Anda di halaman 1dari 7

Pemodelan Hidrodinamika - Uji Sensitivitas, Verifikasi Data

Pasut, dan Simulasi Kondisi Arus & Pasut Wilayah Pelabuhan


Cirebon pada Delft3D
Tugas Akhir Semester GD4105 HidroInformatika

Roveri Boris (15117042)1, Paksi Arif Wicaksono (15117046)2, Raihan Pasha Pratama (15117098)3

Teknik Geodesi dan Geomatika, Institut Teknologi Bandung1,2,3

rovbhutahaean98@gmail.com1, paksiarif@gmail.com2, raihanpasha@outlook.com3

Abstrak—Pelabuhan Cirebon merupakan pelabuhan yang ini dapat menunjang kegiatan di Perairan Pelabuhan Cirebon
terletak di Kota Cirebon, Jawa Barat yang mempunyai aktivitas dengan melihat nilai dari kecepatan dan arah arus dalam
yang padat. Selain itu, hal-hal astronomis maupun geologispun bentuk gambar berupa vektor dan nilai elevasi muka air saat
cukup berpengaruh terhadap kondisi pasang surut air laut dan pasang dan surut dengan beberapa faktor yang dapat
cepat rambat gelombang air. Oleh karena itu, diperlukan suatu mempengaruhinya. Pembuatan model untuk mengkaji segala
pemodelan hidrodinamika untuk melihat pengaruh yang dapat hal yang berkaitan tentang hidrodinamika akan dilakukan
terjadi oleh dinamika perairan di wilayah tersebut khususnya pada software Delft3D. Delft3D ini merupakan salah satu
yang bepengaruh pada pasut dan arus. Pada penulisan ini akan software pemodelan yang dapat mensimulasikan aliran dan
dilakukan pemodelan dengan melihat sensitivitas model yang
kondisi hidrodinamika secara multidimensional dengan
dhiasilkan terhadap angin dan kekasaran dasar laut. Selain itu,
dilakukan juga verifikasi simulasi pemodelan terhadap data
menggunakan culviliniar grid dalam sistem kartesian [4].
pasut yang sudah ada untuk melihat seberapa efektifkah B. Tujuan
melakukan pemodelan dengan menggunakan Delf3D, dan
melakukan simulasi kondisi arus dan pasut yang diakibatkan Tujuan dari penulisan ini antara lain :
ketika terjadinya muson timur dan barat untuk melihat berapa 1. Menguji pemodelan arus dan pasut dengan
signifikannya pengaruh yang disebabkan oleh angin muson. melihat perubahan pada sensitivitas angin dan
Segala simulasi pemodelan yang ada, dilakukan pada simulasi kekasaran dasar laut.
numerik Delft3D. 2. Melakukan verifikasi data pasut pemodelan
dengan data pasut Cirebon hasil pengukuran.
Kata Kunci — Pelabuhan Cirebon, Pemodelan 3. Melakukan simulasi pemodelan pasut dan arus
Hidrodinamika, Arus dan Pasut, Delft3D
ketika terjadinya musin timur dan muson barat
I. PENDAHULUAN II. METODOLOGI
A. Latar Belakang A. Delft3D
Pelabuhan Cirebon merupakan pelabuhan yang terletak di Dalam pemodelan arus dan gelombang menggunakan
Kota Cirebon, Jawa Barat. Perairan pada pelabuhan ini program Delft3D sebagai alat untuk perhitungan. Delft3D
merupakan tipe perairan pantai teluk terbuka terhadap Laut adalah software yang dikembangkan oleh deltares sebagai
Jawa dengan batimetri yang relatif dangkal (< 12 meter) dan suite perangkat lunak komputer terpadu untuk multi-disiplin.
memiliki konfigurasi pantai yang melengkung dan kasar serta Software ini membutuhkan perangkat lunak pendukung
mengalir banyak sungai, selain itu Perairan Cirebon memiliki seperti Mathlab dan ArcGIS [5]. Bagian yang digunakan
morfologi yang berbentuk teluk memanjang dari arah Selatan dalam penulisan ini ialah Delft3d-Flow. Delft3D-Flow adalah
ke Utara yang akan mempengaruhi arus dan gelombang laut sistem pada bagian Delft3D yang digunakan untuk
[1]. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan studi arus menghitung SWE (Shallow Water Equation) atau persamaan
dan pasut untuk melihat pemodelan yang dapat terjadi, pada kondisi air dangkal dalam variabel kecepatan dan tinggi
terutama karena kedua hal tersebut berkaitan erat dengan ke dalam bentuk dua atau tiga dimensi pada sebuah grid [6].
segala aktivitas perairan. Kajian terhadap pola arus laut yang
dihubungkan dengan proses pasang surut merupakan hal yang Pemodelan hidroinformatika yang dilakukan
penting dilakukan, khususnya pada Perairan Cirebon yang menggunakan dua scenario, yaitu dengan menggunakan data
mengalami perkembangan yang cukup pesat baik di sektor angin yang berbeda dan melakukan perubahan terhadap
daratan maupun perairannya [2]. kekerasan dasar laut yang seragam di semua area domain.
Selanjutnya dilakukan verifikasi terhadap data hasil
Pemodelan yang dilakukan pastinya berkaitan erat dengan pemodelan dengan data pengukuran yang telah dilakukan
hidrodinamika laut. Hidrodinamika ini diakibatkan oleh sebelumnya. Terahir dilakukan pemodelan pada saat muson
proses eksternal (arus,angin, gelombang, dan pasang surut) barat dan muson timur terjadi untuk melihat pengaruh yang
dan proses internal (karateristik dan tipe sedimen serta lapisan disebabkan oleh kedua hal tersebut. Dalam melakukan
dasar dimana sedimen itu berada) [3]. Hasil dari pemodelan

TUGAS AKHIR GD4105 HIDROINFORMATIKA 2020 – PEMODELAN HIDRODINAMIKA


pemodelan pasut dan arus ini menggunakan perangkat lunak C. Verifikasi Data
Delf3D dengan menggunakan beberapa fitur yang Pemodelan data dilakukan dengan menempatkan
disebdiakan oleh Delf3D ini. Bagian yang digunakan pada empat titik pengamatan dengan salah satu titiknya berada
Delft3D-Flow dan penjelasannya antara lain [3] :
pada stasiun pengukuran pasut Cirebon. Parameter angin
• Delft3D-RGFRID : membuat zona segmen yang digunakan merupakan data angin yang sebenarnya,
dalam bentuk grid pada topografi. sedangkan data kekasaran dasar laut menggunakan
koefisien Chezy 65 dengan langkah waktu disesuaikan
• Delft3D-QUICKIN : masukan output pada
dengan data pengukuran yang sudah disediakan.
grid berupa data batimetri, kondisi awal untuk water
Verifikasi data dilakukan dengan cara menyesuaikan
level, salinitas dan, lain-lain.
referensi antara model dengan data pengukuran.
• Delft3D-TRIANA : analisis pasang surut Selanjutnya, dibandingkan dengan menggunakan nilai
dalam interval waktu. RMSE (Root Mean Square Error). Selain itu, dilakukan
juga plotting perbandingan antara data hasil pengukuran
• Delft3D-TIDE : analisis pasang surut
terhadap water level dan kecepatan. di lapangan dengan data hasil pemodelan. Tujuan dari
verifikasi ini adalah untuk mengetahui keakuratan hasil
• Delft3D-NESTHD : membuat batasan dari pemodelan dengan data lapangan.
keseluruhan model.
D. Simulasi Kondisi Arus dan Pasut
• Delft3D-GPP : menampilkan hasil Simulasi kondisi arus dan pasut ini dilakukan untuk
simulasi berupa gambar animasi dan visualisasi. melihat seberapa pengaruhnya muson barat dan muson
• Delft3D-QUICKPLOT : sama halnya dengan timur pada data arus dan pasut di suatu wilayah. Simulasi
Delft3D-GPP. pada pemodelan dilakukan dengan merubah rentang
waktu simulasi, yaitu :
B. Uji Sensitivitas Model
• Simulasi saat terjadinya Muson Barat yang
Pada penulisan ini akan diuji pemodelan arus dan pasut dimana dipilih selama 30 hari pada 01 Januari
selama 5 hari dengan dua uji sensivitas pada parameter hingga 05 Februari 2019 dengan tiga hari
fisiknya, yaitu : pertama dipakai untuk penyesuaian pemodelan,
1. Uji Sensivitas Angin • Simulasi saat terjadinya Muson Timur yang
Uji sensitivitas angin ini merupakan salah dimana dipilih selama 30 hari pada 01 Juni
satu metode untuk melihat seberapa hingga 05 Juli 2019 dengan tiga hari pertama
berpengaruhnya efek angin terhadap terjadinya dipakai untuk penyesuain pemodelan.
pasut. Dalam melakukan uji sensivitas angin ini,
dapat dilakukan dengan menggunakan data angin III. HASIL DAN ANALISIS
yang berbeda-beda. Maka dari itu, sebelum Berdasarkan proses pengerjaan yang sudah dibuat, akan
melakukan pemodelan dengan Delf3D, kita harus dijelaskan masing-masing hasil dan hal yang dapat dianalisis
membentuk data angin yang sesuai dengan dari setiap bagian yang dilakukan sebagai berikut :
parameter yang telah ditentukan.
Setelah data angin terbentuk, uji sensivitas angin
dapat dilakukan dengan mengaktifkan pengaruh A. Uji Sensivitas Model
angin terhadap pemodelan yaitu pada bagian 1. Uji Sensivitas Angin
“wind” pada pilihan :process”. Setelah itu, pada • Grafik dari sensivitas angin dengan
bagian “physical parameters” di kolom “wind” kecepatan 0 meter/sekon yang berpengaruh
masukkan data angin yang sebelumnya telah kita terhadap pasut dapat dilihat pada Gambar 1.
bentuk. Data angin tersebut berupa data angin
dengan kecepatan 0, 5, dan 10 meter/sekon dari
arah Utara.
Selain data angin, kita juga perlu mengatur data
rentang waktu yang akan dilakukan pemodelan.
Sesuai dengan ketentuan, rentang waktu yang
digunakan adalah lima hari pada waktu kapan pun.
2. Uji Sensivitas Kekasaran Dasar Laut
Dalam melakukan Uji sensivitas kekasaran
dasar laut dilakukan dengan mengatur besar
Chezzy Coefficient yang telah ditentukan, yaitu 55,
65, dan 75. Selanjutnya untuk melihat pengaruh
kekasaran dasar laut, nilai angin yang dimasukkan
disamakan pada setiap rentang waktunya. Hal
tersebut digunakan karena untuk menghilangkan
factor angin dalam melakukan pemodelan,
sehingga setiap output yang dihasilkan hanya Gambar 1. Grafik Pasut Kecepatan Angin 0 meter/sekon
berdasarkan koefisien kekerasan dasar laut yang
telah ditentukan
• Grafik dari sensivitas angin dengan • Pada pemodelan pertama yaitu uji sensivitas
kecepatan 5 meter/sekon yang berpengaruh dengan menggunakan parameter kecepatan
terhadap pasut dapat dilihat pada Gambar 2. angin. Kecepatan angin yang digunakan
yaitu 0, 5, dan 10 m/s. pada pemodelan
pertama, kecepatan angin tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap terjadinya pasang
surut di perariran. Hal tersebut dapat dilihat
dari grafik yang ditampilkan bahwa setiap
data pasut yang dihasilkan dari 3 data angin
yang berbeda memiliki bentuk yang hampir
sama. 3 hari di awal saat melakukan
pemodelan terlihat lebih beragam
dibandingkan dengan data lainnya, hal
tersebut dikarenakan 3 hari di awal
merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh
perangkat lunak Delft3D sehingga data yang
dimodelkan belum sesuai dengan aslinya.
Walaupun terdapat beberapa gelombang
Gambar 2. Grafik Pasut Kecepatan Angin 5 meter/sekon pasut yang tidak sama persis, namun tetap
saja hampir seluruh data memiliki nilai yang
• Grafik dari sensivitas angin dengan sama.
kecepatan 10 meter/sekon yang berpengaruh
terhadap pasut dapat dilihat pada Gambar 3.
• Grafik perbandingan arus yang dihasilkan
dari perbedaan kecepatan angin dapat dilihat
pada Gambar 5. Pada data arus, berbeda
dengan gelombang pasut parameter
kecepatan angin ini memiliki efek yang
cukup signifikan.hal tersebut derilhat pada
grafik perbandingan arus diatas, dengan
memiliki pola yang cukup beragam dan
amplitude dari besaran arus ini memiliki
selisih yang cukup besar di setiap jenis
kecepatan angin yang dimasukkan. Semakin
tinggi kecepatan angin maka semkin besar
juga data arus maksimal yang akan terjadi.

Gambar 3. Grafik Pasut Kecepatan Angin 10 meter/sekon

• Setelah ketiga grafik sudah didapatkan. Maka,


untuk mendapatkan visualisasi yang baik untuk
membandingkan pengaruh kecepatan angin
terhadap pasut yang terjadi, setiap grafik
digabungkan pada tempat yang sama seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 5. Grafik Perbandingan Arus Kecepatan Angin 0, 5, 10


meter/sekon

2. Uji Sensivitas Kekasaran Dasar Laut


• Hasil dari pemodelan pasut dengan
perubahan koefisien Chezy 55,65,75 dapat
dilihat pada Gambar 6.

Gambar 4. Grafik Perbandingan Pasut Kecepatan Angin 0, 5, 10


meter/sekon
Gambar 6. Grafik Perbandingan Pasut Koefisien Chezy 55,65, dan Gambar 8. Grafik Pasut PengukuranError! Reference source not
75 found.

• Hasil dari pemodelan arus dengan perubahan • Sedangkan grafik pemodelan dengan data
koefisien Chezy 55,65,75 dapat dilihat pada angin sebenarnya dan koefisien Chezy 65
Gambar 7. dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 7. Grafik Perbandingan Arus Koefisien Chezy 55,65, dan Gambar 9. Grafik Pasut Pemodelan
75
• Grafik perbandingan antara hasil pemodelan
• Pengaruh parameter kekasaran dasar laut dengan hasil data ukuran sebenarnya
terhadap pasut tidak berpengaruh sama sebelum direferensikan pada referensi
sekali. Berbeda dengan pengaruh kecepatan ketinggian tertentu dapat dilihat pada
angin terhadap pasut, pada parameter Gambar 10.
kekerasan dasar laut ini nampak tidak ada
perbedaan sama sekali.
Pengaruh parameter kekasaran laut ini justru
terjadi perbedaan pada data arus. Walau tidak
sesignifikan perubahan pada parameter
kecepatan angin, namun data arus
berdasarkan data kekasaran dasar laut ini
memiliki perbedaan pada bagian
amplitudonya. Memiliki pola yang sama,
namun amplitude perbedaan antara masing
masing tingkat kekasaran dasar laut berbeda.
masing tingkat kekasaran dasar laut berbeda.
Semakin besar koefisien dari tingkat
kekasaran laut, maka semakin besar juga data
arus yang terjadi.
B. Verifikasi Data Gambar 10. Grafik Perbandingan Pasut Data Pengukuran dan
• Hasil dari pengamatan pasut di lapangan atau Data Pemodelan (Tidak Tereferensi)
pengukuran dapat dilhat pada Gambar 8.
• Grafik perbandingan antara hasil pemodelan ̂2
∑𝑁
𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥𝑖 )
dengan hasil data ukuran sebenarnya dengan 𝑅𝑀𝑆𝐸1 = √ = 125.429
menyamakan terlebih dahulu referensi 𝑁
ketinggiannya dapat dilihat pada Gambar 11.
∑𝑁 ̂2
𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥𝑖 )
𝑅𝑀𝑆𝐸2 = √ = 0.03151
𝑁
Nilai RMSE1 memiliki nilai yang sangat
tinggi dikarenakan perbedaan referensi tinggi
yang terjadi. Dengan perbedaan referensi ini
mengakibatkan hasil antara data pengukuran
di lapangan dengan data hasil simulasi
memiliki perbedaan yang besar.
Sedangkan nilai RMSE2, nilai yang dimiliki
lebih kecil dibandingkan dengan RMSE1
karena sudah memiliki nilai referensi
ketinggian yang sama. Nilai RMSE2 yang
kecil tersebut menunjukkan bahwa hasil yang
dilakukan oleh pemodelan Delft3D memiliki
tingkat kesesuaian yang tinggi.
Gambar 11. Grafik Perbandingan Pasut Data Pengukuran dan
Data awal yang ditandai oleh kotak hitam,
Data Pemodelan (Tereferensi) merupakan data penyesuaian terlebih dahulu
dari pemodelan Delft3D, sehingga data
• Pada verifikasi data pemodelan tersebut tidak dimasukkan ke dalam
menggunakan Delft3D dengan menggunakan verifikasi data pengukuran. Delft3D
data pengukuran sebenarnya dapat dilakukan merupakan aplikasi pemodelan yang
dengan menggunakan nilai dari Root Mean membutuhkan penyesuaian terlebih dahulu
Square Error (RMSE). Selain itu, untuk untuk selanjutnya melakukan pemodelan.
keperluan visualisasi perbandingan nilai Lama untuk melakukan penyesuaian dari
pasut antara pemodelan dengan data Delft3D ini sekitar dua hingga tiga hari.
pengukuran dapat dilakukan dengan C. Simulasi Kondisi Arus dan Pasut
pembentukan grafik.
Simulasi kondisi arus dan pasut ini dilakukan dengan
Hasil dari pemodelan menggunakan Delft3D
membandingkan antara dua data, yaitu data Ketika terjadinya
memiliki referensi ketinggian dimulai dari
angin muson barat dan saat terjadinya angin muson timur.
nol. Sedangkan data pengukuran asli, tidak
Hasil dari pemodelan ini dilakukan dengan cara merubah
dimulai dari nol tetapi dimulai dari letak
rentang waktu simulasi menyesuaikan dengan kapan
palem pasut didirikan, sehingga memiliki
terjadinya muson barat dan muson timur yang dijelaskan
perbedaan nilai amplitude yang tinggi.
sebagai berikut :
Untuk menyesuaikan data antara hasil
pengukuran dengan hasil pemodelan, maka • Hasil pemodelan grafik pasut pada saat
dilakukan terlebih dahulu penyamaan terjadinya muson barat (01 Januari 2019 – 05
referensi ketinggian nolnya. Pada kasus ini, Februari 2019) dapat dilihat pada Gambar 12.
data hasil pemodelan disamakan dengan data
hasil pengukuran yang dianggap sebagai
datta yang benar.
Selanjutnya untuk melakukan perhitungan
RMSE ini dapat digunakan dengan
menggunakan rumus :
∑𝑁 ̂2
𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥𝑖 )
𝑅𝑀𝑆𝐸 = √
𝑁
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
𝑖 = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑖
𝑁 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎
𝑥 = 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
𝑥̂ = 𝑑𝑎𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙𝑎𝑛

Dari rumus RMSE diatas didapatkan dua Gambar 12. Grafik Pasut saat Muson Barat
hasil, yaitu RMSE Ketika nilai referensi
masih berbeda (RMSE1) dan RMSE Ketika
nilai referensi tinggi sudah disamakan
(RMSE2).
• Hasil pemodelan grafik arus pada saat • Data pasut yang dihasilkan dari pemodelan
terjadinya muson barat (01 Januari 2019 – 05 Ketika terjadinya muson barat dan muson
Februari 2019) dapat dilihat pada Gambar 13. timur memiliki kecenderungan yang sama.
Terlihat pada grafik yang telah ditampilkan,
keduanya memiliki bentuk dan pola yang
sama. Nilai data Ketika pasang antara muson
barat dan muson timur tidak jauh berbeda
berada dikisaran 0.4. Sedangkan, untuk data
surutnya memiliki sedikit perbedaan dari
nilainya, untuk muson barat berada dikisaran
- 0.4 sedangkan pada muson timur berada
dikisaran -0.45.
Namun pada data arus, terlihat perbedaan
yang cukup signifikan. Walaupun data arus
muson barat (0.5) memiliki amplitude
maksimal yang lebih tinggi dibandingkan
dengan muson timur (0.425), data arus pada
muson barat terlihat lebih tenang
dibandingkan dengan data arus dari muson
Gambar 13. Grafik Arus saat Muson Barat
timur. Pada muson barat data arus yang
dimodelkan memiliki perbedaan besaran arus
• Hasil pemodelan grafik pasut pada saat
yang relative kecil antar datanya, berbeda
terjadinya muson timur (01 Juni 2019 – 05
dengan data arus yang dilakukan Ketika
Juli 2019) dapat dilihat pada Gambar 14.
terjadinya muson timur, seringkali terjadi
kenaikan arus sehingga perbedaan antar
datanya relative tinggi.
Hal tersebut bisa saja disebabkan oleh muson
barat di Indonesia merupakan waktu di
musim kemarau, sehingga tidak terdapat
angin yang cukup besar. Sedangkan pada
muson timur di Indonesia merupakan sudah
masuk musim penghujan, oleh karena itu
mungkin saja angin yang terjadi Ketika
musim penghujan menjadi lebih besar
sehingga dapat memengaruhi data arus yang
dilakukan oleh pemodelan.
IV. KESIMPULAN
Pengujian dari model arus dan pasut yang dilakukan
Gambar 14. Grafik Pasut saat Muson Timur oleh Delft3D dengan menggunakan parameter sensivitas
angin dan kekasaran dasar laut menggunakan koefisien
• Hasil pemodelan grafik arus pada saat chezzy telah dilakukan. Dari uji sensivitas ini terlihat bahwa
terjadinya muson timur (01 Juni 2019 – 05 gelombang pasut tidak terlalu dipengaruhi oleh data angin
Juli 2019) dapat dilihat pada Gambar 15. dan kekasaran dasar laut yang ada. Sedangkan besaran arus
yang terjadi sangat berpengaruh oleh kecepatan angin dan
kekasaran laut. Besaran arus ini mengalami perubahan yang
signifikan dengan digantinya parameter kecepatan angin dari
0, 5, dan 10 m/s. Semakin tinggi kecepatan angin yang
dimasukkan maka semakin besar juga perubahan besar arus
yang terjadi. Begitu juga dengan tingkat kekasaran dasar laut,
semakin besar koeffisien chezzy maka semakin besar juga
besar arus yang terjadi.
Model yang dihasilkan oleh Delft3D ini dapat
dipercaya dikarenakan memiliki tingkat RMSE yang cukup
kecil, yaitu 0.03151. Namun dengan catatan bahwa nilai yang
pasut yang dihasilkan oleh pemodelan Delft3D ini dilakukan
dengan menganggap nilai referensi ketinggian adalah nol.
Hal tersebut harus sangat diperhatikan karena apabila hal
tersebut terlewat akan membuat data hasil pemodelan sangat
Gambar 15. Grafik Arus saat Muson Timur berbeda dengan data pengukuran sebenarnya.
Simulasi pemodelan pasut dan arus Ketika terjadinya muson
timur dan muson barat telah terbentuk. Terlihat bahwa muson
timur dan muson barat lebih berpengaruh kepada arus yang Delft3D," Jurnal Teknik Sipil - Universitas Syiah
terjadi. Arus yang terjadi Ketika muson timur memiliki Kuala, vol. 8, no. 2, pp. 50-59, 2019.
tingkat keberagaman arus dibandingkan dengan arus di [4] E. I. I. B. P. Kidung Baskara Widhi, "Kajian Pola Arus
muson barat yang relative lebih tenang. di Perairan Teluk Lampung Menggunakan Pendekatan
Model Hidrodinamika 2-Dimensi Deft3D," Journal of
Oceanography, vol. 1, no. 2, pp. 169-177, 2012.
V. REFERENCES [5] Bryan, "Alun Tirta," 10 Agustus 2017. [Online].
Available:
http://aluntirta.blogspot.com/2017/08/pengenalan-
[1] N. d. Suryarso, "Variabilitas Lingkungan Oseanografi singkat-software-delft3d-10.html. [Accessed 15
di Perairan Pantai Cirebon," Jurnal Oseanologi dan Desember 2020].
Iimnologi di Indonesia-Lipi, 2008.
[6] Arizal, "Pemodelan Numerik Perubahan Morfologi
[2] W. A. L. M. Anindito Leksono, "Studi Arus Laut Pada Dasar Pantai Singkil dengan Menggunakan Delft3D,"
Musim Barat di Perairan Pantai Kota Cirebon," Jurnal Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh,
Oseanografi, vol. 2, no. 3, pp. 206-213, 2013. 2011.
[3] T. M. H. Mirza Fahmi, "Simulasi Numerik Perubahan
Morfologi Pantai Akibat Konstruksi Jetty Pada Muara
Lambada Lhok Aceh Besar Menggunakan Software

Anda mungkin juga menyukai