( EBP )”
Oleh :
REVINA AGUSTINA
(183110230)
3B
Dosen pembimbing :
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan
kepada nabibesar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, dan juga kepada
para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Resume ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama buat
kami sendiri. Akhirnya kepada Allah SWT saya berserah diri semoga makalah ini bernilai
sebagai amalan ibadah hendaknya Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan........................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui mutu asuhan keperawatan berdasarkan Evidence based practice
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade ini untuk
membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public
health, konseling dan profesi kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki, 2004;
Brownson et al., 2002; Sackett et al., 2000).
Menurut (Goode & Piedalue, 1999) : Praktik klinis berdasarkan bukti melibatkan
temuan pengetahuan dari penelitian, review atau tinjauan kritis. EBP didefinisikan
sebagai intervensi dalam perawatan kesehatan yang berdasarkan pada fakta terbaik yang
didapatkan. EBP merupakan proses yang panjang, adanya fakta dan produk hasil yang
membutuhkan evaluasi berdasarkan hasil penerapan pada praktek lapangan.
Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan yang
teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasis bukti)
yang berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun
pengambilan keputusan dalam proses perawatan (Titler, 2008). EBP merupakan salah
satu perkembangan yang penting pada dekade ini untuk membantu sebuah profesi,
termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public health, konseling dan profesi
kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki, 2004; Brownson et al., 2002; Sackett
et al., 2000).
EBP menyebabkan terjadinya perubahan besar pada literatur, merupakan proses yang
panjang dan merupakan aplikasi berdasarkan fakta terbaik untuk pengembangan dan
peningkatan pada praktek lapangan. Pencetus dalam penggunaan fakta menjadi pedoman
pelaksanaan praktek dalam memutuskan untuk mengintegrasikan keahlian klinikal
individu dengan fakta yang terbaik berdasarkan penelitian sistematik.
1. Penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian dan praktek klinis ditambah
dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis (Mulhall, 1998).
2. Penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara
teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian asuhan
keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut (Ingersoll G, 2000).
Pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan berdasarkan bukti-bukti nyata atau EBP
di pengaruhi oleh tiga factor yaitu, hasil penelitian atau riset termasuk teori-teori pendukung,
pengalaman yang bersifat klinis, serta feedback atau sumber-sumber dari pengalaman yang
dialami oleh pasien.
Fase 1 : Persiapan
Fase 2 : Validasi
Fase 5 : Evaluasi
Format PICOT menyediakan kerangka kerja yang efisien untuk mencari database
elektronik, yang dirancang untuk mengambil hanya artikel-artikel yang relevan
dengan pertanyaan klinis. Menggunakan skenario kasus pada waktu respon cepat
sebagai contoh, cara untuk membingkai pertanyaan tentang apakah penggunaan
waktu tersebut akan menghasilkan hasil yang positif akan menjadi: "Di rumah sakit
perawatan akut (populasi pasien), bagaimana memiliki time respon cepat (intervensi)
dibandingkan dengan tidak memiliki time respon cepat (perbandingan)
mempengaruhi jumlah serangan jantung (hasil) selama periode tiga bulan (waktu)? "
CONTOH :
Kasus 1
Rumah sakit jiwa S yang terletak di kota L sering mendapatkan pasien yang
datang dengan masalah yang sama, yaitu tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungan diluar rumah sakit dan tidak disiplin minum obat. Rumah sakit jiwa s
masih menerapkan kebijakan untuk rawat terpisah antara pasien dan keluarganya.
Pasien juga wajib untuk mengenakan pakaian yang diberikan oleh rumah sakit.
Pasien tinggal bersama pasien lainnya dalam bangsal keperawatan. Gaya perawatan
seperti ini dapat digolongkan sebegai perawatan tradisional. Meskipun rumah sakit
sudah menerapkan kebijakan untuk pembatasan hari rawat, tapi rumah sakit juga
tidak dapat melakukan apa-apa, karena pasien yang kebanyakan adalah pasien yang
sama/pasien lama terus datang dan terkadang datang dengan masalah yang sangat
serius dan membutuhkan perawatan rawat inap atau inpatient. Rumah sakit sudah
melakukan banyak cara seperti melatih pasien untuk melakukan asuhan keperawatan
jiwa kepada pasien dan juga kepada keluarga dengan melakukan home visit. Pasien
dan keluarga bahkan sudah diajarkan untuk menghafal obat-obatan yang harus
diminum secara rutin oleh pasien. Tapi, semua hal yang diupayakan tetap tidak dapat
menurunkan jumlah pasien yang kembali ke rumah sakit (lagi). Kepala rumah sakit
bahkan mengatakan bahwa, “Terapi gagal!”. Untuk memecahkan masalah ini,
Perawat M yang merupakan kepala ruangan A membawa gagasan agar manajemen
rumah sakit mulai menerapkan atau menggunakan Millieu Therapy untuk merawat
pasien. Manajemen rumah sakit setuju dengan ide ini dan mulai mendiskusikan
persiapannya.
P= Terjadi peningkatan dan tidak ada tanda-tanda penurunan jumlah pasien lama
yang masuk ke rumah sakit karena masalah tidak mampu beradaptasi dan gagal
manajemen obat.
Untuk pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa, apakah efek dari perawatan
pasien secara tradisional jika di bandingkan dengan perawatan pasien dengan
menerapkan millieu therapy dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan
beradaptasi pasien dari lingkungan rumah sakit menuju lingkungan rumah/social di
laur rumah sakit ?.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan konsep Evidence Based Practice di atas, dapat disimpulkan
bahwa ada 3 faktor yang seacara garis besar menenentukan tercapainya pelaksanaan
praktek keperawatan yang lebih baik yaitu, penelitian yang dilakukan berdasarkan
fenomena yang terjadi di kaitkan dengan teori yang telah ada, pengalaman klinis
terhadap sustu kasus, dan pengalaman pribadi yang bersumber dari pasien. Dengan
memperhatikan factor-faktor tersebut, maka di harapkan pelaksanaan pemeberian
pelayanan kesehatan khususnya pemberian asuhan keperawatan dapat di tingkatkan
terutama dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan atau keperawatan, pengurangan
biaya (cost effective) dan peningkatan kepuasan pasien atas pelayanan yang
diberikan. Namun dalam pelaksanaan penerapan Evidence Based Practice ini sendiri
tidaklah mudah, hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya pemahaman
dan kurangnya referensi yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
penerapan EBP itu sendiri.
B. SARAN
Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang baik,
serta mengambil keputusan yang bersifat klinis hendaknya mengacu pada SPO yang
dibuat berdasarkan teori-teori dan penelitian terkini. Evidence Based Practice dapat
menjadi panduan dalam menentukan atau membuat SPO yang memiliki landasan
berdasarkan teori, penelitian, serta pengalaman klinis baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien.
DAFTAR PUSTAKA