BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang menjangkiti lebih dari sepertiga
penduduk dunia. Pada akhir abad 20 ini hampir di seluruh negara terdapat
peningkatan kasus baru TB, dan 95% dari kasus terdapat di negara
berkembang. WHO memperkirakan terdapat lebih dari 8 juta kasus baru,
dan yang meninggal adalah 3 juta setiap tahun, diantaranya 1,4 juta kasus
adalah terdiri dari anak dengan 450.000 kematian (Widagdo, 2011).
Gejala utama dari tuberkulosis adalah batuk selama 2 minggu atau lebih,
batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak bercampur
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan
(Najmah,2016).
2
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) Pada tahun 2014
prevalensi TB di Sumbar adalah 0,11 % dan pada tahun 2016 prevalensi
TB Paru di Sumbar mengalami peningkatan menjadi 0,15%. Kota Padang
menyumbang angka kejadian TB paru yang cukup tinggi di Provinsi
Sumatera Barat. Prevalensi TB Paru di Kota Padang pada tahun 2014
adalah 0,11 %. Sedangkan pada tahun 2016 meningkat menjadi 0,18
%.Angka ini melebihi angka prevalensi TB Paru di Sumbar (0,15 %).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh Annisa Amalia tahun 2018
dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Anak
3
dengan Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang
didapatkan data anak yang menderita TB sebanyak 12 orang di wilayah
Parak Karakah. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu keluarga
yang anaknya menderita TB paru mengatakan awalnya orang tua tidak
mengetahui anaknya menderita TB paru karena orangtua menganggap
anaknya hanya batuk dan demam biasa saja, dan tidak mengetahui bahwa
TB paru bisa menular ke anaknya. Keluarga juga tidak mengetahui apakah
lingkungan rumahnya juga menjadi faktor penyebab anaknya bisa
menderita TB Paru.
Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2019
jumlah terduga tuberkulosis adalah 21.975, orang terduga tuberkulosis
mendapat pelayanan tuberkulosis sesuai standar 99,8%, CNR semua kasus
tuberkulosis per 100.000 penduduk 275, serta cakupan penemuan kasus
tuberkulosis anak 70,3%. Jumlah semua kasus laki-laki dan perempuan
2.617, serta kasus tuberkulosis anak 1-14 tahun di Kab/Kota adalah 439
anak. Pada 2.362 kasus tuberkulosis terdaftar dan diobati, 1.203 kasus
menjalankan pengobatan lengkap, dan mengalami keberhasilan
pengobatan semua kasus tuberkulosis sebesar 87,8% , serta kematian
selama pengobatan tuberkulosis 3,2% .
4
pada tahun 2020 prevalensi TB Paru anak di Puskesmas Andalas 19%.
Berdasarkan wawancara dengan keluarga yang anaknya menderita TB
paru mengatakan bahwa tidak tahu jika anaknya bisa tertular TB,
pemeriksaan dilakukan ketika keluarga lain diketahui menderita TB paru,
walaupun anak tidak menunjukkan adanya tanda menderita TB seperti
demam atau batuk pada anaknya, tetapi saat dilakukan pemeriksaan TB
hasil tes anaknya positif TB.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak TB Paru di Puskesmas
Andalas?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan TB
Paru
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada anak
TB Paru di Puskesmas Andalas
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada
anak TB Paru di Puskesmas Andalas
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak TB Paru
di Puskesmas Andalas
5
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak TB Paru
di Puskesmas Andalas
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak TB Paru
di Puskesmas Andalas
D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Diharapkan dapat di aplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien anak dengan TB Paru di Puskesmas
Andalas.
2. Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan bahan bacaan
dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan TB
Paru di Puskesmas Andalas.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah informasi, perbandingan dan bahan
bacaan, khususnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien anak
dengan TB Paru di Puskesmas Andalas.
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari infeksi TB pada sebagian besar anak adalah asimtomatik
dengan tidak pernah memperlihatkan gejala apapun. Sebagian yang lain
memperlihatkan gejala demam tak tinggi, batuk ringan, maleis, gejala
menyerupai flu, dan gejala ini hilang dalam waktu seminggu (Widagdo,
2011)
Pada stadium awal penyakit TB Paru tidak menunjukkan tanda dan gejala
yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah
jaringan parunya mengalami kerusakan, sehingga dapat meningkatkan
produksi sputum yang ditunjukkan dengan seringnya klien batuk sebagai
bentuk kompensasi pengeluaran dahak. Selain itu klien dapat merasa letih,
lemah, berkeringat pada malam hari, dan mengalami penurunan berat
badan yang berarti (Santa Manurung, dkk 2013).
Secara rinci tanda dan gejala TB Paru ini dapat dibagi atas 2 golongan,
yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.
Gejala sistemik :
1) Demam
2) Malaise
8
9
Gejala respiratorik :
1) Batuk
2) Batuk darah
3) Sesak nafas
4) Nyeri dada
4. Patofisiologis
Menghirup Mycobacterium tuberculosis menyebabkan saah satu dari
empat kemungkinan hasil, yakni pembersihan organisme, infeksi laten,
permulaan penyakit aktif (penyakit primer), penyakit aktif bertahun-tahun
kemudian (reaktivits penyakit). Setelah terhirup, droplet infeksius tetesan
menular menetap di seluruh saluran udara. Sebagian besar bakteri terjebak
di bagian atas saluran napas dimana sel epitel mengeluarkan lendir. Lendir
yang dihasilkan menangkap zat asing dan silia di permukaan sel terus-
menerus menggerakkan lendir dan partikelnya yang terperangkap untuk
dibuang. Sistem ini memberi tubuh pertahanan fisik awal yang mencegah
infeksi tuberkulosis (Scholastica, 2019).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai satu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil;gumpalan basil
9
10
yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkus tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus, biasanya di bagian bawah lobus atas paru atau di bagian atas
lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan (Sylvia,
2012).
Pada titik dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan
diri (multiplying). Bakteri tuberkulosis dan fokus ini disebut fokus primer
atau lesi primer atau fokus Ghon. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe
regional, yang bersama dengan fokus primer disebut sebagai kompleks
primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan
menjadi sensitif terhadap protein yang dibuat bakteri tuberkulosis dan
bereaksi positif terhadap tes tuberkulin atau tes Mantoux (Arif, 2008)
5. Komplikasi
Menurut Nixson (2016) penyakit TB paru bila tidak di tangani dengan
benar akan menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini
1) Pleuritis
2) Efusi pleura
3) Empiema
4) Laringitis
b. Komplikasi lanjut
1) Obstruksi jalan napas : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberculosis)
2) Kerusakan parenkim berat : SOPT, fibrosis paru
3) Karsinoma paru
6. Penatalaksanaan
Dalam Scholastica (2019) disebutkan penatalaksanaan medis TB paru
adalah :
10
11
11
12
12
13
13
14
i. 2 HRZ/6 HE
ii. 2 HRZ/4 HARI
iii. 2 HRZ/4 H3R3
d) Kategori IV
Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah
karena kemungkinan keberhasilan pengobatan kecil sekali. Untuk
negara kurang mampu dari segi kesehatan masyarakat, dapat diberikan
H saja seumur hidup. Untuk negara maju atau pengobatan secara
individu (penderita mampu), dapat dicoba pemberian obat bedasarkan
uji resisten atau obat lapis kedua seperti Quinolon, Ethioamide,
Sikloserin, Amikasin, Kanamisin, dan sebagainya.
Rekomendasi Dosis
Obat anti-TB Aksi Potensi (mg/kgBB)
per Hari per Minggu
Esensial
3x 2x
Isoniazid (INH) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Piranizamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol (E) Bakterostatis Rendah 15 30 45
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (Rosfita, 2014)
a) Analisis Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji rivalta cairan pleura
perlu dilakukan pada pasien efusi pleura untuk menegakkan
diagnosis.
b) Pemeriksaan histopatologi jaringan
c) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah kadang-kadang dipakai membantu menemukan
aktivitas penyakit. Jumlah eritrotsit dapat normal atau sedikit
meningkat pada proses-proses yang aktif. Hemoglobin pada
14
15
15
16
16
17
8. WOC
Mycobacterium tuberkulosis
Airbone/inhalasi droplet
Saluran pernapasan
Alveolus
Peradangan bronkus
Terjadi perdarahan
Penumpukan sekret
Penyebaran bakteri secara
limfa hematogen
17
18
18
19
e. Aktivitas/ Istirahat
Kelemahan umum dan kelelahan, nafas pendek dengan pengerahan
tenaga, sulit tidur dengan demam/ keringat malam, mimpi buruk,
takikardia, takipnea/ dispnea, dan kelemahan otot.
f. Pemeriksaan Fisik
a) Tingkat kesadaran :biasanya tingkat kesadaran pasien
composmentis
b) Berat badan : berat badan pasien mengalami penurunan
c) Tekanan darah: tekanan darah pasien meningkat
d) Suhu : demam hilang timbul, suhu bisa sampai 40-41ᵒC
e) Pernafasan : frekuensi pernapasan pasien meningkat
f) Nadi : denyut nadi pasien mengalami peningkatan
g) Kepala :mengamati bentuk kepala, adanya hematom/edema,
perlukaan
i. Rambut : pada klien TB biasanya kulit kepala bersih dan
rambut mengalami kerontokan
ii. Wajah : ekspresi wajah meringis karena nyeri dada yang
dirasakan saat batuk
iii. Mata : terdapat lingkaran hitam pada mata karena kurang
tidur akibat nyeri, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
pucat, sklera ikterik, pupil bulat
iv. Hidung : tidak ada tanda-tanda radang, ada nafas cuping
hidung
v. Mulut : bibir kering, lidah tidak kotor, dan ada caries gigi.
vi. Leher : tidak ada pembesaran kelenjer thyroid dan kelenjer
getah bening
h) Dada/Thorak
Inspeksi : pengembangan pernapasan tidak simetris
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : perkusi redup, hipersonor atau timpani
19
20
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
e. Gangguan pola tidur ditandai dengan sering terjaga
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
20
21
21
22
syndrome
2. Sklerosis multipel
3. Myastenia gravis
4. Prosedur diagnostik
(mis. bronkoskopi,
transesophageal
echocardiography
[TEE])
5. Depresi sistem saraf
pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi
mekonium
10. Infeksi saluran napas
22
23
hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
stokes)
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-
lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
berubah
Kondisi Klinis Terkait :
1. Depresi sistem saraf
pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Gullian barre
syndrome
23
24
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alkohol
Hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit
Gejala dan Tanda Mayor
3 1. Suhu tubuh diatas Setelah dilakukan asuhan
nilai normal keperawatan 1x24 jam diharapkan
Gejala dan Tanda Minor hipertermi dapat diatasi dengan Manajemen hipertermi :
1. Kulit merah kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab
2. Kejang 1. Menggigil menurun hipertermi
3. Takikardi 2. Kulit merah menurun 2. Monitor suhu tubuh
4. Takipnea 3. Kejang menurun 3. Monitor kadar elektrolit
5. Kulit terasa hangat 4. Pucat menurun 4. Monitor haluaran urine
Kondisi Klinis Terkait : 5. Takikardi menurun 5. Longgarkan pakaian
1. Proses infeksi 6. Suhu tubuh membaik 6. Basahi dan kipasi
2. Hipertiroid 7. Suhu kulit membaik permukaan tubuh
3. Stroke 7. Berikan cairan oral
4. Dehidrasi 8. Anjurkan tirah baring
5. Trauma 9. Koaborasi pemberian
6. Prematuritas cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien Setelah dilakukan asuhan
4 Gejala dan Tanda Mayor : keperawatan 1x24 jam diharapkan
1. Berat badan defisit nutrisi dapat diatasi dengan
menurun minimal kriteria hasil : Manajemen nutrisi :
24
25
25
26
7. Amyotropic lateral
sclerosis
8. Kerusakan
neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
26
27
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan Setelah dilakukan asuhan
6 Gejala dan Tanda Mayor keperawatan 1x24 jam diharapkan
Subjektif : intoleransi aktivitas dapat diatasi
1. Mengeluh lelah dengan kriteria hasil : Manajemen energi :
Objektif : 1. Verbalisasi kepulihan energi 1. Identifikasi gangguan
1. Frekuensi jantung meningkat fungsi tubuh yang
meningkat >20% 2. Tenaga meningkat mengakibatkan kelelahan
dari kondisi istirahat 3. Kemampuan melakukan 2. Monitor kelelahan fisik
Gejala dan Tanda Minor aktivitas rutin meningkat dan emosional
Subjektif ; 4. Verbalisasi lelah menurn 3. Monitor pola dan jam
1. Dispnea saat/ setelah 5. Lesu menurun tidur
aktivitas 4. Lakukan latihan rentang
2. Merasa tidak gerak pasif dan/atau aktif
nyaman setelah 5. Fasilitasi duduk di sisi
beraktivitas tempat tidur
27
28
28
29
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012 dalam Februanti, 2019).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang
telah diberikan (Deswani, 2009 dalam Februanti, 2019).
29
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang memiliki
tujuan utama dengan memberikan gambaran situasi atau fenomena secara
jelas dan rinci tentang apa yang terjadi (Afiyanti, Yati. 2014). Jenis
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain studi kasus
yang bersifat Deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk mendeskripsikan suatu masalah dengan batasan
terperinci (Nursalam, 2013). Penelitian ini mendeskripsikan Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Tuberkulosis Paru yang akan dilakukan
di Puskesmas Andalas tahun 2021,
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang
diteliti (Sugiyono, 2013). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
anak dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru di Puskesmas Andalas
Tahun 2021.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi
yang diambil menurut prosedut tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya (Sandu, 2015). Sampel merupakan bagian populasi yang
30
31
31
32
32
33
33
34
G. Analisis
Analisis dilakukan pada setiap proses keperawatan yang dimulai dari
pengkajian, analisa data, rumusan diagnosa keperawatan, perencanan
keperawatan, implementasi dan evaluasi. Analisis dilakukan umtuk
membandingkan antara temuan pada pasien di lapangan dengan teori
34
35
35
36
36