Anda di halaman 1dari 26

KELOID

Presentan : Selvi Putri Oktari


Preseptor : H. dr. Deddy Kurniawan, Sp. B
Definisi
Keloid adalah pembentukan
jaringan parut berlebihan
(pertumbuhan proliferatif)
diatas permukaan kulit yang
disebabkan oleh trauma
atau luka dan bekas operasi
karena sintesis dan deposisi
yang tidak terkontrol dari
jaringan kolagen pada
dermis.
Epidemiologi
• Menurut National Center for Biotechnology
Information, keloid paling sering terjadi di
usia 10 sampai 30 tahun.
• Diturunkan, dominan dan resesif autosom.
• Pria dan wanita dengan rasio 1 : 1
• Lebih sering muncul pada orang kulit
hitam, Hispanik, dan Asia, dan jarang
dijumpai pada Kaukasian.
etiologi
Kebanyakan jenis luka pada kulit dapat menjadi penyebab keloid,
diantaranya:
– Folliculitis
– Lacerations
– Abrasions
– Tattoos
– injections,
– Insect bites
– Bekas jerawat
– Luka bakar
– Luka bekas cacar
– Tindik telinga
– Luka goresan
– Luka bedah (operasi)
– Suntikan vaksinasi
Patogenesis
• Setelah terjadi luka atau trauma pada lokasi luka terjadi degranulasi
platetlet, aktifas faktor pembekuan dan komplemen, mengakibatkan
pembentukan bekuan fibrin untuk hemostasis. bekuan ini
selanjutnya berperan sebagai rangka pembentukan luka.
• Degranulasi platelet menyebabkan pelepasan dan aktifitas sitokin
poten termasuk transformis growth factor (TGF), endhotelial growth
factor (EGF), insulin like growth factor I (IGF-I) dan platelet-derived
growth factor (PDGF). GF berfungsi sebagai merekrut dan
mengaktifasikan sel netrofil, epitel, endotel makrofag, sel mast dan
fibroblas.
• Pada keloid terjadi down regulation gen yang terkait apoptosis.
• Selain itu pada biakan fibroblas keloid didapatkan produksi kolagen
dan matriks metalloproteinase lebih besar dibandingkan fibroblas
dermal normal.
Teori Patogenesis Keloid
• Aktifitas Fibroblas Abnormal
• Reaksi Imunitas Abnormal
• Peningkatan Produksi Asam Hyaluronat
• Pengaruh Melanin terhadap Reaksi
Kolagen-kolagenase
Aktivitas Fibroblast abnormal
• Fibroblast yang
terdapat pada keloid
memproduksi type I
procollagen
secara berlebihan.
Hal ini menyebabkan
lebih
banyak pengekspresi
an dari
vascular endothelial
growth factor (VEGF),
transforming growth
factor-(TGF-)β1/β2,
Reaksi Imunitas Abnormal
• Beberapa teori menyatakan bahwa
keloid disebabkan oleh reaksi imun
spesifik. Immunoglobin (Ig) yang
meningkat pada keloid, adalah: IgA,
IgG dan IgM.
• Pelepasan produk sel mast juga
berperan pada pembentukan keloid.
• Histamin berhubungan dengan sintesis
kolagen karena menghambat enzim
lysil oksidase kolagen yang berperan
terhadap cross-linking kolagen,
sehingga mengakibatkan peningkatan
jumlah kolagen pada keloid.
• Aktifitas metabolik sel mast juga
berperan dan mendasari terjadinya
rasa gatal yang sering menyertai
kondisi ini.
PENINGKATAN PRODUKSI
ASAM HYALURONAT
• Asam hyaluronat merupakan
glikosaminoglikan yang terikat pada
reseptor di permukaan fibroblas dan
memiliki peranan penting dalam
mempertahankan sitokin tetap terlokalisir
dalamsel.
• Salah satu sitokin yang dimaksud adalah
TGFα- 1.
PENINGKATAN PRODUKSI
ASAM HYALURONAT
• Produksi asam hyaluronat meningkat pada
fibroblas
keloid, dan kadarnya kembali normal
setelah
pengobatan dengan triamsinolon.
• Beberapa peneliti tidak setuju dengan teori
ini, berdasarkan temuan kadar asam
hyaluronat yang lebih rendah dalam
dermis keloidal dibandingkan dermis
normal
Pengaruh melanin terhadap
reaksi kolagen-kolagenase
• Peningkatan kadar melanin berpengaruh
terhadap terjadinya akumulasi kolagen melalui
mekanisme penurunan pH
menjadi lebih asam sehingga kemampuan
enzim kolagenase mendegradasi kolagen
menjadi berkurang.
• Penelitian ini juga menjelaskan kejadian keloid
pada kulit berwarna disebabkan karena
keberadaan melanin yang lebih banyak akan
mengganggu keseimbangan sintesis dan
degradasi kolagen pada penyembuhan luka
Manifestasi Klinis

• Lesi berupa papul, nodul, tumor dari kenyal


sampai keras, tidak teratur. Berbatas tegas
menebal, padat, berwarna coklat, merah muda
dan merah.
– Awal : kenyal, permukaan licin, kadang dikelilingi
hufa eritematosa dan teleangiektasis (+) gatal dan
nyeri.
– Lesi memanjang seperti cakar
– Lanjutan : mengeras, hiperpigmentasi, dan
asimetris.

Keloid berkembang selama beberapa minggu sampai


bulan setelah trauma. Keloid meluas diluar batas luka,
tidak mengalami regresi secara spontan.
Penatalaksanaan
• Tujuan utama pada terapi keloid
– Pada jenis keloid dini (kecil)
• terapi secara radikal ( pembedahan dan terapi adjuvant)
• Monoterapi (terapi laser)
– Pada jenis keloid besar dan multipel
• (+) infeksi dan nyeri
• Pengurangan ukuran massa keloid dan terapi simtomatik
Penanganan (Konservatif)
Injeksi kortikosteroid intralesi
5-fluoruorasil
• Selama ini, injeksi steroid intralesi merupakan
terapi yang paling sering digunakan untuk
keloid. Hal ini dikarenakan terapi ini cukup
efektif menghilangkan gejala yang
menyertainya, seperti rasa gatal dan nyeri.
• Injeksi intralesi digunakan triamcinolone
acetonid (Kenalog, Bristol-MyersSquibb,
Princeton, NJ) digunakan dengan dosis 10
hingga 40 mg/ml tergantung ukuran dan lokasi
lesi.

Injeksi kortikosteroid intralesi


Injeksi kortikosteroid intralesi
• Penggunaan triamcinolone asetonid dapat
menurunkan ekspresi TGF- β. Penurunan
ekspresi TGF-β akan menyebabkan
ekspresi fibroblas dalam menghasilkan
kolagen berkurang.
• Multipel injeksi dengan selang waktu
selama 1 minggu diperlukan untuk ukuran
keloid yang begitu besar.
• Injeksi KIL menyebabkan
keloid jadi mendatar,
lebih lunak dan
meringankan gejala nyeri
dan gatal.
• Efek samping
kortikosteroid intralesi
yang bisa muncul
termasuk hiper-
hipopigmentasi, atropi,
dan telangiektasi.
• Efek samping sistemik
jarang muncul pada
kortikosteroid intralesi.
• Kemampuan 5-FU untuk untuk
mengganggu TGF-b signaling merupakan
dasar penggunaan 5-FU untuk menghambat
pembentukan keloid.
• Teknik yang digunakan dalam penelitian
efikasi 5-FU terhadap keloid adalah dengan
injeksi intralesi atau menempatkan kain
yang sebelumnya direndam dengan 5-FU
selama 5 menit sebelum luka ditutup.
• Efek samping yang sering terjadi adalah
nyeri di lokasi injeksi, ulserasi dan rasa
terbakar.
5-Fluorouracil
Silikon Gel sheeting
• Penggunaan lembaran silikon
gel sebagai terapi penyerta
eksisi keloid. Ketika digunakan
setelah eksisi, 70-80% keloid
tidak kambuh kembali.
• Lembaran yang mengandung
gel ini akan memberikan
penghalang terhadap oklusi dan
melunakan bekas luka, selain itu
dapat memiliki pengaruh yang
signifikan dalam mengurangi
eritem, nyeri dan gatal-gatal.
Setelah eksisi, lembaran gel
silikon digunakan secepat
mungkin untuk mencapai re-
epitelisasi dan digunakan
setidaknya 12 jam per hari.
Bedah eksisi
• Bedah eksisi merupakan lini kedua dalam penanganan
keloid.
• Penanganan ini bukan hanya invasif tetapi juga memiliki
angka kekambuhan yang tinggi yaitu sekitar 50%.
• Pada keloid yang kecil dapat langsung ditutup dan pada
keloid yang besar dapat menggunakan skin graf namun
dapat menyebabkan keloid pada daerah donor.
• Untuk menghindarinya dapat digunakan autograf.
• Pada metode ini menggunakan kulit dari keloid untuk
menutupi defek setelah dilakukan pembedahan
debulking.
Krioterapi
• Krioterapi dengan
menggunakan nitrogen
cair. Krioterapi digunakan
pada lesi yang berukuran
kecil. Penggunaannya
dapat mengurangi nyeri
akibat injeksi dan
kadangkala
memperpanjang masa
penyembuhan.
• Krioterapi diyakini dapat
mengubah kolagen dan
menginduksi fibroblas
keloid menjadi fenotip
yang normal.
Terapi Laser
• Penggunaan laser sebagai terapi keloid ternyata
tidak cukup memuaskan. Terapi laser yang
menggunakan karbondioksida dan argon dilaporkan
dapat memicu kekambuhan hingga 90%.
• Penggunaan pulsed dye laser yang dikombinasikan
dengan injeksi steroid intralesi akan melunakkan
jaringan dan meningkatkan integrasi dari steroid.
Pulsed dye laser akan menghambat regulasi dari
TGF-β1 dan meningkatkan regulasi dari
metaloproteinase MMP-13 yang akan menekan
proliferasi fibroblas keloidal sebaik menginduksi
prosesa poptosis.
Pencegahan
• Hindari gerakan berlebihan yang dapat meregangkan
luka
• Gunakan perban dan kain pembalut luka dengan tepat
• Hindarkan luka dari daya mekanisme langsung (gesekan
dan garukan)
• Gunakan gel sheeting dan plester perekat
• Untuk pasien dengan luka di telinga  kurangi kontak
dengan bantal
• Luka post trauma dan pembedahan
– Jaga tetap bersih (irigasi dan obat antibakteri/jamur)
– Hindari kontak antara dermis daerah luka dengan
benda asing
Prognosis
Secara kosmetika, keloid mempunyai
prognosis yang buruk dikarenakan belum
ada terapi yang efektif dan efisien.
• Terapi  keberhasilan masih bervariasi

Anda mungkin juga menyukai