E Book Akuntansi Transaksi Syariah Wiroso Iai
E Book Akuntansi Transaksi Syariah Wiroso Iai
Tiada kata-kata yang pantas disampaikan kecuali puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan ridhonya kepada saya untuk dapat menyelesaikan buku ini. Salawat serta salam
kita sampaikan kepada nabi Muhammad SAW teriring doa semoga kita dapat digolongkan sebagai
umatnya yang taat segala aturan dan tutunannya sampai akhir zaman. Amin, amin ya robbal alamin.
Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia seperti Bank Syariah, Asuransi Syariah,
Lembaga Pembiayaan Syariah, Pegadaian Syariah, Koperasi Syariah, Lembaga Keuangan Mikro Syariah
dan lembaga keuangan syariah lainnya menuntut akuntansi harus mampu untuk mengikuti perkembangan
Lembaga Keuangan Syariah tersebut. Akuntansi syariah di Indonesia berkembang dengan cukup pesat
dimana tahun 2001 sampai dengan 2007 hanya ada satu ketentuan akuntansi syariah yaitu PSAK 59
tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang hanya dipergunakan untuk bank syariah, maka mulai tahun
buku 2008 sudah dapat dikembangkan dan disempurnakan menjadi beberapa PSAK Syariah, yaitu PSAK
101 sampai dengan PSAK 108, yang dipergunakan oleh seluruh lembaga keuangan syariah dan pihak-pihak
terkait, termasuk Kerangka Dasar Penyajian Penyusunan Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) yang
terpisah dari akuntansi umum. Dengan adanya perubahan dan penyempurnaan akuntansi syariah tersebut
sangat diperlukan pemahaman semua pihak, khususnya pelakasana lembaga keuangan syariah termasuk
para akademi. Pada tingkatan akademisi hambatan yang dialami adalah keterbatasan buku-buku leteratur
aplikatif tanpa mengabaikan konseptual, yang dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan.
Dengan adanya perubahan dan penyempurnaan PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah
menjadi PSAK Syariah (saat ini nomor 101 sampai dengan 108) tersebut, terdapat perbedaan yang sangat
mendasar dalam memahami akuntansi syariah untuk Lembaga Keuangan Syariah. Pada PSAK syariah yang
baru terdapat PSAK Syariah yang berlaku umum dan berlaku atau diterapkan untuk seluruh lembaga
keuangan syariah dan pihak-pihak terkait dalam melaksanakan transaksi syariah (tidak membedakan
entitas) dan juga terdapat PSAK yang dipergunakan industri khusus, misalnya khusus untuk asuransi
syariah, pengelola zakat dsb. Oleh karena itu pemahaman akuntansi lembaga keuangan syariah secara
menyeluruhpun perlu disesuaikan dengan pola pemahaman sebagai berikut:
1 ”Akuntansi Transaksi Syariah” dengan cakupan bahasan PSAK 101 sampai dengan PSAK 107
(PSAK Syariah yang berlaku umum), yaitu Akuntansi Murabahah, Akuntansi Salam, Akuntansi
Istishna’, Akuntansi Mudharabah, Akuntansi Musyarakah dan Akuntansi Ijarah serta Penyajian
Penyusunan Laporan Keuangan Syariah yang dilakukan dan diterapkan pada Lembaga Keuangan
Syariahnya maupun pihak-pihak yang terkait (nasabahnya) tanpa membedakan entitas syariahnya.
2. ”Akuntansi Industri Khusus” dengan cakupan bahasan PSAK 101 sampai dengan PSAK 107 yang
berlaku umum, dengan fokus pembahasan hanya dari segi industri atas akuntansi pelaksanaan
transaksi yang dilakukan industri tersebut dan dengan memperhatikan ketentuan instansi yang
terkait, misalnya ”Akuntansi Asuransi Syariah” dengan cakupan PSAK 101 sampai dengan PSAK
107 atas akuntansi yang dilaksanakan oleh asuransi syariah (hanya dari titik pandang asuransi syariah
saja) dalam melaksanakan transaksi syariah ditambah dengan PSAK 108 tentang Akuntansi Asuransi
Syariah dan ketentuan dari Departemen Keuangan tentang Asuransi Syariah. Begitu juga dengan
”Akuntansi Bank Syariah” dengan cakupan PSAK 101 sampai dengan Pak 107 dari segi bank
syariah atas transaksi yang dilaksanakannya dengan memperhatikan Peraturan Bank Indonesia yang
berlaku.
Selain itu dalam pelaksanaan akuntansi Lembaga Keuangan Syariah tersebut harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan PSAK untuk transaksi non syariah (PSAK 1 sampai dengan PSAK 99) sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, seperti misalnya PSAK tentang persediaan, PSAK
tentang pendapatan, PSAK tentang Aktiva Tetap, PSAK tentang Aktiva Tidak Berwujud dan sebagainya
Dengan adanya pola pemikiran di atas, buku yang diberi judul “Akuntansi Transaksi Syariah” ini
merupakan salah satu buku yang dapat dipergunakan untuk memahami Lembaga Keuangan Syariah secara
umum dan khususnya Akuntansi Syariah, buku ini merupakan pelengkap dan saling mengisi dengan buku
penyusun yang berjudul “Produk Perbankan Syariah” yaitu suatu buku dengan cakupan bahasan kegiatan
usaha yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah, khususnya Perbankan Syariah yang meliputi
perbedaan Bank Syariah dan Konvensional, penghimpunan dana Bank Syariah, penyaluran dana Bank
Syariah, jasa layanan Bank Syariah, perhitungan pembagian hasil usaha yang dilakukan oleh Bank Syariah
dan sekilas Akuntansi Syariah. Buku Akuntansi Transaksi Syariah ini memberikan gambaran Akuntansi
Syariah atas transaksi yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah secara umum serta akuntansi yang
dilakukan pihak-pihak terkait (nasabahnya), yang sebelumnya tidak diatur dalam PSAK 59 tentang
Akuntansi Perbankan Syariah seperti misalnya dalam Akuntansi Murabahah dibahas akuntansi yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual dan akuntansi yang harus dilakukan oleh
nasabannya sebagai pembeli. Pola pemikiran dalam pembahasan Akuntansi Syariah dalam buku ini
didasarkan pada prinsip syariah yang dipergunakan oleh Lembaga Keuangan Syariah dan sesuai PSAK
Syariahnya yaitu Murabahah, Salam, Istishna’, Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah tanpa memperhatikan
aplikasi produk yang dilakukan karena nama produk industri yang satu dapat berbeda dengan nama
produk industri yang lain. Dalam buku ini juga dilengkapi dengan beberapa soal kasus yang dapat
dipergunakan sebagai sarana untuk memperdalam pemahaman akuntansi syariah Lembaga Keuangan
Syariah tersebut. Buku ini juga ditulis dengan pendekatan aplikatif tanpa harus mengabaikan konsepnya
sehingga diharapkan dapat dipergunakan oleh pelaksana Lembaga Keuangan Syariah, nasabah sebagai
pihak yang terkait, kantor akuntan saat melakukan pemeriksaan baik pada Lembaga Keuangan Syariah
maupun nasabahnya, akademisi dan sebagainya. Buku ini diharapkan dapat membantu semua pihak yang
menginginkan pemahaman Lembaga Keuangan Syariah, khususnya Akuntansi Syariah. Perkembangan
industri syariah di Indonesia sangat dibutuhkan kualitas Sumber Daya Insani yang memadai dan
berkualitas serta mempunyai wawasan kedepan yang luas, memahami ketentuan-ketentuan yang berlaku,
memahami Akuntansi Syariah secara utuh dan menyeluruh, memiliki komitmen untuk mengedepankan
prinsip syariah dari kepentingan yang lain serta selalu melakukan kajian-kajian kearah postif untuk
mendukung perkembangan industri syariah tersebut. Di bidang pendidikan sangat diperlukan sarana
pengajaran yang aplikatif tanpa harus meninggalkan kajian-kajian teoritis, folosifnya dan konsep yang
berlaku secara umum serta tidak melanggar ketentuan syariah.
Sangat disadari bahwa buku ini tersusun atas dorongan dan saran semua pihak, oleh karena itu
sudah sepantasnyalah penyusun ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ekonomi Trisakti – Prof Dr. Hj. Farida Jasfar, ME, PhD Ketua Jurusan akuntansi
FE Usakti – Dra. Hj. Etty M. Nasser, Ak MM , Sekretaris Jurusan Akuntansi FE Usakti - H.
Murtanto SE, MSi, tim dosen pengajar akuntansi perbankan syariah FE Usakti.
2. Ketua program Magister Akuntansi (Maksi) Fakultas Ekonomi Universitas Trisaksi dan direktur
program IEF Universitas Trisakti - Prof Dr.Sofyan Safri Harahap, MSAc, S.E., BSc, Akuntan
3. Teman-teman Komite Akuntansi Syariah, Ikatan Akuntansi Indonesia – pak Yusuf Wibisana, mas
Sriyanto, Eka, Yakub, Widodo, Dewi Astuti, mas Agus Siregar, Cecep Makanul Hakim, Setiawan
Budiutomo, mas Ikhwan Abidin, mas Hasanudin, mas Kany Hudaya, Amin Musa, Dwiyanto, mas
arief.
5. Teman-teman di lembaga pendidikan - ICDIF LPPI, Bagian Diklat Bank Mega Syariah Indonesia,
Bagian Diklat Bank BRI Syariah, Bagian PPL IAI dan IAPI, dan teman-teman dibidang pendidikan
dan pelatihan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
6. Serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyelesian buku ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi menghargaan penulis kepada yang bersangkutan.
7. Ucapan terima kasih dan penghargaan khusus penulis sampaikan kepada istriku Wahyu Winarti dan
kedua anakku Adhitya Hapsoro SH dan Ajeng Anindita SE, yang dengan penuh kesabaran dan
tolerensi serta memberikan dorongan untuk menyelesaikan buku ini
Akhirnya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa hormat penulis, yang telah memberikan dorongan dan masukkan
atas penulisan buku ini.
Sangat disadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu semua saran, komentar
dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan buku ini dengan senang hati dan terbuka
sangat diharapkan.
penyusun
Kata Pengantar
Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia selaras dengan perkembangan perbankan syariah. Berbagai
tulisan tentang perbankan syariah dan akuntansi syariah baik berupa buku teks maupun hasil kajian ilmiah
yang beredar dimasyarakat mencerminkan semakin diminatinya bidang perbankan syariah dan akuntansi
syariah. Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam merupakan lahan subur yang menunggu
digarap untuk mengembangkan perbankan dan akuntansi syariah lebih lanjut.
Dalam buku yang berjudul Akuntansi Transaksi Syariah ini, penulis ingin memenuhi kebutuhan berbagai
pihak yang menginginkan pemahaman tentang Transaksi Syariah dan Lembaga Keuangan Syariah,
khususnya Akuntansi Syariah. Pola pemikiran pembahasan akuntansi syariah dalam buku ini didasarkan
pada prinsip syariah yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah. Selain
pembahasan, buku ini juga dilengkapi dengan beberapa pertanyaan dan soal kasus yang dapat
dipergunakan untuk lebih memahami Akuntansi Transaksi Syariah dan Lembaga Keuangan Syariah.
Kami merasa bangga dan berterima kasih kepada Bapak Wiroso yang merupakan anggota Dewan Standar
Akuntansi Syariah dan Dewan Penguji Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia yang
telah meluangkan waktu untuk menulis buku ini. Saya yakin berbagai pihak akan memetik manfaat dari
keberadaan buku ini.
M. Jusuf Wibisana
Ketua Dewan Standar Akuntansi Syariah
Ikatan Akuntan Indonesia
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN Hal
1.1. Lembaga Keuangan di Indonesia 1
1.2. Imbalan Pemodal Lembaga Keuangan Syariah 3
1.3. Fungsi Lembaga Keuangan Syariah 5
1.4. Titik Pandang Uang Lembaga Keuangan Syariah 8
1.5. Alur Operasional Lembaga Keuangan Syariah 10
1.6. Pertanyaan dan Soal 12
Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia khususnya perbankan syariah mulai berkembang dengan
pesat sejak tahun 1999 yaitu setelah berlakunya Undang-undang nomor 10 tahun 1998 yang merupakan
penyempurnaan dari Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. Dengan berkembangnya
perbankan syariah di Indonesia tersebut mendorong perkembangan Lembaga Keuangan Syariah lainnnya
seperti antara lain Asuransi Syariah, Lembaga Pembiayaan Syariah, Pegadaian Syariah, Koperasi Syariah
dan juga Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang sering disebut dengan Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
yaitu lembaga keuangan mikro yang berbadan hukum Koperasi Syariah atau Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS). Sering timbul pertanyaan adalah apa bedanya Bank Syariah dengan Bank Konvensional,
apa bedanya kegiatan usaha yang dilakukan Bank Syariah dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh
bank konvensional. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dibahas terlebih dahulu tatanan Lembaga
Keuangan di Indonesia. Sistem keuangan Indonesia yang secara umum membedakan antara Lembaga
Keuangan Bukan Bank yang banyak bergerak pada sektor riil seperti Lembaga Pembiayaan,
Perasuransian, Modal Ventura, Dana Pensiun, Pegadaian, Penjaminan dan Lembaga Keuangan Bank
yang bergerak pada sektor moneter seperti Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Sistem keuangan
yang ada di Indonesia dan implikasi pada akuntansi syariah dapat dilihat digambarkan sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan | 1
Dari gambar tersebut di atas, berikut dibahas secara singkat dari masing-masing Lembaga
Keuangan yang ada yaitu (a) Lembaga Keuangan Bukan Bank (b) Lembaga Keuangan Bank.
Masih banyak kegiatan usaha Bank Syariah yang tidak boleh dilaksanakan oleh Bank Konvesional.
Kegiatan usaha Lembaga Keuangan Syariah jauh lebih luas dibandingkan dengan Bank konvensional,
sehingga sangat disayangkan jika selalu disetarakan dengan Bank Konvensional. Titik pandang ”adanya
perbedaan terdapat peluang” itulah seharusnya dipergunakan sebagai motivasi, kreativitas dan pendorong
kemajuan Bank Syariah. Jika selalu membandingkan dan menyetarakan Bank Syariah dan Bank
Konvensional maka memerlukan ratusan tahun untuk bisa mencapai kebesarannya seperti bank
konvensioal sekarang. Sesuai karakteristiknya Bank Syariah tidak membedakan secara tegas pada sektor
keuangan seperti yang dilaksanakan oleh perbankan atau pada sektor riil seperti yang dilaksanakan oleh
Lembaga Keuangan Bukan Bank. Dengan adanya karakter tersebut membawa implikasi pada akuntansi
yang dipergunakan oleh bank syariah. Akuntansi Bank Syariah dan Akuntansi Lembaga Keuangan
Syariah pada umumnya merupakan gabungan dari akuntansi perbankan, akuntansi sewa beli, akuntansi
perdagangan, akuntansi kontruksi dan sebagainya.
BAB I. Pendahuluan | 3
1.2. Imbalan Pemodal Lembaga Keuangan Syariah
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan lengkap mengenai imbalan yang diterima oleh
pemodal dapat dilihat dalam perbankan syariah. Pembayaran imbalan kepada pemilik dana yang
dihimpun (shahibul maal) Bank Syariah tidak sama dengan pembayaran imbalan kepada pemilik dana bank
konvensional (yang lazim disebut dengan deposan atau penabung). Bank konvensional memberikan
imbalan kepada para deposannya dalam bentuk bunga dalam jumlah tetap dan ditentukan dimuka, tidak
dipengaruhi oleh risiko atau masalah yang dihadapi oleh bank konvensional, sedangkan imbalan pemilik
dana (shahibul maal) Bank Syariah sangat tergantung pada pendapatan yang diperoleh oleh Bank Syariah
sebagai mudharib dalam pengelolaan dana mudharah, Bank Syariah tidak diperkenankan memberikan
imbalan dalam jumlah yang telah ditentukan di depan. Untuk memberikan gambaran perbedaan
pemberikan imbalan bank konvensional dengan Bank Syariah dalam diperhatikan gambar dan beberapa
uraian sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan | 5
A. Fungsi Manager Investasi
Salah satu fungsi Lembaga Keuangan Syariah yang sangat penting adalah manager Investasi.
Lembaga Keuangan Syariah merupakan manager investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dari dana yang
dihimpun dengan prinsip mudharabah (dalam perbankan lazim disebut dengan deposan atau penabung),
karena besar-kecilnya imbalan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana, sangat tergantung pada hasil
usaha yang diperoleh (dihasilkan) oleh Lembaga Keuangan Syariah dalam mengelola dana (khususnya
dana mudharabah). Hal ini sangat dipengaruhi oleh keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari
Lembaga Keuangan Syariah sebagai manajer investasi (pihak yang mengelola dana).
Lembaga Keuangan Syariah dapat menghimpun dana yang besar, kemudian dalam penyaluran
dana dilakukan tidak efektif, kurang memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian, sembarangan sehingga
banyak yang macet atau banyak yang diketagorikan bermasalah (non performing financing), banyaknya
penyaluran dana yang tidak melakukan pembayaran angsuran, maka membawa dampak hasil usaha yang
diikuti aliran kas masuk (cash basis) hanya kecil atau sedikit yang diterima. Dengan adanya hasil usaha yang
cash basis kecil maka pendapatan yang akan dibagi antara Lembaga Keuangan Syariah dan Shahibul Maal
juga kecil, yang akhirnya membawa dampak kecilnya bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana (shahibul
maal). Begitu sebaliknya penyaluran dana yang tidak besar, namun dilakukan dengan efektif, efesien dan
produktif, dan kualitas penyaluran dana yang baik sehingga banyak debitur yang melakukan pembayaran
angsuran atau pembayaran bagi hasil yang diterima dari nasabah pengelola dana (mudharib) banyak, akan
membawa dampak pada hasil usaha yang akan dibagi antara Lembaga Keuangan Syariah sebagai
pengelola dana dan pemilik dana juga besar, yang mengakibatkan pendapatan bagi hasil diterima pemilik
dana besar juga.
Dana yang dihimpun oleh Lembaga Keuangan Syariah, hendaknya ditanamkan pada sektor yang
produktif dan tidak melanggar syariah, karena sesuai konsep syariah apa yang dilakukan oleh Lembaga
Keuangan Syariah dalam penyaluran dana akan membawa dampak atau risiko kepada pemilik dana
(shahibul maal) dari dana yang dihimpun (deposan atau penabung). Hal ini sangat berbeda dengan Bank
Konvensional, begitu deposan memberikan dana kepada Bank Konvensional dan dijanjikan bunga
tertentu, deposan tidak menananggung risiko. Bank bisa menyalurkan dana atau tidak, mendapatkan
pendapatan besar atau kecil bahkan tidak memperoleh pendapatan sama sekali, deposan sebagai pemodal
akan menerima bunga tetap yang diperjanjikan, dengan kata lain pemodal dalam aliran kapitalis tidak
bersedia untuk menanggung risiko.
Besarnya penyaluran dana atau investasi yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah bukanlah
suatu indikasi imbalan atau bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana (deposan atau penabung) besar,
tetapi kualitas dari penyaluran dana atau investasi yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah itulah
yang mempunyai pengaruh terhadap imbalan atau bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana yang
dihimpun. Besarnya porsi pembagian hasil usaha (nisbah) tidak menjamin besarnya bagi hasil yang akan
diterima oleh pemilik dana, karena bagi hasil tersebut sangat dipengaruhi oleh hasil usaha yang akan
dibagikan (pendapatan operasi utama), hasil usaha yang akan dibagikan sangat dipengaruhi oleh
pendapatan penyaluran dana yang diterima secara tunai (cash basis) oleh Lembaga Keuangan Syariah
sebagai pengelola dana (mudharib), pendapatan penyaluran dana dipengaruhi oleh kualitas aktiva produktif
(penyaluran dana), kualitas aktiva produktif dipengaruhi oleh proses dan prinsip-prinsip penyaluran dana.
Secara umum dikatakan bahwa indikasi keberhatian Lembaga Keuangan Syariah sebagai manajer
investasi adalah adanya trend kenaikan return bagi hasil dari waktu ke waktu dan adanya trend penurunan
pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) dari waktu ke waktu. Kedua hal ini pemodal berhak
untuk memperoleh informasinya sebagai salah satu bentuk transparansi Lembaga Keuangan Syariah.
B. Fungsi Investor.
Dalam penyaluran dana, baik dalam prinsip bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), prinsip
ujroh( ijarah) dan prinsip jual beli (murabahah, salam dan istishna’), Lembaga Keuangan Syariah
berfungsi sebagai investor (sebagai pemilik dana). Oleh karena sebagai pemilik dana maka dalam
menanamkan dana dilakukan dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan tidak melanggar syariah,
ditanamkan pada sektor-sektor produktif dan mempunyai risiko yang sangat minim. Keahlian,
profesionalisme sangat diperlukan dalam menangani penyaluran dana ini, penerimaan pendapatan dan
BAB I. Pendahuluan | 7
Pada awal berkembangnya Lembaga Keuangan Syariah, banyak masyarakat yang beranggapan
bahwa Lembaga Keuangan Syariah hanya Bank Sosial, Bank yang melayani kegiatan sosial saja, tidak ada
kliring, tidak ada transfer, tidak mengeluarkan cek atau bilyet giro dan sebagainya, namun dengan
pemahaman dan penjelasan tentang Lembaga Keuangan Syariah anggapan tersebut sudah tidak ada lagi.
D. Fungsi sosial
Dalam konsep perbankan syariah mengharuskan bank-Lembaga Keuangan Syariah memberikan
pelayanan sosial apakah melalui dana Qardh (pinjaman kebajikan) atau Zakat dan dana sumbangan sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam. Disamping itu, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank-
Lembaga Keuangan Syariah untuk memainkan peran penting di dalam pengembangan sumber daya
manusianya dan memberikan kontribusi bagi perlindungan dan pengembangan lingkungan. Fungsi ini
juga yang membedakan fungsi Lembaga Keuangan Syariah dengan bank konvensional, walaupun hal ini
ada dalam bank konvensional biasanya dilakukan oleh individu-individu yang mempunyai perhatian
dengan hal sosial tersebut, tetapi dalam Lembaga Keuangan Syariah fungsi sosial merupakan salah satu
fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Lembaga Keuangan Syariah harus
memegang amanah dalam menerima ZIS atau dana kebajikan lainnya dan menyalurkan kepada pihak-
pihak yang berhak untuk menerimanya dan atas semua itu haruslah dibuatkan laporan sebagai
pertanggunganjawab dalam pemegang amanah tersebut.
Gambar 1-3 : Perbedaan transaksi bank konvensional, multi finance dan bank syariah
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Jika yang melakukan adalah bank konvensional, nasabah diberikan uang sebesar Rp100.000.000,00
(seratus juta) dan selama jangka waktu satu tahun menjadi Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh
juta), sejak awal nasabah mengakui memiliki hutang pokok sebesar Rp100.000.000,00 dan hutang
bunga sebesar Rp20.000.000,00. Oleh karena itu jika ia melunasi sebelum jatuh tempo, paradigma
nasabah adalah berapa sisa hutang pokok dan berapa harga yang harus dibayar?
2. Jika yang melakukan adalah Lembaga Pembiayaan (multi finance), yang diberikan adalah mobil dan
sejak awal sudah disepakati harga mobil sebesar Rp100.000.000,00 ditambah keuntungan sebesar
Rp20.000.000,00 sehingga harga jual sebesar Rp120.000.000,00. Sejak awal nasabah telah
mengakui memiliki hutang pada Lembaga Pembiayaan sebesar Rp120.000.000,00. Oleh karena itu
jika ia melunasi sebelum jatuh tempo paradigma nasabah adalah berapa hutangnya yang tidak
membedakan pokok dan bunganya?
3. Jika yang melakukan adalah bank syariah :
a) Jika yang diberikan kepada nasabah adalah uang sebesar Rp100.000.000,00 maka sampai
akhir pembayaran (setahun kemudian) nasabah tetap memiliki hutang sebesar
Rp100.000.000,00 karena uang tidak diperkenankan untuk beranak.
b) jika yang diberikan kepada nasabah adalah mobil maka sejak awal nasabah mengakui
memiliki hutang sebesar Rp120.000.000,00 sebagaimana yang dilakukan oleh Lembaga
Pembiayaan.
Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap diberikan contoh yang dialami dalam praktek
yang alami pejabat bank konvensional yang sedang mendalami perbankan syariah dan mengikuti cara
kerja Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam melakukan penjualan produknya, dan berikut petikannya:
Jika Bapak pinjam uang kepada kami (BMT) sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta)
diminta untuk dikembalikan Rp10.020.000,00 selama setahun (return sebesar 0.02%), hukumnya
BAB I. Pendahuluan | 9
haram. Tetapi jika melakukan jual beli dengan kami harga pokok Rp10.000.000,00 (sepuluh juta)
dengan harga jual disepakati Rp12.000.000,00 (dua belas juta) dibayar setahun (return sebesar
20%) hukumnya halal.
Dari permasalahan tersebut timbul pertanyaan kenapa yang kecil diharamkan sedangkan yang
besar dihalalkan? Bukankah hal ini tidak adil?. Halal dan haramnya hal tersebut bukan terletak pada besar
kecilnya return yang diperoleh, tetapi obyek yang dilakukan. Sekecil apapun jika meminjamkan uang minta
tambahan dalam pengembaliannya hukumya adalah haram, karena uang tidak diperkenankan untuk
bertambah jika tidak diikuti dengan kegiatan ekonomi yang nyata, uang dalam ekonomi syariah hanya
sebagai ”alat tukar” dan ”satuan pengukur nilai” bukan sebagai komoditas. Sedangkan dalam jual beli
selama harga perolehan diberitahukan, keuntungan dilakukan negosiasi hingga disepakati dan harga jual
nya disepakati maka hukumnya dalah halal. Dalam menentukan keuntungan dalam jual belu hendaknaya
mempergunakan azas ” mengambil keuntungan tidak di atas kerugian orang lain” arti sama-sama
menerima manfaat.
BAB I. Pendahuluan | 11
Sebagai keunikan Lembaga Keuangan Syariah adalah dalam hal pembagian hasil usaha (distribusi
hasil usaha) yang tidak pernah ada dalam Lembaga Keuangan Konvensional. Dalam Fatwa Dewan
Syariah Nasional No. 15/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga
Keuangan Syariah, dijelaskan:
Menimbang : (a). bahwa pembagian hasil usaha di antara para pihak (mitra) dalam suatu bentuk
usaha kerjasama boleh didasarkan pada prinsip Bagi Untung (Profit Sharing), yakni
bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal) dan
biaya-biaya, dan boleh pula didasarkan pada prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing),
yakni bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal);
dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan;
Pertema : Ketentuan Umum
1. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing)
maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra
(nasabah)nya.
2. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini, pembagian hasil usaha sebaiknya
digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing).
3. Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad.
Sesuai ketentuan dalam fatwa tersebut Akuntansi syariah menjelaskan sesuai pengertian akuntansi,
dalam PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah (paragraf 11) sebagai berikut:
11. Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi
laba. Dalam prinsip bagi hasil usaha berdasarkan bagi hasil, dasar pembagian hasil usaha
adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan dalam
prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba bersih (net profit) yaitu laba bruto dikurangi
beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.
Contoh
Uraian Jumlah Metode bagi hasil
Penjualan 100
Harga Pokok Penjualan (65)
Laba Kotor 35 Net Revenue Sharing
Beban (25)
Laba rugi bersih 10 Profit Sharing
Dalam praktek prinsip bagi hasil yang diterapkan oleh Lembaga Keuangan Syariah baik dengan
pemilik dana (shahibul maal) – untuk produk sumber dana, maupun dengan pengelola dana
(mudharibnya) – untuk produk penyaluran dana / pembiayaan, seluruh Lembaga Keuangan syariah di
Indonesia masih menerapkan prinsip Net Revenue Sharing dan belum ada yang menerapkan prinsip Profit
Sharing. Akibat kurang pemahaman pengertian dalam akuntansi mengakibatkan ada yang berpendapat
bahwa prinsip pembagian hasil usaha dalam akuntansi syariah tidak sesuai dengan ketentuan dalam
Dewan Syariah Nasional, yang mengakibatkan atau menjadi salah satu sebab tidak banyaknya transaksi
bagi hasil dilaksanakan oleh bank syariah.
Dalam akuntansi memiliki istilah yang sudah lazim dipergunakan dalam kalangan akuntansi
misalnya Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Sold) yaitu merupakan modal dari barang yang dijual,
bukan modal dalam pengertian “ekuiti” (modal saham disetor dan sebagainya) yang merupakan selisih
kenaikan dan atau penurunan aset dan kewajiban. Begitu juga pengertian biaya (cost) yaitu suatu
pengeluaran yang belum selesai tujuannya, misalnya biaya tenaga kerja pabrik yang dapat dikategorikan
sebagai unsur perhitungan harga pokok penjualan produksi, dengan beban (expense) yaitu suatu
pengeluaran yang sudah jelas atau selesai tujuannya, misalnya beban tenaga kerja bagian administrasi yang
merupakan beban operasional. Pendapatan yang meliputi keuntungan dan penghasilan, sehingga
pendapatan berbeda dengan penghasilan dan berbeda pula dengan keuntungan.
BAB I. Pendahuluan | 13
14 |Akuntansi Transaksi Syariah (Wiroso, IAI, 2011)
BAB II
SEKILAS AKUNTANSI SYARIAH
DI INDONESIA
2.1. Pendahuluan
Pada periode ini, PSAK Syariah yang merupakan perubahan PSAK 59 tentang Akuntansi
Perbankan Syariah sudah dapat disahkan oleh DSAK dan dapat diterapkan suatu keharusan melaksanakan
mulai tahun buku 2008. PSAK Syariah yang disahkan tahun 2007 dan berlaku tahun buku 2008 adalah:
PSAK 101 – Penyajian Penyusunan Laporan keuangan Syariah
PSAK 102 – Akuntansi Murabahah
PSAK 103 – Akuntansi Salam
PSAK 104 – Akuntansi Istishna’
PSAK 105 – Akuntansi Mudharabah
PSAK 106 – Akuntansi Musyarakah
Jadi pada periode ini acuan akuntansi pada Lembaga Keuangan Syariah, khususnya Perbankan
Syariah mempergunakan PSAK 59 tentang akuntansi syariah dan PSAK yang berlaku umum sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Sedangkan untuk Lembaga Keuangan Syariah selain perbankan
masih mempergunakan PSAK industri masing-masing. Mulai tahun buku 2008 akuntansi menunjukkan
kemajuan yang luar biasa, karena Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK – IAI) dapat mengesahkan PSAK Syariah yaitu PSAK 101 sampai dengan PSAK 106 dan
Mulai awal tahun 2010 dibentuk Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS), dimana anggotanya
merupakan anggota ”Komite Akuntansi Syariah” dengan ditambah beberapa orang anggota. Dengan
dibentuknya Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) maka dengan demikian sudah tidak ada
lagi ”Komite Akuntansi Syariah” dan terhitung dari tahun 2010 maka yang mengesahkan PSAK Syariah
adalah Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS).
A. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah dan akan
melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan
tersebut timbul, Laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang
digunakan harus diungkapkan.
Manajemen bertanggung jawab untuk mempertimbangkan apakah asumsi kelangsungan usaha
masih layak dipergunakan dalam menyiapkan laporan keuangan. Dalam mempertimbangkan apakah
asumsi dasar kelangsungan usaha dapat digunakan, manajemen mempertimbangkan semua informasi masa
depan yang relevan paling sedikit untuk jangka waktu 12 bulan dari tanggal Neraca. Tingkat pertimbangan
bergantung pada kasus demi kasus. Apabila selama ini perusahaan menghasilkan laba dan mempunyai
akses ke sumber pembiayaan, maka asumsi kelangsungan usaha mungkin dapat disimpulkan tanpa melalui
analisis rinci. Dalam kasus lain, manajemen perlu memperhatikan faktor yang mempengaruhi profitabilitas
masa kini maupun masa depan, jadwal pembayaran utang, dan sumber potensial pembiayaan pengganti
sebelum dapat menyimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha dapat digunakan.
B. Dasar Akrual
Dalam asumsi dasar akrual, aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban diakui pada saat
kejadian bukan saat kas atau setara kas diterima dan dicatat serta disajikan dalam laporan keuangan pada
periode terjadinya. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang
timbul dengan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya
dengan pendapatan (matching concept) melibatkan secara bersamaan atau gabungan penghasilan dan beban
yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama. Misalnya,
berbagai komponen beban yang membentuk harga pokok penjualan diakui pada saat yang sama dengan
pengakuan penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang yang bersangkutan. Namun demikian
penggunaan konsep “matching” tidak diperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi
kriteria pengakuan aset dan kewajiban. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi jika pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak lagi
memenuhi syarat untuk diakui dalam neraca sebagai aset.
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh
transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada
Bukan kelompok
beban atau
pendapatan
(KDPPLK pr
108)
Laporan keuangan Lembaga Keuangan Syariah akan dibahas tersendiri dalam bab lain.
Dalam bab ini hanya disampaikan pokok-pokok laporan keuangan Lembaga Keuangan Syariah
saja. Salah satu tujuan dari laporan keuangan dari Lembaga Keuangan Syariah adalah memberikan
informasi yang lengkap kepada penggunanya dan sebagai laporan pertanggungjawaban fungsi
yang dilaksanakan oleh entitas syariah. Oleh karena Lembaga Keuangan Syariah memiliki fungsi
yang berbeda dengan Lembaga Keuangan Konvensional, maka Laporan keuangan Lembaga
Keuangan Syariah memiliki unsur yang berbeda dengan unsur Laporan keuangan Lembaga
Keuangan Konvensional. Perbedaan unsur Laporan keuangan tersebut dapat digambarkan dalam
tabel berikut:
Unsur Laporan keuangan Konvensional Unsur Laporan keuangan Syariah
1 Laporan Posisi Keuangan (Neraca) 1 Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
2 Laporan Laba Rugi 2 Laporan Laba Rugi
3 Laporan Arus Kas 3 Laporan Arus Kas
4 Laporan Perubahan Ekuitas 4 Laporan Perubahan Ekuitas
5 Catatan Laporan keuangan 5 Laporan Sumber dan Penggunanaan Dana Zakat
6 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Kebajikan
7 Laporan Khusus yang mencerminkan kegiatan
Entitas Syariah tertentu
8 Catatan Laporan keuangan
Laporan khusus yang mencerminkan kegiatan khusus dari entitas syariah yang dimaksud adalah:
a. Pada Bank Syariah dikenal Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
b. Pada Asuransi Syariah dikenal laporan surplus (defisit), underwriting dana tabarru’ dan laporan
perubahan dana tabarru’;
Dari gambar tersebut di atas dapat dilihat bahwa sebagai pertanggungjawaban fungsi manajer
investasi, fungsi investor dan fungsi jasa keuangan, Lembaga Keuangan Syariah membuat Laporan Posisi
Keuangan (Neraca), Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan Ekuitas. Sedangkan
sebagai pertanggung jawaban fungsi sosial atau pemegang amanah, Lembaga Keuangan Syariah harus
membuat laporan sumber dan penggunaan dana Zakat, Laporan sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
dan Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat (untuk Bank Syariah) atau Laporan Surplus (defisit)
underwriting dana tabarru’ dan Laporan Perubahan Dana Tabarru’ (untuk asuransi syariah). Laporan
keuangan entitas syariah ini akan dibahas secara rinci dan lengkap pada bab berikutnya.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam Laporan Keuangan berguna
bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan
dapat diperbandingkan (KDPPLK, 2008).
A. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk
segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam
laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu
sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
B. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa
depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.
Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain.
Misalnya, informasi struktur dan besarnya aset-aset yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka
berusaha meramalkan kemampuan entitas syariah dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap
situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role)
terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan entitas syariah diharapkan
tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk
memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian
pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan entitas syariah
untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu
harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat
prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.
Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang
tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
(1) Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus,
hakekat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu
segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi entitas syariah tanpa
mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode
pelaporan. Dalam kasus lain, baik hakekat maupun materialitas dipandang penting, misalnya jumlah
serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan entitas syariah.
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas
dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai
dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat
(misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari
pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
E. Penyajian Wajar
Laporan keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang wajar dari, atau menyajikan
dengan wajar, posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah. Meskipun
kerangka dasar ini tidak menangani secara langsung konsep tersebut, penerapan karakteristik kualitatif
pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya menghasilkan laporan keuangan yang
menggambarkan apa yang pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar dari, atau
menyajikan dengan wajar, informasi semacam itu.
2. Kewajiban
a. Karakteristik esensial kewajiban (liabilities) adalah bahwa entitas syariah mempunyai kewajiban
(obligation) masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau
untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum
sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan. Ini biasanya memang
demikian, misalnya, dengan disertai jumlah yang terhutang dari barang dan jasa yang telah
diterima. Namun, kewajiban juga timbul dari praktek bisnis yang lazim, kebiasaan dan keinginan
untuk memelihara hubungan bisnis yang baik atau bertindak dengan cara yang adil. Kalau,
Murabahah merupakan salah satu prinsip dalam jual beli, selain Salam dan Istishna’. Prinsip
murabahah sebenarnya sudah dilaksanakan jauh sebelum Lembaga Keuangan Syariah tumbuh di Indonesia.
Murabahah telah dilaksanakan pada pasar, toko dan sejenisnya yang dikenal dengan jual beli barang.
Dalam bab ini dibahas akuntansi murabahah, baik akuntansi pada Lembaga Keuangan Syariah (baik
sebagai pembeli dan sebagai penjual) maupun akuntansi pada pihak terkait (nasabah sebagai pembeli). Bab
ini tidak dibahas akuntansi pada pemasok sebagai penjual, karena banyak cara yang dilakukan pemasok
dalam pengadaan barang seperti antara lain membuat sendiri sebagai pabrikan sehingga akuntansi yang
tepat dipergunakan adalah akuntansi pabrik.
Untuk memberikan pemahaman secara lengkap dari masing-masing pembahasan disampaikan
aturan syariah sebagaimana tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional. Selain dibahas pengertian
istilah-istilah yang ada dalam akuntansi murabahah ini, juga dibahas tentang rukun murabahah dan
karakteristik murabahah secara garis besar. Dalam akuntansi penjual, dibahas akuntansi yang terkait
dengan uang muka, pengadaan barang, penjualan barang, pembayaran harga barang, potongan angsuran
atau pelunasan murabahah, denda dan sebagainya.
Sehingga atas penerimaan uang muka dari Aminah tersebut mutasi akun dan neraca dalam
pembukuan LKS Ridho Gusti adalah sebagai berikut:
NERACA
Per 05 Januari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Hutang Uang Muka Murabahah 20.000.000
NERACA
Per 06 Januari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Uang Muka Murabahah 30.000.000 Hutang Uang Muka Murabahah 20.000.000
A. Aset Murabahah
Dalam transaksi murabahah yang diperjualbelikan adalah barang, oleh karena itu pengadaan barang
merupakan tanggung jawab penjual sehingga penjual harus melakukan pencatatan penerimaan barang
(dagangan) tersebut. Sehubungan dengan penerimaan barang murabahah dari pemasok, PSAK 102
(paragraf 18) menetapkan ketentuan sebagai berikut:
18. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.
Dari ketentuan tersebut aset murabahah yang diperoleh dicatat sebagai persediaan, sehingga dalam
pelaksanaan akuntansi aset murabahah harus juga diperhatikan ketentuan dalam PSAK 14 tentang
persediaan misalnya:
1. Dalam PSAK 14 tentang persediaan paragraf 03 dijelaskan yang maksud persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
NERACA
Per 10 Januari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
NERACA
Per 30 Januari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Misalnya pada tanggal 16 Januari 2007 LKS Ridho Gusti melakukan transaksi jual beli murabahah
kepada Aminah, berapa harga perolehan yang harus diberitahukan oleh LKS Ridho Gusti kepada Aminah?
LKS Ridho Gusti harus memberitahukan harga perolehan barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan, sehingga harga perolehan yang harus disampaikan LKS Ridho Gusti kepada Aminah adalah
sebesar Rp142.000.000,00 (yang tercatat sebagai persediaan sebesar Rp142.000.000,00). Hal ini sesuai
dengan ketentuan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 4/DSN-MUI/IX/2000 tentang
Murabahah bagian pertama butir 6 dijelaskan sebagai berikut:
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga
beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
Oleh karena itu kejujuran Lembaga Keuangan Syariah sangat diperlukan untuk dapat melaksanakan
transaksi Murabahah sesuai ketentuan syariah yang berlaku.
2) Diskon dari pemasok diterima oleh LKS sebagai penjual, setelah akad murabahah
ditandatangani oleh pembeli (nasabah)
Jika LKS sebagai penjual memperoleh diskon dari pemasok setelah akad ditanda tangani maka
diskon tersebut dibagi sebagai kesepakatan dalam akad. Pembagian diskon setelah akan harus tercantum
dalam akad dan ditanda tangani antara penjual dan pembeli.
Fatwa DSN nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon Dalam Murabahah mengatur diskon
sebagai berikut:
4. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan
perjanjian (per-setujuan) yang dimuat dalam akad.
5. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.
PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah, paragraf 20 huruf c mengatur pengakuan dan
pengukuran diskon sebagai berikut:
20 Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai:
(c) tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang
menjadi bagian hak penjual.
Karena diskon setelah diperjanjikan dalam akad maka sebagian merupakan hak penjual dan sebagai
merupakan hak pembeli.
1) Penurunan nilai aset sebelum diserahkan pada murabahah berdasarkan pesanan yang
mengikat
Jika aset murabahah dalam murabahah berdasarkan pesanan mengikat terjadi penurunan nilai
sebelum diserahkan kepada nasabah karena karena usang, rusak atau kondisi lainnya, penurunan nilai
tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset.
Contoh : 4-12
Pada tanggal 30 Januari 2007, pada akhir periode (tanggal pelaporan) dilakukan penilaian persediaan
sebuah mobil kijang yang telah dibeli dari PT Barakah, sebelum diserahkan kepada Aminah
mengalami penurunan nilai sebesar Rp2.000.000,00
Atas penurunan nilai aktiva karena usang (sebelum jual beli) tersebut, jurnal yang dilakukan oleh
LKS Ridho Gusti adalah sebagai berikut:
Dr. Kerugian penurunan nilai aset murabahah Rp2.000.000,00
Cr. Persediaan/Aset murabahah Rp2.000.000,00
Atas transaksi tersebut perkiraan Persediaan / Aset Murabahah dan posisi neraca LKS Ridho Gusti
sebagai berikut:
NERACA
Per 30 Januari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Catatan : penilaian aktiva Murabahah ini dapat dilakukan pada akhir bulan/akhir periode pelaporan, atas
Aset Murabahah yang masih menjadi persediaan (belum diserahkan kepada pemesan).
2) Pengukuran aset untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah berdasarkan pesanan
yang tidak mengikat
Dalam PSAk 102 tentang Akuntansi Murabahah dijelaskan pengukuran aset murabahah tanpa
pesanan dan tidak mengikat sebagai berikut:
(b) jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat:
(i) dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah;
dan
(ii) jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
D. Pengadaan barang oleh LKS sebagai penjual diwakilkan kepada pihak lain (nasabah atau
pihak ketiga)
Secara prinsip tanggung jawab pengadaan barang adalah tanggung jawab Lembaga Keuangan
Syariah sebagai penjual, namun menurut ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 4/DSN-
MUI/IX/2000 dimungkinkan Lembaga Keuangan Syariah mewakilkan kepada nasabah atau pihak ketiga
untuk mengadakan barang. Dalam fatwa tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Jika Bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual
beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik Bank.
Apabila ditelaah lebih dalam dalam ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa akad murabahah
harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik Bank, sehingga akad murabahah tidak dapat
dilaksanakan apabila barangnya tidak ada. Pada saat Lembaga Keuangan Syariah mewakilkan kepada pihak
ketiga atau nasabah untuk membeli barang dengan penyerahkan uang untuk membeli barang, maka
barangnya belum ada, sehingga atas transaksi tersebut akad yang dipergunakan adalah akad wakalah
(bukan akad murabahah). Jika akad yang dipergunakan adalah akad wakalah, maka hutang nasabah atau
pihak ketiga sebesar uang yang diterima dan diakui sebagai piutang wakalah dan nasabah atau pihak ketiga
berhutang untuk menyerahkan barangnya.
20.000.000 20.000.000
NERACA
Per 01 Februari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Hutang Uang Muka 20.000.000
B. Penyerahan barang kepada pembeli
Dalam transaksi murabahah, yang dilakukan oleh LKS sebagai penjual adalah menyerahkan barang
bukan menyerahkan uang. Untuk murabahah dengan pengakuan pendapatan keuntungan saat penyerahan
barang, akun-akun yang berkaitan barang adalah (1) Persediaan sebesar harga perolehan barang, (2)
Pendapatan Keuntungan Murabahah sebesar keuntungan murabahah yang disepakati, dan (3) Piutang
Murabahah sebesar harga jual barang yang disepakati yaitu harga perolehan ditambah dengan keuntungan
yang disepakati.
Contoh : 4-15
Tanggal 15 februari 2007 dilakukan akad Murabahah dan penyerahan barang oleh LKS Ridho Gusti
kepada Aminah dengan data sebagai berikut:
Harga perolehan barang Rp140.000.000,00
Keuntungan disepakati Rp 24.000.000,00
------------------------
Harga jual disepakati Rp164.000.000,00
Atas transaksi tersebut jurnal yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti sebagai penjual adalah sebagai berikut:
(1) Dr. Piutang Murabahah Rp164.000.000,00
Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp24.000.000,00
Cr. Persediaan Rp140.000.000,00
(2) Dr. Hutang Uang Muka Murabahah Rp20.000.000,00
Cr. Piutang Murabahah Rp20.000.000,00
Atas penyerahan barang tersebut, LKS sebagai penjual langsung pengakui keuntungan sebesar
keuntungan yang disepakati walaupun pembayaran harga barang akan dilakuka kemudian. Oleh karena itu
atas jurnal transaksi tersebut di atas, posisi akun-akun yang terkait dan neraca pada LKS Ridho Gusti
adalah sebagai berikut:
PERSEDIAAN / ASET MURABAHAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
10/01 Mobil kijang 140.000.000 15/01 Potongan harga 3.000.000
10/01 Biaya balik nama 5.000.000 30/01 Penurunan nilai 2.000.000
15/02 Penjualan 140.000.000
Saldo 00
145.000.000 145.000.000
Saldo 0
20.000.000 20.000.000
NERACA
Per 15 Februari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Murabahah 144.000.000 Hutang Uang Muka 0
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000) Laba Rugi Berjalan
Pendapatan 24.000.000
Sesuai ketentuan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 15, pendapatan yang dibagikan oleh
LKS kepada pemilik dana (investor) dalam pembagian hasil usaha adalah pendapatan yang nyata-nyata
diterima (cash basis). Oleh karena pengakuan pendapatan keuntungan murabahah sebesar Rp24.000.000,00
belum terjadi aliran kas masuk (belum nyata-nyata diterima) atau hanya dalam pengakuan saja, maka
pendapatan tersebut tidak dapat dibagikan kepada pemilik dana (investor) dalam pembagian hasil usaha.
Pendapatan tersebut hanya sebatas pencatatan untuk kepentingan laporan keuangan saja.
PIUTANG MURABAHAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/02 Aminah 164.00.000 15/02 UM Aminah 20.000.000
15/03 Angsuran ke-1 60.000.000
Saldo 84.000.000
164.000.000 164.000.000
NERACA
Per 15 Maret 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 60.000.000 Hutang Uang Muka 0
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000) Laba Rugi Berjalan
Piutang Murabahah 84.000.000 (pendapatan) 24.000.000
NERACA
Per 15 Juni 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 60.000.000 Hutang Uang Muka 0
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000) Laba Rugi Berjalan
Piutang Murabahah 36.000.000 (pendapatan) 24.000.000
Piutang Murabahah Jatuh Tempo 48.000.000
Jika atas angsuran yang tertunggak tersebut nasabah hanya membayar sebagian dari jumlah angsuran,
maka hutang nasabah berkurang sebesar angsuran yang dibayar dan tidak mempengaruhi pengakuan
keuntungan murabahah.
Contoh : 4-18
Tanggal 25 Juni 2007 Aminah melakukan pembayaran sebagian angsuran murabahah yang telah
jatuh tempo tanggal 15 Juni 2007 sebesar Rp30.000.000,00 (angsuran kedua sebesar
Rp48.000.000,00).
Atas pembayaran sebagian angsuran tersebut, LKS Ridho Gusti melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas / Rekening Aminah Rp30.000.000,00
Cr. Piutang Murabahah Jatuh Tempo Rp30.000.000,00
Dalam jurnal tersebut tidak dilakukan jurnal untuk pengakuan pendapatan atas keuntungan
murabahah, karena pengakuan pendapatan atas keuntungan murabahah telah dilakukan pada saat
penyerahan barang. Walaupun tidak ada pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan
Syariah, namun dalam dari angsuran tersebut terkandung aliran kas atas keuntungan, maka untuk porsi
keuntungan dari angsuran tersebut harus diperhitungan dalam pembagian hasil usaha yang dilakukan oleh
Lembaga Keuangan Syariah. Porsi keuntungan yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan pembagian
hasil usaha (bukan untuk kepentingan laporan laba rugi) adalah sebagai berikut:
24.000.000
Keuntungan = ---------------- X 30.000.000 = Rp5.000.000
144.000.000
NERACA
Per 25 Juni 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 90.000.000 Hutang Uang Muka 0
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000) Laba Rugi Berjalan
Piutang Murabahah 36.000.000 (pendapatan) 24.000.000
Piutang Murabahah Jatuh Tempo 18.000.000
NERACA
Per 30 Juni 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 108.000.000 Hutang Uang Muka 00
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000) Laba Rugi Berjalan
Piutang Murabahah 36.000.000 (pendapatan) 24.000.000
Piutang Murabahah Jatuh Tempo 00
Contoh : 4-21
Tanggal 30 September 2007 Aminah melakukan pembayaran sisa angsuran ketiga sebesar
Rp15.000.000 dan atas pembayaran angsuran tersebut LKS Ridho Gusti memberikan potongan
angsuran kepada Aminah sebesar Rp1.000.000,00.
Potongan angsuran tersebut dikategorikan dalam dua kategori. Hal ini memerlukan kejujuran,
transparansi dan pemikiran yang bijak dari Lembaga Keuangan Syariah, karena akibat penentuan kategori
ini akan membawa dampak terhadap pendapatan atau beban, yang akhirnya membawa dampak pada
besarnya pembagian keuangan yang akan dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah.
NERACA
Per 30 September 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 138.000.000 Hutang Uang Muka 00
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000) Laba Rugi Berjalan
Piutang Murabahah 6.000.000 Pendapatan 23.000.000
Piutang Murabahah Jatuh Tempo 00 (24.000.000–1.000.000)
NERACA
Per 30 September 2007
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 138.000.000 Hutang Uang Muka 00
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000) Laba Rugi Berjalan
Piutang Murabahah 6.000.000 Pendapatan 24.000.000
Piutang Mrbh Jatuh Tempo 00 Beban ops lain (1.000.000)
Porsi keuntungan yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan pembagian hasil usaha (bukan
untuk kepentingan laporan laba rugi) adalah sebagai berikut:
24.000.000
Keuntungan = ---------------- X 15.000.000 = Rp2.500.000
144.000.000
NERACA
Per 30 Oktober 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 144.000.000 Hutang Uang Muka 00
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000) Laba Rugi Berjalan
Piutang Murabahah 00 Pendapatan 22.500.000
Piutang Mrbh Jatuh Tempo 00
NERACA
Per 01 Februari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
PIUTANG MURABAHAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/02 Aminah 164.000.000 15/02 UM Aminah 20.000.000
Saldo 144.000.000
164.000.000 164.000.000
Saldo 0
20.000.000 20.000.000
NERACA
Per 15 Februari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Murabahah 144.000.000 Hutang Uang Muka 0
Margin Murabahah Tangguhan (24.000.000) Laba Rugi Berjalan
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000) (pendapatan) 00
PIUTANG MURABAHAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/02 Aminah 164.000.000 15/02 UM Aminah 20.000.000
15/03 Pembayaran angsuran ke-1 60.000.000
Saldo 84.000.000
164.000.000 164.000.000
Saldo 10.000.000
10.000.000 10.000.000
NERACA
Per 15 Februari 2007
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 60.000.000 Hutang Uang Muka 0
Piutang Murabahah 84.000.000 Laba Rugi Berjalan
Margin Murabahah Tangguhan (14.000.000) (pendapatan) 10.000.000
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000)
NERACA
Per 15 Juli 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 60.000.000 Hutang Uang Muka 0
Piutang Murabahah 36.000.000 Laba Rugi Berjalan
Margin Murabahah Tangguhan (6.000.000) (pendapatan) 18.000.000
Piutang Murabahah JT 48.000.000
Margin Murabahah Tangguhan JT
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000)
NERACA
Per 30 Juli 2007
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 108.000.000 Hutang Uang Muka 00
Piutang Murabahah 36.000.000 Laba Rugi Berjalan
Margin Mrbh Tangguhan (6.000.000) (pendapatan) 18.000.000
Piutang Murabahah JT 00
Margin Mrbh Tangguhan JT (00)
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000)
Contoh: 4-28
Tanggal 15 Nopember 2007 Aminah sebagai pembeli melakukan pembayaran angsuran ketiga
sebesar Rp15.000.000,00 Jumlah kewajiban angsuran pada tanggal tersebut sebesar
Rp30.000.000,00dan dalam administrasi LKS Ridho Gusti sebagai penjual, pembayaran angsuran
tersebut terdiri dari kompenen sebagai berikut:
Tanggal Angsuran Porsi Pokok Porsi Keuntungan Total Angsuran
15 Nopember 2007 25.000.000 5.000.000 30.000.000
Jurnal yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti adalah sebagai berikut:
(1) Dr. Kas / Rekening Aminah Rp15.000.000
Cr. Piutang Murabahah Rp15.000.000
(2) Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp2.500.000
Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp2.500.000,00
Perhitungan:
120.000.000
Porsi pokok : --------------- x 15.000.000 = 12.500.000
144.000.000
24.000.000
Porsi margin : -------------- x 15.000.000 = 2.500.000
144.000.000
Pada tanggal 15 Nopember 2007 (dapat juga dilakukan pada saat tutup buku akhir bulan) sisa
angsuran yang belum dibayar dilakukan pengakuan pendapatan, sehingga LKS Ridho Gusti melakukan
jurnal sebagai berikut:
(1) Dr. Piutang Murabahah Jatuh Tempo Rp15.000.000,00
Cr. Piutang Murabahah Rp15.000.000,00
NERACA
Per 15 Nopember 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 138.000.000 Hutang Uang Muka 0
Piutang Murabahah 6.000.000 Laba Rugi Berjalan
Margin Mrbh Tangguhan (1.000.000) Pendapatan 22.000.000
Piutang Murabahah JT 00
Margin Mrbh Tangguhan JT
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000)
Tidak dilakukan jurnal atas pengakuan pendapatan karena pembayaran angsuran tersebut di atas
merupakan pembayaran angsuran yang tertunggak, jurnal pengakuan pendapatan keuntungan murabahah
telah dilakukan pada saat tanggal jatuh tempo angsuran. Dalam pembayaran angsuran tersebut terkandung
aliran kas atas pendapatan keuntungan murabahah sebesar Rp2.500.000,00 (sebesar saat pengakuan
pendapatan), sehingga jumlah Rp2.500.000,00 merupakan komponen pembagian hasil usaha.
Sesuai ketentuan dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah, bahwa potongan angsuran
karena prestasi pembeli dalam melakukan pembayaran angsuran diakui sebagai “Potongan Angsuran
Murabahah – Prestasi nasabah” dan sebagai pengurang “pendapatan margin murbahaah”. Sedangkan
potongan angsuran karena ketidak mampuan pembeli dalam melakukan pembayaran angsuran diakui
sebagai “Beban Murabahah – Potongan angsuran” dan sebagai Beban Operasi Lain.
NERACA
Per 30 Desember 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 144.000.000 Hutang Uang Muka 0
Piutang Murabahah 00 Laba Rugi Berjalan
Margin Murabahah Tangguhan (00) Pendapatan 24.000.000
Piutang Murabahah JT 00 (Beban Ops Lain) (1.000.000)
Margin Murabahah Tangguhan JT
Persediaan (Aset Murabahah) (140.000.000)
Contoh : 4-32
Dalam catatan Lembaga Keuangan Syariah, hutang Aminah sebesar Rp1.200.000,00 yang terdiri
saldo pokok murabahah sebesar Rp1.000.000,00 dan saldo margin murabahah tangguhan sebesar
Rp200.000,00. Setelah dilakukan negosiasi Hj. Aminah sepakat untuk melakukan pembayaran
hutangnya dalam dua tahap yaitu masing-masing sebesar Rp600.000,00.
Dengan adanya transaksi tersebut Lembaga Keuangan Syariah melakukan jurnal sebagai berikut;
1. Penerimaan pembayaran tahap pertama sebesar Rp600.000,00 jurnal yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
Dr Kas Rp600.000,00
Cr. Piutang Murbahah (porsi pokok) Rp600.000,00
1. Uang muka lebih besar dari kerugian yang dialami LKS sebagai penjual
Jika pesanan murabahah dibatalkan oleh pembeli dan atas pembatalan tersebut LKS sebagai penjual
mengalami kerugian, maka pembeli harus mengganti kerugian riil tersebut dai uang muka yang telah
dibayarkan. Hal tersebut ditentukan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 13/DSN-
MUI/IX/2000 tentang Uang Muka Murabahah, mengatur ketentuan uang muka sebagai berikut:
Pertama: Ketentuan Umum Uang Muka:
3. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan
ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut.
5. Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus mengembalikan
kelebihannya kepada nasabah.
PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah, paragraf 36 mengatur pengakuan dan pengukuran potongan
uang muka sebagai berikut:
36. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.
Jadi jika potongan uang muka yang dilakukan oleh LKS sebagai penjual akibat kerugian riil yang
dialami, maka potongan tersebut oleh pembeli diakui sebagai kerugian. Kerugian riil yang dialami oleh
LKS sebagai penjual yang dipotongkan dari uang muka hendaknya dibuktikan dengan bukti-bukti yang
dapat dipertanggung jawabkan, sehingga tidak ada yang dirugikan.
Contoh: 4-40
Atas pembatalan pesanan murabahah yang dilakukan Aminah, LKS sebagai penjual mengalami
kerugian riil sebanyak Rp10.000.000,00 Kerugian tersebut dipotongkan dari uang muka dan sisanya
dikembalikan kepada Aminah pada tanggal 10 Januari 2007.
Atas pembatalan pesanan dan LKS mengalami kerugian tersebut, Aminah sebagai pembeli
melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas / Rekening Bank Rp10.000.000,00
Dr. Kerugian Pesanan Murabahah Rp10.000.000,00
Cr. Piutang Uang Muka Rp20.000.000,00
Atas jurnal tersebut akun-akun dan posisi keuangan (neraca) Aminah menjadi sebagai berikut:
PIUTANG UANG MUKA MURABAHAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/01 LKS Ridho Gusti 20.000.000 10/01 Pembatalan pesanan 20.000.00
Saldo 00
20.000.000 20.000.000
2. Uang muka lebih kecil dari kerugian yang dialami oleh LKS sebagai penjual
Jika atas pembatalan yang dilakukan oleh pembeli, LKS sebagai penjual mengalami kerugian yang
lebih besar dari uang muka yang dibayar pembeli kepada penjual, maka pembeli harus membayar
kekurangan kerugian yang dialami oleh penjual.
Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka Murabahah,
mengatur ketentuan uang muka sebagai berikut:
Pertama : Ketentuan Umum Uang Muka:
3. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi
kepada LKS dari uang muka tersebut.
4. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan
kepada nasabah.
Sesuai ketentuan tersebut di atas, jika uang muka yang telah diberikan kepada LKS sebagai penjual
lebih kecil dari kerugian riil yang dialami oleh LKS, maka pembeli dapat diminta untuk menambah
kekurangannya tersebut. Oleh karena itu kekurangan uang muka tersebut diakui sebagai kerugian oleh
pembeli.
Contoh: 4-41
Tanggal 10 Januarii 2007 LKS sebagai penjual menyampaikan bahwa stas pembatalan pesanan
murabahah yang dilakukan Aminah, LKS sebagai penjual mengalami kerugian riil sebanyak
Rp25.000.000,00. Kekurangan kerugian menjadi tanggung jawab Aminah sebagai pembeli untuk
melunasinya.
Atas transaksi tersebut, Aminah sebagai pembeli melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kerugian Pesanan Murabahah Rp25.000.000,00
Dr. Hutang LKS Rp 5.000.000,00
Cr. Piutang Uang Muka Rp20.000.000,00
Atas jurnal tersebut akun-akun dan posisi keuangan (neraca) Aminah menjadi sebagai berikut:
NERACA
Per 10 Januari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
HUTANG MURABAHAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
16/02 Uang muka Mrbh 20.000.000 16/02 Bank Syariah “x” 164.000.000
Saldo 144.000.000
164.000.000 164.000.000
NERACA
Per 16 Februari 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aktva (aktiva Tetap) 140.000.000 Hutang Murabahah 144.000.000
Piutang Uang Muka Mrbh 0 Beban Tangguhan Murabahah (24.000.000)
HUTANG MURABAHAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/02 Uang muka Mrbh 20.000.000 16/02 LKS Ridho Gusti 164.000.000
16/03 Angsuran ke-1 60.000.000
Saldo 84.000.000
164.000.000 164.000.000
NERACA
Per 16 Maret 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aktva (aktiva Tetap) 140.000.000 Hutang Murabahah 84.000.000
Piutang Uang Muka Mrbh 0 Beban Tangguhan Murabahah (14.000.000)
HUTANG MURABAHAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/02 Uang muka Mrbh 20.000.000 16/02 LKS Ridho Gusti 164.000.000
16/03 Angsuran ke-1 60.000.000
15/08 Angsuran ke-2 JT 45.000.000
Saldo 39.000.000
164.000.000 164.000.000
Saldo 45.000.000
45.000.000 45.000.000
NERACA
Per 15 Agustus 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aktva (aktiva Tetap) 140.000.000 Hutang Murabahah 39.000.000
Piutang Uang Muka Mrbh 0 Beban Tangguhan Murabahah (6.500.000)
Hutang Murabahah Jatuh Tempo 45.000.000
NERACA
Per 25 Agustus 2007
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aktva (aktiva Tetap) 140.000.000 Hutang Murabahah 39.000.000
Piutang Uang Muka Mrbh 0 Beban Tangguhan Murabahah (6.500.000)
Hutang Mrbh Jatuh Tempo 15.000.000
Jika pada tanggal 30 Agustus Aminah melunasi sisa kewajibannya keduanya, maka jurnal yang
dilakukan sama dengan di atas.
HUTANG MURABAHAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/02 Uang muka Mrbh 20.000.000 16/02 Bank Syariah “x” 164.000.000
16/03 Angsuran ke-1 60.000.000
15/08 Angsuran ke-2 JT 45.000.000
30/10 Pelunasan 39.000.000
Saldo 0
164.000.000 164.000.000
Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah telah dijelaskan hal-hal yang terkait dengan
penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah, dan dalam bab ini telah disajikan dalam butir yang
dibahas untuk memberikan gambaran yang lengkap atas transaksi tersebut.
Dalam PSAk 102 tentang akuntansi Murabahah dijelaskan hal-hal yang perlu disajikan dalam
transaksi murabahah sebagai berikut:
27. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
28. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
29. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) hutang murabahah.
Dalam PSAk 102 tentang akuntnsi Murabahah dijelaskan hal-hal yang perlu diungkapkan atas
transaksi murabahah sebagai berikut:
30. Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
(a) harga perolehan aset murabahah;
(b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
31. Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
(a) nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
(b) jangka waktu murabahah tangguh.
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
4.6.1 Pertanyaan
1. Sebagian besar penyaluran dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah, khususnya
perBankan mempergunakan prinsip jual beli murabahah.
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap pengertian, jenis murabahah?
b. Jelaskan karakteritik murabahah sebagaimana dimaksud dalam Fatwa DSN dan PSAK 102
tentang Akuntansi Murabahah
2. PSAK 102 mengatur tentang Akuntansi Murabahah, baik untuk penjual maupun untuk pembeli.
a. Jelaskan cakupan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah?
b. Jelaskan kapan mempergunakan akuntansi penjual dan akuntansi pembeli?
3. Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual bertanggung jawab untuk pengadakan barang yang akan
diperjual belikan.
a. Jelaskan aturan dan pengakuan serta pengukuran diskon yang diterima dari pemasok ?
b. Jelaskan aturan dan pengakuan serta pengukuran uang muka murabahah yang diterima dari
pembeli?
4. Dalam murabahah dengan pembayaran tangguh, hutang nasabah sebesar harga jual.
a. Jelaskan karakteristik hutang dalam murabahah?
b. Jelaskan mengapa selama jangka waktu akad harga jual murabahah tidak boleh berubah?
5. Dalam transaksi murabahah tidak selalu pembayaran dilakukan dengan lancar sesuai dengan yang
disepakati.
a. Jelaskan aturan tentang langkah-langkah dalam menangani piutang bermasalah?
b. Jelaskan aturan penanganan agunan murabahah atas piutang bermasalah?
6. Dalam transaksi murabahah metode perhitungan dan pengakuan keuntungan murabahah tidak sama.
a. Jelaskan metode perhitungan keuntungan murabahah yang anda ketahui?
b. Jelaskan metode pengakuan keuntungan murabahah sebagaimana diatur dalam PSAK 102
tentang akuntansi murabahah?
5.6.2 Soal
Soal satu
Tanggal (2008) Transaksi
15 Juli Bank Syariah membeli mobil atas pesanan Tuan Abdullah dari PT Toyota Motor
dengan harga mobil Rp182.490.000,00 dan atas pembelian mobil tersebut PT
Toyota Motor memberikan potongan harga Rp15.000.000,00
15 Juli Bank Syariah menjual kembali mobil tersebut kepada Abdullah seharga
Rp227.167.090 yang pembayarannya dilakukan secara angsuran selama 36 bulan
sebesar Rp6.310.220
15 Oktober Abdullah tidak melakukan pembayaran angsuran bulan Nopermber dan baru
melakukan pembayaran angsuran tanggal 05 Nopember
15 Nopember Abdullah melakukan pembayaran angsuran bulan tersebut sebesar Rp6.310.200
dan dilakukan dengan memdebet rekening yang bersangkutan
15 Desember Abdullah tidak melakukan pembayaran angsurannya dan tanggal 10 Januari 2009
dilakukan pelunasannya hutangnya dan atas pelunasan tersebut Bank
memberikan muqasah Rp20.000.000,00
Pertanyaan :
1. Buatlah jurnal atas transaksi tersebut dengan metode konsep dasar kas (cash basis) dan konsep
dasar akrual (accrual basis).
Dalam ilutrasi tersebut di atas, Bulog sebagai pembeli akhir, untuk memenuhi kebutuhan persediaan
beras, melakukan pemesanan gabah Pandanwangi kadar air 12% kepada LKS Amanah Gusti sebagai
penjual. Atas pesanan tersebut LKS Amanah Gusti melakukan pemesanan barang yang sama kepada KUD
Berkah. Jadi dalam transakai salam paralel ini LKS Amanah Gusti mempunyai kedudukan sebagai penjual
dan juga sebagai pembeli dengan akad yang terpisah. Dalam transaksi ini terdapat dua akad, yaitu akad
pertama antara Bulog dengan LKS Amanah Gusti sebagai penjual dan akad kedua antara LKS Amanah
Gusti sebagai pembeli kepada KUD Berkah sebagai produsen atau pembuat akhir. Dalam Fatwa DSN
dijelaskan bahwa akad pertama tidak boleh terpengaruh dengan akad kedua, artinya bahwa apabila akad
kedua mengalami kegagalan, misalnya KUD Berkah tidak dapat menyerahkan gabah yang dipesan, tidak
boleh membawa dampak pada proses atau pelaksanaan akad pertama, tidak boleh membawa dampak
penundaan penyerahan barang LKS Amanah Gusti kepada Bulog sebagai pembeli akhir. Jika Lembaga
Keuangan Syariah sebagai pembuat kemudian meneruskan kepada pihak lain untuk membuatkan barang
pesanan pembeli akhir, maka transaksi tersebut disebut dengan Salam Paralel. Sehubungan dengan hal ini
akuntansi yang dipergunakan adalah ketentuan akuntansi salam sebagai penjual dan sebagai pembeli.
NERACA
Per 15 April 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
NERACA
Per 15 April 2007
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
1). Penerimaan barang dengan kualitas yang berbeda dengan akad dan nilai wajar sama dengan
nilai akad.
Jika barang yang diterima tersebut dengan kualitas yang berbeda, maka saat penyerahan barang
diakui sebesar nilai wajar atau nilai pasar saat penyerahan. Salah satu kemungkinan yang terjadi adalah nilai
wajar atau nilai pasar sama dengan nilai akad, pengakuan aset sebesar nilai wajarnya.
Contoh : 5-6
Pada tahap pertama diterima barang pesanan sesuai dengan akad dinilai sesuai nilai yang disepakati
yaitu sebanyak 25 ton Jagung Hibrida Bisi-16 Super B (kualitas berbeda) dengan nilai wajar/harga
pasar Rp20.000.000,00 (harga pasar Rp800.000,00 per ton, sama dengan harga dalam kontrak)
Atas transaksi tersebut LKS Amanah Gusti sebagai pembeli melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Persediaan/Aset Salam Rp20.000.000,00
Cr. Piutang salam Rp20.000.000,00
(25 ton Jagung Hibrida Bisi-16 Super type A)
2). Penerimaan barang salam dengan kualitas yang berbeda dengan akad dan nilai wajar lebih
tinggi dari nilai akad.
Barang pesanan yang diterima berbeda kualitasnya dan diakui sebesar nilai wajar atau nilai pasar saat
penyerahan, maka kemungkinan lain adalah barang pesanan yang diterima mempunyai nilai pasar (nilai
wajar jika nilai pasar tidak tersedia) lebih tinggi dari nilai yang tercantum dalam akad. Jika barang yang
diterima mempunyai nilai wajar lebih tinggi dari nilai akad maka pengukuran barang yang diterima sebesar
nilai akadnya, karena nilai akad yang lebih rendah dari nilai wajarnya. Hal ini sesuai dengan ketentuan
dalam PSAK 103 tentang Akuntansi Salam paragraf 13 huruf b butir (i) di atas
Contoh : 5-7
Dalam ilustrasi contoh di atas misalnya penyerahan tahap kedua sebanyak 25 ton Jagung Hibrida
Bisi-16 Super B (kualitas berbeda) dengan nilai wajar/pasar Rp25.000.000,00(harga pasar
Rp1.000.000,00 per ton, sedangkan harga dalam kontrak Rp800.000,00)
Atas penerimaan barang dengan kualitas berbeda tersebut, LKS sebagai pemesan melakukan jurnal
sebagai berikut:
Dr. Persediaan/Aset Salam Rp20.000.000,00
Cr. Piutang salam Rp20.000.000,00
(25 ton Jagung Hibrida Bisi-16 Super B)
NERACA
Per 25 Agustus 2007
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
C. Pembatalan pesanan dan penjual melunasi kewajibannya dari hasil penjualan jaminan
salam
Jika LKS tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh tempo
pengiriman dan penjual menyerahankan jaminan atas barang pesanan, maka atas tidak dipenuhi kewajiban
penjual tersebut dapat dilakukan penjualan jaminan.
Jika dilakukan penjualan jaminan, maka kemungkinan yang terjadi adalah (1) hasil penjualan sama
dengan hutang penjual, (2) hasil penjualan jaminan lebih kecil dari hutang penjual (piutang salam) maka
selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang
kepada nasabah yang telah jatuh tempo dan (3) hasil penjualan jaminan lebih tinggi dari hutang penjual
(piutang salam) maka selisihnya menjadi hak nasabah;
1). Hasil penjualan jaminan sama dengan hutang penjual
Kemungkinan pertama yang mungkin terjadi dalam penjualan jaminan adalah hasil penjualan sama
dengan hutang penjual, sehingga seluruh hasil penjualan barang jaminan tersebut dipergunakan untuk
melunasi hutang penjual.
Contoh: 5-11
Misalnya pada tanggal 05 September 2007 LKS Amanah Gusti bersama-sama dengan Kelompok
Petani ”Ngudi Rejeki” melakukan penjualan sebidang sawah milik petani yang dipergunakan sebagai
jaminan dalam transaksi salam, dengan nilai pasar (nilai wajar) sebesar Rp20.000.000. Hutang
Kelmpok Petani ”Ngudi Rejeki” kepada LKS Amanah Gusti atas tidak diserahkannya barang
pesanan tahap keempat yaitu 25 ton jagung hibrida, Bisi-16 Super type A seharga Rp20.000.000,00
Atas penjualan jaminan tersebut dan pembayaran kewajiban penjual. LKS Amanah Gusti
melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas Rp20.000.000,00
Cr. Piutang Salam Rp20.000.000,00
(25 ton Jagung Hibrida Bisi-16 Super type A)
Dari jurnal tersebut di atas, akan mengakibatkan perubahan posisi perkiraan sampai dengan
penyerahan barang tahap ketiga adalah sebagai berikut:
PIUTANG SALAM
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/04 Modal kas 60.000.000 15/08 Penyerahan tahap 1 20.000.000
15/04 Bibit Jagung 20.000.000 20/08 Penyerahan tahap 2 20.000.000
25/08 Penyerahan tahap 3 20.000.000
05/09 Pelunasan 20.000.000
Saldo 0
80.000.000 80.000.000
NERACA
Per 30Agustus 2007
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Salam 0
NERACA
Per 05 September 2007
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Salam 0
5.3.5 Denda
Agar supaya penjual tidak menyalahi kesepakatan dalam akad, dan untuk mendidik kedisiplinan,
maka kedua pihak dapat melakukan kesepakatan dalam pengenaan denda. Dana yang diterima atas denda
tidak diakui sebagai pendapatan LKS sebagai penjual tetapi harus diserahkan sebagai dana sosial atau dana
kebajikan. Dalam PSAK 103 tentang Akuntansi Salam diatur mengenai denda dalam paragraf 15, sebagai
berikut:
15. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual, denda hanya boleh dikenakan kepada
penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya. Hal ini
tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur.
Denda dikenakan jika penjual lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan
denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Jadi denda dikenakan kepada penjual yang tidak memenuhi kewajibannya dan dana yang diterima
dari denda diserahkan sebagai dana kebajikan
Contoh: 5-14
Sesuai kesepakatan dalam akad yang dilakukan antara LKS Amanah Gusti sebagai pemesan dan
Kelompok Petani ”Ngudi Rejeki” sebagai penjual, atas kelalaian Kelompok Petani “Ngudi Rejeki”
dikenakan denda sebesar Rp1.000.000
Atas pengenaan dengan yang dilakukan LKS Amanah Gusti, jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Dr. Rekening Petani “Ngudi Rejeki” Rp1.000.000,00
Cr. Rekening Dana Kebajikan Rp1.000.000,00
Sebagaimana diatur dalam ruang lingkup PSAK 103 tentang Akuntansi Salam, bahwa yang dibahas
dalam PSAK tersebut selain mengatur akuntansi dari pihak pembeli, diatur juga akuntansi salam dari sisi
penjual. Jika diperhatikan hanya sedikit ketentuan yang membahas akuntansi salam untuk penjual, yaitu
paragraf 17 sampai dengan paragraf 19. Ketentuan akuntansi salam pada penjual hanya membahas tentang
penerimaan modal dan penyerahan barang.
HUTANG SALAM
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
12/03 10.000 ton Patioka 500.000.000
Saldo 500.000.000
500.000;000 500.000.000
NERACA
Per 12 Agustus 2004
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
NERACA
Per 15 September 2004
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Hutang Salam 00
NERACA
Per 05 Juni 2007
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya dalam Akuntansi untuk Pembeli bahwa pembeli
dimungkinkan untuk menerima barang dengan kualitas yang berbeda dengan kualitas yang disepakati
dalam akad.
Jika LKS sebagai pembeli tetap menerima barang yang dipesan berbeda kualitas dengan yang
tercantum dalam akad, harus dilakukan penilaian nilain wajar atau nilai pasar saat penyerahan. Atas hal ini
kemungkinan yang timbul adalah:
NERACA
Per 01 Agustus 2007
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Soal kedua
Bank syariah memperoleh kepercayaan dari Bulog untuk melakukan pembelian beras, dengan data-
data sebagai berikut :
Nama barang pesanan : Gabah padi IR 38
Jenis barang pesanan : IR 38 kadar air 15%
Jumlah : 100 ton
Harga : Rp500.000.000,00 (Rp5.000.000,00 per ton)
Jangka waktu penyerahan : 6 bulan
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut bank syariah melakukan pemesanan beras kepada KUD
Sejahtera, dengan data-data sebagai berikut:
Nama Barang pesanan : Gabah padi IR 38
Jenis barang pesanan : IR 38 kadar air 15%
Jumlah barang : 100 ton
Jumlah modal/harga : Rp400.000.000,00 (Rp4.000.000,00 per ton)
Jangka waktu penyerahan : 4 bulan
Penyerahan modal : Uang tunai sejumlah Rp300.000.000,00
Alat pertanian sejumlah Rp100.000.000,00
Agunan : Sebidang sawah senilai Rp500.000.000,00
Cara penyerahan : Secara bertahap masing-masing 25 ton setiap bulan
Penjelasan lain berkaitan dengan pesanan kepada KUD Sejahtera:
1. Harga perolehan alat pertanian sebesar Rp95.000.000,00
2. Data-data saat penyerahan barang dari KUD Sejahtera adalah sebagai berikut:
Soal ketiga
Bank syariah melakukan pemesanan beras kepada kelompok petani Suka Makmur, dengan data-data
sebagai berikut:
Nama Barang pesanan : Beras IR 38
Jenis barang pesanan : IR 38 kering gudang
Jumlah barang : 100 ton
Jumlah modal/harga : Rp40.000.000,00
Jangka waktu penyerahan : 4 bulan
Penyerahan modal : Uang tunai sejumlah Rp30.000.000,00
Alat pertanian sejumlah Rp10.000.000,00
Agunan : Sebidang sawah senilai Rp50.000.000,00
Cara penyerahan : Secara bertahap masing-masing 25 ton setiap bulan
Penjelasan lain berkaitan dengan pesanan kepada petani Suka Makmur:
1. Harga perolehan alat pertanian sebesar Rp9.500.000,00
2. Penyerahan barang pesanan dilakukan 3 tahap sbb:
a. Ke-1 : 25 ton beras IR 38 kering dengan nilai wajar Rp10.000.000,00
b. Ke-2 : 25 ton beras IR 38 kering dengan nilai wajar Rp12.500.000,00
c. ke-3 : 25 ton beras IR 38 kering dengan nilai wajar Rp8.000.000,00
Diminta:
Buatlah jurnal dan perhitungan atas transaksi tersebut sesuai tahapan transaksinya
Soal keempat
Lembaga Keuangan Mikro Syariah Mitra Umat (LKMS Mitra Umat) melakukan pemesanan
kepada Kelompok Petani Gula Sekar Madu (KPG Sekar Madu) berupa gula merah kualitas A
sebanyak 100 ton dengan harga Rp100 juta. Penyerahan dilakukan dengan dua tahap masing-masing
50 ton gula merah paling lambat selama 6 bulan setelah akad ditandatangani.
Atas pemesanan tersebut disepakati penyerahan modal dalam bentuk :
a. Peralatan penyadap gula dan peralatan pembuatan gula merah senilai Rp75 juta saat
penyerahan. Peralatan tersebut dibeli oleh LKMS Mitra Umat seharga Rp70 juta.
b. Uang tunai sebesar Rp25 juta untuk keperluan pembayaran upah tenaga kerja dan biaya
lainnya.
Soal kelima
Departemen pertanian bersama-sama dengan Bulog memiliki program untuk memenuhi kebutuhan
pangan tahun anggaran 2008. Untuk itu Departemen Pertanian melakukan pemesanan kepada
KUD dengan data-data sbb:
Barang yang dipesan : 100 ton gabah padi IR 78 kadar air 12% dengan harga
Rp8.000.000,00/ton
Waktu Penyerahan : Tahap ke-1 sebesar 50 ton dilakukan 3 bulan setelah akad ditanda
tangani
Tahap ke-2 sebesar 30 ton dilakukan 4 bulan setelah akad ditanda
tangani
Tahap ke-3 sebesar 20 ton dilakukan 5 bulan setelah akad ditanda
tangani
Modal diberkan : uang tunai sebesar Rp300.000.000,00 sbg modal kerja
Alat pertanian dengan harga pasar sebesar Rp300.000.000,00 yang
sebelumnya dibeli dengan harga sebesar Rp350.000.000,00
Bibit, pupuk dan sejenisnya dengan harga wajar sebesar
Rp200.000.000,00 yang sebelumnya dibeli dengan harga
Rp175.000.000,00
Keterangan lain : Saat penyerahan barang langsung diserahkan ke Bulog.
Diminta : Buatlahjurnal dan perhitungan atas
a. Pembayaran modal dari Departemen Pertanian kepada KUD
b. Penerimaan barang dari KUD oleh Departemen Pertanian tahap pertama dan kedua
c. Jurnal penyerahan barang tahap ketiga jika barang yang diserahkan kualitasnya tidak sama
dengan akad dan Departemen Pertanian sepakat. Gabah yang diserahkan nilai pasarnya
sebesar Rp7.5 juta per ton.
Soal keenam
Dalam rangka membantu program pemerintah dalam penguatan pangan Bank Syariah pada tanggal
15 Januari 2008 melakukan pemesanan dengan KUD Usaha Tani Kerawang dan disepakati hal-hal
sbb:
1. Modal yang diberikan Bank Syariah kepada KUD untuk 200 ha sawah berupa
a. modal non kas berupa :
No Nama kwantitas Nilai tercatat (Rp) Nilai wajar (Rp)
(1) Bibit Intani-2 2.000 kg 90.000.000 100.000.000
(2) Pupuk Urea 300 ton 575.000.000 600.000.000
(3) Obat-obatan 200 lt 310.000.000 300.000.000
Jumlah 1.000.000.000
(terbilang : satu milyar rupiah)
b. Modal kas sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
Soal ketujuh
Bank syariah menerima pasana dari Bulog Tepung Ketela kualitas A sebanyak 200 ton seharga Rp
100.000.000,00
Atas pesana tersebut bank syariah lakukan pemesanan beras kepada kelompok petani Suka Makmur,
dengan data-data sebagai berikut:
Nama Barang pesanan : Tepung ketela type A
Jenis barang pesanan : Kadar air 5%
Jumlah barang : 200 ton
Jumlah modal/harga : Rp80.000.000,00
Jangka waktu penyerahan : 4 bulan
Penyerahan modal : Uang tunai sejumlah Rp60.000.000,00
Alat pertanian sejumlah Rp20.000.000,00
Agunan : Empat bidang sawah senilai Rp100.000.000,00
Cara penyerahan : Secara bertahap masing-masing 50 ton setiap bulan
Penjelasan lain berkaitan dengan pesanan kepada petani Suka Makmur:
1. Harga perolehan alat pertanian sebesar Rp19.000.000,00
2. Penyerahan barang pesanan
a. Tahap kesatu sebanyak 50 ton tepung ketela kualitas A dengan nilai wajar sebesar
Rp20.000.000,00
b. Tahap kedua sebanyak 50 ton tepung ketela kualitas B dengan nilai wajar sebesar
Rp25.000.000,00
c. Tahap ketiga sebanyak 50 ton tepung ketela kualitas B dengan nilai wajar sebesar
Rp16.000.000,00
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dalam penyaluran atau pengelolaan
modal atau dana adalah dengan menggunakan prinsip istishna’. Sebelum dilakukan pembahasan tentang
akuntansi istishna’, perlu diketahui pengertian, jenis dan karakteristik istishna’, karena hal ini sangat
memengaruhi pemahaman akuntansi istishna’
6.1.1 Pengertian
Istishna’ adalah akad jual beli antara al-mustashni’ (pembeli) dan as-shani’ (produsen yang juga
bertindak sebagai penjual), penyerahan dilakukan kemudian dengan pembayaran sesuai kesepakatan.
Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al-mashnu’ (barang pesanan)
sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara
pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu.
Dalam PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna’ diperoleh beberapa pengertian yang terkait dengan
transaksi Istishna’ adalah sebagai berikut:
Istishna' adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni') dan penjual
(pembuat, shani').
Istishna' paralel adalah suatu bentuk akad istishna' antara pemesan (pembeli, mustashni') dengan
penjual (pembuat, shani'), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni', penjual
memerlukan pihak lain sebagai shani'.
Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan
kepada pembeli tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu
tertentu.
Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah, Direktorat Perbankan Syariah Bank
Indonesia menjelaskan sebagai berikut:
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan/pembeli (mustashni’) dan
penjual/pembuat (shani’)
Istishna’ Paralel adalah dua transaksi bai’ al-istishna’ yang dilakukan oleh para pihak secara
simultan.
Bai’ istishna’ adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang, menurut spesifikasi
yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak sepakat atas harga
serta sistem pembayaran, apakah pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan
sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
C. Istishna’ Paralel
Istishna’ Paralel merupakan dua transaksi istishna’ yang dilakukan secara simultan. Hal ini dilakukan
kalau Lembaga Keuangan Syariah sebagai produsen tidak dapat mengerjakan sendiri dan menyerahkan
kepada pihak lain untuk membuatkan. Dalam istishna’ paralel ini merupakan gabungan transaksi istishna’
Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembuat atau produsen dan Lembaga Keuangan Syariah sebagai
pemesan. Alur transaksi istishna’ paralel dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
Pengukuran, pengakuan, penyajian dan pengungkapan transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel yang
sebelumnya diatur dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah diganti dengan PSAK 104
tentang Akuntansi Istishna’. Dalam PSAK 104 dijelaskan cakupan penerapan akuntansi istishna’ sebagai
berikut:
2. Pernyataan ini diterapkan untuk:
(a) lembaga keuangan syariah yang melakukan transaksi salam baik sebagai penjual
maupun pembeli; dan
(b) pihak-pihak yang melakukan transaksi salam dengan lembaga keuangan syariah.
3. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang
menggunakan akad salam.
4. Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain, adalah:
(a) perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
Seperti telah dijelaskan di atas akuntansi penjual ini dilaksanakan oleh pihak yang menjual atau
memproduksi atau membangun barang yang dipesan. Jika transaksi istishna’ kedudukan Lembaga
Keuangan Syariah sebagai penjual, maka Lembaga Keuangan Syariah harus menerapkan akuntansi penjual,
sedangkan sebagai pihak pembelinya adalah nasabah yang melakukan pemesanan, maka nasabah yang
bersangkutan akan menerapkan akuntansi pembeli. Dalam akuntansi penjual ini akan dibahas antara lain
(a) akun-akun yang dipergunakan dalam transaksi istishna’ tersebut, (b) penyatuan dan segmentasi akad, (c)
pengeluran biaya dalam memproduksi barang dan penyerahan kepada pemesan (d) pengakuan pendapatan
istishna’ dengan metode proyek selesai atau metode persentase penyelesaian proyek, (e) istishna’ dengan
pembayaran tangguh, (f) penyelesaian awal pembayaran, dan (g) perubahan pesanan dan tagihan tambahan.
Dari ilustrasi ini dapat dilihat bahwa terdapat dua hal yang tidak terkait yaitu:
a. Penyediaan aset istishna’ yang dilakukan sendiri pembuatannya oleh LKS Amanah Gusti sebagai
penjual (produsen), dilakukan dengan cara LKS Amanah Gusti membuat sendiri (membangun
sendiri) kelas (barang pesanan) tersebut.
b. Penyerahan barang yang dipesan dan pengakuan pendapatan istishna’ yang dikaitkan dengan
cara pembayaran harga aset istishna’ yang dilakukan oleh pemesan (YPI Abubakar).
Sesuai karakteristiknya, pembayaran harga barang dapat dilakukan dengan cara:
(1) Pembayaran dilakukan sekaligus dimuka
(2) Pembayaran dilakukan selama dalam proses penyelesaian proyek, jadwal masa pembayaran
dengan jangka waktu pembangunan sama. Misal dari ilustrasi tersebut di atas dilakukan tahapan
pembayaran
Bulan % pembangunan Pembayaran Jumlah
Maret 10% 100.000.000 100.000.000
April 50% 200.000.000 300.000.000
Mei 100% 200.000.000 500.000.000
(3) Pembayaran dilakukan setelah penyerahan barang, baik dilakukan mulai dari proses produksi
maupun setelah penerimaan barang (masa pembayaran lebih lama dibandingkan dengan
produksi). Cara pembayaran ini akan dibahas secara khusus dalam bahasan berikutnya.
Contoh : 6-2
Dalam ilustrasi contoh di atas, pada bulan Maret 2009 LKS sebagai produksen mengeluarkan biaya
sebagai berikut:
Tahun 2009 Progres Akumulasi Biaya Akumulasi Biaya Total (Rp)
Langsung (Rp) tidak Langsung (Rp)
Bulan Maret 25% 75.000.000 25.000.00 100.000.000
NERACA
Per xx Maret 2009
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
NERACA
Per 30 Maret 2009
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Sedangkan saldo akun-akun dan penyajiannya dalam Laporan Laba Rugi LKS sebagai penjual adalah
sebagai berikut:
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
30/03 Pengakuan 125.000.000
Saldo 125.000.000
125.000.000 125.000.000
NERACA
Per 30 April 2009
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
NERACA
Per 30 April 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Sedangkan saldo akun-akun dan penyajiannya dalam Laporan Laba Rugi LKS sebagai penjual
adalah sebagai berikut:
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
30/03 Pengakuan 125.000.000
30/04 Pengakuan 175.000.000
Saldo 300.000.000
300.000.000 300.000.000
NERACA
Per 31 Mei 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian 460.000.000
Atas penyesuaian tersebut LKS sebagai penjual melakukan jurnal penyesuaian pengakuan
pendapatan dan harga pokok istishna’ sebagai berikut:
Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp 40.000.000,00
Dr. Harga Pokok Istishna’ Rp160.000.000,00
Cr. Pendapatan Istishna’ Rp200.000.000,00
Dari transaksi dengan jurnal tersebut di atas, mengakibatkan perubahan saldo dan penyajiannya atas
akun-akun yang berkaitan dengan Laporan Posisi Keuangan (Neraca) bulan April 2009 sebagai berikut:
NERACA
Per 30 Mei 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian 500.000.000
Sedangkan saldo akun-akun dan penyajiannya dalam Laporan Laba Rugi LKS sebagai penjual
adalah sebagai berikut:
NERACA
Per 31 Mei 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian 400.000.000
Dalam metode penyelesaian (completed method) ini pengakuan pendapatan dilakukan setelah aset
istishna’ selesai diproduksi dan siap untuk diserahkan. Atas contoh di atas pengakuan pendapatan istishna’
yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual dengan jurnal sebagai berikut:
Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp100.000.000,00
Dr. Harga Pokok Istishna’ Rp400.000.000,00
Cr. Pendpaatan Istishna’ Rp500.000.000,00
Akun-akun dalam Laporan Laba Rugi baru timbul saat pengakuan pendapatan dengan jurnal
tersebut di atas, sehingga saldo akun-akun dan penyajianya dalam Laporan Laba Rugi adalah sebagai
berikut:
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
31/05 Penyelesaian proyek 500.000.000
Saldo 500.000.000
Sesuai karakteristik istishna’ penyerahan barang dilakukan kemudian setelah proses pembuatan
barang selesai diproduksi/dibuat. Oleh karena itu jurnal yang dilakukan sehubungan dengan penyerahan
barang kepada pemesan juga dipengaruhi oleh cara pembayaran yang dilakukan oleh pemesan:
a. Penyelesian proyek
Dr. Persediaan/Aset Istishna’ Rp500.000.000,00
Cr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp.500.000.000,00
b. Penyerahan aset istishna’ kepada pembeli akhir dengan pembayaran dimuka
(1) Saat penerimaan pembayaran dimuka
Dr. Kas Rp500.000.000,00
Cr. Hutang istishna’ Rp500.000.000,00
(2) Saat penyerahan barang
Dr. Hutang Istishna’ Rp500.000.000,00
Cr. Persediaan/Aset Istishna’ Rp500.000.000,00
6.3.4 Penyerahan aset istishna’ dan cara pembayaran harga aset istishna’
oleh Pemesan
Cara pembayaran harga barang dalam istishna’ dapat dilakukan sesuai kesepakatan penjual dan
pembeli, arti pembayaran harga barang dapat dilakukan seluruhnya di depan (sebagaimana layaknya
transaksi salam), dapat dilakukan secara bertahap atau angsuran selama dalam proses pembuatan barang
sehingga pada saat penyerahan barang harga barang lunas, atau dapat juga dilakukan pembayarannya
dilakukan dengan tangguh setelah barangnya diterima (sebagaimana layaknya transaksi murabahah dengan
pembayaran tangguh). Untuk istishna’ dengan pembayaran tangguh akan dibahas dalam butir tersendiri.
Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap dari ilustrasi contoh di atas (contoh 6-1), akan
dibahas akuntansi istishna’ sesuai cara pembayaran oleh pemesan dilakukan dengan cara :
a. Pembayaran dimuka seluruh harga aset istishna’
b. Pembayaran dilakukan selama dalam proses penyelesaian aset istishna’ (jangka waktu pembayaran
dan jangka waktu penyelesaian aset istishna’ sama).
c. Pembayaran dengan jangka waktu tidak sama dengan jangka waktu penyelesaian aset istishna’
C. Pembayaran dengan jangka waktu tidak sama dengan jangka waktu penyelesaian aset
istishna’
Salah satu cara pembayaran harga aset istishna’ dilakukan mulai selama dalam proses produksi aset
istishna’, tetapi jangka waktu pembayaran dilakukan lebih lama dari jangka waktu proses produksi aset
istishna’. Untuk memberikan gambaran yang lengkap dan rinci dari cara pembayaran ini dapat dilihat
dalam pembahasan tentang contoh lain istishna’ paralel (butir 6.3.6 berikutnya)
Contoh : 6-7
Lembaga Keuangan Syariah mendapat pemesanan pembangunan sebuah gedung dari sebuah
yayasan sosial dengan data-data sebagai berikut:
1. Nilai kontrak pembangunan sebesar Rp500.000.000,00.
2. Biaya dikeluarkan sebesar Rp400.000.000,00 (termasuk biaya pra kontrak sebesar
Rp15.000.000,00).
Atas pembangunan tersebut bank syariah menunjuk tim sebagai pelaksana dan dari catatan bank
syariah diperoleh data lain sehubungan dengan pembangunan tsb yaitu :
Tahun ke-1 Tahun ke-2
Akumulasi pengeluaran biaya perolehan (cost) 300.000.000 400.000.000
termasuk cost pra kontrak
Tagihan termin (billing istishna’) 280.000.000 220.000.000
Penerimaan tagihan dari pembeli 230.000.000 270.000.000
Untuk memberi ilustrasi dan pemahaman yang utuh terhadap contoh kasus tersebut di atas dalam
dilihat pada gambar berikut:
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penagihan ke pembeli 280.000.000 Penerimaan pemby 230.000.000
Saldo 50.000.000
280.000.000 280.000.000
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penerimaan pemby 280.000.000
Saldo 280.000.000
280.000.000 280.000.000
6) Posisi perkiraan dalam administrasi Lembaga Keuangan Syariah atas transaksi istishna’ pada tahun
kedua (sebelum dilakukan perhitungan pendapatan) adalah :
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penagihan ke pemb 1 280.000.000 Penerimaan pmby 1 230.000.000
Penagihan ke pembeli 2 220.000.000 Peneriman pmby 2 270.000.000
Saldo 00
400.000.000 400.000.000
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penerimaan pemby 280.000.000
Penerimaan pemby 220.000.000
Saldo 400.000.000
400.000.000 400.000.000
NERACA
Per dd/mm/yyyy
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian 400.000.000
Termin Istishna’ (500.000.000)
Piutang Istishna’ 00
(1)
Metode persentase penyelesaian (persented method)
Dari contoh tersebut di atas, apabila Lembaga Keuangan Syariah menggunakan metode persentase
penyelesaian, maka perhitungan pendapatan istishna’ pada tahun pertama persentase penyelesaian
dilakukan dengan perhitungan :
Harga jual (Pendapatan Istishna’) Rp500.000.000,00
Harga pokok Rp400.000.000,00
-----------------------
Keuntungan Bersih istishna’ Rp100.000.000,00
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penagihan ke pembeli 280.000.000 Penerimaan pembay 230.000.000
Saldo 50.000.000
280.000.000 280.000.000
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penerimaan pembay 280.000.000
Saldo 280.000.000
280.000.000 280.000.000
NERACA
Per tanggal xx/xx/ 2004
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Dalam perhitungan pendapatan yang akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan distribusi hasil
usaha, yang harus diperhatikan adalah adanya aliran kas masuk, sehingga harus dilakukan perhitungan yang
matang berapa yang telah didukung dengan adanya aliran kas masuk. Posisi perkiraan dalam Lembaga
Keuangan Syariah atas transaksi istishna’ pada tahun kedua (setelah dilakukan perhitungan dan pengakuan
pendapatan atas metode persentase penyelesaian ) adalah :
ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Beban pra akad 15.000.000
Pembayaran termin ke-1 285.000.000
Pengakuan pendptan- 1 75.000.000
Pembayaran termin ke-2 100.000.000
Pengakuan pendpatan-2 25.000.000
Saldo 500.000.000
500.000.000 500.000.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penagihan ke pembeli 280.000.000 Penerimaan pmbay 230.000.000
Penagihan ke pembeli 220.000.000 Penerimaan pmbay 270.000.000
Saldo 00
500.000.000 500.000.000
NERACA
Per dd/mm/yyyy
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian 500.000.000
Termin Istishna’ (500.000.000)
Piutang Istishna’ 00
7) Penyerahan aset istishna’ oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai produsen kepada pembeli akhir
dengan nilai tunai Rp1.200,00 (harga pokok penjualan) dan pembayaran sisa harga aset istishna’
sebesar Rp400,00 dilakukan dengan tangguh.
ref Keterangan Thn 1 Thn 2 Thn 3
7 Dr. Piutang istishna’ 400
Dr. Termin istishna’ 1.200
Cr. Persediaan 1.200
Cr. Margin ditangguhkan 400
8) Penerimaan pembayaran sisa harga aset istishna’ sebesar Rp400,00 yang pembayarannya dilakukan
secara tangguh atau setelah penyerahan barang oleh Lembaga Keuangan Syariah kepada pembeli
akhir
ref Keterangan Thn 1 Thn 2 Thn 3
8 Dr. Kas 400
Cr. Piutang Istishna’ 400
Dr. Margin ditangguhkan 400
Cr.Pendapatan margin 400
Dari jurnal transaksi tersebut di atas akan memengaruhi posisi masing-masing akun dan neraca
Lembaga Keuangan Syariah Amanah Gusti sebagai berikut:
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-3 Tagihan ke pembeli (ke-2) 400 Th1-4 Pembay dan pemb (ke-2) 400
Saldo 0
400 400
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-5 Pengakuan pendapatan 300
Saldo 300
300 300
(b). Laporan posisi keuangan (neraca) dan Laporan Laba Rugi (tahun pertama)
NERACA
Per tanggal xx/xx/ 2004 (tahun pertama)
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian 300 Hutang IstishnaIstishna’ 0
Termin IstishnaIstishna’ ( (800)
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-3 Tagihan ke pembeli (ke-2) 400 Th1-4 Pembay dr pembeli (ke-2) 400
Th2-3 Tagihan ke pembeli (ke-3) 400 Th2-4 Pemby dr pembeli (ke-3) 400
Saldo 0
400 400
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-5 Pengakuan pendapatan 300
Th2-5 Pengakuan pendapatan 900
Saldo 1.200
1.200 1.200
(b). Laporan posisi keuangan (neraca) dan Laporan Laba Rugi (tahun kedua)
NERACA
Per tanggal xx/xx/ 2004 (tahun kedua)
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian 1.200 Hutang Istishna’ 0
Termin Istishna’ (1.200)
Piutang Istishna’ 0
(c). Pada saat aset istishna’ selesai diproduksi dan penyerahan aset istishna’ kepada pembeli akhir,
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th2-7 Penyerahan barang 1.200 Th1-1 Uang muka (angs 1) 400
Th1-3 Tagihan ke pembeli (ke-2) 400
Th2-3 Tagihan ke pembeli (ke-3) 400
Saldo 0
1.200 1.200
PERSEDIAAN/ASET ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th2-6 Penyelesaian barang 1.200 Th2-7 Penyerahan barang 1.200
Saldo 0
1.200 1.200
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-3 Tagihan ke pembeli (ke-2) 400 Th1-4 Pembay dr pembeli (ke-2) 400
Th2-3 Tagihan ke pembeli (ke-3) 400 Th2-4 Pemby dr pembeli (ke-3) 400
Th2-7 Tagihan terakhir 400
Saldo 400
1.200 1.200
B. Istishna’ Pembayaran Tangguh LKS sebagai produsen dengan secara angsuran selama
proses pembuatan aset istishna’.
Untuk memberikan gambaran yang lengkap akuntansi transaksi istishna’ dengan pembayaran
tangguh dimana aset istishna’ diproduksi sendiri oleh LKS sebagai produsen, berikut diberikan ilustrasi
contoh akuntansi transaksi istishna’ pembayaran tangguh dimana jangka waktu penyelesaian barang
(selama 4 bulan) tidak sama dengan jangka waktu pembayaran (selama 60 bulan/5 tahun) dan pembayaran
dilakukan mulai dari proses pembuatan barang, dengan pembayaran aset istishna’ oleh pembeli akhir
secara angsuran yang dilakukan selama proses pembuatan aset istishna’.
Contoh : 6-9
Pada tanggal 1 Juni 2009 Bank Syariah “Al Hidayah” menyetujui pembuatan rumah dari Abdulah
salah satu nasabah program “KPR MANDIRI” dengan spesifikasi sbb:
Luas Tanah : 120 m2
Luas bangunan : 45 m2
Kontruksi : pondasi batu kali, tembok bata merah dan plesteran, genteng
plentong, kayu kamper medan
Listik : 450 wats
Air : pompa tangan
Penyerahan rumah : 6 bulan setelah akan ditandatangani
Harga barang dan cara : Harga jual Rp72.000.000,00. dan diangsur per bulan
pembayaran Rp1.200.000,00 selama 60 bulan, sejak pembangunan rumah setiap
tanggal 25 dimulai 25 Juli 2009
Lokasi : Perumahan MUSLIM MANDIRI, Pondok Gede, Bekasi
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pengakuan pedptan 15.000.000
Saldo 15.000.000
15.000.000 15.000.000
NERACA
Per 02 Juli 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000
Saldo 18.000.000
18.000.000 18.000.000
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Penyelesaian 25% 15.000.000
Saldo 15.000.000
15.000.000 15.000.000
NERACA
Per 05 Juli 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bln-1 1.200.000
Saldo 16.800.000
18.000.000 18.000.000
NERACA
Per 25 Juli 2009
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 16.800.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (2.800.000)
Aset Istishna’ dalam Penyelesaian 15.000.000 Laba rugi tahun berjalan
Termin Istishna’ (15.000.000) Keuntungan istishna’ 500.000
Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Abdulah sebagai pembeli akhir, sehingga belum
timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Abdulah melakukan pembayaran angsuran dicatat
sebagai ”Titipan Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :
Dr. Kas Rp1.200.000,00
Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00
Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL
Hidayah sebagai berikut:
TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/07 Angsuran pertama 1.200.000
Saldo 1.200.000
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pengakuan pedptan 15.000.000
02/08 Pengakuan pedptan 21.000.000
Saldo 36.000.000
36.000.000 36.000.000
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Penyelesaian 25% 15.000.000
02/08 Penyelesaian 60% 21.000.000
Saldo 36.000.000
36.000.000 36.000.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1 1.200.000
05/08 Termin kedua 25.200.000
Saldo 42.000.000
43.200.000 43.200.000
NERACA
Per 5 Agustus 2009
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
NERACA
Per 25 Agustus 2009
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 40.800.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (6.800.000)
Aset Istishna’ dalam Penyelesaian 36.000.000
Termin Istishna’ (36.000.000) Laba rugi tahun berjalan
Keuntungan istishna’ 1.200.000
Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Abdulah sebagai pembeli akhir, sehingga belum
timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Abdulah melakukan pembayaran angsuran dicatat
sebagai ”Titipan Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :
Dr. Kas Rp1.200.000,00
Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00
Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL
Hidayah sebagai berikut:
TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/07 Angsuran pertama 1.200.000
25/08 Angsuran kedua 1.200.000
Saldo 2.400.000
2.400.000 2.400.000
NERACA
Per 25 Agustus 2009
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Hutang istishna’ 00
Aset Istishna’ dalam Penyelesaian 36.000.000 Titipan Angsuran Istishna’ 2.4000.000
Laba rugi tahun berjalan
Keuntungan istishna’ 1.200.000
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pengakuan pedptan 15.000.000
02/08 Pengakuan pedptan 21.000.000
02/09 Pengakuan pedptan 24.000.000
Saldo 60.000.000
60.000.000 60.000.000
NERACA
Per 02 September 2009
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Penyelesaian 25% 15.000.000
02/08 Penyelesaian 60% 21.000.000
Saldo 60.000.000 02/09 Penyelesaian 100% 24.000.000
60.000.000 60.000.000
NERACA
Per 5 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 69.600.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.600.000)
Aset Istishna’ dalam Penyelesaian 60.000.000
Termin Istishna’ (60.000.000) Laba rugi tahun berjalan
Keuntungan istishna’ 2.000.000
(2) Tanggal 25 September 2009 LKS Al Hidayah menerima pembayaran angsuran bulan ketiga dari
Abdulah sebagai pembeli akhir sebesar Rp1.200.000,00
Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan LKS Al Hidayah sama
dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran (pembayaran tangguh) dengan
jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas Rp1.200.000
Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 200.000
Cr. Piutang Istishna’ Rp1.200.000
Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 200.000
Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan posisi akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan dalam LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1 1.200.000
05/08 Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayaran angs ke2 1.200.000
05/09 Termin ketiga 28.800.000 25/09 Pembayaran angs ke 3 1.200.000
Saldo 68.400.000
72.000.000 72.000.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 68.400.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.400.000)
Aset Istishna’ dalam Penyelesaian 00 Laba rugi tahun berjalan
Termin Istishna’ (00) Keuntungan istishna’ 2.000.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Hutang istishna’ 00
Aset Istishna’ dalam Penyelesaian 60.000.000 Titipan Angsuran Istishna’ 3.600.000
Laba rugi tahun berjalan
Keuntungan istishna’ 2.000.000
Pada saat penyerahan rumah/proyek (sebagai barang pesanan istishna’) kepada Abdulah sebagai
pembeli akhir, LKS Al Hidayah melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Persediaan/Aset Istishna’ Rp60.000.000,00
Cr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp60.000.000,00
Dr. Piutang Istishna’ Rp72.000.000,00
Cr. Persediaan/Aset Istishna’ Rp60.000.000,00
Cr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp12.000.000,00
Dr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp3.600.000,00
Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 600.000,00
Cr. Piutang Istishna’ Rp3.600.000,00
Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 600.000,00
Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL
Hidayah sebagai berikut:
TITIPAN ANGSURAN
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/09 Penyerahan proyek 3.600.000 25/07 Angsuran pertama 1.200.000
25/08 Angsuran kedua 1.200.000
25/09 Angsuran ketiga 1.200.000
Saldo 00
3.600.000 3.600.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Jika Lembaga Keuangan Syariah sebagai produsen melakukan pengakuan pendapatan istishna’
dengan metode penyelesaian (Completed Method), maka selama proyek berjalan:
(a) tidak ada pendapatan istishna' yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
(b) tidak ada harga pokok istishna' yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
(c) tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna' dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan
tersebut selesai; dan
(d) pengakuan pendapatan istishna', harga pokok istishna', dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir
penyelesaian pekerjaan.
