100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
127 tayangan26 halaman
Keloid adalah pertumbuhan berlebihan jaringan parut di atas kulit yang disebabkan oleh trauma atau luka. Keloid ditandai dengan pembentukan kolagen berlebihan akibat aktivitas fibroblas yang tidak normal. Penanganannya meliputi injeksi kortikosteroid, krioterapi, bedah, dan pencegahan trauma berulang."
Keloid adalah pertumbuhan berlebihan jaringan parut di atas kulit yang disebabkan oleh trauma atau luka. Keloid ditandai dengan pembentukan kolagen berlebihan akibat aktivitas fibroblas yang tidak normal. Penanganannya meliputi injeksi kortikosteroid, krioterapi, bedah, dan pencegahan trauma berulang."
Keloid adalah pertumbuhan berlebihan jaringan parut di atas kulit yang disebabkan oleh trauma atau luka. Keloid ditandai dengan pembentukan kolagen berlebihan akibat aktivitas fibroblas yang tidak normal. Penanganannya meliputi injeksi kortikosteroid, krioterapi, bedah, dan pencegahan trauma berulang."
Preseptor : H. dr. Deddy Kurniawan, Sp. B Definisi Keloid adalah pembentukan jaringan parut berlebihan (pertumbuhan proliferatif) diatas permukaan kulit yang disebabkan oleh trauma atau luka dan bekas operasi karena sintesis dan deposisi yang tidak terkontrol dari jaringan kolagen pada dermis. Epidemiologi • Menurut National Center for Biotechnology Information, keloid paling sering terjadi di usia 10 sampai 30 tahun. • Diturunkan, dominan dan resesif autosom. • Pria dan wanita dengan rasio 1 : 1 • Lebih sering muncul pada orang kulit hitam, Hispanik, dan Asia, dan jarang dijumpai pada Kaukasian. etiologi Kebanyakan jenis luka pada kulit dapat menjadi penyebab keloid, diantaranya: – Folliculitis – Lacerations – Abrasions – Tattoos – injections, – Insect bites – Bekas jerawat – Luka bakar – Luka bekas cacar – Tindik telinga – Luka goresan – Luka bedah (operasi) – Suntikan vaksinasi Patogenesis • Setelah terjadi luka atau trauma pada lokasi luka terjadi degranulasi platetlet, aktifas faktor pembekuan dan komplemen, mengakibatkan pembentukan bekuan fibrin untuk hemostasis. bekuan ini selanjutnya berperan sebagai rangka pembentukan luka. • Degranulasi platelet menyebabkan pelepasan dan aktifitas sitokin poten termasuk transformis growth factor (TGF), endhotelial growth factor (EGF), insulin like growth factor I (IGF-I) dan platelet-derived growth factor (PDGF). GF berfungsi sebagai merekrut dan mengaktifasikan sel netrofil, epitel, endotel makrofag, sel mast dan fibroblas. • Pada keloid terjadi down regulation gen yang terkait apoptosis. • Selain itu pada biakan fibroblas keloid didapatkan produksi kolagen dan matriks metalloproteinase lebih besar dibandingkan fibroblas dermal normal. Teori Patogenesis Keloid • Aktifitas Fibroblas Abnormal • Reaksi Imunitas Abnormal • Peningkatan Produksi Asam Hyaluronat • Pengaruh Melanin terhadap Reaksi Kolagen-kolagenase Aktivitas Fibroblast abnormal • Fibroblast yang terdapat pada keloid memproduksi type I procollagen secara berlebihan. Hal ini menyebabkan lebih banyak pengekspresi an dari vascular endothelial growth factor (VEGF), transforming growth factor-(TGF-)β1/β2, Reaksi Imunitas Abnormal • Beberapa teori menyatakan bahwa keloid disebabkan oleh reaksi imun spesifik. Immunoglobin (Ig) yang meningkat pada keloid, adalah: IgA, IgG dan IgM. • Pelepasan produk sel mast juga berperan pada pembentukan keloid. • Histamin berhubungan dengan sintesis kolagen karena menghambat enzim lysil oksidase kolagen yang berperan terhadap cross-linking kolagen, sehingga mengakibatkan peningkatan jumlah kolagen pada keloid. • Aktifitas metabolik sel mast juga berperan dan mendasari terjadinya rasa gatal yang sering menyertai kondisi ini. PENINGKATAN PRODUKSI ASAM HYALURONAT • Asam hyaluronat merupakan glikosaminoglikan yang terikat pada reseptor di permukaan fibroblas dan memiliki peranan penting dalam mempertahankan sitokin tetap terlokalisir dalamsel. • Salah satu sitokin yang dimaksud adalah TGFα- 1. PENINGKATAN PRODUKSI ASAM HYALURONAT • Produksi asam hyaluronat meningkat pada fibroblas keloid, dan kadarnya kembali normal setelah pengobatan dengan triamsinolon. • Beberapa peneliti tidak setuju dengan teori ini, berdasarkan temuan kadar asam hyaluronat yang lebih rendah dalam dermis keloidal dibandingkan dermis normal Pengaruh melanin terhadap reaksi kolagen-kolagenase • Peningkatan kadar melanin berpengaruh terhadap terjadinya akumulasi kolagen melalui mekanisme penurunan pH menjadi lebih asam sehingga kemampuan enzim kolagenase mendegradasi kolagen menjadi berkurang. • Penelitian ini juga menjelaskan kejadian keloid pada kulit berwarna disebabkan karena keberadaan melanin yang lebih banyak akan mengganggu keseimbangan sintesis dan degradasi kolagen pada penyembuhan luka Manifestasi Klinis
• Lesi berupa papul, nodul, tumor dari kenyal
sampai keras, tidak teratur. Berbatas tegas menebal, padat, berwarna coklat, merah muda dan merah. – Awal : kenyal, permukaan licin, kadang dikelilingi hufa eritematosa dan teleangiektasis (+) gatal dan nyeri. – Lesi memanjang seperti cakar – Lanjutan : mengeras, hiperpigmentasi, dan asimetris.
Keloid berkembang selama beberapa minggu sampai
bulan setelah trauma. Keloid meluas diluar batas luka, tidak mengalami regresi secara spontan. Penatalaksanaan • Tujuan utama pada terapi keloid – Pada jenis keloid dini (kecil) • terapi secara radikal ( pembedahan dan terapi adjuvant) • Monoterapi (terapi laser) – Pada jenis keloid besar dan multipel • (+) infeksi dan nyeri • Pengurangan ukuran massa keloid dan terapi simtomatik Penanganan (Konservatif) Injeksi kortikosteroid intralesi 5-fluoruorasil • Selama ini, injeksi steroid intralesi merupakan terapi yang paling sering digunakan untuk keloid. Hal ini dikarenakan terapi ini cukup efektif menghilangkan gejala yang menyertainya, seperti rasa gatal dan nyeri. • Injeksi intralesi digunakan triamcinolone acetonid (Kenalog, Bristol-MyersSquibb, Princeton, NJ) digunakan dengan dosis 10 hingga 40 mg/ml tergantung ukuran dan lokasi lesi.
Injeksi kortikosteroid intralesi
Injeksi kortikosteroid intralesi • Penggunaan triamcinolone asetonid dapat menurunkan ekspresi TGF- β. Penurunan ekspresi TGF-β akan menyebabkan ekspresi fibroblas dalam menghasilkan kolagen berkurang. • Multipel injeksi dengan selang waktu selama 1 minggu diperlukan untuk ukuran keloid yang begitu besar. • Injeksi KIL menyebabkan keloid jadi mendatar, lebih lunak dan meringankan gejala nyeri dan gatal. • Efek samping kortikosteroid intralesi yang bisa muncul termasuk hiper- hipopigmentasi, atropi, dan telangiektasi. • Efek samping sistemik jarang muncul pada kortikosteroid intralesi. • Kemampuan 5-FU untuk untuk mengganggu TGF-b signaling merupakan dasar penggunaan 5-FU untuk menghambat pembentukan keloid. • Teknik yang digunakan dalam penelitian efikasi 5-FU terhadap keloid adalah dengan injeksi intralesi atau menempatkan kain yang sebelumnya direndam dengan 5-FU selama 5 menit sebelum luka ditutup. • Efek samping yang sering terjadi adalah nyeri di lokasi injeksi, ulserasi dan rasa terbakar. 5-Fluorouracil Silikon Gel sheeting • Penggunaan lembaran silikon gel sebagai terapi penyerta eksisi keloid. Ketika digunakan setelah eksisi, 70-80% keloid tidak kambuh kembali. • Lembaran yang mengandung gel ini akan memberikan penghalang terhadap oklusi dan melunakan bekas luka, selain itu dapat memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi eritem, nyeri dan gatal-gatal. Setelah eksisi, lembaran gel silikon digunakan secepat mungkin untuk mencapai re- epitelisasi dan digunakan setidaknya 12 jam per hari. Bedah eksisi • Bedah eksisi merupakan lini kedua dalam penanganan keloid. • Penanganan ini bukan hanya invasif tetapi juga memiliki angka kekambuhan yang tinggi yaitu sekitar 50%. • Pada keloid yang kecil dapat langsung ditutup dan pada keloid yang besar dapat menggunakan skin graf namun dapat menyebabkan keloid pada daerah donor. • Untuk menghindarinya dapat digunakan autograf. • Pada metode ini menggunakan kulit dari keloid untuk menutupi defek setelah dilakukan pembedahan debulking. Krioterapi • Krioterapi dengan menggunakan nitrogen cair. Krioterapi digunakan pada lesi yang berukuran kecil. Penggunaannya dapat mengurangi nyeri akibat injeksi dan kadangkala memperpanjang masa penyembuhan. • Krioterapi diyakini dapat mengubah kolagen dan menginduksi fibroblas keloid menjadi fenotip yang normal. Terapi Laser • Penggunaan laser sebagai terapi keloid ternyata tidak cukup memuaskan. Terapi laser yang menggunakan karbondioksida dan argon dilaporkan dapat memicu kekambuhan hingga 90%. • Penggunaan pulsed dye laser yang dikombinasikan dengan injeksi steroid intralesi akan melunakkan jaringan dan meningkatkan integrasi dari steroid. Pulsed dye laser akan menghambat regulasi dari TGF-β1 dan meningkatkan regulasi dari metaloproteinase MMP-13 yang akan menekan proliferasi fibroblas keloidal sebaik menginduksi prosesa poptosis. Pencegahan • Hindari gerakan berlebihan yang dapat meregangkan luka • Gunakan perban dan kain pembalut luka dengan tepat • Hindarkan luka dari daya mekanisme langsung (gesekan dan garukan) • Gunakan gel sheeting dan plester perekat • Untuk pasien dengan luka di telinga kurangi kontak dengan bantal • Luka post trauma dan pembedahan – Jaga tetap bersih (irigasi dan obat antibakteri/jamur) – Hindari kontak antara dermis daerah luka dengan benda asing Prognosis Secara kosmetika, keloid mempunyai prognosis yang buruk dikarenakan belum ada terapi yang efektif dan efisien. • Terapi keberhasilan masih bervariasi