Anda di halaman 1dari 13

Biofilms: Their

Role in Dermal
Fillers

Lilik Norawati Ashadi


• Dermal filler umumnya digunakan untuk beberapa indikasi estetik.
• Meskipun dianggap aman, beberapa efek samping telah dilaporkan,
diantaranya adalah biofilm.
• Konsep biofilm relatif baru di bidang dermatologi, meskipun konsep
ini sudah dikenal lama di bidang lain.
• Artikel ini menguraikan konsep ini dan relevansinyadi bidang
dermatologi.
Definisi
• Biofilm adalah kumpulan mikroorganisme di mana sel-sel menempel satu
sama lain dan / atau ke permukaan, tertanam dalam matriks pelindung dan
perekat ekstraseluler dari zat polimer (EPS).
• Biofilm biasanya ditemukan pada substrat padat yang terendam atau
terpapar larutan air. Mereka tersebar luas di alam.
• Biofilm dapat terbentuk dalam berbagai situasi di tubuh manusia, seperti
menempel pada permukaan, atau setelah terpapar antibiotik dosis
subletal. Permukaan semacam itu dapat disediakan oleh perangkat buatan
seperti katup prostetik dan implan payudara atau dalam bidang
dermatologis seperti filler, dan implan pipi.
• Biofilm juga dapat terbentuk di sekitar fokal infeksi, terutama ketika pasien
diberikan antibiotik dengan dosis yang tidak memadai.
Proses pembentukan biofilm
Biofilm dapat mengandung berbagai jenis mikroorganisme, misalnya
bakteri, protozoa, dan jamur.

Berbagai tahapan perkembangan biofilm:


a. Menempelnya bakteri ke permukaan
b. Pembentukan mikrokoloni
c. Pematangan biofilm
d. Penyebaran
• Biofilm dapat menjadi tidak aktif (dorman) atau aktif tergantung
pada faktor pemicu eksternal.
• Ketika metabolisme sel mati, ia menjadi tidak aktif (persister).
• Biofilm menjadi aktif setelah adanya gangguan di lingkungan lokalnya,
seperti trauma, injeksi, dan manipulasi; yang mengakibatkan
timbulnya manifestasi seperti infeksi lokal ringan, abses, benjolan
lokal, granuloma benda asing, nodul atau infeksi sistemik.
Klinis Biofilm
• Pentingnya biofilm bagi dokter terletak pada fakta bahwa biofilm
telah terlibat dalam beberapa proses infeksi yang umum, seperti
infeksi saluran kemih, infeksi kateter, infeksi telinga tengah,
pembentukan plak gigi, radang gusi, lapisan lensa kontak dan alat
kontrasepsi dalam rahim.

• Biofilm cenderung bertahan dan menjadi fokus untuk aktivasi lebih


lanjut dan penyebaran infeksi.
Biofilm dalam bidang bedah kulit
• Pentingnya biofilm bagi ahli bedah kulit baru disadari baru-baru ini.

• Telah terbukti bahwa biofilm bakteri dapat mengganggu


penyembuhan luka pada kulit dan mengurangi efisiensi antibakteri
topikal dalam penyembuhan atau pengobatan luka kulit yang
terinfeksi.
Biofilm dalam bidang dermatologi kosmetik
• Peran biofilm dalam menimbulkan reaksi merugikan yang diinduksi oleh
filler telah mendapat perhatian yang semakin meningkat.

• Beberapa reaksi merugikan telah dilaporkan setelah pemberian filler,


seperti nodul, abses, sinus dll. Reaksi semacam itu, meskipun jarang, dapat
terjadi, terutama dengan filler yang bekerja lama.

• Biofilm berkembang dalam beberapa minggu setelah pemberian filler, dan


muncul sebagai nodus eritematosa ringan, nodus tersebut bertahan selama
berbulan-bulan dan menimbulkan kecemasan bagi pasien.
• Biasanya hasil pemeriksaan biakan negatif dan karena itu sering
dianggap sebagai alergi atau reaksi benda asing terhadap bahan filler,
sehingga diterapi dengan pemberian kortikosteroid, baik intralesi atau
sistemik, tanpa memberikan hasil.

• Reaksi ini selalu kecil, terlokalisasi dan tidak terkait dengan


pembentukan antibodi. Lebih lanjut, banyak dari mereka sembuh
dengan penggunaan antibiotik.
• Pengenalan konsep biofilm sebagai penyebab timbulnya nodus-nodus
tersebut memiliki relevansi yang besar untuk pengelolaannya.
Pemberian steroid dapat memperburuk kondisi

• Diagnosis dari setiap nodul lunak yang berada di atas implan harus
segera diobati dengan pemberian antibiotik berspektrum luas selama
2-3 minggu.
Pencegahan biofilm
Pencegahan biofilm sangat penting dalam prosedur estetik, karena
injeksi filler seringkali dilakukan di area dengan jumlah bakteri yang
tinggi seperti bibir, dan kulit wajah yang berjerawat.

Oleh karena itu, standar perawatan yang tepat harus diterapkan untuk
mencegah infeksi:

• Pembersihan menyeluruh pada area dengan larutan antiseptik seperti


povidone iodine sebelum injeksi filler.
• Aplikasi antibiotik topikal mupirocin setelah injeksi bahan filler.

• Pasien harus diberitahu untuk melaporkan bila timbul nyeri tekan di


area yang dilakukan injeksi filler, dan harus segera diobati dengan
antibiotik.

• Terapi antimikroba profilaksis, dengan dosis tunggal antibiotik


spektrum luas dalam pencegahan biofilm, telah direkomendasikan,
tetapi perannya belum sepenuhnya ditetapkan.
Kesimpulan
• Penting bagi dokter kulit untuk memahami peran infeksi dan biofilm
sebagai komplikasi injeksi filler.
• Diperlukan studi dan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap
misteri seputar biofilm.

Anda mungkin juga menyukai