Oleh karena itu jika LKS Al Hidayah melakukan pengakuan pendapatan pada akhir proyek maka
jurnal yang dilakukan oleh LKS Al Hidayah adalah sebagai berikut:
(1) Selama bulan Juli (1 Juli 2009) LKS Al-Hidayah membayar biaya produksi aset istishna’ sebesar
Rp14.500.000,00 untuk penyelesaian aset istishna’ sebesar 25%, jurnal yang dilakukan:
Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp14.500.000,00
Cr. Kas / Rekening Suplier Rp.14.500.000,00
(2) Selam bulan Agustus ( 1 Agustus 2009) LKS Al-Hidayah membayar biaya produksi aset istishna’
sebesar Rp20.300,-- untuk menyelesaikan 60% aset istishna’ dengan rincian sebagai berikut:
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penyerahan 72.000.000 Pembyran Angs 1 sd 3 3.600.000
Saldo 68.400.000
72.000.000 72.000.000
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/09 Penyerahan 60.000.000
Saldo 60.000.000
60.000.000 60.000.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 68.400.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.400.000)
Persediaan 00
Laba rugi tahun berjalan
Aset Istishna’ dalam Penyelesaian 00 Keuntungan istishna’ 2.000.000
2) Penerimaan tagihan dari sub kontraktor untuk tahun pertama sebesar Rp150.000,00 dan untuk
tahun kedua sebesar Rp450.000,00 dilakukan jurnal :
Ref Keterangan Thn 1 Thn 2 Thn 3 Thn 4
Dr. Aset istishna’ dalam penyelesaian 150 450
Cr. Hutang istishna’ 150 450
Penerimaan tagihan dan pembayaran kepada sub kontraktor di atas dilakukan berdasarkan
persentasi penyelesaian proyek yaitu:
Harga pokok pembuatan aset istishna’ sebesar Rp600.000,00
Tahapan pembayaran biaya istishna’ :
Progres tahun pertama : 25% x Rp.600.000,00= Rp.150.000,00
Progres tahun kedua : 75% x Rp.600.000,00 = Rp.450.000,00
3) Penyerahan tagihan kepada pembeli akhir yang dilakukan oleh LKS kepada pembeli akhir untuk
tahun pertama sebesar Rp200.000,00 dan untuk tahun kedua sebesar Rp200.000,00 dilakukan
jurnal :
4) Pembayaran tagihan kepada sub kontraktor dilakukan sesuai dengan prosentasi penyelesaian (lihat
butir 2 di atas) yaitu tahun pertama sebesar Rp150.000,00 dan tahun kedua sebesar Rp450.000,00.
Ref Keterangan Thn 1 Thn 2 Thn 3 Thn 4
Dr. Hutang istishna’ 150 450
Cr. Kas 150 450
5) Penerimaan pembayaran angsuran dari pembeli akhir tahun pertama sebesar Rp200.000,00 dan
tahun kedua sebesar Rp200.000,00
Ref Keterangan Thn 1 Thn 2 Thn 3 Thn 4
Dr. Kas 200 200
Cr. Piutang Istishna’ 200 200
Dari jurnal transaksi tersebut di atas akan mempengaruhi posisi masing-masing akun yang terkait
dengan laporan posisi keuangan (neraca) serta laporan laba rugi, untuk itu akan diberikan gambaran
perubahan dalam akun dan laporan masing-masing tahun sebagai berikut:
1) Transaksi tahun pertama
(a) Atas jurnal transaksi tahun pertama tersebut maka akun-akun yang bersangkutan menunjukkan
posisi sebagai berikut:
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-1 Uang muka (angs 1) 200.000
Th1-3 Tagihan ke pembeli (ke-2) 200.000
Saldo 400.000
400.000 400.000
HUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-4 Pembayaran ke sub-kon 150.000 Th1-2 Tagihan dari sub-kon 150.000
Saldo 0
150.000 150.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-3 Tagihan ke pembeli (ke-2) 200.000 Th1-5 Pembay dr pembeli (ke-2) 200.000
Saldo 0
200.000 200.000
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-6 Pengakuan pendapatan 175.000
Saldo 175.000
175.000 175.000
(b). Laporan posisi keuangan (neraca) dan Laporan Laba Rugi (tahun pertama)
NERACA
Per tanggal xx/xx/ 2004 (tahun pertama)
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 0
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-3 Tagihan ke pembeli (ke-2) 200.000 Th1-5 Pembay dr pembeli (ke-2) 200.000
Th2-3 Tagihan ke pembeli (ke-3) 200.000 Th2-5 Pembay dr pembeli (ke 3) 200.000
Saldo 0
400.000 400.000
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-6 Pengakuan pendapatan 175.000
Th2-6 Pengakuan pendapatan 525.000
Saldo 700.000
700.000 700.000
(b). Laporan posisi keuangan (neraca) dan Laporan Laba Rugi (tahun kedua)
NERACA
Per tanggal xx/xx/ 2004 (tahun kedua)
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
(c) Pada saat aset istishna’ selesai dikontruksi dan penyerahan aset istishna’ kepada pembeli akhir,
PERSEDIAAN/ASET ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th2-7 Penyelesaian barang 700.000 Th2-8 Penyerahan barang 700.000
Saldo 0
700.000 700.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-3 Tagihan ke pembeli (ke-2) 200.000 Th1-5 Pembay dari pembeli (ke-2) 200.000
Th2-3 Tagihan ke pembeli (ke-3) 200.000 Th2-5 Pembay dari pembeli (ke 3) 200.000
Th2-8 Sisa harga brg dg tangguh 400.000 Saldo 400.000
400.000 400.000
NERACA
Per tanggal xx/xx/2004 (tahun kedua)
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Istishna’ Dlm Penyelesaian 0 Hutang Istishna’ 0
Termin Istishna’ (0)
Persediaan 0
Piutang Istishna’ 400.000
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (300.000)
NERACA
Per tanggal xx/xx/ 2004 (tahun ketiga)
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Istishna’ Dlm Penyelesaian 0 Hutang Istishna’ 0
Termin Istishna’ (0)
Persediaan 0
Laba rugi tahun berjalan
Piutang Istishna’ 200.00 Keuntungan istishna’ 250.000
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (150.000)
NERACA
Per tanggal xx/xx/ 2004 (tahun keempat)
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-6 Pengakuan pendapatan 175.000
Th2-6 Pengakuan pendapatan 525.000
Saldo 700.000
700.000 700.000
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Th1-6 Pengakuan pendapatan 175.000
Th2-6 Pengakuan pendapatan 525.000
Saldo 700.000
700.000 700.000
Atas kerugian tersebut harus segera dibentuk cadangan kerugian pembuatan aset istishna’ sebagai berikut:
Dr. Kerugian Istishna’ Rp100.000,00
Cr. Cadangan Kerugian Istishna’ Rp100.000,00
Dari ilustrasi contoh di atas hanya ada dua permasalahan bagi pembeli yaitu pembayaran harga aset
istishna’ dan penerimaan aset istishna’ yang telah dipesan.
Atas pembayaran harga aset istishna’ tersebut nasabah sebagai pembeli melakukan jurnal sebagai berikut:
(a) Pada saat penerimaan tagihan termin dari penjual atau produsen sebesar Rp100.000.000,00
Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp100.000.000,00
Cr. Hutang Istishna’ Rp100.000.000,00
(b) Pada saat dilakukan pembayaran termin kepada penjual sebesar Rp100.000.000,00
Dr. Hutang Istishna’ Rp100.000.000,00
Cr. Kas/Rekening Nasabah Rp100.000.000,00
Atas pembayaran harga aset istishna’ tersebut nasabah sebagai pembeli melakukan jurnal sebagai berikut:
a) Pada saat penerimaan tagihan termin dari penjual atau produsen sebesar Rp200.000.000,00
Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp200.000.000,00
Cr. Hutang Istishna’ Rp200.000.000,00
b) Pada saat dilakukan pembayaran termin kepada penjual sebesar Rp200.000.000,00
Dr. Hutang Istishna’ Rp200.000.000,00
Cr. Kas/Rekening Nasabah Rp200.000.000,00
3) Pembayaran harga barang/proyek pada bulan Mei 2009
Pembayaran tahap akhir harga aset istishna’ dilakukan setelah proses produksi aset istishna’ selesai
seluruhnya dan pembayaran juga dilakukan pembayaran pelunasan.
Contoh : 6 - 17
Dilakukan pembayaran proyek pembangunan kelas YPI Abubakar tahap kedua kepada Lembaga
Keuangan Syariah sesuai kesepakatan dalam kontrak sebagai berikut:
Bulan % pemb Pembayaran Jumlah
Maret 10% 100.000.000 100.000.000
April 50% 200.000.000 300.000.000
Mei 100% 200.000.000 500.000.000
Atas pembayaran harga aset istishna’ tersebut nasabah sebagai pembeli melakukan jurnal sebagai berikut:
a) Pada saat penerimaan tagihan termin dari penjual atau produsen sebesar Rp300.000.000,00
Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp300.000.000,00
Cr. Hutang Istishna’ Rp300.000.000,00
b) Pada saat dilakukan pembayaran termin kepada penjual sebesar Rp300.000.000,00
Dr. Hutang Istishna’ Rp300.000.000,00
Cr. Kas/Rekening Nasabah Rp300.000.000,00
6.5.1 Istishna’ Paralel - biaya sub kontraktor sama dengan nilai tunai
penyerahan
Dalam istishna’ paralel akad antara Lembaga Keuangan Syariah dengan pembeli akhir dan akad
antara Lembaga Keuangan Syariah dengan sub kontraktor sebagai produsen tidak diperkenankan saling
mempengaruhi. Dalam istishna’ paralel secara umum jangka waktu penyelesaian aset istishna’ yang
dilakukan oleh sub kontraktor lebih pendek dari pada jangka waktu yang disepakati oleh Lembaga
Keuangan Syariah kepada pembeli akhir. Di sisi lain pembayaran oleh pembeli akhir dilakukan secara
tangguh dengan angsuran sejak dimulai proses pembuatan aset istishna’. Juga dapat terjadi biaya aset
istishna’ yang dibayar kepada sub kontraktor sama dengan nilai tunai saat penyerahan (harga yang dibayar
HUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pembayaran 15.000.000 01/07 Tagihan termin ke1 15.000.000
Saldo 00
15.000.000 15.000.000
NERACA
Per 02 Juli 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Penyelesaian 25% 15.000.000
Saldo 15.000.000
15.000.000 15.000.000
NERACA
Per 05 Juli 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 18.000.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (3.000.000)
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 15.000.000
Termin Istishna’ (15.000.000)
(b) Tanggal 25 Juli 2009 Lembaga Keuangan Syariah menerima pembayaran angusuran bulan pertama
oleh nasabah (Gaston) sebesar Rp1.200.000,00
Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan Lembaga Keuangan
Syariah sama dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran (pembayaran
tangguh) dengan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas Rp1.200.000,00
Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 200.000,00
Cr. Piutang Istishna’ Rp1.200.000,00
Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 200.000,00
Dengan adanya jurnal tersebut mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan dalam Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bln-1 1.200.000
Saldo 16.800.000
18.000.000 18.000.000
NERACA
Per 25 Juli 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Hutang istishna’ 00
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 15.000.000 Titipan Angsuran Istishna’ 1.200.000
Laba rugi tahun berjalan
HUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pembayaran 15.000.000 01/07 Tagihan termin ke1 15.000.000
02/08 Pembayaran 21.000.000 01/08 Tagihan termin ke2 21.000.000
Saldo 00
36.000.000 36.000.000
NERACA
Per 2 Agustus 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Penyelesaian 25% 15.000.000
02/08 Penyelesaian 60% 21.000.000
Saldo 36.000.000
36.000.000 36.000.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1 1.200.000
05/08 Termin kedua 25.200.000
Saldo 42.000.000
43.200.000 43.200.000
NERACA
Per 5 Agustus 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
(b) Tanggal 25 Agustus 2009 LKS Al Hidayah menerima pembayaran angsuran bulan kedua dari
Gaston sebagai pembeli akhir sebesar Rp1.200.000,00
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bln-1 1.200.000
05/08 Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayaran angs ke2 1.200.000
Saldo 40.800.000
43.200.000 43.200.000
NERACA
Per 25 Agustus 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Gaston sebagai pembeli akhir, sehingga belum
timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Gaston melakukan pembayaran angsuran dicatat seagai ”Titipan
Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :
Dr. Kas Rp1.200.000,00
Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00
Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL
Hidayah sebagai berikut:
TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/07 Angsuran pertama 1.200.000
25/08 Angsuran kedua 1.200.000
Saldo 2.400.000
2.400.000 2.400.000
Hutang istishna’ 00
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 36.000.000 Titipan Angsuran Istishna’ 2.4000.000
Laba rugi tahun berjalan
Gambar 6-16 : Skema penyelesaian proyek 100% (paralel biaya subkon sama dg nilai tunai)
Dari skema transaksi istishna’ yang digambarkan di atas, dilakukan jurnal transaksi istishna’ yang di
lakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah baik sebagai produsen maupun sebagai pemesan sebagai berikut:
1) Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembeli
Oleh karena transaksi istishna’ tersebut di atas merupakan transaksi istishna’ paralel, maka dalam
melaksanakan transaksi dengan PT Wijaya sebagai sub kontraktor, kedudukan LKS Al Hidayah sebagai
pemesan/pembeli, tetapi dilihat dari transaksi yang dilakukan dengan sdr Gaston sebagai pembeli akhir,
maka LKS Al Hidayah kedudukannya sebagai produsen atau pembuat.
(a) Tanggal 1 September 2009 LKS Al Hidayah sebagai pemesan menerima tagihan tahap akhir dari
kontraktor PT. Wijaya sebesar sisa proyek Rp23.200.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
HUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pembayaran 15.000.000 01/07 Tagihan termin ke1 15.000.000
02/08 Pembayaran 21.000.000 01/08 Tagihan termin ke2 21.000.000
02/09 Pembayaran 24.000.000 01/09 Tagihan termin ke 3 24.000.000
Saldo 00
60.000.000 60.000.00
NERACA
Per 02 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Penyelesaian 25% 15.000.000
02/08 Penyelesaian 60% 21.000.000
Saldo 60.000.000 02/09 Penyelesaian 100% 24.000.000
60.000.000 60.000.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1 1.200.000
05/08 Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayaran angs ke2 1.200.000
05/09 Termin ketiga 28.800.000 Saldo 69.600.000
72.000.000 72.000.000
(b) Tanggal 25 September 2009 LKS Al Hidayah menerima pembayaran angusuran bulan ketiga dari
Gaston sebagai pembeli akhir sebesar Rp1.200.000,00
Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan LKS Al Hidayah sama
dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran (pembayaran tangguh) dengan
jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas Rp1.200.000
Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 200.000
Cr. Piutang Istishna’ Rp1.200.000
Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 200.000
Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan posisi akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan dalam LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1 1.200.000
05/08 Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayaran angs ke2 1.200.000
05/09 Termin ketiga 28.800.000 25/09 Pembayaran angs ke 3 1.200.000
Saldo 68.400.000
72.000.000 72.000.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/09 Penyerahan proyek 60.000.000 02/07 Penyelesaian 25% 15.000.000
02/08 Penyelesaian 60% 21.000.000
Saldo 00 02/09 Penyelesaian 100% 24.000.000
60.000.000 60.000.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Gaston sebagai pembeli akhir, sehingga belum
timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Gaston melakukan pembayaran angsuran dicatat seagai ”Titipan
Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :
Dr. Kas Rp1.200.000,00
Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00
Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL
Hidayah sebagai berikut:
TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/07 Angsuran pertama 1.200.000
25/08 Angsuran kedua 1.200.000
25/09 Angsuran ketiga 1.200.000
Saldo 3.600.000
3.600.000 3.600.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/09 Penyerahan proyek 72.000.000 25/09 Pembayaran Angs 1,2,3 3.600.000
Saldo 68.400.000
72.000.000 72.000.000
6.5.2 Istishna’ Paralel – biaya sub kontraktor tidak sama nilai tunai saat
penyerahan.
Dalam ilustrasi contoh dibawah akan dibahas akuntansi istishna’ paralel, dimana jangka waktu
penyelesaian pembuatan barang tidak sama (lebih pendek) dari jangka waktu pembayaran yang dilakukan
oleh pembeli akhir. Disamping itu biaya-biaya yang dibayar kepada sub kontraktor sebagai produsen tidak
sama dengan nilai tunai atau nilai pasar saat penyerahan barang kepada pembeli akhir, sehingga nilai tunai
saat penyerahan ini yang dipergunakan sebagai harga pokok penjualan kepada pembeli akhir.
Contoh : 6-19
Pada tanggal 1 Juni 2009 Bank Syariah “Al Hidayah” menyetujui pembuatan rumah dari Gofur
salah satu nasabah program “KPR MANDIRI” dengan spesifikasi sbb:
Luas Tanah : 120 m2
Luas bangunan : 45 m2
Kontruksi : pondasi batu kali, tembok bata merah dan plesteran, Genteng
plentong, kayu kamper medan
Listik : 450 wats
Air : pompa tangan
Penyerahan rumah : 6 bulan setelah akan ditandatangani
Harga jual dan cara : Harga jual Rp72.000.000,00. dan diangsur per bulan
pembayaran Rp1.200.000,00 selama 60 bulan, sejak pembangunan rumah setiap
tgl 25 dimulai 25 Juli 2009
Lokasi : Perumahan MUSLIM MANDIRI, Pondok Gede, Bekasi
Untuk keperluan tersebut “Al Hidayah” pada tanggal 2 Juni 2009 melakukan kontrak
pembanguan rumah dengan kontraktor “PT. ANDARA” developer perumahan Muslim Mandiri
dengan spesifikasi sebagaimana tersebut di atas, penyerahan dilakukan 4 bulan setelah akad ditanda
tangani sebesar Rp58.000.000,00 dengan pembayaran sebagai berikut:
1. Tanggal 2 Juli 2009 dibayar termin pertama pada saat penyelesaian proyek 25% sebesar
Rp14.500.000,00
2. Tanggal 2 Agustus 2009 dibayar termin kedua pada saat penyelesaian proyek 60%
sebesar Rp20.300.000,00
3. Tanggal 2 September 2009 dibayar termin ketiga pada saat penyelesaian proyek 100%
sebesar Rp23.200.000,00
Harga tunai (wajar) saat penyerahan barang sebesar Rp60.000.000,00 setiap unit dan
menetapkan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar Rp12.000.000,00 kepada Gofur
Dari contoh di atas digambarkan bahwa masa penyelesaian proses produksi aset istishna’ dalam
jangka waktu 4 bulan dengan harga perolehan (harga yang dibayarkan ke kontraktor) sebesar Rp58.000.000
dengan pembayaran secara bertahap. Sedangkan aset istishna’ tersebut dijual kepada nasabah sebagai
pemesan sebesar Rp72.000.000,00 dengan masa pembayaran selama 60 bulan (5 tahun) dan pembayaran
dimulai dari sejak proses produksi aset istishna’. Oleh karena itu akuntansi yang terkait dengan transaksi
HUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pembayaran 14.500.000 01/07 Tagihan termin ke1 14.500.000
Saldo 00
14.500.000 14.500.000
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pengakuan pedptan 15.000.000
Saldo 15.000.000
15.000.000 15.000.000
NERACA
Per 02 Juli 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan posisi akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000
Saldo 18.000.000
18.000.000 18.000.000
NERACA
Per 05 Juli 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
(2) Tanggal 25 Juli 2009 Lembaga Keuangan Syariah menerima pembayaran angsuran bulan pertama
oleh nasabah (Gofur) sebesar Rp1.200.000,00
Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan Lembaga
Keuangan Syariah sama dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran
(pembayaran tangguh) dengan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas Rp1.200.000,00
Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 200.000,00
Cr. Piutang Istishna’ Rp1.200.000,00
Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 200.000,00
Dengan adanya jurnal tersebut mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan pada Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bln-1 1.200.000
Saldo 16.800.000
18.000.000 18.000.000
NERACA
Per 25 Juli 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Hutang istishna’ 00
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 15.000.000 Titipan Angsuran Istishna’ 1.200.000
Laba rugi tahun berjalan
Keuntungan istishna’ 500.000
(1) Tanggal 1 Agustus 2009 LKS AL Hidayah menerima tagihan dari kontraktor PT. ANDARA tahap
kedua sebesar Rp20.300.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
penyelesaian proyek 60% x Rp58.000.000,00 = Rp34.800.000,00
Pembayaran termin pertama Rp14.500.000,00
-----------------------
Tagihan termin tahap kedua Rp 20.300.000,00
Dengan adanya transaksi tersebut maka LKS Al Hidayah sebagai produsen melakukan jurnal
sebagai berikut:
Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp20.300.000,00
Cr. Hutang Istishna’ Rp20.300.000,00
(2) Tanggal 2 Agustus 2009 LKS Al Hidayah sebagai pemesan melakukan pembayaran tagihan termin
tahap kedua ke PT ANDARA sebagai kontraktor sebesar Rp20.300.000,00.
HUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pembayaran 14.500.000 01/07 Tagihan termin ke1 14.500.000
02/08 Pembayaran 20.300.000 01/08 Tagihan termin ke2 20.300.000
Saldo 00
34.800.000 34.800.00
NERACA
Per 2 Agustus 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Penyelesaian 25% 15.000.000
02/08 Penyelesaian 60% 21.000.000
Saldo 36.000.000
36.000.000 36.000.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1 1.200.000
05/08 Termin kedua 25.200.000
Saldo 42.000.000
43.200.000 43.200.000
NERACA
Per 5 Agustus 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
(2) Tanggal 25 Agustus 2009 LKS Al Hidayah menerima pembayaran angsuran bulan kedua dari Gofur
sebagai pembeli akhir sebesar Rp1.200.000,00
Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan LKS Al Hidayah sama
dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran (pembayaran tangguh) dengan
jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas Rp1.200.000
Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 200.000
Cr. Piutang Istishna’ Rp1.200.000
Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 200.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bln-1 1.200.000
05/08 Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayaran angs ke2 1.200.000
Saldo 40.800.000
43.200.000 43.200.000
NERACA
Per 25 Agustus 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 40.800.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (6.800.000)
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 36.000.000 Laba rugi tahun berjalan
Termin Istishna’ (36.000.000) Keuntungan istishna’ 1.200.000
Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Gofur sebagai pembeli akhir, sehingga belum
timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Gofur melakukan pembayaran angsuran dicatat seagai ”Titipan
Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :
Dr. Kas Rp1.200.000,00
Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00
Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL
Hidayah sebagai berikut:
TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/07 Angsuran pertama 1.200.000
25/08 Angsuran kedua 1.200.000
Saldo 2.400.000
2.400.000 2.400.000
NERACA
Per 25 Agustus 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Hutang istishna’ 00
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 36.000.000 Titipan Angsuran Istishna’ 2.4000.000
Laba rugi tahun berjalan
Keuntungan istishna’ 1.200.000
Gambar 6-19 : Skema penyelesaian proyek 100% (biaya subkon tdk sama dg nilai tunai)
Dari skema transaksi istishna’ yang digambarkan di atas, dilakukan jurnal transaksi istishna’ yang di
lakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah baik sebagai produsen maupun sebagai pemesan sebagai berikut:
a) Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembeli
Oleh karena transaksi istishna’ tersebut di atas merupakan transaksi istishna’ paralel, maka dalam
melaksanakan transaksi dengan PT Andara sebagai sub kontraktor, kedudukan LKS Al Hidayah sebagai
pemesan/pembeli, tetapi dilihat dari transaksi yang dilakukan dengan sdr Gofur sebagai pembeli akhir,
maka LKS Al Hidayah kedudukannya sebagai produsen atau pembuat.
(1). Tanggal 1 September 2009 LKS Al Hidayah sebagai pemesan menerima tagihan dari kontraktor PT.
ANDARA sebesar sisa proyek Rp23.200.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
Harga kontrak Rp58.000.000,00
Pembayaran pertama Rp14.500.000,00
Pembayaran kedua Rp20.300.000,00
Rp34.800.000,00
--------------------
Sisa pembayaran harga kontrak Rp23.200.000,00
Dengan diterima tagihan dari PT Andara sebagai sub kontraktor tersebut, LKS Al Hidayah
melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp23.200.000,00
Cr. Hutang Istishna’ Rp23.200.000,00
HUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pembayaran 14.500.000 01/07 Tagihan termin ke1 14.500.000
02/08 Pembayaran 20.300.000 01/08 Tagihan termin ke2 20.300.000
02/09 Pembayaran 23.200.000 01/09 Tagihan termin ke 3 23.200.000
Saldo 00
58.000.000 58.000.00
PENDAPATAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pengakuan pendapatan 15.000.000
02/08 Pengakuan pendapatan 21.000.000
Saldo 60.000.000 02/09 Pengakuan pendapatan 24.000.000
60.000.000 60.000.000
NERACA
Per 02 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Penyelesaian 25% 15.000.000
02/08 Penyelesaian 60% 21.000.000
Saldo 60.000.000 02/09 Penyelesaian 100% 24.000.000
60.000.000 60.000.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1 1.200.000
05/08 Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayran angs ke2 1.200.000
05/09 Termin ketiga 28.800.000
Saldo 69.600.000
72.000.000 72.000.000
NERACA
Per 5 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 69.600.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.600.000)
(2) Tanggal 25 September 2009 LKS Al Hidayah menerima pembayaran angsuran bulan ketiga dari
Gofur sebagai pembeli akhir sebesar Rp1.200.000,00
Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan LKS Al Hidayah
sama dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran (pembayaran tangguh)
dengan jurnal sebagai berikut:
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/07 Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1 1.200.000
05/08 Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayaran angs ke2 1.200.000
05/09 Termin ketiga 28.800.000 25/09 Pembayaran angs ke 3 1.200.000
Saldo 68.400.000
72.000.000 72.000.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 68.400.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.400.000)
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 60.000.000
Termin Istishna’ (60.000.000) Laba rugi tahun berjalan
Keuntungan istishna’ 2.000.000
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/09 Penyerahan proyek 60.000.000 02/07 Penyelesaian 25% 15.000.000
02/08 Penyelesaian 60% 21.000.000
Saldo 00 02/09 Penyelesaian 100% 24.000.000
60.000.000 60.000.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Gofur sebagai pembeli akhir, sehingga belum
timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Gofur melakukan pembayaran angsuran dicatat sebagai ”Titipan
Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :
Dr. Kas Rp1.200.000,00
Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00
Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL
Hidayah sebagai berikut:
TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/07 Angsuran pertama 1.200.000
25/08 Angsuran kedua 1.200.000
25/09 Angsuran ketiga 1.200.000
Saldo 3.600.000
3.600.000 3.600.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Hutang istishna’ 00
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 60.000.000 Titipan Angsuran Istishna’ 3.600.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/09 Penyerahan proyek 72.000.000 25/09 Pembayaran Angs 1,2,3 3.600.000
Saldo 68.400.000
72.000.000 72.000.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
HUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/07 Pembayaran 14.500.000 01/07 Tagihan termin ke1 14.500.000
02/08 Pembayaran 20.300.000 01/08 Tagihan termin ke2 20.300.000
02/09 Pembayaran 23.200.000 01/09 Tagihan termin ke 3 23.200.000
Saldo 00
58.000.000 58.000.00
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penyerahan 72.000.000 Pembyran Angs 1 sd 3 3.600.000
Saldo 68.400.000
72.000.000 72.000.000
Saldo 11.400.000
12.000.000 12.000.000
NERACA
Per 25 September 2009
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 00
Laba rugi tahun berjalan
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 00 Keuntungan istishna’ 2.000.000
Jika penyerahan proyek dan tagihan pembayaran dilakukan sekaligus oleh LKS Al Hidayah kepada
Gofur, maka jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Dr. Piutang Istishna’ Rp72.000.000,00
Cr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp58.000.000,00
Cr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp12.000.000,00
Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ (selisih tunai) Rp 2.000.000,00
Selanjutnya jurnal pembayaran angsuran sampai pelunasan dan pengaruhnya pada akun-akun yang
terkait dalam Laporan posisi Keuangan dan LAPORAN LABA RUGI seperti dalam pembayaran
angsuran murabahah atau pembayaran angsuran istishna’ di atas.
Gambar 6-20 : Istishna’ paralel (jangka waktu produksi sama dg jangka waktu pembayaran)
Dari ilustrasi contoh tersebut di atas jurnal yang dilakukan sehubungan dengan transaksi istishna’
tersebut adalah sebagai berikut:
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Tagihan termin 280.000.000 Penerimaan pembay 230.000.000
Saldo 50.000.000
280.000.000 280.000.000
HUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Pembayaran termin 290.000.000 Penerimaan tagihan 300.000.000
Saldo 10.000.000
300.000.000 300.000.000
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Saldo 280.000.000 Tagihan Termin 280.000.000
280.000.000 280.000.000
6. Posisi perkiraan dalam administrasi Lembaga Keuangan Syariah atas transaksi istishna’ paralel pada
tahun kedua adalah :
ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Pembay termin ke-1 300.000.000
Pembay termin ke 2 100.000.000 Saldo 400.000.000
400.000.000 400.000.000
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Tagihan termin 1 280.000.000 Penerimaan pembay 230.000.000
Tagihan termin 2 220.000.000 Penerimaan pembay 270.000.000
Saldo 00
500.000.000 500.000.000
HUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Pembayaran termin 290.000.000 Penerimaan tagihan 300.000.000
Pembayaran 110.000.000 Penerimaan tagihan 100.000.000
Saldo 00
400.000.000 400.000.000
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Tagihan Termin ke 1 280.000.000
Saldo 500.000.000 Tagihan termin ke 2 220.000.000
500.000.000 500.000.000
NERACA
Per dd/mm/yyyy
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Piutang Istishna’ 00
TERMIN ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penerimaan pembay 280.000.000
Saldo 280.000.000
280.000.000 280.000.000
NERACA
Per tanggal xx/xx/ 2004
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Istishna’ Dlm Penyelesaian 375.000.000
Termin Istishna’ (280.000.000)
Piutang Istishna’ 50.000.000
Dalam perhitungan pendapatan yang akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan distribusi hasil
usaha, yang harus diperhatikan adalah adanya aliran kas masuk, sehingga harus dilakukan perhitungan yang
matang berapa yang telah didukung dengan adanya aliran kas masuk. Posisi perkiraan dalam Lembaga
Keuangan Syariah atas transaksi istishna’ pada tahun kedua (setelah dilakukan perhitungan dan pengakuan
pendapatan atas metode persentase penyelesaian )adalah :
PIUTANG ISTISHNA’
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Penagihan ke pembeli 280.000.000 Penerimaan pembay 230.000.000
Penagihan ke pembeli 220.000.000 Penerimaan pembay 270.000.000
Saldo 00
500.000.000 500.000.000
NERACA
Per dd/mm/yyyy
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
6.7.1 Pertanyaan-pertanyaan
1. Salah satu prinsip penyaluran dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah adalah Istishna’
a. Jelaskan pengertian, jenis istishna’ dan istishna’ paralel?
b. Jelaskan karakteristik istishna’ dan istishna’ paralel?
2. PSAK 104 mengatur tentang Akuntansi Istishna’ baik untuk produsen/kontraktor atau pembeli
a. Jelaskan cakupan akuntansi istishna’ dan jelaskan kapan menggunakan akuntansi penjual dan
kapan menggunakan akuntansi pembeli?
b. Jelaskan beberapa akun yang dipergunakan dalam akuntansi penjual dan akuntansi pembali
dalam transaksi istishna’?
3. Istishna’ biasanya dipergunakan untuk kontruksi dimana dalam kontruksi dimungkinkan adanya
tambahan biaya yang tidak dapat dihindari untuk menyelesaikan proyek tersebut misalnya adanya
kenaikan material dsb.
a. Jelaskan pengertian penyatuan dan segmentasi akad dalam istishna’ ?
b. Jelaskan pengakuan dan pengukuran perubahan pesanan dan tagihan tambahan yang
dilakukan Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual atau produsen?
4. Pengakuan pendapatan dalam istishna’ dalam dilakukan dengan menggunakan metode persentase
penyelesaian (procentage method) dan metode penyelesaian (completed method)
a. Jelaskan pengukuran dan pengakuan motode persentasi penyelesaian dan metode
penyelesaian yang dimakud?
b. Jelaskan pengakuan dan pengukuran istishna’ dengan pembayaran tangguh?
5. Istishna’ dan murabahah merupakan transaksi jual beli yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan
Syariah
a. Jelaskan perbedaan dan kesamaan istishna’ dan murabahah?
b. Jelaskan keuntungan dan kelemahan melakukan renovasi rumah dengan mempergunakan
akad murabahah dan akan istishna’?
Soal kesatu
H. Abubakar memiliki Yayasan Pendidikan Islam ”ABUBAKAR”dari TK hingga SMU.
Sehubungan dengan meningkatnya peminat sekolah tersebut, YPI Abubakar mengajukan
permohonan untuk melakukan penambahan beberapa kelas dan disepakati oleh Bank Syariah,
dengan data sbb:
Nama barang : Lokal kelas
Jumlah : 10 kelas
Spesifikasi : 6 x 9 m, diding bata merah, atap asbes,
kerangka kayu mranti super
Pembayaran : dilakukan setelah serah terima kelas dan diangsur
selama jangka waktu 2 tahun
Atas kesepakatan dengan YPI Abubakar tersebut bank syariah menunjuk PT Wijaya untuk
melakukan pembangunan dengan spesifikasi sebagaimana tersebut di atas, dengan harga
Rp500.000.000,00. Pembayaran dilakukan secara bertahap yaitu :
Tahap Jumlah Persentase penyelesaian
A pertama Rp150.000.000,00 10%
B kedua Rp200.000.000,00 50%
c. ketiga Rp100.000.000,00 75%
D keempat Rp 50.000.000,00 100%
Sesuai keputusan ALCO, Bank Syariah Amanah Ummat mengharapkan keuntungan setara
dengan 20%/pa.
Diminta :
1. Tentukan prinsip syariah yang dipergunakan dalam transaksi tersebut
2. Perhitungan dan jurnal sehubungan dengan transaksi tersebut
Soal kedua
Pada tanggal 1 Juni 2009 Bank Syariah “Al Hidayah” menyetujui pembuatan rumah dari Muslikun
salah satu nasabah program “KPR MANDIRI” dengan spesifikasi sbb:
Luas Tanah : 120 m2
Luas bangunan : 45 m2
Kontruksi : pondasi batu kali, tembok bata merah dan plesteran, Genteng
plentong, kayu kamper medan
Listik : 450 wats
Air : pompa tangan
Penyerahan rumah : 6 bulan setelah akan ditandatangani
Jangka waktu : 36 bulan dimulai sejak rumah dalam pembangunan dari harga jual
pembayaran Rp72 juta setiap tanggal 25 dilakukan mulai tanggal 25 Juli 2009
Lokasi : Perumahan MUSLIM MANDIRI, Pondok Gede, Bekasi
Untuk keperluan tersebut “Al Hidayah” pada tanggal 2 Juni 2009 melakukan kontrak
pembanguan rumah dengan kontraktor “PT. WIJAYA” developer perumahan Muslim Mandiri
dengan spesifikasi sebagaimana tersebut di atas, penyerahan dilakukan 4 bulan setelah akad ditanda
tangani sebesar Rp 58.000.000,00 dengan pembayaran sebagai berikut:
Tanggal Termin % penyelesaian Jumlah
a 2 Agustus 2009 kedua 50% Rp29.000.000,00
b. 2 Oktober 2009 keempat 100% Rp29.000.000,00
Soal ketiga
PT Angin Ribut akan membangun komplek perumahan untuk karyawannya dengan data-data
tersebut dibawah dan karena tidak mempunyai dana untuk membangun mereka mendatangi bank
syariah untuk dapat membantu pendanaan pembangunan tersebut
Type rumah : Type 28 (batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450 w, air
pompa tangan)
Jumlah rumah : 1.000 unit
Harga per unit rumah : Rp60.000.000,00
Jangka waktu penyerahan : 24 bulan
Pembayaran : Pembayaran oleh pegawai dilakukan dengan cara cicilan
selama 60 bulan
Untuk memenuhi kebutuhan PT Angin Ribut bank syariah melakukan pemesanan kepada PT
Angin Mamiri, sebagai kontraktor untuk dapat membangun perumahan tersebut dengan
kesepakatan :
Type rumah : Type 28 ( batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450 W, air
pompa tangan)
Jumlah rumah : 1.000 unit
Harga per unit rumah : Rp50.000.000,00
Jangka waktu penyerahan : 18 bulan
Pembayaran : Termin 1 sebesar Rp30.000.000.000,00
Termin 2 sebesar Rp10.000.000.000,00
Termin 3 sebesar Rp10.000.000.000,00
Penjelasan tambahan
1. Pada bulan 12 PT Angin Mamiri telah dapat menyelesaikan pembangunan sebanyak 700 unit
rumah dan telah diserahkan kepada Bank Syariah
2. Pada waktu yang sama rumah tersebut diserahkan kepada karyawan PT Angin Ribut melalui
pemimpin perusahaannya
Diminta:
Buatlah perhitungan dan jurnal yang terkait dengan transaksi tersebut?
Soal keempat
Bank Syariah As Syuhada menyetujui permohonan YPI As-Suhada untuk melakukan
pembangunan rumah untuk guru dengan data-data sebagai berikut :
Type rumah : Type 45 (batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450 w, air
pompa tangan)
Jumlah rumah : 100unit
Harga per unit rumah : Rp720.000.000,00
Jangka waktu penyerahan : 6 bulan
Pembayaran : Pembayaran oleh pegawai dilakukan dengan cara cicilan
selama 60 bulan
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Bank syariah melakukan akad dengan kontraktor
untuk melakukan membangun perumahan tersebut dengan kesepakatan :
Soal kelima
BPRS “Al Hidayah” Jakarta menyetujui pembuatan rumah dari Bapak Abdulah melalui
program “KPR MANDIRI” dengan spesifikasi sebagai berikut:
Luas Tanah : 120 m2
Luas bangunan : 45 m2
Kontruksi : pondasi batu kali, tembok bata merah dan plesteran, Genteng
plentong, kayu kamper medan
Listik : 450 wats
Air : pompa tangan
Harga Rumah : Rp120 juta
Jangka waktu pembay : 60 bulan dimulai setelah rumah diterima oleh karyawan
Lokasi : Perumahan MUSLIM MANDIRI, Pondok Gede, Bekasi
Untuk keperluan tersebut BPRS “Al Hidayah” melakukan kontrak pembanguan rumah
dengan kontraktor “PEMBANGUNAN JAYA” developer perumahan Muslim Mandiri dengan
spesifikasi sebagaimana tersebut di atas dengan harga kontrak sebesar Rp100.000.000,00 dan
pembayaran dilakukan sekaligus saat akad ditanda tangani.
Diminta::
1. Buatlah gambar alur transaksi tersebut di atas
2. Buatlah perhitungan dan jurnal :
(a) pembayaran harga kontrak kepada kontraktor ANDARA
(b). penyerahan barang kepada BPRS Al Hidayah
(c) penyerahan barang kepada Tuan Gofur
(d) pembayaran angsuran tuan Gofur
Soal keenam
Bank Syariah Mardatillah melakukan akad dengan Lembaga Pendidikan Pengembagan
Syariah – Insan Mulia (LPPS – Insan Mulia) untuk pembangunan laboratorium mini banking
dengan data-data sebagai berikut:
Nama Barang : Ruang Laboratorium Mini Banking Syariah
Luas bangunan : 1.000 m2
Kontruksi : pondasi batu kali, tembok bata merah dan plesteran, Genteng plentong,
kayu kamper medan
Listik : 7.000 wats
Air : Jetpam dengan merk “Kuzuka”
Harga Bangunan : Rp720.000.000,00
Pembayaran : Dilakukan secara bertahap/angsuran selama 60 bulan dimulai setelah
Ruang Laboratorium Mini Banking Syariah tersebut diserahkan kepada
LPPS – Insan Mulia
Lokasi : Komplek LPPS – Insan Mulia, Jl. Cilandak KKO nomor 50 Jakarta
Selatan
Soal ketujuh
Yayasan Pendidikan Islam ”DARUNAZAH” memiliki TK hingga SMU. Sehubungan
dengan meningkatnya peminat sekolah tersebut, YPI Darunazah mengajukan permohonan untuk
melakukan penambahan beberapa kelas dan sepakati oleh Bank Syariah Amal Sehajtera, dengan
data-data sebagai berikut:
Nama barang : Lokal kelas
Jumlah : 10 kelas
Spesifikasi : 6 x 9 m, diding bata merah, atap asbes,
kerangka kayu mranti super
Harga : Rp720.000.000,00
Pembayaran : sekaligus setelah diterima barang
Atas kesepakatan dengan YPI Darunazah Bank Syariah Amal Sejahtera menunjuk PT
Sentosa untuk melakukan pembangunan dengan spesifikasi sebagaimana tersebut di atas, dengan
harga Rp600.000.000,00. Pembayaran dilakukan secara bertahap yaitu tahap pertama sebesar
Rp150.000.000,00, tahap kedua sebesar Rp250.000.000,00 dan tahap ketiga sebesar
Rp200.000.000,00
Diminta :
Buatlah jurnal dan perhitungan yang dilakukan oleh Bank Syariah Amal Sejahtera atas
transaksi tersebut di atas antara lain
a. Pembayaran yang dilakukan kepada PT Sentosa
b. penerimaan barang dari PT Sentosa
c. penyerahan barang kepada YPI Darunazah
d. pembayaran harga barang oleh YPI Darunazah
Soal kedelapan
Bank Syariah Ngudi Berkah menyetujui permohonan YPI As-Suhada untuk melakukan
pembangunan rumah untuk guru dengan data-data sebagai berikut :
Type rumah : Type 45 (batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450 w, air
pompa tangan)
Jumlah rumah : 10 unit
Harga per unit rumah : Rp72.000.000,00
Soal kesembilan
Nurcahyo salah satu nasabah BPRS Citra Mandiri sepakat untuk memiliki rumah melalui
program ”Rumah Muslim Citra Mandiri” dengan data-data sebagai berikut:
Type rumah : Type 90 (bata merah, lantai keramik, atap genteng plentong, kusen
kayu jati, listrik 1500 w, air pompa mesin)
Luas Tanah : 120 M
Harga rumah : Rp360.000.000,00 terdiri harga pokok Rp300.000.000,00 dan
keuntungan disepakati Rp60.000.000,00
Jk waktu penyerahan : 6 bulan
Pembayaran : Secara angsuran selama 60 bulan setiap tanggal 25 dimulai tanggal
25 Februari 2009
Untuk memenuhi kebutuhan Nurcahyo tersebut, BPRS Citra Mandiri membangun sendiri
rumah di Komplek Perumahan “Rumah Muslim Citra Mandiri” dalam jangka waktu paling lama 4
bulan mulai tanggal 1 Februari 2009 dengan data-data sebagai berikut:
1. Bulan Februari untuk menyelesaikan tahapan rumah 40% dikeluarkan biaya-biaya material,
upah tenaga kerja, upah pengawas dan biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan
tersebut sebesar Rp100.000.000,00
2. Bulan Maret untuk menyelesaikan tahapan rumah 70% dikeluarkan tambahan biaya material,
upah tenaga kerja dan biaya lainnya sebesar Rp100.000.000,00
3. Bulan April untuk penyelesaian pembangunan dan dikeluarkan biaya pembangungan sebesar
Rp50.000.000,00
Diminta
1. Perhitungan atas transaksi di atas
2. Jurnal dari transaksi di atas, baik bank menggunakan metode pengakuan pendapatan sesuai
persentase penyelesaian rumah dan metode penyelesaian rumah.
Salah satu keunikan Lembaga Keuangan Syariah adalah prinsip bagi hasil, khususnya mudharabah.
Mudharabah merupakan transaksi yang harus dilaksanakan atas dasar kepercayaan. Kepercayaan harus
didasari dengan penerapan akidah, akhlaq dan moral sesuai dengan ketentuan syariah. Para pelaku
mudharabah khususnya pengelola dana harus dapat memahami dan mengimplementasikan dengan
sungguh2 dan penuh tanggung jawab atas sifat Rasul yaitu STAF (Shidiq, Tabligh, Amanah dan Fatonah).
Tanpa dilandasi sifat itu prinsip mudharabah sulit untuk dilaksanakan misalnya dalam menentukan hasil
usaha yang diperoleh.
Unsur Mudharabah adalah ditentukannya keberadaan kedua belah pihak, yaitu disatu pihak sebagai
penyedia dana dan pihak lainnya sebagai orang yang ahli dalam pekerjaan/usaha. Bank-bank syariah
menggunakan prinsip Mudharabah dengan para pemegang rekening investasi (deposan/penabung) dan
juga dengan pembiayaan Mudharabah. Dalam hal yang lain, Bank syariah bisa juga melaksanakan suatu
peranan ganda dalam memberikan pembiayaan Mudharabah yakni sebagai mudharib dari para pemegang
rekening investasi dan sebagai agen/wakil dari pemegang saham. Meskipun demikian, di dalam
pembukuannya perlakuan akuntansi berbeda yakni satu sebagai Mudharib dengan para pemegang rekening
investasi (dan) dan satu lagi sebagai penyedia dana dengan para penerima pembiayaan Mudharabah.
Perbedaan ini merupakan dasar untuk menentukan ruang lingkup standar yang telah dijelaskan, sebagai
contoh, tidak bolehnya Bank syariah melepaskan diri sebagai penyedia dana dari perjanjian dalam
pengelolaan dana (pembiayaan Mudharabah).
Tujuan dalam mudharabah memberikan imbalan kepada pemilik dana dari hasil usaha yang
diperoleh oleh pengelola dana yang porsinya disepakati diawal, sehingga hasil yang diperoleh dari pemilik
dana sangat tergantung pada pengelola dana, pemilik dana tidak pernah meminta imbalan pasti dalam
bentuk nominal dimuka. Perhitungan pembagian hasil usaha selalu dilakukan oleh mudharib, karena dalam
mudharabah perkerjaan merupakan hak exclusif dari mudharib, pemilik dana tidak diperkenankan terlibat
dalam manajemen usaha, pemilik dana hanya memiliki hak untuk melakukan pengawasan. Dengan adanya
pekerjaan merupakan hak exklusif mudharib, maka yang mengetahui besarnya hasil usaha juga mudharib, oleh
karena itu yang melakukan pembagian hasil usaha juga mudharib. Jadi dalam hal penghimpunan dana
Lembaga Keuangan Syariah, pembagian usaha dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai
mudharib. Sebaliknya dalam penyaluran dana dengan prinsip mudharabah (pembiayaan mudharabah),
perhitungan pembagian hasil usaha dilakukan oleh nasabah sebagai mudharib karena LKS sebagai pemilik
dana. Pihak manapun yang kedudukannya sebagai mudharib sangat diperlukan kejujuran, transparansi,
amanah dari pengelola dana. Debitur sebagai mudharib dalam pembiayaan mudharabah, dimata Lembaga
Keuangan Syariah sebagai pemilik dana, sama kedudukannya Lembaga Keuangan Syariah sebagai
mudharib dalam penghimpunan dana mudharabah dimata deposan sebagai pemilik dana.
A. Jenis Mudharabah
Prinsip mudharabah yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah diterjemahkan
menjadi “Investasi Tidak Terikat” untuk penghimpunan dana dan “Pembiayaan Mudharabah” untuk
penyaluran dana. Karena banyak menimbulkan salah pengertian “Investasi Tidak Terikat” yang berada
pada posisi pasiva maka dalam PSAK Syariah yang baru istilah tersebut disempurnakan menjadi “Dana
Syirkah Temporer” , sedangkan “pembiayaan mudharabah” disempurnakan menjadi “Investasi
Mudharabah”. Dikatakan mudharabah muthlaqah jika pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
2) Mudharabah Muqayyadah (Investasi Terikat)
Mudharabah muqayyadah dalam PSAK 59 maupun PSAK syariah yang baru diterjemahkan
sebagai ”Investasi Terikat”, apabila pemilik dana (shahibul maal) memberikan syarat-syarat tertentu kepada
mudharib dalam pengelolaan dana. Dalam Mudharabah muqayyadah Lembaga Keuangan Syariah dapat
bertindak sebagai pemilik dana dan dapat pula sebagai pengelola dana. Dalam Mudharabah muqayyadah
pemilik modal mengikat pelaksana untuk berdagang di negeri tertentu atau tempat tertentu, atau waktu
tertentu. Atau pemilik modal menekankan pada pelaksana untuk tidak membeli dan menjual kepada orang
tertentu.. Dikatakan mudharabah muqayyadah jika pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola
dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi. Pembahasan tentang Investasi Terikat
akan dibahas dalam bab selanjutnya
3) Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah ini merupakan perpaduan akad mudharabah dengan akad musyarakah,
yaitu akad mudharabah dimana pengelola dana (nasabah) memiliki kontribusi modal dalam usaha tersebut
sebagaimana kontribusi modal dalam musyarakah (dalam mudharabah seluruh dana berasal dari pemilik
dana). Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal
atau dananya dalam kerjasama investasi.
Mudharabah mutlak pemilik modal tidak mengikat si pelaksana/pekerja. Contohnya “saya serahkan
harta ini untuk dimudharabahkan dengan syarat keuntungan milik bersama”. Dalam hal penentuan waktu
dan orang-orang, Imam Abu Hanifah serta Ahmad membolehkan pelaksana untuk tidak melaksanakan
ketentuan yang telah ditetapkan pemilik modal. Menurut Syafi`i dan Imam Malik, tidak dibenarkan bahkan
wajib melaksanakan apa yang telah ditentukan pemilik modal. Dalam masalah menghubungkan
mudharabah dengan waktu yang akan datang, Abu Hanifah dan Ahmad membolehkannya, menurut Malik
dan syafi`i tidak boleh. Contohnya “harta ini baru bisa dimudharabahkan pada bulan depan”. Adapun
mudharabah bersyarat, contohnya jika si fulan datang kepadamu dengan piutang saya, jadikanlah ia modal
untuk mudharabah. Hanabilah dan Zaidiyah membolehkan mudharabah bersyarat, sedangkan Hanafiyah,
Malikiyah dan Syafi`iyah melarang, alasannya karena mudharabah itu tujuannya untuk mendapat sebagian
dari keuntungan dan menyerahkan harta modal tidak sah dengan adanya syarat.
Dalam sub bab ini dibahas akuntansi pemilik yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah terkait
dengan pengelolaan dana yang menggunakan prinsip mudharabah (Lembaga Keuangan Syariah sebagai
pemilik dana). Akuntansi Pemilik Dana ini juga dapat diterapkan untuk pemodal/investor atau deposan
atas penghimpunan dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (deposan sebagai pemilik dana).
Jika diperhatikan ketentuan-ketentuan dalam PSAK 105 tentang akuntansi Mudharabah, yang banyak
dibahas dalam akuntansi pemilik dana adalah pada sudut penyaluran dana yang dilakukan oleh LKS
sebagai pemilik dana.
Pencatatan dalam rekening admisnitratif yaitu akun Kewajiban Komitmen Investasi Mudharabah ini
dilakukan karena penyerahan modal mudharabah dapat dilakukan secara bertahap dan usaha mudharabah
baru dianggap berjalan setelah seluruh modal mudharabah diserahkan kepada pengelola (mudharib).
Penyerahan modal secara bertahap ini dilakukan dengan memperhatikan tahapan-tahapan usaha yang
dilakukan dalam mudharabah.
PERSEDIAAN/ASET MUDHARABAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
05/01 4 mesin textil 18.800.000
Saldo 18.800.000
18.800.000 18.800.000
NERACA
Per 05 Januari 2008
Aktiva Pasiva
INVESTASI MUDHARABAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/01 Modal kas 30.000.000 Saldo 30.000.000
30.000.000 30.000.000
NERACA
Per 25 Januari 2008
Aktiva Pasiva
1) Nilai wajar modal non kas (barang) lebih besar dari nilai tercatatnya
Sebelum penyerahan modal mudharabah dalam bentuk non kas (barang), LKS melakukan
pengadaan aset mudharabah yang tercatat pada persediaan sebesar harga perolehan. Sedangkan pada saat
modal non kas (barang) diserahkan kepada mudharib harus dilakukan penilaian sesuai dengan nilai wajar
saat penyerahan sehingga dapat terjadi perbedaan antara nilai tercatat dengan nilai wajar saat penyerahan.
Jika nilai wajar lebih besar dari nilai tercatatnya sehingga timbul keuntungan dan diakui sebagai keuntungan
mudharabah tangguhan dan diamortisasi selama jangka waktu akad. Hal ini sesuai ketentuan dalam PSAK
105 paragraf 13 huruf (b) butir (i) sebagai berikut:
13. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:
(b) investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas
pada saat penyerahan:
(i) jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya
diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad
mudharabah.
Modal mudharabah non kas diukur sebesar nilai wajar saat penyerahan, sehingga dapat terjadi
perbedaan antara nilai wajar dengan nilai tercatatnya. Jika nilai wajar lebih tinggi dari nilai wajar sehingga
timbul keuntungan maka keuntungan atas penyerahan modal mudharabah non kas tersebut diakui sebagai
“keuntungan mudharabah tangguhan” dan dimortisasi selama jangka waktu akad
INVESTASI MUDHARABAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/01 Modal kas 30.000.000
27/01 Modal non kas 20.000.000
Saldo 50.000.000
50.000.000 50.000.000
Persedaiaan/Aset Mudharabah 0
Keuntungan mudharabah tangguhan yang merupakan akibat selisih nilai wajar dengan nilai tercatat
tersebut amortisasi harus dilakukan selama jangka waktu akad, sehingga besarnya amortisasi adalah :
Rp1.200.000,00 : 24 = Rp50.000,00 per bulan
Atas amortisasi tersebut jurnal yang dilakukan oleh LKS “Amal Sejahtera” adalah sebagai berikut:
Dr. Keuntungan Mudharabah Tangguhan Rp50.000,00
Cr. Keuntungan Penyerahan modal non kas Mdh Rp50.000,00
Atas jurnal amortisasi keuntungan mudharabah tangguhan tersebut mengakibatkan perubahan
akun-akun dan neraca LKS Amal Sejahtera sebagai berikut :
NERACA
Per 30 Januari 2008
Aktiva Pasiva
Persedaiaan/Aset Mudharabah 0
Investasi Mudharabah ( (kas) 30.000.000
2) Nilai wajar modal non kas (barang) lebih kecil dari nilai tercatatnya
Kemungkinan lain penyerahan modal mudharabah non kas (barang) adalah nilai wajar saat
penyerahan lebih kecil dari nilai tercatatnya, Jika terjadi demikian maka selisih nilai wajar dan nilai tercatat
diakui sebagai kerugian sekaligus saat terjadinya. Hal ini sesuai ketentuan dalam PSAK 105, paragraf 13,
huruf (b) butir (ii) sebagai berikut:.
13. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:
(b) investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas
pada saat penyerahan:
(ii) jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian;
Kemungkinan lain saat menyerahkan modal mudharabah non kas adalah nilai wajar saat penyerahan
lebih kecil dari nilai tercatatnya sehingga timbul kerugian. Jika wilai wajar lebih kecil dari nilai tercatatnya,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian penyerahan aset mudharabah dan diakui saat terjadinya kerugian.
Contoh: 6-10
Misalnya salah satu mesin textil yang diserahkan kepada pabrik textil sebagai pengelola dana yang
penyerahannya dilakukan di pabrik textil. Dalam perjalanan menuju pabrik terjadi kecelakaan dan
mesin textil mengalami kerusakan senilai Rp500.000,00.
Atas penurunan modal mudharabah non kas sebelum usaha dimulai tersebut, LKS sebagai pemilik
dana dilakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Beban Kerugian Investasi Mudharabah Rp500.000,00
Cr. Investasi Mudharabah Rp500.000,00
NERACA
Per 30 Januari 2008
Aktiva pasiva
Persediaan/Aset Mudharabah 0
Akibat penurunan nilai dan penerimaan bagi hasil mudharabah tersebut, maka nilai bersih hasil
investasi mudharabah adalah sebagai berikut:
Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Rp3.500.000,00
Penurunan nilai Investasi Mdh (penyusutan) Rp 800.000,00
Amortisasi keuntungan tangguhan (Rp 50.000,00)
-------------------
Rp 750.000,00
-------------------
Hasil bersih investasi mudharabah Rp2.750.000,00
Akun “Biaya Penurunan Nilai Investasi Mudharabah” sebagai pengurang dari pendapatan bagi hasil
mudharabah.
NERACA
Per 15 Januari 2010
Aktiva Pasiva
Persedaiaan/Aset Mudharabah 00
Investasi Mudharabah (kas) 00
Investasi Mudharabah (non kas) 20.000.000
Keuntungan Mdh Tangguhan (00)
Akumulasi penurunan nilai (19.200.000)
NERACA
Per 15 Januari 2010
Aktiva Pasiva
Persedaiaan/Aset Mudharabah 00
PIUTANG MUDHARIB
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Saldo 30.000.000
30.000. 000 30.000.000
NERACA
Per 15 Januari 2010
Aktiva Pasiva
Pada saat dilakukan pembayaran pengembalian modal modal yang telah jatuh tempo oleh Zainudin
sebagai pengelola sebesar Rp30.000.000 maka LKS Amal Sejahtera melakukan sebagai berikut:
Dr. Kas/Rekening mudharib Rp30.000.000,00
Cr. Piutang Mudharib Rp30.000.000,00
Atas jurnal di atas akan mengakibatkan perubahan posisi akun dan Neraca LKS “Amal Sejahtera”
sebagai berikut:
PIUTANG MUDHARIB
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/01 Modal kas Jatuh Tempo 30.000.000 Pembayaran 30.000.000
Saldo 00
30.000. 000 30.000.000
NERACA
Per 15 Januari 2010
Aktiva Pasiva
Piutang Mudharib 00
Investasi Mudharabah (kas) 00
Investasi Mudharabah (non kas) 20.000.000
Keuntungan Mdh Tangguhan (00)
Akumulasi penurunan nilai (19.200.000)
NERACA
Per 15 Januari 2010
Aktiva Pasiva
Piutang Mudharib 00
Investasi Mudharabah (kas) 00
Investasi Mudharabah (non kas) 00
Keuntungan Mdh Tangguhan (00)
Akumulasi penurunan nilai (00)
NERACA
Per 25 Januari 2008
Aktiva Pasiva
Kewajiban
Dana Syirkah Temporer
Pemb Diterima Mdh kas 30.000.000
NERACA
Per 27 Januari 2008
Aktiva Pasiva
Kewajiban
Dana Syirkah Temporer
Pemb Diterima Mdh kas 30.000.000
Pemb Diterima Mdh non kas 20.000.000
NERACA
Per 30 Januari 2008
Aktiva Pasiva
Kewajiban
Baghas Diumumkan Blm Dibagi 3.500.000
Dana Syirkah Temporer
Pemb Diterima Mdh kas 30.000.000
Pemb Diterima Mdh non kas 20.000.000
Akun “Bagi Hasil Diumumkan Belum Dibagi” disajikan dalam kelompok kewajiban neraca Zainudin
sebagai pengelola dana. Pada saat dilakukan pembayaran bagi hasil kepada LKS Amal Sejahtera, maka
jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut
Dr. Bagi Hasil diumumkan belum dibagi Rp3.500.000,00
Cr. Kas/Rekening Bank Rp3.500.000,00
Atas jurnal transaksi di atas mengakibatkan perubahan akun dan neraca Zainudin sebagai pengelola
dana sebagai berikut:
BAGI HASIL DIUMUMKAN BELUM DIBAGI
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Pembayaran bagi hasil 3.500.000 Bagi Hasil Nasabah 3.500.000
Saldo 00
3.500.000 3.500.000
NERACA
Per 30 Januari 2008
Aktiva Pasiva
Kewajiban
Baghas Diumumkan Blm Dibagi 00
Dana Syirkah Temporer
Pemb Diterima Mdh kas 30.000.000
Pemb Diterima Mdh non kas 20.000.000
NERACA
Per 15 Januari 2010
Aktiva Pasiva
Kewajiban
Dana Syirkah Temporer
Pemb Diterima Mdh kas 00
Pemb Diterima Mdh non kas 20.000.000
NERACA
Per 15 Januari 2010
Aktiva Pasiva
Kewajiban
NERACA
Per 15 Januari 2010
Aktiva Pasiva
Kewajiban
Hutang LKS 30.000.000
Dana Syirkah Temporer
Pemb Diterima Mudharabah kas 00
Pemb Diterima Mudharabah non kas 20.000.000
Jika Zainudin melakukan pembayaran atas modal mudharabah yang telah jatuh tempo, maka oleh
LKS sebagai pemilik dana diakui sebagai pengurang piutang mudharib (hutang zainudin)
Contoh : 7-29
Zainudin melakukan pembayaran modal mudharabah kas yang telah jatuh tempo kepada LKS Amal
Sejahtera sebesar Rp30.000.000,00.
Atas pembayaran modal mudharabah kas yang telah jatuh tempo tersebut, Zainudin melakukan
jurnal sebagai berikut:
Dr. Hutang LKS Rp30.000.000,00
Cr. Kas/Rekening bank Rp30.000.000,00
Dengan adanya jurnal transaksi di atas pengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan laporan
keuangan Zainudin sebagai berikut:
HUTANG LKS
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Modal Mdh jatuh Tempo 30.000.000 Pembayaran 30.000.000
Saldo 00
30.000.000 30.000.000
NERACA
Per 15 Januari 2010
Aktiva Pasiva
Kewajiban 00
Hutang LKS 00
NERACA
Per 01 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kewajiban
Titipan Wadiah 00
Dana Syirkah Temporer
Investasi Mudharabah 25.000.000
Contoh : 7-31
Pada tanggal 02 Agustus 2008 LKS “Amal Sejahtera” menerima setoran tunai Simpanan
Mudharabah dari Hidayatullah sebesar Rp5.000.000 dng nisbah 65: 35
Atas transaksi tersebut LKS “Amal Sejahtera” melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas/Rekening Hidayatullah Rp5.000.000,00
Cr. Dana Syirkah Temporer (Hidayatullah) Rp5.000.000,00
Dari transaksi tersebut akan mempengaruhi perubahan Buku Besar dan posisi Neraca sebagai berikut:
Contoh : 6-32
Pada tanggal 04 Agustus 2008 LKS “Amal Sejahtera” menerima setoran uang tunai investasi
mudharabah atas nama Masdul Hanafi sebesar Rp15.000.000,00 dengan nisbah 70:30
Atas transaksi tersebut LKS “Amal Sejahtera” melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas/Rekening Masdul Hanafi Rp15.000.0000,00
Cr. Investasi Mudharabah (Masdul Hanafi) Rp15.000.000,00
Dari transaksi tersebut akan mempengaruhi perubahan Buku Besar dan posisi Neraca sebagai berikut:
NERACA
Per 04 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kewajiban
Giro Wadiah 00
Dana Syirkah Temporer
Investasi Mudharabah 40.000.000
Simpanan Mudharabah 5.000.000
NERACA
Per 20 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kewajiban
Giro Wadiah 00
Dana Syirkah Temporer
Investasi Mudharabah 15.000.000
Simpanan Mudharabah 5.000.000
Seluruh Lembaga Keuangan Syariah, khususnya Bank Syariah saat ini seluruhnya mempergunakan
Revenue Sharing, belum ada yang melaksanakan Profit Sharing. Banyak yang mengatakan bahwa Lembaga
Keuangan Syariah tidak dapat secara akurat menentukan Laba Kotor transaksinya sebagaimana yang
dimaksud dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Ketentuan dalam PSAK 105 tersebut. Untuk
mengetahui laba kotor yang mana yang dimaksud dalam PSAk 105 dapat dilihat dalam gambar dibawah
ini;
NERACA
Per 1 Juni 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kewajiban
Giro Wadiah 00
Titipan Dana Wakalah/Kelolaan 100.000.000
2. Tanggal 15 Juni 2008 LKS Mitra Mandiri menyalurkan kepada para pedagang mikro di pasar Tanah
Abang sesuai kreteria Departemen Perdagangan dengan pola jual beli murabahah sebesar
Rp50.000.000,00 dengan margin yang disepakati Rp3.000.000,00 (setara dengan 6%)
Atas penyaluran dana dengan prinsip jual beli murabahah ini, LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal
sebagai berikut:
Dr. Titipan Dana Wakalah/Kelolaan Rp50.000.000,00
Cr. Rek Pemasok/Kas Rp50.000.000,00
Atas jurnal dari transaksi tersebut mengakibatkan perubahan posisi akun dan Laporan Posisi Keuangan
(neraca) LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
3. Tanggal 20 Juni 2008 LKS Mitra Mandiri menyalurkan kepada para pedagang mikro di pasar Tanah
Abang dengan pola pinjaman qardh sebesar Rp25.000.000,00
Atas penyaluran dana dengan pola pinjaman qardh LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai
berikut:
Dr. Titipan Dana Wakalah/Kelolaan Rp25.000.000,00
Cr. Kas/Rekening Pedagang Rp25.000.000,00
Atas jurnal dari transaksi tersebut mengakibatkan perubahan posisi akun dan Laporan Posisi Keuangan
(neraca) LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
NERACA
Per 20 Juni 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kewajiban
Giro Wadiah 00
Titipan Dana Wakalah/Kelolaan 25.000.000
4. Tanggal 30 Juni 2008 LKS Mitra Mandiri menyalurkan sisa dana dengan pola mudharabah sebesar
Rp25.000.000,00.
