Anda di halaman 1dari 20

KAJIAN EKONOMI ISLAM

Kelompok 6

Fauziah Nur 0306182151

Lily Nazraini 0306182122

Widya Sri Wahyuni 0306182166

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah-6/ Semester III

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebahagian merupakan tujuan utama kehidupan manusia. Manusia akan memperoleh


kebahagian ketika seluruh kebutuhan dan keinginannya terpenuhi, baik dalam aspek material
maupun spiritual, dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Terpenuhinya kebutuhan
yang bersifat material, seperti sandang,rumah dan kekayaan lainnya, dewasa ini lebih banyak
mendapatkan perhatian dalam ilmu ekonomi. Terpenuhinya kebutuhan material inilah yang
disebut sejahtera. Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan manusia menghadapi kendala
pokok yaitu, kurangnya sumber daya yang bisa digunakan untuk mewujudkan kebutuhan
tersebut. Karena Islam adalah suatu pandangan/cara hidup yang mengatur semua sisi
kehidupan manusia, maka tidak ada satupun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari
ajaran Islam, termasuk aspek ekonomi.1
Makalah ini akan menjelaskan tentang pandangan islam terhadap permasalahan
ekonomi, termasuk aspek bagaimana islam memandang tujuan hidup manusia, memahami
permasalahan hidup dan ekonomi dan bagaimana islam memecahkan masalah eknomi.
Ekonomi islam merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari metode untuk memahami
dan memecahkan masalah ekonomi yang didasarkan atas ajaran islam. Perilaku manusia dan

1
Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Depok: PT. Raja Grafindo Persada,
2017), h.14.
masyarakat yang didasarkan atas ajaran agama islam inilah yang kemudian disebut sebagai
perilaku rasional islam yang akan menjadi dasar pembentukan suatu perekonomian islam.

Kajian ekonomi Islam ini penting dibahas dan diketahui terutama oleh mahasiswa,
karena mengingat jurusan PGMI yang tidak terlalu mendalami tentang hal ini. Makalah ini
akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi Islam. Dimulai dengan pengertian
dan perkembangannya kemudian mengarah pada Studi ekonomi Islam Kontemporer.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi Islam dalam bahasa Arab diistilahkan dengan al-iqtishad al-Islami. Al-
iqtishad secara bahasa berarti al-qashdu yaitu pertengahan dan berkeadilan. Pengertian
pertengahan dan berkeadilan ini banyak ditemukan dalam Alquran diantaranya “dan
sederhanalah kamu dalam berjalan.” (Luqman :19) dan “di antara mereka ada
golonganyang pertengahan.” (al-Maidah :66). Maksudnya, orang yang berlaku jujur, lurus,
dan tidak menyimpang dari kebenaran. Iqtishad (ekonomi) didefinisikan dengan pengetahuan
tentang aturan yang berkaitan dengan produksi kekayaan, mendistribusikan, dan
mengonsumsinya.2
Dalam membahas perspektif ekonomi islam, ada satu titik awal yang benar-benar
harus kita perhatikan yaitu : “ ekonomi dalam islam itu sesungguhnya bermuara kepada
akidah islam, yang bersumber dari syariatnya. Ini baru dari satu sisi. Sedangkan dari sisi lain
ekonomi islam bermuara pada Alquran al karim dan As-Sunnah Nabawiyah yang berbahasa
arab.
Oleh karena itu, berbagai terminologi dan substansi ekonomi yang sudah ada,
haruslah dibentuk dan disesuaikan terlebih dahulu dalam kerangka islami atau dengan kata
lain, harus digunakan kata dan kalimat dalam bingkai lughawi, supaya kita dapat menyadari
betapa pentingnya titik permasalahan ini. Dengan demikian kita dapat dengan gamblang tegas

2
Rozalinda, Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers,
2014), h.2
dan jelas memberikan pengertian yang benar dengan istilah kebutuhan, keinginan, dan
kelangkaan (al nudrat) dalam upaya memecahkan problematika ekonomi manusia.
Ilmu ekonomi islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam. Sejauh mengenai masalah
pokok kekurangan, hampir tidak terdapat perbedaan apapun antara ilmu ekonomi islam dan
ilmu ekonomi modern. Andaipun ada perbedaan itu terletak pada sifat dan volumenya
(Mannan;1993). Itulah sebabnya mengapa perbedaan pokok anatara kedua sistem ilmu
ekonomi dapat dikemukakan dengan memperhatikan penanganan masalah pilihan.
Dalam ilmu ekonomi modern masalah pilihan ini sangat tergantung pada macam-
macam tingkah masing-masing individu. Mereka mungkin atau mungkin juga tidak
memperhitungkan persyaratan-persyaratan masyarakat. Namun dalam ekonomi islam, kita
tidaklah berada dalam kedudukan untuk mendistribusikan sumber-sumber semau kita. Dalam
hal ini ada pembatasan yang serius berdasarkan ketetapan kitab suci alquran dan sunnah atas
tenaga individu. Dalam islam kesejahteraan sosial dapat dimaksimalkan jika sumber daya
ekonomi juga dialokasikan sedemikian rupa, sehingga dengan pengaturan kembali
keadaannya, tidak seorangpun menjadi lebih baik dengan menjadikan orang lain lebih buruk
di dalam kerangka Alquran atau sunnah. Artinya islam tidak mengenal Zero Sum Games.
Sebelum kita mengkaji lebih jauh tentang hakikat ekonomi islam maka ada baiknya
diberikan beberapa pengertian tentang ekonomi islam yang dikemukakan oleh para ahli
ekonomi islam. Diantaranya:

