Anda di halaman 1dari 21

POST PARTUM

1. DEFINISI
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali
dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002). Selain itu masa nifas / purperium adalah masa
partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer, 2000).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 2008) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
2. ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi (Winknjosastro, 2006). Setelah
bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada
bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot membentuk anyaman
sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari
perdarahan post partum (Manuaba, 2008).

3. FISIOLOGI
a) Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu kemudian 500
gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6 minggu post partum berat
uterus menjadi 40 – 60 gram (berat uterus normal : 30 gram). Involusi disebabkan
oleh :
 Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus sehingga
mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan anemia setempat :
Ishcemia.
 Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal
jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai bukti kehamilan.
 Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian atrofi sebagai
reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selama
involusi vagina mengeluarkan sekret yang dinamakan lochea, yang dibagi
menjadi 4, yaitu :
1. Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar bercampur sisa-
sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa lanugo dan
mekonium.
2. Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah bercampur lendir.
3. 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak kuning.
4. Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau kekuning-
kuningan, warna itu disebabkan karena banyak leukosit (Wiknjosastro,
2006).
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah partus pengaruh
menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1. Pembentukan / produksi air susu.
2. Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi, refleks
yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua refleks ini bersumber
dan perangsang puting susu akibat isapan bayi meliputi :
 Refleks prolactin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu
terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar
hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah
melalui sirkulasi memacu sel kelenjar memproduksi air susu.
 Reflek Let Down
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke bagian
belakang kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan hormon. Oksitosin masuk
ke dalam darah dan akan memacu otot-otot polos mengelilingi alveoli dan
duktuli dan sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).

4. PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM MASA NIFAS


Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti sedia
kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahan-
perubahan yang terjadi, diantaranya :
1. Perubahan dalam system reproduksi
a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina
2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu
Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga
merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone
esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone
prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3. Perubahan system Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau 2
jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal
dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan
pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami
kesukaran dalam buang air kecil, karena :
 Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
 Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat oleh
kepala bayi
 Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena meregang
setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan
chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl sudah
tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum turun
dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita menyusui,
kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12 jam
pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat terjadi
bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada perdarahan
berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa kasus
ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak
ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa pengobatan.
8. Perubahan system kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo 2
minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan
peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih
menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa menjadi
patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan
gejala-gejala depresi ringan sampai berat.

5. ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS


Adaptasi psikologis masa nifas merupakan suatu proses adptasi dari seorang
ibu post partum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitive dalam sgala hal,
terutama yang berkaitan dengan dirinya serta bayinnya. Perubahan psikologis
mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat
sensitive. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pengarahan pada
keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada
pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis. Dorongan
serta prhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu.
Dalam mnjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase- fase
sebagai berikut :
1. Fase taking in
Merupakan periode ktergantungan yang berkelanjutan dari hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Fokus perhatian pada dirinya sendiri, nafsu
makan meningkat, cenderung pasif pada lingkungannya.
2. Fase taking hold
Berlangsung antara hari ke 3 – 10 post partum. Ibu merasa khawatir akan
ketidak mampuannnya dalam merawat bayi serta mudah tersinggung. Pada
saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi ibu muda atau
primipara karena pada fase ini seiring dengan terjadinnya post partum blues.
Pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberi penyuluhan.
3. Letting go
Berlangsung stelah 10 hari melahirkan. Fase ini merupakan fase menerima
tanggung jawab akan peran baru sebagai seorang ibu.

POST PARTUM BLUES


 Postpartum blues merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami
oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya.
 Dimana ibu mengalami kesedihan pasca melahirkan. Postpartum blues pada
umumnya terjadi sekitar hari ke 3 hingga ke 5 post partum.
 Post partum blues merupakan gangguan psikologis yang dialami ibu pasca
melahirkan ini dialami 80% pada wanita.
 Penyebab yang menonjol adalah :
1. Kekecewaan emosional yaitu ketakutan yang dialami kebanyakan wanita
selama kehamilan dan persalinan.
2. Rasa sakit pada masa nifas.
3. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan.
4. Kecemasan Ketidak mampuan merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit.
5. Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.
 Gejala-gejalanya antara lain :
a. Sangat emosuonal
b. Sedih
c. Kurang percaya diri
d. Mudah tersinggung
e. Menangis tanpa sebab jelas
f. Sangat kelelahan
g. Tidak sabaran, terlalu sensitive, mudah marah dan gelisah.

6. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM


 Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
 Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
 Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
 Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
 Pembengkakan di wajah/tangan
 Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
 Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
 Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
 Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
 Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
 Merasa sangat letih/nafas terengah-engah
7. PERAWATAN POST PARTUM
Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau
luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong
harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus
tidur telentang untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien
boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat
ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet
yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi
atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat
berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari
post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di
rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau
diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika
atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama
kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih
barulah bayi disusui.
TROMBOSITOPENIA

1. DEFINISI TROMBOSITOPENIA
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari
100.000/ mm3 dalam sirkulasi darah. Darah biasanya mengandung sekitar
150.000-350.000 trombosit/mL. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa
terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah
trombosit mencapai kurang dari 10.000/ml (Prawirohardjo, 2008).
Pada penderita trombositopenia cenderung mengalami perdarahan yang
biasanya berasal dari venule atau kapiler kecil akibatnya muncul bintik-bintik
perdarahan di jaringan tubuh. Pada kulit penderita tampak bercak warna ungu ,
sehingga disebut trombositopenia purpura.

2. ETIOLOGI TROMBOSITOPENIA
a. Berkurangnya produksi trombosit
Kegagalan produksi trombosit disebabkan oleh perusakan atau penekanan
pada sumsum tulang, obat-obatan juga menjadi penyebab terjadinya
trombositopnia, kemoterapeutik yang bersifat toksik terhadap sumsum tulang,
defisiensi vitamin B12, asam folat.
b. Meningkatnya penghancuran trombosit
Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi antibodi yang diinduksi oleh
obat atau autoantibodi antibodi ini ditemukan pada Idiopahtic/Immune
Thrombocytopenia Purpura (ITP). ITP ditemukan pada wanita muda dengan
manifetasi sebagai trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah
trombosit <10.000 . antibodi igG yang ditemukan pada membran trombosit,
menyebabkan gangguan agregasi trombosit dan mningkatnya pembuangan dan
penghancuran trombosit oleh sistem makrofag.
c. Distribusi trombosit abnormal
Dikarenakan kondisi hipersplenism (sirosis, myeloproliferatif dan limpoma).
Trombositopenia umumnya bersifat sedang dan kadarnya jarang berada di
bawah 40.000/μL
d. Kondisi lain yang dapat menyebabkan trombositopenia (Hoffband, 2007)
Gestational trombositopenia. Trombositopenia gestasional merupakan akibat
ekspansi volume darah progresif yang khas terjadi selama kehamilan, sehingga
menyebabkan hemodilusi. Sitopenia terjadi, meskipun produksi sel-sel darah
normal atau meningkat. Jumlah trombosit <100.000/ μL, ditemukan pada <10%
wanita hamil pada trimester ketiga; jika penurunan trombosit mencapai
<70.000/μL harus dipikirkan kemungkinan ITP yang berkaitan dengan
kehamilan, preeklamsia, atau suatu thrombotic microangiopathy (TMA) yang
berkaitan dengan kehamilan. (Purwanto, 2006)

3. FAKTOR RESIKO TROMBOSITOPENIA

ITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura) merupakan kondisi yang sering


ditemui pada wanita usia reproduksi, sehingga kejadiannya pada kehamilan juga
cukup tinggi yaitu hingga 1-2 kasus dalam 1000 kehamilan. Kehamilan dan ITP
saling mempengaruhi satu sama lain. ITP merupakan kondisi trombositopenia yang
dapat diperberat dengan adanya kehamilan. Wanita yang sebelum hamil memiliki
jumlah trombosit yang normal secara fisiologis mengalami penurunan jumlah
trombosit selama kehamilannya (trombositopenia gestational). Akan tetapi
penurunan jumlah trombosit hingga < 50.000/mL (beberapa ahli menyebutkan
<70.000/mL) harus dimonitor dengan baik, karena kemungkinan merupakan kasus
ITP, dan observasi hingga post partum, selain untuk penanganan juga untuk
memastikan diagnosis.

4. KLASIFIKASI
a. Trombositopenia artifaktual
 Trombosit bergerombol (Platelet clumping) disebabkan oleh anticoagulant-
dependent immunoglobulin (Pseudotrombositopenia)
 Trombosit satelit (Platelet satellitism)
Trombosit menempel pada sel PMN leukosit yang dapat dilihat pada darah
dengan antikoagulan EDTA. Platelet satellism tidak menempel pada
limfosit, eosinofil, basofil, monosit. Platelet satellism tidak ditemukan pada
individu normal ketika plasma, trombosit, dan sel darah putih dicampur
dengan trombosit. Trombosit diikat oleh suatu penginduksi (obat, dll.)
sebagai antigen sehingga dikenali oleh sel PMN leukosit yang mengandung
antibody sehingga terjadi adhesi trombosit pada PMN leukosit.
 Giant Trombosit (Giant Platelet) Giant trombosit terdapat pada apusan
darah tepi penderita ITP (I Made Bakta, 2006). Trombosit ini berukuran
lebih besar dari normal.
b. Penurunan Produksi Trombosit
 Hipoplasia megakariosit
 Trombopoesis yang tidak efektif
 Gangguan kontrol trombopoetik
 Trombositopenia herediter
c. Peningkatan destruksi Trombosit
Proses imunologis

- Autoimun, idiopatik sekunder : infeksi, kehamilan, gangguan kolagen


vaskuler, gangguan limfoproliferatif.
- Alloimun : trombositopenia neonates, purpura pasca-transfusi.
Proses Nonimunologis
- Trombosis Mikroangiopati : Disseminated Intravascular Coagulation (DIC),
Thrombotic Thrombocytopenic Purpura (TTP), Hemolytic-Uremic
Syndrome (HUS).
- Kerusakan trombosit oleh karena abnormalitas permukaan vaskuler:
infeksi, tranfusi darah massif, dll.
Abnormalitas distribusi trombosit atau pooling
- Gangguan pada limpa (lien)
- Hipotermia
- Dilusi trombosit dengan transfuse masif

5. MANIFESTASI KLINIS TROMBOSITOPENIA


a. Masa prodormal: keletihan, demam, dan nyeri abdomen,
b. Riwayat perdarahan (ekimosis multipel, petekie, epistaksis)
Ekimosis yang bertambah dan perdarahan yang memanjang akibat trauma
ringan terjad pada trombosit <50,000. Petechie timbul sebab jumlah
trombosit yang ada tidak mencukupi untuk membuat sumbat trombosit dan
karena penurunan resistensi kapiler darah. Pada keadan trombosit <20.00
terjadi eperdarahan mukosa, jaringan dalam, dan intrakranial.
c. Anemia jika banyak darah yang hilang karena perdarahan
d. Simple easy bruising (mudah memar)
e. Perdarahan yang sukar / lama berhenti dengan sendirinya seperti mimisan
ataupun gusi berdarah sewaktu sikat gigi.

6. PATOFISIOLOGI TROMBOSITOPENIA
(terlampir)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Hitung darah lengkap
- Hitung trombosit menurun sampai dengan dibawah 200/L dpat mencapai
0
- Leukosit normal. Bila ada perdrahan hebat terjadi leukositosis ringan
- Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, protrombin
consumption memendek
- Anemia normositik apabila kondisi terjadi terus menerus dapat
menyebabkan anemia mikrositik hipokronik (apabila terjadi perdarahan
hebat)
b. Pemeriksaan hapusan darah
Pada pemeriksaan ini, darah akan diperiksa di bawah mikroskop.
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat struktur dan kondisi sel-sel di
dalam darah.
c. Pemeriksaan sumsum tulang belakang. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
melihat jumlah serta kondisi sel darah yang ada di dalam sumsum tulang

