Keperawatan
Kegawatdaruratan dengan
Acute Long Oedem (ALO)
dan Acute Long Injury (ALI)
OLEH :
REVINA AGUSTINA (183110230)
3B
Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Defia Roza, M.Biomed
Acute Lung Odema (ALO) atau edema paru
akut adalah terjadinya penumpukan cairan
secara massif di rongga alveoli yang
menyebabkan pasien berada dalam
kedaruratan respirasi dan ancaman gagal nafas
(Gumiwang, 2007).
1. Ketidakseimbangan
Starling Forces
5. Kardiogenik
Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan HE pada pasien
b.d Hambatan Upaya keperawatan, diharapkan tentang penyakitnya
Napas Pola Napas Tidak Efektif 2. Atur posisi semi fowler
dapat teratasi dengan Pola 3. Observasi tanda dan
Napas Membaik, dengan gejala sianosis
KH : 4. Berikan terapi
a. Ventilasi semenit oksigenasi
meningkat 5. Observasi tanda-tanda
b. Tekanan ekspirasi vital
meningkat 6. Observasi timbulnya
c. Tekanan inspirasi gagal nafas.
meningkat 7. Kolaborasi dengan tim
d. Dispnea menurun medis dalam
e. Penggunaan otot bantu memberikan
napas pengobatan
f. Frekuensi napas
membaik
g. Kedalaman napas
membaik
Diagnosis Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas :
Efektif b.d hipersekresi keperawatan, diharapkan 1. Monitor pola napas
sekunder akibat ALO Bersihan Napas Tidak klien (frekuensi,
Efektif dapat teratasi kedalaman, usaha
dengan Bersihan Jalan napas)
Napas, dengan KH : 2. Monitor bunyi napas
a. Batuk efektif tambahan
meningkat 3. Monitor sputum klien
b. Produksi sputum 4. Pertahankan kepatenan
menurun jalan napas klien
c. Mengi menurun 5. Posisikan klien semi
d. Wheezing menurun fowler atau fowler
e. Dispnea menurun 6. Anjurkan asupan
f. Sianosis menurun cairran, jika perlu
g. Frekuensi napas 7. Kolaborasi pemberian
membaik bronkodiilator,
h. Pola napas membaik mukolitik, ekspektoran,
jika perlu
Acute Limb Ischemia merupakan suatu kondisi
dimana terjadi penurunan aliran darah ke
ekstremitas secara tiba-tiba yang
menyebabkan gangguan pada kemampuan
pergerakkan, rasa nyeri atau tanda-tanda
iskemik berat dalam jangka waktu dua minggu
dan umumnya iskemia akut tungkai disebabkan
oleh proses oklusi akut atau adanya
aterosklerosis
Trombus
Emboli
Trauma Vaskuler
Penyebab dari iskemia tungkai akut ini biasanya
adalah emboli atau insitu trombosis yang sebagian
besar berasal dari jantung dan menetap dilokasi
percabangan pembuluh darah seperti di daerah
iliaka, ujung arteri femoralis komunis dan ujung
dari arteri politea. Selain itu emboli juga bisa lepas
dari pembuluh darah yang mengalami plak
aterosklerosis.
Emboli bisa juga diakibatkan oleh gangguan
hemostasis pada penderita yang darahnya mudah
mengalami pembekuan seperti pada penderita
sindroma anti fosfolipid
Emboli akut bisa dibedakan dengan dengan
peristiwa trombosis melalui
1. Peristiwanya mendadak sehingga penderita
bisa menetapkan waktu mulainya sakit
2. Kadang kadang penderita sudah mempunyai
riwayat mengalami emboli sebelumya
3. Penderita gangguan katup atau gangguan
irama jantung
4. Tidak ada riwayat klaudikasio sebelumnya
5. Pulsasi pada tungkai yang tidak terkena normal
Thrombosis bisa juga terjadi pada pintasan
pembuluh darah pada penderita yang sudah
menjalani operasi sebelumnya.
Iskemia tungkai akut mesti dibedakan dengan
iskemia tungkai kritis yang disebabkan oleh
gangguan kronis pada pembuluh darah dengan
onset yang melebihi dua minggu seperti pada
penderita aterosklerosis berat, tromboangiitis
obliteran, vaskulitis lain dan penyakit jaringan ikat
lainnya.
Pain /nyeri : yang hebat terus-menerus
terlokalisasi di daerah ekstremitas dan muncul
tiba-tiba, intensitas nyeri tidak berhubungab
dengan beratnya iskemia karena pasien yang
mengalami neoropathy dimana sensasi terhadap
nyeri menurun.
Pallor / pucat : tampak putih, pucat dan dalam
beberapa jam dapat menjadi kebiruan atau ungu /
mottled
Pulselless : denyut nadi tidak teraba dibandingkan
pada dua ekstremitas
Parasthesia : tidak mampu merasakan
sentuhan pada ekstremitas
Paralisis : kehilangan sensasi motorik pada
ekstremitas, adanya parasthesia dan paralisis
merupakan pertanda yang buruk dan
membutuhkan penanganan segera
Perishingly cold/Poikilothermia : dingin pada
ekstremitas
Faktor resiko irreversible
(Tidak dapat diubah)
Usia
Merokok
Diabetes Melitus
Hiperlipidemia
Hipertensi
Faktor resiko reversible (Dapat
diubah)
▪ Ras/etnis
▪ Inflamasi
▪ Gagal ginjal kronik
▪ Genetik
▪ Hiperkoagulasi
Kelas I : perfusi jaringan masih cukup, walaupun
terdapat penyempitan arteri, tidak ada kehilangan
sensasi motorik dan sensorik, masih bias dengan
obat-obatan pada pemeriksaan Doppler signal
audible
Kelas IIa : perfusi jaringan tidak memadai pada
aktivitas tertentu. Timbul klaudikasio intermiten yaitu
nyeri pada otot ektremitas bawah ketika berjalan dan
memaksakan berhenti berjalan, nyeri hilang jika
pasien istirahat dan sudah mulai ada kehilangan
sensorik. Harus dilakukan pemeriksaan angiography
segera untuk mengetahui lokasi oklusi dan penyebab
oklusi
Kelas IIb : perfusi jaringan tidak memadai, ada
kelemahan otot ekstremitas dan kehilangan
sensasi pada ekstremitas. Harus dilakukan
intervensi selanjutnya seperti revaskularisasi
ataupun embolektomy
Kelas III : telah terjadi iskemia berat yang
mengakibatkan nekrosis, kerusakan saraf yang
permanen, irreversible, kelemahan ekstremitas,
kehilangan sensasi sensorik, kelainan kulit atau
gangguan penyembuhan lesi kulit. Intervensi
tindakan yang dilakukan yaitu amputasi.
Faktor Risiko Kardiovaskular
Magnetic Resonance
Angiography
Computed Tomography
Angiografi
Angiography
Medikamentosa
1. Identitas
2. Keluhan utama
Gejala kaki pada ALI berhubungan secara primer terhadap nyeri atau fungsi. Onset
serangan dan waktu nyeri yang tiba-tiba, lokasi dan intensitasnya, bagaimana
perubahan keparahan sepanjang waktu kesemuanya harus digali. Durasi dan
intensitas nyeri adalah penting dalam membuat keputusan medis. Onset tiba-tiba
dapat memiliki implikasi etiologi (seperti, emboli arteri cenderung muncul lebih
mendadak daripada arterial thrombosis), sedangkan kondisi dan lokasi nyeri dapat
membantu menegakkan diagnosis banding.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Hal ini penting untuk ditanyakan, apakah pasien mempunyai nyeri pada kaki
sebelumnya (seperti, riwayat klaudikasio), apakah telah diintervensi untuk “sirkulasi
yang buruk” pada masa lampau, dan apakah didiagnosis memiliki penyakit jantung
(seperti atrial fibrilasi) maupun aneurisma (seperti kemungkinan sumber emboli).
Pasien juga sebaiknya ditanyakan tentang penyakit serius yang berbarengan atau
factor risiko (hipertensi, diabetes, penggunaan tembakau, hiperlipidemia, riwayat
keluarga terhadap serangan jantung, stroke, jendalan darah, atau amputasi).
4. Pemeriksaan Fisik
Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit ditentukan pada pasien
penyakit arteri perifer (PAD) tanpa suatu riwayat dari gejala sebelumnya, pulsasi
radialis, dorsalis pedis mungkin normal pada kasus mikro embolisme yang mengarah
pada disrupsi (penghancuran) plak aterosklerotik atau emboli kolestrol.
Lokasi
Tempat yang paling sering terjadinya oklusi emboli arterial adalah arteri femoralis,
namun juga dapat di temukan pada arteri aksila, poplitea iliaka dan bifurkasio aorta.
Warna dan temperatur
Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan temperatur. Warna
pucat dapat terlihat, khususnya pada keadaan awal, namun dengan bertambahnya
waktu, sianosis lebih sering ditemukan. Rasa yang dingin khususnya ekstremitas
sebelahnya tidak demikian, merupakan penemuan yang penting.
Kehilangan fungsi sensoris
Pasien dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya mengeluh kebas atau parestesia,
namun tidak pada semua kasus. Perlu diketahui pada pasien DM dapat mempunyai
defisit sensoris sebelumnya dimana hal ini dapat membuat kerancuan dalam membuat
hasil pemeriksaan.
Kehilangan fungsi motorik
Defisit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih lanjut, limb-thtreatening
ischemia. Bagian ini berhubungan dengan fakta bahwa pergerakkan pada ekstremitas
lebih banyak dipengaruhi oleh otot proximal.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN