LUKA KRONIK
OLEH TIM IGD RS GRIYA HUSADA MADIUN
PENGERTIAN
• Inflamasi adalah respon fisiologis terhadap luka dan merupakan bagian dari tahapan
penyembuhan luka. Namun proses inflamasi yang berlebih dapat menimbulkan efek
buruk bagi pasien. Luka yang tidak melewati fase inflamasi menunjukkan aktivitas
MMP (matrix metalloproteinase) dan elastase yang meningkat.
• Degradasi berkepanjangan terhadap matriks ekstraseluler dan penekanan faktor
pertumbuhan akan menghambat penyembuhan luka. Keberadaan biofilm juga
menghalangi downregulation respon imun. Penanganan inflamasi akan membantu
penyembuhan jaringan serta mengurangi eksudat dan bioburden. [1]
• Evaluasi penting dilakukan untuk mengenali penyebab luka, adanya infeksi
(dan inflamasi noninfeksius berkepanjangan), serta perlunya antiseptik
topikal dan atau antibiotika sistemik. Inflamasi noninfeksi dapat disebabkan
oleh penyakit autoimun (misal lupus eritematosus sistemik,
rheumatoid arthritis, vaskulitis, skleroderma) atau kondisi inflamasi lain
(misal pyoderma gangrenosum pada pasien inflammatory bowel disease). [1]
• Pengenalan infeksi penting terutama pada pasien dengan kondisi umum
buruk atau immunocompromised. Bila keseimbangan bakteri dapat ditangani
secara topikal, antibiotika sistemik tidak diperlukan. [5]
BIOBURDEN
Bioburden mikroba pada luka dapat berupa kontaminasi, kolonisasi, kolonisasi kritis, serta infeksi
lokal dan sistemik.
• Kontaminasi : bakteri tidak berkembang biak dan menyebabkan masalah klinis
• Kolonisasi : bakteri berkembang biak, tetapi tidak merusak jaringan
• Kolonisasi kritis atau infeksi lokal : bakteri berkembang biak hingga mengganggu penyembuhan
luka dan merusak jaringan. Kemungkinan besar terdapat biofilm pada dasar luka
• Infeksi menyebar : bakteri menyebar dan menimbulkan masalah pada jaringan sehat sekitar luka (
selulitis, limfangitis, eritema)
• Infeksi sistemik : bakteri menyebar dan menimbulkan infeksi di seluruh tubuh (respon inflamasi
sistemik, sepsis, hingga disfungsi organ) [1]
BIOFILM
• Biofilm adalah komunitas mikroba kompleks yang terdiri dari bakteria di dalam matriks protektif gula
dan protein (glikokaliks). Biofilm melindungi mikroorganisme yang berada di dalamnya, meningkatkan
ketahanan terhadap sistem imunitas tubuh, antimikroba, dan stres lingkungan. Biofilm merupakan
faktor pendukung signifikan terhadap proses inflamasi persisten pada luka kronik. Biofilm yang sudah
matur dapat melepaskan fragmen biofilm dan mikrokoloni yang dapat menyebarkan proses infeksi.
• Keberadaan biofilm tidak dapat dideteksi secara klinis maupun laboratorium, bahkan dengan
pemeriksaan mikrobiologi klinis standar. Indikator klinis yang paling memungkinkan hanyalah progresi
penyembuhan luka dengan berkurangnya eksudat dan slough. [1]
• Tata laksana terhadap biofilm mencakup debridemen agresif berulang, antibiotika sistemik dosis tinggi
durasi panjang bila diperlukan, dan kombinasi agen antibakterial untuk mencegah pembentukan ulang
biofilm.
• Debridemen tajam merupakan metode terbaik untuk membuang biofilm.
Bakteri dapat membentuk kembali biofilm 3 hari setelah debridemen,
sehingga perlu dilakukan rutin untuk mengurangi potensi rekurensi. [1,4]
ANTI MIKROBA
• Masalah psikososial juga merupakan isu yang umum terjadi pada pasien
dengan luka kronik. Stres dan kegelisahan sering dialami oleh pasien luka
kronik, biasanya disebabkan oleh nyeri (terutama saat penggantian balutan),
penampilan luka, bau tidak sedap, dan durasi penyembuhan yang lama. Pasien
dilibatkan dalam manajemen luka dengan edukasi dan pengambilan keputusan
terapi. Terapi nonfarmakologis dapat digunakan untuk membantu meringankan
nyeri, misalnya terapi perilaku kognitif, hipnosis, akupuntur, distraksi, dan
meditasi.