PENGERTIAN
• Indikator gagal nafas adalah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari 20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
• Penyebab terpenting dari gagal nafas adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi
obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di
bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera
kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan
dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat
karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opiod. Penemonia atau dengan penyakit paru-paru
dapat mengarah ke gagal nafas akut.
KOMPLIKASI
• a. Laboratorium
• 1) Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3- meningkat, PaCO2 meningkat, PaO2 menurun) dan
kadar elektrolit (kalium).
• 2) Pemeriksaan darah lengkap : anemia bisa menyebabkan hipoksia jaringan, polisitemia bisa
trejadi bila hipoksia tidak diobati dengan cepa.
• 3) Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi komplikasi yang
berhubungan dengan gagal napas.
• 4) Serum kreatininin kinase dan troponin1: untuk menyingkirkan infark miokard akut.
• b. Radiologi:
• 1) Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan penyebab gagal nafas seperti
atelektasis dan pneumoni.
• 2) EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan olehcardiac.
• 3) Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik (volume tidal < 500ml,
FVC (kapasitas vital paksa) menurun,ventilasi semenit (Ve) menurun (Lewis, 2011).
PENATALAKSANAAN MEDIS
• a. Airway
• 1) Peningkatan sekresi pernapasan
• 2) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
• b. Breathing
• 1) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
• 2) Menggunakan otot aksesori pernapasan
• 3) Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
• c. Circulation
• 1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi,
takikardia
• 2) Sakit kepala
• 3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah,
kacau mental, mengantuk
• 4) Papiledema
• 5) Penurunan haluaran urine
• d. Pemeriksaan fisik
• 1) System pernafasaan
• Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
• Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernafasaan tertinggal
• Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
• Auskultasi : suara abnormal (wheezing dan ronchi)
• 2) System Kardiovaskuler
• Inspeksi : adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah trauma
• Palpasi : bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
• Auskultasi : suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut
jantung paradok
• 3) System neurologis
• Inpeksi : gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
• Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak. Bagaimana tingkat
kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
• e. Pemeriksaan sekunder
• 1) Aktifitas
• Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap.
• Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas
• 2) Sirkulasi
• Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner,
masalah tekanan darah, diabetes mellitus, gagal nafas.
• Tanda : tekanan darah dapat normal / naik / turun,
perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri, nadi
dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia), bunyi jantung
ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilits atau komplain ventrikel, bila ada menunjukkan gagal katup
atau disfungsi otot jantung, irama jantung dapat teratur atau tidak
teratur, edema, pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran
mukossa atau bibir.
• 3) Eliminasi
• Tanda : bunyi usus menurun.
• 4) Integritas ego
• Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut
mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan,
khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.
• Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri.
• 5) Makanan atau cairan
• Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
• Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
• 6) Hygiene
• Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
• 7) Neurosensori
• Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat
• Tanda : perubahan mental, kelemahan
• 8) Nyeri atau ketidaknyamanan
• Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
• 9) Pernafasan:
• Gejala : dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan
atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
• Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat, pucat,
sianosis, bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum.
• 10) Interkasi sosial
• Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada missal :
penyakit, perawatan di RS
• Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi (
marah terus-menerus, takut ), menarik diri. (Doengoes, E. Marylinn. 2000)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak Setelah dlakukan tindakan Manajemen Pola Napas :
keperawatan di harapkan bersihan 1. Monitor pola napas
efektif berhubungan dengan jalan napas teratasi dengan KH : 2. Frekuensi (kedalaman, usaha
sumbatan jalan nafas dan 1. Ventilasi semenit meningkat napas)
ventilasi sekunder terhadap 2. Tekanan ekspirasi meningkat 3. Monitor bunyi napas tambahan
3. Tekannan inspirasi meningkat (gurgling, mengi, wheezing)
retensi lendir. 4. Dispnea menurun 4. Monitor sputum (jumlah warna
5. Penggunaan bantuan otot napas aroma)
menurun 5. Pertahankan keptenan jalan nafas
6. Pernafasan cuping hidung 6. Posisikan klien semi fawler atau
menurun semi fawler
7. Frekuensi nafas membaik 7. Berikan minum hangat
8. Kedalaman nafas membaik 8. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
9. Berikan oksigen jika perlu
10. Kolaborasi pemberian
bronkolidator,mukolitik,jika perlu
DIAGNOSIS KEPERAWATAN SLKI SIKI
Pola Napas Tidak Efektif b.d Setelah dlakukan tindakan Pemantauan respirasi :
keperawatan di harapkan pola nafas 1. Monitor frekuensi ,
penurunan ekspensi paru tidak efektif dapat teratasi dengan KH: irama,kedalaman dan upaya nafas
1. Ventilasi semenit meningkat 2. Monitor pola nafas
2. Tekanan ekspirasi meningkat 3. Monitor adanya sumbatan jalan
3. Tekannan inspirasi meningkat nafas
4. Dispnea menurun 4. Monitor adanya produksi sputum
5. Penggunaan bantuan otot napas 5. Auskultasi bunyi naas
menurun 6. Monitor saturasi oksigen
6. Pernafasan cuping hidung 7. Jelaskan tujuan dan prosedur
menurun pemantauan
7. Frekuensi nafas membaik 8. Informasikan hasil pemantauan
8. Kedalaman nafas membaik
DIAGNOSIS KEPERAWATAN SLKI SIKI