Kegawatdaruratan dengan
Acute Long Oedem (ALO) dan
Acute Long Injury (ALI)
OLEH :
REVINA AGUSTINA (183110230)
3B
Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Defia Roza, M.Biomed
ALO (Accute Lung Odema)
5. Kardiogenik
1. EKG
2. Laboratorium :
Analisis gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-
mula rendah, kemudian hiperkapnia.
Enzim kardiospesifik meningkat jika
penyebabnya infark miokard.
Darah rutin, ureum, kreatinin, elektrolit,
urinalisis, enzim jantung (CK-CKMB, Troponin
T) diperiksa.
3. Foto Thorax
4. Ecocardiografi : Gambaran penyebab gagal
jantung
ASUHAN KEPERAWATAN ALO
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien : Nama, Umur, Pekerjaan, Alamat, Pendidikan terakhir,
alasan masuk, No.MR
b. Identitas Keluarga : Nama, Umur, alamat, hubungan dg klien, No.HP
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Predileksi penyakit sistemik atau berdampak
sistemik seperti sepsis, pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan
organ vital bawaan serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien
d. Riwayat Kesehatan Saat Ini : Klien biasanya dibawa ke rumah sakit
setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam
tinggi/tidak. Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan
tiba-tiba pada trauma
e. Pemeriksaan Fisik
- Sistem Integumen : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi
sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
- Sistem Pulmonal : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar
stridor, ronchii pada lapang paru.
- Sistem Cardiovasculer : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara jantung tambahan
- Sistem Neurosensori : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
- Sistem Genitourineria : Produksi urine menurun/normal
- Sistem Muskuloskeletal : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
- Sistem Digestif : mual, kadang muntah , konsistensi feses normal bahkan kadang
diare
2. Diagnosis Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontakilitas miokardial (penurunan).
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolus (perpindahan cairan ke dalam area intertitial/alveoli)
3. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam paru.
4. Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).
5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan
dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah).
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan
sehubungan dengan kurang terpajang informasi
Diagnosis Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan HE pada pasien
b.d Hambatan Upaya keperawatan, diharapkan tentang penyakitnya
Napas Pola Napas Tidak Efektif 2. Atur posisi semi fowler
dapat teratasi dengan Pola 3. Observasi tanda dan
Napas Membaik, dengan gejala sianosis
KH : 4. Berikan terapi
a. Ventilasi semenit oksigenasi
meningkat 5. Observasi tanda-tanda
b. Tekanan ekspirasi vital
meningkat 6. Observasi timbulnya
c. Tekanan inspirasi gagal nafas.
meningkat 7. Kolaborasi dengan tim
d. Dispnea menurun medis dalam
e. Penggunaan otot bantu memberikan
napas pengobatan
f. Frekuensi napas
membaik
g. Kedalaman napas
membaik
Diagnosis Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas :
Efektif b.d hipersekresi keperawatan, diharapkan 1. Monitor pola napas
sekunder akibat ALO Bersihan Napas Tidak klien (frekuensi,
Efektif dapat teratasi kedalaman, usaha
dengan Bersihan Jalan napas)
Napas, dengan KH : 2. Monitor bunyi napas
a. Batuk efektif tambahan
meningkat 3. Monitor sputum klien
b. Produksi sputum 4. Pertahankan kepatenan
menurun jalan napas klien
c. Mengi menurun 5. Posisikan klien semi
d. Wheezing menurun fowler atau fowler
e. Dispnea menurun 6. Anjurkan asupan
f. Sianosis menurun cairran, jika perlu
g. Frekuensi napas 7. Kolaborasi pemberian
membaik bronkodiilator,
h. Pola napas membaik mukolitik, ekspektoran,
jika perlu
ALI (Acute Limb Ischemia)
Trombus
Emboli
Trauma Vaskuler
Patofisiologinya yaitu
Usia
Merokok
Diabetes Melitus
Hiperlipidemia
Hipertensi
Faktor resiko reversible (Dapat
diubah)
▪ Ras/etnis
▪
Inflamasi
▪ Gagal ginjal kronik
▪
Genetik
▪ Hiperkoagulasi
Klasifikasi ....
Magnetic Resonance
Angiography
Computed Tomography
Angiografi
Angiography
Penatalaksaan Medis
Medikamentosa
PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Keluhan utama
Gejala kaki pada ALI berhubungan secara primer terhadap nyeri atau fungsi. Onset
serangan dan waktu nyeri yang tiba-tiba, lokasi dan intensitasnya, bagaimana
perubahan keparahan sepanjang waktu kesemuanya harus digali. Durasi dan
intensitas nyeri adalah penting dalam membuat keputusan medis. Onset tiba-tiba
dapat memiliki implikasi etiologi (seperti, emboli arteri cenderung muncul lebih
mendadak daripada arterial thrombosis), sedangkan kondisi dan lokasi nyeri dapat
membantu menegakkan diagnosis banding.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Hal ini penting untuk ditanyakan, apakah pasien mempunyai nyeri pada kaki
sebelumnya (seperti, riwayat klaudikasio), apakah telah diintervensi untuk “sirkulasi
yang buruk” pada masa lampau, dan apakah didiagnosis memiliki penyakit jantung
(seperti atrial fibrilasi) maupun aneurisma (seperti kemungkinan sumber emboli).
Pasien juga sebaiknya ditanyakan tentang penyakit serius yang berbarengan atau
factor risiko (hipertensi, diabetes, penggunaan tembakau, hiperlipidemia, riwayat
keluarga terhadap serangan jantung, stroke, jendalan darah, atau amputasi).
4. Pemeriksaan Fisik
Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit ditentukan pada pasien
penyakit arteri perifer (PAD) tanpa suatu riwayat dari gejala sebelumnya, pulsasi
radialis, dorsalis pedis mungkin normal pada kasus mikro embolisme yang mengarah
pada disrupsi (penghancuran) plak aterosklerotik atau emboli kolestrol.
Lokasi
Tempat yang paling sering terjadinya oklusi emboli arterial adalah arteri femoralis,
namun juga dapat di temukan pada arteri aksila, poplitea iliaka dan bifurkasio aorta.
Warna dan temperatur
Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan temperatur. Warna
pucat dapat terlihat, khususnya pada keadaan awal, namun dengan bertambahnya
waktu, sianosis lebih sering ditemukan. Rasa yang dingin khususnya ekstremitas
sebelahnya tidak demikian, merupakan penemuan yang penting.
Kehilangan fungsi sensoris
Pasien dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya mengeluh kebas atau parestesia,
namun tidak pada semua kasus. Perlu diketahui pada pasien DM dapat mempunyai
defisit sensoris sebelumnya dimana hal ini dapat membuat kerancuan dalam membuat
hasil pemeriksaan.
Kehilangan fungsi motorik
Defisit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih lanjut, limb-thtreatening
ischemia. Bagian ini berhubungan dengan fakta bahwa pergerakkan pada ekstremitas
lebih banyak dipengaruhi oleh otot proximal.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN