id
Disusun oleh
MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN
NPM. 151000126
KELAS D
UNIVERSITY 081223956738
Muh_Nur_Jamal muh.nurjamaluddin
Silakan follow ya
muh.jamal85@yahoo.com
muh.jamal1608@gmail.com
muhnurjamaluddin.blogspot.co.id
mnurjamaluddin.blogspot.co.id
creativityjamal.blogspot.co.id
ASAL
Kampung Pasir Galuma, RT 02, RW 06, Desa Neglasari,
Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia
SAAT INI
Jalan PH. Hasan Mustapa Nomor 28, Gang Senang Raharja,
RT 02, RW 15, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul,
Kode POS 40124, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia
Renungan
Ingat:
Ingatlah Aku, maka akan Ku ingatkan pula semua yang kamu lupa?
Ingat:
Bukankah Aku lebih dapat melihat apa yang kamu sembunyikan itu?
lainnya
Ingat:
Ingat:
SOAL
1. Soalnya, yaitu:
a. Mengapa surat dakwaan yang tidak memuat locus dan tempus delicti batal demi hukum?
Jelaskan jawaban Anda dan sebutkan dasar hukumnya!
Jawaban:
Berdasarkan pasal 143 ayat (2) KUHAP menentukan bahwa syarat surat dakwaan yaitu surat
dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi:
a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan tersangka.
b. uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
Syarat yang mutlak dalam surat dakwaan ialah dicantumkannya tempat (locus) dan waktu
(tempus delicti) terjadinya delik yang didakwakan. Penyebutan itu penting untuk menakar
kadaluarsa suatu perkara. Jangan sampai lewat waktu, dan unsur waktu (tempus delicti)
menentukan pula kewenangan negara untuk melakukan penuntutan. Kemudian unsur tempat
(locus) menentukan kompetensi pengadilan untuk mengadili. Dengan demikian surat dakwaan
yang tidak memuat locus dan tempus delicti batal demi hukum karena tidak sesuai dengan
Pasal 143 ayat (2) KUHAP.
b. Apa pentingnya pencantuman locus dan tempus delicti dalam surat dakwaan?
Jawaban:
Pentingnya pencantuman locus dalam surat dakwaan, yaitu:
1) Menentukan berlaku atau tidaknya hukum pidana Indonesia sebagaimana diatur dalam
pasal 2 s.d. 8 KUHP.
2) Menentukan kejaksaan dan pengadilan yang harus mengurus perkaranya sebagaimana
diatur dalam pasal 84 (1) KUHAP yang memuat prinsip dasar tentang kompetensi relatif,
yakni pengadilan negeri berwenang mengadili segala perkara tindak pidana yang
dilakukan di dalam daerah hukumnya.
3) Sebagai salah satu syarat mutlak sahnya surat dakwaan sebagaimana diatur dalam pasal
143 ayat (2) KUHAP.
Pentingnya tempus delicti dalam surat dakwaan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan ketentuan atau hukum yang digunakan perihal adanya perubahan dalam
perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat
(2) KUHP. Bila dilakukan sebelum perubahan, maka akan memperlakukan perundangan
yang berlaku sebelum tindak pidana dilakukan ataukah setelah tindak pidana dilakukan,
yakni terhadap ketentuan mana yang paling menguntungkan terdakwa. Bila yang
menguntungkan itu adalah aturan yang baru, maka aturan tersebut yang diberlakukan.
2) Menentukan penjatuhan pidana bagi orang yang belum dewasa karena melakukan tindak
pidana sebelum umur 16 tahun sebagaimana ditentukan dalam pasal 45, 46 dan 47 KUHP/
Jika ketika melakukan tindak pidana umurnya belum 16 tahun, maka diberlakukan pasal
45, 46 dan 47 KUHP jo. Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak,
yaitu pentingnya mengetahui waktu peristiwa pidana sehubungan dengan peradilan yang
akan mengadili si pelaku tersebut, karena apabila saat kejadian terdakwa sekurang-
kurangnya berumur 8 tahun tetapi belum berumur 18 tahun dan belum kawin, maka si
terdakwa tersebut diadili dengan peradilan anak. Apabila saat melakukan tindak pidana
umur pelaku belum sampai 18 tahun dan belum kawin, tetapi pada saat diajukan ke
persidangan umurnya lebih dari 18 tahun dan belum mencapai 21 tahun, maka pelaku
tersebut tetap diadili di peradilan anak sebagaimana diatur dalam pasal 4 Undang-undang
Nomor 3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak. Apabila dalam hal ini si pelaku belum
mencapai umur 8 tahun, maka terhadap anak penyidik menyerahkan anak tersebut kepada
orang tuanya atau pengasuhnya tersebut untuk dapat dibina.
Contoh dakwaan alternatif yaitu pertama terdakwa dinyatakan melakukan pencurian (pasal
362 KUHP) atau kedua melakukan penadahan (pasal 480 KUHP), sedangkan dakwaan
subsidair dari beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan
yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan disusun secara
berurut dimulai dari tindak pidana yang diancam dengan pidana tertinggi sampai dengan
tindak pidana yang diancam dengan pidana terendah. Pembuktian dalam surat dakwaan ini
harus dilakukan secara berurut dimulai dari lapisan teratas sampai dengan lapisan selanjutnya.
Lapisan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan dituntut agar terdakwa
dibebaskan dari lapisan dakwaan yang bersangkutan. Contoh dakwaan subsidair yaitu primair
terdakwa dinyatakan melakukan pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP), kemudian
subsidair terdakwa melakukan pembunuhan (pasal 338 KUHP).
2. Soalnya, yaitu:
a. Membicarakan pokok perkara pidana, berarti membicarakan tentang apa?
Jawaban:
Pokok perkara pidana membicarakan mengenai dasar dari adanya dakwaan. Dalam hal ini ada
hak yang dilanggar atau merasa dirugikan sehingga tertuang di dalam pokok perkara.
Pemeriksaan perkara pidana di persidangan dinyatakan “telah masuk pokok perkara” dimulai
setelah eksepsi ditolak oleh Hakim artinya dari mulai pembuktian sampai dengan putusan
Hakim.
b. Apa yang dimaksud dengan pembuktian? Dan pihak manakah yang dibebani beban
pembuktian menurut KUHP?Jelaskan dan sebutkan dasar hukumnya!
Jawaban:
Secara umum, pembuktian berasal dari kata bukti yang berarti suatu hal yang cukup untuk
memperlihatkan kebenaran suatu hal peristiwa terjadi. Pembuktian merupakan perbuatan
membuktikan. Membuktikan sama dengan memberi (memperlihatkan) bukti, melakukan
sesuatu sebagai kebenaran, melaksanakan, menadakan, menyaksikan, dan meyakinkan.
Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan
undang-undang yang boleh dipergunakan Hakim dalam membuktikan kesalahan yang
didakwakan. Sebagaimana dalam Pasal 66 KUHAP menyatakan bahwa pihak yang
mendakwakan merupakan pihak yang harus membuktikan dakwaannya. Berdasarkan pasal
184 ayat (1) KUHAP bahwa alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli,
surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Kemudian barang bukti diatur dalam pasal 39 ayat
(1) KUHAP, yaitu:
1) benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh
dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
2) benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya;
3) benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana;
4) benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
5) benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.
c. Apakah terhadap pihak yang dibebani beban pembuktian menurut KUHP tersebut terdapat
terobosan hukum? Jelskan dan sebutkan contoh kasusnya!
Jawaban:
Peranan Penuntut Umum dalam hal pembuktian sangatlah penting, karena pembuktian suatu
perkara tindak pidana di depan persidangan merupakan tanggung jawab Jaksa selaku Penuntut
Umum. Dalam hal ini, sistem pembuktian dalam hukum acara pidana hampir semua negara
di dunia memang meletakkan beban pembuktian di atas pundak Penuntut Umum. Adanya
beban pembuktian pada Penuntut Umum tersebut menyebabkan Penuntut Umum harus selalu
berusaha menghadirkan minimum alat bukti di persidangan. Berdasarkan Pasal 183 KUHAP
dinyatakan bahwa ”Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
Dengan demikian, untuk dapat menyatakan seseorang terbukti melakukan suatu tindak
pidana, maka harus ada paling sedikit 2 (dua) alat bukti ditambah dengan keyakinan Hakim
dan menjadi beban Penuntut Umum untuk dapat menghadirkan minumum dua alat bukti
tersebut di persidangan untuk memperoleh keyakinan Hakim. Bagi Penuntut Umum,
pembuktian merupakan faktor yang sangat determinan dalam rangka mendukung tugasnya
sebagai pihak yang memiliki beban untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Hal tersebut
sesuai dengan prinsip dasar pembuktian sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 66
KUHAP menyatakan bahwa pihak yang mendakwakan merupakan pihak yang harus
membuktikan dakwaannya. Hal tersebut berbeda dengan advokat dalam kapasitasnya sebagai
Penasihat Hukum, maka pembuktian merupakan faktor yang determinan dalam rangka
melakukan pembelaan yang optimal terhadap terdakwa sebagai kliennya.
3. Kasus Budi Gunawan telah diproses menurut hukum acara pidana. Menurut padangan Anda
seharusnya perkara tersebut tepatnya ditangani oleh pihak mana, apakah penyidik polisi, jaksa
atau KPK? Jelaskan dengan memberikan argumentasi!
Jawaban:
Menurut pendapat MNJ bahwa perkara Budi Gunawan seharusnya ditangani oleh KPK. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, Komisi Pemberantasan
Korupsi berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi
yang:
a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya
dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara
negara;
b. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau;
c. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Memang, pasal 11 undang-undang KPK maupun Penjelasan pasal 11 undang-undang KPK, tidak
memberi penjelasan mengenai kualifikasi aparat penegak hukum. Selama ini kasus tersebut
dokumen hasil penyelidikan dan penyidikan itu dari KPK sementara ada kesepakatan bersama
(MoU) antara Ketua KPK, Jaksa Agung, dan Kapolri tahun 2012 yang menyatakan salah satu
diantara penegak hukum sudah melakukan penyelidikan, maka penyelesaian diserahkan
sepenuhnya kepada yang melakukan penyelidikan, namun KPK hanya mempunyai kewenangan
sampai penyelidikan.
4. Salah satu paradigma pemberantasan korupsi, yaitu dengan “omkering van het bew” bagaimana
tanggapan Anda terhadap konsep tersebut, jelaskan!
Jawaban:
Dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 1971 mulai diperkenalkan pembalikan beban pembuktian
(omkering van bewijslast) hal ini merupakan pergeseran komprehensif terhadap sistem
pembuktian yang ada. Apabila sistem pembuktian dalam Hukum Pidana Formal, menampatkan
Jaksa Penuntut Umum sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk
membuktikan suatu perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana, maka dalam tindak
pidana korupsi beban pembuktian ini diletakan pada Terdakwa. Artinya terdapat suatu reversal
of burden Proof atau omkering van bewijslast, yaitu pembalikan beban pembuktian. Disebut
pembalikan beban pembuktian (omkering van bewijslast) karena dalam sistem pembuktian biasa,
maka yang berkewajiban membuktikan adalah Jaksa Penuntut umum.
Menurut pendapat saya sistem pembuktian seperti ini cenderung berpotensi tidak memenuhi rasa
keadilan bahkan melanggar hak asasi manusia karena terdakwa mempunyai hak untuk diam (the
right to remain silent), hak untuk dianggap tidak bersalah (presemption of inncence) dan hak
untuk tidak menyalahkan diri sendiri (non-self incrimination), dengan hak-hak ini tentu tidak ada
kewajiban bagi terdakwa untuk membuktikan ketidakbersalahan dirinya. Akan tetapi dalam
undang-undang tindak pidana korupsi telah memperkenalkan sistem pembalikan beban
pembuktian, dimana tidak juga diberi kewajiban untuk membuktikan terhadap sesuatu hal yang
didakwakan kepadanya. Tapi sistem pembalikan beban pembuktian yang diterapkan dalam
undang-undang pemberantasan korupsi ternyata hanya terbatas, yaitu pada suap (gratifikasi) dan
terhadap perampasan harta benda milik terdakwa yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi.
5. Seorang pria bernama Syafri (30 tahun) disangka melakukan pencemaran nama baik secara lisan,
terhadap teman kerjanya bernama Vita (27 tahun).
a. Apabila dalam perkara tersebut penyidik merasa sangat khawatir tersangka akan melarikan
diri, menghilangkan barang bukti, dan mengulang perbuatannya, apakah penyidik dapat
menahan tersangka? Jelaskan dan sebutkan dasar hukumnya!
Jawaban:
Iya Penyidik dapat menahan tersangka dan mesti memenuhi syarat objektif yang diatur dalam
pasal 21 ayat (4) point a KUAP yaitu diancam pidana penjara 5 tahun atau lebih sebagaimana
diejawantahkan dalam pasal 21 ayat (4) point b KUAP. Kemudian mesti pula memenuhi
syarat subjektif yang diatur dalam pasal 21 KUHAP yaitu dikawatirkan melarikan diri,
menghilangkan alat bukti, dan mengulangi tindak pidana. Selanjutnya yang berwenang dalam
melakukan penahanan terhadap tersangka adalah Penyidik, Penyidik Pembantu, Jaksa
Penuntu Umum dan Hakim sebagaimana diatur dalam Pasal 20 KUHAP.
b. Syafri orang miskin , tetapi ia sangat ingin didampingi oleh Penasihat Hukum. Apakah dalam
perkara tersebut Penyidik wajib menunjuk penasihat hukum bagi Syafri? Jelaskan dan
sebutkan dasar hukumnya!
Jawaban:
Tersangka atau terdakwa berhak mendapatkan bantuan hukum oleh seseorang atau beberapa
orang penasihat hukum pada setiap tingkat pemeriksaan, dan dalam setiap waktu yang
diperlukan dan berhak secara bebas memilih penasihat hukum sebagaimana diatur dalam pasal
51 s.d. 57 KUHAP.
Atas dasar tersebut, maka Syafri dalam semua tingkat pemeriksaan wajib mendapatkan
bantuan hukum dari Penasihat Hukum sebagaiamana kewajibannya terdapat dalam pasal 56
KUHAP yang diacukan pada dua keadaan yaitu Syafri “tidak mampu (miskin)” sehingga tidak
mampu menyediakan sendiri penasihat hukumnya, dan ancaman hukuman pidana yang
bersangkutan atau didakwakan lima tahun atau lebih, sebagaimana dalam hal ini Syafri terjerat
pasal 310 KUHP dengan ancaman hukuman satu tahun empat bulan.
6. Kewenangan penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia berada pada penyidik Polri, Jaksa
dan KPK. Bagaimana keadaan seperti ini bila dihubungkan dengan integrated criminal justice
system, jelaskan!
Jawaban:
Demi terungkapnya kasus korupsi di Indonesia sekaligus meningkatkan integrated criminal
justice system sudah semestinya penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dilakukan oleh
Polri, Jaksa dan KPK sebagaimana hal ini diamanatkan dalam pasal 6 c Undang-undang Nomor
30 tahun 2003 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
7. Seorang tersangka berumur 20 tahun dituduh melakukan perkosaan terhadap temannya berumur
19 tahun. Ditingkat penyidikan tersangka telah ditahan selama 75 hari.
a. Apakah melalui perpanjangan-perpanjangan penahanan, penyidik berhak menahan tersangka
selama 75 hari? Sebutkan dasar hukumnya!
Jawaban:
Berdasarkan pasal 24 ayat (1) dan (2) KUHAP bahwa ditingkat penyidikan maksimal jangka
waktu penahanan itu selama 20 hari dan perpanjangan waktu penahanan selama 40 hari. Oleh
sebab itu ditingkat penyidikan Penyidik tidak berhak menahan tersangka selama 75 hari,
karena batas maksimal penahanan melalui perpanjangan-perpanjangan penahanan itu selama
60 hari. Tersangka boleh ditahan selama 75 hari atau lebih bila tingkat penahan dalam
pemerikasaan di Pengadilan Negeri sebagaimana diatur dalam pasal 26 ayat (1) dan (2)
KUHAP maksimal 90 hari, di Pengadilan Tinggi sebagaimana diatur dalam pasal 27 ayat (1)
dan (2) KUHAP maksimal 90 hari, dan di Pengadilan Tingkat Kasasi sebagaimana diatur
dalam 28 ayat (1) dan (2) KUHAP maksimal 110 hari. Selanjutnya yang berwenang dalam
melakukan penahanan terhadap tersangka adalah Penyidik, Penyidik Pembantu, Jaksa
Penuntu Umum dan Hakim sebagaimana diatur dalam Pasal 20 KUHAP.
b. Apabila tersangka orang miskin, apakah penyidik wajib menunjuk Penasihat Hukum bagi
tersangka? Jelskan dan sebutkan dasar hukumnya!
Jawaban:
Tersangka atau terdakwa dalam keadaan tidak mampu (miskin) berhak mendapatkan bantuan
hukum oleh seseorang atau beberapa orang penasihat hukum pada setiap tingkat pemeriksaan,
dan dalam setiap waktu yang diperlukan dan berhak secara bebas memilih penasihat hukum
sebagaimana diatur dalam pasal 51 s.d. 57 KUHAP.
8. Seorang terdakwa dihadapkan ke muka sidang dengan dakwaan melakukan tindak pidana
pencurian dengan kerugian korban sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
a. Dengan acara pemeriksaan apa terdakwa diadili? Sebutkan dasar hukumnya!
Jawaban:
Berdasarkan pasal 98 s.d. 101 KUHAP menentukan bahwa jika suatu perbuatan yang menjadi
dasar dakwaan di dalam suatu pemeriksaan perkara pidana oleh pengadilan negeri
menimbulkan kerugian bagi orang lain, maka hakim ketua sidang atas permintaan orang itu
dapat menetapkan untuk menggabungkan perkara gugatan ganti kerugian kepada perkara
pidana itu, dalama hal ini tindak pidana pencurian dengan kerugian korban sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) sehingga terdakwa dapat diadili sebagaimana mestinya.
b. Apakah dalam perkara tersebut hakim yang mengadilinya berupa hakim tunggal atau hakim
majelis? Jelaskan dan sebutkan dasar hukumnya!
Jawaban:
Berdasarkan pasal 2 ayat (2) Perma No. 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP karena ganti kerugian kurang dari
Rp2.500.000,00 hanya Hakim Tunggal yang memerikasi, mengadili dan memutus perkara
tersebut dengan Acara Pemeriksaan Cepat yang diatur dalam Pasal 205 s.d. 210 KUHAP.
9. Soalnya, yaitu:
a. Jelaskan mengapa menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dan sebutkan dasar hukumnya!
Jawaban:
Dalam rangka menegakan hukum, memberikan balasan dan mencegah terdakwa melakukan
tindak pidana lagi sehingga perlindungan ketertiban masyarakat dapat terwujud, penjatuhan
pidana sangat diperlukan untuk terdakwa sebagaimana hal ini diatur dalam pasal 10 KUHP.
d. Beri contoh putusan hakim yang onstlag van alle recht vervolging!
Jawaban:
Putusan lepas (onslag van recht vervolging) yaitu segala tuntutan hukum atas perbuatan yang
dilakukan terdakwa dalam surat dakwaan jaksa/penuntut umum telah terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum, akan tetapi terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana, karena
perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana. Contohnya yaitu putusan No. 1036 K/Pid
Sus/2010 yang berbunyi “Menyatakan Terdakwa Ferdinando Bin Giles Adrian telah terbukti
secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, akan
tetapi tidak dapat dijatuhi pidana karena didasarkan pada bela paksa (noodweer) dan
melepaskan Terdakwa tersebut oleh karena itu dari segala tuntutan hukum.
b. Bagaimana pandangan Mahkamah Konstitusi terhadap ketentuan pasal 268 ayat (3) KUHAP?
Jawaban:
Berdasarkan Keputusan Nomor 34/PUU-XI/2013 Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi
menyatakan bahwa Pasal 268 ayat (3) KUHAP bertentangan dengan Undang-undang Dasar
1945 karena membatasi Peninjauan Kembali oleh terdakwa hanya sekali, dengan keluarnya
keputusan tersebut diperbolehkannya Peninjauan Kembali diajukan lebih dari 1 kali.
c. Apakah untuk mengajukan herziening atau peninjauan kembali terhadap putusan hakim yang
inckracht ditentukan tenggang waktu untuk mengajukannya?
Jawaban:
Menurut Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Pidana Umum dan Pidana
Khusus, Buku II, Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2008, hlm. 8-11 bahwa
Permohonan Peninjauan Kembali tidak dibatasi jangka waktu. Adapun dasar hukum
permohonan peninjauan kembali diatur dalam pasal 263 ayat (1) KUHAP.