Anda di halaman 1dari 10

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.

id

PREDIKSI SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER VI


TAHUN 2016/2017
MATA KULIAH MONEY LAUNDERING CRIME

Disusun oleh
MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN
NPM. 151000126
KELAS D

UNIVERSITY 081223956738

muh.jamal08 D070AF70 16jamal

Muh_Nur_Jamal muh.nurjamaluddin

PREDIKSI Soal Ujian Tengah Semester VI Tahun 2016/2017


Mata Kuliah Money Laundering Crime
Halaman 1
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Silakan follow ya   

muh.jamal85@yahoo.com

muh.jamal1608@gmail.com

muhnurjamaluddin.blogspot.co.id
mnurjamaluddin.blogspot.co.id
creativityjamal.blogspot.co.id

Muhammad Nur Jamaluddin

ASAL
Kampung Pasir Galuma, RT 02, RW 06, Desa Neglasari,
Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia

SAAT INI
Jalan PH. Hasan Mustapa Nomor 28, Gang Senang Raharja,
RT 02, RW 15, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul,
Kode POS 40124, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia

PREDIKSI Soal Ujian Tengah Semester VI Tahun 2016/2017


Mata Kuliah Money Laundering Crime
Halaman 2
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Renungan

Ya Tuhan, saya lupa

Saya benar-benat lupa, padahal sudah belajar dan menghafalnya

Ingat:

Ingatlah Aku, maka akan Ku ingatkan pula semua yang kamu lupa?

Ya Tuhan, karena saya lupa

Izinkan saya untuk melihat pekerjaan temanku

Izinkan pula saya untuk menyontek melalui Hand Phone

Atau melalui buku yang sudah saya bawa ini

Atau melalui catatan kecil yang sudah saya siapkan ini

Ingat:

Bukankah Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui?

Bukankah Aku lebih dapat melihat apa yang kamu sembunyikan itu?

Ya Tuhan, karena saya ingin mendapat nilai terbaik

Supaya dapat membanggakan diriku, kelurgaku dan juga yang

lainnya

Izinkan saya mengahalalkan semua cara ini

Ingat:

Bukankah yang memberikan nilai terbaik itu Aku?

Dosen hanyalah sebagai perantara saja dariku?

Jikalau kamu ingin mendapatkan kebahagian di dunia

Dan juga kebahagiaan di akhirat

Jangan pernah menghalalkan semua yang telah Aku haramkan

Ingat:

Kebahagian di dunia itu hanya bersifat sementara bagimu

Aku akan siapkan 99% lagi kebahagiaan untukmu kelak di akhirat

PREDIKSI Soal Ujian Tengah Semester VI Tahun 2016/2017


Mata Kuliah Money Laundering Crime
Halaman 3
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG


FAKULTAS HUKUM
Jalan Lengkong Besar Nomor 68 Bandung 40261
UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2016/2017

MATA KULIAH : MONEY LAUNDERING CRIME


HARI, TANGGAL : SENIN, 12 JUNI 2017
KELAS/SEMESTER : M-N-O / VI
WAKTU : 90 MENIT
DOSEN : TIM DOSEN
SIFAT UJIAN : OPEN BOOK

SOAL
1. Undang-undang TPPU mengenal adanya sistem pembuktian terbalik, jelaksan bagaimana sistem
pembuktian terbalik dalam kejahatan TPPU serta dasar hukumnya? Serta jelaskan mengapa
pembuktian terbalik hanya dalam proses pemeriksaan persidangan saja?
Jawaban:
Sistem pembuktian terbalik atau pembalikan beban pembuktian adalah peletakan beban
pembuktian yang tidak lagi pada diri Penuntut Umum, tetapi kepada terdakwa, dikatakan bahwa
ketentuan ini adalah penjelmaan asas “praduga tak bersalah”. Dasar hukumnya terdapat dalam
pasal 77 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang tentang TPPU yang menyatakan bahwa “Untuk kepentingan
pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya
bukan merupakan hasil tindak pidana.” Hal ini dilakukan karena pembuktian terbalik memiliki
sifat kekhususan yang sangat mendesak, beban pembuktian itu dapat diletakkan tidak lagi pada
diri Penuntut Umum, tetapi kepada terdakwa, oleh karena itu pembuktian terbalik hanya dapat
dilakukan dalam proses persidangan saja.

2. TPPU merupakan kejahatan lanjutan dari kejahatan asal (Predicate Crime), walaupun sangat
berkaitan akan tetapi kejahatan asalnya tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu untuk membuktikan
adanya kejahatan TPPU, jelaskan alasan mengapa pembuktian TPPU tidak perlu menunggu
terlebih dahulu adanya pembuktian kejahatan asalnya!

PREDIKSI Soal Ujian Tengah Semester VI Tahun 2016/2017


Mata Kuliah Money Laundering Crime
Halaman 4
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Jawaban:
Tindak pidana asal yang melahirkan TPPU memang harus ada, tetapi tidak harus dibuktikan
terlebih dulu. Jadi bisa diketahui dari bukti permulaan hubungan kausalitas antara perkara TPPU
dan tindak pidana asal, perbuatan melawan hukum, atau aliran dana hasil tindak pidana kepada
terdakwa. Jika tindak pidana asal harus dibuktikan, maka dapat dipastikan tidak akan ada perkara
TPPU yang akan diproses.

3. Kerja sama internasional yang dilakukan oleh Indonesia denga negara lain diharapkan akan
memberantas kejahatan TPPU. Berikan contoh konkret kerjasama apa saja yang dilakukan
indonesia dengan negara lain!
Jawaban:
Dalam pelaksanaan kerjasama Indonesia dengan internasional dilakukan dengan membentuk
berbagai organisasi atau kelompok kerja sama, yaitu:
a. The Financial Task Force On Money Laundering (FATF) merupakan salah satu upaya
internasional yang cukup monumental dalam mencegah dan memberantas tindak pidana
pencucian uang terjadi pada tahun 1989 yaitu pada saat negara-negara yang tergabung dalam
G-7 Countries menyepakati dibentuknya The Financial Action Task Force on Money
Laundering (FATF), sebagai suatu gugus tugas dengan tugas menyusun rekomendasi
internasional untuk memerangi money laundering.
b. The Asia/Pacific Group On Money Laundering (APG) didirikan pada Februari 1997 dalam
The Fourth Asia/Pacific Money Laundering Symposium yang diselenggarakan di Bangkok,
sebagai suatu badan regional anti pencucian uang yang otonom. Tujuan APG adalah untuk
memastikan penerimaan (adpotion), implementasi, dan ditegakkannya (enforcement) standar
anti-money laundering and counter-terrorist financing yang telah diterima secara
internasional sebagaimana ditentukan dalam FATF Forty Recommendations dan FATF Eight
Special Recommendations.
c. The Basel Committee didirikan tahun 1974 oleh himpunan bank-bank sentral yang berasal
dari tiga belas negara. Basle Committee ini tidak mempunyai kewenangan pengawasan atau
melaksanakan pelaksanaan suatu ketentuan.

4. Hukum Indonesia menganut asas Double Criminality, jelaskan apa yang dimaksud dengan asas
tersebut, dan bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh Indonesia apabila negara lain tidak
mengkriminalisasi TPPU?

PREDIKSI Soal Ujian Tengah Semester VI Tahun 2016/2017


Mata Kuliah Money Laundering Crime
Halaman 5
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Jawaban:
Asas Double Criminality atau kriminalitas ganda sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1)
KUHPidana yaitu penjatuhan pidana yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau diluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang perbuatan tersebut
merupakan tindak pidana dalam hukum Indonesia, sehingga perbuatan apapun yang melanggar
hukum di tempat manapun yang dilakukan oleh warga Indonesia maka tetap harus dipidana
menurut hukum yang berlaku. Contoh seseorang melakukan perjudian di negara yang
melegalkan judi, kemudian hasil judinya dibawah ke Indonesia dan digunakan untuk berbagai hal,
maka dapat dilakukan penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang. Meskipun judi tersebut tidak
dilakukan di Indonesia tetapi UU TPPU ini menganut asas Double Criminality sehingga dapat
menjerat perbuatan tersebut.

5. Dalam rangka upaya penegakan hukum rezim AML seluruh bank wajib menerapkan asas KYC,
apa yang dimaksud dengan asas KYC dan bagaimana implikasi diterapkan asas tersebut untuk
memerangi kejahatan TPPU?
Jawaban:
Bank harus mengurangi risiko digunakannya sebagai sarana pencucian uang dengan cara
mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau transaksi dan memelihara profil nasabah,
serta melaporkan adanya transaksi keuangan yang mencurigakan (suspicious transactions) yang
dilakukan oleh pihak yang menggunakan jasa bank. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah atau
lebih dikenal umum dengan Know Your Customer Principle (KYC Principle).