Atas penyaluran dana Wakalah/kelolaan dengan pola mudharabah ini LKS Mitra Mandiri melakukan
jurnal sebagai berikut:
Dr. Titipan Dana Wakalah/Kelolaan Rp25.000.000,00
Cr. Kas/Rekening Pedagang Rp25.000.000,00
Atas jurnal dari transaksi tersebut mengakibatkan perubahan posisi akun dan Laporan Posisi Keuangan
(neraca) LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
NERACA
Per 1 Juni 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kewajiban
Giro Wadiah 00
Dana Syirkah temporer
Dana Syirkah Terikat “A” 100.000.000
2. Tanggal 15 Juni 2008 LKS Mitra Mandiri menyalurkan kepada para pedagang mikro di Komplek
Industri Kecil Bekasi dengan pola jual beli murabahah sebesar Rp50.000.000,00 dengan margin yang
disepakati Rp3.000.000,00 (setara dengan 6%)
Atas penyaluran dana kepada pedagang mikro dengan prinsip jual beli murabahah tersebut, LKS
Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai berikut:
a. Pada saat pembelian barang dagangan yang akan diperjual belikan dengan prinsip murabahah
Dr. Persediaan/Aset Mbh Terikat ”A” Rp50.000.000,00
Cr. Kas Rp50.000.000,00
b. Pada saat dilakukan penyaluran dana dengan akad murabahah (jurnalnya sama dengan jurnal
murabahah dalam penyaluran dana pada umumnya):
Dr. Piutang Murabahah Terikat ”A” Rp53.000.000,00
Cr. Margin Mbh Tangguhan Terikat ”A” Rp 3.000.000,00
Cr. Persediaan/Aset Murabahah Terikat”A” Rp50.000.000,00
Atas jurnal dari transaksi tersebut mengakibatkan perubahan posisi akun dan Laporan Posisi Keuangan
(neraca) LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
3. Tanggal 20 Juni 2008, LKS Mitra Mandiri menyalurkan kepada para pedagang mikro di Komplek
Industri Kecil Bekasi dengan pola pinjaman qardh sebesar Rp25.000.000,00
Atas penyaluran dana kepada pedagang mikro dengan prinsip pinjaman qardh tersebut, LKS Mitra
Mandiri melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Pinjaman Qardh Terikat ”A” Rp25.000.000,00
Cr. Kas/rekening pedagang Rp25.000.000,00
Atas jurnal dari transaksi tersebut mengakibatkan perubahan posisi akun dan Laporan Posisi Keuangan
(neraca) LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
NERACA
Per 20 Juni 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kewajiban
Piutang Murabahah 00 Giro Wadiah 00
Investasi Mudharabah 00
Penyaluran Dana Terikat ”A” Dana Syirkah Temporer
Piutang Murabahah Terikat ”A” 53.000.000 Dana Syirkah Terbatas “A” 100.000.000
Mrgin Mbh Terikat Tghan “A” (3.000.000)
4. Tanggal 30 Juni 2008 LKS Mitra Mandiri menyalurkan sisa dana kepada pengusaha mikro di
Komplek Industri Kecil Bekasi dengan pola mudharabah sebesar Rp25.000.000,00
Atas penyaluran dana kepada pedagang mikro dengan prinsip mudharabah tersebut, LKS Mitra
Mandiri melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Investasi Mudharabah Terikat ”A” Rp25.000.000,00
Cr. Kas/rek pedagang Rp25.000.000,00
Atas jurnal dari transaksi tersebut mengakibatkan perubahan posisi akun dan Laporan Posisi Keuangan
(neraca) Lembaga Keuangan Syariah sebagai berikut:
NERACA
Per 30 Juni 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kewajiban
Piutang Murabahah 00 Giro Wadiah 00
Investasi Mudharabah 00
Penyaluran Dana Terikat ”A”
Piutang Murabahah Terikat ”A” 53.000.000 Dana Syirkah Temporer
Mrgin Mbh Terikat Tghan “A” (3.000.000) Dana Syirkah Terbatas “A” 100.000.000
Pinjaman Qardh Terikat “A” 25.000.000
Invest Mdh Terikat”A” 25.000.000
5. Untuk pembayaran angsuran atau pengembalian modal dari pedagang, jurnal yang dilakukan oleh
Lembaga Keuangan Syariah tidak berbeda dengan jurnal yang dilakukan pembayaran angsuran dan
pengembalian modal dalam penyaluran dana pada umumnya (lihat jurnal pada masing-masing
prinsip yang dipergunakan)
6. Jika Lembaga keuangan Syariah memperoleh dana mudharabah muqayyadah (investasi terikat) yang
lain, hendaknya dibuat akun-akun yang terpisah dengan akun terikat yang sudah ada, misalnya yang
kedua ditambahkan kata-kata “terikat B” dan sebagainya
Beberapa hal yang perlu disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan dalam transaksi
mudhrabah, diatur dalam paragraf 36 s.d. 39 PSAK 105 tentang Akuntansi mudharabah. Hal-hal yang
perlu disajikan dalam Laporan Keuangan untuk transaksi mudharabah adalah sebagai berikut:
36. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat.
37. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan
(a) dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap
jenis mudharabah;
(b) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan dan telah jatuh tempo
tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai kewajiban; dan
(c) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum jatuh tempo
disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan.
Sedangkan hal-hal yang perlu diungkapkan dalam Laporan Keuangan atas transaksi Mudharabah
adalah sebagai berikut:
38. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas,
pada:
(a) rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
(b) penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
7.8.1 Pertanyaan-pertanyaan
1. Mudharabah merupakan salah satu prinsip bagi hasil yang dilaksanakan oleh Lembaga Keuangan
Syariah, baik dalam penghimpunan dana (sumber dana) maupun dalam pengelolaan atau penyaluran
dana.
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap pengertian dan jenis mudharabah?
b. Jelaskan dengan rinci dan lengkap karakteristik mudharabah sesuai ketentuan Fatwa DSN dan
PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah?.
2. PSAK 105 membahas tentang Akuntansi Mudharabah, baik untuk kepentingan pemilik dana
maupun untuk kepentingan pengelola dana.
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap cakupan Akuntansi Mudharabah sebagaimana dimaksud
dalam PSAK 105 ?
b. Jelaskan dengan rinci dan lengkap penggunaan akuntansi pengelola dana dan akuntansi
pemilik dana?
3. Jika Lembaga Keuangan Syariah menyalurkan dana, akan menerapkan akuntansi pemiliki dana.
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap akun-akun yang dipergunakan oleh pemilik dana dalam
penyusunan Laporan Posisi Keuangan (neraca) ?
b. Jelaskan dengan rinci dan lengkap akun-akun yang dipergunakan oleh pemilik dana dalam
penyusunan Laporan Laba Rugi?
4. Dalam transaksi mudharabah, penyerahan modal mudharabah dapat dilakukan dalam bentuk kas
dan non kas.
a. Jelaskan pengakuan dan pengukuran modal kas dan non kas dalam mudharabah?
b. Jelaskan dan berikan contoh kapan usaha mudharabah dianggap mulai berjalan?
5. Lembaga Keuangan Syariah juga melaksanakan transaksi mudharabah musytarakah.
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap pengertian dan karakteristik mudharabah musytarakah?
b. Jelaskan perbedaan mudharabah dengan mudharabah musytarakah dengan musyarakah?
6. Tujuan akhir dalam mudharabah adalah pembagian usaha sesuai yang disepakati pada awal akad.
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap prinsip distribusi hasil usaha dan sistem distribusi hasil
usaha?
b. Jelaskan dengan rinci dan lengkap mengapa pemilik dana tidak diperkenankan mengakui
pendapatan mudharabah berdasarkan proyeksi pendapatan dibuat?
7. Lembaga Keuangan Syariah juga dapat melaksanakan transaki mudharabah muqayyadah (investasi
terikat)
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap pengertian dan karakteristik mudharabah muqayyadah
(investasi terikat)?
b. Jelaskan Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat?
Soal kedua
Bank Syariah Amanah Ummat sepakat dengan Koperasi ”Sejahtera” untuk menjalankan akad
kerja sama untuk jangka waktu 2 tahun, dimana Bank Syariah Amanah Ummat memberikan modal
sebesar Rp2 Milyard untuk penjualan sepeda motor koperasi kepada anggotanya sebanyak 2.000
unit masing-masing on the road seharga Rp10 juta. Kepada anggotanya koperasi memperoleh
keuntungan sebesar 20% dan pembayaran dilakukan secara angsuran sebanyak sepuluh kali dalam
setahun. Koperasi Sejahtera sepakat dengan Bank Syariah Amanah Ummat untuk memberikan
keuntungan sebesar 10 % dari hasil usaha yang diperoleh. Dan pengembalikan modal akan
dilakukan secara sekaligus setelah akad berakhir.
Koperasi dapat menyaluran sepeda motor seluruhnya kepada anggotanya dan angsuran
pertama sampai dengan bulan ke enam berjalan lanncar (semua anggotanya membayar tepat waktu)
tetapi pada bulan tujuh, karena bersamaan dengan Idul Fitri dan Natal 30% dari anggotanya tidak
melakukan pembayaran.
Diminta:
1. Prinsip syariah yang dipergunakan
2. Perhitungan dan jurnal sehubungan dengan transaksi tersebut al:
a. Penyerahan modal Bank Syariah Amanah Ummat kepada Koperasi Sejahtera
b. Penerimaan imbalan oleh Bank Syariah Amanah Ummat
c. Pengembalian modal oleh Koperasi Sejahtera
Soal ketiga
Pada tanggal 10 Juni 2007 Bank syariah menyetujui pemberian fasilitas modal kerja kepada
perusahaan angkutan PT Dewi Sri di Tegal dengan data-data sebagai berikut:
Plafond : Rp24.000.000.000,00
Kegunaan : Modal usaha transportasi
Nisbah bagi hasil : 80 untuk Bank Syariah dan 20 untuk Nasabah
Jangka waktu : 24 bulan
Biaya administrasi : Rp240.000.000,00
Soal ketujuh
Tuan Achmad seorang muslim memiliki dana sebesar Rp10 Milyard. Bank Islam sesuai
dengan fungsinya menghubungi konglomerat untuk dapat menghimpun dana tersebut. Tuan
Achmad sepakat untuk memberikan dananya tetapi hanya dibolehkan untuk disalurkan kepada
petani muslim pada wilayah Banten.
Setelah dilakukan penelitian hal tersebut disepakati dan penyerahan dana tersebut dilakukan
secara bertahap yaitu :
Tgl 1/9 diserahkan dana sebesar Rp2,5 milyard untuk diserahkan ke petani satu minggu
kemudian.
Tgl 15/9 diserahkan dana sebesar Rp6,5 milyard untuk langsung diserahkan ke petani.
Tgl 31/9 diserahkan dana sebesar sisanya untuk diserahkan kepada petani 3 hari kemudian.
Tgl 5/10 Diterima pendapatan bagi hasil dari petani sejumlah Rp100.000.000,00
Pertanyaan
Buatlah jurnal apabila :
a. Pengembalian dana dan bagi hasil tergantung dari perolehan dari petani
b. Tuan Achmad, mensyaratkan bahwa pengembalian dana supaya langsung di kredit ke
rekeningnya tanpa harus menunggu penerimaan dari petani
Soal kedelapan
Pada tanggal 10 Juni 2002 Bank syariah menyetujui pemberian fasilitas modal kerja kepada
perusahaan angkutan yang berada di Purwokerto dengan data-data sebagai berikut:
Plafond : Rp12.000.000.000,00
Kegunaan : Modal usaha transportasi
Nisbah bagi hasil : 80 untuk Bank Syariah dan 20 untuk Nasabah
Jangka waktu : 60 bulan
Biaya administrasi : Rp120.000.000,00
Pengembalian modal : dilakukan secara bertahap setiap tahun sebesar Rp2.400.000.000,00
Keterangan lain : Pemberian modal yaitu:
- Tahap kesatu (10 Juni 2002) : dalam bentuk 10 bus nilai wajar
Rp7.500.000.000,00 dan berupa uang sebesar Rp2.000.000.000,00
- Tahap kedua (25 Juni 2002): dalam bentuk uang langsung dikredit
ke rekening sebesar sisa modal
Penjelasan lain:
1. Harga perolehan 10 buah bus adalah sebesar Rp7.000.000.000,00
2. Dari hasil laporan yang diperoleh diketahui bahwa Pendapatan bulan Juli (ke-1) sebesar
Rp500.000.000,00 dan atas bagian bank didebet dari rekening nasabah
Buatlah perhitungan dan jurnal atas transaksi tersebut
Soal kesembilan
Bank Syariah Biatul Amanah menyetujui pembiayaan mudharabah yang diajukan oleh Tn
Zainudin pengusaha pengangkutan dengan data-data sebagai berikut:
1. Tgl 10 Nopember 2005 disetujui Modal mudharabah sebesar Rp2,5 milyard, dengan jangka
waktu 1 tahun. Pembagian hasil usaha dilakukan antara bank syariah 60 % dan Tn Zainudin
40%. Estimasi pendapatan yang akan diterima sebesar Rp 50 juta perbulan
2. Modal mudharabah yang disetujui tersebut diserahkan secara bertahap sbb:
Soal kesepuluh
Pada tanggal 17 Mei 2008 Bank Syariah Baitul Ridho melakukan investasi mudharabah
kepada KSU ”Rahayu” selaku “Mudharib” sebesar Rp3 milyard untuk jangka waktu 36 bulan,
dengan nisbah pembagian hasil usaha yang disepakati sebesar 60 untuk bank dan 40 untuk Koperasi.
Penyerahan modal mudharabah dilakukan oleh Bank Syariah Baitul Ridho sebagai berikut:
1. Tanggal 12 Juni 2008 diserahkan kepada KSU Rahayu peralatan berat sebagai modal
mudharabah dengan harga wajar/pasar sebesar Rp700.000.000,00 dan menurut catatan
bank peralatan berat tersebut dibeli dengan harga Rp650.000.000,00 .
2. Tanggal 20 Juni 2008 diserahkan kepada KSU Rahayu alat transpotasi dengan harga
wajar/pasar sebesar Rp800.000.000,00 dan menurut catatan bank peralatan berat tersebut
dibeli dengan harga Rp850.000.000,00
3. Tanggal 10 Juli 2008 dilakukan pencairan dana Mudharabah tahap ke 3 sebesar
Rp1.000.000.000,00
4. Tanggal 25 Juli 2008 dilakukan pembayaran kepada KSU Rahayu sisa modal kerja yang
belum diserahkan
Disepakati pengembalian modal mudharabah dilakukan oleh KSU ”Rahayu” secara bertahap
sebagai berikut :
1. Tahap pertama pada bulan Mei 2009 sebesar Rp1 milyard
2. Tahap kedua pada bulan Mei 2010 sebesar Rp1 milyard
3. Tahap ketiga pada bulan Mei 2011 sebesar Rp1 milyard
Data-data lain yang terkait dengan investasi mudharabah yang dilakukan oleh Bank Syariah
Baitul Ridho dengan KSU Rahayu adalah sebagai berikut:
1. Tanggal 5 Desember 2008 diperoleh laporan dari Koperasi bahwa kerugian yang dialami
sebesar Rp30.000.000,00 dan kerugian tersebut diidentifikasi bukan kesalahan KSU Rahayu
2. Pada tanggal 5 Juli 2009 diperoleh laporan dari KSU Rahayu bahwa hasil usaha periode
tersebut sebesar Rp70.000.000,00 dan atas hasil tersebut Koperasi belum dapat
membayarnya (pada rekeningnya tidak ada saldonya)
3. KSU Rahayu melakukan pengembalian modal mudharabah tahap satu dan kedua sesuai
jadwal, namun sampai dengan bulan Juni 2011 Koperasi tidak melakukan pengembalian
modal mudharabah tahap akhir, dan setelah dilakukan penelusuran dan penyelidikan dana
tersebut dipergunakan oleh Koperasi untuk membayar hutang ke Bank lain
Diminta : Buatlah jurnal dan perhitungan seperlunya atas
1. Persetujuan investasi mudharabah yang dilakukan oleh Bank Syariah Baitul Ridho kepada
KSU Rahayu.
2. Penyerahan modal dari Bank Syariah Baitul Ridho kepada KSU Rahayiu sesuai tahapannya.
3. Pengakuan keuntungan atau kerugian yang dilakukan oleh Bank Syariah Baitul Ridho
4. Pengembalian modal mudharabah oleh KSU Rahayu kepada Bank Syariah
5. Modal mudharabah yang telah jatuh tempo dan belum dikembalikan oleh KSU Rahayu?
Soal keduabelas
Pada tanggal 20 Januari 2008 Bank Syariah “Bhakti Mulya” menyetujui membiayai proyek
perusahaan transportasi “PO Harapan Kita” atas peremajaan kendaraan dan modal kerja sebesar
Rp30.000.000.000 (tiga puluh milyard) dari total nilai proyek sebesar Rp50.000.000.000 (lima puluh
milyard). Jangka waktu proyek selama 2 (dua) tahun setelah penyerahan seluruh modal. Proyeksi
hasil usaha atas proyek tersebut sebesar Rp200.000.000 (dua ratus juta) per bulan dengan pembagian
hasil usaha sebesar 70 % untuk bank syariah dan 30 % untuk “PO Harapan Kita”. Penyerahan
modal dilakukan oleh Bank Syariah Bhakti Mulya secara bertahap yaitu:
a. Tanggal 25 Januari 2008 diserahkan 10 (sepuluh) buah bus “Mercy” yang dibeli dengan harga
Rp12.600.000.000 (dua belas milyard, enam ratus juta) dan nilai pasar saat penyerahan sebesar
Rp15.000.000.000 (lima belas milyard)
b. Tanggal 10 Februari 2008 diserahkan modal dalam bentuk kas yang ditransfer ke rekening
“PO Harapan Kita” sebesar Rp10.000.000.000 (sepuluh milyard)
c. Tanggal 29 Maret 2008 diserahkan sisa modal kepada ”PO Harapan Kita”
Pada bulan Oktober 2008 dalam masa uji coba PO Harapan Kita mengalami rugi sebesar
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Pada bulan Nopember 2008 dalam operasi penuh PO Harapan Kita memperoleh hasil usaha
sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta). Hasil tersebut langsung dibayar oleh PO Dewi Sri pada
Sebelum dibahas secara rinci dan mendalam tentang Akuntansi Musyarakah, perlu dibahas terlebih
dahulu pengertian dan karakteristik musyarakah, karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
pemahaman akuntansi musyarakah.
NERACA
Per 15 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
INVESTASI MUSYARAKAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Amirullah 36.000.000
20/08 Amirullah 30.000.000
Saldo 66.000.000
66.000.000 66.000.000
c) Nilai wajar saat penyerahan lebih tinggi dari nilai tercatat modal musyarakah non kas
Kemungkinan lain yang terjadi dalam penyerahan modal non kas / aset adalah nilai wajar lebih
tinggi dari nilai tercatatnya, sehingga terjadi keuntungan. Jika penyerahan modal musyarakah non kas /
aset oleh LKS sebagai mitra pasif kepada mitra aktif pengelola nilai wajar saat penyerahan lebih tinggi dari
nilai tercatatnya, maka selisihnya diakuai sebagai “Keuntungan Musyarakah Tangguhan” dan amortisasi
selama jangka waktu akad. Hal tersebut sesuai dengan PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah yang
mengatur (paragraf 28.b) sebagai berikut:
28. Pengukuran investasi musyarakah:
(b) dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan
nilai tercatat aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai:
(i) keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad; atau
(ii) kerugian pada saat terjadinya.
Akibat dari nilai wajar lebih besar dari nilai tercatatnya, maka keuntungan yang timbul atas
penyerahan modal musyarakah non kas diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama
jangka waktu akad.
Contoh : 8 -7
Tanggal 25 Agustus 2008 LKS Anugrah Gusti menyerahkan modal non kas/aset berupa mesin
tenun “Yanmar” dengan nilai sebesar Rp24.000.000,00 (nilai wajar saat penyerahan) dan mesin
tersebut tercatat dalam pembukuan LKS Anugrah Gusti sebesar Rp18.000.000,00.
Atas penyerahan modal musyarakah non kas tersebut, LKS Anugrah Gusti sebagai mitra pasif
melakukan jurnal sebagai berikut:
(1) Dr. Investasi Musyarakah Rp24.000.000,00
Cr. Persediaan / Aset Musyarakah Rp18.000.000,00
Cr. Keuntungan Musyarakah Tangguhan Rp 6.000.000,00
(2) Dr. Kewajiban Komitmen Investasi Musy Rp24.000.000,00
Cr. Kontra Komitmen Investasi Musyarakah Rp24.000.000,00
Dengan jurnal transaksi di atas mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan neraca LKS
Anugrah Gusti sebagai berikut:
KEWAJIBAN KOMITMEN INVESTASI MUSYARAKAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Penyerahan modal kas 36.000.000 01/08 Amirullah 90.000.000
20/08 Penyerahan mesin 30.000.000
25/08 Penyerahan mesin 24.000.000
Saldo 00
90.000.000 90.000.000
NERACA
Per 25 Agustus 2008
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
NERACA
Per 30 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah (kas) 36.000.000
Investasi Musyarakah (non kas) 54.000.000
Akumulasi penurunan nilai (2.250.000)
Keuntungan Musyarakah Tangguhan
(5.750.000)
INVESTASI MUSYARAKAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Amirullah 36.000.000 25/08 Pengalihan modal 36.000.000
20/08 Amirullah 30.000.000
25/08 Amirullah 24.000.000 Saldo 54.000.000
90.000.000 90.000.000
NERACA
Per 25 Agustus 2010
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah (kas) 00
Investasi Musyarakah (non kas) 54.000.000
Akumulasi penyusutan (non kas) (51.750.000)
Keuntungan Musyarakah Tangguhan (00)
NERACA
Per 25 Agustus 2010
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah (kas) 00
Investasi Musyarakah (non kas) 00
Akumulasi penyusutan (non kas) (00)
Keuntungan Musyarakah Tangguhan (00)
NERACA
Per 1 Nopember 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Untuk musyarakah menurun pengembalian modal non kas (barang) baru dilakukan pada akhir akad
karena modal non kas yang berupa barang yang bermanfaat tersebut masih diperlukan selama dalam
proses produksi.
INVESTASI MUSYARAKAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Amirullah 36.000.000 01/11 Pengalihan modal kas 25.000.000
20/08 Amirullah 30.000.000 25/08 Pengalihan modal non kas 54.000.000
25/08 Amirullah 24.000.000 25/08 Angsuran jatuh tempo 11.000.000
Saldo 00
90.000.000 90.000.000
PIUTANG MITRA
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/08 Angsuran jatuh tempo 11.000.000
Saldo 11.000.000
11.000.000 11.000.000
NERACA
Per 25 Agustus 2010
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah 00
Piutang Mitra 11.000.000
Jika pada tanggal 30 Agustus 2010 Amirullah melakukan pembayaran sisa kewajibannya atas
pengembalian modal musyarakah sebesar Rp11.000.000,00, maka LKS melakukan jurnal:
Dr. Kas / Rek Nasabah Rp11.000.000,00
PIUTANG MITRA
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
25/08 Angsuran jatuh tempo 11.000.000 30/08 Pembayaran 11.000.000
Saldo 00
11.000.000 11.000.000
NERACA
Per 30 Agustus 2010
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah 00
Piutang Mitra 00
Sesuai karakter musyarakah, bahwa masing-masing mitra memiliki kontribusi modal dalam usaha
musyarakah dan masing-masing mitra juga terlibat dalam melaksanakan usaha. Dalam prakteknya ada
mitra yang hanya menyerahkan modal saja dan tidak terlibat usaha, hal demikian disebut dengan mitra
pasif. Disamping itu mitra lain selain memiliki kontribusi modal juga mengelola usaha, hal demikian
disebut dengan mitra aktif. Jadi mitra aktif dapat memiliki dua peran (1) sebagai pemilik modal
musyarakah (2) sebagai pengelola.
Oleh karena harus dibuat catatan terpisah, maka dalam melakukan pencatatan akuntansi yang terkait
dengan penyerahan modal sendiri kepada usaha syirkah, harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan akuntansi mitra pasif (pemodal saja), karena kedudukannya sama dengan penyetor modal
lain.
Dalam PSAK 59 tentang akuntansi Perbankan Syariah hanya mengatur akuntansi musyarakah dari
bank syariah sebagai mitra pasif, tidak mengatur tentang akuntansi dari segi nasabah sebagai mitra aktif.
Namun dalam PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah selain mengatur akuntansi dari mitra pasif (yang
umumnya dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah) juga dibahas akuntansi dari mitra aktif (nasabah)
sebagai pengelola usaha musyarakah dan sebagai pemilik modal. Dalam PSAK 106, khusus ketentuan yang
berkaitan dengan aktuntansi mitra aktif tidak dipisahkan sebagai pemilik dana atau pengelola dana. Jika
diperhatikan ketentuan dalam PSAK tersebut, dalam mitra aktif diatur sebagai pemilik modal musyarakah
juga mitra aktif sebagai pengelola musyarakah. Dalam akuntansi mitra aktif ini akan dibahas terlebih
dahulu akuntansi mitra aktif sebagai pemilik dana (penyetor modal) sedangkan akuntansi mitra aktif
sebagei pengelola akan dibahas dalam butir 8.5 berikutnya. Beberapa hal yang dibahas dalam akuntansi
mitra aktif sebagai penyetor modal adalah (1) Akuntansi yang terkait pada saat akad musyarakah (2)
Akuntansi yang terkait selama akad musyarakah berlangsung, (3) Akuntansi yang terkait dengan pembagian
hasil usaha dan (4) akuntansi yang terkait pada akhir akad musyarakah.
Dicatat dalam “Kewajiban Komitmen Investasi Musyarakah” karena kesepatan usaha bersama
(syirkah) tersebut tidak dapat dibatalkan sepihak, sehingga masing-masing pihak mengakui memiliki
kewajiban komitmen. Penyerahan modal musyarakah diperkenankan dilakukan bertahap sesuai kebutuhan
modal untuk pelaksanaan usaha musyarakah tersebut:
Contoh : 8-17
Tanggal 2 Agustus 2008 Amirullah sebagai mitra aktif pemilik modal usaha bersama (musyarakah),
menyisihkan modal musyarakah dalam bentuk kas sebesar Rp15.000.000,00.
Atas transaksi tersebut Amirullah sebagai mitra aktif spemilik modal melakukan jurnal adalah sebagai
berikut:
(1) Dr. Kewajiban Komitmen Invest Musyarakah Rp15.000.000,00
Cr. Kontra Kewajiban Komitmen Invest Musyarakah Rp15.000.000,00
(2) Dr. Investasi Musyarakah Rp15.000.000,00
Cr. Kas/Bank Rp15.000.000,00
Dengan jurnal transaksi di atas akan mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan neraca
Amirulllah sebagai mitra aktif pemilik modal sebagai berikut:
NERACA
Per 02 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah 15.000.000
INVESTASI MUSYARAKAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/08 Syirkah LKS 15.000.000
05/08 Mesin Rajut 30.000.000 Saldo 45.000.000
45.000.000 45.000.000
NERACA
Per 05 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah (kas) 15.000.000 Selisih penilaian aset musyarakah 2.400.000
Investasi Musyarakah (non kas) 30.000.000
Akumulasi penyusutan (non kas) (00)
Sesuai PSAK 106 paragraf 15 huruf b, maka atas “Selisih Penilaian Aset Musyarakah” tersebut
dilakukn amortisasi selama jangka waktu akad (yaitu selama 2 tahun), sehingga besarnya amortisasi yang
dilakukan setiap bulan adalah sebesar Rp2.400.000 : 24 = Rp100.000,00 per bulan sehingga jurnal yang
dilakukan oleh Amirullah sehubungan pengakuan keuntungan penyerahan aset musyarakah adalah sebagai
berikut:
Dr. Selisih Penilaian Aset Musyarakah Rp100.000,00
Cr. Keuntungan Penyisihan Aset Musyarakah Rp100.000,00
Dengan jurnal transaksi di atas akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca
Amirullah sebagai pemilik modal sebagai berikut:
NERACA
Per 30 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah (kas) 20.000.000
Investasi Musyarakah (non kas) 30.000.000 Selisih penilaian aset musyarakah 2.300.000
Akumulasi penyusutan (non kas) (00)
b) Modal non kas musyarakah (nilai wajar lebih rendah nilai buku)
Kemungkinan lain yang terjadi apabila penyerahan modal musyarakah dalam bentuk non kas (aset)
adalah nilai wajar saat penyerahan lebih rendah dari nilai buku aset tersebut sehingga menimbulkan
kerugian dan diakui seluruhnya saat terjadinya.
Contoh : 8-19
Tanggal 10 Agustus 2008, Amirullah sebagai mitra aktif pemilik modal menyerahkan modal
musyarakah non kas berupa sebuah mesin pewarna merk “Fujitzu” seharga Rp15.000.000,00 (harga
wajar / pasar saat penyerahan). Nilai tercatat (nilai buku) aset tersebut sebesar Rp16.200.000,00.
Atas transaksi tersebut jurnal yang dilakukan oleh Amirullah sebagai mitra aktif pemilik modal
adalah sebagai berikut:
Dr. Kewajiban Komitmen Invest Musy Rp15.000.000,00
Cr. Kontra Kewajiban Komitmen Invest Musy Rp15.000.000,00
Dr. Investasi Musyarakah Rp15.000.000,00
Cr. Kerugian Penyisihan Aset Musyarakah Rp 1.200.000,00
Cr. Aset Musyarakah / Persediaan Rp16.200.000,00
Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca
Amirullah sebagai pemilik modal sebagai berikut:
INVESTASI MUSYARAKAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
02/08 Syirkah LKS 15.000.000
05/08 Mesin Rajut 30.000.000
10/08 Mesin pewarna 15.000.000
Saldo 60.000.000
60.000.000 60.000.000
NERACA
Per 10 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah (kas) 15.000.000
Investasi Musyarakah (non kas) 45.000.000 Selisih penilaian aset musyarakah 2.400.000
Akumulasi penyusutan (non kas) (00)
NERACA
Per 30 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
B. Pengembalian modal
Berbeda dengan mudharabah dimana dalam prinsipnya modal mudharabah dikembalikan setelah
akad mudharabah berakhir, tapi dalam musyarakah selama periode usaha berjalan dipekenankan modal
mitra yang satu dialihkan kepada mitra yang lain (musyrakah menurun) sesuai kesepakatan diawal akad.
Baik mudharabah maupun musyarakah selama akad berlangsung jumlah modalnya sama sampai akhir akad,
hanya saja dalam mudharabah dikembalikan setelah akad berakhir, sedangkan dalam musyarakah beralih
dari satu mitra ke mitra yang lain (musyarakah menurun) sehingga tidak ada pengurangan modal
musyarakah. Jadi pengembalian modal musyarakah permanen dikembalikan pada akhir akad musyrakah
dan musyarakah menurun dialihkan dari mitra satu kemitra lain sesuai kesepakatan.
1) Pengembalian Musyarakah permanen
Dalam PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah (paragraf 20) dijelaskan pengakuan dan
pengukuran yang dilakukan oleh mitra aktif berkaitan dengan pengalihan modal dari mitra pasif ke mitra
aktif sebagai berikut:
NERACA
Per 02 Agustus 2010
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah (kas) 00
Investasi Musyarakah (non kas) 45.000.000 Selisih penilaian aset musyarakah 00
Akumulasi penyusutan (non kas) (45.000.000)
Dengan adanya pengembalian modal kas tersebut, sesuai ketentuan paragraf 20 PSAk 106 tentang
akuntansi musyarakah, maka investasi musyarakah dinilai sebagai berikut:
Penerimaan kembali invest musyarakah Rp15.000.000,00
Kerugian (jika ada) Rp 0,00
--------------------
Nilai bersih investasi musyarakah Rp15.000.000,00
B. Pengembalian modal non kas
Dalam musyarakah permanen, pengembalian modal baik modal kas (tunai) maupun modal non kas
(barang) dilakukan pada akhir akad. Untuk pengembalian modal non kas (barang) maka nilai investas
musyarakah nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah
dikurangi penyusutan dan kerugian (apabila ada).
NERACA
Per 02 Agustus 2010
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah (kas) 00
Investasi Musyarakah (non kas) 00 Selisih penilaian aset musyarakah 00
Akumulasi penyusutan (non kas) (00)
Persediaan / Aset Musyarakah 00 (1)
Dengan adanya pengembalian seluruh modal non kas (barang) pada akhir akad, maka sesuai
ketentuan paragraf 20 butir b PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah, nilai investasi musyarakah sbb:
Penyerahan modal non kas (barang) :
a. Mesin Rajut Rp30.000.000,00
b. Mesin pewarna Rp15.000.000,00
--------------------
Total modal non kas (barang) Rp45.000.000,00
Penurunan nilai (penyusutan) modal non kas:
a. Mesin Rajut Rp30.000.000,00
b. Mesin pewarna Rp15.000.000,00
--------------------
Jumlah penurunan nilai Rp45.000.000,00
Kerugian investasi musyarakah Rp 00,00
--------------------
Jumlah penurunan nilai Rp45.000.000,00
--------------------
Nilai investasi Rp 00,00
NERACA
Per 20 Desember 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah 55.000.000
Dengan adanya pengembalian modal kas tersebut, sesuai ketentuan paragraf 20 PSAk 106 tentang
akuntansi musyarakah, maka investasi musyarakah dinilai sebagai berikut:
Penyerahan modal musyarakah awal akad Rp15.000.000,00
Pengurang :
Pengembalian modal kas Rp5.000.000,00
Kerugian (jika ada) Rp 00,00
-------------------
Jumlah penurunan investasi musyarakah Rp 5.000.000,00
-------------------
Nilai investasi musyarakah Rp 10.000.000,00
NERACA
Per 30 Desember 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Dengan adanya pengembalian modal kas tersebut, sesuai ketentuan paragraf 20 PSAk 106 tentang
akuntansi musyarakah, maka investasi musyarakah dinilai sebagai berikut:
Penyerahan modal musyarakah awal akad Rp60.000.000,00
Pengurang :
Pengembalian modal kas Rp 5.000.000,00
Pengembalian modal non kas Rp10.000.000,00
Kerugian (jika ada) Rp 00,00
-------------------
Jumlah penurunan investasi musyarakah Rp15.000.000,00
-------------------
Nilai investasi musyarakah Rp45.000.000,00
NERACA
Per 02 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 15.000.000 Dana Syirkah Temp
DST – Musyarakah 15.000.000
NERACA
Per 10 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 15.000.000 Dana Syirkah Temp
Aset Musy / Persediaan 45.000.000 DST – Musyarakah 60.000.000
Contoh : 8 - 30
Tanggal 15 Agustus 2008 , diserahkan oleh LKS Anugrah Gusti sebagai mitra pasif, modal
musyarakah dalam bentuk kas sebesar Rp36.000.000,00.
Atas penyerahan modal musyarakah non kas oleh LKS Anugrah Gusti tersebut, Amirullah sebagai
mitra aktif pengelola melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas/Bank Rp36.000.000,00
Cr Dana Syirkah Temporer (musyarakah) Rp36.000.000,00
2). Penerimaan modal non kas (aset) musyarakah dari mitra pasif
Selain dalam bentuk kas, modal musyarakah dapat diberikan dalam bentuk modal non kas atau
barang yang bermanfaat dalam usaha musyarakah. Bagi pemilik aset (mitra aktif) atas penyerahan modal
musyarakah dalam bentuk non kas mengakibatkan (a) nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat, (b) nilai
wajar lebih kecil dari nilai tercatat yang dapat mengakibatkan keuntungan atau kerugian. Tetapi bagi mitra
pasif modal musyarakah non kas diatur dalam PSAK 106 tentang akuntansi mmusyarakah (paragraf 19.b)
sebagai berikut:
19. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, bank syariah) diakui sebagai investasi
musyarakah dan di sisi lain sebagai dana syirkah temporer sebesar:
(b) dana dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan disusutkan selama masa akad atau
selama umur ekonomis apabila aset tersebut tidak akan dikembalikan kepada mitra pasif.
Jadi bagi mitra pasif tidak dipengaruhi oleh nilai tercatat (buku) atau nilai wajar dari aset yang
bersangkuta. Bagi mitra pasif modal musyarakah non kas diakui sebesar nilai wajarnya.
a) Nilai wajar lebih besar dari nilai tercatatnya
Jika modal musyarakah non kas memiliki nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat, bagi mitra pasif
modal musyarakah non kas tersebut diakui sebesar wajar saat penyerahan dan mitra pasif tidak mengakui
keuntungan (pengakuan keuntungan dilakukan oleh mitra aktif yang menyerahkan modal musyarakah non
kas).
Contoh : 8 - 31
Tanggal 20 Agustus 2008 diserahkan oleh LKS Anugrah Gusti sebagai mitra pasif modal non kas,
berupa mesin pemintal sebesar Rp30.000.000,00 (nilai wajar saat penyerahan) dan mesin tersebut
tercatat dalam pembukuan LKS Anugrah Gusti sebesar Rp32.500.000,00.
NERACA
Per 20 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 51.000.000 Dana Syirkah Temp
Aset Musyarakah/Persediaan 99.000.000 DST – Musyarakah 150.000.000
NERACA
Per 30 Agustus 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Kas 56.000.000 Dana Syirkah Temp
Aset Musy / Persediaan 94.000.000 DST – Musyarakah 150.000.000
Akumulasi penyusutan ( 1.250.000)
NERACA
Per 01 Agustus 2010
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Dana Syirkah Temp
Aset Musy / Persediaan 94.000.000 DST – Musyarakah 114.000.000
Akumulasi penyusutan ( 1.250.000)
b) Pengalihan modal musyarakah non kas dari mitra pasif ke mitra aktif
Jika pengalihan modal musyarakah dari mitra pasif ke mitra aktif berupa modal non kas atau aset
musyarakah, maka dalam PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah telah menjelaskan pengakuan dan
pengukuran investasi musyarakah selama akad musyarakah berlangsung untuk musyarakah permanen,
sebagai berikut:
20 Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir akad
dinilai sebesar:
(b) nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah
dikurangi penyusutan dan kerugian (apabila ada).
Contoh : 8 -36
Pada saat jatuh tempo akad musyarakah, sesuai kesepakatan dalam akad dikembalikan modal
musyarakah non kas berupa sebuah mesih tenun kepada LKS Anugrah Gusti dengan nilai wajar saat
penyerahan sebesar Rp24.000.000,00.
Atas pengembalian modal musyarakah non kas tersebut, Amirullah sebagai mitra aktif pengelola
melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Dana Syirkah Temporer (musyarakah) Rp24.000.000,00
Cr. Kas / Rek LKS Anugrah Gusti Rp24.000.000,00
Dengan adanya jurnal transaksi tersebut maka akun dan neraca pada Mitra Aktif sebagai pengelola
usaha adalah sebagai berikut:
DANA SYIRKAH TEMPORER
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Pengalihan mdl mitra pasif 36.000.000 02/08 Modal mitra aktif tunai 15.000.000
Pengembalian mdl non kas 24.000.000 05/08 Mitra aktif “mesin rajut” 30.000.000
10/08 Mitra aktif “pewarna” 15.000.000
15/08 Modal mitra pasif tunai 36.000.000
20/08 Mitra pasif “pemintal” 30.000.000
25/08 Mitra pasif “tenun” 24.000.000
Saldo 90.000.000
150.000.000 150.000.000
Jika diperhatikan ketentuan ini diperuntukkan pada mitra aktif sebagai pemilik modal bukan pada
mitra aktif sebagai pengelola. Dari ketentuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 Modal kas
Modal kas musyarakah awal 50
Kerugian musyarakah (jika ada) (10)
Nilai bersih modal kas musyarakah 40
8.7.1 Pertanyaan-pertanyaan
1. Salah satu penyaluran dana yang dilakukan oleh LKS dengan prinsip bagi hasil adalah musyarakah.
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap pengertian musyarakah?
b. Jelaskan jenis syirkah dan jenis musyarakah?
2. Mudharabah dan musyarakah merupakan penyaluran dana LKS dengan prinsip bagi hasil.
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap karakteristik musyarakah sesuai Fatwa DSN dan PSAK 106
tentang Akuntansi Musyarakah?
b. Jelaskan persamaan dan perbedaan mudharabah dan musyrakah?
8.7.2 Soal-soal
Soal pertama
LKS Ramat Ilahi sepakat dengan Syaiful untuk membiayai proyek pembangunan sebuah tower
raksasa senilai Rp1.000.000.000 (satu milyard rupiah). Atas kesepatan tersebut Syaiful memberikan
kontribusi modal sebesar Rp200.000.000 (dua ratus juta) sedangkan LKS Ramat Ilahi sebesar
Rp800.000.000 (delapan ratus juta rupiah) yang terdiri atas uang tunai sebesar Rp300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah) dan bahan material dengan harga pasar sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) yang sebelumnya dibeli dengan harga sebesar Rp450.000.000 (empat ratus lima puluh juta).
Pembagain hasil disepakati 20% untuk Syaiful dan 80% untuk LKS Rahmat Ilahi. Estimasi
keuntungan yang akan diperoleh atas proyek tersebut sebesar Rp100 juta Pada akhir proyek
diperhitungan hasil usaha sebesar Rp50 juta.
Diminta :
1. Perhitungan dan jurnal sehubungan dengan transaksi tersebut
2. Perhitungan kolektibilitas dan PPAP yang harus dibentuk
Soal kedua
PT Sinar Bahagia telah memenangkan tender pembangunan 5 gedung sekolah dasar di kecamatan
Jatisrono sebesar Rp5.000.000.000 (lima milyard). Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja PT
Sinar Bahagia menyetujui kerja sama dengan LKS Sarana Mukti dengan data-data sebagai berikut:
Porsi Modal kerja : PT Sinar Bahagia 60% dan LKS Sarana Mukti 40% yang
dibayar sekaligus dalam bentuk uang tunai ke rekening usaha
bersama
Nisbah : PT Sinar Bagahian 50% dan LKS Sarana Mukti 50%
Prinsip bagi hasil : Revenue Sharing
Jangka waktu akad : 12 (dua belas) bulan
Pada akhir akad diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membangun gedung tersebut
berjumlah Rp4.200.000.000 (empat milyard dua ratus juta rupiah).
Diminta:
Buat perhitungan dan jurnal sehubungan dengan transaksi tersebut.baik yang dilakukan oleh LKS
Saran Mukti sebagai mitra pasif maupun PT Sinar Bahagia sebagai mitra aktif.
Soal keempat
Pada tanggal 20 Januari 2008 Bank Syariah “Al Qiradh” menyetujui membiayai proyek perusahaan
textil PT “RAHMAT ILAHI” sebesar Rp30 milyard dari total nilai proyek sebesar Rp50 milyard.
Proyeksi hasil usaha atas proyek tersebut sebesar Rp200 juta per bulan dengan pembagian hasil
usaha sebesar 70 % untuk bank syariah dan 30 % untuk PT “RAHMAT ILAHI”
Penyerahan modal dilakukan oleh Bank Syariah AL QIRADH secara bertahap yaitu:
a. Tanggal 25 Januari 2008 diserahkan mesin produksi textil yang dibeli dengan harga Rp12,5
milyard dan nilai pasar saat penyerahan sebesar Rp15 milyard
b. Tanggal 10 Februari 2008 diserahkan modal dalam bentuk kas yang ditransfer ke rekening PT
RAHMAT ILAHI sebesar Rp10 milyard
c. Tanggal 29 Maret 2008 diserahkan sisa modal kepada PT RAHMAT ILAHI
Pada bulan Oktober 2008 dalam masa uji coba PT RAHMAT ILAHI mengalami rugi sebesar
Rp100 juta rupiah
Pada bulan Nopember 2008 dalam operasi penuh PT RAHMAT ILAHI memperoleh hasil usaha
sebesar Rp300 juta
Pada tanggal 30 Desember 2008 diperoleh laporan dari PT RAHMAT ILAHI bahwa hasil usaha
bulan desember 2008 sebesar Rp200 juta dan akan ditransfer pada tanggal 15 januari 2009
Diminta:
Buatlah perhitungan dan jurnal sehubungan dengan transaksi tersebut
Soal kelima
LKS Sejati bekerja sama dengan PT Pantai Indah, dalam melaksanakan proyek wisata pantai dengan
biaya seluruhnya sebesar Rp100 milyard.Kedua belah pihak sepakat atas hal-hal berikut:
Soal keenam
Tgl Keterangan Transaksi
01/06 Disetujui kerja sama kemitraan (musyarakah) antara bank dan mitra sebesar Rp10
milyard dimana bank memberikan modal sebagai sebesar Rp5 milyard baik berupa
uang tunai maupun dalam bentuk aktiva tetap.
4/06 Dilakukan pembayaran penyertaan musyarakah uang tunai sebesar Rp3 milyard
04/06 Dilakukan penyerahan aktiva tetap sebagai penyertaan musyarakah dengan nilai wajar
seharga Rp2 milyard. Harga beli aktiva tetap tersebut sebesar Rp3 milyard dan
Soal ketujuh
Bank Syariah Mitra Umat setuju memberikan pembiayaan musyarakah untuk modal kerja pengusaha
tempe “Emang Enak” dengan data-data sebagai berikut:
1. keutuhan modal kerja seluruhnya sebesar Rp1.000.000.000 (satu milyard). Dibiayai oleh Bank
Syariah sebesar 70% dan sisanya dibiayai sendiri oleh pengusaha tersebut.
2. Porsi pembagian keuntungan (nisbah) yang disepakati 80 % untuk bank syariah dan 20%
untuk pengusaha tempe Emang Enak dari laba kotor yang diperoleh dari usaha tempe
tersebut.
3. Jangka waktu pembiayaan 12 (dua belas) bulan, dimulai tanggal 1 Maret 2008 sampai dengan
28 Februasi 2009
4. Disepakati pengusaha tempe akan mengembalikan modal musyarakah secara bertahap sebagai
beirkut:
Tanggal Jumlah modal
2 Juni 2008 150.000.000
10 Agustus 250.000.000
10 Oktober 250.000.000
10 Desember 350.000.000
Selama pelaksanaan kegiatan tersebut diperoleh data-data sebagai berikut
1 20 Februari 2008 Bank Syariah Mitra Umat telah mengeluarkan biaya untuk study
kelayakan sebesar Rp5.000.000 dan ditanggung sendiri oleh bank
syariah
2. 2 Maret 2008 Bank Syariah Mitra Umat menyerahkan uang tunai kepada
pengusaha tempe sebesar Rp200.000.000 sebagai modal kerja dalam
bentuk uang tunai
3. 10 Maret 2008 Bank Syariah Mitra Umat menyerahkan kedelai sebanyak 5 ton
seharga Rp800.000.000 (delapan ratus juta) yang sebelumnya dibeli
dengan harga Rp740.000.000 (tujuh ratus empat puluh juta)
Soal kedelapan
Bank Syariah membiayai sebagian modal kerja perusahaan tahu tempe ”Gurih” milik Gaston yang
baru berdiri sebesar Rp100.000.000,00 dari total modal usaha sebesar Rp150.000.000,00. Sisanya
dibiayai sendiri oleh Gaston . Penyerahan modal Bank Syariah ke Gaston dilakukan sekaligus
sedangkan pengembalian modal dilakukan secara bertahap 5 kali masing sebesar Rp20.000.000,00
selama 2 tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh perusahaan tersebut dapat melakukan
penjualan selama setahun sebesar Rp275.000.000,00, sedangkan untuk pembelian bahan baku
sebesar Rp150.000.000,00, pembayaran biaya tenaga kerja dan biaya lainnya sebesar
Rp75.000.000,00.Bank Syariah mengharapkan keuntungan setara dengan 20% / pa
Setelah usaha tersebut berjalan, dari laporan yang peroleh menyebutkan realisasi hasil usaha
perusahaan tahu tempe ”Gurih selama tiga bulan adalah sebagai berikut:
Bulan1 Bulan 2 Bulan 3 dst
Penjualan 120 juta 80 juta 140 juta
Harga pokok penj 70 juta 70 juta 80 juta
Gross profit 50 juta 10 juta 60 juta
Pertanyaan
1. Prinsip apa yang dipergunakan dalam transaksi tersebut
2. Perhitungan dan jurnal yang berhubungan dengan transaksi tersebut
Soal kesembilan
Pada tanggal 20 Januari 2008 Bank Syariah “Amal Sejahtera” menyetujui membiayai proyek
perusahaan transportasi “PO Dewi Sri” atas peremajaan kendaraan dan modal kerja sebesar
Rp30.000.000.000 (tiga puluh milyard) dari total nilai proyek sebesar Rp50.000.000.000 (lima puluh
milyard). Jangka waktu proyek selama 2 (dua) tahun setelah penyerahan seluruh modal. Proyeksi
Soal kesepuluh
Pada tanggal 17 Mei 2008 Bank Syariah Baitul Rdho melakukan investasi musyarakah kepada
KSU ”Rahayu” sebagai mitra aktif pengelola usaha sebesar Rp3.000.000.000 (tiga milyard rupiah)
untuk jangka waktu 36 bulan dari kebutuhan modal sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Sisa modal dibiayai sendiri oleh KSU “Rahayu”. Disepakati nisbah pembagian hasil usaha yang
disepakati sebesar 60 untuk bank syariah dan 40 untuk Koperasi.
Penyerahan modal musyarakah yang menjadi porsi Bank Syariah Baitul Ridho dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Tanggal 12 Juni 2008 diserahkan kepada KSU Rahayu peralatan berat sebagai modal
mudharabah dengan harga wajar / pasar sebesar Rp700.000.000,00 dan menurut catatan
bank peralatan berat tersebut dibeli dengan harga Rp650.000.000,00 .
2. Tanggal 20 Juni 2008 diserahkan kepada KSU Rahayu alat transpotasi dengan harga wajar /
pasar sebesar Rp800.000.000,00 dan menurut catatan bank peralatan berat tersebut dibeli
dengan harga Rp850.000.000,00
3. Tanggal 10 Juli 2008 dilakukan pencairan dana Mudharabah tahap ke 3 sebesar
Rp1.000.000.000,00
Soal kesebelas
Pada tanggal 1 Mei 2008 Bank Syariah Mitra Umat menyetujui modal kerja KSU “Serba Ada” yang
menjual barang-barang kebutuhan sebari-hari, sebanyak 70% dari kebutuhan modal kerjanya dan
sisanya dari modal sendiri.Jumlah modal kerja yang disetujui oleh bank syariah sebesar Rp3 milyard
yang akan diberikan dalam bentuk uang tunai dan atau barang dagangan yang berasal dari
pengusaha mikro binaan bank syariah.
Dari tambahan modal kerja yang diberikan oleh bank syariah diharapkan dapat menaikan penjualan
sebesar Rp200 juta perbulan dari harga pokok penjualan sebesar Rp150 juta per bulan
Penyerahan modal kerja yang disetujui oleh Bank Syariah kepada KSU Serba Ada dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Tanggal 10 Mei diserahkan modal kerja dalam bentuk uang tunai sebesar Rp1 milyard
2. Tanggal 15 Mei 2008 diserahkan barang dagangan berupa kerajinan tangan senilai Rp700
juta yang dibeli 6 bulan yang lalu dari pengusaha mikro binaan bank syariah sebesar Rp664
juta
2. Tanggal 20 Mei 2008 diserahkan barang dagangan berupa baju, celana panjang , kemeja dan
sejenisnya senilai Rp800.000.000,00 yang dibeli dari kelompok konveksi yang menjadi
binaan bank syariah 3 bulan lalu dengan harga Rp840.000.000,00
4. Tanggal 25 Mei 2008 diserahkan modal sisa modal kerja berupa uang tunai
Untuk memahami akuntansi Ijarah, hendaknya perlu diketahui dan dipahami tentang pengertian dan
karakteristik Ijarah tersebut. Oleh karena ini dalam bagian ini akan dibahas tentang hal tersebut.
Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahia
Bittamlik yang sebelumnya diatur dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah diganti dengan
PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah. Dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dijelaskan tujuan dari
Akuntansi Ijarah ini adalah untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi ijarah. Sedangkan Ruang Lingkup dalam akuntansi Ijarah adalah sebagai berikut:
2. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi ijarah.
3. Pernyataan ini mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa yang menggunakan akad ijarah,
namun tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi untuk obligasi syariah (sukuk) yang
menggunakan akad ijarah.
Jika diperhatikan ketentuan tersebut di atas, Akuntansi Ijarah yang dibahas dalam PSAK 107
tersebut lebih luas dibandingkan dengan Akuntansi Ijarah yang tercantum dalam PSAK 59 diantaranya
dalam PSAK 107 dipergunakan untuk Akuntansi Multijasa yang mempergunakan prinsip Ijarah. Untuk
memberikan gambaran perbedaan segi akuntansi Ijarah Muntahia Bittamlik dengan Sewa Beli (finance lease),
berikut diberikan beberapa ketentunan dapal PSAK 30 tentang Sewa (revisi 2007), antara lain sewa
pembiayaan (finance lease) dalam laporan keuangan lessee dan laporan keuangan lessor.
A. Sewa pembiayaan (dalam laporan keuangan lessee)
1) Pada saat awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban dalam neraca
sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembiayaan sewa minimum, jika nilai kini lebih
rendah dari nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak. Tingkat diskonto yang digunakan dalam
perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa minimum adalah tingkat suku bunga implisit dalam sewa,
jika dapat ditentukan secara praktis; jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman inkremental
lessee. Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee ditambahkan ke dalam jumlah yang diakui sebagai aset
(paragraf 16).
2) Transaksi dan kejadian lainnya dicatat dan disajikan sesuai dengan subtansi dan realitas
keuangannya, dan tidak selalu mengikuti bentuk legalnya. Meskipun bentuk legal perjanjian
sewa menyatakan bahwa lessee tidak memperoleh hal legal atas asset sewaan, dalam hal sewa
pembiayaan, secara subtansi dan realitas keuangan pihak lessee memperoleh manfaat
ekonomis dari pemakaian aset sewaan tersebut selama sebagian besar umur ekonomisnya.
Sebagai konsekuensinya lessee menanggung kewajiban untuk membayar hak tersebut sebesar
suatu jumlah, pada awal sewa, yang mendekati nilai wajar dari aset dan beban keuangan
(finance charge) terkait (paragraf 17).
3) Jika transaksi sewa tersebut tidak tercermin dalam neraca lessee, sumber daya ekonomi dan
tingkat kewajiban dari entitas menjadi rendah (understated), sehingga mendistorsi rasio-rasio
keuangan. Oleh karena itu, sewa pembiayaan diakui dalam neraca lessee sebagai aset dan
kewajiban untuk pembayaran sewa dimasa depan. Pada awal masa sewa, aset dan kewajiban
untuk pembayaran sewa di masa depan diakui dineraca pada jumlah yang sama, kecuali untuk
biaya langsung awal dari lessee yang ditambahkan ke jumlah yang diakui sebagai aset (paragraf
18).
4) Kewajiban sewa tidak dapat disajikan sebagai pengurang aset sewaan dalam laporan keuangan.
Jika penyajian kewajiban dalam neraca berbeda antara kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang, hal yang sama berlakuk untuk kewajiban sewa (paragraf 19).
5) Biaya langsung awal umumnya terjadi sehubungan dengan aktivitas sewa tertentu, seperti
aktivitas negosiasi dan pemastian pelaksanaan sewa. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung kepada aktivitas lessee untuk suatu sewa pembiayaan ditambahkan ke jumlah
yg diakui sebagai aset (paragraf 20).
Salah satu perbedaan akuntansi Ijarah dengan akuntansi sewa beli (leasing) adalah pencatatan obyek
ijarah yang dilakukan oleh Lessor. Disamping itu ada beberapa akun yang dipergunakan dalam akuntansi
Ijarah pada pemilik obyek Ijarah. Selain itu akan dibahas pengadaan obyek ijarah, perhitungan harga sewa,
pemeliharaan dan perbaikan obyek ijarah, pengalihan kepemilikan khusus untuk Ijarah Muntahia Bittamlik.
Atas jurnal transaksi diatas akan mengakibatkan perubahan akun-akun dan Laporan Posisi
Keuangan/neraca LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
NERACA
Per 1 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 236.000.000
PERSEDIAAN
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/03 Kijang Inova 118.000.000
01/03 Kijang Inova 118.000.000
05/03 Biaya surat-surat 4.000.000
Saldo
240.000.000 240.000.000
NERACA
Per 1 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 240.000.000
Dari gambar ini dapat dijelaskan bahwa dalam jual beli terdapat harga jual yaitu harga yang harus
dibayar oleh pembeli saat membeli barang, begitu juga dalam ijarah juga terdapat harga sewa yang
merupakan harga jual ijarah yaitu harga yang harus dibayar oleh penyewa atas penggunaan manfaat obyek
ijarah. Dalam jual beli terdapat harga perolehan yaitu seluruh kas atau setara kas yang dikeluarkan untuk
memperoleh aset sampai aset tersebut dalam kondisi yang siap untuk dijual atau dipergunakan, begitu juga
dalam ijarah juga terdapat harga perolehan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh obyek ijarah
sampai obyek tersebut dapat dipergunakan manfaatnya. Harga perolehan Ijarah adalah merupakan biaya
penyusutan dan biaya pemeliharaan atas obyek ijarah tersebut dan biaya penyusutan obyek ijarah sangat
dipengaruhi oleh masa penyusutan atau umur ekonomis dari obyek ijarah tersebut.
Atas juranal transaksi diatas akan mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan laporan posisi
keuangan (neraca) LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
PERSEDIAAN
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/03 Kijang Inova 120.000.000 10/03 Akt Ijarah 120.000.000
01/03 Kijang Inova 120.000.000 10/03 Akt Ijarah 120.000.000
Saldo 0
240.000.000 240.000.000
ASET IJARAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
10/03 Kijang Inova 120.000.000
Saldo 120.000.000
120.000.000 120.000.000
NERACA
Per 10 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 00
Aset Ijarah
Aset Ijarah 120.000.000
Aset IMBT 120.000.000
Pembayaran harga sewa Ijarah dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum penggunaan manfaat obyek
ijarah dilakukan. Harga sewa yang diterima lebih dahulu oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek
ijarah diakui sebagai “Sewa Diterima Dimuka” sebesar jumlah yang diterima. Perlakukan akuntansi harga
sewa terlebih dahulu ini tidak berbeda dengan sewa dibayar dimuka pada umumnya, sehingga tidak dapat
diperlakukan seperti uang muka dalam transaksi murabahah.
Contoh : 9 – 5 (uang muka sewa dari nasabah)
Atas transaksi sewa kijang inova tersebut, pada tanggal 10 Maret 2008 LKS Mitra Mandiri menerima
uang muka sewa dari penyewa sebesar Rp14.400.000,00 (selama 6 bulan harga sewa) untuk transaksi
Ijarah dan sebesar Rp36.000.000,00 (selama 6 bulan harga sewa) untuk transaksi IMBT.
Atas penerimaan uang sewa tersebut, pada tanggal 10 Maret 2008 LKS Mitra Mandiri melakukan
jurnal sebagai berikut:
Jurnal Ijarah IMBT
Dr. Kas / Rek Penyewa 14.400.000 36.000.000
Cr. Sewa Diterima Dimuka 14.400.000 36.000.000
Uang muka sewa tidak dapat mengurangi harga perolehan Aset Ijarah sebagaimana dalam transaksi
murabahah yang dipergunakan sebagai penguran harga perolehan dalam memperhitungkan keuntungan
jika akad murabahah dilaksanakan, karena Aset Ijarah tersebut milik LKS Mitra Mandiri sedangkan uang
muka tersebut milik penyewa yang diserahkan lebih dahulu. Atas pembayaran uang muka dari nasabah,
akan mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan neraca LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
NERACA
Biaya administrasi merupakan beban yang dikeluarkan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai
pemilik obyek sewa sehubungan dengan pelaksanaan akad ijarah dan harus ditanggung oleh penyewa, oleh
karena beban administrasi ini merupakan pendapatan fee bagi Lembaga Keuangan Syariah.
Contoh: 9 – 6 (biaya administrasi)
Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri menerima penggantian biaya administrasi atas
transaksi Ijarah sebesar Rp300.000,00.
Atas penerimaan biaya administrasi, LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas/Rekening penyewa Rp300.000,00
Cr. Pendapatan fee Ijarah Rp300.000,00
C. Penyusutan Obyek Ijarah
Banyak yang mengatakan bahwa Ijarah Muntahia Bittamlik sama dengan Sewa Beli/Sewa
Pembiyaan (finance lease). Dari segi akuntansi keduanya sangat berbeda, jika sewa beli pencatatan aset
dilakukan oleh lessee sehingga lessee yang harus melakukan penyusutan dan pemeliharaan aset tersebut,
sedangkan dalam Ijarah Munthia Bittamlik pencatatan aset atau obyek ijarah tetap dilakukan oleh lessor,
oleh karena itu lessor yang harus melakukan penyusutan dan pemeliharaan aset atau obyek Ijarah Muntahia
Bittamlik tersebut. Jadi obyek Ijarah Muntahia Bittamlik tetap menjadi aset lessor selama belum dilakukan
pemindahan kepemilikan, oleh karena itu baik aset atau obyek ijarah ini disewakan atau tidak tetap
dilakukan penyusutan sebagai pengurangan nilai yang dilakukan oleh aset berwujud. Berikut akan dibahas
lebih rinci penyusutan dan pemelihraan obyek ijarah yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah
sebagai pihak yang menyewakan.
Untuk penyusutan dan amortisasi obyek ijarah, dalamPSAK 107 tentang akuntansi Ijarah dijelaskan
sebagai berikut:
11. Obyek ijarah disusutkan atau diamortisasi, jika berupa aset yang dapat disusutkan atau diamortisasi,
sesuai dengan kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk aset sejenis selama umur manfaatnya (umur
ekonomis).
12. Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang
diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek ijarah. Umur ekomonis dapat
berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai selama 10 tahun diijarahkan
dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian umur ekonomisnya
adalah 5 tahun.
13. Pengaturan penyusutan obyek ijarah yang berupa aset tetap sesuai dengan PSAK 16: Aset
Tetap dan amortisasi aset tidak berwujud sesuai dengan PSAK 19: Aset Tidak Berwujud
Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang penyusutan aktiva tetap, berikut diberikan
beberapa ketentuan dalam PSAK 16 tentang Aktiva Tetap (revisi 2007) antara lain mengenai pengertian,
penyusutan, jumlah yang dapat disusutkan dan periode penyusutan, metode penyusutan dan sebagainya.
NERACA
Per 30 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 00 Titipan Uang Muka Ijarah
Aset Ijarah Titipan UM Ijarah 14.400.000
Aset Ijarah 120.000.000 Titipan UM IMBT 36.000.000
Akumulasi penyusutan ( 2.000.000)
Aset IMBT 120.000.000
Akumulasi penyusutan ( 5.000.000)
2) Jika pengakuan pendapatan ijarah tersebut tidak berasal dari sewa diterima dimuka (dibayar
langsung pada periode tersebut) maka jurnal yang dilakukan adalah:
Jurnal Ijarah IMBT
Dr. Kas / Rek Penyewa 2.400.000 6.000.000
Cr. Pendapatan Sewa 2.400.000 6.000.000
Pendapatan sewa ini merupakan harga jual sewa (harga sewa) oleh karena itu tidak semua
pendapatan sewa Ijarah tersebut merupakan unsur pendapatan pada profit distribusi (setelah dikurangi
dengan beban-beban yang dikeluarkan oleh atas Aset Ijarah tersebut). Untuk tujuan penghitungan dasar
distribusi bagi hasil, pendapatan ijarah yang dibagikan adalah hasil sewa setelah dikurangi biaya depresiasi
dan perbaikan. Oleh karena itu maka penyajian dalam Laporan Keuangan sebagai berikut:
a) Penyajian transaksi Ijarah dalam Laporan Laba Rugi LKS Mitra Mandiri adalah sebagai berikut :
Jika penyewa melakukan pembayaran atas harga sewa yang tertunggak, maka LKS Mitra Mandiri
melakukan jurnal sebagai berikut:
Jurnal Ijarah IMBT
Dr. Kas / Rek penyewa 2.400.000 6.000.000
Cr. Piutang Pendapatan Sewa 2.400.000 6.000.000
Oleh karena itu saat dilakukan perpindahan kepemilikan di akhir masa sewa IMBT dengan cara
hibah jurnal yang dilakukan adalah:
Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp120.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00
Namun sangat berbeda jika pada saat terjadi pepindahan kepemilikan tersebut, aset obyek IMBT
masih memiliki nilai buku (misalnya Rp10.000.000,00), maka saat dilakukan perpindahan kepemilikan nilai
buku aset obyek IMBT diakui sebagai beban. Oleh karena itu jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp110.000.000,00
Dr. Biaya pelepasan aset IMBT (hibah) Rp 10.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00
B. Perpindahan Kepemilikan dengan cara penjualan
Selain pemindahan hak kepemilikan dilakukan dengan cara hibah, terdapat cara lain perpindahan
kepemilikan dalam IMBT yaitu dengan cara penjualan. Baik permindahan kepemilihan dengan hibah atau
dengan penjualan, maka pada saat pemindahan kepemilikan dilakukan akad sesuai dengan cara
pemindahan kepemilikan yang dilakukan (hibah atau penjualan). Untuk itu pada saat pemindahan
kepemilikan akad Ijarah Muntahia Bitamllik (IMBT) diputus terlebih dahulu dan diganti dengan akad
pemindahan kepemilikan.
Pemindahan kepemilikan dengan cara penjualan dapat dibagi sebagai berikut:
a. penjualan sebelum berakhirnya masa akad,
b. penjualan setelah selesai masa akad,
c. penjualan objek ijarah secara bertahap,
1) Penjualan sebelum akad berakhir
Salah satu cara perpindahan kepemilikan adalah IMBT adalah dilakukan sebelum akad IMBT
berakhir sebesar sisa cicilan sewa (misalnya dipindahkan pada akhir bulan 12/setelah satu tahun). Sesuai
ketentuan dalam PSAK 107 tentan akuntansi Ijarah dijelaskan sebagai berikut:
19. Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlik dengan cara:
(b) penjualan sebelum berakhirnya masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat
objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian;
Dari ketentuan ini jelas diatur bahwa selisih harga jual atau harga sewa yang belum dibayar dan nilai
tercatat obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Jika yang dibayar adalah sisa harga sewa
yang belum dibayar berarti lebih besar dari nilai tercatatnya maka diakui sebagai keuntungan pelepasan aset
Ijarah.
Salah satu perbedaan PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dan PSAK 59 tentang Akuntansi
Perbankan pada paragraf Ijarah adalah dalam PSAK 59 hanya dibahas akuntansi Ijarah dari segi Bank
Syariah saja baik sebagai pemilik obyek Ijarah maupun Bank Syariah sebagai pihak penyewa, sedangkan
dalam PSAK 107 telah dibahas Akuntansi Penyewa tanpa membedakan apakah hal tersebut dilakukan oleh
Lembaga Keuangan Syariah maupun nasabah sebagai penyewa.
Ijarah Lanjut ini dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah disebut dengan Sewa
Disewakan Kembali, artinya pemilik obyek ijarah menyewa obyek ijarah baik atas aset berwujud atau aset
tidak berwujud dari pemilik aset atau pihak lain, kemudian atas obyek ijarah yang disewa tersebut
disewakan kembali kepada penyewa yang membutuhkan.
Dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dijelaskan pengakuan dan pengukuran Ijarah Lanjut
sebagai berikut:
28. Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya disewa dari
pemilik, maka entitas tersebut menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa dalam
Pernyataan ini.
29. Jika suatu entitas menyewa obyek ijarah (sewa) untuk disewa-lanjutkan, maka entitas
mengakui sebagai beban ijarah (sewa) tangguhan untuk pembayaran ijarah jangka panjang dan
sebagai beban ijarah (sewa) untuk sewa jangka pendek.
30. Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa)
dengan pemilik, dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas
(sebagai pemilik) dengan pihak penyewa-lanjut.
Secara umum ketentuan ini diterapkan untuk sewa lanjut, tetapi juga dapat diterapkan untuk
multijasa yang mempergunakan akad ijarah seperti antara lain untuk pendidikan, travelling dan
penyelenggaraan pernikahan.
A. Sewa Lanjut
Sewa lanjut ini dapat diterapkan untuk sewa obyek ijarah dimana pihak yang menyewakan tidak
memiliki fisik obyek yang disewakan, pemilik obyek ijarah hanya memiliki fasilitas atas obyek ijarah,
misalnya ada seseorang membutuhkan kios/toko tapi tidak memiliki dana untuk menyewa, dalam hal ini
LKS dapat menyewa fisik obyek sewa kemudian menyewakan kembali kepada nasabah. Untuk
memberikan gambaran yang lengkap dan jelas atas transaksi Ijarah lanjut ini diberikan contoh transaksi
sebagai berikut:
B. Multijasa
Ijarah lanjut juga dapat diterapkan untuk multijasa yang mempergunakan akad Ijarah. Multijasa
dengan akad ijarah ini diterapkan untuk pendidikan, traveling dan penyelenggaraan pernikahan. Banyak
yang berpendapat bahwa untuk biaya rumah sakit hendaknya tidak mempergunakan ijarah tetapi dengan
prinsip qardh, karena orang sakit tidak layak untuk diambil manfaat atau diminta imbalan dan sebaliknya
harus dibantu
Dalam Fatwa dewan Syariah Nasional nomor 44/DSN-MUI/VII/2004 Tentang Pembiayaan
Multijasa dijelaskan dalam ketentuan umumnya sebagai berikut:
1. Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah.
2. Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada
dalam Fatwa Ijarah.
3. Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada
dalam Fatwa Kafalah.
4. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau
fee.
5. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan
dalam bentuk prosentase.
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rinci dari produk multijasa (misalnya pendidikan)
tersebut dapat diberikan ilustrasi contoh berikut:
Contoh : 9 - 19
Hasanudin ingin menlanjutkan pendidikan doktoral (S3) syariah di Universitas Trisakti Jakarta, biaya
yang diperlukan hingga selesai sebesar Rp120 juta. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut
Hasanudin menghubungi LKS Mitra Mandiri, dan setelah dilakukan negosasi maka kedua pihak
sepakat untuk melaksanakan transaksi tersebut dan membayar angsuran sebesar Rp6.000.000,00
selama 2 tahun. Atas transaksi ini LKS Mitra Mandiri membayar seluruh biaya pendidikan
Hasanudin ke Universitas Trisakti Jakarta sebesar Rp120 juta. Dengan dibayar biaya pendidikan
Hasanudin tersebut maka LKS Mitra Mandiri memiliki hak atas fasilitas pendidikan pada
Universitas Trisakti Jakarta (merupakan aset tidak berwujud dan ini merupakan obyek ijarah).
Fasilitas atau obyek tersebut disewakan kembali ke Hasanudin sebesar harga sewa yang disepakati.
Atas pembayaran biaya pendidikan ke Universitas Trisakti, LKS Mitra Mandiri mengakui
sebagai ”Sewa Tanguhan Multi” dan disajikan dalam Aset Ijarah pada neraca. Dari transaksi tersebut dapat
dijelaskan tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh LKS Mitra Mandirisebagai berikut:
1. LKS Mitra Mandiri membayar biaya pendidikan doktoral Hasanudin kepada Universitas Transaksi
sebesar Rp120.000.000,00.
Atas pembayaran biaya pendidikan tersebut LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai berikut:
Dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dijelaskan penyajian Ijarah sebagai berikut:
31. Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang terkait,
misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
Dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dijelaskan beberapa hal yang perlu diungkapkan
sehubungan dengan transaksi ijarah sebagai berikut:
32. Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah
bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
(a) penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
(i) keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada
wa’ad pengalihan kepemilikan);
(ii) pembatasan-pembatasan, misalnya ijarahlanjut;
(iii) agunan yang digunakan (jika ada);
(b) nilai perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk setiap kelompok aset ijarah;
(c) keberadaan transaksi jual-dan-ijarah (jika ada).
33. Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah
bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
(a) penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
(i) total pembayaran;
(ii) keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan
(jika ada wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan);
(iii) pembatasan-pembatasan, misalnya ijarahlanjut;
(iv) agunan yang digunakan (jika ada); dan
(b) keberadaan transaksi jual-dan-ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada
transaksi jualdan-ijarah).
9.8.1 Pertanyaan
1. Salah satu kegiatan usaha Bank Syariah adalah Ijarah.
(a). Jelaskan yang dimaksud dengan Ijarah dan Ijarah Muthahia Bittamlik (IMBT)
(b) Jelaskan karakteristik Ijarah dan Ijarah Munthia Bittamlik sesuai ketentuan pada Fatwa
Dewan Syariah Nasional dan PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah.
2. Sebutkan dan jelaskan cara pemindahan kepemilikan obyek sewa dalam IBMT sesuai ketentuan
dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah?
3. Salah satu kegiatan usaha penyaluran dana LKS mempergunakan prinsip ijarah.
(a) Jelaskan masa penyusutan dalam Ijarah.
(b) Dalam fatwa DSN no 9/DSN-MUI/IV/200 disebutkan bahwa : “.... Sesuatu yang dapat
dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah.” Jelaskan secara tegas
dan rinci makna ketentuan tersebut.
4. Dalam transaksi Ijarah, ban dapat bertindak sebagai pemilik obyek sewa, sehingga bank harus
melakukan penyusutan obyek sewa tersebut. Jelaskan masa sewa dalam transaksi ijarah dan jelaskan
cara pemindahan hak dalam IBMT.
5. a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ijarah dan Ijaran Muntahia Bittamllik.
b. Dalam transaksi Ijarah, obyek sewa merupakan asset Bank Syariah. Jelaskan masa metode
dan masa penyusutan obyek Ijarah.
c. Jelaskan masa sewa dalam transaksi ijarah dan jelaskan cara pemindahan hak dalam IBMT.
6. Obyek Ijarah adalah penggunaan manfaat Aset berwujud dan tidak berwujud
a. Jelaskan aplikasi Ijarah atas penggunaan manfaat aset tidak berwujud?
b. Jelaskan karakteristik dan ketentuan tentang Jual Ijarah sesuai ketentuan Fatwa Dewan
Syariah Nasional dan PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah.
9.8.2 Soal-soal
Soal pertama
LKS Hidayatullah memiliki dua buah mobil Kijang Inova dengan harga perolehan masing-masing
sebesar Rp120 juta. LKS Hidayatullah menetapkan kebijakan masa penyusutan mobil Kijang Inova selama
5 tahun. Atas permintaan nasabah, LKS Hidayatullah menyewakan mobil kijang inova pertama dengan
harga sewa sebesar Rp2,5 juta per bulan. Sedangkan untuk mobil kijang inova kedua disewakan dengan
prinsip Ijarah Muntahiya Bittamlik selama 2 tahun dengan harga sewa sebesar Rp6 juta per bulan.
Diminta :
Perhitungan dan jurnal serta penyajian transaksi tersebut antara lain:
a. Pengadaan Aset Ijarah
b. Perhitungan penyusutan dan keuntungan sewa ijarah
c. Penerimaan pendapatan sewa
d. Penyajian dalam Laporan Keuangan
Soal kedua
Bank Syariah Mitra Berkah Sejahtera melakukan pembelian sebuah mobil Inova dengan harga
perolehan sebesar Rp115 juta. Atas pembelian Inova tersebut dikeluarkan beban surat kendaraan sebesar
Rp5 juta. Bank Syariah Mitra Berkah Sejahtera menetapkan kebijakan masa penyusutan Inova selama 5
tahun. Atas permintaan Hasanudin, bank syariah menyewakan Inova kepada Ismail dengan prinsip Ijarah
Muntahiya Bittamlik selama 2 tahun dengan harga sewa sebesar Rp6 juta per bulan.
SANDI
NO AKUN NAMA PERKIRAAN
NERACA RINCI
101 00 00 KAS
101 01 00 Kas – Khazanah Utama
101 01 01 Kas Utama 100
101 02 00 Kas Teller
101 02 01 Kas Teller satu 100
101 02 02 Kas Teller dua 100
101 05 00 Kas ATM
101 05 01 Kas ATM satu 100
101 05 02 Kas ATM dua 100
101 09 00 Kas Kecil
101 09 01 Kas Kecil 100
148 00 00 TAGIHAN
148 01 00 Tagihan Lainnya
148 01 02 Tagihan Akseptasi 190 20
148 01 03 Piutang Kepada Pembeli 190 30
SANDI
NO AKUN NAMA PERKIRAAN
NERACA RINCI
201 00 00 KEWAJIBAN SEGERA 365
201 01 00 KS - Pembukaan Rekening
201 01 01 KS - Pembukaan Rekening Giro
201 01 02 KS - Pembukaan Rekening Tabungan
201 05 00 KS – Transfer 365
201 05 01 KS - Transfer Nasabah
201 05 02 KS - Transfer Bank Lain
201 05 05 KS – Setoran Kliring
201 15 00 KS – Pajak 365
201 15 01 KS - Pajak Bonus Giro
201 15 02 KS - Pajak Bonus Tabungan
201 15 03 KS - Pajak Bagi Hasil Deposito & Tabungan
201 15 04 KS - Pph 21
201 15 90 KS - Pajak Lainnya
201 20 00 KS – Deposito 365
201 20 01 KS - Deposito Jatuh Tempo
201 25 00 KS - Rekening Tutup 365
201 25 01 KS - Rekening Tutup Giro
201 25 02 KS - Rekening Tutup Tabungan
201 30 00 KS - Umum / Sarlog 365
201 30 01 KS - Umum / Sarlog
SANDI
NO AKUN NAMA PERKIRAAN
NERACA RINCI
310 00 00 DST - NON BANK – TABUNGAN 321
310 01 00 DST Non Bank Tabungan
310 01 01 DST Tabungan Utama
310 01 02 DST Tabungan Umat
SANDI
NO AKUN NAMA PERKIRAAN
NERACA RINCI
360 00 00 MODAL PINJAMAN 410
360 01 00 Modal Pinjaman
360 01 01 Modal pinjaman
380 00 00 CADANGAN
380 01 00 Cadangan
380 01 01 Cadangan Umum 451
380 01 11 Cadangan Khusus 452
390 00 00 LABA/RUGI
390 01 00 Laba Rugi
390 01 01 Laba/Rugi Tahun Lalu 461/462
390 01 11 Laba/Rugi Tahun Berjalan 465/466
SANDI
NO AKUN NAMA PERKIRAAN NERAC
RINCI
A
475 00 00 BAGI HASIL DST NON BANK
475 01 00 Bagi Hasil DST Non Bank Tabungan Mudharabah
475 01 01 Bagi Hasil DST Non Bank - Tabungan 151
475 05 00 Bagi Hasil DST Non Bank Deposito Mudharabah
475 05 01 B.Hasil Deposito Mudharabah 1 bulan 152
475 05 03 B.Hasil Deposito Mudharabah 3 bulan 152
475 05 04 B.Hasil Deposito Mudharabah 6 bulan 152
475 05 05 B.Hasil Deposito Mudharabah 12 bulan 152
SANDI
NO AKUN NAMA PERKIRAAN
NERACA RINCI
485 00 00 PENDAPATAN INVESTASI TERIKAT
485 01 00 Pendapatan Margin Invest Terikat Murabahah
485 01 01 Pendapatan Margin Vestikat Murabahah. - Modal Kerja 137
485 01 06 Pendapatan Margin Vestikat Murabahah. - Investasi 137
485 01 99 Pendapatan Margin Vestikat Murabahah. - Lainnya 137
485 50 00 Pendapatan Bagi Hasil Invest Terikat Mudharabah
485 50 01 Pendapatan Bagi Hasil Vestikat Mdh. – Perdagangan 137
485 50 21 Pendapatan Bagi Hasil Vestikat Mdh. – Transpotasi 137
485 50 23 Pendapatan Bagi Hasil Vestikat Mdh. – Lainnya 137
485 55 00 Pendapatan Invest Terikat Musyarakah
485 55 01 Pendapatan Bagi Hasil Vestikat Msy – Perdagangan 137
485 55 21 Pendapatan Bagi Hasil Vestikat Msy – Transpotasi 137
485 55 23 Pendapatan Bagi Hasil Vestikat Msy – Lainnya 137
SANDI
NO AKUN NAMA PERKIRAAN NERAC RINC
A I
515 00 00 BEBAN BONUS WADIAH
515 01 00 Beban Bonus Giro Wadiah
515 01 01 Beban Bonus Giro Wadiah Perorangan 189
515 01 03 Beban Bonus Giro Wadiah Badan Usaha 189
515 01 04 Beban Bonus Giro Wadiah Pemerintah 189
515 01 06 Beban Bonus Giro Wadiah Pasif 189
515 05 00 Beban Bonus Tabungan Wadiah
515 05 01 Beban Bonus Tabungan Wadiah Utama 189
515 05 02 Beban Bonus Tabungan Ummat 189
515 90 00 Beban Bonus Wadiah lainnya
515 90 01 Beban Bonus Giro Wadiah Bank Lain 186
SANDI
NO AKUN NAMA PERKIRAAN
NERACA RINCI
TAGIHAN KONTIJEN
601 00 00 FAS PEMBIAYAAN YG BELUM DITARIK
601 01 00 Fasilitas Pembiayaan Yang Belum Ditarik
601 01 01 FPBT - Bank Indonesia 500
601 01 02 FPBT - Bank Dalam Negeri 505
601 01 03 FBPT - Bank Di Luar Negeri 510
01 01 09 FBPT – Lainnya 514
TAGIHAN KONTIJEN
KEWAJIBAN KONTIJEN
2 DISKON
20 Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai: 34. Diskon pembelian yang diterima setelah akad
(a) pengurang biaya perolehan aset murabahah, murabahah dst
jika terjadi sebelum akad murabahah
(b) kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah
akad murabahah dan sesuai akad yang
disepakati maka bagian yang menjadi hak
pembeli
(c) tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi
setelah akad murabahah dan sesuai akad yang
menjadi bagian hak penjual
(d) pendapatan operasi lain jika terjadi setelah akad
murabahah dan tidak diperjanjikan dalam
akad
DENDA
29. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melaku- 35 Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam
kan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda melakukan kewajiban sesuai dengan akad
yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan. diakui sebagai kerugian.
Penyelesaian Awal
31. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum
tanggal jatuh tempo dan penjual memberikan
potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang
pendapatan istishna'.
Mudharabah Musytarakah
31. Jika pengelola dana juga menyertakan dana dalam mudharabah musytarakah, maka penyaluran dana milik
pengelola dana diakui sebagai investasi mudharabah.
32. Akad mudharabah musytarakah merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah.
33. Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana (berdasarkan akad mudharabah) menyertakan juga
dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad musyarakah). Pemilik dana musyarakah (musytarik)
memperoleh bagian hasil usaha sesuai porsi dana yang disetorkan. Pembagian hasil usaha antara
pengelola dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah setelah
dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.
34 Pembagian hasil investasi mudharabah musytarakah dapat dilakukan sebagai berikut:
(a) hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai mudharib)
tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai porsi modal masing-
masing; atau
(b) hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemiik dana sesuai dengan porsi modal
masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai nisbah
yang disepakati
35. Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik
18. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah 30. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah
(misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat
diakui sebagai bagian investasi musyarakah diakui sebagai bagian investasi musyarakah
kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra.
musyarakah.
21 Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah 32. Bagian mitra pasif atas investasi
menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif musyarakah menurun (dengan pengembalian
secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas atau dana mitra secara bertahap) dinilai sebesar
nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha
usaha musyarakah pada awal akad dikurangi musyarakah pada awal akad dikurangi
dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah jumlah pengembalian dari mitra aktif dan
dikembalikan dan kerugian (apabila ada). kerugian (apabila ada).
3 Akhir akad
22. Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah 33. Pada saat akad diakhiri, investasi
yang belum dikembalikan kepada mitra pasif musyarakah yang belum dikembalikan oleh
diakui sebagai kewajiban. mitra aktif diakui sebagai piutang.
4. Bagi Hasil
23 Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak 34. Pendapatan usaha investasi musyarakah
mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan diakui sebagai pendapatan sebesar bagian
kesepakatan atas pendapatan usaha musyarakah. mitra pasif sesuai kesepakatan. Sedangkan
Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif kerugian investasi musyarakah diakui sesuai
diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dengan porsi dana.
dan kewajiban.
26. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah
dalam praktik dapat diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan
usaha dari catatan akuntansi mitra aktif atau
pengelola usaha yang dilakukan secara
terpisah.
24 Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan
porsi dana masing-masing mitra dan mengurangi nilai
aset musyarakah
25. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra
aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut
ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha
musyarakah
2 Penyusutan
11. Obyek ijarah disusutkan atau diamortisasi, jika
berupa aset yang dapat disusutkan atau
diamortisasi, sesuai dengan kebijakan penyusutan
atau amortisasi untuk aset sejenis selama umur
manfaatnya (umur ekonomis).
16. Pengakuan biaya perbaikan obyek ijarah adalah 22. Biaya pemeliharaan obyek ijarah yang
sebagai berikut: disepakati dalam akad menjadi tanggungan
(a) biaya perbaikan tidak rutin obyek ijarah penyewa diakui sebagai beban pada saat
diakui pada saat terjadinya;dan terjadinya.
(b) jika penyewa melakukan perbaikan rutin 23. Biaya pemeliharaan obyek ijarah, dalam
obyek ijarah dengan persetujuan pemilik, ijarah muntahiyah bittamlik melalui
maka biaya tersebut dibebankan kepada penjualan obyek ijarah secara bertahap,
pemilik dan diakui sebagai beban pada saat akan meningkat sejalan dengan
terjadinya. peningkatan kepemilikan obyek ijarah.
4 Perpindahan Kepemilikan
19. Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah 24. Pada saat perpindahan kepemilikan objek
dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam
muntahiyah bittamlik dengan cara: ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:
(a) hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah (a) hibah, maka penyewa mengakui aset
diakui sebagai beban; dan keuntungan sebesar nilai wajar
(b) penjualan sebelum berakhirnya masa akad, objek ijarah yang diterima;
maka selisih antara harga jual dan jumlah (b) pembelian sebelum masa akad
tercatat objek ijarah diakui sebagai berakhir, maka penyewa mengakui
keuntungan atau kerugian; aset sebesar pembayaran nilai wajar
(c) penjualan setelah selesai masa akad, maka atau pembayaran tunai yang
selisih antara harga jual dan jumlah tercatat disepakati;
objek ijarah diakui sebagai keuntungan (c) pembelian setelah masa akad
atau kerugian; berakhir, maka penyewa mengakui
(d) penjualan objek ijarah secara bertahap, aset sebesar nilai wajar atau
maka: pembayaran tunai yang disepakati;
(i) selisih antara harga jual dan jumlah (d) pembelian objek ijarah secara
tercatat sebagian objek ijarah yang bertahap, maka penyewa mengakui
telah dijual diakui sebagai aset sebesar wajar.
keuntungan atau kerugian; dan
(ii) bagian objek ijarah yang tidak dibeli
penyewa diakui sebagai aset tidak
lancar atau aset lancar sesuai dengan
tujuan penggunaan aset tersebut.
Jual-dan-Ijarah
25. Transaksi jual-dan-ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung
(ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar.
26. Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada entitas lain dan kemudian menyewanya, maka entitas tersebut
mengakui keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan
perlakuan akuntansi penyewa.
27. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual-dan-ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang atau
penambah beban ijarah.
Penyajian
31. Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang terkait, misalnya beban penyusutan,
beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
1
_______ Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/ 31 /DPbS tanggal 7 Oktober 2008 tentang Produk Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah
______ Undang-undang Perbankan, UU no 10/1998 tentang perubahan Undang-undang nomor 7/1992
tentang perbankan, 1998, Sinar Grafika
______ Undang-undang Perbankan, UU no 21 / 2008 tentang Undang-undang Perbankan Syariah
______ Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, (PAPSI 2003), Tim Penyusun Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, 2003
Omar Abdullah Zaid, Prof, Dr. ”Akuntansi Syariah – Kerangka Dasar & Sejarah Keuangan Dalam
Masyarakat Islam” (terjemahan M. Syafi’i Antonio, Sofyan S. Harahap), LPFE Usakti Jakarta,
2004
Rifqi, Muhammad ” Akuntansi Keuangan Syariah, Konsep dan Implementasi PSAK Syariah” P3EI Press
Yogyakarta, 2008
Sri Nurhayati, Wasilah, ”Akuntansi Syariah di Indonesia” Salemba Empat Jakarta, 2008
Syafi’i Antonio, Muhammmad “Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan”. Jakarta : Bank Indonesia
kerja sama Tazkia Institute,1999.
Sofyan Safri Harahap “Teori Akuntansi” edisi revisi, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, 2007
Sofyan S. Harahap “Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah”, Pustaka Quantum Jakarta, 2008
Sofyan S. Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf “Akuntansi Perbankan Syariah”, LPFE Usakti, 2006 (revisi)
Sofyan Safri Harahap, ” Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam” Pustaka Quantum Jakarta, 2005
Tariqullah Khan, Habil Ahmad, “Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah” (terjemahan Ikhwan
Abidin), Bumi Aksara, 2008
Wahbah Al-Zuhayli “Al-Fiqh Al-Islami wa-Adillatuh” (Islamic Jurisprudence and its Proofs) Volume 1 & 2,
Dar al Fikr in Damascus, 2003
Wiroso “Jual Beli Murabahah, UII Pers, Yogyakarta, 2005
Wiroso, “Produk Perbankan Syariah”, LPFE Usakti dan IBFI, Jakarta, 2009
Zainul Arifin,Drs, MBA “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah” Jakarta: AlvaBET, 2003
2
Sekilas tentang Penulis
Pengalaman bidang perbankan:
(1) satu tahun (1982) di Bank Pembangunan
Daerah Jawa Tengah , (2) lima tahun (1982-1986)
di Citibank Jakarta, (3) tujuh tahun (1987 – 1993)
di Bank Universal (Bank Permata), (4) sebelas
tahun (1993 – 2004) di Bank Muamalat Indonesia,
(5) Tim Penyusun PSAK 59 dan PAPSI –
Akuntansi Perbankan Syariah (1999 sd 2006), (6)
Anggota Komite Akuntansi Syariah – IAI ( tim
penyusun PSAK syariah) (2006 sd 2010)
Kegiatan saat ini :
(1) Dosen FE dan Magister Akuntansi FE Universitas Trisakti Jakarta (2006 sd sekarang), (2) Anggota
Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) ( 2010 sd sekarang), (3) Anggota Dewan Penguji Sertifikasi
Akuntansi Syariah – IAI (2008 sd sekarang) (4) Partner dan instruktur pada konsultan – ICDIF-LPPI,
Batasa Tazkia, Service Quality Partner, Pantarhai dan instruktur pelatihan internal beberapa Bank
Syariah.
Karya tulis :
(1) Jual beli Murabahah - 2005, (2) Akuntansi Perbankan Syariah – 2004 bersama Prof Sofian S.
Harahap, (3) Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah -2005, (4) Business Syariah
- 2007 bersama Muhamad Yusuf (5) Produk Perbankan Syariah -2009
3
1
2 Mampu mencatat, 1. Overview pengertian dan karakteristik Ceramah, Diskusi dan Menjelaskan karakteristik 7.5%
mengukur dan menyajikan Murabahan Latihan Murabahah
Transaksi Murabahah 2. Cakupan Akuntansi Murabahah (psak 102) Melakukan pemcatatan,
3. Akuntansi Penjual (LKS sebagai penjual) pengukuran dan menyajikan
2
4 Mampu mencatat, 1. Overview pengertian dan karakteristik Ceramah, Diskusi dan Menjelaskan karakteristik 10%
mengukur dan menyajikan Salam dan Salam Paralel Latihan Salam
Transaksi Salam 2. Cakupan Akuntansi Salam (psak 103) Melakukan pemcatatan,
3. Akuntansi Pembeli pengukuran dan menyajikan
a. Akun yang dipergunakan transaksi Salam dari sisi
b. Modal salam pembeli
c. Barang salam
d. Denda
6 Mampu mencatat, 1. Overview pengertian dan karakteristik Ceramah, Diskusi dan Menjelaskan karakteristik 7.5%
mengukur dan menyajikan Istishna dan Istishna Paralel Latihan Ishtishna
Transaksi Istishna 2. Cakupan Akuntansi Istishna (psak 104) Melakukan pemcatatan,
3. Akuntansi Penjual pengukuran dan menyajikan
a. Akun yang dipergunakan transaksi Istishna dari sisi
3
7 Mampu mencatat, 1. Akuntansi Pembeli Ceramah, Diskusi dan Melakukan pemcatatan, 7.5%
mengukur dan menyajikan a. Akun yang dipergunakan Latihan pengukuran dan menyajikan
Transaksi Istishna b. Pembayaran yang dilakukan transaksi Istishna dari sisi
c. Penerimaan barang pembeli
10 Mampu mencatat, 1. Akuntansi Pengelola Dana Ceramah, Diskusi dan Melakukan pemcatatan, 7.5%
mengukur dan menyajikan a. Akun yang dipergunakan Latihan pengukuran dan menyajikan
Transaksi Mudharabah b. Modal mudharabah transaksi Mudharabah dari sisi
c. Pembagian hasil usaha LKS ke investor Pengelola dana
11 Mampu memahami dan 1. Overview pengertian dan karakteristik Ceramah, Diskusi dan Melakukan pemcatatan, 7.5%
menguasai konsep dan Musyarakah Latihan pengukuran dan menyajikan
prinsip dasar transaksi 2. Cakupan Akuntansi Musyarakah (psak transaksi Musyarakah dari sisi
musyarakah 106) Mitra Pasif
3. Akuntansi Mitra Pasif
4
12 Mampu mencatat, 1. Akuntansi Mitra Aktif Ceramah, Diskusi dan Melakukan pemcatatan, 7.5%
mengukur dan menyajikan a. Akun yang dipergunakan Latihan pengukuran dan menyajikan
Transaksi Musyarakah b. Awal Akad transaksi Musyarakah dari sisi
c. Selama akad Mitra Aktif
d. Akhir akad
Mampu mencatat, 1. Overview pengertian dan karakteristik Ceramah, Diskusi dan Melakukan pemcatatan, 7.5%
13 mengukur dan menyajikan Ijarah Latihan pengukuran dan menyajikan
Transaksi Ijarah 2. Cakupan Akuntansi Ijarah (psak 107) transaksi Ijarah
3. Akuntansi Penyewa dan Pemberi Sewa
a. Perolehan obyek ijarah
b. Penyusutan, pemeliharaan, perbaikan
obyek ijarah
c. Pengalihan obyek Ijarah (IMBT)
d. Ijarah Lanjut
e. Multiguna
14 Mampu mencatat, 1. Overview Transaksi atas dana pihak ketiga Ceramah, Diskusi dan Melakukan pemcatatan, 7.5%
mengukur dan menyajikan 2. Akuntansi penghimpunan dana Latihan pengukuran dan menyajikan
transaksi Sumber Daya mudharabah (lihat psak 105) untuk transaksi penerimaan dana
(DPK) dan Jasa tabungan, dan deposito pihak ketiga
3. Akuntansi Penghimpunan dana wadiah
(psak 59) untuk giro dan tabungan
4. Akuntansi Jasa
15 Perhitungan Pembagian 1. Metode perhitungan bagi hasil Ceramah, Diskusi dan Melakukan perhitugnan bagi 5%
Hasil Usaha Bank Syariah 2. Unsur-unsur pembagian hasil usaha Latihan hasil dengan pihak ketiga
5
Daftar Referensi:
1. Buku Utama :
(1) PSAK Syariah (PSAK 101 sd PSAK 107), Ikatan Akuntan Indonesia, 2009
(2) Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, Mei 2011
2. Buku Tambahan:
(1) Yaya, Rizal, Aji Erlangga M dan Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Perbankan, Salemba Empat, 2009,
(2) Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba Empat,
(3) Rifqi, Muhammad ” Akuntansi Keuangan Syariah, Konsep dan Implementasi PSAK Syariah” P3EI Press Yogyakarta, 2008
(4) Sofyan S. Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf “Akuntansi Perbankan Syariah”, LPFE Usakti, 2006 (revisi)
Catatan:
1. Sebagai pra syarat untuk dalam mengikuti matakuliah ini adalah mahasiswa hendaknya telah lulus (atau memahami dengan betul) tentang Prinsip Dasar
Lembaga Keuangan Syariah (baik bank syariah dan non bank syariah)
2. Untuk akuntansi syariah selain yang diatur dalam psak 101 sd psak 107, hendaknya dibuat matakulaih sendiri yaitu ”Akuntansi Lembaga Keuangan
Syariah Dua – Non Perbankan Syariah” (ini untuk akuntansi Asuransi Syariah – psak 108, akuntansi Zakat dan Sadaqah – psak 109, Akuntansi Sukuk –
psak 110, Akuntansi Koperasi Syariah / KJKS dsb)
6
• Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi
terhadap situasi yang dihadapi.
• Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara
mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
7
• Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternative
solusi secara mandiri dan kelompok.
• Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi
1
3 Mampu mencatat, 1. Cakupan Akuntansi Asuransi Syariah Ceramah, Diskusi dan Mampu melakukan 10%
mengukur dan menyajikan 2. Akuntansi untuk konstribusi peserta, alokasi Latihan pemcatatan dengan
Transaksi Asuransi surplus dan defisit underwriter penggunaan akun yang tepat,
2
4 Laporan Keuangan 1. Laporan Keuangan Asuransi Syariah Ceramah, Diskusi dan Mampu membaca dan 7,5%
Asuransi Syariah a. Laporan posisi Keuangan Latihan memahami laporan keuangan
b. Laporan surplus defist underwriting dana asuransi syariah
tabaru
c. Laporan Perubahaan dana tabaru
d. Lporan laba rugi
e. Laporan perubahan ekuitas
f. Laporan arus kas
g. Laporan sumber penggunaan dana zakat
h. Laporan sumber penggunaan dana
kebajikan
5 Mampu menguasai konsep 1. Overview Pasar Uang Syariah Ceramah, Diskusi Mampu menjelaskan pasar 7,5%
dan prinsip dasar pasar 2. Prinsip Dasar Obligasi Syariah (sukuk) uang syariah, istrumen pasar
uang syariah, khususnya a. Pengertian sukuk uang syariah di Indonesia
obligasi syariah (sukuk) b. Jenis sukuk yang ada di Indonesia Mampu menjelaskan konsep
c. Karakteristik sukuk dasar obligasi syariah, karakter
3. Cakupan akuntansi sukuk dan prinsip dasar obligasi
syariah serta perbedaannya
dengan obligasi konvensional
6 Mampu mencatat, Akuntansi Penerbit Ceramah, Diskusi dan Mampu memcatat dengan 7.5%
mengukur dan menyajikan 1. Akun yang dipergunakan pada akuntansi Latihan akun yang benar dengan
transaksi Sukuk (obligasi penerbit pengukuran yang tepat, dan
syariah) pada sisi penerbit 2. Akuntansi Sukuk Ijarah menjajikan transaksi sukuk,
3. Akuntansi Sukuk Mudharabah dari sisi penerbit sukuk
4. Penyajian dan pengungkapan
7 Mampu mencatat, Akuntansi investor Ceramah, Diskusi dan Mampu memcatat dengan 7.5%
mengukur dan menyajikan 1. Akun yang dipergunakan pada akuntansi Latihan akun yang benar dengan
3
10 Mampu mencatat, Akuntansi Koperasi Syariah Ceramah, Diskusi dan Mampu mencatat pada akun 7.5%
mengukur dan menyajikan 1. Cakupan Akuntansi koperasi syariah Latihan tan tepat, pengkuruan yang
transaksi koperasi syariah 2. akun dalam akuntansi koperasi syariah benar, dan menyajikan
3. Akuntansi sumber dana transaksi koperasi syariah
4. akuntansi pengelolaan dana (KJKS)
5. Perhitungan pembagian hasil usaha
koperasi syariah
11 Mampu membuat dan Laporan Keuangan Koperasi Syariah Ceramah, Diskusi dan Mampu membaca dan 7.5%
memahami laporan 1. Laporan Posisi Keuangan Latihan memahami laporan keuangan
keuangan koperasi syariah 2. Laporan sisa hasil usaha koperasi syariah
3. laporan perubahan ekuitas
4. laporan arus kas
5. laporan sumber dan penggunaan zakat
6. laporan sumber dan penggunaan dana
4
kebajikan
12 Mampu dan menguasai 1. Overview fungsi sosial Lembaga Keuangan Ceramah, Diskusi dan Mampu menjelaskan Lembaga 7.5%
konsep dan prinsip dasar Syariah Latihan Pengelola Dana Zakat sesuai
transaksi Zakat & Sadaqah 2. Prinsip dasar Zakat, Infaq an Shadaqah perundang-undangan yang
Mampu mencatat, a. Pengertian Zakat, Infaq dan Shadaqah berlaku
mengukur dan penyajikan b. Karakteristik ZIS Mampu mencatat pada akun
transaksi ZIS 3. Akuntansi Zakat bagi LAS yang tepat, dengan
a. Akuntansi Penerimaan Zakat pengukuran yang benar,
b. Akuntansi Penyaluran Zakat transaksi Zakat, Infaq dan
c. Akuntansi Penerimaan Infaq/sadaqah Shadaqah
d. Akuntansi penyaluran infaq/sadaqah
13 Mampu membuat dan 1. Laporan Keuangan Amil (Pengelola Zakat) Ceramah, Diskusi dan Mampu membaca dan 7.5%
menyajian laporan a. Laporan posisi keuangan Latihan memahami laporan keuangan
keuangan badan pengelola b. Laporan perubahan dana Amil (Lembaga Pengelola
ZIS (LAS) c. Laporan perubahan aset kelolaan dana Zakat) dan Laporan yang
d. laporan arus kas harus dibuat oleh Lembaga
e. catatan atas laporan keuangan Keuangan Syariah (non LAS)
2. Laporan funsgi sosial atas LKS
a. Laporan sumber dan penggunaan zakat
b. laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan
15 Mampu menguasai prinsip 1. Pengertian FEE based income Ceramah, Diskusi Mampu menjelaskan, 5%
dasar FEE based income 2. Penggunaan dalam produknya adalah Mengacatat pada akun yang
wakalah, hawalah, kafalah, sharf dan Lain- tepat, pengukuran serta
5
Daftar Referensi:
1. Buku Utama :
Dewan Standar Akuntansi Syariah, Pernyataan Standar Akuntansi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, 2011
2. Buku Tambahan:
(1) Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia: Salemba Empat, 2010,
(2) Sofyan S.Harahap, Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah, Pustaka Quantum, 2008,
(3) Sofyan Safri Harahap, Teori Akuntansi, Rajawali, 2011
(4) Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 35.2/PER/M.KUKM/X/2007, Tentang
Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi
(5) Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah
• Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi
terhadap situasi yang dihadapi.
• Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara
mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
• Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternative
solusi secara mandiri dan kelompok.
• Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi
1
3 Mampu menjelaskan Dasar-dasar gagasan pemikiran akuntansi Ceramah dan diskusi Menjelaskan pengertian, 7.5%
gagasan, karakter dan 1. Pengertian akuntansi syari’ah sejarah gagasan, dan tujuan
tujuan akuntansi syari’ah 2. Sejarah gagasan akuntansi syari’ah akuntansi syari’ah
3. Tujuan akuntansi syari’ah
4 Mampu menjelaskan 1. Perspektif Khalifatullah fil ardh akuntansi Ceramah dan diskusi Menjelaskan perbedaan antara 10%
2
5 Mampu menjelaskan Kelemahan-kelemahan akuntansi modern Ceramah dan diskusi Menjelaskan dengan baik
kelemahan-kelemahan 1. Materialistik kelemahan-kelemahan yang
akuntansi modern 2. Individualistik ada di akuntansi modern
3. Sekuler
6 Mampu menjelaskan Metodologi konstruksi akuntansi syari’ah Ceramah dan diskusi Menjelaskan metodologi 7.5%
metodologi konstruksi 1. Paradigma untuk mengkonstruksi
akuntansi syari’ah 2. Dasar nilai etika syari’ah akuntansi syari’ah
3. Metafora amanah dan metafora zakat
7 Mampu menjelaskan Konsep dasar tauhid, filosofis, dan teoritis Ceramah dan diskusi Menjelaskan konsep dasar 7.5%
konsep dasar tauhid, 1. Tauhid tauhid, filosofis, dan teoritis
filosofis, dan teoritis 2. Filosofis (iman, ilmu, dan amal) akuntansi syari’ah
akuntansi syari’ah 3. Teoritis
10 Mampu menjelaskan Shari’ah Enterprise Theory (SET) Ceramah dan diskusi Menjelaskan perbedaan antara 7.5%
konsep shari’ah enterprise 3. Proprietary theory shari’ah enterprise theory,
theory 4. Entity theory proprietary theory, entity
5. Enterprise theory theory, dan enterprise theory
11 Mampu memahami Shari’ah value-added Ceramah dan diskusi Menjelaskan konsep shari’ah 7.5%
3
15 Mampu menjelaskan Laporan keuangan syari’ah versi Triyuwono Ceramah, Diskusi dan Menjelaskan laporan 5%
laporan keuangan versi (2012) Latihan keuangan versi Triyuwono
Triyuwono (2012) (2012)
Daftar Referensi:
1. Buku Utama :
(1) Harahap, Sofyan Syafri. 1997. Akuntansi Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
(2) Mulawarman, Aji Dedi. 2006. Menyibak Akuntansi Syari’ah. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
4
(3) Mulawarman, Aji Dedi. 2010. Perspektif, Teori, dan Praktik Akuntansi Syari’ah.
(4) PSAK Syariah (PSAK 101 sd PSAK 107), Ikatan Akuntan Indonesia, 2009
(5) Triyuwono, Iwan. 2012. Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syari’ah. Jakarta: Radjawali Press.
(6) Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, Mei 2011
2. Buku Tambahan:
(1) Yaya, Rizal, Aji Erlangga M dan Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Perbankan, Salemba Empat, 2009,
(2) Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba Empat,
(3) Rifqi, Muhammad ” Akuntansi Keuangan Syariah, Konsep dan Implementasi PSAK Syariah” P3EI Press Yogyakarta, 2008
(4) Sofyan S. Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf “Akuntansi Perbankan Syariah”, LPFE Usakti, 2006 (revisi)
Catatan:
1. Sebagai pra syarat untuk dalam mengikuti matakuliah ini adalah mahasiswa hendaknya telah lulus (atau memahami dengan betul) tentang Prinsip Dasar
Lembaga Keuangan Syariah (baik bank syariah dan non bank syariah)
2. Untuk akuntansi syariah selain yang diatur dalam psak 101 sd psak 107, hendaknya dibuat matakulaih sendiri yaitu ”Akuntansi Lembaga Keuangan
Syariah Dua – Non Perbankan Syariah” (ini untuk akuntansi Asuransi Syariah – psak 108, akuntansi Zakat dan Sadaqah – psak 109, Akuntansi Sukuk –
psak 110, Akuntansi Koperasi Syariah / KJKS dsb)
5
• Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi
terhadap situasi yang dihadapi.
• Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara
mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
6
• Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternative
solusi secara mandiri dan kelompok.
• Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi