Disusun oleh :
NIM : 1925910
2020
Penggambaran titik-titik sounding
Pemeruman dilakukan dengan membuat profil (potongan) pengukuran kedalaman.
Lajur perum dapat berbentuk garis-garis lurus, lingkaran-lingkaran konsentrik, atau lainnya
sesuai metode yang digunakan untuk penentuan posisi titik-titik fiks perumnya. Lajur-lajur
perum didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan pendeteksian perubahan
kedalaman yang lebih ekstrem. Untuk itu, desain lajur-lajur perum harus memperhatikan
kecenderungan bentuk dan topografi pantai sekitar perairan yang akan disurvei. Agar mampu
mendeteksi perubahan kedalaman yang lebih ekstrem lajur perum dipilih dengan arah yang
tegak lurus terhadap kecenderungan arah garis pantai.
Dari pengukuran kedalaman di titik-titik fiks perum pada lajur-lajur perum yang telah
didesain, akan didapatkan sebaran titik-titik fiks perum pada daerah survei yang nilai-nilai
pengukuran kedalamannya dapat dipakai untuk menggambarkan batimetri yang diinginkan.
Berdasarkan sebaran angka-angka kedalaman pada titik-titik fiks perum itu, batimetri
perairan yang disurvei dapat diperoleh dengan menarik garis-garis kontur kedalaman.
Penarikan garis kontur kedalaman dilakukan dengan membangun grid dari sebaran data
kedalaman. Dari grid yang dibangun, dapat ditarik garis-garis yang menunjukkan angka-
angka kedalaman yang sama.
Sitasi
Muhajir, A. (2012, June 14). Pemeruman (Sounding). Retrieved from Belajar Geomatika |
Share knowledge about Geomatics:
https://belajargeomatika.wordpress.com/2012/06/14/pemeruman-sounding/
2
Pembuatan garis kontur secara automatik menggunakan perangkat lunak
Dalam pembuatan garis kontur di dalam perangkat lunak Global Mapper dibutuhkan
RAW data yang berisi koordinat (x,y,z). Dari data yang didapatkan kemudian import
kedalam perangkat lunak Global Mapper untuk dibuatkan kontur dengan interval yang
diinginkan oleh pembuat. Data yang sudah di import ke dalam perangkat lunak Global
Mapper dilakukan proses pengaturan pemilihan jenis data yang import yang akan ditampilkan
pada jendela Global Mapper, yaitu semisal jenis importnya dapat memilih Elevation Grid
from 3D Point Data karena ingin menampilkan ketinggiannya sekaligus.
Lalu memilih format koordinat yang digunakan berdasarkan susunan pada file yang
diimport. Lalu mengatur format jenis proyeksi yang ingin digunakan.
3
Maka akan ditampilkan sebuah DTM.
Apabila ingin menampilkan garis konturnya, dapat melakakukan proses Generic Contour.
4
Dan apabila ingin menampilkan sekaligus dengan profil dari tiap garis konturnya dapat
dilakukan proses Path Profile/LOS yang terdapat di menu Tools.
Sitasi
Ferriska, O. (2017). SURVEI BATIMETRI DI PERAIRAN DANGKAL DENGAN
MENGGUNAKAN WAHANA USV (UNMANNED SURFACE VEHICLE). Tugas
Akhir - Surabaya: DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Plazagps, A. (2018, Oktober 17). MEMBUAT GARIS KONTUR DAN PROFILE DENGAN
GLOBAL MAPPER. Retrieved from PLAZA GPS:
http://www.plazagps.com/blog/membuat-garis-kontur-dan-profile-dengan-global-
mapper-b141.html
5
Pembuatan layout dan simbolisasi peta bathymetri menggunakan perangkat lunak
ArcGIS
Pembuatan grid pada peta batimetri ini menggunakan template yang sudah tersedia
oleh ArcGIS dalam format XML File. Template tersebut sudah sesuai dengan standar INT2
IHO yang harus digunakan pada peta batimetri. Lokasi direktori template tersebut berada
pada <instalasi ArcGIS 10.4.1> \ MaritimeCharting \ Dekstop10.4 \ Charting \ Cartography \
GridDefinitions.
Tabel 7. Template Berdasarkan Skala Peta
Berdasarkan skala peta yang digunakan dalam pembuatan peta batimetri ini yaitu peta
dengan skala 1:25.000, maka template yang digunakan untuk membuat layout grid yaitu
INT2_E.xml sehingga dihasilkan layout grid sebagai berikut:
2. Topografi
a. Garis pantai
Garis pantai digeneralisasi sesuai skala peta dan digambarkan sesuai dengan
bentuk lahannya.
b. Pelabuhan dan dermaga
Pelabuhan dan dermaga digeneralisasi sesuai skala peta dan penggambaran
pelabuhan dan dermaga disertai dengan penggambaran bangunan disekitar
pelabuhan.
c. Bangunan di darat (Landmarks)
Bangunan di darat yang digambarkan berupa pabrik dan rumah sakit.
d. Topografi lainnya
Topografi lainnya seperti jalan, bandara dan kabel dasar laut.
8
Proses kodefikasi layer SBNP dilakukan dengan menggabungkan tiga
komponen dalam 1 posisi. Tiga komponen sarana bantu navigasi pelayaran
(SBNP) yaitu Buoy/Beacon, Lights dan Topmark.
9
angka didepan koma. Sebagai contoh penulisan nilai kedalaman yaitu:
kedalaman 3.4 m ditulis menjadi 34.
Untuk membuat format penulisan seperti pada contoh diatas, maka
diperlukan suatu manipulasi format penulisan nilai kedalaman dengan
menambahkan perintah berupa subscript sebagai berikut:
Function FindLabel ( [Depth] )
myArray = Split ( [Depth], "." )
strLabel = myArray (0)
For i = 1 To UBound (myArray)
strLabel = strLabel & "<SUB> " &
myArray (i) & "</SUB>"
Next
FindLabel = strLabel
End Function
- SBNP
Titik SBNP yang terdapat pada peta dasar berjumlah 38 titik yang terbagi
menjadi 6 kategori yaitu 13 titik Buoy Lateral, 2 titik Buoy Specia
Purpose, 1 titik Buoy Safe Water, 1 titik Buoy Isolated Danger, 9 titik
Beacon Lateral, 12 titik Beacon Special Purpose.
Gambar. SBNP
Type layer untuk SBNP terdiri dari dua tipe yaitu Buoy dan Beacon.
Untuk nama layer dari masing-masing titik adalah sebagai berikut:
1) Buoy Lateral (BOYLAT)
2) Buoy Special Purpose (BOYSPP)
3) Buoy Safe Water (BOYSAW)
4) Buoy Isolated Danger (BOYISD)
10
5) Beacon Lateral (BCNLAT)
6) Beacon Special Purpose (BCNSPP)
Kodefikasi layer Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) dilakukan
dengan menggabungkan Buoy/Beacon, Lights dan Topmark. Ketiga
komponen tersebut digabung dan disesuaikan posisinya hingga sesuai
dengan standar IHO. Berikut merupakan hasil kodefikasi label layer
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).
- Garis Pantai
Terdapat 2 bentuk garis pantai yaitu Flat coast (garis pantai datar) yang
digambarkan dengan garis solid berwarna hitam dan Steep coast (garis
11
pantai yang berupa tebing curam) yang digambarkan dengan garis putus-
putus berbentuk lancip seperti segitiga berwarna hitam.
- Kontur Kedalaman
Kontur kedalaman laut terbagi kedalam kontur 2m, 5m, 10m, 20m dan
30m. Proses digitasi layer kontur kedalaman dilakukan sesuai dengan
menghubungkan titik kedalaman yang memiliki nilai kedalaman yang
sama.
3. Area
12
Objek area berupa bandara, area jangkar, lahan dan area kedalaman laut.
Simbol yang digunakan untuk digitasi objek area yaitu simbol yang sesuai
dengan standar IHO.
Tabel. Simbolisasi Objek Area
- Area Kedalaman
Area kedalaman terbentuk dari nilai kontur kedalaman dan dibedakan oleh
warna yang menunjukan tingkat kedalaman area tersebut.
13
Gambar. Area Kedalaman
Type layer yang digunakan pada layer ini adalah Depth Area dengan nama
layer DEPARE.
Works Cited
Abdillah, M. H., Djaja, R., & Ibrahim, A. L. (2018). PEMBUATAN PETA LAUT
BERDASARKAN S-4 DAN S-57 INTERNATIONAL HYDROGRAPHIC
ORGANIZATION (IHO) MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ARCGIS
10.4.1. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik Geodesi, Vol. 1, No. 1, 1-14.
14