6. Jelaskan disertai dengan contohnya 3 (tiga) bentuk mekanisme kejahatan Pencucian uuang
(Money Laundering) yang dilakukan oleh pelaku kejahatan? Dalam pasal berapa diatur ketiga
macam bentuk mekanisme tersebut?
Jawaban:
Berdasarkan Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang bahwa mekanisme kejahatan pencucian uang
melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap Placement, tahap dimana menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu aktivitas
kriminal, misalnya dengan mendepositkan uang kotor tersebut ke dalam sistem keuangan.
Sejumlah uang yang ditempatkan dalam suatu bank, akan kemudian uang tersebut akan masuk
ke dalam sistem keuangan negara yang bersangkutan.

PREDIKSI Soal Ujian Tengah Semester VI Tahun 2016/2017


Mata Kuliah Money Laundering Crime
Halaman 6
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Misalnya melalui penyelundupan, ada penempatan dari uang tunai dari suatu negara ke
negara lain, menggabungkan antara uang tunai yang bersifat ilegal itu dengan uang diperoleh
secara legal. Variasi lain dengan menempatkan uang giral ke dalam deposito bank, ke dalam
saham, mengkonversi dan mentransfer ke dalam valuta asing.
b. Tahap Layering, yang dimaksud dengan tahap layering ialah tahap dengan cara pelapisan.
Berbagai cara dapat dilakukan melalui tahap ini yang tujuannya menghilangkan jejak, baik
ciri-ciri aslinya ataupun asal-usul dari uang tersebut. Misalnya melakukan transfer dana dari
beberapa rekening ke lokasi lainnya atau dari satu negara ke negara lain dan dapat dilakukan
berkali-kali, memecah-mecah jumlah dananya di bank dengan maksud mengaburkan asal
usulnya, mentransfer dalam bentuk valuta asing, membeli saham, melakukan transaksi
derivatif, dan lain-lain. Seringkali kali pula terjadi bahwa si penyimpan dana itu sudah
merupakan lapis-lapis yang jauh, karena sudah diupayakan berkali-kali simpan menyimpan
sebelumnya. Bisa juga cara ini dilakukan misalnya si pemilik uang kotor meminta kredit di
bank dan dengan uang kotornya dipakai untuk membiayai suatu kegiatan usaha secara legal.
Dengan melakukan cara seperti ini, maka kelihatan bahwa kegiatan usahanya yang secara
legal tersebut tidak merupakan hasil dari uang kotor itu melainkan dari perolehan kredit bank
tadi.
c. Tahap Integration merupakan tahap menyatukan kembali uang-uang kotor tersebut setelah
melalui tahap-tahap placement atau layering di atas, yang untuk selanjutnya uang tersebut
dipergunakan dalam berbagai kegiatan-kegiatan legal. Dengan cara ini akan tampak bahwa
aktivitas yang dilakukan sekarang tidak berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ilegal
sebelumnya, dan dalam tahap inilah kemudian uang kotor itu telah tercuci.

7. Jelaskan unsur-unsur tindak pidana pencucian uang di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam
pasal 3, 4 dan pasal 5 Undang-undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)?
Jawaban:
Unsur-unsur
Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5
tindak pidana
Subjek pelaku setiap orang setiap orang setiap orang
menempatkan,
menyembunyikan menerima atau
mentransfer,
atau menyamarkan menguasai
mengalihkan,
Perbuatan (feit) asal usul, sumber, penempatan,
membelanjakan,
lokasi, peruntukan, pentransferan,
membayarkan,
pengalihan hak-hak, pembayaran, hibah,
menghibahkan,
PREDIKSI Soal Ujian Tengah Semester VI Tahun 2016/2017
Mata Kuliah Money Laundering Crime
Halaman 7
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Unsur-unsur
Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5
tindak pidana
menitipkan, atau kepemilikan sumbangan,
membawa ke luar yang sebenarnya penitipan, penukaran
negeri, mengubah
bentuk, menukarkan
dengan mata uang
atau surat berharga
atau perbuatan lain.
Objek harta kekayaan harta kekayaan harta kekayaan
yang diketahuinya
yang diketahuinya yang diketahuinya
atau patut
atau patut diduganya atau patut diduganya
diduganya
Kesengajaan (pro merupakan hasil merupakan hasil
merupakan hasil
parte dolus pro tindak pidana tindak pidana
tindak pidana
parte culpa) sebagaimana sebagaimana
sebagaimana
dimaksud dalam dimaksud dalam
dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) Pasal 2 ayat (1)
Pasal 2 ayat (1)
menyembunyikan
atau menyamarkan
Maksud (oogmerk)
asal usul Harta
Kekayaan

8. Sebutkan dan Jelaskan dasar hukum mengenai pelaku pasif dapat dipidana dalam Undang-undang
No. 8 Tahun 2010, serta jelaskan pula contoh pelaku kejahatan pencucian uang (pelaku pasif yang
di proses hukum)?
Jawaban:
Menurut Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang bahwa pelaku pasif adalah Setiap Orang yang
menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,
penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah). Contoh A melakukan transfer uang kepada B untuk menyembunyikan fakta
bahwa uang tersebut berasal dari tindak pidana korupsi, maka A dikatakan telah melakukan
TPPU aktif, sedangkan B telah melakukan TPPU Pasif (apabila B mengetahui atau patut
menduga).

PREDIKSI Soal Ujian Tengah Semester VI Tahun 2016/2017


Mata Kuliah Money Laundering Crime
Halaman 8
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Kemudian apabila A melakukan pentransferan sejumlah uang hasil korupsi kepada B, namun
pentransferan itu bukan dalam rangka menyembunyikan atau menyamarkan (misalnya: B adalah
anak A, jadi uang tersebut dikirim untuk kebutuhan B, bukan untuk menyembunyikan asal usul
uang tersebut) maka A belum bisa dikatakan telah melakukan TPPU aktif, sedangkan B telah
memenuhi unsur pasal 5 ayat (1) sehingga telah melakukan TPPU Pasif.

9. Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan lembaga yang sangat
penting dalam proses pemberantasan tindak pidana pencucian uang (TPPU), bagaimana
kedudukan PPATK dalam proses penyelidikan dan penyidikan TPPU? Dalam pasal berapa hal
tersebut dicantumkan?
Jawaban:
PPATK sebagai intermediator (penghubung) antara financial sector dan law
enforcement/judicial sector. Dalam kedudukan ini, PPATK berada di tengah-tengah antara sektor
keuangan dan sektor penegakan hukum untuk melakukan seleksi melalui kegiatan analisis
terhadap laporan (informasi) yang diterima, yang hasil analisisnya untuk diteruskan kepada
penegak hukum. Dalam kegiatan analisis tersebut, PPATK menggali informasi keuangan dari
berbagai sumber baik dari instansi dalam negeri maupun luar negeri. Mengenai proses
penyelidikan dan penyidikan TPPU dicantumkan dalam pasal 39-46 Undang-undang Nomor 8
Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
mengenai tugas, fungsi dan wewenang PPATK.
Pasal 41
(1) Dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a, PPATK berwenang:
a. meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga
swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi
pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu;
b. menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan;
c. mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana Pencucian Uang dengan instansi
terkait;
d. memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan tindak pidana
Pencucian Uang;
e. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang
berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang;
f. menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan antipencucian uang; dan
PREDIKSI Soal Ujian Tengah Semester VI Tahun 2016/2017
Mata Kuliah Money Laundering Crime
Halaman 9
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

g. menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian


Uang.

10. Jelaskan makna pasal 69 dan pasal 77 Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang TPPU?
Jawaban:
Pasal 69 yang berbunyi: “Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu
tindak pidana asalnya.” Maknanya Mengenai kejahatan asal, dalam kajian tersebut dikatakan
bahwa kejahatan asal itu sangat penting dibuktikan, artinya harus didapati dulu adanya kejahatan
asal yang hasilnya dicuci. Tetapi menurut Pasal 69 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang untuk dapat
dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan, di sidang pengadilan terhadap Tindak
Pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Oleh
karena itu kejahatan asal akan diselidiki kepada seseorang yang sudah menjadi terpidana.
Kemudian Pasal 77 yang bebrunyi: “Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan,
terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.”
Adapun makna dari pasal 77 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang bahwa untuk kepentingan pemeriksaan maka
terdakwa yang di dakwakan harus membuktikan mengenai harta kekayaan yang di duga sebagai
tindak pidana pencucian uang itu bukan merupakan hasil dari tindak pidana.

PREDIKSI Soal Ujian Tengah Semester VI Tahun 2016/2017


Mata Kuliah Money Laundering Crime
Halaman 10

Anda mungkin juga menyukai