a. M.Akram Kan

Islamic economics aims the study of the human falah (well-being achieved by
organizing the resource of the earth on the basic of cooperation and participation. Secara
lepas dapat kita artikan bahwa ilmu ekonomi islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang
kebagiann hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas
dasar bekerja sama dan partisipasi. Definisi yang dikemukakan Akram Kan memberikan
dimensi normatif (kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat) serta dimensi positif
(mengorganisir sumber daya alam ).

b. Muhammad Abdul Manan

islamic economics is a social which studies the economics problems of a people


imbued with the values of islam. Jadi, menurut Manan ilmu ekonomi islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang di ilhami
oleh nilai-nilai islam.

c. M Umer Chapra

Islamic ecoomics was defined as that branch of knowledge which helps realize human
well-being through an allocation and distribution of scarce resources that is in confirmity
with islamic teaching without unduly curbing individual freedom or creating continued
macroeconomic and ecological imbalances. Jadi, menurut Chapra ekonomi islam adalah
sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagian manusia melalui alokasi dan
distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada
pengajaran islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku macro ekonomi
yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

d. Muhammad Nejatullah Ash-Sidiqy

Islamic economics is the muslim thinker’s response to the economic challenges of


their time. In this endeavour they were aided by the Quran and the sunnah as well as by
reason and experience. Menurut Ash-Shidiqy ilmu ekonomi islam adalah respon pemikir
muslim terhadap tantangan sekonomi pada masa tertentu. Dalam usaha keras ini mereka di
bantu oleh alquran dan sunnah, akal (ijtihad) dan pengalaman.

e. Kursyid Ahmad

Islamic economics is a systematic effort to thy to understand the ecoomic’s


perspektive. Menurut Ahmad ilmu ekonomi islam adalah sebuah usaha sistematis untuk
memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional dalam
prespektif islam.3
Ekonomi islam dibangun atas dasar agama islam, karenanya ia merupakan bagian tak
terpisahkan (integral) dari agama islam. Sebagai derivasi dari agama islam, ekonomi islam
akan mengikuti agama islam dalam berbagai aspeknya. Islam adalah sistem kehidupan (way
of life), dimana islam telah menyediakan berbagai perangkat aturan yang lengkap bagi
kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi. Beberapa aturan ini bersifat pasti dan
berlaku permanen. Sementara beberapa yang bersifat kontekstual sesuai dengan situasi dan
kondisi. Penggunaan agama sebagai dasar ilmu pengetahuan telah menimbulkan diskusi

3
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta:Fajar Interpratama
Offset,2006), h. 15-17
panjang dikalangan ilmuan, meskipun sejarah telah membuktikan bahwa hal ini adalah
keniscayaan.
Ekonomi islam sebenarnya telah muncul sejak islam itu di lahirkan. Ekonomi islam
lahir bukanlah sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri, melainkan bagian dari integral agama
Islam. Sebagai ajaran hidup yang lengkap, Islam meberikan petunjuk terhadap semua
aktivitas manusia, termasuk ekonomi. Sejak abad ke 8 telah muncul pemikiran pemikiran
ekonomi islam secara parsial, misalnya peran negara dalam ekonomi, kaidah berdagang
meknisme pasar, dan lain-lain. Tetapi pemikiran secara konprehensif terhadap sistem
ekonomi islam sesungguhnya bari muncul pada pertengahan abad ke 20 dan semakin marak
sejak 2 dasawarsa terakhir.
Dalam pandangan islam, ilmu pengetahuan adalah suatu cara yang sistematis untuk
memecahkan masalah kehidupan manusia yang didasarkan segala aspek tujuan (ontologis),
metode penurunan ilmiah (epistemologis), dan nilai-nilai (aksiologis) yang terkandung pada
ajaran islam. Secara singkat, ekonomi islam dimaksudkan untuk mempelajari supaya manusia
untuk mencapai falah dengan sumber daya yang ada melalui mkanisme pertukaran.
Penurunan kebenaran atau hukum dalam ekonomi islam didasarkan pada kebenaran deduktif
wahyu ilahi ( ayat qauliyah ) yang didukung oleh kebenaran induktif empiris ( ayat kauniyah)
ekonomi islam juga terikat oleh nilai-nilai yang diturunkan oleh ajaran islam itu sendiri.4

B. Perkembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Ilmu ekonomi Islam sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan modern baru muncul
pada tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul sejak Islam itu
diturunkan melalui Nabi Muhammad saw. Karena rujukan utama pemikiran ekonomi Islam
adalah Alquran dan Hadis maka pemikiran ekonomi ini munculnya juga bersamaan dengan
diturunkannya Alquran dan masa kehidupan Rasulullah saw., pada abad akhir 6 M hingga
awal abad 7 M. setelah masa tersebut banyak sarjana Muslim yang memberikan kontribusi
karya pemikiran ekonomi. Karya-karya mereka sangat berbobot, yaitu memiliki dasar
argumentasi religious dan sekaligus intelektual yang kuat serta kebanyakan didukung oleh
fakta empiris pada waktu itu. Banyak diantaranya juga futuristic dimana pemikir-pemikir
Barat baru mengkajinya ratusan abad kemudian. Pemikiran ekonomi dikalangan pemikkir
4
Pusat Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi IslamI ( Bandung:PT RajaGrafindo Persada, 2009),
h.1
Muslim banyak mengisi khasanah pemikiran ekonomi dunia pada masa di mana Barat masih
dalam kegelapan (dark age). Pada masa tersebut dunia Islam justru mengalami puncak
kejayaan dalam berbagai bidang.5
Peletakkan dasar-dasar dan aturan perekonomian dalam Islam dimulai setelah Nabi
Muhammad saw., hijrah ke Madinah (periode Madinah). Di Madinah Rasulullah saw. Dalam
kapasitasnya sebagai kepala Negara membangun kehidupan masyarakat maupun kehidupan
bernegara atas dasar nilai-nilai Qurani seperti persaudaraan, persamaan, kebebasan dan
keadilan.6
Sebagaimana pada masyarakat Arab yang lainnya, mata pencaharian mayoritas
penduduk Madinah adalah berdagang, sebagian yang lain bertani, beternak, dan berkebun.
Kegiatan ekonomi pasar relative meninjol pada masa itu, dimana untuk menjaga agar
mekanisme pasar tetap berada dalam bingkai etika dan moralitas Islam Rasulullah saw.
Mendirikan Al-Hisbah. Al-Hisbah adalah institusi yang bertugas sebagai pengawas pasar
(market controller). Rasulullah juga membentuk Baitul Maal, sebuah institusi yang bertindak
sebagai pengelola keuangan Negara. Baitul Maal ini memegang peranan yang sangat penting
bagi perekonomian, termasuk dalam melakukan kebijakan yang bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat. Rasulullah saw., mengawali pembangunan Madinah dengan tanpa
sumber keuangan yang pasti, sementara distribusi kekayaan juga timpang. Kaum muhajirin
tidak memiliki kekayaan karena mereka telah meninggalkan seluruh hartanya di Makkah.
Oleh karena itu, Rasulullah mempersaudarakan kaum muhajirin dengan anshar sehingga
dengan sendirinya terjadi retribusi kekayaan. Kebijakan ini sangat penting sebagai strategi
awal pembangunan Madinah. Selanjutnya untuk memutar roda perekonomian, Rasulullah
mendorong kerjasama usaha diantara anggota masyarakat (misalnya murazaah, mudharabah,
musaqah, dan lain-lain) sehingga terjadi peningkatan produktivitas.7
Para khulafaurrasyidin adalah penerus kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
Karenanya kebijakan mereka tentang perekonomian pada dasarnya adalah melanjutkan dasar-
dasar yang dibangun Rasulullah saw.8
Dikutip dalam sebuah artikel bahwa “Di indonesia, praktek ekonomi islam, khususnya
perbankan syariah sudah ada sejak 1992. Di awali dengan berdirinya Bank Muamalat

5
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia atas
kerjasama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), h.97
6
Rozalinda, Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers,
2014), h.49
7
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) , Ekonomi Islam (Jakarta : Rajawali Pers,
2013), h.98
8
Ibid, h.101
Indonesia (BMI) dan Bank-Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Namun, pada decade
hingga tahun 1998, perkembangan bank syariah boleh dibilang agak lambat. Pasalnya,
sebelum terbitnya UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, tidak ada perangkat hukum
yang mendukung sistem operasional bank syariah kecuali UU No.7 tahun 1992 dan pp no 72
tahun 1992.9

C. Contoh Studi Ekonomi Islam

1. Bank Syariah

Kata bank itu sendiri berasal dari bahsa Latin banco yang artinya bangku atau meja.
Pada abad ke 12 kata banco merujuk pada meja, counter atau tempat penukaran uang (money
changer). Dengan demikian, fungsi dasar bank adalah menyediakan tempat untuk menitipkan
uang dengan aman dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa.10
Di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit
Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
a. Bank Umun Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank
devisa dan bank nondevisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, seperti transfer ke luar negeri, pembukaan letter of credit, dan
sebagainya.
b. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor
pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. UUS
berada satu tingkat dibawah direksi bank umum konvensional bersangkutan. UUS
dapat berusaha sebagai bank deevisa atau bank nondevisa.
c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hokum BPRS
perseroan terbatas, BPRS hanya boleh dimiliki oleh WNI dan/atau badan hukum

9
Tira Nur Fitria. Jurnal:Ilmiah Ekonomi Islam. Pembangunan Ekonomi
Nasional.Vol.02,No.03,November 2016
10
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Depok : Kencana, 2009), h.59
Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hokum
Indonesia dengan pemerintah daerah.11
Bank syariah pertama-meskipun praktiknya telah dilaksanakan sejak masa awal Islam,
diawali dengan berdirinya sebuah bank tabungan lokal yang beroperasi tanpa bunga di Desa
Mit Ghamir yang berlokasi di tepi Sungai Nil pada tahun 1963 oleh Dr. Abdul Hamid an-
Naggar. Meskipun beberapa tahun kemudian ditutup, namun telah mengilhami diadakannya
Konferensi Ekonomi Islam pertama di Makkah pada tahun 1975. Sebagai tindak lanjut
rekomendasi dari konferensi tersebut, dua tahun kemudian lahirlah Islamic Development
Bank (IDB) yang kemudian diikuti dengan pembentukan lembaga-lembaga keuangan Islam
di berbagai negara yang secara umum berbentuk bank Islam komersial dan lembaga investasi.
Aset keuangan syariah global diperkirakan mencapai triliun dolar Amerika dengan rata-rata
pertumbuhan 10 sampai 15%.12
Di Indonesia, perkembangan bank syariah sendiri dimulai pada tahun 1980. Dimana
muncul ide dan gagasan konsep lembaga keuangan syariah, uji coba BMT Salman di
Bandung dan Koperasi Ridho Gusti. Dan pada tahun 1990, lokakarya MUI di mana para
peserta sepakat mendirikan bank syariah di Indonesia. Pada tahun 1992, tepatnya tanggal 1
mei 1992 bank syariah pertama bernama Bank Muamalah Indonesia mulai beroperasi.
Sampai pada tahun 2015, menurut Statistik Peerbankan Syariah OJK per Juni 2015, ada 12
bank umum syariah dan 22 UUS di Indonesia dengan total jaringan kantor sebanyak 2.460
unit, terdiri dari 593 kantor cabang, 1.622 kantor cabang pembantu dan 245 kantor kas.
Sementara, UUS didukung oleh 1.900 layanan syariah. Total asset mencapai Rp.272,3
triliun.13
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi
pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah :
a. Penghapusan riba.
b. Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi
Islam.
c. Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial
dan bank investasi.
d. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap
permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan modal, karena bank

11
Ibid, h.58
12
Ibid, h.60
13
Ibid, h.63
komersial syariah menerapkan profit and loss sharing dalam konsinyiasi, ventura,
bisnis, atau industri.
e. Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha.
f. Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan likuiditasnya
dengan memanfaatkan instrumen pasar uang antarbank syariah dan instrumen
bank sentral berbasis syariah.14
Berikut ini adalah table perbedaan antara bunga dan bagi hasil :
BUNGA BAGI HASIL
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil
dengan asumsi harus selalu untung dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung
rugi
Besarnya presentase berdasarkan pada Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada
jumlah uanng (modal) yang dipinjamkan jumlah keuntungan yang diperoleh
Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil bergantung pada keuntungan
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi,
proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah kerugian akan ditanggung bersama oleh
untung atau rugi kedua belah pihak
Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
meningkat sekalipun jumlah keuntungan dengan peningkatan jumlah pendapatan
berlipat atau keadaan ekonomi sedang
“booming”
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi
dikecam) oleh semua agama, termasuk hasil.15
Islam

Diantara banyak kesalahpahaman yang terjadi dikalalangan masyarakat Islam adalah


mengidentikkan ekonomi Islam (ekonomi syariah) dengan perbankan syariah (Islam).
Padahal perbankan syariah itu sendiri merupakan bagian terkecil dari system ekonomi Islam
yang sangat luas. Implikasinya adalah, ekonomi Islam hanya dilihat dari segi praktik
perbankan semata khususnya berkenaan dengan perilaku banker dan karyawan serta system
yang diterapkan. Jika msyarakat menemukan praktik yang menurut mereka tidak islami,
14
Ibid, h.64
15
Mahmud Yunus Daulay dan Nadirah Naimi, Studi Islamm (Medan : Penerbit Ratu Jaya,2012), h.128.
walaupun hal ini belum tentu benar, maka yang dihujat dan dicibir adalah ekonomi Islamitu
sendiri.16

2. Label Halal

Kata halal yang akar katanya berasal dari bahasa Arab, ha-la-la, memiliki makna
yang beragam. Makna dasarnya adalah melepaskan ikatan. Termasuk arti kata halal,
membebaskan, memecahkan, membubarkan dan membolehkan. Halal juga awan dari kata
haram. Al-Asfahani menjelaskan bahwa makna asal dari kata halal adalah al-halli yang
berarti ikatan kemudian menjadi “melepaskan ikatan”. Selanjutnya, didalam bahasa Indonesia
kata halal diterjemahkan dengan ; 1) diizinkan atau tidak dilarang oleh syara‟. 2) yang
diperoleh atau diperbuat dengan sah. 3) izin;ampun. Adapun dalam ensiklopedi hukum Islam,
kata halal diterjemahkan dalam tiga makna : 1) sesuatu yang menyebabkan seseorang tidak
dihukum karena menggunakannya. 2) sesuatu yang menyebabkan seseorang tidak dihukum
jika menggunakannya, karena ia dibenarkan oleh syara‟. 3) sesuatu yang mubah dan jaiz.
Kebalikannya haram itu sendiri secara umum bermakna sesuatu yang dilarang.17
Dewasa ini banyak sekali penyalahgunaan logo halal di kemasan produk makanan dan
minuman. Padahal,di dalam makanan dan minuman tersebut, walaupun secara kasat mata
bahan utamanya berasal dari bahan-bahan halal, akan tetapi tidak jarang terdapat bahan-
bahan campuran lainnya yang diambil dari bahan-bahan yang haram. Misalnya gelatin dan
emulsifier yang berasal dari turunan babi. Dengan alas an efisiensi, lemak babi pada akhirnya
bisa dimanfaatkan untuk dimasukkan kedalam bebrapa jenis makanan dan kemudian
dipasarkan di Negara-negara yang berpenduduk Muslim. Dan untuk mempermudah
pemasaran akhirnya banyak kalangan yang „menyamarkan‟ keharaman tersebut.18
Adapun persyaratan sertifikasi halal, seperti yang tertulis dalam situs
http://www.halalmui.org/new, “bagi perusahaanyang ingin mendaftarkan sertifikasi halal ke
LPPOM MUI, baik industry pengolahan (pangan,obat,kosmetik), Rumah Potong Hewan
(RPH), restoran/catering, maupunn industry jasa (distributor, warehouse, transporter, reailer)
harus memnuhi persyaratan sertifikasi halal yang tertuang dalam buku HAS 23000
(Kebijakan, Prosedur, dan Kriteria), yaitu: perusahaan bebas untuk memilih metode dan

16
Azhari Akmal Tarigan, Etika dan Spiritualisme Bisnis (Medan : FEBI UIN-SU Press,2016), h.120
17
Ibid, h.89
18
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam (Jakarta : Kencana, 2014),
h.268
pendekatan yang diperlukan dalam menerapkan system jaminan halal (SJH), asalkan dapat
memenuhi 11 kriteria SJH.19
Untuk mempermudah penjelasan diatas, bberikut ini merupakan prosedur sertifikasi
halal :
a. Perusahaan yang mengajukan sertifikasi, baik pendaftaran baru, pengembangan
(produk/fasilitas), dan perpanjangan, dapat melakukan pendaftaran secara online
melalui website LPPOM MUI (www.halalmui.org) atau langsung melalui alamat
website : www.e-lppommui.org.
b. Mengisi data pendaftaran : status sertifikasi (baru/pengembangan/perpanjangan),
data sertifikat halal, status system jaminan halal (jika ada), dan kelompok produk.
c. Membayar biaya pendaftaran dan biaya akad seertifikasi halal.
d. Mengisi dokumen yang dipersyaratkan dalam proses pendaftaran sesuai dengan
status pendaftaran (baru/pengembangan/perpanjangan) dan proses bisnis,
e. Setelah selesai mengisi dokumen yang dipersyaratkan, maka tahap selanjutnya
yaitu pemeriksaan kecukupan dokumen penerbitan sertifikat halal.20
Berikut ini adalah bagan alir proses sertifikasi halal :

19
Ibid, h.269
20
Ibid, h.271
3. Wisata Halal

1. Pengertian wisata syariah (Halal Tourism)


Istilah wisata dalam Undang-Undang Republik Indonesia adalah kegiatan perjalanan
atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara
untuk menikmati obyek atau daya tarik. Sedangkan, pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan sengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-
usaha yang terkait dibidang tersebut.
Terminologi wisata syariah di beberapa negara ada yang menggunakan istilah seperti
Islamic tourism, halal tourism, halal travel, ataupun as moslem friendly destination. Yang
dimaksud syariah adalah prinsip-prinsip hukum Islam sebagaimana yang diatur fatwa atau
yang telah disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia. Istilah syariah mulai digunakan di
Indonesia pada industri perbankan sejak tahun 1992. Dari industri perbankan berkembang ke
sektor lain yaitu asuransi syariah, pengadaian syariah, hotel syariah, dan pariwisata syariah. 21
Wisata halal merupakan konsep baru pariwisata, berbeda dengan wisata religi seperti
umroh dan menunaikan ibadah haji. Wisata halal adalah pariwisata yang melayani liburan
dengan menyesuaikan gaya liburan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan traveller
muslim. Menurut Sucipto dan Andayani. wisata halal mempunyai panduan umum sebagai
berikut:
1. Daya tarik meliputi wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan.
2. Tersedia fasilitas ibadah yang layak dan suci.
3. Tersedia makanan dan minuman yang halal.
4. Pertunjukan seni dan budaya serta atraksi yang tidak bertentangan dengan kriteria
umum wisata syariah.
5. Terjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan.
Menurut Islam mengkonsumsi yang halal, suci dan baik merupakan perintah agama
dan hukumnya adalah wajib.22

21
Hendri hermawan adinugraha, mila sartika, ana kadarningsih, desa wisata halal: konsep dan
implementasinya di Indonesia. jurnal: Human falah: Vol. 5. No. 1. 2018.h,32-33.
22
Muaini, Buku Ajar Kebudayaan Dan Pariwisata, (Yogyakarta: Garudhawaca, 2018) , h.102.
Kata kunci wisata halal sesungguhnya pada kata pelayanan. Bagaimana kita bisa
memberikan layanan yang maksimal dan prima bagi wisatawan yang memang memilih halal
sebagai gaya hidupnya. Mulai dari hotel yang syariah,makanan yang halal, sampai pada
kemudahan-kemudahannya dalam melakukan ibadah. Sebut saja ia tidak sulit dalam mencari
tempat sholat bahkan sampai layanan pencerahan keagamaan. Tidak itu saja, wisata keluarga
yang di lakoninya semakin memperkukuh ikatan batin antar anggota keluarga karena layanan
yang kita berikan. Bahkan lebih dari itu, keindahan objek wisata yang sedang di nikmatinya,
menambah kedekatannya kepada allah.
Dalam konteks ini, ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Pertama, wisata halal
kendatipun didalam terminologinya menggunakan kata halal, bukanlah semata-mata
berkaitan dengan agama. Wisata halal atau pariwisata halal adalah berkaitan dengan gaya
hidup. Sebenarnya mengaitkan bisnis dengan agama, belajar dari pengalaman yang sudah-
sudah tidak selamanya menguntungkan. Sebut saja perbankkan syariah. Walaupun selama ini
para eksponen ekonomi islam telah berkoar-koar agar ummat Islam mendukung perbankan
syariah, jangan ditanya ayat-ayat al quran yang telah disampaikan, tetap saja sampai saat ini
perbankan syariah tidak terdongkrak secara signifikan.
Demikian juga dengan dengan pariwisata halal. Sepanjang kita memposisiskannya
sebagai urusan ideologi-normatif, maka hambatan pengembangan wisata halal Indonesia
telah dimulai. Dirasa akan sulit mengembangkan wisata halal jika yang diusung adalah
ideologinya. Kita tidak akan fokus pada pelayanannya. Justru yang kita pikirkan adalah
jumlah ummat Islam yang banyak dan mayoritas tetapi belum sepenuhnya mendukung
syariah. Sebaliknya jika fokus pada gaya hidup, wisata halal akan berkembang dengan pesat.
Kedua, wisata halal sesungguhnya lebih merupakan strategi bisnis dalam meraup
pasar yang cenderung meningkat. Bagaimana mungkin Indonesia khususnya Sumatera Utara
ingin meraih pasar wisatawan dari timur tengah, jika layanan halal tidak disiapkan.
Bagaimana keluarga-keluarga muslim kelas menengah yang menjadikan liburan keluarga
sebagai kebutuhan primer akan memilih Sumatera Utara, jika hotel yang mereka jadikan
tempat menginap tidak syariah.
Ketiga, wisata halal adalah media untuk implementasi ajaran islam tanpa melalui jalur
teologi. Sebagai sebuah sistem hidup, Islam bisa dirasakan bagi kalangan non-muslim sendiri.
Strategi dakwah masa depan sesungguhnya membutuhkan perbandingan. Para wisatawan
akan merasakan beda layanan wisata halal dengan wisata yang tidak memakai label halal.
Contoh lainnya, kita akan merasakan perbedaan terbang dengan pesawat yang mengusung
layanan syariah, seperti royal brunei dan yang konvensional. Dalam konteks inilah, nilai-nilai
Islam di injeksikan dalam setiap aktivitas kehidupan tanpa orang harus menjadi muslim.
Bahwa setelah itu ia tertarik untuk memeluk Islam, tentu patut di syukuri.23
Konsep wisata syariah adalah sebuah proses pengintegrasian nilai-nilai keislaman
kedala seluruh aspek kegiatan wisata. Nilai syariat Islam sebagai suatu kepercayaan dan
keyakinan yang dianut umat Muslim menjadi acuan dasar dalam membangun kegiatan
pariwisata. Wisata Syariah mempertimbangkan nilai-nilai dasar umat Muslim didalam
penyajiannya mulai dari akomodasi, restaurant, hingga aktifitas wisata yang selalu mengacu
kepada norma-norma keislaman (Tourism Review, 2013). Konsep wista syariah merupakan
aktualisasi dari konsep ke Islaman dimana nilai halal dan haram menjadi tolak ukur utama,
hal ini berarti seluruh aspek kegiatan wisata tidak terlepas dari sertifikasi halal yang harus
menjadi acuan bagi setiap pelaku pariwisata (Chookaew, 2015). Konsep wisata syariah dapat
juga diartikan sebagai kegiatan wisata yang berlandaskan ibadah dan dakwah disaat
wisatawan Muslim dapat berwisata serta mengagungi hasil penciptaan allah swt (tafakur
alam) dengan tetap menjalankan kewajiban solat wajib sebanyak lima kali dalam satu hari
dan semua ini terfasilitasi dengan baik serta menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya
(kamarudin, 2013).24
Islam mengatur adab-adab wisata/berepergian, jangan sampai menjurus kepada hal-hal
yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti melakukan kemaksiatan dan perilaku haram
lainnya saat berpergian. Untuk itu syariat islam mengatur sangat rapi agar kegiatan wisata itu
dapat berjalan sesuai aturan dan kaidah islam, minimal tidak menimbulkan kemudharatan.
Maka segala, norma dan rambu-rambu syariat harus diperhatikan sehingga kegiatan wisata
dapat menghadirkan perasaan santai, menyenangkan, terhibur, namun dalam waktu yang
bersamaan bernilai ibadah dan menambah ilmu ketaatan serta terhindar dari dosa dan
kemaksiatan.

2. Dampak ekonomi
Pengembangan wisata halal menjadi alternatif bagi industri wisata di indonesia seiring
dengan tren wisata halal yang menjadi bagian dari industri ekonomi Islam Global. Dinamika
pariwisata dunia dalam tiga tahun terakhir dipengaruhi oleh peningkatan jumlah perjalanan
antar egara dan pertumbuhan ekonomi terutama di kawasan asia Pasifik. Total wisata dunia
pada tahun 2014 mecapai 1.110 juta perjalanan luar negeri atau tumbuh 5 % dibandingkan

23
Azhari Akmal Tarigan, etika dan spiritualisme bisnis, (Medan: Febi Uin Su Press, 2016), h, 115-116.
24
Kurniawan gilang widagyo,analisis pasar pariwisata halal indonesia, The journal of tauhidinomics.
Vol 1. No. 1. 2015. H.74
tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 lebih dari 300 juta (27,1 % dari total wisatawan dunia)
melakukan wisata ke asia dan 96,7 juta diantaranya masuk ke asia tenggara. Sementara pada
tahun 2015 di tengah situasi global yang tidak kondusif, perjalanan wisatawan dunia masih
tumbuh 4,5%. Jadi pariwisata tetap mengalami pertumbuhan signifikan.25

3. Hukum-hukum wisata dalam Islam


Hukum asal perjalanan wisata adalah mubah alias diperbolehkan. Namun, hukum asal
ini dapat berubah karena adanya faktor lain yang menghalanginya. Disebut mubah
(diperbolehkan), jika wisata ini semata-mata hanya untuk mencari hiburan dan kesenangan
jiwa, selama ditempat tujuan wisata tidak terjadi kemaksiatan dan dekadensi moral secara
terang-terangan. Namun, perlu diingat hukum mubah ini dapat berubah karena ada sebab lain
yang terjadi.
a. Wajib
Perjalanan bisa menjadi wajib apabila:
a) Tujuan berpergian dilakukan dalam rangka menunaikan ibadah haji wajib.
b) Untuk menuntut ilmu pengetahuan
c) Menjenguk sanak keluarga yang sakit.
d) Memenuhi undangan, dan tidak ada kemaksiatan didalamnya.
b. Sunnah
Dapat pula stastus mubah berubah menjadi sunnah atau dianjurkan aabila memenuhi
beberapa syarat diantaranya:
a) Untuk menjalankan ibadah haji sunnah (haji kedua danseterusnya) maupun ibadah
umroh.
b) Dilkukan dalam rangka berdakwah kepada Allah.
c) Dilakukan dalam rangka mengambil pelajaran dengan merenungkan segala
keindahan ciptaan Allah.
d) Untuk mengambil ibroh (pelajaran) terhadap nasib ummat-ummat terdahulu dan
apa yang pernah menimpa mereka akibat dosa-dosa mereka. Menjalani oerjalanan
wisata memang harus dibarengi perenungan dan penghayatan terhadap kisah-kisah
orang terdahulu, sehingga dapat memperoleh ilmu dan hikmah yang bermanfaat.

25
Aan Jaelani, Industri Wisata Halal DiIndonesia: Potensi dan Prospek, Cirebon:MPRA Peper,h, 3.
c. Makruh
Perjalanan wisata dapat menjadi makruh (tercela/dibenci Allah) apabila memenuhi
beberapa kondisi berikut:
a) Wisata yang diniatkan semata-mata mencari kesenangan, diman didaerah yang
dituju sudah dikenal dengan aktivitasyang merusak moral seperti free sex, mabuk,
judi, dan lain sebagainya. Ia menjadi maruh karena di khawatirkan kita dapat
tercebur kedalamnya.
b) Wisata ke negeri yang memusuhi ummat Islam dan dikhawatirkan kemakmuran
yang mereka perolehdari hasil kunjungan kita, dalam waktu yang bersamaan
digunakan untuk menimbulkan kerugian bagi ummat Islam lainnya.
c) Wisata yang dilakukan ketika melihat ada tetangga atau orang lain di sekitar kita
yang sedang membutuhkan, namun kita tidak simpati dan empati kepada mereka,
namun dananya dihabiskan hanya untuk berwisata diri kita sendiri.
d. Haram
Bahkan perjalanan wisata dapat menjadi haram apabila hal-hal berikut ini:
a) Perjalanan wisata dilakukan dengan niat untuk bermaksiat kepada Allah baik
secara terang-terangan maupun tersembunyi.
b) Perjalanan wisata dilakukan untuk berpartisipasi dalam acara kemusyrikan.26

Kesimpulan
Ekonomi islam adalah sebuah usaha sistematis untuk memahami masalah-masalah
ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional dalam prespektif islam. Ekonomi Islam
sudah ada sejak dahulu. Ekonomi Islam ada untuk memenuhi kebutuhan umat Islam dalam
bidang ekonomi. Bank syariah merupakan salah satu upaya untuk membangun perekonomian
secara Islami.
Bank syariah bukan hanya bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi
kesejahteraan dengan cara bagi hasil. Ada juga upaya lain nya yaitu memberi sertifikat label
halal sebagai upaya untuk mengembangkan gaya hidup yang Islami. Label halal bukan
sekedar logo yang terdapat di depan kemasan suatu produk, tetapi ada proses panjang yang
dilalui untuk memperoleh sertifikatsi halal itu sendiri.

26
Tohir Bawazir, Panduan Praktis Wisata Syariah, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2013), h,13-19
Dan yang terakhir, Pariwisata halal merupakan sebuah usaha untuk peningkatan taraf
ekonomi bagi suatu daerah. Wisata halal saat ini mulai dikembangkan, dan menjadi sebuah
pilihan liburan dengan mengedepankan syariat Islam. Para traveler sangat dimudahkan
dengan adanya pariwisata halal ini, mereka dimudahkan dalam segala hal, seperti dengan
tersedianya makanan minuman halal, serta tersedianya tempat ibadah yang mudah dicari bagi
para muslim traveller.
DAFTAR PUSTAKA

A.Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Depok: PT. Raja
Grafindo Persada, 2017

Adinugraha, Hendri Hermawan, Mila Sartika, Ana Kadarningsih, Desa Wisata Halal:
Konsep Dan Implementasinya Di Indonesia. Jurnal: Human Falah: Vol. 5. No.
1. 2018.

Bawazir, Tohir, Panduan Praktis Wisata Syariah, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar,


2013).

Daulay, Mahmud Yunus dan Nadirah Naimi, Studi Islamm (Medan : Penerbit Ratu
Jaya,2012).

Edwin Mustafa Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta:Fajar


Interpratama Offset,2006).

Fauzia, Ika Yunia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam (Jakarta :
Kencana, 2014).

Fitria, Tira Nur. Jurnal: Ilmiah Ekonomi Islam. Pembangunan Ekonomi


Nasional.Vol.02,No.03,November 2016

Jaelani, Aan, Industri Wisata Halal Diindonesia: Potensi Dan Prospek,


Cirebon:Mpra Peper.

Muaini, Buku Ajar Kebudayaan Dan Pariwisata, (Yogyakarta: Garudhawaca, 2018).

Pusat Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam I ( Bandung:PT RajaGrafindo


Persada, 2009),
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) , Ekonomi Islam (Jakarta
: Rajawali Pers, 2013).

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam


Indonesia atas kerjasama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam (Jakarta :
Rajawali Pers, 2013).

Rozalinda, Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta :
Rajawali Pers, 2014).

Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Depok : Kencana, 2009).

Tarigan, Azhari Akmal, Etika Dan Spiritualisme Bisnis, (Medan: Febi Uin Su Press,
2016).

Widagyo, Kurniawan Gilang,Analisis Pasar Pariwisata Halal Indonesia, The Journal


Of Tauhidinomics. Vol 1. No. 1. 2015.

Anda mungkin juga menyukai