8. PENATALAKSANAAN MEDIS PASIEN TROMBOSITOPENIA


a. Kortikosteroid
Pilihan awal adalah dengan pemberian kortikosteroid ang sering digunakan
prednison, dosis 1 mg/ kg BB / hari selam 1-3 bulan. Bila diperlukan parenteral
(injeksi) Methylprenison sodium suxinatdosis 1g/hari selama 3 hari (RS dr.
Soetomo,2008). Efek steroid (prednison) tampak setelah 24-48 hari (Hanidin
1978).Angka kesembuhan 60-70%. Evaluasi efek steroid dilakukan 2-4
minggu.Bila responsif dosis diturunkan perlahan sampai kadar trombosit stabil
ataudipertahankan sekitar 50.000/mm3 (RS dr. Soetomo,2008).
Pemberianprednison maksimal selama 6 bulan. Apabila lebih dari 4 minggu
pasientidak berespon dengan prednison, prednison jangan diberikan lagi.
b. Splenektomi
Bila terapi steroid dianggap gagal, segera dilanjutkan splenektomi.Angka
keberhaslan 70-100%. Splenektomi bertujuan untuk mencegah dekstruksi
trombosit yang telah diliputi antibodi danmenurunkan sintesis antibodi platelet
(RS dr. Soetomo,2008).Indikasi Spelektomi : Gagal remisi/perbaikan dengan
steroid dalam 6 bulan, perlu dosis maintance steroid yang tinggi, dan
adanyakontraindikasi/intoleransi terhadap steroid (RS dr. Soetomo,2008).
c. Kombinasi kemoterapi Imunoglobulin diperkenalkan sejak 1981 hasil perlu
penelitianlebih lanjut. Bila terjadi perdarahan darurat (perdarahan otak,
danpersalinan) dapat diberikan imunoglobulin, kortikosteroid, transfusitrombosit,
dan splenoktomi darurat (RS dr. Soetomo,2008)
d. Terapi suporti PTI kronis
 Membatasi aktivitas yang berisiko trauma.
 Hindari obat yang ganggu fungsi trombosit.
 Transfusi PRC sesuai kebutuhan.
 Transfusi perdarahan bila : perdarahan masif, adanya ancamanperdarahan
otak/SSP, persiapan untuk operasi besar (RS dr.Soetomo,2008)
9. PENCEGAHAN

Imun trombositopeni purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat dicegah
komplikasinya yaitu sebagai berikut :
- Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat
mempengaruhi platelet dan meningkatkan resiko pendarahan.
- Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan,
lakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang.
- Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini
penting bagi pasien dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.

10. KOMPLIKASI TROMBOSITOPENIA

Komplikasi maternal
Komplikasi ibu yang paling sering terjadi adalah perdarahan, baik perdarahan
antepartum, perdarahan intra partum, maupun perdarahan post partum. Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan metode persalinan tidak memiliki korelasi
langsung dengan risiko perdarahan asal dilakukan dengan penanganan tepat.Hitung
trombosit > 50.000/mL masih aman untuk persalinan, bahkan beberapa ahli
mengatakan sampai level 30-50.000/mL masih dapat melahirkan dengan normal
tanpa komplikasi. Wanita dengan ITP yang mengalami perdarahan intra-partum
memiliki jumlah trombosit < 30.000/mL. Penatalaksanaan ITP dalam kehamilan
haruslah mengacu pada hal tersebut.
Komplikasi lain yang harus diperhatikan selama persalinan adalah TTP
(Trombotik Trombositopenik Purpura) juga merupakan hal yang patut diwaspadai
dan dimonitor dengan baik, walaupun insidennya jarang, akan tetapi memerlukan
terapi yang lebih agresif. Karena pada TTP terbentuk trombi yang dapat
menyebabkan iskemi, selain juga menurunkan jumlah trombosit dalam sirkulasi. TTP
memiliki tingkat mortalitas yang tinggi baik untuk ibu (44%) atau janin (80%).
Sebagian besar TTP terjadi antepartum, dan hanya 11% yang terjadi post partum
(11%).

Komplikasi fetal dan neonatal


Risiko trombositopenia fetal pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita
ITP sekitar 10%, dimana 1/3 nya mengalami komplikasi perdarahan. Hitung
trombosit mungkin akan turun setelah persalinan, dan biasanya akan membaik
dalam 2 minggu. Dapat terjadi perdarahan spontan post natal. Insiden terjadinya
trombositopenia neonatal (NAIT – Neonatal Alloimmune Thrombocytopenia )
berkisar 12%. Perdarahan intracranial neonatus jarang terjadi ( sekitar 1%), dan
tidak bergantung dari metode persalinan. Persalinan per vaginam tidak terbukti
menyebabkan perdarahan intracranial. Sectio cesaria sebaiknya hanya dilakukan
atas indikasi obstetric.
Wanita dengan ITP memiliki risiko lebih besar untuk melahirkan neonatus
yang mengalami trombositopenia. Dimana 10% diantara neonatus tersebut memiliki
hitung trombosit <50.000/mL, dan 4% < 20.000/mL. Adanya antibodi antiplatelet
dalam sirkulasi fetomaternal memungkinkan hal ini. IgG menembus sawar plasenta
dan menempel pada epitop trombosit janin, sehingga dihancurkan oleh sistem
retikuloendotelial janin. Akan tetapi walaupun kejadian trombositopenia neonatus
memang lebih banyak pada wanita ITP, belum ada korelasi yang jelas mengenai hal
tersebut.

11. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TROMBOSITOPENIA

Pengkajian
a. Identitas
Idenitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal, dan jam masuk rumah sakit, nomor register,asuransi
kesehatan, dan diagnosa medis
b. Keluhan utama: Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
perolongankesehatan adalah adanya gejala dan tanda seperti demam, bintik-bintik
merah padakulit di daerah kaki, memar di sekitar mulut, dan sering mimisan
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
perdarahan seperti epistaksis yang lama, gusi berdarah, dan juga ekimosis
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan
pasien saat inin untuk melihta penyebab herediter
e. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum Pada umumnya keadaan penderita lemah dan
kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi,
nadi, pernafasan dan suhu yang berubah
 Mata: perlu dilihat adanya konjungtiva anemis dikarenakan kondisi anemia
yang mendampingi
 Gusi; sering terdapat perdarahan pada gusi
 Pada kulit biasanya ditemukan bercak/prekia dan ekimosis
Pemeriksaan diagnostik:
Didapatkan hasil abnormal pada pemeriksaan darah lengkap seperti menurunnya
jumlah trombosit, eritrosit, hemoglobin dan juga hematokrit.

Diagnosa keperawatan yang muncul


a. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan fungsi trombosit
abnormal,trombositopenia
b. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat.
c. Ansietas berubungan krisis situasi

Intervensi keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan NIC: Bleeding
berulang berhubungan keperawatan selama 1x24 Precaution
dengan fungsi trombosit jam diharapkan klien tidak  Anjurkan pada klien
abnormal,trombositopeni mengalami perdarahan , untuk banyak
dengan kriteria hasil: istirahat tirah baring
NOC: Blood Coagulation ( bedrest )
 Peningkatan jumlah Hb  Berikan penjelasan
 Peningkatan jumlah kepada klien dan
eritosit keluarga tentang
 ingkatan trombosit bahaya yang dapat
 Peningkatan Hct timbulakibat dari
adanya perdarahan
baik untuk ibu atau
janin, dan anjurkan
untuk segera
melaporkan jika ada
tanda perdarahan
seperti di gusi,
hidung(epistaksis),
 gunakan sikat gigi
yang lunak, pelihara
kebersihanmulut,
 Kolaborasi dalam
pemeriksaan
laboratorium secara
berkala (darah
lengkap).
 Monitor tanda-tanda
penurunan trombosit
yang disertai tanda
klinis. Kolaborasi
dalam pemberian
medikamentosa.
Potensial terjadi syok Setelah dilakukan tindakan NIC: post partal care
hipovolemik keperawatan diharapkan tidak  Memonitor warna,
berhubungan dengan mengalami syok. Dengan jumlah bau lokea
perdarahan hebat kriteria hasil:  Monitor ukuran
NOC: Maternal status: fundus uteri
Antepartum  Melakukan masase
 Jumlah lokea fundus uteri
 Warna lokea  Monitor adanya
 Tinggi fundus uteri perdarahan hebat

Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan NIC: Anxiety Reduction


tentang kondisi dan keperawatan diharapkan  Kaji tanda verbal
kebutuhan pengobatan kecemasan pasien berkurang dan non verbal dari
berhubungan dengan Kriteria hasil sesuai dengan ansietas
salah interpretasi indikator NOC  Menggunakan
informas NOC: Anxiety level ketenangan,
 Gelisah pendekatan
 Penurunan menenangkan
konsentrasi  Menjelaskan
 Ungkapan ketakutan semua prosedur
 Wajah tegang yang akan
 Pucat dilakukan meliputi
sensasi yang bisa
dirasakan
 Tetap dengan
pasien untuk
mempromosikan
keamanan dan
menurunkan
ketakutan
 Mendorong
keluarga untuk
tetap dengan
pasien
 Membantu pasien
untuk menjelaskan
deskripsi realistik
kejadian yang
dapat terjadi
 Memastikan
kemampuan
decision making
pasien
 Mengidentifikasi
ketika level
kecemasan
berubah
 Menyediakan
informasi yang
faktual mengenai
diagnosis, treatmen
dan prognosis
 Mendengarkan
aktif
 Mendorong pasien
mengungkapkan
perasaan,
persepsi, dan
ketakutan pasien
 Membantu pasien
mengidentifikasi
situasi yang
menyebabkan
ansietas
 Anjurkan pasien
untuk
menggunakan
teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Baldy, Catherine M. Gangguan Koagulasi dalam Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine


M. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6.
Jakarta: EGC.

Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.

Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.

Suharti, C. Dasar-dasar Hemostasis dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang.


Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. 2007. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKU

Wiknjosastro Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.


Lampiran
PATOFISIOLOGI TROMBOSITOPENIA

Idiopatik Obat-obat Defisiensi B12, Kehamilan Jalan nafas


kemoterapi asam folat tidak efektif

Reaksi autoimun Umur trombosit


Bersifat toksik Mengganggu Perdarahan
pada sumsum produksi lebih pendek pada selaput
tulang sumsum tulang lendir dan
Auto antibodi hidung
IgG melekat
pada trombosit Penghancuran
Produksi Kelainan trombosit Epistaksis
trombosit pembentukan bGangguan dan gusi
menurun megakariosit perfusi jaringan
Menyerang berdarah
platelet dalam berlebihan
darah Jumlah
TROMBOSITOPENIA
tromHipovolemia

Dihancurkan Hemoragik
oleh makrofag
di Reticulum
endoplasma
Perdarahan sukar Perdarahan di Volume darah
dihentikan bawah kulit ke jaringan
Penghancuran berkurang
trombosit
berlebihan Evakuasi darah Petekie,
berlebih ekimosis, Hipovolemi
memar a
Jumlah
Penurunan Risiko syok
trombosit
Hemoglobin
menurun Risiko
perdarahan
Suplai O2 menurun anemia Perdarahan
subdural

Hipoksemia
Edema serebral
Hipoksia
Gangguan perfusi TIK meningkat
jaringan serebral
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
Trombositopenia

Mengancam janin Perdarahan post partum

Antibodi antiplatelet IgG Penurunan cairan intravaskuler


menembus sawar plasenta

Menempel pada epitop Penurunan Kelemahan Kurang


trombosit janin volume cairan perawatan
perineal
Bayi tidak
Menyerang platelet darah Kekurangan dirawat
volume cairan gabung Invasi bakteri

Penghancuran trombosit
berlebih Risiko infeksi
Prolaktin Risiko
meningkat gangguan
Trombositopenia perlekatan
Neonatal
Tida ada
isapan bayi
Hemoragik neonatus

(Perdarahan spontan post ASI tidak


natal, perdarahan keluar
intracranial)

Ketidakcukupan
ASI

Anda mungkin juga menyukai