- Istri menggunakan kontrasepsi: teruskan metode KB istri selama 3


bulan ke depan, selanjutnya KB istri dapat dihentikan.
- Jika istri tidak menggunakan kontrasepsi: klien harus menggunakan
kontrasepsi pelindung selama 3 bulan setelah tindakan.
Setelah 3 bulan tindakan, klien perlu melakukan pemeriksaan cairan sperma
untuk memastikan tercapainya azoospermia atau cairan kosong sperma saat
ejakulasi. Vasektomi sebaiknya ditunda pelaksanaannya jika: 15,16
- Sedang mengalami IMS
- Terjadi pembengkakan atau inflamasi pada ujung penis, epididymis,
atau testis
- Infeksi kulit atau ada massa pada skrotum
- Infeksi sistemik atau gastroenteritis
- Filariasis
f. Komplikasi
Komplikasi pasca tindakan yang dapat terjadi: 15,16
- Penyumbatan pembuluh darah (blood clot)
- Abses
- Nyeri yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Infeksi di temmpat insisi
- Pembengkakan atau hematoma akibat perdarahan di bawah kulit
Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi: 15,16
- Antibodi sperma
- Rekanalisasi spontan
DAFTAR PUSTAKA

1. Nugroho T dan Utama I B. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta.


Nuha Medika.2014.
2. World Health Organization (WHO). Planning Family or Contraseption. 2014.
Diakses:9 Mei 2022 http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs351/en/.
3. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2016.
4. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Modul
Pelatihan Pelayanan Kontrasepsi bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2021:1-279
5. World Health Organization. Rekomendasi praktik terpilih pada penggunaan
kontrasepsi.WHO.2016:26-52.
6. World Health Organization. Medical Eligibility Criteria Wheel For
Contraceptive Use.WHO.2015
7. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri 23rd edition. United State.
McGraw Hill. 2010
8. Kronenberg MH, Shlomo M, Kenneth SP, Reed PL. Williams textbook of
endocrinology eleventh edition. Philadelphia. Elseivers. 2008.
9. Despopulus A, Stefan S. Color atlas of physiology. New York. Thieme. 2005
10. Koolman J, KH Roehm. Color atlas of biochemistry 2nd edition. New York.
Thieme. 2005
11. Guyton, Hall. Textbook of medical physiology 12nd edition. Philadelphia.
Elseiver. 2010.
12. Lewis V. Reproductive Endocrinology and infertility. USA. Landes publisher.
2007
13. Alan, Lauren N, Murphy G, Neri L. Current diagnosis and treatment in
Obstetrics and gynecology. United State. McGraw Hill. 2007
14. Norwitz ER. Arulkumar, Symond, Fowlie. Oxford America handbook of
obstetrics and gynecology 1st edition. United State. Oxford university Press.
2007
15. World Health Organization. Family planning: a global handbook for providers:
evidence-based guidance developed through worldwide collaboration. 2018.
16. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Modul
Pelatihan Pelayanan Kontrasepsi bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2021.

Anda mungkin juga menyukai